You are on page 1of 12

Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No.

2, Juni 2015

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI


DEPAN UMUM PADA MAHASISWI

Wifa Djayanti, Rina Rahmatika M.Psi., Psi.


Fakultas Psikologi Universitas YARSI
wifa.djayanti@gmail.com; rina.rahmatika@gmail.com

Abtsract. Students have many academic tasks such as academic presentations,


discussions, suggesting ideas / opinions that require them to speak in front of many
people. Some problems arise when someone has to do public speaking; one of them is
the lack of confidence that drives them to be anxious. Public speaking anxiety can be
influenced by gender. Women tend to have more difficulties in facing anxiety than
men, because women are more sensitive and susceptible to negative feelings about
something. Self-efficacy is how each individual's perception to perceive his ability to
deal with problems including how people can handle public speaking. When people
have a strong confidence, they will not easily give up on somtehing and always try to
get what they want. The purpose of this study was to determine the relationship
between self-efficacy with public speaking anxiety on the student and the perspective
of Islam. Research method is correlational method and sampling technique is
incidental sampling. The instruments on this research are self-efficacy scale and
public speaking anxiety scale which was given to 270 female college students with
characteristics that have been determined previously by researcher.The result shows
that there is negative relationshipbetween self-efficacy and public speaking anxiety on
student ( = -0.637, ρ <0.05).
Keywords : Self efficacy, Public speaking anxiety, Female college students

Abstrak. Seorang mahasiswi memiliki tugas akademik seperti presentasi, diskusi,


mengemukakan ide/pendapat yang menuntut mereka untuk berbicara di depan orang
banyak. Ada beberapa permasalahan yang muncul ketika berbicara di depan umum,
salah satunya adalah kecemasan. Perempuan cenderung sulit mengatasi kecemasan
dibandingkan laki-laki, salah satunya adalah karena perempuan lebih sensitif dan
rentan terhadap perasaan negatif akan sesuatu. Kecemasan dapat dikaitkan
tergantung dari bagaimana persepsi masing-masing individu mempersepsi
kemampuannya yang disebut dengan efikasi diri. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan berbicara di depan
umum pada mahasiswi. Metode dalam penelitian ini adalah korelasional dengan
teknik pengambilan sampel menggunakan incidental sampling. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala efikasi diri dan skala kecemasan
berbicara di depan umum yang diberikan kepada 270 mahasiswi dengan karakteristik
yang sudah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat hubungan negatif yang signifikan (rxy = -0,637, ρ < 0,05) antara efikasi diri
dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswi.
Kata kunci : Efikasi diri; Kecemasan berbicara di depan umum; Mahasiswi

PENDAHULUAN
Pada dunia pendidikan, mahasiswa dituntut untuk melakukan interaksi lingkungan
di dalam kelas sebagai pembicara maupun pendengar; pada setting kelas, proses belajar
mengajar merupakan interaksi secara verbal maupun non-verbal yang terjadi antara dosen
dengan mahasiswa atau mahasiswa dengan mahasiswa (Conor dalam Anwar, 2009).

187
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015

Interaksi di dalam kelas sangat penting dan menentukan efektivitas proses belajar
mengajar, bentuknya seperti bertanya kepada dosen maupun antar mahasiswa,
mempresentasikan hasil tugas, melakukan diskusi kelompok dan membuat tugas dalam
bentuk tertulis (Arismunandar dalam Anwar, 2009).
Pada penelitian yang dikemukakan oleh Saepudin (dalam Khasanah, 2012)
ditemukan bahwa ada lima kategori yang menonjol pada permasalahan mahasiswa. Salah
satu aspek yang muncul yaitu aspek kurang percaya diri dalam bentuk kecemasan
berbicara di depan umum. Nevid, Rathus, & Greene (2005) mengungkapkan bahwa
kecemasan merupakan suatu keadaan emosional atau keadaan khawatir akan sesuatu yang
buruk segera terjadi. Hasil penelitian di Amerika mengungkapkan bahwa 10-20%
masyarakat Amerika memiliki kecemasan berbicara di depan umum (Dewi & Andrianto,
2006). Sedangkan, beberapa penelitian di Indonesia menemukan bahwa lebih dari 50%
mahasiswa laki-laki dan perempuan mengalami kecemasan berbicara di depan umum
(Khasanah, 2012 ; Dewi & Andrianto, 2006).
Kecemasan memberikan efek negatif bagi mahasiswa berupa munculnya perilaku
menghindar dalam hal performa baik kehidupan sehari-hari maupun akademis. Hal
tersebut ditunjukkan pada performa saat berada di depan kelas, misalnya ketika
mahasiswa menghadapi ujian atau saat berbicara di depan orang banyak (Ericson,
Gardner, dan Elliot dkk, dalam Anwar, 2009 ; Sizoo dkk, 2010). Menurut Geist (dalam
Gunarsa, 2000) kecemasan dapat bersumber dari berbagai hal, seperti merasa tidak
mampu untuk mencapai standar prestasi yang ditentukan (individu yang merasa tidak
mampu melakukan presentasi di depan kelas), serta memiliki pola pikir dan persepsi
negatif terhadap diri sendiri (tidak bisa mengeluarkan pendapat atau ide saat akan
melakukan diskusi bersama teman dalam kelas). Hal tersebut menyebabkan munculnya
reaksi fisik dan reaksi psikologis.
Nevid, dkk (2005) menjelaskan reaksi fisik yang dialami ketika individu merasa
cemas, seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, dan kaki gemetar. Di samping itu,
terdapat reaksi psikologis yang dialami berupa takut melakukan kesalahan, tingkah laku
yang tidak tenang, tidak bisa berkonsentrasi dengan baik (Matindas, 2003).
Salah satu hal yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum adalah
jenis kelamin. Penelitian yang dilakukan oleh Elliot & Chong (2004) menyatakan bahwa
perempuan mempunyai tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Salah satu
penyebab perempuan lebih cemas daripada laki-laki yaitu perempuan lebih sensitif dan
rentan terhadap perasaan negatif akan sesuatu, yang akhirnya akan mengalami kecemasan
dan berujung pada keadaan psikologis yang kurang baik seperti kepercayaan diri (Clark,
2011).
Sebuah penelitian di Amerika yang dilakukan oleh Centers for Disease Control
and Prevention pada tahun 2010 - 2011 mengungkapkan bahwa sebanyak 22%
perempuan Amerika cenderung lebih cemas, khawatir, dan gugup setiap hari atau setiap
minggu dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebanyak 16 %. Perasaan cemas lebih banyak
terjadi pada orang muda dan orang dewasa usia pertengahan dibandingkan orang yang
lebih tua (Satriani, 2013).
Kecemasan dapat dikaitkan dengan persepsi masing-masing pribadi terhadap
kemampuannya yang disebut dengan efikasi diri (Sarafino, 1994). Bandura (1997)
mendefinisikan efikasi diri sebagai kemampuan atau keyakinan individu dalam
menyelesaikan sesuatu. Efikasi diri sangat diperlukan oleh mahasiswa, karena hal tersebut
mengarahkan tindakan yang akan dipilih individu, usaha melakukan tugas, ketahanan
dalam menghadapi rintangan, serta coping stress individu dalam menghadapi keadaan

188
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015

lingkungan. Efikasi diri didasarkan pada batas-batas kemampuan yang akan menuntut
mahasiswa dalam berperilaku secara efektif (Anwar, 2009).
Efikasi diri dapat diperoleh, dipelajari, dan dikembangkan dari berbagai sumber
informasi, di mana sumber informasi merupakan kejadian yang dapat memberikan
inspirasi atau semangat untuk berusaha menyelesaikan tugas atau masalah yang dihadapi.
Beberapa sumber informasi efikasi diri yaitu pengalaman langsung, pengalaman orang
lain, persuasi verbal, dan kondisi psikologis. Pengalaman langsung yang dilakukan oleh
individu seperti pencapaian prestasi yang dialami diri sendiri dalam kehidupan sehari-
hari. Pengalaman tidak langsung yang dapat dijadikan sumber informasi, seperti
pengalaman dari orang lain. Persuasi verbal dan kondisi psikologis individu, artinya
bahwa individu yang pernah mengalami keberhasilan di masa lalu maka dapat
meningkatkan efikasi diri (Bandura, 1997; Suwandi, 2004).
Lebih lanjut, Bandura (1997) menyatakan bahwa efikasi diri berguna untuk
melatih kontrol terhadap stressor, yang mempunyai peran penting dalam munculnya
kecemasan. Individu yang bisa melatih kontrol terhadap ancaman memiliki kecemasan
yang rendah, sedangkan individu yang tidak bisa melatih kontrol terhadap ancaman
memiliki kecemasan yang tinggi. Ketika individu memiliki efikasi diri yang tinggi, maka
ia akan mampu bertahan dalam situasi atau rintangan yang dihadapi, sedangkan seseorang
yang memiliki efikasi diri yang rendah , cenderung tidak mampu bertahan dalam situasi
yang dihadapi (Bandura, dalam Feist & Feist , 2002).
Terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam melihat kemampuan
dan kompetensi dirinya. Laki-laki berusaha untuk membanggakan dirinya, perempuan
sering kali meremehkan kemampuan mereka (Zimmerman, dalam Bandura, 1997). Hal ini
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Shkullaku (2013) bahwa perempuan memiliki
efikasi diri yang rendah dibandingkan laki-laki dalam hal menerima materi, laki-laki yang
mempunyai efikasi diri tinggi memiliki performa akademik yang tinggi pula karena
merasa percaya diri dengan kemampuannya.

METODE PENELITIAN
Pendekatan pada penelitian ini adalah kuantitatif dan jenis penelitian korelasional.
Variabel pertama adalah kecemasan berbicara di depan umum, sedangkan variabel kedua
adalah efikasi diri. Subjek penelitian terdiri dari mahasiswi yang sedang menempuh
pendidikan sarjana (S1), masih aktif di dunia perkuliahan, berusia 18 – 22 tahun sebanyak
270 subjek. Teknik pengambilan data menggunakan sampling aksidental (teknik
penentuan sampel secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan sudah memenuhi kriteria
yang ditentukan (Sugiyono, 2011).
Pengumpulan data menggunakan dua skala psikologi, yaitu skala kecemasan
berbicara di depan umum terdiri dari 22 aitem yang disusun sendiri oleh peneliti dengan
reliabilitas 0,853, disusun berdasarkan dimensi reaksi fisik dan reaksi psikologis.
Sedangkan skala efikasi diri terdiri dari 15 aitem yang dimodifikasi dari alat ukur
sebelumnya yaitu Self Efficacy Scale oleh Nurtjahjanti, Mujiasih, Prihatsanti, Prasetyo,
Ratnaningsih (2012) dengan reliabilitas 0,832 yang disusun berdasarkan dimensi tingkat
(level), kekuatan (strength), generalitas (generality).
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan metode internal consistency. Pengukuran
dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian dianalisis dengan
teknik tertentu (Sugiyono, 2006). Peneliti menggunakan teknik Cronbach’s Alpha dalam
menghitung reliabilitas.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Pengujian
validitas isi ditentukan melalui pendapat professional (professional judgement) dalam

189
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015

pengujiannya (Suryabrata, 2005). Pendapat professional dilakukan oleh dua orang dosen
yang mempunyai latar belakang di bidang psikologi khususnya pada bidang psikologi
klinis dan psikologi pendidikan, dan mahasiswi. Uji validitas yang digunakan pada alat
ukur adalah teknik corrected item total correlation, dengan minimal nilai 0,2 (rix ≥ 0,2)
(Nisfiannoor, 2009).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Pearson
Product Moment. Teknik ini untuk menguji hipotesis assosiatif, yang dibantu
penghitungannya oleh SPSS for Window 16.0.

ANALISI DAN HASIL


Terdapat 270 mahasiswi yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Rentang usia
subjek dari 18 tahun hingga 23 tahun dengan mayoritas subjek berusia 20 tahun (29,6%).
Tingkat semester subjek terdiri dari tingkat 1 hingga tingkat 5 dengan mayoritas subjek
berasal dari tingkat 3 (30,3%). Berdasarkan fakultas subjek berasal dari fakultas Akuntasi,
Ekonomi, Kedokteran, Kedokteran Gigi, Hukum, Ilmu Keperawatan, IT, Komunikasi,
MIPA, Pendidikan, Psikologi, DLL dengan mayoritas berasal dari fakultas psikologi
(28,9%). Intesitas subjek berbicara di depan umum berada pada kategori sering (47,4%).
Subjek lebih sering berbicara di depan umum dengan pengalaman individu & kelompok.
Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 yang menggambarkan profil demografi
subjek penelitian.
Tabel 1. Profil Demografi Subjek Penelitian
Data demografis Jumlah Presentase
Usia 18 tahun 33 orang 12,2%
19 tahun 69 orang 25,6%
20 tahun 80 orang 29,6%
21 tahun 65 orang 24,1%
22 tahun 23 orang 8,5 %
Tingkat 1 67 orang 24,8%
2 75 orang 27,8%
3 82 orang 30,3%
4 44 orang 16,3%
5 2 orang 0,8%
Fakultas Akuntasi 3 orang 1,1%
Ekonomi 27 orang 10%
Kedokteran 76 orang 28,1%
Kedokteran Gigi 11 orang 4,1%
Hukum 14 orang 5,2%
Ilmu Keperawatan 6 orang 2,2%
IT 5 orang 1,9%
Komunikasi 8 orang 3%
MIPA 3 orang 1,1%
Pendidikan 4 orang 1,5%
Psikologi 78 orang 28,9%
DLL 35 orang 12,9%
Intensitas Berbicara Di Depan Pernah 23 orang 8,5%
Umum Kadang – kadang 119 44,1%
Sering orang 47,4%
128
orang
Pengalaman Berbicara Di Depan Individu 15 orang 5,5%
Umum Kelompok 33 orang 12,2%

190
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015

Data demografis Jumlah Presentase


Individu & 222 82,2%
Kelompok orang

Deskripsi Variabel Efikasi Diri


Data dalam penelitian ini menggunakan skala efikasi diri yang dimodifikasi oleh
peneliti dari skala Efikasi Diri Polwan yang disusun oleh Nurtjahjanti, Mujiasih,
Prihatsanti, Prasetyo, Ratnaningsih (2012). Dimensi efikasi diri yaitu dimensi tingkat,
kekuatan, dan generalitas. Berikut adalah gambaran dari hasil penelitian yang telah
dilakukan :
Tabel 2. Nilai Statistik Variabel Efikasi Diri
Variabel Efikasi Diri Statistik
Jumlah Sampel 270
Skor Tertinggi (Max) 56
Skor Terendah (Min) 27
Rata-rata (Mean) 40
Standar Deviasi 5,294

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa nilai


minimum dari data penelitian adalah 27, sedangkan nilai maksimum dari data penelitian
adalah 56. Nilai rata-rata dari variabel Efikasi Diri adalah 40 dan nilai standar deviasi
adalah 5,294. Hasil data diatas diperoleh melalui aplikasi SPSS versi 16.0 for windows.

Deskripsi Variabel Kecemasan Berbicara Di depan Umum


Data dalam penelitian ini menggunakan skala kecemasan berbicara di depan
umum yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan pada berbagai teori. Dimensi pada
kecemasan berbicara di depan umum yaitu reaksi fisik dan reaksi psikologis. Berikut
adalah gambaran dari hasil penelitian yang telah dilakukan :

Tabel 3. Nilai Statistik Variabel Kecemasan Berbicara Di Depan Umum


Variabel Kecemasan Statistik
Berbicara Di Depan Umum
Jumlah Sampel 270
Skor Tertinggi (Max) 73
Skor Terendah (Min) 31
Rata-rata (Mean) 53,53
Standar Deviasi 6,525

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa nilai


minimum dari data penelitian adalah 31, sedangkan nilai maksimum dari data penelitian
adalah 73. Nilai rata-rata dari variabel kecemasan berbicara di depan umum adalah 53,53
dan nilai standar deviasi adalah 6,525. Hasil data diatas diperoleh melalui aplikasi SPSS
versi 16.0 for windows

191
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015

Deskripsi Kategorisasi Efikasi Diri


Berdasarkan hasil penghitungan, data yang diperoleh dari efikasi diri memiliki
mean sebesar 40 dan standar deviasi sebesar 5,294. Setelah memasukkan pada angka
mean dan standar deviasi pada tabel rumus kategorisasi, maka diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4. Kategorisasi Efikasi Diri


Rentang nilai Kategorisasi Frekuensi
  32,059 Sangat Rendah 19 orang
32,059    37,353 Rendah 67 orang
37,353    42,647 Sedang 104 orang
42,647    47,941 Tinggi 55 orang
47,941 Sangat Tinggi 25 orang

Data tabel menunjukkan hasil data penelitian kategorisasi efikasi diri, yaitu
mayoritas subjek yang memiliki tingkat efikasi diri berada pada kategori sedang (104
orang).

Deskripsi Kategorisasi Kecemasan Berbicara Di Depan Umum


Berdasarkan hasil penghitungan, data yang diperoleh dari kecemasan berbicara di
depan umum memiliki mean sebesar 53,53 dan standar deviasi sebesar 6,525. Setelah
memasukkan pada angka mean dan standar deviasi pada tabel rumus kategorisasi, maka
diperoleh sebagai berikut :

Tabel 5. Kategorisasi Kecemasan Berbicara Di depan Umum


Rentang nilai Kategorisasi Frekuensi
  43,7425 Sangat Rendah 20 orang
43,7425    50,2675 Rendah 64 orang
50,2675    56,7925 Sedang 116 orang
56,7925    63,3175 Tinggi 73 orang
63,3175 Sangat Tinggi 17 Orang

Data tabel menunjukkan hasil data penelitian kategorisasi kecemasan berbicara di


depan umum, yaitu mayoritas subjek yang memiliki tingkat kecemasan berbicara di depan
umum berada pada kategori sedang (116 orang).

Hasil Analisis Data Penelitian


Uji Normalitas
Dalam penelitian ini peneliti menguji normalitas menggunakan Kolmogorov –
Smirnov Test. Sebuah data dianggap normal jika nilai signifikansi ρ > 0,05. Berikut ini
adalah hasil uji normalitas pada data penelitian :

Tabel 6. Uji Normalitas


Variabel K-SZ Sig. (2-tailed)
Efikasi Diri 1,082 0,192
Kecemasan Berbicara Di Depan Umum 1,148 0,143

Data tabel diatas menunjukkan hasil uji normalitas yang menyatakan bahwa
distribusi data tersebar secara normal. Uji normalitas diatas menunjukkan K-SZ = 1,082

192
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015

dengan signifikansi 0,192 (ρ > 0,05) untuk skala efikasi diri dan K-SZ = 1,148 dengan
signifikansi 0,143 (ρ > 0,05) untuk skala kecemasan berbicara di depan umum. Oleh
karena itu, peneliti dapat menggunakan statistik parametrik untuk menganalisis data.

Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian
diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik
korelasi Pearson Product Moment dengan metode statistic parametrik karena data
terdisitribusi normal. Berikut adalah tabel hasil analisis data menggunakan uji statistik
tersebut :

Tabel 7. Hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan berbicara di depan umum pada
mahasiswi

Efikasi Diri Kecemasan Berbicara Di Depan Umum


ED Korelasi Pearson 1 -0,637**
ED Signifikansi (2 tailed) 0,000
Kc Korelasi Pearson -0,637** 1
Kc Signifikansi (2 tailed) 0,000

Berdasarkan tabel diatas diketahui uji hipotesa dengan menggunakan teknik


korelasi pearson menghasilkan nilai rxy = -0,637 dan ρ = 0,000 (ρ < 0,05).
Jadi dapat dinyatakan melalui hasil yang diperoleh -0,637 dengan ρ < 0,05, maka
Ha pada penelitian diterima, dengan kata lain ada hubungan negatif antara efikasi diri
dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswi dengan tingkat hubungan
yang kuat karena nilai korelasi nya berada di antara 0,60 – 0,799 (Sugiyono, 2011).

DISKUSI
Hasil analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah adanya hubungan
negatif antara efikasi diri dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa
perempuan dengan nilai rxy = -0,637 (ρ < 0,05). Hal ini menunjukkan adanya korelasi
negatif antara efikasi diri dengan kecemasan berbicara di depan umum, yang artinya
apabila efikasi diri tinggi maka kecemasan berbicara di depan umum rendah. Begitu juga
sebaliknya, apabila efikasi diri rendah maka kecemasan berbicara di depan umum tinggi.
Munculnya ketidakyakinan dalam diri individu menyebabkan adanya ketegangan
dalam dirinya sehingga menimbulkan kecemasan. Ketidakyakinan merupakan bagian dari
kognitif individu yang disebut dengan efikasi diri. Efikasi diri merupakan kemampuan
atau keyakinan individu dalam menyelesaikan sesuatu. Efikasi diri berguna untuk melatih
kontrol terhadap stressor, yang mempunyai peran penting dalam munculnya kecemasan.
Individu yang bisa melatih kontrol terhadap ancaman memiliki kecemasan yang rendah,
sedangkan individu yang tidak bisa melatih kontrol terhadap ancaman memiliki
kecemasan yang tinggi (Bandura, 1997). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa
semakin tinggi efikasi diri individu maka semakin rendah tingkat kecemasan dalam
berbicara di depan umum. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat efikasi diri
individu maka semakin tinggi tingkat kecemasan dalam berbicara di depan umum.
Kecemasan memberikan efek negatif salah satunya apabila mahasiswa mengalami
kecemasan maka menunjukkan perilaku menghindar dalam hal performa kehidupan
maupun akademis. Kecemasan dapat bersumber dari berbagai hal seperti misalnya tidak
mampu untuk mencapai standar prestasi, memiliki pola pikir dan persepsi negatif,

193
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015

individu merasa tidak bisa mengeluarkan pendapat karena tidak yakin dengan
kemampuannya, serta memiliki pola berpikir dan persepsi terhadap diri sendiri (Ericson,
Gardner, dan Elliot dkk, dalam Anwar, 2009 ; Sizoo dkk, 2010; Gesit, dalam gunarsa,
2000).
Bentuk kecemasan dibagi menjadi dua yaitu state anxiety dan trait anxiety. State
anxiety merupakan gejala kcemasan yang tidak menetap ketika dihadapkan oleh situasi
tertentu, sedangkan trait anxiety merupakan kecemasan yang tidak tampak secara
langsung dalam tingkah laku akan tetapi dapat dilihat dari frekuensi dan intensitas
keadaan kecemasan individu, sifatnya menetap dan timbul dari pengalaman yang tidak
menyenangkan (Lazarus, 1976). Namun, dalam penelitian ini peneliti tidak menganalisa
responden mana yang mengalami state atau trait, sehingga tidak diketahui efikasi diri
berhubungan dengan kecemasan state atau trait yang di dapat saat berbicara di depan
umum. Oleh karena itu, skor kecemasan yang diungkap dalam penelitian ini sebatas
kecemasan secara umum.
Sebagai mahasiswa, mereka diharuskan untuk melakukan interaksi di berbagai
aktivitas kemahasiswaan, seperti presentasi, diskusi kelompok, menjawab pertanyaan
setelah menyajikan materi presentasi , dan berbagai kegiatan organisasi yang menuntut
mereka untuk mampu berbicara di depan umum (Haryanthi & Tresniasari, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas subjek penelitian (47,4%) menyatakan sering
melakukan berbicara di depan umum. Kemampuan berbicara sangat penting dimiliki oleh
mahasiswa untuk mencapai kesuksesan, semakin sering dilatih untuk berbicara di depan
umum maka semakin tinggi tingkat kepercayaan diri seorang mahasiswa dalam hal
berbicara di depan umum (Fatma & Ernawati, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa
semakin sering atau tingkat frekuensi mahasiswa berbicara maka semakin banyak
pengalaman yang dimiliki oleh mahasiswa sehingga dapat mewakili pengalaman
mahasiswa saat berbicara di depan umum. Namun, dalam penelitian ini peneliti tidak
mencantumkan tingkat frekuensi mahasiswa saat berbicara di depan umum.
Pengalaman individu saat berbicara di depan umum merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kecemasan. Kurangnya pengalaman atau adanya pengalaman yang
tidak menyenangkan saat berbicara di depan umum yang di rasakan individu dapat
mempengaruhi kepercayaan diri individu ketika berbicara di depan umum (Burgoon &
Ruffner, dalam Dewi & Andrianto, 2006). Hal ini dapat diartikan bahwa semakin sering
mahasiwa berbicara secara individu atau kelompok maka pengalaman berbicara di depan
umum juga semakin meningkat sehingga mahasiswa percaya bahwa dirinya mampu
melakukan hal tersebut. Berdasarkan pengalaman ketika berbicara di depan umum pada
penelitian, di dapatkan bahwa mayoritas subjek penelitian melakukan berbicara di depan
umum secara individu dan kelompok sebesar 82,2%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Anwar, (2009) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif
(dengan r = -0,67 dan ρ = 0,01) antara efikasi diri dengan kecemasan berbicara di depan
umum pada mahasiswa fakultas psikologi USU, yang artinya semakin tinggi efikasi diri
mahasiswa maka semakin rendah kecemasan berbicara di depan umum. Begitu juga
sebaliknya, semakin rendah efikasi diri mahasiswa maka semakin tinggi kecemasan
berbicara di depan umum.
Penelitian ini masih memiliki beberapa kekurangan atau kelemahan yaitu peneliti
tidak dapat mengontrol kondisi saat mengisi kuesioner sehingga memungkinkan subjek
mengisi dengan tidak sungguh-sungguh, misalnya subjek langsung mengisi kuisioner
tanpa melihat pernyataan yang sesuai atau tidak dengan diri subjek, beberapa kuisioner
ada yang tidak melengkapi identitas diri sehingga membuat kuisioner tidak bisa dipakai

194
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015

oleh peneliti, data demografi yang tidak diisi, dan ada beberapa aitem yang tidak diisi oleh
subjek penelitian. Selain itu juga, peneliti tidak melakukan screening awal tentang
pengalaman subjek dalam melakukan presentasi di depan umum, sehingga menyebabkan
hasil penelitian kurang tergambarkan. Peneliti kurang memberikan gambaran nyata
tentang situasi presentasi bagi sampel sehingga sampel di anggap kurang dapat memaknai
aktivitas nyata presentasi di depan umum.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan adanya hubungan negatif yang
signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa
perempuan, dengan nilai rxy = -0,637 (ρ < 0,05). Artinya, semakin tinggi tingkat efikasi
diri mahasiswa perempuan maka semakin rendah tingkat kecemasan dalam berbicara di
depan umum, begitu pula sebaliknya.

SARAN
Saran Teoritis
Beberapa saran teoritis yang dapat diberikan terkait penelitian ini, adalah:
a. Perlu dilakukan perbandingan kecemasan antara subjek pria dan wanita untuk
mengetahui peran jenis kelamin terhadap kecemasan.
b. Perlu dilakukan penggalian tentang frekuensi berbicara di depan umum untuk
mengetahui pengalaman individu dalam berbicara di depan umum, karena dalam
efikasi diri, salah satu hal yang mempengaruhi terbentuknya efikasi diri pada seseorang
adalah pengalaman.
c. Peneliti perlu menyuguhkan kondisi nyata bagi subjek sehingga subjek dapat
memaknai aktivitas presentasi di depan umum sehingga diharapkan jawaban yang
diberikan akan lebih akurat. Hal ini bisa dilakukan dengan metode penelitian
eksperimental.
d. Perlu adanya screening awal tentang bentuk kecemasan yang dialami oleh subjek, yaitu
state atau trait.
e. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya, apabila ingin menggunakan skala efikasi diri
hendaknya harus dicantumkan indikator dari dimensi teori efikasi diri dalam menyusun
alat ukur.

Saran Praktis
Beberapa saran praktis yang dapat diberikan terkait penelitian ini, adalah:
a. Mahasiswa diharapkan untuk sering berlatih berbicara di depan umum sehingga dapat
meningkatkan performa mahasiswa saat berbicara di depan umum.
b. Mahasiswa diharapkan memperbanyak pengalaman dan memanfaatkan setiap
kesempatan berbicara di depan umum, karena adanya pengalaman dapat membantu
mengurangi kecemasan yang ada dalam diri individu.
c. Mahasiswa harus mengubah rasa cemas yang ada di dalam dirinya menjadi keyakinan
terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan performa saat
berbicara di depan umum.
d. Mahasiswa diharapkan untuk berserah diri kepada Allah SWT ketika akan berbicara di
depan umum, sehingga akan mengurangi kecemasan yang ada di dalam dirinya.

195
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015

DAFTAR PUSTAKA

------- , (2013). Aktivitas dalam pendidikan. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013.
http://garuda.dikti.go.id/jurnal/proses.
-------- , (2014). Jumlah mahasiswa. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014.
http://www.kopertis3.or.id
-------- , (2013). Mengapa wanita lebih mudah cemas. Artikel. Diakses pada tanggal 23
Desember 2013. http://www.jpnn.com.
-------- , (2013). Public speaking anxiety. University Of Wisconsin. Diakses pada
tanggal 10 Oktober 2013. http://www.uwstout.edu
-------- , (2005). Psychodynamic Theories. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014.
http://highered.mheducation.com
Anwar, Astrid Indi Dwisty. (2009). Hubungan antara self efficacy dengan kecemasan
berbicara di depan umum pada mahasiswa fakultas psikologi universitas sumatera
utara. Skripsi. Sumatera Utara : Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara
Azwar, S. Dr. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bandura, A. (1997). Social learning theory. Englewood Clifts. New Jersey : Plantice
Hall
Chaplin, J. P. (2008). Kamus lengkap psikologi. Penerjemah Kartini Kartono. Jakarta :
Raja Grafindo Persada
Deltari, N. (2007). Perbedaan berbicara di depan umum ditinjau dari locus of control
pada mahasiswa dakwah. Skripsi. Jakarta : Universitas Gunadarma
Dewi & Andrianto. (2006). Hubungan antara pola pikir dengan kecemasan berbicara di
depan umum pada mahasiswa fakultas keguruan. Naskah Publikasi. Yogyakarta :
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia
Effendi, Dr. (2013). Mengapa wanita lebih mudah cemas. Diakses pada tanggal 26
April 2014. http://www.jpnn.com
Elliot & Chong. (2004). Presentation anxiety : A challenge for more student and a pit
despair of others. Journal. Curtin University of Technology.
Fatma & Ernawati. (2012). Pendekatan perilaku kognitif dalam pelatihan keterampilan
mengelola kecemasan berbicara di depan umum. Journal. Surakarta : Program studi
psikologi ilmu kesehatan.
Feist, J., dan Feist, G. (2010). Teori kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika.
Hadi, Mahardika Satria. (2012). Hadapi matematika, perempuan lebih cemas dari laki-
laki. Artikel. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2013. http://www.tempo.co.
Hapsari, Dyannita A. (2010). Pengaruh tari kontemporer terhadap kecemasan berbicara
di depan umum pada remaja (studi eksperimental di SMP negeri 34 semarang).
Journal. Semarang : Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro.
Hardianto, Deni. (2011). Mahasiswa dan prestasi. Diakses pada tanggal 23 Desember
2013 http://staff.uny.ac.id
Haryanthi, Tresniasari. (2012). Efektivitas metode terapi ego state dalam mengatasi
kecemasan berbicara di depan publik pada mahasiswa fakultas psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Journal. Jakarta : Fakultas Psikologi, Universitas UIN
Syarif Hidayatullah.
Hidayat, Ziaulhaq. (2011). Tugas dan tanggung jawab mahasiswa. Diakses pada
tanggal 1 September 2014. http://www.academia.edu
Lazarus. (1976). Pattern of adjusment and human effectivenees. Kogakusha. Mc Graw
Hill Book Compay
Lestyanto, T. (2013). Hubungan antara efikasi diri dengan motivasi belajar pada siswa

196
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015

RSBI kelas VIII SMP negeri 3 pati. Skripsi. Yogyakarta : Program Studi Psikologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Humantora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Magdalena, M. (1996). Hubungan antara kesadaran-diri dengan kecemasan berbicara
di muka umum. Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
Maryati, Ika. (2008). Hubungan antara kecerdasan emosi dan keyakinan diri (self
efficacy) dengan kreativitas pada siswa akselerasi universitas muhammadiyah
Surakarta. Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Matindas, D. (2003). Psikologi : menghilang grogi di depan umum. Artikel. Diunduh
pada tanggal 23 Oktober 2013. http://www.kompas.com/kesehatan/news.
Morrell, Skarbek, Cohen. (2011). The relationship between self-efficacy and nicotine
withdrawal severity among adult smokers. Addiction Research and Theory. UK.
Nellies, N. (2013). Girls don’t start out more anxious than boys, but they usually end
up that way. Artikel. Diakses pada tanggal 23 Desember 2013.
http://www.slate.com
Nevid, JefreyS, Spencer A, Rathus, Beverly Greene. (2005). Psikologi abnormal.
Jakarta : Erlangga.
Nuraeni, Diah. (2010). Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan
komunikasi interpersonal pada siswa kelas VII & VIII Di SLTPN 1 lumbang
pasuruan. Skripsi. Malang : Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri.
Nurtjahjanti, Mujiasih, Prihatsanti, Prasetyo, Ratnaningsih. (2012). Hubungan antara
efikasi diri dan persepsi terhadap pengembangan karir dengan work family conflict
pada polwan di polrestabes semarang. Journal. Semarang : Fakultas Psikologi,
Universitas Diponegoro.
Oktavia, Margaret L. (2010). Kecemasan berbicara di depan kelas pada mahasiswa
ditinjau dari berpikir positif. Skripsi. Semarang : Fakultas Psikologi, Unika
Soegijapranata.
Pratiwi, Ratih P. (2010). Pengertian kecemasan. Diakses pada tanggal 19 November
2013. http://psikologi.or.id.
Rogers, N. (2004). Berani bicara di depan publik. Edisi revisi. Bandung : Nuansa
Sarwono, S. W. (1978). Perbedaan antara pemimpin dan aktivis dalam gerakan protes
mahasiswa : Suatu Studi Psikologi Sosial. Tesis. Jakarta : Universitas Indonesia
Satriani, A. (2013). Perempuan cenderung lebih cepat cemas. Artikel. Diakses pada
tanggal 23 Desember 2013. http://www.tempo.co.
Santrock, John W. (2009). Psikologi pendidikan : Educational psychology. Edisi 3.
Jakarta : Salemba Humanika.
Sarafino, E. P. (1994). Health Psychology Second Edition. New York : John Wiley dan
Sons, Inc
Setyawan, I. (2010). Peran kemampuan empati pada efikasi diri mahasiswa peserta
kuliah kerja nyata PPM POSDAYA. Journal Ilmiah. Semarang : Fakultas
Psikologi, Universitas Diponegoro
Sex and Age Group — National health interview survey. (2010). QuickStats:
percentage of adults aged ≥18 years who often felt worried, nervous, or anxious.
United States. Diakses pada tanggal 23 Desember 2013. http://www.cdc.gov
Shkullaku, R. (2013). The relationship between self efficacy and academic
performance in the context of gender among albanian students. Tirana, Albania :
European University of Tirana.
Sizoo, Jozskowskia, Malhotra, Shapero. (2010). The effect of anixety and self-efficacy
on finace student. Journal Ilmiah
Sobur, A, M.Si. Drs. (2009). Psikologi umum. Bandung : CV Pustaka Setia

197
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015

Sugiyono Prof. DR. (2006). Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta


Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta
Sugiyono, Prof. Dr. (2013). Cara mudah menyusun : Skripsi, tesis, dan disertasi.
Bandung: Alfabeta
Suliyanto. (2009). Uji validitas dan reliabilitas. Diakses pada tanggal 06 April 2014.
http://management-unsoed.ac.id
Sunjoyo, dkk. (2013). Aplikasi SPSS untuk SMART riset (Program IBM SPSS 21.0).
Bandung : Alfabeta
Suryabrata. (2005). Pengembangan alat ukur psikologis. Yogyakarta : ANDI
Tang, Cui et al. (2013). Internal consistency : Do we really know what it is and how to
assess it. Canada : University of Alberta
Tenaw, Yazachew A. (2013). Relationship between self efficacy, academic
achievement and gender in analytical chemistry at debre markos college of teacher
education. Ethiopia : Debre Markos College of Teacher Education
Velayati, K. (2013). Perbedaan efikasi diri untuk berhenti merokok pada laki – laki dan
perempuan dewasa awal serta tinjauannya menurut agama Islam. Skripsi. Jakarta :
Fakultas Psikologi, Universitas YARSI
Widjaja, Mita A. (2010). Hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada
remaja. Skripsi. Semarang : Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Soegijapranata

198

You might also like