You are on page 1of 10

IDENTIFICATION OF SARCOPENLA EVENT IN POST STROKE ELDERLY

Andi Febrina Sosiawati1, Andi Masyitah Irwan2 , Wa Ode Nur Isnah3


1Mahasiswa, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin,
Makassar
2Dosen, Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin, Makassar
3Dosen, Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin, Makassar

Email: andifebrina12@gmail.com

ABSTRACT

Background: Sarcopenia is a syndrome characterized by a reduction in a person's muscle mass.


The population of sarcopenia in 2000 reached 35 million, it is estimated that by 2030 there will be
around 72.1 million sufferers of sarcopenia, in Asia the prevalence of sarcopenia in older people
aged over 60 years is 8-22% in women and 6-23% in men -man. Decreasing muscle mass provides
a bad effect for sufferers such as immobility, disruption of functionality, and risk of falls.
Immobilization that occurs in post-stroke patients is an important factor that triggers
sarcopenia.Research Objectives: To describe the incidence of sarcopenia in post-stroke elderly
people and to see the results of measurements of muscle strength, physical performance, muscle
mass index, and the risk of post-stroke elderly.Research Method: Descriptive with survey
research design, (snowball sampling) the number of samples is 80 people.Results: Based on the
measurement of muscle strength obtained 96.2% showed the results of low muscle strength. Based
on measurements of physical performance obtained 72.5% showed normal results. The mass index
value using the calf circumference obtained 67.5% of the normal muscle mass index. Produce
results Assuming sarcopenia was obtained 60.0% did not suffer from sarcopenia. In calculating
the risk of falling using Timed Up and Go Test obtained 96.2% have a high risk of
falling.Conclusion: Most post-stroke elderly people do not add sarcopenia, which is obtained by
more elderly people who have lower muscle strength and higher respondents who have a higher
risk.

Keywords: Sarcopenia, elderly, post stroke.


PENDAHULUAN gangguan tidur, gangguan pola
berpikir, penderita juga hanya mampu
Terjadinya peningkatan jumlah berbaring, dan juga mengalami
seseorang dengan usia lanjut (Lansia) keterbatasan fisik karena adanya
tidak lepas dari hasil pengembangan gangguan pada fungsi otot
teknologi serta pembangunan yang (Handayani, 2009).
telah menciptakan kondisi sosial Dalam penelitian yang dilakukan
masyarakat saat ini menjadi lebih Marzetti et al., (2017) yang
baik, saat ini jumlah lansia di Dunia menyebutkan bahwa keadaan lansia
sebesar 962 juta jiwa , dan yang sedang mengalami penyakit
diperkirakan jumlah tersebut akan kronis salah satunya stroke yang
meningkat dengan jumlah 2,1 miliar dimana lansia diharuskan beristirahat
pada tahun 2050 (United Nations, ditempat tidur sehingga tidak dapat
2017). Di Indonesia jumlah lansia saat melakukan mobilisasi dengan baik,
ini mencapai 23.66 juta jiwa (9,03%) hal tersebut menjadi salah satu
dari keseluruhan penduduk, dan penyebab terjadinya penurunan
diperkirakan akan meningkat pada massa otot atau sarcopenia pada
tahun 2035 sebesar 48,19 juta jiwa. lansia. Sarcopenia merupakan suatu
Sementara di Sulawesi Selatan sendiri sindrom yang ditandai dengan
populasi lansia mencapai 9,18% berkurangnya massa otot rangka serta
(Kemenkes RI, 2017). kekuatan otot yang terjadi secara
Peningkatan usia pada lansia progresif dan menyeluruh
tentunya dapat menyebabkan Kebanyakan orang mulai kehilangan
berbagai macam permasalahan jumlah massa otot setelah usia 30
kesehatan, pada tahun 2015 angka tahun.
kesakitan lansia mencapai angka Populasi sarcopenia mengalami
28,62%, artinya bahwa dari setiap 100 peningkatan dari 35 juta penderita
orang lansia terdapat sekitar 28 orang
pada tahun 2000 menjadi 40 juta
diantaranya mengalami sakit
(Kemenkes RI, 2017). salah satu penderita pada tahun 2010, dan
penyakit yang banyak diderita oleh kemudian menjadi 55 juta pada tahun
lansia yaitu stroke, saat ini stroke 2020, tahun 2030, akan ada sekitar
menempati posisi ketiga dalam 10 72,1 juta penderita sarcopenia. Di Asia
penyakit terbanyak yang dialami prevalensi sarcopenia pada lansia
lansia di Indonesia (Kemetrian dengan usia diatas 60 tahun sebesar
Kesehatan RI, 2014).
Jumlah penderita penyakit stroke 8% - 22% pada perempuan dan 6% -
di Indonesia tahun 2013 berdasarkan 23% pada laki-laki (Setiati, 2013).
diagnosis tenaga kesehatan Penyebab sarcopenia secara luas
diperkirakan sebanyak 1.236.825 dianggap sebagai multifaktorial,
orang (7,0%), sedangkan berdasarkan ditandai dengan penurunan
diagnosis gejala diperkirakan neurologis, perubahan hormonal,
sebanyak 2.137.941 orang (12,1%)
aktivasi jalur inflamasi, penurunan
(Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2013). Kondisi yang dapat aktivitas, penyakit kronis, infiltrasi
dialami oleh seseorang setelah stroke lemak, dan gizi buruk. Dalam
antara lain sembuh, dapat berjalan penelitian yang dilakukan oleh Dodds
kembali, mengalami gangguan bicara, & Sayer, (2014) mengemukakan
gangguan buang air kecil, gangguan bahwa ada tiga faktor yang menjadi
buang air besar, gangguan emosi, penyebab sarcopenia yaitu penurunan
massa otot, kekuatan otot dan identifikasi kejadian sarcopenia pada
penurunan performa fisik yang lansia pasca stroke.
ditandai dengan berkurangnya
aktifitas fisik seseorang. METODE
Sarcopenia juga berdampak pada
Penelitian ini merupakan jenis
perubahan struktur tubuh seseorang,
penelitian kuantitatif dengan metode
seperti hilangnya secara progresif deskriptif, yaitu suatu rancangan yang
massa otot, pergerakan otot yang digunakan untuk menyediakan
mulai melambat seiring dengan informasi yang berhubungan dengan
bertambahnya usia dan juga prevalensi, distribusi, dan hubungan
penurunan kekuatan otot (Vitriana, antarvariabel dalam suatu populasi
Defi, Irawan, & Setiabudiawan, 2016). (Nursalam, 2015). dengan pendekatan
survei. Survei mengumpulkan
Penurunan massa otot atau informasi dari tindakan seseorang,
sarcopenia memberikan dampak yang pengetahuan, kemauan, pendapat,
buruk bagi tubuh ketika otot tidak perilaku, dan nilai.
digunakan sebagaimana mestinya
seperti pada saat seseorang sedang HASIL
sakit (Setiati, 2013).
1. Gambaran karakteristik
Terjadinya penurunan kekuatan
responden
dan massa otot juga dapat
menyebabkan berbagai macam Tabel 5.1 Karakteristik Demografi
gangguan kesehatan seperti Penderita Stroke Di Wilayah Kerja
imobilitas, gangguan fungsionalitas, Puskesmas Kota Makassar
dan dapat meningkatkan risiko jatuh,
cedera bahkan kematian (Coraci, Karakteristik Frekuensi Persentase
Santilli, & Padua, 2016). Demografi (n) (%)
Ketidakaktifan dan imobilisasi yang
Usia
terjadi pada pasien pasca stroke juga
Lansia 52 65.0
merupakan faktor penting yang dapat
Lansia Tua 28 35.0
menjadi salah satu penyebab Jenis Kelamin
sarcopenia, karena ketidakaktifan otot Laki-laki 48 60.0
dapat menghasilkan banyak respon Perempuan 32 40.0
adaptif terhadap jaringan otot Riwayat Stroke
(Scherbakov, Dirnagl, & Doehner, Baru 52 65.0
2011). Berulang 28 35.5
Kejadian stroke sangat besar Lama Menderita
pengaruhnya terhadap proses Fase Akut (2 1 1.2%
terjadinya sarcopenia pada lansia, dan minggu-6 bulan) 79 98.8%
Fase Kronis (>6
juga dapat mempengaruhi proses
bulan)
kehidupan daripada lansia itu sendiri,
sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai
Makassar pada penilaian kekuatan
ototnya didapatkan 77 orang (96.2%)
Menggunakan Alat mendapatkan nilai kekuatan otot yang
Bantu Jalan 15 18.8 rendah dan hanya 3 orang (3.8%) yang
Ya 65 81.8 mendapatkan nilai kekuatan otot yang
Tidak normal.
Jenis Alat Bantu
yang Digunakan 65 81.2 3. Penilaian Perfroma Fisik
Tidak Ada 10 12.5
Tongkat 2 2.5
Tabel 5.3 Penilaian Performa Fisik
Walker 3 3.8
Menggunakan 6 Minute Walking
Test
Kursi Roda

Frekuen Persenta
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan Kategori si (n) se (%)
bahwa mayoritas lansia pasca stroke
yang menjadi responden berada pada Performa Fisik
golongan lansia muda dengan rentan
usia 60-70 tahun dengan jumlah 52 Normal 58 72.5
responden (65.0%) dengan rata-rata
usia 68 tahun. Sebagian besar Rendah 22 27.5
responden berjenis kelamin laki-laki
yang berjumlah 48 responden (60.0%).
Berdasarkan jenis stroke sebanyak 45 Tabel 5.3 menggambarkan mayoritas
responden (56.2%) menderita stroke lansia pasca stroke di wilayah kerja
hemoragik. Karakteristik responden Puskesmas Kota Makassar
berdasarkan riwayat stroke sebanyak berdasarkan performa fisiknya
52 responden (65.0%) first stroke atau didapatkan 58 orang (72.5%)
terkena serangan pertama. Sebanyak mendapatkan nilai performa fisik yang
65 responden (81.2%) menggunakan normal dan sebanyak 22 orang
alat bantu berjalan. (27.5%) mendapatkan nilai performa
fisik yang rendah.
2. Penilaian Kekuatan Otot
4. Penilaian Indeks Massa Otot
Tabel 5.2 Penilaian Kekuatan Otot
Menggunakan Handgrip Tabel 5.4 Penilaian Indeks Massa
Dynamometer Otot Menggunakan Lingkar Betis
Frekuen Persenta
Kategori si (n) se (%) Frekuen Persenta
Kategori si (n) se (%)
Kekuatan Otot
Indeks Massa
Normal 3 3.8 Otot
52 67.5
Rendah 77 96.2 Normal
25 32.5
Rendah
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa
mayoritas lansia pasca stroke di
wilayah kerja Puskesmas Kota
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa Frekuen Persenta
mayoritas lansia pasca stroke di Kategori si (n) se (%)
wilayah kerja Puskesmas Kota
Makassar yaitu sebanyak 52 orang Nilai TUG
(67.5%) nilai indeks massa ototnya
Tidak 3 3.8
normal, sedangkan 25 orang (32.5%)
Berisiko
nilai indeks massa ototnya rendah. 77 96.2
Pada penilaian ini awalnya Risiko Tinggi
responden berjumlah 80, tetapi 3
dari 80 orang tersebut nilai kekuatan
otot dan performa fisiknya normal,
sehingga ke-3 pasien tersebut tidak
perlu untuk dilakukan pengukuran
lingkar betis.

5. Penilaian Sarcopenia

Tabel 5.5 Penilaian Sarcopenia Tabel 5.6 menggambarkan bahwa nilai


TUG responden sebagian besar
Frekuen Persenta berisiko tinggi untuk jatuh dengan
Kategori si (n) se (%) jumlah 77 orang (96.2%) dengan
jumlah lansia pasca stroke yang tidak
Sarcopenia berisiko hanya berjumlah 3 orang
(3.8%).
Ya 32 40.0
PEMBAHASAN
Tidak 48 60.0
1. Gambaran Nilai Kekuatan Otot

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa Pada penelitian ini didapatkan hasil


sebagian besar lansia pasca stroke di bahwa kelompok usia yang paling
wilayah kerja Puskesmas Kota rendah nilai kekuatan ototnya yaitu
Makassar tidak menderita kelompok lansia tua dengan rentang
sarcopenia dengan frekuensi usia 75-85 tahun. Hal ini sejalan
sebanyak 48 orang (60.0%), dan dengan penelitian yang dilakukan oleh
jumlah penderita sarcopenia hanya Liu et al., (2013) yang menyebutkan
sebanyak 32 orang (40.0%). bahwa seseorang dengan usia 65
tahun keatas memiliki risiko untuk
6. Penilaian Risiko Jatuh mengalami penurunan kekuatan otot
yang mana terkait dengan beberapa
Tabel 5.6 Penilaian risiko jatuh hal seperti kelemahan, penurunan
menggunakan TUG fungsi fisiologis, sistem kekebalan
tubuh yang menurun serta beberapa
penyakit yang mulai menyerang
seseorang dengan usia tersebut. Pada
penelitian ini juga didapatkan lansia
dengan jenis kelamin laki-laki
memiliki nilai kekuatan otot yang
rendah dibandingkan dengan lansia normal maka seseorang tidak
perempuan. sarcopenia.
Hasil penelitian dari gambaran
2. Gambaran Nilai Performa Fisik indeks massa otot yang diukur dengan
menggunakan lingkar betis pada
Berdasarkan hasil penelitian lansia pasca stroke menunjukkan
menunjukkan bahwa responden pada bahwa kelompok usia lansia tua
kelompok usia lansia tua dengan dengan rentang usia 75-89 tahun
rentang usia 75-89 tahun memiliki menunjukkan nilai indeks massa otot
nilai performa fisik yang rendah, yang rendah, dengan jumlah 15 orang
dengan jumlah 14 orang dari total dari total jumlah lansia tua, dan lansia
jumlah lansia tua yaitu 28 orang, serta dengan jenis kelamin laki-laki
lansia dengan jenis kelamin laki-laki memiliki nilai massa otot yang lebih
mendapatkan nilai performa fisik yang tinggi daripada lansia dengan jenis
lebih tinggi dibandingkan dengan kelamin perempuan. Hal tersebut
lansia perempuan. Hal tersebut sesuai sesuai dengan penelitian yang telah
dengan penelitian yang dilakukan oleh dilakukan oleh Lee, et al (2013)
Auyeung, Leung, & Woo (2014) yang menyebutkan seseorang dengan usia
menyebutkan performa fisik yang 60 tahun keatas memiliki nilai massa
diukur dengan menggunakan 6 minute otot yang rendah serta kelompok usia
walking test didapatkan hasil bahwa dengan jenis kelamin laki-laki
kelompok usia lansia dengan usia 65 memiliki nilai massa otot yang lebih
tahun keatas lebih cenderung tinggi dibandingkan dengan lansia
memiliki nilai performa fisik yang perempuan, hal tersebut dikarenakan
rendah, hal tersebut sering dikaitkan adanya perbedaan gen antara laki-laki
dengan proses penuaan, serta lansia dan perempuan.
dengan jenis kelamin laki-laki
memiliki kecepatan berjalan yang 4. Gambaran Identifikasi Sarcopenia
tinggi dibandingkan dengan kelompok
lansia perempuan. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa jumlah penderita sarcopenia
3. Gambaran Nilai Indeks Massa Otot pada lansia pasca stroke jumlahnya
lebih sedikit dibandingkan dengan
Pada penilaian ini awalnya yang menderita sarcopenia. Hal ini
responden berjumlah 80 orang, tetapi dapat dilihat dari hasil penilaian tiga
3 dari 80 orang tersebut nilai indikator sarcopenia yang mana pada
kekuatan otot dan performa fisiknya hasil penilaian kekuatan ototnya tidak
normal, sehingga ke-3 pasien tersebut berbanding lurus dengan penilaian
tidak perlu untuk dilakukan performa fisik dan penilaian indeks
pengukuran lingkar betis. Hal ini massa otot, sehingga didapatkanlah
berdasarkan alur penegakan hasil penderita sarcopenia yang lebih
sarcopenia yang dijelaskan oleh Asian rendah. Hal ini juga didukung dengan
Working Group for Sarcopenia (AWGS) beberapa kondisi kesehatan dan fisik
bahwa apabila pada saat pengukuran responden yang sudah membaik
kekuatan otot dan performa fisik karena faktor lama menderita stroke,
mendapatkan hasil yang normal maka dimana kebanyakan responden
tidak perlu dilanjutkan mengukur penderita stroke berada fase kronis
indeks massa otot, karena apabila dari yaitu >6 bulan, pada kondisi ini lansia
kedua hasil pengukuran tersebut telah melewati fase akut stroke
dimana lansia masih belum bisa
melakukan berbagai macam aktifitas Hasil penelitian menunjukkan
akibat dari serangan yaitu 2 minggu-6 bahwa kelompok usia lansia yang
bulan. Bergström, et al (2015) paling banyak mengalami sarcopenia
mengatakan bahwa dalam waktu 3-6 yaitu kelompok lansia tua dengan
bulan seseorang yang terkena stroke rentang usia 75-89 tahun, dengan
akan mengalami hambatan dalam jumlah penderita sebanyak 9 orang
melakukan aktifitas sehari-hari, hal dari total responden yang mengalami
ini juga didukung dengan banyaknya sarcopenia sebanyak 32 orang. Hal
responden yang mengikuti program tersebut sesuai dengan penelitian
rehabilitasi serta pelatihan fisik yang yang telah dilakukan oleh Chen, et al
dilakukan dirumah yang dibantu oleh (2014) yang menyebutkan bahwa
keluarga responden. Hasil penelitian sarcopenia digambarkan sebagai
ini tidak sejalan dengan penelitian suatu penurunan kekuatan yang
yang dilakukan oleh Chen, et al (2014) terjadi pada seseorang dengan usia 65
yang mana disebutkan bahwa lansia tahun ke atas. Dalam penelitian ini
dengan kondisi kesehatan yang mulai juga didapatkan bahwa lansia dengan
menurun dan mengalami beberapa jenis kelamin laki-laki lebih banyak
penyakit seperti stroke lebih besar terkena sarcopenia. Hal ini sejalan
kemungkinannya untuk mengalami dengan penelitian yang dilakukan oleh
penurunan pada kekuatan otot, Kim & Choi (2013) yang menyebutkan
performa fisik, dan massa otot bahwa prevalensi sarcopenia lebih
sehingga lansia dengan kondisi tinggi pada pria dibandingkan dengan
tersebut akan lebih mudah untuk wanita.
terkena sarcopenia.
Sarcopenia juga berkaitan erat 5. Gambaran Penilaian Risiko Jatuh
dengan peningkatan usia seseorang
dan ditandai dengan penurunan Dari hasil penelitian juga
kuantitas dan kualitas otot yang dapat didapatkan bahwa lansia pasca stroke
menyebabkan perlambatan gerakan yang telah terdiagnosis sarcopenia
secara bertahap, penurunan kekuatan juga berisiko tinggi untuk mengalami
otot, peningkatan risiko jatuh dan jatuh. Seperti yang disebutkan oleh
peningkatan risiko cedera karena Pfortmueller, et al (2014) ada beberapa
jatuh, sarcopenia juga dapat menjadi faktor yang dapat mempengaruhi
salah satu penyebab tinbulnya risiko jatuh pada lansia salah satunya
kecacatan bagi lansia yang berkaitan adalah sarcopenia yang ditandai
dengan berkurangnya mobilitas dan dengan menurunnya massa otot,
aktifitas fisik seseorang (Sakuma & kekuatan otot serta rendahnya
Yamaguchi, 2012). Dalam penelitian performa fisik. Sarcopenia juga telah
Ryan, et al (2011) menyebutkan bahwa dikaitkan dengan daya tahan
stroke merupakan penyebab utama keseimbangan yang buruk, aktifitas
kecacatan pada lansia, yang fisik yang menurun serta penurunan
disebabkan oleh defisit neurologis kecepatan berjalan. Risiko jatuh juga
yang dapat mengganggu kemampuan dapat meningkat hingga dua kali lipat
fungsional tubuh sehingga dapat untuk lansia dengan penyakit kronis
mempengaruhi aktifitas fisik dengan salah satu contohnya stroke.
seseorang. Daya hidup kurang gerak Berdasarkan hasil penelitian
dapat menyebabkan penurunan didapatkan kasus tingginya risiko
kekuatan dan fungsi otot sehingga jatuh pada lansia pasca stroke
dapat menjadi salah satu pemicu dikarenakan adanya riwayat penyakit
meningkatnya kejadian sarcopenia. stroke itu sendiri, karena terjadinya
proses penuaan, serta beberapa faktor penyakit yang disebabkan oleh
lainnya seperti mengkonsumsi obat- kebiasaan hidup yang tidak sehat
obatan. Dalam penelitian yang seperti kebiasaan merokok dan
dilakukan oleh Kihun, Jaeho, & konsumsi minuman beralkohol.
Hyeonsook, (2015) menyebutkan ada
beberapa faktor lain yang dapat
menyebabkan peningkatan risiko
jatuh pada lansia, yaitu karena
adanya penyakit yang dialami oleh
lansia itu sendiri (seperti stroke dan SIMPULAN
penyakit lainnya), perubahan tingkat
kesadaran, penggunaan obat, serta Hasil penelitian identifikasi
keterbatasan fisik lainnya yang tidak kejadian sarcopenia pada lansia pasca
lain penyebabnya karena proses stroke dapat disimpulkan bahwa
penuaan sehingga beberapa fungsi
tubuh pada lansia juga sudah mulai 1. Kekuatan Otot
menurun. Mayoritas lansia pasca stroke
Berdasarkan hasil penelitian yang memiliki kekuatan otot yang rendah
telah dilakukan dapat ditemukan dengan jumlah 77 orang.
bahwa kelompok lansia yang memiliki 2. Performa Fisik
risiko jatuh paling tinggi yaitu Didapatkan nilai performa fisik
kelompok lansia muda dengan yang normal, hal tersebut dilihat
rentang usia 60-74 tahun. World dari hasil penelitian dengan
Health Organization, (2007) menggunakan uji jalan 6 menit (58
menyebutkan bahwa seseorang orang).
dengan usia 60 tahun keatas memiliki 3. Indeks Massa Otot
frekuensi jatuh yang lebih tinggi dan Mayoritas lansia pasca stroke
semakin meningkat terkait dengan indeks massa ototnya normal
kondisi fisik dan tingkat kelemahan dilihat dari hasil penelitian dengan
pada lansia. Hal tersebut juga mengukur lingkar betis (52 orang).
berkaitan dengan pengurangan 4. Sarcopenia
aktifitas fisik yang terjadi pada lansia Sebagian besar lansia pasca stroke
karena proses peningkatan usia dan tidak mengalami sarcopenia, hal
juga penyakit yang dialami lansia itu tersebut dapat dilihat dari hasil
sendiri. Hasil penelitian ini juga penelitian yang dilakukan dengan
menunjukkan mayoritas lansia yang menggunakan tiga instrumen yaitu
lebih berisiko tinggi untuk jatuh yaitu sebanyak 48 orang.
lansia yang berjenis kelamin laki-laki. 5. Risiko Jatuh
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Sebagian besar lansia pasca stroke
yang telah dilakukan oleh Tsur, (2017) berisiko tinggi untuk jatuh, hal
yang menyebutkan bahwa lansia tersebut dapat dilihat dari hasil
dengan jenis kelamin laki-laki lebih penelitian yang dilakukan dengan
berisiko tinggi untuk jatuh menggunakan TUG yaitu sebanyak
dibandingkan dengan perempuan. Hal 77 orang.
tersebut terjadi karena adanya proses
penurunan tonus otot, kelumpuhan DAFTAR PUSTAKA
dan hemiplegia yang lebih sering
terjadi pada laki-laki. Selain itu, Auyeung, T. W., Leung, J., & Woo, J. (2014).
peningkatan risiko jatuh pada lansia The selecTion of a screening TesT for
frailTy idenTificaTion in communiTy-
laki-laki juga dihubungkan dengan
dwelling older adulTs, 18(2), 2–3. Longitudinal Aging Study. Journal of the
Badan Penelitian dan Pengembangan American Medical Directors Association,
Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan 14(7), 528.e1-528.e7.
Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan https://doi.org/10.1016/j.jamda.2013.0
Nasional 2013, 1–384. https://doi.org/1 3.019
Desember 2013 Liu, L., Lee, W., Liu, C., Chen, L., Lin, M.,
Campbell, T. M., & Vallis, L. A. (2014). Peng, L., & Chen, L. (2013). Age-related
Predicting fat-free mass index and skeletal muscle mass loss and physical
sarcopenia in assisted-living older performance in Taiwan  : Implications to
adults. diagnostic strategy of sarcopenia in Asia,
https://doi.org/10.1007/s11357-014- 1–8. https://doi.org/10.1111/ggi.12040
9674-8 Marzetti, E., Calvani, R., Tosato, M., Cesari,
Chen, L., Liu, L., Woo, J., Shahrul, K., Chou, M., Di Bari, M., Cherubini, A., … Landi,
M., Chen, L., … Lee, W. (2014). F. (2017). Sarcopenia: an overview. Aging
Sarcopenia in Asia  : Consensus Report Clinical and Experimental Research,
of the Asian Working Group for 29(1), 11–17.
Sarcopenia. Journal of the American https://doi.org/10.1007/s40520-016-
Medical Directors Association, 15(2), 95– 0704-5
101. Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu
https://doi.org/10.1016/j.jamda.2013.1 Keperawatan. Jakerta Selatan: Salemba
1.025 Medika.
Coraci, D., Santilli, V., & Padua, L. (2016). Pfortmueller, C. A., Lindner, G., &
Comment on “Cut-off points to identify Exadaktylos, A. K. (2014). Reducing fall
sarcopenia according to European risk in the elderly  : risk factors and fall
Working Group on Sarcopenia in Older prevention , a systematic review.
People (EWGSOP) definition.” Clinical MINERVA MEDICA, 105–NO 4(October).
Nutrition, 35(6), 1568–1569. Retrieved from
https://doi.org/10.1016/j.clnu.2016.06. https://www.researchgate.net/publicatio
026 n/262681102_Reducing_fall_risk_in_the_
Dodds, R., & Sayer, A. A. (2014). Sarcopenia. elderly_risk_factors_and_fall_prevention_
Arquivos Brasileiros de Endocrinologia e a_systematic_review/download
Metabologia, 58(5), 464–469. Ryan, A. S., Buscemi, A., Forrester, L., Hafer-
https://doi.org/10.1590/0004- macko, C. E., & Ivey, F. M. (2011).
2730000003345 Atrophy and Intramuscular Fat in
Handayani, D. Y. (2009). Analisis Kualitas Specific Muscles of the Thigh  :
Hidup Penderita dan Keluarga Pasca Associated Weakness and
Serangan Stroke (dengan gejala sisa). Hyperinsulinemia in Stroke Survivors.
Psycho Idea, 35–44. https://doi.org/10.1177/154596831140
Kemenkes RI. (2017). Analisis lansia di 8920
Indonesia. Pusat Data Dan Informasi, 1– Scherbakov, N., Dirnagl, U., & Doehner, W.
2. Retrieved from (2011). Body weight after stroke lessons
www.depkes.go.id/download.php?file=do from the obesity paradox. Stroke, 42(12),
wnload/.../infodatin lansia 2016.pdf%0A 3646–3650.
Kemetrian Kesehatan RI. (2014). Infodatin https://doi.org/10.1161/STROKEAHA.1
“Situasi dan Analisis Lanjut Usia.” 11.619163
Geriatric. Scott, R. A., Callisaya, M. L., Duque, G.,
Kihun, C., Jaeho, Y., & Hyeonsook, R. (2015). Ebeling, P. R., & Scott, D. (2018).
Risk factors related to falling in stroke Maturitas Assistive technologies to
patients  : a cross-sectional study. The overcome sarcopenia in ageing.
Society of Physical Therapy Science, 27, Maturitas, 112(February), 78–84.
1751–1753. https://doi.org/10.1016/j.maturitas.201
Kim, T. N., & Choi, K. M. (2013). Sarcopenia: 8.04.003
definition, epidemiology, and Setiati, S. (2013). Geriatric Medicine ,
pathophysiology. J Bone Metab, 20(1), 1– Sarkopenia , Frailty dan Kualitas Hidup
10. Pasien Usia Lanjut  : Tantangan Masa
https://doi.org/10.11005/jbm.2013.20. Depan Pendidikan , Penelitian dan
1.1 Pelayanan Kedokteran di Indonesia *.
Lee, W., Liu, L., Peng, L., & Lin, M. (2013). Tsur, A. (2017). Falls in Stroke Patients  : Risk
Comparisons of Sarcopenia De fi ned by Factors and Risk Management, (April
IWGS and EWGSOP Criteria Among 2010), 8–12.
Older People  : Results From the I-Lan United Nations. (2017). World Population
Ageing [Highlights]. New York.
Vitriana, Defi, I. R., Irawan, G. N., &
Setiabudiawan, B. (2016). Prevalensi
Sarkopenia pada Lansia di Komunitas
(Community Dwelling) berdasarkan Dua
Nilai Cut-off Parameter Diagnosis.
Majalah Kedokteran Bandung, 48(3),
164–170.
https://doi.org/10.15395/mkb.v48n3.4
17
World Health Organization. (2007). WHO
Global Report on Falls Prevention in
Older Age. Retrieved from
https://extranet.who.int/agefriendlyworl
d/wp-content/uploads/2014/06/WHo-
Global-report-on-falls-prevention-in-
older-age.pdf

You might also like