Professional Documents
Culture Documents
Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswi
Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswi
2, Juni 2015
PENDAHULUAN
Pada dunia pendidikan, mahasiswa dituntut untuk melakukan interaksi lingkungan
di dalam kelas sebagai pembicara maupun pendengar; pada setting kelas, proses belajar
mengajar merupakan interaksi secara verbal maupun non-verbal yang terjadi antara dosen
dengan mahasiswa atau mahasiswa dengan mahasiswa (Conor dalam Anwar, 2009).
187
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015
Interaksi di dalam kelas sangat penting dan menentukan efektivitas proses belajar
mengajar, bentuknya seperti bertanya kepada dosen maupun antar mahasiswa,
mempresentasikan hasil tugas, melakukan diskusi kelompok dan membuat tugas dalam
bentuk tertulis (Arismunandar dalam Anwar, 2009).
Pada penelitian yang dikemukakan oleh Saepudin (dalam Khasanah, 2012)
ditemukan bahwa ada lima kategori yang menonjol pada permasalahan mahasiswa. Salah
satu aspek yang muncul yaitu aspek kurang percaya diri dalam bentuk kecemasan
berbicara di depan umum. Nevid, Rathus, & Greene (2005) mengungkapkan bahwa
kecemasan merupakan suatu keadaan emosional atau keadaan khawatir akan sesuatu yang
buruk segera terjadi. Hasil penelitian di Amerika mengungkapkan bahwa 10-20%
masyarakat Amerika memiliki kecemasan berbicara di depan umum (Dewi & Andrianto,
2006). Sedangkan, beberapa penelitian di Indonesia menemukan bahwa lebih dari 50%
mahasiswa laki-laki dan perempuan mengalami kecemasan berbicara di depan umum
(Khasanah, 2012 ; Dewi & Andrianto, 2006).
Kecemasan memberikan efek negatif bagi mahasiswa berupa munculnya perilaku
menghindar dalam hal performa baik kehidupan sehari-hari maupun akademis. Hal
tersebut ditunjukkan pada performa saat berada di depan kelas, misalnya ketika
mahasiswa menghadapi ujian atau saat berbicara di depan orang banyak (Ericson,
Gardner, dan Elliot dkk, dalam Anwar, 2009 ; Sizoo dkk, 2010). Menurut Geist (dalam
Gunarsa, 2000) kecemasan dapat bersumber dari berbagai hal, seperti merasa tidak
mampu untuk mencapai standar prestasi yang ditentukan (individu yang merasa tidak
mampu melakukan presentasi di depan kelas), serta memiliki pola pikir dan persepsi
negatif terhadap diri sendiri (tidak bisa mengeluarkan pendapat atau ide saat akan
melakukan diskusi bersama teman dalam kelas). Hal tersebut menyebabkan munculnya
reaksi fisik dan reaksi psikologis.
Nevid, dkk (2005) menjelaskan reaksi fisik yang dialami ketika individu merasa
cemas, seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, dan kaki gemetar. Di samping itu,
terdapat reaksi psikologis yang dialami berupa takut melakukan kesalahan, tingkah laku
yang tidak tenang, tidak bisa berkonsentrasi dengan baik (Matindas, 2003).
Salah satu hal yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum adalah
jenis kelamin. Penelitian yang dilakukan oleh Elliot & Chong (2004) menyatakan bahwa
perempuan mempunyai tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Salah satu
penyebab perempuan lebih cemas daripada laki-laki yaitu perempuan lebih sensitif dan
rentan terhadap perasaan negatif akan sesuatu, yang akhirnya akan mengalami kecemasan
dan berujung pada keadaan psikologis yang kurang baik seperti kepercayaan diri (Clark,
2011).
Sebuah penelitian di Amerika yang dilakukan oleh Centers for Disease Control
and Prevention pada tahun 2010 - 2011 mengungkapkan bahwa sebanyak 22%
perempuan Amerika cenderung lebih cemas, khawatir, dan gugup setiap hari atau setiap
minggu dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebanyak 16 %. Perasaan cemas lebih banyak
terjadi pada orang muda dan orang dewasa usia pertengahan dibandingkan orang yang
lebih tua (Satriani, 2013).
Kecemasan dapat dikaitkan dengan persepsi masing-masing pribadi terhadap
kemampuannya yang disebut dengan efikasi diri (Sarafino, 1994). Bandura (1997)
mendefinisikan efikasi diri sebagai kemampuan atau keyakinan individu dalam
menyelesaikan sesuatu. Efikasi diri sangat diperlukan oleh mahasiswa, karena hal tersebut
mengarahkan tindakan yang akan dipilih individu, usaha melakukan tugas, ketahanan
dalam menghadapi rintangan, serta coping stress individu dalam menghadapi keadaan
188
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015
lingkungan. Efikasi diri didasarkan pada batas-batas kemampuan yang akan menuntut
mahasiswa dalam berperilaku secara efektif (Anwar, 2009).
Efikasi diri dapat diperoleh, dipelajari, dan dikembangkan dari berbagai sumber
informasi, di mana sumber informasi merupakan kejadian yang dapat memberikan
inspirasi atau semangat untuk berusaha menyelesaikan tugas atau masalah yang dihadapi.
Beberapa sumber informasi efikasi diri yaitu pengalaman langsung, pengalaman orang
lain, persuasi verbal, dan kondisi psikologis. Pengalaman langsung yang dilakukan oleh
individu seperti pencapaian prestasi yang dialami diri sendiri dalam kehidupan sehari-
hari. Pengalaman tidak langsung yang dapat dijadikan sumber informasi, seperti
pengalaman dari orang lain. Persuasi verbal dan kondisi psikologis individu, artinya
bahwa individu yang pernah mengalami keberhasilan di masa lalu maka dapat
meningkatkan efikasi diri (Bandura, 1997; Suwandi, 2004).
Lebih lanjut, Bandura (1997) menyatakan bahwa efikasi diri berguna untuk
melatih kontrol terhadap stressor, yang mempunyai peran penting dalam munculnya
kecemasan. Individu yang bisa melatih kontrol terhadap ancaman memiliki kecemasan
yang rendah, sedangkan individu yang tidak bisa melatih kontrol terhadap ancaman
memiliki kecemasan yang tinggi. Ketika individu memiliki efikasi diri yang tinggi, maka
ia akan mampu bertahan dalam situasi atau rintangan yang dihadapi, sedangkan seseorang
yang memiliki efikasi diri yang rendah , cenderung tidak mampu bertahan dalam situasi
yang dihadapi (Bandura, dalam Feist & Feist , 2002).
Terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam melihat kemampuan
dan kompetensi dirinya. Laki-laki berusaha untuk membanggakan dirinya, perempuan
sering kali meremehkan kemampuan mereka (Zimmerman, dalam Bandura, 1997). Hal ini
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Shkullaku (2013) bahwa perempuan memiliki
efikasi diri yang rendah dibandingkan laki-laki dalam hal menerima materi, laki-laki yang
mempunyai efikasi diri tinggi memiliki performa akademik yang tinggi pula karena
merasa percaya diri dengan kemampuannya.
METODE PENELITIAN
Pendekatan pada penelitian ini adalah kuantitatif dan jenis penelitian korelasional.
Variabel pertama adalah kecemasan berbicara di depan umum, sedangkan variabel kedua
adalah efikasi diri. Subjek penelitian terdiri dari mahasiswi yang sedang menempuh
pendidikan sarjana (S1), masih aktif di dunia perkuliahan, berusia 18 – 22 tahun sebanyak
270 subjek. Teknik pengambilan data menggunakan sampling aksidental (teknik
penentuan sampel secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan sudah memenuhi kriteria
yang ditentukan (Sugiyono, 2011).
Pengumpulan data menggunakan dua skala psikologi, yaitu skala kecemasan
berbicara di depan umum terdiri dari 22 aitem yang disusun sendiri oleh peneliti dengan
reliabilitas 0,853, disusun berdasarkan dimensi reaksi fisik dan reaksi psikologis.
Sedangkan skala efikasi diri terdiri dari 15 aitem yang dimodifikasi dari alat ukur
sebelumnya yaitu Self Efficacy Scale oleh Nurtjahjanti, Mujiasih, Prihatsanti, Prasetyo,
Ratnaningsih (2012) dengan reliabilitas 0,832 yang disusun berdasarkan dimensi tingkat
(level), kekuatan (strength), generalitas (generality).
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan metode internal consistency. Pengukuran
dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian dianalisis dengan
teknik tertentu (Sugiyono, 2006). Peneliti menggunakan teknik Cronbach’s Alpha dalam
menghitung reliabilitas.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Pengujian
validitas isi ditentukan melalui pendapat professional (professional judgement) dalam
189
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015
pengujiannya (Suryabrata, 2005). Pendapat professional dilakukan oleh dua orang dosen
yang mempunyai latar belakang di bidang psikologi khususnya pada bidang psikologi
klinis dan psikologi pendidikan, dan mahasiswi. Uji validitas yang digunakan pada alat
ukur adalah teknik corrected item total correlation, dengan minimal nilai 0,2 (rix ≥ 0,2)
(Nisfiannoor, 2009).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Pearson
Product Moment. Teknik ini untuk menguji hipotesis assosiatif, yang dibantu
penghitungannya oleh SPSS for Window 16.0.
190
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015
191
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015
Data tabel menunjukkan hasil data penelitian kategorisasi efikasi diri, yaitu
mayoritas subjek yang memiliki tingkat efikasi diri berada pada kategori sedang (104
orang).
Data tabel diatas menunjukkan hasil uji normalitas yang menyatakan bahwa
distribusi data tersebar secara normal. Uji normalitas diatas menunjukkan K-SZ = 1,082
192
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015
dengan signifikansi 0,192 (ρ > 0,05) untuk skala efikasi diri dan K-SZ = 1,148 dengan
signifikansi 0,143 (ρ > 0,05) untuk skala kecemasan berbicara di depan umum. Oleh
karena itu, peneliti dapat menggunakan statistik parametrik untuk menganalisis data.
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian
diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik
korelasi Pearson Product Moment dengan metode statistic parametrik karena data
terdisitribusi normal. Berikut adalah tabel hasil analisis data menggunakan uji statistik
tersebut :
Tabel 7. Hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan berbicara di depan umum pada
mahasiswi
DISKUSI
Hasil analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah adanya hubungan
negatif antara efikasi diri dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa
perempuan dengan nilai rxy = -0,637 (ρ < 0,05). Hal ini menunjukkan adanya korelasi
negatif antara efikasi diri dengan kecemasan berbicara di depan umum, yang artinya
apabila efikasi diri tinggi maka kecemasan berbicara di depan umum rendah. Begitu juga
sebaliknya, apabila efikasi diri rendah maka kecemasan berbicara di depan umum tinggi.
Munculnya ketidakyakinan dalam diri individu menyebabkan adanya ketegangan
dalam dirinya sehingga menimbulkan kecemasan. Ketidakyakinan merupakan bagian dari
kognitif individu yang disebut dengan efikasi diri. Efikasi diri merupakan kemampuan
atau keyakinan individu dalam menyelesaikan sesuatu. Efikasi diri berguna untuk melatih
kontrol terhadap stressor, yang mempunyai peran penting dalam munculnya kecemasan.
Individu yang bisa melatih kontrol terhadap ancaman memiliki kecemasan yang rendah,
sedangkan individu yang tidak bisa melatih kontrol terhadap ancaman memiliki
kecemasan yang tinggi (Bandura, 1997). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa
semakin tinggi efikasi diri individu maka semakin rendah tingkat kecemasan dalam
berbicara di depan umum. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat efikasi diri
individu maka semakin tinggi tingkat kecemasan dalam berbicara di depan umum.
Kecemasan memberikan efek negatif salah satunya apabila mahasiswa mengalami
kecemasan maka menunjukkan perilaku menghindar dalam hal performa kehidupan
maupun akademis. Kecemasan dapat bersumber dari berbagai hal seperti misalnya tidak
mampu untuk mencapai standar prestasi, memiliki pola pikir dan persepsi negatif,
193
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015
individu merasa tidak bisa mengeluarkan pendapat karena tidak yakin dengan
kemampuannya, serta memiliki pola berpikir dan persepsi terhadap diri sendiri (Ericson,
Gardner, dan Elliot dkk, dalam Anwar, 2009 ; Sizoo dkk, 2010; Gesit, dalam gunarsa,
2000).
Bentuk kecemasan dibagi menjadi dua yaitu state anxiety dan trait anxiety. State
anxiety merupakan gejala kcemasan yang tidak menetap ketika dihadapkan oleh situasi
tertentu, sedangkan trait anxiety merupakan kecemasan yang tidak tampak secara
langsung dalam tingkah laku akan tetapi dapat dilihat dari frekuensi dan intensitas
keadaan kecemasan individu, sifatnya menetap dan timbul dari pengalaman yang tidak
menyenangkan (Lazarus, 1976). Namun, dalam penelitian ini peneliti tidak menganalisa
responden mana yang mengalami state atau trait, sehingga tidak diketahui efikasi diri
berhubungan dengan kecemasan state atau trait yang di dapat saat berbicara di depan
umum. Oleh karena itu, skor kecemasan yang diungkap dalam penelitian ini sebatas
kecemasan secara umum.
Sebagai mahasiswa, mereka diharuskan untuk melakukan interaksi di berbagai
aktivitas kemahasiswaan, seperti presentasi, diskusi kelompok, menjawab pertanyaan
setelah menyajikan materi presentasi , dan berbagai kegiatan organisasi yang menuntut
mereka untuk mampu berbicara di depan umum (Haryanthi & Tresniasari, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas subjek penelitian (47,4%) menyatakan sering
melakukan berbicara di depan umum. Kemampuan berbicara sangat penting dimiliki oleh
mahasiswa untuk mencapai kesuksesan, semakin sering dilatih untuk berbicara di depan
umum maka semakin tinggi tingkat kepercayaan diri seorang mahasiswa dalam hal
berbicara di depan umum (Fatma & Ernawati, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa
semakin sering atau tingkat frekuensi mahasiswa berbicara maka semakin banyak
pengalaman yang dimiliki oleh mahasiswa sehingga dapat mewakili pengalaman
mahasiswa saat berbicara di depan umum. Namun, dalam penelitian ini peneliti tidak
mencantumkan tingkat frekuensi mahasiswa saat berbicara di depan umum.
Pengalaman individu saat berbicara di depan umum merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kecemasan. Kurangnya pengalaman atau adanya pengalaman yang
tidak menyenangkan saat berbicara di depan umum yang di rasakan individu dapat
mempengaruhi kepercayaan diri individu ketika berbicara di depan umum (Burgoon &
Ruffner, dalam Dewi & Andrianto, 2006). Hal ini dapat diartikan bahwa semakin sering
mahasiwa berbicara secara individu atau kelompok maka pengalaman berbicara di depan
umum juga semakin meningkat sehingga mahasiswa percaya bahwa dirinya mampu
melakukan hal tersebut. Berdasarkan pengalaman ketika berbicara di depan umum pada
penelitian, di dapatkan bahwa mayoritas subjek penelitian melakukan berbicara di depan
umum secara individu dan kelompok sebesar 82,2%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Anwar, (2009) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif
(dengan r = -0,67 dan ρ = 0,01) antara efikasi diri dengan kecemasan berbicara di depan
umum pada mahasiswa fakultas psikologi USU, yang artinya semakin tinggi efikasi diri
mahasiswa maka semakin rendah kecemasan berbicara di depan umum. Begitu juga
sebaliknya, semakin rendah efikasi diri mahasiswa maka semakin tinggi kecemasan
berbicara di depan umum.
Penelitian ini masih memiliki beberapa kekurangan atau kelemahan yaitu peneliti
tidak dapat mengontrol kondisi saat mengisi kuesioner sehingga memungkinkan subjek
mengisi dengan tidak sungguh-sungguh, misalnya subjek langsung mengisi kuisioner
tanpa melihat pernyataan yang sesuai atau tidak dengan diri subjek, beberapa kuisioner
ada yang tidak melengkapi identitas diri sehingga membuat kuisioner tidak bisa dipakai
194
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015
oleh peneliti, data demografi yang tidak diisi, dan ada beberapa aitem yang tidak diisi oleh
subjek penelitian. Selain itu juga, peneliti tidak melakukan screening awal tentang
pengalaman subjek dalam melakukan presentasi di depan umum, sehingga menyebabkan
hasil penelitian kurang tergambarkan. Peneliti kurang memberikan gambaran nyata
tentang situasi presentasi bagi sampel sehingga sampel di anggap kurang dapat memaknai
aktivitas nyata presentasi di depan umum.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan adanya hubungan negatif yang
signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa
perempuan, dengan nilai rxy = -0,637 (ρ < 0,05). Artinya, semakin tinggi tingkat efikasi
diri mahasiswa perempuan maka semakin rendah tingkat kecemasan dalam berbicara di
depan umum, begitu pula sebaliknya.
SARAN
Saran Teoritis
Beberapa saran teoritis yang dapat diberikan terkait penelitian ini, adalah:
a. Perlu dilakukan perbandingan kecemasan antara subjek pria dan wanita untuk
mengetahui peran jenis kelamin terhadap kecemasan.
b. Perlu dilakukan penggalian tentang frekuensi berbicara di depan umum untuk
mengetahui pengalaman individu dalam berbicara di depan umum, karena dalam
efikasi diri, salah satu hal yang mempengaruhi terbentuknya efikasi diri pada seseorang
adalah pengalaman.
c. Peneliti perlu menyuguhkan kondisi nyata bagi subjek sehingga subjek dapat
memaknai aktivitas presentasi di depan umum sehingga diharapkan jawaban yang
diberikan akan lebih akurat. Hal ini bisa dilakukan dengan metode penelitian
eksperimental.
d. Perlu adanya screening awal tentang bentuk kecemasan yang dialami oleh subjek, yaitu
state atau trait.
e. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya, apabila ingin menggunakan skala efikasi diri
hendaknya harus dicantumkan indikator dari dimensi teori efikasi diri dalam menyusun
alat ukur.
Saran Praktis
Beberapa saran praktis yang dapat diberikan terkait penelitian ini, adalah:
a. Mahasiswa diharapkan untuk sering berlatih berbicara di depan umum sehingga dapat
meningkatkan performa mahasiswa saat berbicara di depan umum.
b. Mahasiswa diharapkan memperbanyak pengalaman dan memanfaatkan setiap
kesempatan berbicara di depan umum, karena adanya pengalaman dapat membantu
mengurangi kecemasan yang ada dalam diri individu.
c. Mahasiswa harus mengubah rasa cemas yang ada di dalam dirinya menjadi keyakinan
terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan performa saat
berbicara di depan umum.
d. Mahasiswa diharapkan untuk berserah diri kepada Allah SWT ketika akan berbicara di
depan umum, sehingga akan mengurangi kecemasan yang ada di dalam dirinya.
195
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015
DAFTAR PUSTAKA
------- , (2013). Aktivitas dalam pendidikan. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013.
http://garuda.dikti.go.id/jurnal/proses.
-------- , (2014). Jumlah mahasiswa. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014.
http://www.kopertis3.or.id
-------- , (2013). Mengapa wanita lebih mudah cemas. Artikel. Diakses pada tanggal 23
Desember 2013. http://www.jpnn.com.
-------- , (2013). Public speaking anxiety. University Of Wisconsin. Diakses pada
tanggal 10 Oktober 2013. http://www.uwstout.edu
-------- , (2005). Psychodynamic Theories. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014.
http://highered.mheducation.com
Anwar, Astrid Indi Dwisty. (2009). Hubungan antara self efficacy dengan kecemasan
berbicara di depan umum pada mahasiswa fakultas psikologi universitas sumatera
utara. Skripsi. Sumatera Utara : Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara
Azwar, S. Dr. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bandura, A. (1997). Social learning theory. Englewood Clifts. New Jersey : Plantice
Hall
Chaplin, J. P. (2008). Kamus lengkap psikologi. Penerjemah Kartini Kartono. Jakarta :
Raja Grafindo Persada
Deltari, N. (2007). Perbedaan berbicara di depan umum ditinjau dari locus of control
pada mahasiswa dakwah. Skripsi. Jakarta : Universitas Gunadarma
Dewi & Andrianto. (2006). Hubungan antara pola pikir dengan kecemasan berbicara di
depan umum pada mahasiswa fakultas keguruan. Naskah Publikasi. Yogyakarta :
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia
Effendi, Dr. (2013). Mengapa wanita lebih mudah cemas. Diakses pada tanggal 26
April 2014. http://www.jpnn.com
Elliot & Chong. (2004). Presentation anxiety : A challenge for more student and a pit
despair of others. Journal. Curtin University of Technology.
Fatma & Ernawati. (2012). Pendekatan perilaku kognitif dalam pelatihan keterampilan
mengelola kecemasan berbicara di depan umum. Journal. Surakarta : Program studi
psikologi ilmu kesehatan.
Feist, J., dan Feist, G. (2010). Teori kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika.
Hadi, Mahardika Satria. (2012). Hadapi matematika, perempuan lebih cemas dari laki-
laki. Artikel. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2013. http://www.tempo.co.
Hapsari, Dyannita A. (2010). Pengaruh tari kontemporer terhadap kecemasan berbicara
di depan umum pada remaja (studi eksperimental di SMP negeri 34 semarang).
Journal. Semarang : Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro.
Hardianto, Deni. (2011). Mahasiswa dan prestasi. Diakses pada tanggal 23 Desember
2013 http://staff.uny.ac.id
Haryanthi, Tresniasari. (2012). Efektivitas metode terapi ego state dalam mengatasi
kecemasan berbicara di depan publik pada mahasiswa fakultas psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Journal. Jakarta : Fakultas Psikologi, Universitas UIN
Syarif Hidayatullah.
Hidayat, Ziaulhaq. (2011). Tugas dan tanggung jawab mahasiswa. Diakses pada
tanggal 1 September 2014. http://www.academia.edu
Lazarus. (1976). Pattern of adjusment and human effectivenees. Kogakusha. Mc Graw
Hill Book Compay
Lestyanto, T. (2013). Hubungan antara efikasi diri dengan motivasi belajar pada siswa
196
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015
RSBI kelas VIII SMP negeri 3 pati. Skripsi. Yogyakarta : Program Studi Psikologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Humantora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Magdalena, M. (1996). Hubungan antara kesadaran-diri dengan kecemasan berbicara
di muka umum. Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
Maryati, Ika. (2008). Hubungan antara kecerdasan emosi dan keyakinan diri (self
efficacy) dengan kreativitas pada siswa akselerasi universitas muhammadiyah
Surakarta. Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Matindas, D. (2003). Psikologi : menghilang grogi di depan umum. Artikel. Diunduh
pada tanggal 23 Oktober 2013. http://www.kompas.com/kesehatan/news.
Morrell, Skarbek, Cohen. (2011). The relationship between self-efficacy and nicotine
withdrawal severity among adult smokers. Addiction Research and Theory. UK.
Nellies, N. (2013). Girls don’t start out more anxious than boys, but they usually end
up that way. Artikel. Diakses pada tanggal 23 Desember 2013.
http://www.slate.com
Nevid, JefreyS, Spencer A, Rathus, Beverly Greene. (2005). Psikologi abnormal.
Jakarta : Erlangga.
Nuraeni, Diah. (2010). Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan
komunikasi interpersonal pada siswa kelas VII & VIII Di SLTPN 1 lumbang
pasuruan. Skripsi. Malang : Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri.
Nurtjahjanti, Mujiasih, Prihatsanti, Prasetyo, Ratnaningsih. (2012). Hubungan antara
efikasi diri dan persepsi terhadap pengembangan karir dengan work family conflict
pada polwan di polrestabes semarang. Journal. Semarang : Fakultas Psikologi,
Universitas Diponegoro.
Oktavia, Margaret L. (2010). Kecemasan berbicara di depan kelas pada mahasiswa
ditinjau dari berpikir positif. Skripsi. Semarang : Fakultas Psikologi, Unika
Soegijapranata.
Pratiwi, Ratih P. (2010). Pengertian kecemasan. Diakses pada tanggal 19 November
2013. http://psikologi.or.id.
Rogers, N. (2004). Berani bicara di depan publik. Edisi revisi. Bandung : Nuansa
Sarwono, S. W. (1978). Perbedaan antara pemimpin dan aktivis dalam gerakan protes
mahasiswa : Suatu Studi Psikologi Sosial. Tesis. Jakarta : Universitas Indonesia
Satriani, A. (2013). Perempuan cenderung lebih cepat cemas. Artikel. Diakses pada
tanggal 23 Desember 2013. http://www.tempo.co.
Santrock, John W. (2009). Psikologi pendidikan : Educational psychology. Edisi 3.
Jakarta : Salemba Humanika.
Sarafino, E. P. (1994). Health Psychology Second Edition. New York : John Wiley dan
Sons, Inc
Setyawan, I. (2010). Peran kemampuan empati pada efikasi diri mahasiswa peserta
kuliah kerja nyata PPM POSDAYA. Journal Ilmiah. Semarang : Fakultas
Psikologi, Universitas Diponegoro
Sex and Age Group — National health interview survey. (2010). QuickStats:
percentage of adults aged ≥18 years who often felt worried, nervous, or anxious.
United States. Diakses pada tanggal 23 Desember 2013. http://www.cdc.gov
Shkullaku, R. (2013). The relationship between self efficacy and academic
performance in the context of gender among albanian students. Tirana, Albania :
European University of Tirana.
Sizoo, Jozskowskia, Malhotra, Shapero. (2010). The effect of anixety and self-efficacy
on finace student. Journal Ilmiah
Sobur, A, M.Si. Drs. (2009). Psikologi umum. Bandung : CV Pustaka Setia
197
Jurnal Psikogenesis, Volume 3, No. 2, Juni 2015
198