You are on page 1of 14

Vol.2 No.

7 Desember 2021 2273


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)
DENGAN KEJADIAN PRE-MENSTRUAL SYNDROME PADA REMAJA PUTRI

Oleh
Isrowiyatun Daiyah1),
Ahmad Rizani2), Eryna Rezki Adella3)
1,2Dosen jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
3Alumni Program Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Jalan Mistar Cokrokusumo No. 1A Banjarbaru


E-mail: 1owizdaiyah1006@gmail.com

Abstract
Premenstrual syndrome (PMS) is a set of physical and mental symptoms that occur one week to
several days before menstruation and vanish until menstruation arrives. Premenstrual syndrome
(PMS) is characterized by severe pain. While premenstrual syndrome is not life threatening, it can
have a negative impact on a woman's mental health and productivity. Physical activity and Body
Mass Index (BMI) are two factors that affect the occurrence of premenstrual syndrome. The aim
of this research was to see if there was a connection between physical activity and body mass index
(BMI), as well as the prevalence of premenstrual syndrome in young women. The approach used
in this analysis was a literature review. Data was gathered from 10 relevant journals, 7 of which
were national and 3 of which were foreign. Secondary data was used in the review, and data
analysis was completed in September 2020. Both trials with the dependent variable premenstrual
syndrome and associated physical activity as well as the independent variables body mass index
(BMI) were included in this study. Journals and academic papers for this study were collected from
an online database that was available from 2015 to 2020.
Keywords: Adolescents, Premenstrual Syndrome, Physical Activity, Mass Index Body (BMI).

PENDAHULUAN penduduk dengan kelompok usia produktif


PENDAHULUAN sebanyak 183,36 juta jiwa atau sebesar 68,7%
Menurut World Health Organization dari total penduduk Indonesia. Kelompok
(WHO), remaja adalah penduduk dalam remaja perempuan di Indonesia yang berusia
rentang usia 10-19 tahun. Menurut Peraturan 10-24 tahun sekitar 33.287.944 orang atau
Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 12,42% dari total penduduk Indonesia
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10- (Kemenkes RI, 2019). Di dunia diperkirakan
18 tahun sedangkan menurut Badan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau
Kependudukan dan Keluarga Berencana 18,5% dari jumlah penduduk dunia (WHO,
(BKKBN) rentang usia remaja adalah usia 10 - 2014).
24 tahun dan belum menikah. Berdasarkan Masa remaja adalah tahap dimana orang
survey penduduk antar sensus (SUPAS) tahun mencapai kematangan emosional, psikososial
2015 total jumlah penduduk Indonesia pada yang ditandai dengan berfungsinya organ
tahun 2019 diproyeksikan mencapai 266,91 reproduksi. Seorang wanita dikatakan masa
juta jiwa. Menurut jenis kelamin, jumlah reproduksi jika dia mengalami menstruasi.
tersebut terdiri atas 134 juta jiwa laki-laki dan Tahun-tahun awal menstruasi adalah periode
132,89 juta jiwa perempuan. Indonesia saat ini yang rentan terhadap gangguan. (Rizka Safitri
sedang menikmati masa bonus demografi di dkk, 2016:118-119).
mana jumlah penduduk usia produktif lebih Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
banyak dari usia tidak produktif, yakni lebih Kota Banjarmasin didapatkan hasil bahwa Pada
dari 68% dari total populasi. Kemudian tahun 2017 jumlah remaja yang mengalami
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2274 Vol.2 No.7 Desember 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
gangguan menstruasi ada 1118 remaja, pada PMS yang terjadi pada remaja dapat
tahun 2018 terjadi peningkatan yaitu ada 1189 menurunkan produktivitas dalam melakukan
remaja, Sedangkan pada tahun 2019 terjadi aktivitas sehari-hari (Suprayanto 2010). Gejala-
penurunan menjadi 586 remaja yang gejala PMS pada remaja dapat berpengaruh
mengalami gangguan menstruasi. (Dinkes Kota terhadap prestasinya di sekolah (Puspitorini,
Banjarmasin, 2020). Premenstrual syndrome dkk, 2007). Kejadian PMS mempengaruhi
(PMS) adalah salah satu gangguan haid dengan kegiatan di sekolah, misalnya: penurunan
sekumpulan gejala berupa gangguan fisik dan konsentrasi belajar, terganggunya komunikasi
mental yang biasanya muncul mulai satu dengan teman juga memungkinkan terjadinya
minggu sampai beberapa hari sebelum penurunan produktivitas belajar dan
datangnya haid dan menghilang sesudah haid peningkatan absensi kehadiran (Devi, 2012).
datang, walaupun kadang berlangsung sampai Penyebab dari premenstruasl syndrome belum
haid berhenti. (Triwijayanti, 2015: 2) diketahui secara pasti, namun premenstrual
Premenstrual syndrome (PMS) memiliki syndrome dapat disebabkan karena perubahan
tingkat kesakitan tinggi. Walaupun hormonal, prostaglandin, diet, obat-obatan, dan
premenstrual syndrome tidak mengancam gaya hidup. (Amelia, 2015)
nyawa, namun dapat mempengaruhi Penanganan untuk mengurangi terjadinya
produktivitas dan mental wanita. Sekitar 75% premenstrual syndrome yaitu dengan
wanita mengeluhkan gejala premenstrual melakukan aktifitas olahraga secara teratur,
syndrome dan 30% diantaranya memerlukan menjaga berat badan, dan menjaga pola makan
pengobatan. Pada kelompok usia muda yang dapat mempertahankan kesehatan, status
premenstrual syndrome sangatlah umum, hal nutrisi, mencegah atau membantu mengurangi
ini menunjukkan terdapat masalah kesehatan terjadinya premenstrual syndrome.
yang sangat signifikan. Kejadian premenstrual (Nurchasanah, 2009). Bersadarkan penelitian
syndrome dilaporkan terjadi 20-30% dari yang dilakukan oleh Rizka Safitri dkk (2016)
premenopause dan 30-40% pada saat wanita Faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian
masa reproduksi. (Rizka Safitri dkk, 2016: 119) premenstrual syndrome adalah aktivitas olah
Di Indonesia angka prevalensi ini dapat raga, indeks massa tubuh, konsumsi makanan
mencapai 85% dari seluruh populasi wanita asin dan konsumsi makanan manis. Sedangkan
usia reproduksi yang terdiri dari 60-75% berdasarkan penilitian yang dilakukan oleh
mengalami PMS sedang dan berat. Menurut Wijayanti (2015) menyimpulkan bahwa
Damayanti (2013) menyebutkan bahwa terdapat hubungan stress, obesitas dan
permasalahan wanita di Indonesia adalah kebiasaan olahraga dengan kejadian
seputar permasalahan mengenai gangguan premenstural syndrome.
PMS (38,45%). Kejadian Premenstrual Olahraga merupakan faktor yang dapat
syndrome di beberapa daerah di Indonesia mengurangi rasa sakit akibat Premenstrual
menunjukkan hasil yang berbeda. Pada tahun syndrome, sehingga apabila olahraga rendah
2012 di Jakarta Selatan menunjukkan 45% dapat meningkatkan keparahan dari
siswi SMK mengalami PMS. Di Jakarta Timur Premenstrual syndrome, seperti rasa tegang,
mencapai 75,8% siswi SMA mengalami PMS, emosi, dan depresi. Sebuah teori menyebutkan
Di Padang menunjukkan 51,8% siswi SMA dengan adanya olahraga maupun aktivitas fisik
mengalami PMS, sedangkan di Purworejo pada akan meningkatkan produksi endorfin,
siswi sekolah menengah atas, prevalensi PMS menurunkan kadar estrogen dan hormon steroid
sebanyak 24,6%. Di Semarang tahun 2012 lainnya, memperlancar transport oksigen di
didapatkan prevalensi kejadian PMS sebanyak otot, menurunkan kadar kortisol, dan
24,9% (Pratita & Margawati, 2013). meningkatkan perilaku psikologis (Harber dan
Sutton, 2005).

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.7 Desember 2021 2275
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Penelitian yang dilakukan Nashruna dengan kejadian Premenstrual syndrome pada
(2012) menyatakan bahwa wanita yang remaja putri. Kriteria pemilihan jurnal tersebut
melakukan olahraga lebih sedikit mengalami dimulai dengan mencari jurnal hasil penelitian
gejala premenstrual syndrome daripada wanita yang sekuensi diperhatikan dari yang paling
yang tidak rutin melakukan olahraga. relevan, relevan dan cukup relevan sehingga
Responden yang tidak rutin berolahraga terkumpulah 10 jurnal yang terdiri dari 7 jurnal
berpeluang mengalami gejala premenstrual nasional antara lain Wijayanti (2015), Mufida
syndrome 2.756 kali lebih besar dibandingkan (2015), Safitri, dkk (2016), Mulyasari, dkk
dengan responden yang rutin berolahraga (2016), Wara & Reza (2017), Putri (2017),
(Kristy 2017). Olahraga yang teratur adalah Anggraeni, dkk (2018) dan 3 jurnal
olahraga yang dilakukan secara teratur 3- 5 kali internasional yaitu Christy (2018), Mohebi
dalam seminggu dengan selang waktu sehari (2018) dan Andani (2020). Alat atau instrument
untuk istirahat dan durasinya selama 20-30 yang digunakan dalam penelitian adalah
menit checklist dan kuesioner. Jenis data yang
Menjaga berat badan adalah salah satu digunakan pada jurnal-jurnal yang digunakan
penanganan premenstrual syndrome (PMS) adalah data primer berupa hasil wawancara dan
karena berat badan yang berlebih meningkatkan pengisian kuesioner. Metode analisis data yang
risiko kejadian PMS. wanita dengan kelebihan digunakan pada penelitian ini adalah metode
berat badan lebih banyak mengalami analisis anotasi bibliografi (annotated
premenstrual syndrome. (Anindita dkk, 2017). bibliography) yakni suatu kesimpulan
Penelitian yang dilakukan oleh Supriyono sederhana dari suatu artikel, buku, atau jurnal.
(2003) didapatkan bahwa IMT berat badan
berlebih (overweight) mempunyai resiko HASIL DAN PEMBAHASAN
43,432 kali terjadi PMS sedangkan berat badan Tabel 1 Hasil Analisa Univariat
normal cenderung mempunyai proteksi
terhadap kejadian PMS. Beberapa sumber
mengatakan bahwa PMS terjadi karena
peningkatan kadar estrogen pada periode
sebelum menstruasi datang. Sumber pembuatan
estrogen adalah lemak di jaringan perifer yang
kemudian dikonversi menjadi androstenedion
yang merupakan prekursor estrogen. Konversi
androstenedion menjadi estrogen meningkat
dengan peningkatan berat badan (Supriyono,
2003).
Berdasarkan uraian latar belakang yang
telah dipaparkan maka peneliti tertarik untuk
Tabel 2 Hasil Analisa Bivariat
melakukan penelitian dengan judul. “Studi
Literatur Hubungan Aktivitas Fisik dan Indeks
Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian
Premenstural Syndrome Pada Remaja Putri
Tahun 2020”

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan 10 jurnal
yang telah dilakukan analisis atau pengamatan
pada saat bersamaan mengenai hubungan
antara aktivitas fisik dan indeks massa tubuh

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2276 Vol.2 No.7 Desember 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
1. Premenstrual Syndrome hilang energi, nyeri kepala, nyeri perut, dan
Berdasarkan hasil studi literatur dari 10 nyeri pada payudara.
jurnal menunjukkan bahwa besarnya kejadian Pada jurnal Mulyasari, dkk (2016) Hasil
Premenstrual syndrome bervariasi yaitu analisis diperoleh karakteristik responden yang
(Wijayanti (2015) 31,5%, (Mufida (2015) terdiri dari remaja puteri yang mengalami
46,9%, (Safitri, endometriosis dan mengalami gangguan
dkk (2016) 57,5%, (Mulyasari, dkk kepribadian. Faktor-faktor yang mempengaruhi
(2016) 51,8%, (Wara, dkk (2017) 76,8%, terjadinya Sindrom Pra Menstruasi belum
(Putri, (2017) 60%, (Anggraeni, dkk diketahui secara pasti, namun dimungkinkan
(2018) 55%, (Christy (2018) 63%, faktor utama yang berhubungan yaitu
(Mohebi, dkk (2018) 75%, Andani terjadinya ketidakseimbangan antara hormon
(2020) 46,24%. Berdasarkan data studi estrogen dan progesterone. Faktor lain yang
literatur angka kejadian premenstrual syndrome dapat meningkatkan risiko terjadinya SPM
sesuai dengan prevalensi angka kejadian PMS yaitu faktor kimiawi (serotonin dalam otak
di Indonesia yaitu sekitar 70%. yang dipengaruhi faktor eksternal), genetik,
Pada jurnal Wijayanti (2015) Hasil gaya hidup, psikologis, defisiensi endorphin
analisis diperoleh karakteristik responden yang dan Status gizi (Indeks Massa Tubuh/IMT)
terdiri dari obesitas, stress saat menghadapi Pada jurnal Wara & Reza, (2017) Hasil
masalah, dan melakukan kebiasaan olahraga analisis diperoleh karakteristik responden yang
yang kurang. Premenstrual syndrome (PMS) terdiri dari remaja puteri yang mengalami
adalah sekumpulan gejala berupa gangguan amenorrhea. Premenstrual syndrome
fisik dan mental, yang biasanya muncul mulai merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis
satu minggu sampai beberapa hari sebelum dan emosi yang berkaitan dengan siklus
datangnya haid, dan menghilang sesudah haid menstruasi pada wanita. Gejala sindrom
datang, walaupun kadang berlangsung sampai pramenstruasi biasanya timbul 6-10 hari
haid berhenti. sebelum menstruasi dan menghilang ketika
Pada jurnal Mufida (2015) Hasil analisis menstruasi dimulai.
diperoleh karakteristik responden yang terdiri Pada jurnal Putri, (2017) Hasil analisis
dari usia, status perkawinan, riwayat diperoleh karakteristik responden yang terdiri
melahirkan, kebiasaan makan minum dan dari kegiatan aktivitas fisik dan depresi.
aktivitas fisik. Sindrom pramenstruasi (PMS) Sindroma pramenstruasi adalah sekumpulan
adalah kumpulan gejala yang terjadi sebelum gejala fisik, psikologi, dan perilaku, muncul
menstruasi meliputi gejala fisik, mental, dan secara siklik pada wanita usia reproduksi
perilaku, yang berhubungan dengan siklus (Sidabotar, 2012). Frekuensi gejala
menstruasi pada wanita. premenstruasi syndrome (PMS) atau sindrom
Pada jurnal Safitri dkk, (2016) Hasil pramenstruasi pada wanita usia subur di
analisis diperoleh karakteristik responden yang Indonesia sebesar 80-90%.
terdiri dari Aktivitas olahraga, indeks massa Pada jurnal Anggraeni, (2018) Hasil
tubuh, konsumsi makanan asin, dan konsumsi analisis diperoleh karakteristik responden yang
makanan manis. Premenstrual syndrome adalah terdiri dari pengetahuan gizi, status gizi, asupan
sindrom yang terjadi pada perempuan selama 2- kalsium, magnesium, vitamin B6 dan aktivitas
14 hari sebelum menstruasi. Premenstrual fisik. Sindrom pramenstruasi merupakan
syndrome adalah salah satu gangguan umum kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi
yang terjadi pada wanita. Gejala premenstrual yang terkait dengan siklus menstruasi wanita
syndrome meliputi gejala fisik, psikologis dan dan secara konsisten terjadi selama tahap luteal
emosional. Keluhan yang sering terjadi adalah dari siklus menstruasi akibat perubahan
cemas, lelah, sulit berkonsentrasi, susah tidur, hormonal yang berhubungan dengan siklus saat

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.7 Desember 2021 2277
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan yaitu dengan melakukan aktifitas olahraga
menstruasi. Gejala-gejala tersebut biasanya secara teratur, menjaga berat badan, dan
terjadi secara regular pada 7-14 hari sebelum menjaga pola makan yang dapat
datangnya menstruasi dan menghilang pada mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
saat dimulainya menstruasi sampai beberapa mencegah atau membantu mengurangi
hari setelah selesai menstruasi terjadinya premenstrual syndrome.
Pada jurnal Christy, dkk (2018) Hasil 2. Aktivitas Fisik (Olah Raga)
analisis diperoleh karakteristik responden yang Berdasarkan hasil kajian studi literatur
terdiri dari Obesitas, memiliki ayah yang dari 10 jurnal terdapat 7 jurnal yang membahas
menganggur, konsumsi kafein (kopi / teh), dan mengenai aktivitas fisik. Berdasarkan data dari
penggunaan obat nyeri, dan penggunaan pil beberapa jurnal rata-rata remaja memiliki
tidur secara signifikan. Sindrom pramenstruasi aktivitas fisik (olah raga) yang kurang baik,
(PMS) ditandai dengan gejala afektif dan berdasarkan hasil penelitian studi literatur hal
somatik yang muncul pada hari-hari sebelum ini dapat menyebabkan terjadinya keparahan
menstruasi dan mengganggu kehidupan sehari- pada kejadian premenstrual syndrome.
hari wanita. Pada jurnal Wijayanti (2015)
Pada jurnal Mohebi, dkk (2018) Hasil Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh
analisis diperoleh karakteristik responden yang menunjukkan bahwa remaja putri yang
terdiri dari remaja dengan kebiasaan makan memiliki kebiasaan kurang baik dalam
gorengan, minuman manis, makanan cepat saji, berolahraga lebih banyak sebesar 39,2% yang
tidak ada olahraga biasa, riwayat keluarga PMS mengalami PMS. Remaja Putri dengan
lingkar pinggul, dan indeks massa tubuh. kebiasaan olahraga yang baik sebanyak 50
Premenstrual syndrome (PMS) adalah orang dan hanya 20% (10 orang) diantaranya
munculnya satu atau lebih gejala periodik yang mengalami PMS. proporsi kejadian PMS
sebelum menstruasi dan pada beberapa hari pada remaja putri di MAN 1 Metro lampung
pertama menstruasi. Timur sebesar 31,5% (39) dari
Pada jurnal Andani, (2020) Hasil analisis 124 responden. Olahraga merupakan
diperoleh karakteristik responden yang terdiri salah satu treatment yang direkomendasikan
dari remaja dengan derajat stres dan aktivitas untuk mengatasi PMS. Aktivitas olahraga yang
fisik. Perubahan fisik, psikologis, dan perilaku teratur dapat meningkatkan produksi dan
dari satu minggu hingga beberapa hari sebelum pelepasan endorphin. Endorphin terlibat dalam
menstruasi dikenal sebagai sindrom sensasi euphoria, sehingga dapat membuat
pramenstruasi (PMS) perasaan menjadi tenang dan santai. Wanita
Berdasarkan analisa dari jurnal diatas, yang mengalami PMS pada umumnya
Peneliti mendapati bahwa kejadian mengalami kelebihan estrogen. Aktifitas
premenstrual syndrome memiliki banyak faktor olahraga yang teratur dan berkelanjutan
yakni diantaranya gaya hidup, asupan gizi, memiliki kontribusi dalam meningkatkan
faktor hormonal dan faktor lingkungan. hormon pelepas endorphin. Wanita yang
Kejadian premenstrual syndrome dapat mengalami PMS di dalam tubuhnya terjadi
menurunkan produktivitas remaja dalam kelebihan hormon estrogen, sementara
melakukan aktivitasnya sehari-hari terutama di kelebihan hormon estrogen dapat dicegah
sekolah, misalnya penurunan konsentrasi dengan meningkatnya hormon endorphin. Hal
belajar, terganggunya komunikasi dengan ini menunjukkan fenomena bahwa wanita yang
teman juga dimungkinkan terjadi penurunan jarang melakukan olahraga secara teratur akan
produktivitas belajar dan peningkatan absensi memiliki hormon estrogen yang lebih tinggi
kehadiran. Menurut Nurchasanah daripada wanita yang terbiasa melakukan
(2009) mengatakan bahwa penanganan untuk olahraga secara rutin dan intensif. Hal tersebut
mengurangi terjadinya premenstrual syndrome yang memungkinkan adanya peningkatan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2278 Vol.2 No.7 Desember 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
resiko PMS yang lebih besar Pada wanita yang memiliki aktivitas fisik ringan yaitu sebesar
melakukan olahraga yang tidak teratur atau 50% dan dari 40 mahasiswi hanya terdapat 6
tidak rutin. mahasiswi (15%) yang memiliki aktivitas fisik
Pada jurnal Mufida (2015) Responden berat. Rata-rata aktivitas fisik responden
yang setiap minggunya rutin melakukan sebesar 1,72% dengan standar deviasi sebesar
olahraga tidak mengalami PMS yaitu sebesar ±0,215.
84,6%. Sedangkan lebih dari setengah Pada jurnal Mohebi, dkk (2018)
responden yang setiap minggunya tidak rutin didapatkan informasi bahwa terdapat 53 orang
melakukan olahraga mengalami PMS yaitu (35,33%) dari 150 responden tidak memiliki
sebesar 58,3%. Defisiensi endorphin kebiasaan berolahraga yang rutin.
merupakan salah satu penyebab Sindrom Pada jurnal Andani, (2020) didapatkan
Pramenstruasi (PMS). Endorphin dibuat dalam informasi bahwa mayoritas responden
tubuh yang terlibat dalam sensasi euphoria dan melakukan aktivitas fisik sedang (76,34%),
nyeri. Olahraga dapat membuat hormon sedangkan prevalensi responden melakukan
endorphin muncul yang membuat perasaan aktivitas rendah dan tinggi adalah 11,83%.
menjadi tenang dan santai Berdasarkan tabulasi silang, 45,15% responden
Pada jurnal Safitri dkk, (2016) yang melakukan aktivitas fisik sedang tidak
Responden yang melakukan aktivitas olahraga mengalami gejala PMS atau gejala PMS ringan.
sebanyak 25 siswi (39,1%) dimana 6 siswi yang Aktivitas fisik, terutama olahraga teratur, dapat
mengalami premestrual syndrome dan 19 siswi memicu peningkatan produksi dan pelepasan
yang tidak mengalami premenstrual syndrome. endorfin. Endorfin merupakan hormon yang
Responden yang tidak melakukan aktivitas berperan dalam pengendalian kekebalan tubuh
olahraga terdapat sebanyak 39 siswi (60,9%) dan respons stres, dan keberadaan endorfin
dimana 26 siswi yang mengalami premestrual dapat memicu perasaan bahagia. Kelebihan
syndrome dan 13 siswi yang tidak mengalami estrogen yang dapat menyebabkan wanita
premenstrual syndrome. Aktivitas olahraga mengalami PMS dapat dicegah dengan
secara teratur tidak hanya meningkatkan peningkatan endorfin.
sirkulasi darah, tetapi juga membakar residu 3. Indeks Massa Tubuh (IMT)
bahan kimia dalam tubuh untuk menghasilkan Berdasarkan hasil kajian studi literatur
hormon endorfin. Hormon endorfin adalah dari 10 jurnal terdapat 6 jurnal yang membahas
opiat alami yang berfungsi untuk mengurangi mengenai Indeks Massa Tubuh (IMT)
rasa nyeri. Pada jurnal Wijayanti (2015)
Pada jurnal Putri, (2017) diperoleh Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh
informasi bahwa 32 responden dengan aktivitas menunjukkan bahwa remaja putri yang obesitas
baik yang mengalami gejala sindrom pra lebih banyak yang mengalami kejadian PMS
menstruasi parah 8,5%. Sedangkan dari 50 yaitu sebesar 55,6% dibandingkan dengan
responden dengan aktivitas kurang baik didapat remaja putri yang tidak mengalami obesitas dan
31,7% yang mengalami gejala sindrom terkena PMS di MAN 1 Metro Lampung Timur
pramenstruasi parah. Aktivitas fisik adalah yaitu sebesar 27,4 %. Obesitas merupakan
gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka faktor resiko terhadap kejadian sindrom
yang memerlukan pengeluaran energi. Wanita pramenstruasi (PMS). Orang yang kelebihan
yang melakukan olahraga lebih sedikit berat badan beresiko mengalami kejadian
mengalami gejala sindrom pra menstruasi dari sindrom pramenstruasi. Intake karbohidrat
pada wanita yang tidak rutin melakukan yang berlebihan dapat meningkatkan resiko
olahraga kejadian PMS.
Pada jurnal Anggraeni, (2018) Pada jurnal Safitri dkk, (2016)
menunjukkan bahwa sebagian besar responden Responden yang overweight terdapat sebanyak

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.7 Desember 2021 2279
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
24 siswi (37,5%) dimana 18 siswi yang manusia. Pada wanita dengan berat badan
mengalami premestrual syndrome dan 6 siswi berlebih memiliki cadangan lemak yang lebih
yang tidak mengalami premenstrual syndrome. tinggi. Lemak terutama kolesterol merupakan
Responden yang non overweight bahan dasar pembentukan estrogen.
terdapat sebanyak 40 siswi (62,5%) dimana 14 Peningkatan kadar estrogen berbanding lurus
siswi yang mengalami premestrual syndrome dengan peningkatan persentase lemak didalam
dan 26 siswi yang tidak mengalami tubuh, yang artinya semakin tinggi indeks
premenstrual syndrome. Wanita dengan massa tubuh maka akan semakin besar risiko
kelebihan berat badan lebih banyak mengalami seorang wanita untuk mengalami sindrom
Premenstrual Syndrome. Adanya abnormalitas pramenstruasi.
pada hormon di ovarium yang menyebabkan Pada jurnal Christy, dkk (2018) Terdapat
kelebihan estrogen dan defisit progesteron. 104 (7,90%) dari 2115 responden memiliki
Perubahan hormon pada ovarium dapat obesitas mengalami kejadian PMS. Obesitas
mempengaruhi fungsi neurotransmiter yang diperkirakan mengubah fungsi neurotransmitter
mengakibatkan terjadinya penurunan serotonin melalui efeknya pada estrogen dan
oleh platelet dan penurunan kadar serotonin progesteronEstrogen meningkatkan aksi
dalam darah yang dapat menyebabkan serotonin dengan meningkatkan sintesis,
terjadinya premenstrual syndrome. transpor, reuptake dan ekspresi reseptor, dan
Pada jurnal Mulyasari, dkk (2016) Dari responsivitas postsynaptic. Oleh karena itu,
hasil presentase paling banyak responden kadar estradiol yang lebih rendah terkait dengan
memiliki status gizi lebih yaitu terdapat 31 adipositas dapat menyebabkan fungsi serotonin
responden (36,5%) yang mempunyai status gizi yang rusak dan berkontribusi pada terjadinya
gemuk dengan SPM sedang 18 responden PMS.
(58,1%) dan 18 responden (21,2%) yang 4. Hubungan Aktivitas Fisik (Olah
mempunyai status gizi obesitas dengan SPM Raga) Dengan Kejadian Premenstrual
sedang 11 responden (61,1%). Keadaan Syndrome Pada Remaja Putri
tersebut disebabkan karena responden sebagian Pada jurnal Wijayanti (2015) Hasil uji
besar mengalami kelebihan berat badan. hipotesis chi square didapatkan p- value sebesar
Pada jurnal Wara & Reza, (2017) 0,039(p-value < α 0,05), sehingga dapat
Diketahui dari 138 responden, terdapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
11 responden (8%) mempunyai IMT bermakna antara kebiasaan berolahraga dengan
berat badan kurang, 96 responden (69.6%) kejadian PMS pada remaja Purti di MAN
mempunyai IMT normal dan 31 responden 1 Metro Lampung Timur. Nilai POR
(22,5%) mempunyai IMT berat badan lebih- sebesar 2,58 yang menunjukkan bahwa remaja
obesitas. Dari 138 responden juga diketahui putri dengan kebiasaan olahraga kurang baik
sebanyak 106 responden (76.8%) mengalami berpeluang mengamai PMS 2,58 kali lebih
PMS derajat ringan dan 32 responden (23.2%) besar dibandingkan remaja putri yang kurang
sisanya mengalami PMS derajat sedang- berat. berolahraga. Olahraga merupakan salah satu
Pada jurnal Anggraeni, (2018) treatment yang direkomendasikan untuk
Menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengatasi PMS. Aktivitas olahraga yang
memiliki status gizi normal yaitu sebesar 57,5%. teratur dapat meningkatkan produksi dan
Dari 40 mahasiswi hanya terdapat 1 mahasiswi pelepasan endorphin. Endorphin terlibat dalam
yang memiliki status gizi obesitas II dengan sensasi euphoria, sehingga dapat membuat
persentase sebesar 2,5%. Rata-rata status gizi perasaan menjadi tenang dan santai. Endorphin
responden sebesar 21,43% dengan standar juga berperan dalam mengatur hormon endogen.
deviasi sebesar ±3,363. Indeks Massa Tubuh Wanita yang mengalami PMS pada umumnya
(IMT) merupakan salah satu ukuran untuk mengalami kelebihan estrogen. Aktifitas
memprediksi persentase lemak didalam tubuh olahraga yang teratur dan berkelanjutan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2280 Vol.2 No.7 Desember 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
memiliki kontribusi dalam Hormon endorfin adalah opiat alami yang
meningkatkan hormon pelepas endorphin. berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri
Wanita yang mengalami PMS di dalam Pada jurnal Putri, (2017 Dari hasil uji
tubuhnya terjadi kelebihan hormon estrogen, statistik chi-square diperoleh nilai p- value0,01
sementara kelebihan hormon estrogen dapat (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan
dicegah dengan meningkatnya hormon bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik
endorphin. Hal ini menunjukkan fenomena dengan kejadian sindrom pra menstruasi,
bahwa wanita yang jarang melakukan olahraga dengan nilai OR terbesar 3,9 (1,416-10,571), ini
secara teratur akan memiliki hormon estrogen berarti bahwa responden dengan aktivitas
yang lebih tinggi daripada wanita yang terbiasa kurang baik mempunyai peluang sebesar 3-4
melakukan olahraga secara rutin dan intensif. kali mengalami gejala sindrom pra menstruasi
Hal tersebut yang memungkinkan adanya parah dibandingkan dengan responden yang
peningkatan resiko PMS yang lebih besar Pada memiliki aktivitas baik. Pada jurnal Anggraeni,
wanita yang melakukan olahraga yang tidak (2018)
teratur atau tidak rutin Hasil analisis statistik dengan
Pada jurnal Mufida (2015) Hasil analisis menggunakan uji korelasi Pearson Product
dengan regresi logistik ganda aktivitas fisik Moment pada penelitian ini diperoleh nilai p
memiliki nilai p sebesar 0,017 sehingga dapat value 0,479 (p>0,05) menunjukkan bahwa tidak
diartikan ada pengaruh aktivitas fisik terhadap ada hubungan yang signifikan antara aktivitas
kejadian premenstrual syndrome. Wanita usia fisik dengan sindrom pramenstruasi. Tidak
subur yang tidak rutin melakukan aktivitas fisik adanya hubungan yang signifikan antara
(olahraga) setiap minggunya mempunyai risiko aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi
9,284 kali terjadi PMS dibandingkan dengan diduga bahwa tingkat aktivitas fisik yang
wanita usia subur yang rutin melakukan olah dilakukan oleh responden merupakan tingkat
raga setiap minggunya. Aktivitas fi sik aktivitas fisik yang dilakukan di dalam
merupakan salah satu dari banyak faktor yang kehidupan sehari-hari. Kegiatan yang
diduga menyebabkan PMS. Kurang olahraga dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari tidak
dan aktivitas fisik menyebabkan semakin dapat digolongkan dalam kegiatan olahraga.
beratnya PMS. Wanita yang rajin berolah raga Selain itu, hampir semua responden jarang
jarang mempunyai keluhan pre menstruasi melakukankegiatan olahraga seperti aerobik,
sindrom bila dibandingkan dengan wanita yang jogging dan lari. Hal ini dikarenakan waktu
tidak rajin olah raga. Defisiensi endorphin luang yang dimiliki responden pada hari libur
merupakan salah satu penyebab Sindrom hanya digunakan untuk bersantai di kos atau
Pramenstruasi dimana endorphin dibuat dalam berisitirahat seperti tidur dan bermain gadget.
tubuh yang terlibat dalam sensasi euphoria dan Pada jurnal Mohebi, dkk (2018) Hasil uji
nyeri. Olahraga dapat membuat hormon korelasi pearson didapat p=0,006 menunjukkan
endorphin muncul yang membuat perasaan bahwa nilai sig (0,006) < 0,05. Hal ini
menjadi tenang dan santai. menunjukan bahwa ada hubungan antara
Pada jurnal Safitri dkk, (2016) Pada uji aktivitas fisik (kebiasaan olahraga) dengan
Chi Square didapatkan nilai p- value= 0,002 kejadian PMS. olahraga maupun aktivitas fisik
yang menunjukkan bahwa nilai sig (0,002) < akan meningkatkan produksi endorfin,
0,05. Dengan demikian, ada hubungan antara menurunkan kadar estrogen dan hormon steroid
aktivitas olahraga terhadap premenstrual lainnya, memperlancar transport oksigen di otot,
syndrome. Aktivitas olahraga secara teratur menurunkan kadar kortisol, dan meningkatkan
tidak hanya meningkatkan sirkulasi darah, perilaku psikologis.
tetapi juga membakar residu bahan kimia dalam Pada jurnal Andani, (2020) Hasil uji chi-
tubuh untuk menghasilkan hormon endorfin. square menunjukkan p-value 0,04 yang

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.7 Desember 2021 2281
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
menunjukkan hubungan yang signifikan antara siklus menstruasi adalah penyebab
aktivitas fisik dan kejadian PMS. Aktivitas fisik, Premenstrual Syndrome.
terutama olahraga teratur, dapat memicu Pada jurnal Mulyasari, dkk (2016)
peningkatan produksi dan pelepasan endorfin. Berdasarkan hasil uji Kendall Tau diperoleh
Endorfin merupakan hormon yang berperan nilai p value sebesar 0,009. Hal ini
dalam pengendalian kekebalan tubuh dan menunjukkan bahwa ada Hubungan antara
respons stres, dan keberadaan endorfin dapat Status Gizi (IMT/U) Dengan Derajat Sindrom
memicu perasaan bahagia. Kelebihan estrogen Pra Menstruasi Pada Remaja Putri di PONPES
yang dapat menyebabkan wanita mengalami Mahirul Hikam Assalafi Pasudan Kenteng
PMS dapat dicegah dengan peningkatan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.
endorfin. artinya semakin tinggi skor Indeks Massa
5. Hubungan Indeks Massa Tubuh Tubuh menurut Umur maka akan semakin besar
(IMT) Dengan Kejadian Premenstrual risiko seorang perempuan untuk mengalami
Syndrome Pada Remaja Putri peningkatan derajat Sindrom Pra Menstruasi.
Pada jurnal Wijayanti (2015) Masalah ini yang diakibatkan karena rendahnya
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh kadar serotonin dalam tubuh. Kadar serotonin
menunjukkan bahwa remaja putri yang obesitas di otak akan menurun jika Body Mass Index
lebih banyak yang mengalami kejadian PMS (IMT) semakin tinggi. Serotonin ini
yaitu sebesar 55,6% dibandingkan dengan berhubungan dengan reaksi neurotransmitter
remaja putri yang tidak mengalami obesitas dan yang mengendalikan akses rangsangan kepada
terkena PMS di MAN 1 Metro Lampung Timur Hipothalamus- Pituitary-Adrenal (HPA). Jika
yaitu sebesar 27,4 %. Hasil uji hipotesis chi terjadi disfungsi pada aksis HPA ini, maka
square didapatkan pvalue sebesar 0,035 (p- melalui manifestasi tertentu akan muncul gejala
value < α 0,05), sehingga dapat disimpulkan PMS. Penderita PMS juga mempunyai
bahwa terdapat hubungan yang bermakna keinginan yang meningkat terhadap konsumsi
antara obesitas dengan PMS pada remaja putri karbohidrat akibat rendahnya hormon serotonin
di MAN 1 Metro Lampung Timur. Kadar Pada jurnal Wara & Reza, (2017) Hasil
serotonin di otak akan menurun jika Body Mass uji statistik chi-square pada penelitian ini
Index tinggi. Kadar serotonin berhubungan tentang hubungan IMT dengan derajat PMS
dengan reaksi neurotransmitter yang diperoleh nilai p = 0,002 dimana lebih kecil dari
mengendalikan rangsangan pada Hiphotalamus 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat
pituitary Adrenal (HPA) jika terjadi disfungsi hubungan bermakna antara indeks massa tubuh
pada Adrenal HPA melalui manifestasi tertentu dengan derajat PMS. Menjaga berat badan
akan memicu terjadinya PMS adalah salah satu penanganan premenstrual
Pada jurnal Safitri dkk, (2016) Pada uji syndrome (PMS) karena berat badan yang
Chi Square didapatkan nilai p- value= 0,005 berlebih meningkatkan risiko kejadian PMS.
menunjukkan bahwa nilai sig (0,005) < 0,05. wanita dengan kelebihan berat badan lebih
Dengan demikian, ada hubungan antara indeks banyak mengalami premenstrual syndrome.
massa tubuh terhadap premenstrual syndrome. Penelitian yang dilakukan oleh Supriyono
Hormon estrogen tidak hanya berasal dari (2003) didapatkan bahwa IMT berat badan
ovarium tetapi juga bisa berasal dari lemak berlebih (overweight) mempunyai resiko
yang berada dibawah kulit. Pada perempuan 43,432 kali terjadi PMS sedangkan berat badan
yang mengalami kelebihan berat badan, normal cenderung mempunyai proteksi
timbunan lemak dapat memicu pembuatan terhadap kejadian PMS.
hormon estrogen berlebih yang dapat Pada jurnal Anggraeni, (2018) Hasil
menyebakan terjadinya hiperestrogenisme. analisis statistik dengan menggunakan uji
Teori menunjukkan adanya kelebihan estrogen korelasi Pearson Product Moment pada
atau defisit progesteron dalam fase luteal dari penelitian ini diperoleh nilai p value 0,000

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2282 Vol.2 No.7 Desember 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
(p<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan PENUTUP
yang signifikan antara status gizi dengan Kesimpulan
sindrom pramenstruasi. Peningkatan kadar Berdasarkan hasil pembahasan pada
estrogen berbanding lurus dengan peningkatan penelitian ini yang dilakukan menggunakan
persentase lemak didalam tubuh, yang artinya studi literatur pada 10 jurnal dapat disimpulkan
semakin tinggi indeks massa tubuh maka akan sebagai berikut:
semakin besar risiko seorang wanita untuk 1. Angka kejadian premenstrual syndrome di
mengalami sindrom pramenstruasi. Obesitas 10 lokasi berdasarkan jurnal bervariasi
merupakan faktor resiko terhadap kejadian yaitu 31,5%-76,8%.
sindrom pramenstruasi (PMS). Orang yang 2. Remaja dengan aktivitas fisik yang kurang
kelebihan berat badan beresiko mengalami baik atau tidak teratur terdapat 31,7%-
kejadian sindrom pramenstruasi. Intake 66,7% mengalami kejadian premenstrual
karbohidrat yang berlebihan dapat syndrome dan remaja yang memiliki
meningkatkan resiko kejadian PMS. indeks massa tubuh (IMT) berlebih
Pada jurnal Christy, dkk (2018) terdapat 22,5%-75% mengalami kejadian
Didapatkan informasi bahwa faktor terkait premenstrual syndrome.
dengan PMS adalah Obesitas [disesuaikan (a) 3. Dari 10 jurnal ada 7 jurnal yang membahas
OR (95% CI) = 1,56 (1,10; 2,20) dan 1,92 (1,20; mengenai aktivitas fisik dan dari 7 tersebut
3,06) untuk peserta yang kelebihan berat badan terdapat 6 jurnal (83%) menyatakan bahwa
dan obesitas. Obesitas diperkirakan mengubah ada hubungan signifikan antara aktivitas
fungsi neurotransmitter melalui efeknya pada fisik (olah raga) dengan kejadian
estrogen dan progesteron. Estrogen premenstrual syndrome.
meningkatkan aksi serotonin dengan 4. Dari 10 jurnal ada 6 jurnal yang membahas
meningkatkan sintesis, transpor, reuptake dan mengenai indeks massa tubuh (IMT) dan
ekspresi reseptor, dan responsivitas dari 6 jurnal tersebut seluruhnya (100%)
postsynaptic. Oleh karena itu, kadar estradiol menyatakan bahwa ada hubungan antara
yang lebih rendah terkait dengan adipositas indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian
dapat menyebabkan fungsi serotonin yang premenstrual syndrome.
rusak dan berkontribusi pada terjadinya PMS Saran
Berdasarkan analisa jurnal diatas, peneliti 1. Bagi Tenaga Kesehatan
menemukan bahwa indeks massa tubuh yang Disarankan kepada pihak tenaga
berlebih dapat meningkatkan produksi hormon kesehatan agar melakukan sosialisasi dan
estrogen dimana hormon estrogen tersebut penyuluhan kepada remaja agar lebih
menjadi penyebab munculnya gejala memperhatikan tentang pentingnya mengetahui
premenstrual syndrome. Hal ini juga didukung fakto-faktor yang dapat meningkatkan resiko
oleh teori Supriyono, (2003) yang mengatakan terjadinya premenstrual syndrome serta pihak
bahwa PMS terjadi karena peningkatan kadar tenaga kesehatan juga melakukan pemantauan
estrogen pada periode sebelum menstruasi kesehatan pada remaja mengenai kebiasaan
datang. Sumber pembuatan estrogen adalah olah raga dan indeks massa tubuh (IMT) remaja
lemak di jaringan perifer yang kemudian sehingga dapat menurunkan angka kesakitan
dikonversi menjadi androstenedion yang remaja pada kejadian premenstrual syndrome.
merupakan prekursor estrogen. Konversi 2. Bagi Remaja Putri
androstenedion menjadi estrogen meningkat Disarankan kepada remaja putri untuk
dengan peningkatan berat badan. bisa melaksanakan pola hidup sehat dengan
olahraga secara rutin dan menjaga indeks massa
tubuhnya tetap ideal untuk menurunkan resiko
terjadinya premenstrual syndrome dan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.7 Desember 2021 2283
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
diharapkan dari kajian studi literatur ini remaja Negeri 17 Jakarta Wara Anung Anindita.”
lebih banyak mengetahui mengenai 1–15
penanganan serta pencegahan premenstrual [8] Arisman, M. B. (2010). Buku Ajar Ilmu
syndrome. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Edisi-2.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Jakarta: EGC.
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat [9] BKKBN; Kemenkes RI.Survei
mengembangkan penelitian dengan lebih Demografi dan Kesehatan Indonesia
mendalam menggunakan metode yang berbeda Tahun 2012. Jakarta : s.n., 2013.
serta menggali faktor lain yang [10] Borenstein, J. E., Dean, B. B., Endicott, J.,
mempengaruhi kejadian premenstrual Wong, J., Brown, C., dan Yonkers, K. A.
syndrome pada remaja putri sehingga dapat “Health and Economic Impact of The
menjadi sumber yang bervariatif. Ptemenstrual Syndrome”. J Reprod Med,
2004: h 54-65
DAFTAR PUSTAKA [11] Brannon, L. Health Psychology: An
[1] Abeje, Abebaw, and Zerihun Berhanu. Introduction to Behaviour and Healt.,
2019. “Premenstrual Syndrome and 2007
Factors Associated with It among [12] Christy, Costanian, Akiki Zeina, Daou
Secondary and Preparatory School Safaa, and Assaad Shafika. 2018.
Students in Debremarkos Town, North- “Factors Associated with Premenstrual
West Ethiopia, 2016.” BMC Research Syndrome and Its Different Symptom
Notes 12(1):1–5. doi: 10.1186/s13104- Domains
019-4549-9. [13] among University Students in Lebanon.”
[2] Abdillah, T. J. 2010. “Kadar Serum International Journal of Women’s Health
Magnesium terhadap Gambaran Sindrom and Wellness 4(1):1–10. doi:
Pramenstruasi yang Dinilai dengan 10.23937/2474-1353/1510068.
Premenstrual Syndrome Scale” Skripsi [14] Creswell, J. W. (1998). Qualitatif Inquiry
S1 Fakultas Kedokteran, Universitas andResearch Design. Sage Publications,
Sumatera Utara., 2010 Inc:California.
[3] Agus.Pendidikan Jasmani dan Olahraga. [15] Daley, A. “Exercise and Premenstrual
Jakarta: Yudistira, 2007 Symptomatology: a Comprehensive
[4] Amjad, A., Kumar, R. danMazher, S. B. review”. J Womens Health, 2009: h 13-
[5] 2014. “Socio-demographic Factor and 16
Premenstrual Syndrome among Women [16] Dariyo, Agus. Psikologi Perkembangan.
attending a Teaching Hospital in Bandung: PT. Refika Aditama, 2007
Islamabad”. Pakistan. J Pioneer Med Sci, [17] Delara, M., Ghofranipour, F., Azadfallah,
2014: h 31-38 P., Tavafian, S. S., danMontazeri, A.
[6] Anggraeni, Nurul. 2018. “Hubungan “Health Related Quality of Life Among
Pengetahuan Gizi, Status Gizi, Asupan Adolescents With Premenstrual
Kalsium, Magnesium, Vitamin B6 Dan [18] Depkes RI. Pembinaan Kesehatan
Aktivitas Fisik Dengan Sindrom Olahraga di Indonesia. Jakarta:
Pramenstruasi (Studi Pada Mahasiswi Departemen Kesehatan Republik
Peminatan Gizi Kesmas Fkm Undip Indonesia, 2013
Tahun 2017).” Jurnal Kesehatan [19] Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin.
Masyarakat (e-Journal) 6(1):526–36. (2020). Profil Kesehatan Kota
[7] Anon. n.d. “Hubungan Indeks Massa Banjarmasin Tahun 2017. Martapura :
Tubuh Dengan Derajat Dinkes Kota Banjarmasin.
Premenstrual Syndrome Pada Siswi SMA [20] Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin.
(2020). Profil Kesehatan Kota

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2284 Vol.2 No.7 Desember 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Banjarmasin Tahun 2018. Martapura : “JGK-Vol.8, No.17 Januari 2016.”
Dinkes Kota Banjarmasin. 8(17):54–61.
[21] Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. [33] Nashruna, Ifana. “Hubungan Aktivitas
(2020). Profil Kesehatan Kota Olahraga dan Obesitas dengan Kejadian
Banjarmasin Tahun 2019. Martapura : Sindrom Pramenstruasi. Klaten”, 2012:
Dinkes Kota Banjarmasin. 66-71
[22] Gunarsa, Singgih D. 2008. Psikologi [34] Nurcahyo. Ilmu Kesehatan Jilid 2.
Anak: Psikologi Perkembangan Anak dan Jakarta: Depdiknas, 2008 Putri, Kristy
Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Mellya. 2017. “Hubungan Aktifitas Fisik
[23] Harber, V. J. dan Sutton, J. R. Dan Depresi Dengan Kejadian Sindrom
“Endorphins and Exercise”. Sports Med, Pra Menstruasi.” JI-KES (Jurnal Ilmu
2005: h 87-93 Kesehatan) 1(1):18–24. doi: 10.33006/ji-
[24] Hidayat, A.A.A. (2014). Metode kes.v1i1.55.
Penelitian Kebidanan Dan Teknik [35] Pertiwi, C., 2016. "Hubungan Aktivitas
Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Olahraga Terhadap Kejadian Sindrom
[25] Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Pramenstruasi Pada Remaja Di Sman 4
Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Jakarta". Skripsi. Program Studi Ilmu
Salemba Medika. Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan
[26] Info, A. (2020) ‘Original Research Ilmu Kesehatan. Jakarta: Universitas
Relationship Between Degree of Stress Islam Negeri Syarif Hidayatullah
and Physical’, 8, pp. 125–133. doi: [36] Ramadona, E.T., 2018. “Hubungan
10.20473/jbe.v8i22020. Indeks Massa Tubuh Dan Tingkat
[27] Lau, E. Super Sehatdalam 2 Minggu. Aktivitas Fisik Pada Siswa Sekolah Dasar
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2011 Kelas V Di Sd Negeri Samirono
[28] Maulana, H.D. Promosi Kesehatan. Kecamatan Depok Kabupaten Sleman”.
jakarta: EGC, 2008 Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan.
[29] Mizgier, M. et al. (2019) ‘The Yogyakarta: Universitas Negeri
relationship between body mass index, Yogyakarta
body composition and premenstrual [37] Ristianingrum, ika., Rahmawati, indah &
syndrome prevalence in girls’, Rujiato, lantip (2010). Hubungan antara
Ginekologia Polska, 90(5), pp. 256–261. indeks massa tubuh (IMT) dengan tes
doi:10.5603/GP.2019.0048. fungsi paru. Mandala of Health Journal.
[30] Mohebi, Siamak, Mahmoud Parham, 4(2).
Gholamreza Sharifirad, and Zabihollah [38] Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi
Gharlipour. 2018. “Social Support and Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Self - Care Behavior Study.” 1–6. doi: Medika.
10.4103/jehp.jehp. [39] Sandrina. 2013. Indeks Masa Tubuh.
[31] Mufida, Ery. 2015. “Faktor Yang http//www. unair.ac.id. akse 2 Maret
Meningkatkan Risiko Premenstrual 2017
Syndrome Pada Mahasiswi.”Jurnal [40] Santrock, J.W. Adolescence. Madison:
Biometrika Dan Kependudukan Brown & Benchmark Publishers, 2005
4(1):7–13. [41] Safitri, Rizka, Kurnia Rachmawati,
[32] Mulyasari, Indri, Rahardjo Program Studi, Ilmu Keperawatan,
Apriyatmoko, Program Studi, Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, and Universitas
Program Studi Keperawatan, Kata Kunci, Lambung. 2016. “Faktor-Faktor Resiko
and Sindrom Pra Menstruasi. 2016. Kejadian Premenstrual.” (3):118–23.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.7 Desember 2021 2285
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
[42] Saryono. (2009). Sindrom Premenstruasi : [54] Young, Simon. “HowIncrease Serotonin
mengungkap tabir sensitifitas perasaan In the Human Brain Without Drugs”.
menjelang menstruasi. Yogyakarta: Nuha Montreal: McGill University, 2007
Medika.
[43] Setiawan, A. & Saryono. (2011).
Metodologi Penelitian Kebidanan DIII,
DIV, S1 Dan S2. Yogyakarta: Nuha
Medika.
[44] Sumosardjuno, Sadoso. Pengetahuan
Praktis Kesehatan dalam Olahraga.
Jakarta: Gramedia, 2008
[45] Supariyasa. 2012.Status Gizi. Bandung
ALFABETA
[46] uparman, E., 2011. Premenstrual
Syndrome. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
[47] Umami, F. 2017. "Hubungan Indeks
Massa Tubuh Dengan Hipertensi Pada
Pra Lansia Usia 45-55 Tahun". Skripsi.
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan.
Jombang:Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan.
Insan Cendekia Medika.
[48] istabunda. 2013. Indeks Masa Tubuh dan
Hidup Sehat. http//www.
vistabunda.com.akses 3 maret 2017
[49] Widyastuti, Y., dkk. 2009. Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Fitrimaya.
[50] Wara, Reza. 2017. “Hubungan Indeks
Massa Tubuh Dengan Derajat
Premenstrual Syndrome Pada Siswi Sma
Negeri 17 Jakarta”. Jurnal. Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti. Jakarta: Departemen
Ilmu Kesehatan Kerja Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti.
[51] Wijayanti, Yoga Tri. 2015. “Analisis
Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Premenstrual Syndroma Pada
Remaja Putri.” Jurnal Kesahatan Metro
Sai Wawai 8(2):1–7.
[52] Wiley, J. Premenstrual Syndrome:
Textbook of Obstetrics and Gynaecology.
UK: Wiley- Blackwell, 2012
[53] Wiknjosastro, Hanifa, 2010, Ilmu
Kandungan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2286 Vol.2 No.7 Desember 2021
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

You might also like