You are on page 1of 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT

GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR


(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2013-2017)
Dennys Kumala Arnemy dan Deden Iwan Kusuma
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta
Jalan Seturan Yogyakarta 55281
Telepon +62 274 486160, 486321, Fax: +62 274 486155
Email: dennyskumalaarn@gmail.com
during 5 years. The hypothesis testing is
ABSTRACT carried out using logistic regression
The auditor is not only responsible analysis. The results of this study is using a
for disclosing limited information matters significance level of 5%, indicate that the
in the financial statements, but the auditor size of the company, audit quality, debt
must also disclose information such as the default, liquidity ratio, solvency ratio, and
existence and continuity of the company financial distress does not affect the
entity. Therefore, the auditor is expected to acceptance of going concern audit opinion,
be able to assess the abilityof a company while the previous year’s audit opinion has
entity to maintain its business continuity. A a positive effect on the acceptance of going
Company that receive a going concern audit concern audit opinion.
opinion shows the auditor’s doubt about the
Keywords: going concern audit opinion,
survival of the company, so that it can
company size, quality audit, debt default,
influence the users of financial statements
liquidity ratio, solvency ratio, financial
in making decisions. Disclosure of going
distress, prior year audit opinion.
concern opinion need to be done carefully
because, this is related to investors and
creditors who will provide funds to the Pendahuluan
company. This study aims to determine the Salah satu tujuan utama dari
effect of firm size, audit quality, debt didirikannya suatu entitas dalam dunia
default, liquidity ratios, solvency ratios, usaha adalah untuk memperoleh laba yang
financial distress, and previous year’s audit optimal, di sisi lain suatu perusahaan
opinion on the acceptance of going concern bertujuan untuk mempertahankan
audit opinion on manufacturing companies kelangsungan hidup usahanya (going
listed on the Indonesia Stock Exchange in concern). PSA nomor 30 mengenai
the 2013-2017 period. The population used pertimbangan auditor atas kemampuan
in the study is about 144 manufacturing entitas dalam mempertahankan
companies listed on the Indonesia Stock kelangsungan hidupnya menyatakan,
Exchange. However, after using purposive bahwa auditor bertanggung jawab untuk
sampling method there were 94 companies mengevaluasi apakah terdapat kesangsian
sampled year by year. So that the besar terhadap entitas dalam
population in this study were 470 samples mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam periode waktu yang pantas. SA seksi mendefinisikan hubungan agensi sebagai
341, opini audit yang termasuk opini going suatu kontrak di bawah satu atau lebih
concern adalah sebagai berikut (IAPI I. A., prinsipal (pemegang saham) yang
2011): laporan yang berisi pendapat wajar melibatkan agen (manajemen) untuk
tanpa pengecualian dengan bahasa melaksanakan beberapa layanan bagi
penjelasan (unqualified opinion report with mereka dengan melakukan pendelegasian
explanatory language), laporan yang berisi wewenang pengambilan keputusan kepada
pendapat wajar dengan pengecualian agen. Teori keagenan merupakan suatu
(qualified opinion report), opini tidak wajar hubungan kontrak antara prinsipal yaitu
(going concern adverse), dan laporan yang pihak yang memiliki mandat untuk
di dalamnya auditor tidak menyatakan dikerjakan oleh agen dan agen merupakan
pendapat (disclaimer of opinion report). pihak yang bertanggung jawab untuk
Hal yang membedakan penelitian ini melaksanakan mandat dari prinsipal karena
dengan penelitian sebelumnya terletak pada agen memiliki lebih banyak informasi
objek penelitian yaitu perusahaan mengenai perusahaan dibandingkan dengan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek prinsipal. Tujuan utama teori keagenan
Indonesia (BEI) tahun 2013-2017 sebagai adalah untuk menjelaskan bagaimana
objek penelitian dan menambah variabel pihak-pihak yang melakukan hubungan
opini audit tahun sebelumnya. Peneliti kontrak dapat mendesain kontrak yang
memilih sektor manufaktur sebagai objek tujuannya untuk meminimalkan biaya
penelitian karena nilai transaksi perusahaan sebagai dampak adanya informasi yang
manufaktur lebih besar, lebih kompleks, tidak simetris dan kondisi ketidakpastian
dan lebih bervariasi dibandingkan dengan (Ardika, 2013).
sektor yang lain. Berdasarkan uraian di atas
Opini audit going concern adalah
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
opini yang diberikan auditor kepada klien
dengan judul “FAKTOR-FAKTOR
karena kesangsian auditor tentang
YANG MEMPENGARUHI
kemampuan entitas untuk mempertahankan
PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING
kelangsungan hidupnya (IAPI I. A., 2011).
CONCERN PADA PERUSAHAAN
Going concern dipakai sebagai asumsi
MANUFAKTUR”
dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak
terbukti adanya informasi yang
Tinjauan Literatur dan Pengembangan menunjukan hal yang berlawanan (contrary
Hipotesis information). Informasi yang secara
Teori yang mendasari penelitian ini signifikan dianggap berlawanan dengan
adalah teori keagenan (agency theory). asumsi kelangsungan hidup suatu usaha
Teori keagenan menggambarkan hubungan biasanya berhubungan dengan
antara pemilik sebagai prinsipal dan ketidakmampuan suatu usaha dalam
manajemen sebagai agen. Manajemen memenuhi kewajibannya ketika sudah jatuh
dikontrak oleh pemilik perusahaan untuk tempo tanpa melakukan penjualan sebagian
bekerja demi kepentingan pemilik. Oleh besar aset yang di miliki kepada pihak lain.
karena itu, pihak manajemen harus Terdapat beberapa faktor yang
mempertanggung jawabkan pekerjaannya menimbulkan ketidakpastian mengenai
kepada pemilik. Menurut Jensen (1976) kelangsungan hidup perusahaan antara lain
(IAPI I. A., 2011). Pertama, tren negatif. dalam jangka waktu yang pantas. Mungkin
Sebagai contoh: kerugian operasi yang diperlukan informasi tambahan mengenai
terjadi berulang kali, kekurangan modal kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti
kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, yang mendukung informasi yang
rasio keuangan penting yang mengalami mengurangi kesangsian auditor. Kedua,
penurunan. Kedua, petunjuk lain mengenai apabila auditor yakin bahwa terdapat
kemungkinan kesulitan keuangan. Sebagai kesangsian mengenai kemampuan suatu
contoh: kegagalan dalam memenuhi usaha dalam jangka waktu yang pantas,
kewajiban dan perjanjian serupa, maka auditor harus: Memperoleh informasi
penunggakan pembayaran dividen, mengenai rencana manajemen yang
penolakan oleh pemasok terhadap ditunjuk untuk mengurangi dampak kondisi
permintaan pembelian kredit yang biasa dan peristiwa tersebut, dan menentukan
dilakukan, restrukturisasi hutang, apakah rencana tersebut dapat secara efektif
kebutuhan untuk mencari sumber atau dilaksanakan.
metode pendanaan baru, dan penjualan
Setelah auditor mengevaluasi
sebagian besar aset.
rencana manajemen, auditor mengambil
Ketiga, masalah dalam perusahaan. kesimpulan apakah masih memilliki
Sebagai contoh: pemogokan kerja, atau kesangsian besar mengenai kemampuan
kesulitan hubungan perburuhan yang lain, entitas dalam mempertahankan
ketergantungan yang besar atas sukses kelangsungan hidupnya dalam jangka
suatu proyek, komitmen jangka panjang waktu yang pantas. Setelah melakukan
yang tidak bersifat ekonomis, dan identifikasi, maka auditor dapat
kebutuhan secara signifikan untuk menentukan apakah akan memberikan
memperbaiki operasi. Keempat, masalah opini audit going concern atau opini audit
luar yang telah terjadi Sebagai contoh: non going concern. Opini audit going
pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya concern yang diterbitkan dalam laporan
undang-undang atau masalah-masalah yang keuangan auditan dengan tambahan
kemungkinan membahayakan kemampuan paragraf pendapat yang menjelaskan akibat
entitas untuk beroperasi, kehilangan dari kondisi perusahaan terhadap
franchise, lisensi atau hak paten penting, kemampuan perusahaan dalam
kehilangan pelanggan atau pemasok utama, mempertahankan kelangsungan hidupnya
dan akibat bencana yang terjadi. Auditor di masa mendatang. Opini audit going
akan mengevaluasi apakah terdapat hal-hal concern yang dimodifikasi menyatakan
yang mengancam kelangsungan hidup bahwa dalam assessment auditor terdapat
entitas tersebut dengan cara sebagai berikut risiko yang dihadapi oleh perusahaan di
(IAPI I. A., 2011) seksi 341: Pertama, karenakan tidak dapat bertahan di dalam
auditor mempertimbangkan apakah hasil kegiatan bisnis normal. Di lain sisi
prosedur yang dilaksanakan dalam perusahaan yang dapat mempertahankan
perencanaan audit, pengumpulan bukti kondisi keuangannya pada kondisi bisnis
audit, dan penyelesaian audit dapat normal akan mendapatkan opini standar.
mengidentifikasikan adanya kesangsian
Ukuran perusahaan merupakan
besar mengenai kemampuan entitas dalam
suatu skala untuk mengklasifikasikan
mempertahankan kelangsungan hidupnya
ukuran suatu perusahaan. UU No. 20 (DPR,
2008) mengklasifikasikan ukuran auditee, review yang bagus oleh pihak
perusahaan ke dalam 4 kategori, yaitu: ketiga, serta semakin sehat kondisi
usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, keuangan auditee. Kualitas audit auditor
dan usaha besar. Ukuran besar kecilnya dilihat dari kompetensi dan
perusahaan dapat ditentukan dengan independensinya. Auditor dianggap
melihat total aset perusahaan, total semakin berkualitas apabila auditor
penjualan perusahaan, rata-rata total aset memiliki jam terbang yang tinggi,
perusahaan, dan rata-rata total penjualan pengalaman, pengetahuan, dan akademik
perusahaan. Apabila perusahaan memiliki yang baik. Klien tentunya akan memilih
total aset yang besar maka dapat dikatakan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
memiliki kelangsungan hidup yang baik, memiliki kualitas audit yang baik. Klien
begitupula sebaliknya. Total aset yang biasanya mempersepsikan bahwa KAP
besar akan memperkecil kemungkinan yang berukuran besar dan berafiliasi
perusahaan mengalami kebangkrutan. Hal dengan KAP internasional memiliki
ini berkaitan dengan perusahaan dengan kualitas audit yang tinggi Diharapkan
ukuran besar dapat menyelesaikan masalah dengan KAP yang memiliki kualitas audit
keuangan yang dihadapi daripada yang tinggi dapat bertanggung jawab
perusahaan dengan ukuran kecil. Auditor menyediakan informasi yang akurat yang
akan mempertimbangkan penerbitan opini akan berguna untuk para pengambil
audit going concern dengan melihat ukuran keputusan yang memanfaatkan laporan
perusahaan karena dengan besarnya aset keuangan tahunan yang telah diaudit KAP.
yang dimiliki dapat dijadikan sebagai Berdasarkan teori keagenan
sarana dalam menanggung kewajiban mengasumsikan bahwa manusia cenderung
perusahaan apabila terjadi kerugian self interest (Eisenhardt, 1998). Oleh
operasional yang dialami perusahaan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya
karena itu, perusahaan beruukuran besar kehadiran pihak ketiga yaitu auditor
akan cenderung tidak memperoleh opini independen sebagai mediator pada
going concern (Dewayanto, 2011). hubungan antara prinsipal dan agen. KAP
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis berukuran besar biasanya lebih berani
yang akan digunakan dalam penelitian ini dalam mengungkapkan pemberian opini
adalah sebagai berikut: audit going concern dibandingkan dengan
KAP berukuran kecil. Sehingga dapat
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh
disimpulkan KAP berukuran besar
negatif terhadap penerimaan opini audit
memiliki kualitas audit yang baik sehingga
going concern.
berani mengungkapkan pemberian opini
DeAngelo (1981) mendefinisikan audit going concern. Berdasarkan uraian di
kualitas audit sebagai probabilitas di mana atas, maka hipotesis yang akan digunakan
seorang auditor menemukan dan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
melaporkan tentang adanya suatu
H2: Kualitas audit berpengaruh positif
pelanggaran dalam sistem akuntansi
terhadap penerimaan opini audit going
auditee. Menurut Donald R. And Giroux
concern.
(1992) ada empat hal yang berhubungan
dengan kualitas audit, yaitu lama waktu Menurut Chen (1992) debt default
auditor melakukan pemeriksaan, jumlah atau kegagalan membayar hutang
didefinisikan sebagai kelalaian atau likuid sehingga perusahaan mampu
kegagalan perusahaan untuk membayar memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
hutang pokok atau bunganya pada saat pendeknya dengan tepat waktu. Begitu
jatuh tempo. Dalam IAPI (2011) seksi 341 sebaliknya, semakin kecil likuiditas
menyebutkan bahwa indikator going perusahaan maka semakin tidak likuid
concern yang paling banyak digunakan sehingga perusahaan tidak mampu
auditor dalam memberikan keputusan audit memenuhi kewajiban-kewajibannya
adalah kegagalan perusahaan dalam sehingga dapat menimbulkan kredit macet.
memenuhi kewajiban hutangnya. Oleh Kredit macet dapat mempengaruhi
karena itu, auditor akan melakukan kredibilitas perusahaan dan dianggap
pemeriksaan terutama pada hutang sebagai suatu tanda bahwa perusahaan
perusahaan. Apabila perusahaan gagal sedang menghadapi masalah yang dapat
dalam membayar pokok hutang atau mengganggu kelangsungan hidupnya
bunganya (debt default) maka, sehingga, auditor harus memberikan
keberlangsungan hidup perusahaan akan keterangan opini audit going concern.
menjadi diragukan, sehingga kemungkinan Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis
auditor memberikan opini audit going yang akan digunakan dalam penelitian ini
concern akan semakin besar. Berdasarkan adalah sebagai berikut:
uraian di atas, maka hipotesis yang akan
H4: Rasio likuiditas berpengaruh negatif
digunakan dalam penelitian ini adalah
terhadap penerimaan opini audit going
sebagai berikut:
concern.
H3: Debt default berpengaruh positif
Sumber pendanaan perusahaan
terhadap penerimaan opini audit going
tidak sepenuhnya berasal dari modal
concern.
investor, namun juga pendanaan tersebut
Likuiditas mengacu kepada berasal dari hutang kreditur.Chen (1992)
ketersediaan sumberdaya perusahaan untuk menyatakan bahwa, perusahaan yang
memenuhi kewajiban jangka pendeknya memiliki aset lebih kecil dari kewajibannya
pada saat jatuh tempo secara tepat waktu. akan menghadapi bahaya kebangkrutan.
Menurut Wulandari (2017) likuiditas Kemampuan perusahaan dalam memenuhi
menunjukkan kemampuan suatu aset kewajibannya kepada kreditur diukur
diubah menjadi kas tanpa perubahan harga melalui rasio solvabilitas. Pendanaan
yang berarti. Rasio-rasio likuiditas melalui hutang tidak selalu berdampak
digunakan untuk mengukur kemampuan buruk bagi keuangan perusahaan selama
perusahaan untuk memenuhi kewajiban- proses operasional perusahaan memperoleh
kewajiban finansial jangka pendek tepat laba sehingga laba tersebut dapat digunakan
pada waktunya. Dalam penelitian ini, rasio untuk membayar hutangnya. Namun,
likuiditas yang digunakan adalah current apabila selama proses operasional
ratio. Rasio ini digunakan untuk mengukur perusahaan tersebut tidak memperoleh laba,
kemampuan perusahaan dalam memenuhi maka akan memperoleh rasio solvabilitas
kewajiban jangka pendeknya yang akan yang tinggi. Semakin tinggi rasio
jatuh tempo dengan menggunakan total aset solvabilitas suatu perusahaan, maka akan
lancar yang dimiliki perusahaan. Semakin semakin besar pula keraguan auditor
besar likuiditas perusahaan maka semakin terhadap kelangsungan hidup perusahaan
tersebut. Tingginya rasio solvabilitas suatu H6: Financial distress berpengaruh
perusahaan menunjukkan bahwa hutang positif terhadap penerimaan opini audit
perusahaan jauh lebih banyak dibanding going concern.
dengan modal yang dimiliki perusahaan.
Opini audit tahun sebelumnya
Oleh karena itu, auditor meragukan
merupakan opini audit yang diterima
kelangsungan jidup perusahaan tersebut
perusahaan di tahun sebelum tahun berjalan
dan cenderung memberikan opini audit
(Mutchler, 1985). Kaitannya dengan
going concern. Berdasarkan uraian di atas,
kelangsungan hidup perusahaan, auditor
maka hipotesis yang akan digunakan dalam
boleh melihat opini audit tahun sebelumnya
penelitian ini adalah sebagai berikut:
beserta semua hal yang material dalam
H5: Rasio solvabilitas berpengaruh laporan keuangan perusahaan di tahun
positif terhadap penerimaan opini audit sebelumnya. Disaat auditor menghadapi
going concern. keadaan di mana perusahaan klien yang
diauditnya menerima opini audit going
Menurut Rose (1982) financial
concern pada tahun sebelumnya, maka
distress adalah situasi dimana arus kas
auditor perlu melihat kembali apa
operasi perusahaan tidak cukup untuk
pencapaian perusahaan untuk mengatasi
memenuhi kewajiban saat ini (seperti kredit
kinerja perusahaan yang memburuk.
perdagangan atau beban bunga) dan
Apabila auditor menemukan tidak ada
perusahaan dipaksa untuk mengambil
perubahan kinerja perusahaan yang
langkah dalam mengatasi hal tersebut.
semakin membaik, maka bukan tidak
Financial distress dapat menyebabkan
mungkin auditor akan memberikan opini
perusahaan untuk putus kontrak, dan
audit going concern kepada perusahaan di
mungkin melibatkan restrukturisasi
tahun tersebut. Berdasarkan uraian di atas,
keuangan antara perusahaan, kreditur, dan
maka hipotesis yang akan digunakan dalam
investor ekuitas. Financial distress terjadi
penelitian ini adalah sebagai berikut:
ketika perusahaan memiliki biaya tetap
yang tinggi, aset tidak likuid, atau H7: Opini audit tahun sebelumnya
pendapatan yang sensitif terhadap berpengaruh positif terhadap
kemerosotan ekonomi. Kesulitan keuangan penerimaan opini audit going concern.
dapat berfungsi sebagai peringatan dini
bagi sebuah organisasi. Apabila Metode Penelitian
permasalahan financial distress tidak
Variabel dependen dalam penelitian
segera diatasi maka dapat berdampak bagi
ini adalah opini audit going concern
kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
dibutuhkan untuk menilai kelangsungan
Dengan keadaan demkian, bukan tidak
hidup perusahaan. Dalam hal ini, auditor
mungkin auditor menerbitkan opini audit
independen bertanggung jawab dalam
going concern kepada perusahaan tersebut.
mengevaluasi apakah ada kesangsisan
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis
tentang kemampuan entitas dalam
yang akan digunakan dalam penelitian ini
mempertahankan kelangsungan hidupnya
adalah sebagai berikut:
dalam periode waktu yang pantas, tidak
lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan
keuangan yang sedang diaudit (IAPI I. A.,
2011). Variabel ini diukur dengan Debt default atau kegagalan
menggunakan variabel dummy. Kode 0 membayar hutang didefinisikan sebagai
(nol) diberikan untuk perusahaan yang kelalaian atau kegagalan perusahaan untuk
tidak menerima opini audit going concern, membayar pokok hutang atau bunganya
sedangkan kode 1 diberikan untuk pada saat jatuh tempo (Chen, 1992).
perusahaan yang menerima opini audit Variabel ini diukur dengan menggunakan
going concern. Dalam SA seksi 341, opini variabel dummy. Kode 1 digunakan untuk
audit yang termasuk opini going concern perusahaan yang berstatus debt default,
adalah sebagai berikut (IAPI I. A., 2011): sedangkan kode 0 digunakan untuk
Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa perusahaan yang tidak berstatus debt
pengecualian dengan bahasa penjelasan default. Status debt default dapat dilihat
(unqualified opinion report with pada catatan atas laporan keuangan
explanatory language), laporan yang berisi (CALK) pada penjelasan atas laporan
pendapat wajar dengan pengecualian keuangan pada pos hutang atau dalam opini
(qualified opinion report), opini tidak wajar auditor.
(going concern adverse), dan laporan yang
Rasio likuiditas digunakan untuk
didalamnya auditor tidak menyatakan
mengukur kemampuan perusahaan dalam
pendapat (disclaimer of opinion report)
memenuhi kewajiban-kewajiban dalam
Pada penelitian ini ukuran jangka pendek. Rasio likuiditas diukur
perusahaan diproksikan dengan total aset dengan menggunakan 2 cara (Wulandari,
yang dimiliki perusahaan. Mengingat total 2017): A. Current ratio (rasio lancar).
aset tiap perusahaan berbeda-beda, agar Rasio ini digunakan untuk mengetahui
hasilnya tidak menimbulkan bias maka sejauh mana aset lancar perusahaan dapat
dilakukan log natural (ln) dari total aset. digunakan untuk memenuhi kewajiban
lancarnya.
SIZE = (ln total asset)
aset lancar
Kualitas audit pada penelitian ini Current ratio = hutang lancar
memproksikan dengan kantor akuntan
Current ratio merupakan rasio yang
publik (KAP) dengan KAP the big four
paling umum digunakan untuk mengukur
yang kemudian dihitung dengan
rasio likuiditas (Horne, 2013). Sehingga
menggunakan variabel dummy. Kode 1
rasio likuiditas yang akan digunakan pada
diberikan untuk KAP yang termasuk dalam
penelitian ini adalah current ratio. Semakin
kategori the big four auditors, sedangkan
tinggi current ratio maka semakin tinggi
kode 0 diberikan untuk KAP yang tidak
kemampuan finansial perusahaan dalam
termasuk the big four auditors. KAP the big
memenuhi kewajiban jangka pendeknya,
four terdiri dari: A. KAP Haryanto Sahari
sedangkan apabila semakin rendah current
berafiliasi dengan Pricewaterhouse
rationya maka semakin rendah kemampuan
Coopers (PwC). B. KAP Osman Bing
perusahaan dalam memenuhi kewajiban
Satrio berafiliasi dengan Deloitte Touche
jangka pendeknya.
Tohmatsu. C. KAP Purwantono, Sarwoko,
Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young Rasio solvabilitas mengukur
(EY). D. KAP Sidharta, Sidharta, Widjaja kemampuan perusahaan untuk memenuhi
berafiliasi dengan KPMG seluruh kewajibannya. Rasio solvabilitas
dapat diukur dengan 2 cara (Horne, 2013), Dengan menggunakan rasio keuangan
yaitu sebagai berikut: A. Debt to total tersebut menunjukkan perbedaan
assets ratio. Rasio ini digunakan untuk signifikan antara perusahaan yang sehat
mengukur besarnya pendanaan perusahaan dan tidak sehat. Terdapat hubungan positif
yang dibiayai oleh hutang dibandingkan antara variabel DISTRESS dengan
dengan total aset yang dimiliki oleh dikeluarkannya opini audit going concern
perusahaan. oleh auditor. Semakin besar koefisien
DISTRESS, maka semakin besar
Debt to total assets ratio =
total hutang
kemungkinan perusahaan untuk bangkrut
𝑥 100% (Zmijewski, 1984).
total aset

Pada penelitian ini untuk Opini audit tahun sebelumnya


menghitung rasio solvabilitas akan adalah opini yang diterima perusahaan
menggunakan debt to total assets ratio pada tahun sebelumnya. Variabel ini diukur
sesuai dengan penelitian terdahulu Wulan dengan menggunakan variabel dummy.
(2018). Kode 1 akan diberikan kepada perusahaan
yang menerima opini audit going concern,
Financial distress merupakan suatu
sedangkan kode 0 diberikan kepada
kondisi dimana perusahaan tidak dapat
perusahaan yang tidak menerima opini
memenuhi atau memiliki kesulitan
audit going concern tahun ssbelumnya.
membayar kewajiban keuangan kepada
kreditur. Metode yang digunakan untuk Model analisis regresi yang akan
mengetahui kegunaan analisis rasio digunakan dalam penelitian ini untuk
keuangan dalam memprediksi menguji hipotesis secara keseluruhan
kebangkrutan perusahaan yaitu model adalah sebagai berikut:
pengukuran yang dikembangkan oleh
Zmijewski (1984). GCAO = α + 𝜷𝟏 SIZE + 𝜷𝟐 QUALITY +
𝜷𝟑 DEFAULT + 𝜷𝟒 CR + 𝜷𝟓 DTA + 𝜷𝟔
H = -4.3 – 4.5ROA + 5.7 FINL + DISTRESS + 𝜷𝟕 OATS + e
0.004LIQ
𝑮𝑪𝑨 𝑶𝒑𝒊𝒏𝒊𝒐𝒏
Dimana: Ln𝟏−𝑮𝑪𝑨 𝑶𝒑𝒊𝒏𝒊𝒐𝒏 = Going concern
Dimana:
audit opinion, α = Konstanta, 𝛽1 … 𝛽7 =
ROA = laba bersih dibagi dengan Koefisien regresi variabel independen,
total aset (return on asset) SIZE = Ukuran perusahaan, QUALITY =
FINL = total kewajiban dibagi Kualitas audit, DEFAULT = Debt default,
dengan total aset (debt to total asset CR = Current ratio, DTA = Debt to total
ratio) assets ratio, DISTRESS = Financial
distress, OATS = Opini audit tahun
LIQ = aset lancar dibagi dengan sebelumnya, dan e = Error
kewajiban lancar (current ratio)
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Nilai H pada model tersebut
memperlihatkan kemungkinan Hasil perhitungan statistik
kebangkrutan perusahaan, semakin besar deskriptif dan frekuensi terhadap variabel
nilai H maka semakin besar kemungkinan penelitian (ukuran perusahaan, kualitas
perusahaan mengalami kebangkrutan. audit, debt default, rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, financial distress, dan opini Pada tabel 4 untuk variabel debt
audit tahun sebelumnya) menggunakan default menunjukkan bahwa perusahaan
SPSS 24 disajikan dalam tabel 1-5 untuk sampel yang memiliki status debt default
menggambarkan karakteristik variabel sebanyak 15 atau 3,2% dari total sampel
sebagai berikut: yang diteliti. Hal ini menandakan bahwa
hanya sebagian kecil sampel yang memiliki
Pada tabel 2 untuk opini audit going
status debt default atau sebanyak 96,8%
concern berdasarkan hasil analisis
dari total sampel yang tidak memiliki status
menunjukkan bahwa sebanyak 184 atau
debt default.
39,1% dari total sampel yang memperoleh
opini audit going concern. Hal ini Pada tabel 6 untuk variabel rasio
menunjukkan bahwa sebagian besar sampel likuiditas mennunjukkan bahwa nilai
atau 60,9% dari total sampel dinyatakan minimum rasio likuiditas adalah sebesar
memiliki keberlangsungan hidup usaha 0,03, sedangkan nilai maksimum adalah
yang baik. sebesar 464,98. Rata-rata dari rasio
likuiditas di atas 1 adalah sebesar 3,8747
Pada tabel 6 untuk variabel ukuran
yang menunjukkan bahwa jumlah aset
perusahaan (company size) yang
lancar perusahaan jauh di atas jumlah
diproksikan dengan logaritma natural
kewajiban lancarnya. Adapun rata-rata
(SIZE) dari total aset perusahaan,
kemampuan perusahaan sampel dalam
menunjukkan bahwa nilai minimum
membayar kewajiban jangka pendeknya
logaritma natural total aset perusahaan
adalah sebesar 3,8747x. Standar deviasi
manufaktur terdaftar di BEI adalah sebesar
adalah sebesar 24,222777 yang berada jauh
24,41, sedangkan nilai maksimum
di atas angka rata-rata, maka dapaat
logaritma natural total aset perusahaan
dikatakan bahwa data tersebar cukup luas.
adalah sebesar 33,32 dengan rata-rata nilai
logaritma natural total aset adalah sebesar Pada tabel 6 untuk variabel rasio
28,18. Hal ini berarti bahwa perusahaan solvabilitas menunjukkan bahwa nilai
sampel yang tergolong memiliki ukuran minimum rasio solvabilitas adalah sebesar
kecil dalam penelitian ini lebih banyak 0,04, sedangkan nilai maksimum adalah
daripada perusaahan sampel yang memiliki sebesar 3,03 dengan rata-rata dari rasio
ukuran besar. Standar deviasi adalah solvabilitas adalah sebesar 0,51 yang
sebesar 1,65 yang menunjukkan angka jauh menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan
di bawah angka rata-rata, sehingga dapat sampel mampu menutup segala kewajiban
disimpulkan penyebaran data yang terjadi baik jangka pendek maupun jangka panjang
tidak lebar atau dapat dikatakan sempit. sebesar 51% dari total aset yang dimiliki.
Standar deviasi adalah sebesar 0,38 yang
Pada tabel 3 untuk variabel kualitas
berada di bawah angka rata-rata yang
audit menunjukkan bahwa perusahaan
berarti tingkat penyebaran data tidak lebar.
sampel yang diaudit oleh KAP big four
sebanyak 175 atau 37,2% dari total sampel Pada tabel 6 untuk variabel
yang diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa financial distress dalam penelitian ini telah
sebagian besar sampel atau 62,8% tidak dihitung dengan analisis prediksi
diaudit oleh KAP big four. Zmijewski (1984). Hasil menunjukkan
bahwa nilai minimum financial distress
adalah sebesar -6,32, sedangkan nilai semakin besar probabilitas penerimaan
maksimumnya adalah sebesar 13. Rata-rata opini audit going concern.
financial distress adalah sebesar -1,58 yang
Hasil penelitian ini konsisten
mendekati angka minimum -0,632 yang
dengan penelitian Siregar (2012), Sari
berarti bahwa sampel perusahaan yaitu
(2012), Alamanda (2015), Priyetno (2014)
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
dan Kristiana (2012) yang menyatakan
BEI tahun 2013-2017 lebih banyak
bahwa ukuran perusahaan tidak
perusahaan yang memiliki masalah
berpengaruh dalam penerimaan opini audit
keuangan menurut (Zmijewski, 1984).
going concern. Penyebab dari tidak
Standar deviasi sebesar 2,36 yang berada di
terdukungannya hipotesis pertama
atas rata-rata yang berarti data tersebar luas.
penelitian ini, yaitu tidak berpengaruhnya
Pada tabel 5 untuk variabel opini ukuran perusahaan kecil maupun besar
audit tahun sebelumnya perusahaan sampel tetap dapat menerima opini audit going
yang menerima opini audit going concern concern, karena kelangsungan hidup usaha
pada tahun sebelumnya sebanyak 217 atau bergantung pada kemampuan pengelolaan
46,2% dari total perusahaan sampel. manajemen perusahaan dalam bertahan
sedangkan nilai maksimum adalah sebesar hidup sehingga, ukuran perusahaan kecil
1,00. Adapun sisanya sebanyak 253 atau maupun besar tidak menjamin terbebas dari
53,8% dari sampel perusahaan tidak penerimaan opini audit going concern.
menerima opini audit going concern tahun
2) Hasil pengujian hipotesis kedua (H2)
sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar perusahaan sampel memiliki Hasil pengujian pada penelitian ini
keberlangsungan hidup yang baik pada menyatakan bahwa hipotesis penelitian
tahun sebelumnya. kedua tidak terdukung, yaitu kualitas audit
tidak berpengaruh terhadap penerimaan
1) Hasil pengujian hipotesis pertama
opini audit going concern. Hal ini
(H1)
dibuktikan dengan variabel kualitas audit
Pada tabel 7 tampak hasil pengujian yang memiliki asymptotics significance
hipotesis. Hasil penelitian ini menyatakan (sig) sebesar 0,166 lebih besar dari α (0,05)
bahwa hipotesis penelitian pertama tidak dan koefisien regresi bernilai negatif, yaitu
terdukung, yaitu ukuran perusahaan tidak -0,411 maka, dapat disimpulkan bahwa
berpengaruh terhadap penerimaan opini kualitas audit tidak berpengaruh terhadap
audit going concern. Hal ini dibuktikan penerimaan opini audit going concern
dengan variabel ukuran perusahaan yang dengan koefisien regresi menunjukkan arah
memiliki asymptotics significance (sig) negatif yang berarti semakin baik kualitas
sebesar 0,396 lebih besar dari α (0,05) dan audit akan semakin kecil probabilitas
koefisien regresi bernilai positif, yaitu penerimaan opini audit going concern.
0,073 maka, dapat disimpulkan bahwa
Hasil penelitian ini konsisten dengan
ukuran perusahaan tidak berpengaruh
penelitian sebelumnya Siregar (2012),
terhadap penerimaan opini audit going
Barlian (2014), Istiana (2010), Januarti
concern dengan koefisien regresi
(2007), dan Wulan (2018) yang
menunjukkan arah positif yang berarti
menyatakan bahwa kualitas audit tidak
semakin besar ukuran perusahaan akan
berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern. Penyebab dari tidak audit going concern tidak berdasarkan
terdukungannya hipotesis kedua penelitian kegagalan perusahaan untuk membayar
ini, yaitu tidak berpengaruhnya kualitas hutang pokok dan atau bunganya melainkan
audit yang diproksikan menggunakan KAP cenderung melihat kondisi keuangan
big four dan KAP non big four terhadap kondisi keuangan perusahaan secara
penerimaan opini audit going concern ini keseluruhan. Menurut IAPI 341 (2011) juga
diduga karena KAP big four maupun non ada faktor-faktor lain seperti tren negatif,
big four sama sama menerbitkan opini audit masalah dalam perusahaan, kesulitan
going concern, karena KAP big four keuangan, dan masalah luar perusahaan.
maupun non big four menerapkan standar
4) Hasil pengujian hipotesis keempat
profesi akuntan publik (SPAP) yang sama.
(H4)
3) Hasil pengujian hipotesis ketiga (H3)
Hasil pengujian pada penelitian ini
Hasil pengujian pada penelitian ini menyatakan bahwa hipotesis penelitian
menyatakan bahwa hipotesis penelitian keempat tidak terdukung, yaitu rasio
ketiga tidak terdukung, yaitu debt default likuiditas tidak berpengaruh terhadap
tidak berpengaruh terhadap penerimaan penerimaan opini audit going concern. Hal
opini audit going concern. Hal ini ini dibuktikan dengan variabel rasio
dibuktikan dengan variabel debt default likuiditas yang memiliki asymptotics
yang memiliki asymptotics significance significance (sig) sebesar 0,464 lebih besar
(sig) sebesar 0,998 lebih besar dari α (0,05) dari α (0,05) dan koefisien regresi bernilai
dan koefisien regresi bernilai positif, yaitu negatif, yaitu -0,053 maka, dapat
20,206 maka, dapat disimpulkan bahwa disimpulkan bahwa rasio likuiditas tidak
debt default tidak berpengaruh terhadap berpengaruh terhadap penerimaan opini
penerimaan opini audit going concern audit going concern dengan koefisien
dengan koefisien regresi menunjukkan arah regresi menunjukkan arah negatif yang
positif yang berarti perusahaan yang berarti perusahaan yang memiliki rasio
menerima status debt default akan semakin likuiditas yang semakin besar atau semakin
besar probabilitas penerimaan opini audit baik memiliki probabilitas yang lebih tinggi
going concern. dalam penerimaan opini audit going
concern.
Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian sebelumnya Zulaikha (2013), Hasil penelitian ini konsisten dengan
Mustika (2017), dan Safitri (2017) yang penelitian sebelumnya Hadi Mashadi
menyatakan bahwa debt default tidak Gharaghayah (2013), Kristiana (2012),
berpengaruh terhadap penerimaan opini Priyetno (2014) dan Dewayanto (2011)
audit going concern. Penyebab dari tidak yang menyatakan bahwa rasio likuiditas
terdukungnya hipotesis ketiga ini, yaitu tidak berpengaruh terhadap penerimaan
perusahaan yang tidak mampu memenuhi opini audit going concern. Penyebab dari
hutang pokok dan atau bunganya tidak tidak terdukungnya hipotesis keempat ini,
berarti bahwa perusahaan tidak dapat yaitu memberikan opini audit going
melangsungkan usahanya dalam jangka concern tidak berdasarkan kegagalan
waktu panjang. Hal ini menunjukkan perusahaan untuk membayar hutang pokok
bahwa auditor dalam memberikan opini dan atau bunganya melainkan cenderung
melihat kondisi keuangan perusahaan dan sudah sesuai dengan SPI perusahaan,
secara keseluruhan. Menurut IAPI 341 sehingga tidak menerima opini audit going
(2011) juga ada faktor-faktor lain seperti concern.
tren negatif, masalah dalam perusahaan,
6) Hasil pengujian hipotesis keenam
kesulitan keuangan, dan masalah luar
(H6)
perusahaan.
Hasil pengujian pada penelitian ini
5) Hasil pengujian hipotesis kelima (H5)
menyatakan bahwa hipotesis penelitian
Hasil pengujian pada penelitian ini keenam tidak terdukung, yaitu financial
menyatakan bahwa hipotesis penelitian distress tidak berpengaruh terhadap
kelima tidak terdukung, yaitu rasio penerimaan opini audit going concern. Hal
solvabilitas tidak berpengaruh terhadap ini dibuktikan dengan variabel financial
penerimaan opini audit going concern. Hal distress yang memiliki asymptotics
ini dibuktikan dengan variabel rasio significance (sig) sebesar 0,220 lebih besar
solvabilitas yang memiliki asymptotics dari α (0,05) dan koefisien regresi bernilai
significance (sig) sebesar 0,628 lebih besar positif, yaitu 0,284 maka, dapat
dari α (0,05) dan koefisien regresi bernilai disimpulkan bahwa financial distress tidak
negatif, yaitu -0,687 maka, dapat berpengaruh terhadap penerimaan opini
disimpulkan bahwa rasio solvabilitas tidak audit going concern dengan koefisien
berpengaruh terhadap penerimaan opini regresi menunjukkan arah positif yang
audit going concern dengan koefisien berarti perusahaan yang memiliki financial
regresi menunjukkan arah negatif yang distress yang semakin tinggi atau semakin
berarti perusahaan yang memiliki rasio buruk memiliki probabilitas yang lebih
solvabilitas yang semakin rendah atau tinggi dalam penerimaan opini audit going
semakin baik memiliki probabilitas yang concern.
lebih tinggi dalam penerimaan opini audit
Hasil penelitian ini konsisten dengan
going concern.
penelitian sebelumnya Priyetno (2014) dan
Hasil penelitian ini konsisten dengan Wulan (2018) yang menyatakan bahwa
penelitian sebelumnya Priyetno (2014) dan financial distress tidak berpengaruh
Handayani (2013) yang menyatakan bahwa terhadap penerimaan opini audit going
rasio solvabilitas tidak berpengaruh concern. Hal ini menunjukkan bahwa
terhadap penerimaan opini audit going kesulitan keuangan tidak mempengaruhi
concern. Hal ini menunjukkan bahwa kelangsungan hidup usaha karena
perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas perusahaan dapat memperoleh dana
yang tinggi memiliki perencanaan dalam pinjaman dari pihak luar perusahaan karena
memperbaiki operasional perusahaan dan perusahaan memiliki aset yang tinggi yang
kemampuan untuk mengelola keuangan dapat digunakan sebagai jaminan.
dan aset dengan baik, serta mampu
7) Hasil pengujian hipotesis ketujuh
menyajikan laporan keuangan sesuai
(H7)
dengan standar akuntansi keuangan di
indonesia, memuat secara lengkap dan Hasil pengujian pada penelitian ini
benar, seluruh informasi material telah menyatakan bahwa hipotesis penelitian
dicatat, tidak mengandung informasi fiktif, ketujuh berhasil terdukung, yaitu opini
audit tahun sebelumnya berpengaruh positif concern. Kualitas audit tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going terhadap penerimaan opini audit going
concern. Hal ini dibuktikan dengan variabel concern. Debt default tidak berpengaruh
opini audit tahun sebelumnya yang terhadap penerimaan opini audit going
memiliki asymptotics significance (sig) concern. Rasio likuiditas tidak berpengaruh
sebesar 0,000 lebih kecil dari α (0,05) dan terhadap penerimaan opini audit going
koefisien regresi bernilai positif, yaitu concern. Rasio solvabilitas tidak
1,629 maka, dapat disimpulkan bahwa berpengaruh terhadap penerimaan opini
opini audit tahun sebelumnya berpengaruh audit going concern. Financial distress
positif terhadap penerimaan opini audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan
going concern dengan koefisien regresi opini audit going concern. Opini audit
menunjukkan arah positif yang berarti tahun sebelumnya berpengaruh positif
perusahaan yang memiliki opini audit going terhadap penerimaan opini audit going
concern pada tahun sebelumnya memiliki concern
probabilitas yang lebih tinggi dalam
Pada penelitian ini pengaruh
penerimaan opini audit going concern pada
ketujuh variabel independen di atas hanya
tahun mendatang.
sebesar 31,9% terhadap variabel dependen,
Hasil ini konsisten dengan sehingga variabel lain dipengaruhi variabel
penelitian sebelumnya Arsianto (2013), lain di luar penelitian ini sebesar 68,1%.
Siregar (2012), dan Priyetno (2014) yang Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak
menyatakan bahwa opini audit tahun variabel lain yang dapat mempengaruhi
sebelumnya berpengaruh positif terhadap variabel dependen tersebut.
penerimaan opini audit going concern.
Saran
Hasil ini memberikan bukti empiris, bahwa
auditor dalam memberikan opini audit Bagi penelitian selanjutnya
going concern akan mempertimbangkan disarankan untuk menambah variabel
opini audit pada tahun sebelumnya yang independen lain seperti komite audit dan
telah diterima oleh perusahaan. pergantian auditor, sehingga diharapkan
memiliki pengaruh variabel independen
Simpulan dan Saran
terhadap variabel dependen yang semakin
Simpulan besar.
Berdasarkan data yang telah Bagi penelitian selanjutnya apabila
dikumpulkan dari hasil pengujian analisis menggunakan variabel yang sama (ukuran
regresi logistik menggunakan SPSS 24, perusahaan, kualitas audit, debt default,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa: rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh financial distress) dapat menggunakan
terhadap penerimaan opini audit going proksi yang berbeda.
Tabel 1
Proses pemilihan sampel
No. Keterangan Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013- 144
2017
2 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sebelum tahun (17)
2013
3 Perusahaan yang pindah dari sektor manufaktur maupun sub (1)
sektor selama periode 2013-2017
4 Perusahaan manufaktur yang delisting periode 2013-2017 0
5 Laporan keuangan perusahaan yang tidak menggunakan mata (32)
uang rupiah
6 Perusahaan manufaktur yang tidak mengungkapkan laporan 0
auditor independen sebelum tahun 2013
7 Data perusahaan yang dibutuhkan tidak tersedia 0
Jumlah sampel perusahaan periode pengamatan 94
Total sampel selama periode penelitian (5 tahun) 470

Tabel 2
Frekuensi Opini Audit Going Concern

Tabel 3
Frekuensi Kualitas Audit

Tabel 4
Frekuensi Debt Default
Tabel 5
Frekuensi Opini Audit Tahun Sebelumnya

Tabel 6
Statistik Deskriptif Variabel
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SIZE 470 24.41 33.32 28.1869 1.65572
CR 470 0.03 464.98 3.8747 24.22277
DTA 470 0.04 3.03 0.5156 0.38612
DISTR 470 -6.72 13.00 -1.5846 2.36278
Valid N 470
(listwise
Sumber: Hasil penelitian. Data diolah.
Tabel 7

DAFTAR PUSTAKA Altman, E. (1968). Financial Ratios,


Discriminate Analysis and The
Alamanda, P. K. (2015). Pengaruh Ukuran
Prediction of Corporate
Perusahaan, Profitabilitas,
Bankruptcy. Journal of
Solvabilitas, dan Debt Default
Finance(23), 589-609.
terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern pada Perusahaan Ardika, L. &. (2013). Analisis Faktor-
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Faktor yang Mempengaruhi
Efek Indonesia (BEI) Periode 2009- Kecenderungan Penerimaan Opini
2013. Jurnal Akuntansi. Audit Going Concern pada
Perusahaan Manufaktur yang Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Terdaftar di BEI Periode 2007- Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi.
2011. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Donald R. Dels and Giroux, G. A. (1992).
Humanika, 3.
Determinants of Audit Quality In
Arma, E. U. (2013). Pengaruh The Public Sector. Dalam The
Profitabilitas, Likuiditas, dan Accounting Review (Vol. 67, hal.
Pertumbuhan Perusahaan terhadap 462-479).
Penerimaan Opini Audit Going
Eisenhardt, K. M. (1998). Agency Theory:
Concern. Jurnal Akuntansi.
An Assessment and Review.
Arsianto, M. R. (2013). Faktor-Faktor yang Academy of Management Review.
Mempengaruhi Penerimaan Opini 14(1). Dipetik Februari 12, 2018,
Audit Going Concern. Jurnal dari
Akuntansi. http://www.jstor.org/stable/258191
Baldric Siregar, A. R. (2012, Agustus). Ghozali, L. (2011). Aplikasi Analisis
Kecenderungan Penerimaan Opini Multivariate dengan Program SPSS.
Audit Going Concern: Studi
Hadi Mashadi Gharaghayah, A. J. (2013).
Empiris di Bursa Efek Indonesia.
An analysis of Determinants of
Jurnal Riset Akuntansi dan
Going Concern Audit Opinion:
Keuangan, VIII(2).
Evidence from Tehran Stock
Barlian, R. N. (2014). Pendapat Going Exchange. Management Science
Concern: Analisis Faktor-faktor Letters. Retrieved from homepage:
yang Mempengaruhi pada www.GrowingScience.com/msl
Perusahaan yang Mengalami
Handayani, S. H. (2013). Pengaruh
Financial Distress. Simposium
Pertumbuhan Penjualan, Total asset
Nasional Akuntansi XVII.
Turn Over, Debt to Total ASset, dan
BEI, B. E. (2018, April Selasa). IDX. Reputasi Auditor terhadap Opini
Retrieved from Indonesia Stock Audit Going Concern. Jurnal
Exchange: www.idx.co.id Akuntansi dan Keuangan, II(2).
Chen, K. C. (1992). Default on Debt Horne, V. &. (2013). Prinsip-Prinsip
Obligations and The Issuance of Manajemen Keuangan. Jakarta:
Going-Concern Report. Auditing: Salemba Empat.
Journal Practice and Theory, 30-
IAPI, I. A. (2011). Standar Profesi Akuntan
49.
Publik 31 Maret 2011 1st ed.
DeAngelo, E. L. (1981). Auditor Size and Jakarta: Salemba Empat.
Audit Quality. Journal of
IAPI, I. A. (2014). Modifikasi Terhadap
Accounting and Economics, 3(3),
Opini dalam Laporan Auditor
183-199.
Independen - SA 705. Jakarta:
Dewayanto, R. N. (2011). Pengaruh Salemba Empat.
Kualitas Audit, Likuiditas,
IAPI, I. A. (2014). Perumusan Suatu Opini
Profitabilitas, dan Solvabilitas
dan Pelaporan Atas Laporan
terhadap Opini Audit Going
Keuangan - SA 700. Jakarta:
Concern pada Perusahaan
Salemba Empat.
Indonesia, D. P. (2008). Undang-Undang Opini Audit Going Concern pada
Republik Indonesia No. 20 Tahun Perusahaan Manufaktur. Jurnal
2008 Mengenai Usaha Mikro Kecil Online Mahasiswa Bidang Ilmu
Menengah. Indonesia. Ekonomi, IV(1).
Istiana, S. (2010). Pengaruh Kualitas Audit, Mutchler, J. F. (1985). Auditor's
Opinion Shopping, Debt Default, Perceptions of Going Concern
Pertumbuhan Perusahaan, dan Opinion Decision Auditing. Journal
Kondisi Keuangan Perusahaan of Practice & Theory, 17-30.
terhadap Penerimaan Opini Audit
Nariman, A. (2013). Evaluasi Pengaruh
Going Concern. Jurnal Akuntansi &
Financial Distress dan Rasio
Investasi, 11, 80-96.
Keuangan Terhadap Opini dan
Januarti, D. P. (2007). Analisis Pengaruh Pengungkapan (Disclosure) yang
Kualitas Audit, Debt Default, dan Memadai Dalam Laporan Audit
Opinion Shopping terhadap Pada Perusahaan-Perusahaan
Penerimaan Opini Going Concern. Manufaktur yang Terdaftar di BEI.
Simposium Nasional Unhas. Economic Journal, XVII(01), 62-74.
Jensen, M. C. (1976). Theory of the Firm: Ok, S. (2018, April Selasa). Saham Ok.
Managerial Behavior, Agency Cost Diambil kembali dari sahamok:
and Ownership Structure. journal of www.sahamok.com
Financial Economics, 3 (4), 302-
Priyetno, M. A. (2014). Analisis Pengaruh
360.
Financial Distress, Leverage,
Jusup, A. H. (2014). Auditing (Pengauditan Solvabilitas, Profitabilitas, Audit
Berbasis ISA) Edisi II. Dalam A. H. Delay dan Disclosure Level
Jusup, Auditing (Pengauditan Terhadap Opini Going Concern
Berbasis ISA) Edisi II (hal. 16-19). Pada Perusahaan LQ 45 Yang
Yogyakarta: Bagian Penerbitan Terdaftar Pada BEI Tahun 2011-
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi 2012. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
YKPN. Universitas Hasanudin.
Kemdikbud. (2018, April Kamis). Kamus Rose, P. S. (1982). Predicting Business
Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Failure A Macroeconomic
Diambil kembali dari KBBI daring: Perspective. Journal of Accounting,
www.kbbi.web.id Auditing & Finance, 6, 20-31.
Kristiana, I. (2012). Pengaruh Ukuran Safitri, R. (2017). Pengaruh Kondisi
Perusahaan, Profitabilitas, Keuangan Perusahaan, Opinion
Likuiditas, dan Pertumbuhan Shopping, Kualitas audit, Audit
Perusahaan terhadap Opini Audit Client Tenure, Debt Default,dan
Going Concern pada Perusahaan Audit Lag pada Penerimaan Opini
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Audit Going Concern (Studi
Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi. Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI
Mustika, V. (2017). Pengaruh Kualitas
tahun 2010-2014). Jurnal Online
Audit, Debt Default, Opinion
Mahasiswa Bidang Ilmu Ekonomi,
Shopping dan Pertumbuhan
IV(1).
Perusahaan Terhadap Penerimaan
Sari, K. (2012). Analisis Pengaruh Audit
Tenure, Reputasi KAP, Disclosure,
Ukuran Perusahaan dan Likuiditas
terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang
Listing di BEI tahun 2005-2010).
Jurnal Ekonomika dan Bisnis.
Supomo, N. I. (2016). Metodologi
Penelitian Bisnis untuk Akuntansi &
Manajemen (1 ed.). Yogyakarta:
BPPE-Yogyakarta.
Triyana Arni Agustina, Z. (2013). Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Opini Going Concern
Auditor pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Diponegoro
Jurnal of Accounting, II(1), 1-14.
Wild John J, D. (2005). Analiisis Laporan
Keuangan (8 ed., Vol. Buku Satu).
Jakarta: Salemba Empat.
Wulan, M. D. (2018). Determinan
Penerimaan Opini Audit Going
Concern pada Perusahaan Jasa
(Studi Empiris pada Perusahaan
Perdagangan, jasa, dan Investasi
yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-
2016).
Wulandari, S. Y. (2017). Manajemen
Keuangan Metode Pembelajaran
Berbasis Student Centered
Learning. Yogyakarta: Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN.
Zmijewski, M. (1984). Methodological
Issues Related to the Estimation of
Financial Distress. Journal of
Accounting Research, 22., 59-82.

You might also like