You are on page 1of 8

PEMBERDAYAAN “PMKS” (PENYANDANG MASALAH

KESEJAHTERAAN SOSIAL) LANSIA TERLANTAR


DI UPTD GRIYA WERDHA KOTA SURABAYA

Rika Nuriana
Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga

Abstract
This study aims to describe and to identify the steps of empowerment and the empowerement level of the abandoned elderly
in Griya Werdha Regional Technical Implementaton Unit (UPTD) Surabaya City. The background of this research is the problem of
high number of neglected elderly in Surabaya. To accommodate the neglected elderly the government of Surabaya City established
UPTD Griya Werdha which is still under the auspices of Surabaya City Social Service. UPTD Griya Werdha provides empowerment
to the elderly to increase the potential of the elderly. The first theory to answer the research question uses Wrihatnolo and
Dwidjowijoto (2007) about empowering steps that is divided into 3 steps that is awareness step, capacity building step and
empowering step. The second theory of Suhendra (2006) to measure the empowerement level of the elderly using 5 indicators that
have potential, the process of bottom up planning, cacapability, economic creaticity, and conveying the argumentation or idea. This
study employed qualitative descriptive method. The determination of the informants uses purposive sampling. The data were
collected through in-depth interview, observation, and documentation. The result of this research is known that the stages of
empowerment of elderly in UPTD Griya Werdha Surabaya have been done at awareness stage and stage pengkapasitasan only,
because in empowerment stage of elderly not yet say fully empowered. And the empowerment of the elderly is still low, because the
lansian has no potential, is not involved in the planning activities, can not understand how to create a skill independently, can not
create economic creativity, and no one gives his argument or idea when the activity takes place.

Keywords : Abandoned Elderly, Elderly Empowerment, Empowering Steps, and Empowerment Indicator

Pendahuluan undang yang mengatur tentang kesejahteraan sosial


Negara merupakan suatu bentuk organisasi yang yaitu Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang
memiliki ruang lingkup yang sangat besar dan rumit. Kesejahteraan sosial yang mengamanatkan agar
Negara memiliki tujuan bersama yaitu untuk tumbuh, pemerintah kota, pemerintah daerah dan masyarakat
berkembang serta memajukan kesejahteraan rakyat menyelenggarakan kesejahteraan sosial bagi warga
yang menjadi anggota organisasi di dalamnya. Negara masyarakat yang kurang beruntung dan rentan, serta
Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan penanggulangan kemiskinan. Di dalam
melakukan pembangunan nasional untuk mencapai undang-undang tersebut pada bagian bab 3 mengenai
tujuan Negara dalam bentuk peningkatan kesejahteraan penyelenggaraan kesejahteraan sosial tepatnya pasal 5
baik material maupun spiritual.Pembangunan nasional yang bagian nomor 2 berisi mengenai kriteria masalah
yang dilakukan oleh pemerintah harus ditujukan untuk sosial yaitu meliputi kemiskinan, ketelantaran,
meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat, dan kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan
tidak hanya terfokus pada ekonomitetapi harus penyimpangan perilaku, korban bencana dan korban
memberikan perhatian kepada masalah sosial yang tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
terjadi di lingkungan masyarakat sekitar. Berdasarkan Sumber dari Pusat Data dan
Rendahnya tingkat ekonomi dapat mengakibatkan Informasi Kesejahteraan Sosial Indonesia tahun 2014-
tingginya jumlah masyarakat miskin serta banyaknya 2016 menunjukkan PMKS fakir miskin ditahun 2014
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sebesar 86,53%, tahun 2015 sebesar 86,90% dan tahun
yang ada di Indonesia. Kesejahteraan sosial merupakan 2016 sebesar 90,00%. Secara keseluruhan total fakir
suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan hidup yang miskin di Indonesia sebanyak 3.653.003 jiwa.
layak bagi masyarakat sehingga mampu Sedangkan PMKS yang mempunyai jumlah presentase
mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi paling tinggi ke dua di Indonesia yaitu terkait masalah
sosialnya yang dapat dilakukan pemerintah, pemerintah lansia terlantar,tahun 2014 sebesar 3,55%, tahun 2015
daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial sebesar 4,00% dan tahun 2016 sebesar 4,50%.Total
yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, keseluruhan hampir 2.578.000 lansia yang terlantar di
pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Hal ini Indonesia.
membuat pihak pemerintah membuat program dengan Bagi para lansia pastinya mempunyai berbagai
istilah PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan macam masalah yang telah dihadapi sehari-hari, dan
Sosial) yang terdiri dari beberapa masalah yang ada di cara menyikapinya pasti dengan cara berbeda-beda
Indonesia. pula. Di bawah ini terdapat ada beberapa permasalahan
Penanganan masalah kesejahteraan sosial melalui yang dihadapi oleh lanjut usia terlantar, antara lain : (1)
pembangunan kesejahteraan sosial perlu terus Masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
dilanjutkan secara berkesinambungan dan ditingkatkan fisik yaitu yang berkaitan dengan kesehatan, dimana
agar apa yang telah dicapai dapat terus ditingkatkan para lanjut usia tersebut kurang memahami arti
dan jangkauan pelayanan dapat diperluas. Undang- pentingnya kesehatan baik pada waktu sehat maupun
1
pada waktu sakit. Dan apabila mengalami sakit tidak 2007 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Di dalam
adanya kemampuan untuk melakukan pengobatan. (2) Peraturan daerah tersebut yang dimaksud dengan
Masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan kesejahteraan lanjut usia meliputi lansia potensial,
sosial yaitu bahwa para lanjut usia merasakan atau lansia tidak potensial, dan lansia terlantar juga.
menyadari keberadaannya ditengah-tengah masyarakat Pelayanan yang diberikan untuk meningkatkan
sudah tidak diperlukan lagi. kesejahteraan lansia meliputi pealayanan keagamaan,
Indonesia menempati posisi ke-4 dunia dengan pelayanan kesehatan, pelayanan kesempatan kerja,
jumlah lansia terbanyak yaitu 20.000.000 jiwa dan pelayanan pendidikan, pelayanan untuk mendapat
sekitar 2.578.000 jiwa termasuk lansia terlantar. kemudahan dalam penggunaan fasilitas, serta
Provinsi Jawa Timur merupakan jumlah lansia terlantar perlindungan sosial. Dengan adanya Peraturan daerah
terbanyak di Indonesia yaitu sebesar 389.563 jiwa di tersebut, maka Walikota Surabaya meresmikan UPTD
tahun 2016. Jumlah ini didasarkan pada pendataan Griya Werdha di bawah naungan Dinas Sosial Kota
yang dilakukan oleh Kementrian Kesejahteraan Sosial Surabaya. Pembentukan UPTD Griya Werdha tersebut
Indonesia tahun 2016, seperti yang terlihat pada tabel juga berdasarkan pada Peraturan Walikota Surabaya
berikut ini : Nomor 4 Tahun 2013 tentang Organisasi Unit
Tabel Provinsi dengan Jumlah Lansia Terlantar Pelaksana Teknis Dinas Griya Wreda pada Dinas
Terbanyak Tahun 2016 Sosial Kota Surabaya. Peraturan Walikota tersebut
No Provinsi Jumlah ditetapkan pada tanggal 9 Januari 2013 oleh Walikota
1 Jawa Timur 389.563 orang Surabaya Ibu Tri Rismaharini.
2 Jawa Tengah 184.451 orang Berdasarkan data dari Profil UPTD Griya Werdha
3 Jawa Barat 170.675 orang Surabaya tersebut menunjukkan bahwa jumlah
4 Sumatra Utara 120.256 orang penghuni UPTD Griya Werdha Kota Surabaya dari
5 Sulawesi Selatan 100.568 orang tahun ke tahun selalu bertambah, hal itu mengingat
Sumber : Kementrian Kesejahteraan Sosial Tahun 2016 bahwa jumlah lansia yang terlantar juga sangat banyak.
Surabaya sebagai ibukota Jawa Timur dan Kota Pada tahun 2014 berjumlah 50 dengan proporsisi laki-
terbesar kedua setelah Jakarta banyak mengalami laki 19 orang dan perempuan 31 orang. Di tahun 2015
kemajuan diberbagai bidang seperti pembangunan naik menjadi 75 orang dengan proporsisi laki-laki
fisik, ekonomi maupun sosial. Namun ironisnya, berjumlah 25orang dan perempuan berjumlah 50
permasalahan mengenai lansia terlantar belum tuntas orang. Seiring dengan dilakukannya perluasan
untuk diselesaikan. Keberadaan lansia terlantar masih pembangunan gedung UPTD Griya Werdha, maka
dijumpai dibeberapa wilayah se kecamatan di kapasitas daya tampung ditambah sebanyak 29 orang.
Surabaya. Jadi penghuni UPTD Griya Werdha pada tahun 2016
Jumlah lansia terlantar di Surabaya pada tahun sampai Maret 2017 sekarang sebanyak 104 orang
2014 sampai tahun 2016 selalu mengalami dengan proporsisi laki-laki berjumlah 33orang dan
peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : perempuan berjumlah 71 orang. Dari data yang sudah
Jumlah Lansia Terlantar di Kota Surabaya peneliti dapatkan diketahui bahwa rata-rata lansia
Tahun 2014-2016 disana berumur 77 tahun dan 71 tahun. Lansia yang
Jenis Kelamin berjumlah 104 orang tersebut dikelompokkan menjadi
Tahun Jumlah 3 kriteria, yaitu Total Care (19 orang); Mandiri (46
Laki-Laki Perempuan
2014 5.500 10.500 16.000 orang); dan Parsial (39 orang).
2015 5.700 10.900 16.600 UPTD Griya Werdha merupakan salah satu
2016 5.917 11.185 17.102 program pemenuhan dimensi kota ramah lansia yang
Sumber : Dinas Sosial Kota Surabaya tahun 2014-2016 telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa
Pemerintah Kota Surabaya di dalam menangani (PBB) dan program nasional khusus lansia. Mereka
permasalahan lansia terlantar tersebut yaitu dengan mendapatkan pelayanan kesehatan dari Pemkot
dibentuknyaUPTD Griya Werdha yang masih dalam Surabaya dengan berasal dari latar belakang yang
naungan Dinas Sosial Kota Surabaya, dan tempat beragam. Para lansia yang bertempat di Griya Wreda
tersebut sudah diresmikan oleh Walikota Surabaya Ibu merupakan hasil dari razia di lapangan dan ada pula
Tri Rismaharini yaitu pada tanggal 16 Juli 2013. UPTD yang diserahkan oleh masyarakat menggunakan surat
Griya Werdha yang awalnya terletak di daerah rekomendasi camat setempat. Untuk menjamin
Medokan Ayu yang sudah resmi pada tahun 2013, pelayanan kesehatan, Dinas Sosial menyediakan 10
kemudian dialihkan ke tempat UPTD Griya Werdha perawat dan seorang dokter sebagai penunjang
yang baru dengan area yang lebih luas dan fasilitas kestabilan kondisi fisik para lansia yang ditampung.
yang lengkap di daerah kawasan Jambangan Baru pada Selama ini UPTD Griya Werdha dalam
hari Kamis, 5 Januari 2017 oleh Walikota. UPTD ini meningkatkan pemberdayaan untuk para lansia
dibentuk oleh Dinas Sosial berdasarkan Keputusan menggunakan berbagai cara yakni dengan memberikan
Kepala Dinas dan dilanjutkan dengan turunnya kegiatan-kegiatan yang bersifat positif.
Peraturan Walikota Surabaya Nomor 4 Tahun 2013 Pemberdayaannya yaitu dengan cara memberikan
tentang Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Griya beberapa bimbingan, pelatihan dan sosialisasi yang
Werdha pada Dinas Sosial Kota Surabaya. sudah dijadwalkan sebelumnya oleh pihak yang
PMKS lansia terlantar juga diatur dalam bersangkutan. Bimbingan dan sosialisasi pada
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun umumnya yang setiap harinya diberikan oleh UPTD
Griya Werdha kepada para lansia tersebut bermacam-
2
macam. Ada juga yang memberikan pelatihan, penampungan lansia terlantar di UPTD Griya Werdha
bimbingan dan sosialisasi dari mahasiswa-mahasiswa juga bertambah sejak tahun 2014 sampai tahun 2017.
Universitas di Kota Surabaya. Seperti dari Poltekes Juga terdapat beberapa kegiatan untuk meningkatkan
Kemenkes Surabaya; Universitas Airlangga; dan pemberdayaan para lansia tersebut agar dapat
Universitas Hang Tuah. Untuk mengetahui jenis-jenis menjalankan segala peran dan tugasnya masing-
kegiatan yang diberikan oleh UPTD Griya Werdha, masing. Maka dari itu penelitian ini berfokus pada
dapat dilihat pada tabel berikut ini. pemberdayaan PMKS lansia terlantar di Kota Surabaya
Jenis Kegiatan di UPTD Griya Werdha Kota Khsusnya yang nantinya tempat penelitian tersebut
Surabaya berlangsung di UPTD Griya Werdha Surabaya,dan
No. Jenis Kegiatan Keterangan UPTD tersebut masih dalam lingkup Dinas Sosial Kota
1. Ketrampilan Untuk melatih kemampuan Surabaya. Penelitian ini penting dilakukan mengingat
membuat potensial bagi para lansia dengan kualitas hidup lansia terlantar sangat memprihatinkan
Kerajinan membuat kerajinan tangan. dan hal ini akan berdampak pada kehidupannya sehari-
Tangan hari yang semakin tua.
2. Sosialisasi Bertujuan untuk melatih lansia agar Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
Hidup Sehat terbiasa hidup bersih dan sehat. bagaimana pemberdayaan PMKS lansia terlantar serta
3. Senam Otak Berguna untuk melatih otak para bagaimana keberdayaan lansia terlantar di UPTD Griya
lansia agar tidak terlalu terbebani
Werdha Dinas Sosial Kota Surabaya. Serta manfaat
dan stres. Kegiatan Senam Otak ini
biasanya yang melakukan dari
akademis dari penelitian ini yaitu diharapkan mampu
mahasiswa-mahasiswa. memberikan sumbangan pemikiran terhadap
4. Senam Sehat Memberikan senam setiap pagi perkembangan Ilmu Administrasi Negara terutama
untuk meningkatkan daya tubuh dalam pengembangan teori mengenai pemberdayaan
lansia. suatu program dan sebagai bahan pemahaman dan
5. Hiburan Mengadakan refreshing ke tempat- pembelajaran bagi peneliti maupun mahasiswa lain
tempat yang disukai para lansia untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih
untuk menghilangkan stress. Dan mendalam mengenai pemberdayaan PMKS lansia
biasanya juga ada acara bernyanyi terlantar di Kota Surabaya. Sedangkan manfaat praktis
bersama.
dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat memberikan
Sumber : UPTD Griya Werdha Surabaya gambaran kepada Pemerintah Kota mengenai
Berdasarkan tabel 1.7 tersebut, diketahui bahwa pemberdayaan PMKS lansia terlantar di UPTD Griya
agenda yang dilakukan di UPTD Griya Werdha Werdha Kota Surabaya dan juga dapat memberikan
berjumlah 5 kegiatan. Jenis kegiatan-kegiatan tersebut masukan atau saran bagi UPTD Griya Werdha dan
sangat berguna bagi para lansia disana dan juga Dinas Sosial memberdayakan lansia terlantar di
bermanfaat untuk meningkatkan potensi mereka. Surabaya selanjutnya.
Seperti membuat suatu ketrampilan dan kerajinan
tangan (Handy Craft), bagaimana cara hidup sehat, Pemberdayaan
berolahraga dengan melakukan senam setiap pagi hari, Menurut suhendra (2006), pemberdayaan adalah
dan tidak lupa juga adanya suatu hiburan yang dapat suatu kegiatan yang berkesinambungan, dinamis,
menghibur lansia disana agar tidak adanya rasa secara sinergis mendorong keterlibatan semua potensi
kebosanan dan stres di dalam menjalani kehidupan yang ada secara evolutif dengan keterlibatan semua
sehari-harinya. Salah satu jenis kegiatan pemberdayaan potensi. Dengan adanya pemberdayaan, harapannya
yang paling bermanfaat dan sering dilakukan untuk adalah masyarakat mampu lebih dinamis, seimbang
meningkatkan potensi lansia yaitu dengan ketrampilan antara hak dan kewajibannya, dan terbentuk
membuat kerajinan tangan. masyarakat madani yang majemuk tanpa ada yang
Hasil karya yang sudah pernah dibuat oleh para merasa asing dalam komunitasnya. Menurut Pearse &
lansia di UPTD Griya Werdha ada lima karya yaitu Stiefel (1979) mengatakan bahwa pemberdayaan
meliputi tasbih, gantungan kunci, kemoceng, hiasan merupakan cara untuk menghormati kebhinekaan,
dinding berbentuk bunga yang terbuat dari kertas, dan kekhasan lokal, dekosentrasi kekuatan, peningkatan
pigura yang terbuat dari kertas juga. Hasil karya yang kemandirian, yang merupakan pemberdayaan
dihasilkan tersebut akan diserahkan pada masing- partisipatif.
masing lansia dan juga akan dipajang di setiap Menurut Shragge dalam bukunya Prijono (1996)
ruangan. Akan tetapi hasil karya tersebut tidak pernah menyatakan bahwa pemberdayaan merupakan
dijual ke masyarakat dikarenakan hasil yang diperoleh hubungan kekuasaan (kekuatan) yang berubah antara
dinilai kurang bagus untuk dipublikasikan, jadi karya individu mengambil tindakan atas nama diri mereka
tersebut hanya digunakan oleh masing-masing sendiri dan kemudian mempertegas kembali
individu. pemahamannya terhadap dunia tempat ia tinggal.
Dengan melihat latar belakang permasalahan Persepsi diri bergerak dari korban (victim) ke pelaku
maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana (agent) karena orang mampu bertindak dalam arena
pemberdayaan PMKS lansia terlantar serta bagaimana sosial politik dan berusaha memenuhi kepentingannya.
keberdayaan lansia terlantar di UPTD Griya Werdha Suharto (2009) menjelaskan bahwa
Kota Surabaya. Berdasarkan data yang ada, jumlah pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
lansia terlantar di Kota Surabaya dari tahun ke tahun Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian
selalu mengalami peningkatan, serta tempat kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau
3
keberdayaan kelompok lemah dalam masarakat, kekuasaan dan kekuatan agar dapat mengoptimalkan
termasuk individu-individu yang mengalami masalah sumber daya dan potensi yang dimilikinya dan dapat
kemiskinan. Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk mengembangkan diri secara mandiri baik di bidang
pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah ekonomi, sosial, agama, dan budaya.
perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan Tahapan-Tahapan Pemberdayaan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya Dalam hal pemberdayaan perlu adanya suatu
baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial upaya-upaya berkelanjutan dalam melaksanakan
seperti memiliki kepercayaan diri, mampu tahapan-tahapan atau proses-proses pemberdayaan
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, yang membutuhkan keseriusan dan pengorbanan yang
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam cukup panjang. Tahapan dalam pelaksanaan
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. pemberdayaan adalah unsur-unsur yang harus ada
Sedangkan menurut Robinson (1994) berpendapat sehingga dapat memperbaiki taraf hidup masyarakat ke
bahwa : arah yang lebih baik. Menurut Wrihatnolo dan
“empowerment is a personal and social process, Dwidjowijoto (2007) terdapat tiga tahapan dalam
a liberating sense of one’s own strengths, competence, pemberdayaan, diantaranya adalah :
creativity, and freedom of action; to be empowered is 1. Tahap Penyadaran
to feel power to act and grow, to become,” Pada tahap ini, sasaran yang akan diberdayakan
Dapat dijelaskan bahwa pemberdayaan diberi pencerahan dalam bentuk penyadaran bahwa
merupakan proses perseorangan dan sosial dalam mereka mempunyai hak untuk memiliki sesuatu
memberikan rasa kebebasan dari kekuatan sendiri, apabila yang menjadi sasaran pemberdayaan tersebut
kemampuan, kreatifitas dan kebebasan untuk ialah para kelompok miskin, maka kepada mereka
melakukan aksi; dalam mendapat kuasa untuk diberikan pemahaman bahwa mereka bisa menjadi
merasakan kekuatan dalam bertindak dan tambah kaum menengah ke atas bila mereka memiliki
dalam kondisi tersebut. Akan tetapi proses kapasitas untuk keluar dari kemiskinannya. Tahap
pemberdayaanbukan saja dalam arti ekonomi dan penyadaran ini dapat dilaksanakan dengan memberikan
sosial, tetapi juga meliputi politik, seperti yang pengetahuan yang bersifat kognisi, belief, dan healing.
dikemukakan oleh Kreisberg (1992), menyatakan 2. Tahap Pengkapasitasan
bahwa pemberdayaan melibatkan individu dalam Tahap pengkapasitasan (capacity building) ini
memperoleh pengendalian hidup mereka dan bisa juga disebut sebagai memampukan atau enabling.
pemenuhan kebutuhan mereka sebagai perkembangan Hal ini sasaran harus mampu lebih dulu sebelum yang
hasil kemampuan dan ketrampilan secara efektif dalam bersangkutan diberi daya atau kuasa. Jadi, pada
berpartisipasi pada sosial dan politik dunia. prinsipnya sasaran agar diberikan lebih dahulu program
Selanjutnya konsep pemberdayaan menurut pemampuan untuk membuat sasaran mempunyai
Prijono dan Pranarka (1996) mengemukakan bahwa keahlian atau ketrampilan (skillfull) atau mampu dalam
pemberdayaan merupakan suatu pembagian kekuasaan mengelola sesuatu yang akan menjadi sasarannya
secara adil sehingga dapat meningkatkan kesadaran dalam menerima daya atau kuasa. Proses
politis dan kekuasaan kepada kelompok yang lemah memampukan sasaran terdiri dari tiga jenis, yaitu : (1)
serta memperbesar pengaruh mereka terhadap proses manusia; (2) organisasi; dan (3) sistem nilai seperti
dan hasil-hasil pembangunan. Akan tetapi proses ini halnya melakukan pelatihan, workshop, seminar,
tidak hanya meliputi pemberdayaan individu saja, simulasi, dan lainnya. Pada hakekatnya adalah
melainkan juga mencakup upaya memberdayakan memberikan kapasitas kepada individu dan kelompok
orang lain. Kemudian Kieffer (1981) menggabungkan manusia supaya mampu menerima daya atau
dan memperluas kedua pendekatan ini dengan kekuasaan yang akan diberikan. Pengkapasitasan
menyatakan : organisasi dapat dilaksanakan dalam bentuk
“empowerment is an interactive and highly restrukturisasi organisasi yang akan menerima daya.
subjective relationship of individuals and their Pengkapasitasan sistem nilai dilaksanakan setelah
environment, it demand innovation in qualitative / manusia dan wadahnya dimampukan atau
ethnographic methodology and a special strategy to dikapasitaskan. Sistem nilai merupakan aturan main
capture the intense experience of human struggle and atau rule of the game.
transformation”. 3. Tahap Pendayaan
Dengan maksud bahwa pemberdayaan adalah Pada tahap pendayaan dilakukan dengan cara
suatu interaktif yang mempunyai hubungan yang pemberian daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang atau
sangat tinggi dengan individu dan lingkungan mereka kesempatan pada sasaran. Pemberian ini harus
sehingga permintaan inovasi pada kualitatif atau disesuaikan dengan kualitas kecakapan yang telah
metodologi etnografi dan satu strategi khusus untuk dimiliki sasaran. Pada hakekatnya proses pemberian
menangkap pengalaman dari perjuangan masyarakat daya atau kekuasaan harus disesuaikan dengan
itu sendiri dengan transformasi. kecakapan penerima.
Maka dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan
dalam penelitian ini adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh para lansia
yang terlantar di UPTD Griya Werdha di dalam
kehidupannya sehari-hari dengan memberikan
4
Indikator Keberdayaan Jadi yang dimaksud dengan pemberdayaan lansia
Dalam hal ini, indikator berfungsi untuk dalam penelitian ini adalah upaya untuk membantu
mengukur apakah pemberdayaan masyarakat berjalan lansiadi UPTD Griya Werdha agar dapat
dengan baik atau tidak, sehingga perlu adanya mendayagunakan kemampuan untuk melakukan
indikator yang relevan. Dengan cara membandingkan sesuatu atau bertindak dan mengusahakan agar mampu
kriteria normatif dengan kenyataan yang ada. mendatangkan hasil yang dapat meningkatkan kualitas
Berdasarkan Suhendra (2006) adapun indikator hidupnya. Untuk mewujudkan sebuah upaya dalam
masyarakat yang berdaya diantaranya adalah : pemberdayaan tentunya harus dilalui dengan melewati
1. Memiliki potensi. Potensi merupakan sebuah beberapa tahapan. Dengan adanya pemberdayaan
kemampuan dasar yang dimiliki seseorang secara diharapkan lansia tetap berdaya dalam menikmati masa
umum. tuanya, tetap berkarya dengan memanfaatkan berbagai
2. Berjalannya proses “Bottom Up Planning”, kemampuan yangdimiliki.
merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan
mulai dari level bawah yang masih dalam tahap Lanjut Usia
pengenalan sampai pada level atas. Menurut UU No. 13/ 1998 tentang Kesejahteraan
3. Kapabilitas. Kapabilitas adalah kemampuan yang Lansia, dinyatakan lebih sempit lagi bahwa, lansia
dimiliki seseorang dalam membuat suatu adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun keatas.
ketrampilan sehingga dapat menguasai Ada juga dalam UU No. 13/ 1998 dinyatakan bahwa
kemampuannya dari titik kelemahan hingga cara ada dua kelompok Lanjut Usia (Lansia) yaitu lanjut
mengatasinya. Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu
4. Kreativitas ekonomi, merupakan suatu melakukan pekerjaan dan atau kegiatanyang dapat
kemampuan dalam menciptakan sebuah menghasilkan barang dan atau jasa. Serta lanjut Usia
kreativitas yang dapat menambah perekonomian tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya
dan juga berguna bagi orang lain. mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada
5. Kemampuan dalam menyampaikan argumen atau bantuan orang lain.
ide. Lanjut Usia (lansia) merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
Pemberdayaan Lansia penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
Berdasarkan kutipan skripsi dari Febriyati (2016) dengan stres lingkungan (Pudjiastuti, 2003). Lansia
menyebutkan bahwa Dalam Undang-undang No.13 juga merupakan keadaan yang ditandai oleh kegagalan
Tahun 1998, tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, bahwa seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
pemberdayaan lansia dimaksudkan agar lansia tetap terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
dapat melaksanakan fungsi sosialnya berperan aktif berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk
secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa hidup serta peningkatan kepekaan secara individual
dan bernegara. Pemberdayaan lansia mengacu pada (Hawari, 2011). Dapat disimpulkan bahwa, lanjut usia
upaya mengembangkan daya (potensi) individu dalam penelitian ini merupakan seseorang yang sudah
maupun kolektif penduduk lansia sehingga mereka berumur 60 tahun ke atas dan potensi yang dimiliki
dapat meningkatkan kemampuannya dalam berbagai masing-masing individu mulai tidak produktif lagi dan
aktivitas, baik sosial, ekonomi, maupun politis. hak-haknya secara fisik tidak dapat terpenuhi
Pemberdayaan lansia melalui peningkatan kemampuan dikarenakan masuk dalam kategori lansia yang
untuk tetapaktif dalam aktivitas produktif merupakan terlantar sehingga akan ditampung di UPTD Griya
salah satu anstisipasi agar mereka dapat mengurangi Werdha Surabaya.
ketergantungan aktual terhadap anggota rumah tangga Beberapa ciri-ciri utama lansia terlantar menurut
yang lain. Mike (2011) Helpful Guide (Elder Abuse and Neglect),
Pemberdayaan lansia dilakukan melalui berbagai ada empat hal yaitu :
cara, hal ini mengingat karena ada lansia yang berada 1. Tubuh kurus secara tidak biasa.
di panti, dan lansia yang berada dilingkungan keluarga 2. Tubuh mengalami dehidrasi, kurang gizi, dan
dan masyarakat. Lansia yang berada di panti tidak terawat.
merupakan salah satu jenis lansia yang terlantar karena 3. Berada di lingkungan hidup yang buruk (kotor,
sudah tidak memiliki anggota keluarga. Sedangkan bising, tidak aman, dan lain sebagainya).
lansia yang berada di lingkungan keluarga dan 4. Tidak tinggal bersama keluarga (ditinggal atau
masyarakat tetap hidup bersama-sama dengan anak dan meninggalkan keluarga).
cucunya dalam menikmati masa tua. Beberapa kebutuhan lansia terlantar menurut
Berdasarkan kutipan skripsi dari Febriyati (2016) Koswara (2001), terdapat lima hal yaitu:
pemberdayaan lansia terdiri dari kata pemberdayaan, 1. Kebutuhan fisik, yaitu kebutuhan sandang,
dan lansia. Pemberdayaan berasal dari kata “daya” pangan, papan, dan lainnya.
yang berarti kemampuan melakukan sesuatu atau 2. Kebutuhan ketentraman, yaitu kebutuhan akan
bertindak, mendayagunakan berarti mengusahakan rasa keamanan dan ketentraman, seperti
agar mampu mendatangkan hasil. Sedangkan Lansia kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan,
adalah akronim dari lanjut usia, menurut Undang- privasi, kemandirian, dan sebagainya.
undang No. 13 Tahun 1998 bahwa lansia adalah 3. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk
seseorang yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun bersosialisasi atau berkomunikasi dengan manusia
keatas.
5
lainnya, yang dapat dilakukan melalui organisasi, 3. Tahap Pendayaan
kesenian, olahraga, hobi, dan sebagainya. Pada tahap pendayaan ini menyatakan bahwa
4. Kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan akan harga banyak lansia yang belum berdaya ketika sudah
diri untuk diakui akan keberadaannya. mengikuti kegiatan pemberdayaan. Dikarenakan rata-
5. Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk rata para lansia mempunyai latar belakang dari jalanan,
mengungkapkan kemampuan fisik, rohani sehingga pemikirannya susah untuk dapat
maupun daya pikir berdasarkan pengalamannya meningkatkan daya potensi mereka. Petugas
masing-masing, bersemangat dan berperan dalam memberikan kesempatan bagi lansia untuk menerapkan
kehidupan. ilmunya yang didapat tetapi tidak ada satupun lansia
yang mau melakukannya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian Indikator Keberdayaan Lansia Terlantar di UPTD
diskriptif kualitatif yakni untuk mencari informasi Griya Werdha Kota Surabaya
mengenai permasalahan yang ada kaitannya dengan Dalam penelitian ini untuk menjawab
pemberdayaan PMKS (Penyandang Masalah keberdayaan lansia, peneliti memakai indikator
Kesejahteraan Sosial) lansia terlantar di UPTD Griya keberdayaan yang sudah dijelaskan oleh Suhendra
Werdha Kota Surabaya. Teknik penentuan informan (2006) untuk mengukur seberapa besar keberdayaan
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik lansia di UPTD Griya Werdha Surabaya. Berikut ini
pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi indikator keberdayaan yang akan dijelaskan lebih rinci
dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan sebagai berikut :
peneliti yaitu dengan reduksi data, penyajian data dan 1. Memiliki Potensi
penarikan kesimpulan serta teknik keabsahan data Para lansia tidak mempunyai potensi dan keahlian
dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber apapun. Dilihat pada kehidupan sehari-harinya mereka
data. tidak menunjukkan kalau memiliki potensi. Melihat
latar belakang lansia dari jalanan maka sulit untuk
Hasil dan Pembahasan memiliki potensi atau keahlian yang dimilikinya.
Untuk menjawab rumusan masalah terkait 2. Berjalannya Proses “Bottom Up Planning”
pemberdayaan lansia dan keberdayaan lansia di UPTD Para lansia tidak berhak ikut dalam mengusulkan
Griya Werdha Kota Surabaya, terdapat dua aspek yang kegiatan pemberdayaan yang akan dilaksanakan.
ada, yaitu : Bahkan mereka juga tidak dilibatkan dalam
Tahapan Pemberdayaan Lansia Terlantar di perencanaannya. Pihak petugasnya juga memberi
UPTD Griya Werdha Kota Surabaya kebebasan kepada para lansia untuk memilih kegiatan
Untuk melihat pemberdayaan lansia di UPTD yang akan diikutinya. Jadi tidak ada unsur paksaan
Griya Werdha, maka peneliti menggunakan tahapan- untuk mengikuti kegiatan pemberdayaan tersebut.
tahapan pemberdayaan dari Wrihatnolo dan 3. Kapabilitas
Dwidjowijoto (2007) sebagai berikut : Perkembangan lansia setelah mengikuti kegiatan
1. Tahap Penyadaran pemberdayaan belum maksimal sama sekali. Meskipun
Dalam tahap ini petugas sudah memberikan mereka diberi kegiatan pemberdayaan, daya ingat
penyadaran yaitu melalui suatu pendekatan dengan lansia tidak akan meningkat. Disisi lain juga para
memberikan beberapa motivasi, pencerahan, dan lansia tidak mempunyai inisiatif untuk membuat karya
inspirasi kepada lansia. Kegiatan pemberdayaan disana sendiri. Lansia dikatakan berkembang pada saat
bersifat sukarela tanpa adanya paksaan dari atasan. kegiatan pemberdayaan berlangsung karena mengikuti
Sehingga bagi siap yang bersedia mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir. Jika setelah kegiatan tersebut
juga diperkenankan. Kebanyakan yang mengikuti dari selesai, pasti mereka tidak akan bisa membuatnya lagi
lansia mandiri. Kegiatan pemberdayaan ini diadakan tanpa bantuan orang lain.
untuk meningkatkan potensi para lansia yang bersedia 4. Kreativitas Ekonomi
untuk berkembang. Serta untuk menambah aktivitas Para lansia di UPTD Griya Werdha telah
mereka dan mengisi waktu luang dengan kegiatan yang diketahui bahwa mereka tidak mempunyai kreativitas
bermanfaat dan berguna. apapun sehingga apa yang mereka lakukan tidak dapat
2. Tahap Pengkapasitasan berguna bagi orang lain ataupun menambah
Pada tahap ini telah dilaksanakan kegiatan perekonomian mereka. Jadi para lansia tidak pernah
pemberdayaan terhadap para lansia yaitu kegiatan membuat suatu kreativitas tersendiri melainkan pernah
membuat kerajinan tangan, senam otak, menggambar, membuat beberapa kerajinan tangan atau ketrampilan
dan bermain puzzle. Kerajinan tangan yang dimaksud itupun ada yang memberi contoh sebelumnya. Jika
yaitu membuat bunga dari kertas, membuat manik- mereka tidak dapat membuat suatu kreativitas maka
manik gelang dan tasbih, membuat kemoceng, otomatis tidak dapat berguna bagi orang lain serta tidak
membuat kotak bungan dari stik es krim, serta dapat menambah perekonomian mereka. karya sendiri
membuat pigura untuk tempat foto. Kegiatan senam tanpa adanya bantuan dari orang lain.
otak dilakukan dengan tujuan untuk melatih otak para 5. Kemampuan Dalam Menyampaikan Argumen
lansia agar tidak terlalu stress memikirkan atau Ide
kehidupannya. Para lansia di UPTD Griya Werdha Surabaya
tidak pernah ada yang bertanya selama mengikuti
kegiatan pemberdayaan. Serta mereka juga tidak
6
pernah mengutarakan atau menyampaikan argumennya dengan baik oleh pihak-pihak yang terkait tentang
kepada publik. Sehingga kemampuan dalam kegiatan pemberdayaan. Sehingga para lansia tidak
menyampaikan argumen atau ide bagi lansia di UPTD dapat mengusulkan kegiatan pemberdayaan yang akan
Griya Werdha masih sangat rendah. Bahkan lansianya dilaksanakan. Tetapi disisi lain, para lansia diberi
juga tidak mempunyai inisiatif untuk bertanya tentang kebebasan untuk memilih kegiatan pemberdayaan yang
hal apapun, sehingga waktu mengikuti kegiatan masing-masing minati sesuai dengan kesadaran diri
pemberdayaan mereka hanya diam mendengarkan saja. mereka sendiri.
3) Kapabilitas
Kesimpulan Lansia yang ada di UPTD Griya Werdha
Kesimpulan secara keseluruhan terkait tentang Surabaya tidak dapat memahami dengan benar cara
pemberdayaan lansia, secara umum tahapan membuat suatu ketrampilan atau kerajinan tanpa
pemberdayaan sudah dilakukan hanya pada tahap adanya bantuan dari orang lain. Disisi lain menyatakan
penyadaran dan tahap pengkapasitasan saja, tetapi pada bahwa lansia dapat memahami cara membuat suatu
tahap pendayaan belum terlaksana karena lansia di ketrampilan atau kerajinan dengan adanya pelatih atau
UPTD Griya Werdha belum dikatakan berdaya. Hal ini bantuan dari orang lain. Perkembangan lansia juga
dapat dijelaskan pada 3 tahapan berikut ini : biasa-biasa saja tanpa adanya peningkatan atau belum
1) Tahap Penyadaran dikatakan meningkat setelah mengikuti kegiatan
Pada tahap ini petugas memberikan penyadaran pemberdayaan. Dikarenakan dari lansianya tidak ada
melalui pendekatan kepada lansia dengan memberikan inisiatif untuk melakukan sesuatu yang kreatif.
penjelasan dan motivasi terkait dengan kegiatan 4) Kreativitas Ekonomi
pemberdayaan yang akan dilaksanakan, serta Para lansia di UPTD Griya Werdha tidak pernah
meyakinkan lansia untuk mengikuti kegiatan tersebut. membuat kreativitas atau ketrampilan apapun
Penjelasan yang sudah diberikan dapat mendorong dikehidupan sehari-harinya. Dikarenakan dari mereka
lansia untuk mengikuti kegiatan pemberdayaan yang sendiri tidak mempunyai inisiatif untuk membuat
sudah direncanakan. Kegiatannya tidak bersifat wajib, sesuatu yang dapat berguna bagi lansia lainnya. Hal itu
jika ada lansia yang tidak mengikuti kegiatan maka juga adanya faktor kemalasan bagi lansianya serta
tidak ada sanksi yang diberikan oleh pihak petugas. faktor umur yang bertambah tua. Barang-barang
2) Tahap Pengkapasitasan ketrampilan yang berada di kamar mereka merupakan
Pada tahap ini petugas UPTD Griya Werdha hasil dari kegiatan pemberdayaan bersama-sama
memberikan kegiatan pemberdayaan kerajinan tangan dengan pelatihnya. Bukan mereka sendiri yang
(membuat bunga kertas, kemoceng, pigura, kotak dari membuatnya melainkan dengan bantuan dari orang
stik es krim, manik-manik yang berupa gelang dan lain. Jadi pada intinya mereka tidak pernah membuat
tasbih). Kegiatan lain seperti senam, olahraga, jalan- suatu kreativitas yang bersifat ekonomi, sehingga tidak
jalan, dan kegiatan siraman rohani. Hasil dari kegiatan dapat berguna bagi lansia lainnya serta tidak dapat
tersebut belum sepenuhnya sesuai dengan harapan dan menambah perekonomian mereka.
tujuan. 5) Kemampuan Dalam Menyampaikan Argumen
3) Tahap Pendayaan atau Ide
Pada tahap ini diharapkan para lansia sudah Para lansia di UPTD Griya Werdha Surabaya
berdaya. Tetapi kenyataannya lansia yang sudah tidak pernah ada yang bertanya selama mengikuti
mengikuti kegiatan pemberdayaan belum dikatakan kegiatan pemberdayaan. Serta mereka juga tidak
berdaya, karena mereka tidak memanfaatkan pernah mengutarakan atau menyampaikan argumennya
kesempatan yang diberikan oleh pihak UPTD untuk kepada publik. Sehingga kemampuan dalam
menerapkan ilmu yang didapatkan sebelumnya menyampaikan argumen atau ide bagi lansia di UPTD
dikehidupan sehari-hari. Griya Werdha masih sangat rendah. Bahkan lansianya
Kesimpulan pada rumusan yang kedua terkait juga tidak mempunyai inisiatif untuk bertanya tentang
tentang keberdayaan lansia, secara umum keberdayaan hal apapun, sehingga waktu mengikuti kegiatan
yang dimiliki para lansia di UPTD Griya Werdha pemberdayaan mereka hanya diam mendengarkan saja.
masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
indikator keberdayaan berikut ini : SARAN
1) Memiliki Potensi Dalam penelitian mengenai pemberdayaan PMKS
Lansia di UPTD Griya Werdha tidak mempunyai lansia terlantar di UPTD Griya Werdha Surabaya
potensi atau keahlian apa-apa. Dilihat pada kehidupan tersebut masih banyak hal yang harus lebih
sehari-harinya mereka tidak menunjukkan kalau ditingkatkan dalam memberdayakan lansia. Maka dari
memiliki potensi atau keahlian. Mereka hanya itu peneliti berusaha memberikan saran yang
bersantai dan tidur-tiduran saja, melihat latar bermanfaat sebagai berikut :
belakangnya para lansia itu dari jalanan makanya sulit 1. Partisipasi lansia yang ada di UPTD griya
untuk memiliki potensi atau keahlian yang dimilikinya. Werdha Surabaya dalam mengikuti kegiatan
2) Proses Berjalannya “Bottom Up Planning” pemberdayaan harus lebih ditingkatkan lagi,
Para lansia di UPTD Griya Werdha Surabaya karena dengan kegiatan tersebut dapat
tidak dapat ikut atau tidak dilibatkan dalam pembuatan meningkatkan kemampuan dan mengembangkan
perencanaan kegiatan pemberdayaan, dikarenakan yang diri mereka sendiri sehingga bisa lebih mandiri.
membuat kegiatan pemberdayaan ini dari atasan 2. Pihak UPTD harus memberikan kegiatan
langsung. Kegiatannya juga sudah direncanakan pemberdayaan yang berbeda dari sebelumnya
7
agar ilmu yang mereka dapatkan nantinya juga Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang
banyak. Kesejahteraan Sosial.
3. Kegiatan pemberdayaan seharusnya dilakukan
setiap hari agar lansia mempunyai aktivitas yang
harus dijalani

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Sosial RI. 1999. Pedoman Perlindungan


Anak. Jakarta : Direktorat Bina Kesejahteraan
Anak, Keluarga dan Lanjut Usia dan
Direktorat Bina Kesejahteraan Sosial
Departemen Sosial RI
Febriyati. 2016. Pemberdayaan Lansia Melalui Usaha
Ekonomi Produktif Oleh Bina Keluarga
Lansia (BKL) Mugi Waras Dusun Blendung
Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan
Kabupaten Sleman, Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Hawari. 2011. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi.
Jakarta
Koswara, E. 2001. Teori-teori Kepribadian Edisi II.
Bandung
Kieffer, C.H. 1981. The Emergence Of Empowerment :
The Development Of Participatory
Competence Among Individuals In Citizen
Organizations, Unpublished PH.D.
Dissertation. University Of Michigan. Ann
Arbor
Kreisberg, S. 1992. Transforming Power : Domination
Empowerment An Education. New York : State
University Of New York
Mike. 2011. How To Deal With Bullies : A Helpful
Guide For Dealing With Bullies. Verbal
Bullying : What is Verbal Bullying? (Online)
Pearse, Andrew dan Michael Stiefel. 1979. Inequality
Into Participation: A Research Approach.
Geneva. UNRISD
Prijono, Onny S dan A. M.W Pranaka (Penyunting).
1996
Prijono, Onny S dan A.M.W Pranaka (Editor). 1996.
Pemberdayaan konsep, Kebijakan, dan
Implementasi, Centre for Strategic and
International Studies. Jakarta
Pudjiastuti, Sri Surini. 2003. Fisioterapi Pada Lansia.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Robinson, H.A. 1994. The Ethonography Of
Empowerment. London : The Falmer Press.
Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat. PT Refika Aditama,
Bandung
Suhendra. 2006. Peranan Birokrasi Dalam
Pemberdayaan Masyarakat. Alfabeta. CV.
Bandung
Wrihatnolo, Randy R. dan Riant Nugroho D. 2007.
Manajemen Pemberdayaan, Sebuah Pengantar
dan Panduan untuk Pemberdayaan
Masyarakat. PT. Elex Media Komputindo.
Jakarta
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia

You might also like