You are on page 1of 9

Mutiara Medika

Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 111 - 119, Oktober 2007

Perbedaan Tingkat Ketajaman Visus antara Penambang Pasir di


Sungai Serayu dan Perenang di Umbang Tirto Yogyakarta

The Difference of Acuteness Vision between Sand Miner in Serayu River and
Swimmer in Umbang Tirto Yogyakarta

Paryono1, Tri Pitara Mahanggoro2


1
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Bagian Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstract

The decrease of eyes function like blindness can disturb the daily activities, so in the
long term it would be decrease work productivity which is appears economic burden whether
for personally, society and country. The disease cause by dust who enters to eyes will appear
a big disturb. If this problem still happened will appears dangerous disease even blindness.
The purpose of this research is to knowing the difference of the acuteness of vision between
sand miner and swimmer..
Subject in this research are 60 people which age 15-35 years old, subject are sand
miner in Serayu river and swimmer in umbang tirto yogyakarta, the instrument in this research
is optotip Snellen . Data was collected and than analysis by chi-Square and t test.
Finally, as this research examines shower the influence time of diving for sand miner,
the result is p=0.105, this number is bigger than standard number of p, which is p<0.05. And
influence timing of swimming the result is p=0.322, this number is bigger than the standard
number of p which is p<0.05. the data using t test for knowing the different of acuteness of
vision sand miner and swimmer, t test shower p value is smaller than standard value which is
p=0.023. Conclusion is there is influence long activity whether diving or swimmer to acuteness
of vision but the influence not really meaning full but there is significant different between
acuteness of vision for sand miner and swimmer.

Key words : acuteness vision, sand miner, swimmer, Sungai serayu, Umbang Tirto

Abstrak

Turunnya fungsi mata sebagai indra penglihatan sampai pada kebutaan akan mengganggu
aktivitas kerja sehari – hari, sehingga akan menurunkan produktivitas kerja yang mengakibatkan
bertambahnya beban ekonomi baik bagi individu, masyarakat dan Negara. Trauma yang diakibatkan
oleh debu yang masuk ke dalam mata sudah cukup menimbulkan gangguan hebat. Apabila keadaan
ini dibiarkan dapat menimbulkan penyakit yang cukup gawat, bahkan kebutaan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan tingkat ketajaman visus antara penambang pasir dengan perenang.
Subyek dalam penelitian ini adalah 60 orang dengan usia 15-35 tahun, subyek penelitian
adalah penambang pasir di sungai Serayu dan perenang di umbang tirto Yogyakarta. Instrumen yang
dipakai adalah ototip Snellen. Data di yang diperoleh kemudian dilakukan uji analisis dengan
menggunakan Chie-Schuare dan uji t.
Hasil penelitian menunjukan pengaruh lama aktivitas menyelam pada penambang pasir didapat
nilap p=0.105 nilai ini lebih besar dari nilai p standar yaitu p<0.05 dan pengaruh lama berenang

111
Paryono, Tri Pitara Mahanggoro, Perbedaan Tingkat Katajaman Visus ..............................................................

didapat nilai p=0.322 nilai ini lebih besar dari nilap p standar yaitu 0.05. Data tersebut kemudian
dilakukan uji t untuk mengetahui perbedaan visus penambang pasir dengan perenang, uji t menunjukan
nilai p lebih kecil dari standar yaitu p=. Kesimpulannya adalah ada pengaruh lama aktivitas baik
menyelam maupun berenang terhadap tingkat ketajaman visus tetapi pengaruh tersebut tidak bermakna
tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara visus penambang pasir dan visus perenang.

Kata kunci : ketajaman penglihatan, perenang, penammbang pasir, Sungai Serayu, Umbang Tirto

Pendahuluan Penambang pasir di sungai dapat


Mata adalah organ yang sangat terjadi hal-hal seperti kontak langsung air
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di dengan mata yang menyebabkan adanya
sekitarnya, baik pengaruh fisik, kimia iritasi pada mata yang disebabkan oleh
maupun pengaruh biologik. Terdapat empat bakteri atau kuman yang terkandung di
hal pokok yang membedakan gambaran dalam air ataupun materi-materi yang
penyakit mata di berbagai negara, yaitu terdapat di sungai seperti pasir, kotoran
angka kebutaan yang tinggi di negara binatang, racun limbah, dan lain-lain. Selain
berkembang, sebagian besar kebutaan bakteri, yang terkandung di dalam air sungai
dapat dicegah atau ditanggulangi, gambaran seperti pasir, kotoran binatang, racun dari
penyakit mata bervariasi antara daerah satu pembuangan limbah masyarakat yang
dengan daerah lainnya, dana kesehatan dapat menyebabkan gangguan pada organ
biasanya tidak adekuat.1 seperti lensa, materi fisik ini dapat
Angka kebutaan di Indonesia adalah menyebabkan trauma pada mata dan
1,4% dan katarak menjadi masalah di mengakibatkan kerusakan terutama pada
masyarakat karena menimbulkan kebutaan, lensa. Kerusakan pada lensa ini dapat
katarak dapat ditemukan dalam keadaan mengganggu penglihatan seperti
tanpa adanya kelainan mata atau sistemik penglihatan kabur karena terhalang oleh
(katarak senil, juvenil, herediter) atau luka atau bekas luka pada mata.
kelainan kongenital mata, penyakit mata Penelitian ini bertujuan untuk
menahun. Katarak dapat diakibatkan oleh mengetahui bahaya air sungai terhadap
bermacam-macam penyakit mata seperti tingkat ketajaman visus akibat kontak
Glaucoma, Ablasi, Uveitis eretinitis langsung antara mata dengan air sungai.
pigmentosa, bahan toksik khusus (kimia
dan fisik), keracunan beberapa jenis obat- Bahan dan Cara
obatan (kortikosteroid, ergot, Subyek penelitian adalah orang-
antikolinesterase topikal, kelainan sistemik orang yang bekerja sebagai penambang
atau metabolik: Diabetes Mellitus, pasir disungai serayu Kabupaten Cilacap,
Galaktosemi dan distrofi miotonik katarak.2 Kecamatan Kesugihan desa Muntab, yang
Kotoran dan racun dapat berjumlah 30 orang, umur subyek yang
mengganggu fungsi mata karena dapat diteliti berkisar 20-35 tahun.
menyebabkan kerusakan organ-organ mata Alat yang digunakan dalam
dan mengakibatkan gangguan dari fungsi penelitian ini adalah optotip Snellen, alat ini
mata untuk melihat sehingga tajam digunakan untuk memperoleh data
peglihatannya menurun dan penglihatan penelitian yaitu data tentang visus orang
menjadi kabur. Penglihatan kurang adalah yang bekerja sebagai penambang pasir di
mata dengan kinerja penglihatannya sungai serayu dan data visus perenang
terganggu akibat penurunan ketajaman sebagai pembanding.
penglihatan yang tidak dapat diperbaiki oleh Penelitian ini adalah experimental
kaca mata konvensional atau lensa kontak yang dilakukan dengan pengukuran
atau akibat penyempitan lapang ketajaman visus terhadap penambang
penglihatan.3 pasir dan perenang.

112
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 111 - 119, Oktober 2007

Penelitian dilakukan satu tahap, pertama 30 orang yaitu penambang pasir


yaitu pemeriksaan visus baik mata kanan dan 30 orang perenang. Penelitian ini
maupun kiri, pemeriksaan pada semua memakai alat optotip Snellen. Data
subyek baik subyek satu dan subyek dua, penelitian dianalisis dengan uji T.
subyek yang diteliti berjumlah 60 orang
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Hasil
kelompok perlakuan (Penambang pasir di Penelitian dilakukan pada bulan
sungai), Kelompok pembanding (perenang). April-Mei 2006, penelitian ini menggunakan
Setiap kelompok berjumlah 30 orang. Kedua dua subyek yaitu Penambang Pasir di
kelompok itu adalah: Sungai Serayu dan Perenang di Umbang
Variabel bebas adalah penambang Tirto Yogyakarta, penelitian ini dilakukan di
pasir di sungai Serayu dan perenang di tempat aktivitas, pada penambang pasir
Umbang Tirto. Variabel terikat adalah pengambilan data dilakukan ditempat
ketajaman visus. Variabel Terkendali adalah penambangan yaitu di Sungai Serayu
umur dan jenis kelamin. Variabel yang tidak Kesugiahn Cilacap, subyek yang diambil
dapat dikendalikan adalah status gizi, pada penambang pasir sebanyak 30 orang.
pengaruh lingkungan dan perilaku. Pengambilan data pada Perenang dilakukan
Populasi utama atau subbyek pokok di tempat berenang yaitu Kolam renang
dalam penelitian ini diambil dari satu wilayah Umbang Tirto Yogyakarta, subyek yang
pertabangan pasir di sungai Serayu diambil sebanyak 30 orang. Data yang
Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. diambil berupa data tentang tingkat
Populasi kedua sebagai pembanding yaitu ketajaman penglihatan atau visus. Baik
perenang diambil di kolam renang Umbang penambang pasir maupun perenang
Tirto. Sampel diambil dari 60 orang yang diambil visus kanan dan kiri.
dibagi dalam dua kelompok, kelompok

Tabel 1. Pengaruh Lama Aktivitas terhadap Visus Penambang Pasir di Sungai Serayu

Lama Aktivitas VISUS


No X2 Sig
Perenang Normal Tidak Normal Jumlah
3 4 7
<1 tahun
10.0% 13.3% 23.3%
1 5 6
1-2 tahun 3.048 .105
3.3% 16.7 20.0%
2 15 17
>3 tahun
6.7% 50.0% 56.7%

Pengaruh lama aktivitas terhadap tidak normal, dan penambang yang >3
visus penambang pasir yang terinduksi air tahun menambang sebanyak 17 orang atau
pada visusnya ditunjukan oleh tabel 1 yaitu 56.7%, dari 17 orang tersebut terdapat 2
penambang yang beraktivitas <1 tahun orang atau 6.7% visusnya normal dan 15
sebanyak 7 orang atau 23.3% dari seluruh orang atau 50.0% visusnya tidak normal.
subyek, dari ke 7 orang tersebut terdapat 3 Dilihat dari hasil tersebut, semakin lama
orang atau 10.0% subyek yang visusnya aktivitasnya maka semakin tinggi orang
normal dan 4 orang atau 13.3% visusnya yang visusnya tidak normal.
tidak normal, sedang penambang yang Data tersebut kemudian dilakukan
beraktivitas antara 1-2 tahun sebanyak 6 uji Chi-square untuk mengetahui pengaruh
orang atau 20.0%, dari 6 orang tersebut lama aktivitas terhadap tingkat ketajaman
terdapat 1 orang atau 3.3% yang visusnya visus, setelah dilakukan uji Chi-square
normal dan 5 orang atau 13.7% visusnya didapat nilai p>0.05 yaitu sebesar p=0.105.

113
Paryono, Tri Pitara Mahanggoro, Perbedaan Tingkat Katajaman Visus ..............................................................

Dengan demikian data tersebut memiliki arti yaitu 30 orang dan masih dibagi menjadi 3
bahwa ada hubungan antara lama aktivitas kelompok menurut lama aktivitas dan
menyelam dengan tingkat ketajaman visus pembagian tersebut tidak sama banyak atau
tetapi pengaruh tersebut tidak memiliki nilai sama besar jumlahnya sehingga nilai
yang berarti, nilai tersebut tidak berarti tersebut tidak memiliki nilai yang berarti.
dikarenakan data tersebut terlalu sedikit

Tabel 2. Pengaruh Lama Aktivitas Terhadap Tingkat Ketajaman Visus pada Perenang di
Umbang Tirto Yogyakarta

Lama Aktivitas VISUS


No Jumlah X2 Sig
Berenang Normal Tidak Normal
<1 tahun 5 (16.7%) 2 (6.7%) 7 (24.4%)

1-2 tahun 1 (3.3%) 7 (23.3%) 8 (27.6%) 6.402 .322

>3 tahun 6 (20.0%) 9 (30.0%) 15 (50.0%)

Tabel 2 merupakan tabel hubungan sebanyak 15 orang atau 50.0%, dari 15


antara aktivitas terhadap visus perenang, orang tersebut terdapat 6 orang atau 20.0%
hasil pada tabel 2 menunjukan jumlah visusnya normal dan 9 orang atau 30.0%
perenang yang menjadi subyek penelitian visusnya tidak normal. Dilihat dari hasil
sebanyak 30 orang, subyek tersebut dibagi tersebut, semakin lama aktivitasnya maka
menjadi 3 kelompok menurut lama aktivitas semakin tinggi orang yang visusnya tidak
berenang, kelompok satu yaitu kelompok normal.
berenang yang melakukan aktivitas <1 Data tersebut kemudian dilakukan
tahun, kelompok kedua adalah kelompok uji Chi-quare untuk mengetahui pengaruh
perenang yang melakukan aktivtas antara lama aktivitas terhadap tingkat ketajaman
1-2 atahun, dan kelompok ketiga adalah visus, setelah dilakukan uji Chi-square
kelompok perenang yang sudah lebih dari didapat nilai p>0.05 yaitu sebesar p=0.322.
tiga tahun (>3 tahun). dengan nilai p lebih besar dari p standar
Tabel 2 menunjukan nilai masing- ayaitu 0.05 maka memiliki arti bahwa ada
masing kelompok, perenang yang sudah hubungan antara lama aktivitas berenang
aktivitas <1 tahun sebanyak 7 orang atau dengan tingkat ketajaman visus tetapi
24.4% , dari ke 7 orang tersebut terdapat 5 pengaruh tersebut tidak memiliki nilai yang
orang atau 16.7% yang visusnya normal berarti, nilai tersebut tidak berarti
dan 2 orang atau 6.7% visusnya tidak dikarenakan data tersebut terlalu sedikit
normal, sedang perenang yang beraktivitas yaitu 30 orang dan masih di bagi menjadi 3
antara 1-2 tahun sebanyak 8 orang atau kelompok menurut lama aktivitas dan
27.6%, dari 8 orang tersebut terdapat 1 pembagian tersebut tidak sama banyak atau
orang atau 3.3% yang visusnya normal dan sama besar jumlahnya sehingga nilai
7 orang atau 23.3% visusnya tidak normal tersebut belum memiliki nilai yang berarti.
dan perenang yang >3 tahun menambang

114
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 111 - 119, Oktober 2007

Tabel 3. Analisis Hubungan antara Visus Penambang Pasir dengan Perenang

Mean N Std. Deviasi Std. Error Mean


Pair visus penambang
104.3330 30 28.3168 5.1699
pasir
85.2223 30 38.4436 7.0188
1 visus perenang

Tabel 3 menunjukan hubungan visusnya normal 6/6 menjadi 100, dilihat dari
antara visus penambang pasir dan rata-rata visus penambang pasir memiliki
perenang, tabel 3 menunjukan rata-rata nilai lebih tinggi berati banyak dari
visus penambang pasir sebesar 104.3330, penambang pasir yang memiliki visus di
sedang rata-rata visus perenang sebesar atas 100% atau di tas normal, sedang pada
85.2223, data tersebut menunjukan bahwa perenang berada di bawah 100% berarti di
rata-rata visus penambang pasir lebih besar bawah normal.
dari pada perenang, sedangkan standar Deviasi menunjukkan besarnya atau
deviasi pada perenang sebesar 28.3168 banyaknya visus yang tidak normal, dilihat
dan standar deviasi pada perenang sebesar dari tabel rata-rata diketahui bahwa deviasi
38.4436, berarti standar deviasi pada lebih banyak terjadi pada penambang pasir
perenang lebih besar dari pada standar maka dari itu standar deviasi pada
deviasi pada penambang. penambang pasir lebih kecil dari perenang
Visus penambang dan visus yaitu sebesar 28.3168 sedang standar
perenang telah diubah dari bentuk pecahan deviasi perenang sebesar 38.4436.
menjadi bentuk persen (%), jadi yang

Tabel 4. Hubungan antara Visus Penambang Pasir dengan Visus Perenang

N Corelation Sig.
Pair visus penambang pasir & perenang 30 .167 .377

Tabel 4 menunjukan besarnya nilai visus perenang dan memiliki nilai


korelasi antara visus penambang pasir signifikansi sebesar 0.377 dengan nilai p
dengan visus perenang yaitu sebesar sebesar 0.377 berarti ada hubungan antara
0.167, kemudian dilakukan uji hubungan visus penambang pasir denagn visus
kore--lasi visus penambang pasir denangan perenang tidak memiliki arti atau tidak
bermakna.

Tabel 5. Hasil Analisis Uji t antara Visus Penambang Pasir dengan Visus Perenang

Variabel T df sig. Makna


Visus penambang pasir
– 2,391 29 0,023 Signifikan
Visus perenang

115
Paryono, Tri Pitara Mahanggoro, Perbedaan Tingkat Katajaman Visus ..............................................................

Tabel 5 menunjukan hasil uji t antara kaca mata konvensional atau lensa kontak
visus penambang pasir dengan visus atau akibat penyempitan lapang penglihatan.
3
perenang untuk mengetahui nilai signifikansi
perbedaan visus penambang pasir dengan Penambang pasir di sungai dapat
visus perenang, setelah dilakukan uji t visus terjadi hal-hal seperti kontak langsung air
penambang pasir dan visus perenang dan dengan mata yang menyebabkan adanya
mengasilkan nilai p sebesar 0.023, nilai p iritasi pada mata yang disebabkan oleh
tersebut lebih kecil dari nilai p standar yaitu bakteri atau kuman yang terkandung di
P<0.05 berarti perbedaan antara visus dalam air ataupun materi-materi yang
penambang pasir dengan visus perenang terdapat di sungai seperti pasir, kotoran
memiliki arti atau perbedaan bermakna binatang, racun limbah, dan lain-lain.
Air sungai mengandung banyak
Diskusi mikroorganisme, Beberapa kuman dalam
Tabel 1 menunjukan bahwa lama air yang dilaporkan oleh EPA (Enviromental
aktivitas menyelam pada penambang pasir Protection Agency, USA) adalah sebagai
semakin lama semakin tinggi resikonya berikut : 1) Bacteri Coliform, kuman ini pada
yaitu penambanag yang beraktivitas <1 umumnya tidak membahayakan dan
tahun sebanyak 7 orang atau 23.3% dari biasanya muncul akibat pipa air yang tidak
seluruh subyek, dari ke 7 orang tersebut terawat sehingga bakteri mudah sekali
terdapat 3 orang atau 10.0% subyek yang ‘hidup’ di dalamnya, tentu saja akan
visusnya normal dan 4 orang atau 13.3% menimbulkan penyakit, 2) Fecal Coliform
visusnya tidak normal, sedang penambang dan E. coli, kuman yang muncul akibat
yang beraaktivitas antara 1-2 tahun buangan manusia dan binatang dapat
sebanyak 6 orang atau 20.0%, dari 6 orang menyebabkan penyakit diare. Bakteri yang
tersebut terdapat 1 orang atau 3.3% yang satu ini tidak secara langsung memberikan
visusnya normal dan 5 orang atau 13.7% efek bagi kesehatan manusia. Justru dapat
visusnya tidak normal, dan penambang memancing bakteri lain hidup sehingga kita
yang >3 tahun menambang sebanyak 17 akan terkena diare atau sakit kepala, 3)
orang atau 56.7%, dari 17 orang tersebut Cryptosporodium adalah parasit yang
terdapat 2 orang atau 6.7% visusnya normal berada di danau dan sungai akibat limbah
dan 15 orang atau 50.0% visusnya tidak binatang, penyakit yang akan timbul,
normal. Dilihat dari hasil tersebut, semakin Cryptosporodiosis pada manusia cukup
lama aktivitasnya maka semakin tinggi parah dan perlu perawatan khusus karena
orang yang visusnya tidak normal, ini melemahkan beberapa sistem daya tahan
disebabkan karena banyak faktor. tubuh, 4) Giardia Lambia adalah parasit
Faktor-faktor yang mempengaruhi yang hampir sama dengan
ketajaman penglihatan pada penambang Cryptosporodium juga karena disebabkan
pasir adalah 1) Faktor Air Sungai. Air sungai karena limbah binatang. Penyakit yang
mengandung banyak sekali bahan-bahan ditimbulkan tidak separah penyakit,
yang dapat membuat mata mengalami Cryptosporidiosis dan tidak perlu perawatan
masalah seperti faktor fisik, biologi, dan khusus. 4
kimia. Kotoran dan racun dapat Faktor kedua adalah Kecelakaan
mengganggu fungsi mata karena dapat Kerja yang Berhubungan dengan
menyebabkan kerusakan organ-organ mata Kandungan Air Sungai. Banyak dari
dan mengakibatkan gangguan dari fungsi penambang pasir yang mengalami
mata untuk melihat sehingga tajam kecelakaan pada waktu melakukan aktivitas
peglihatannya menurun dan penglihatan menyelam diantaranya mata mengalami
menjadi kabur. Penglihatan kurang adalah trauma oleh berbagai benda fisik dan
mata dengan kinerja penglihatannya akhirnya menimbulkan perlukaan,
terganggu akibat penurunan ketajaman dilanjutkan dengan serangan faktor biologi
penglihatan yang tidak dapat diperbaiki oleh khususnya yang dapat menginfeksi luka

116
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 111 - 119, Oktober 2007

akibat trauma, dengan adanya luka yang Faktor kelima adalah Imunitas.
disertai infeksi ataupun tidak disertai infeksi Setiap individu memiliki sistem imun yang
maka dapat menyebabkan penglihatan berbeda-beda dan setiap individu memiliki
terganggu kandungan air sungai seperti tingkat elestisitas lensa yang berbeda-beda,
pasir, kotoran binatang, racun dari sistem imum berperan dalam mengatasi
pembuangan limbah masyarakat yang benda asing dari luar tubuh yang masuk ke
dapat menyebabkan gangguan pada mata, dalam tubuh dan mengganggu suatu fungsi
materi fisik ini dapat menyebabkan trauma dari organ. Apabila mata mendapat trauma
pada mata dan mengakibatkan kerusakan berupa benda fisik dan kemudian terjadi
terutama pada lensa. infeksi maka sistem imunlah yang pertama
Kerusakan pada lensa ini dapat kali mengatasi luka dan infeksi tersebut,
mengganggu penglihatan seperti sehingga luka dan infeksi tidak terjadi
penglihatan kabur karena terhalang oleh berkepanjangan, apabila seseorang
luka atau bekas luka pada mata.4 Faktor memiliki sistem imun yang buruk terlebih
gangguan yang bersifat lokal seperti orang yang menderita penyakit seperti
gangguan nutrisi lensa, permeabilitas diabetes melitus (DM) maka proses
kapsul lensa, efek radiasi dan cahaya penyembuhan akan lama, ini akan
matahari.5 mempengaruhi lensa mata yang kemudian
Faktor ketiga adalah status gizi. melakukan akomodasi secara terus
Status gizi dalam penelitian ini adalah menerus dan menyebabkan terjadi
variabel yang tidak dapat dikendalikan. perubahan bentuk dari lensa normal kearah
Status gizi merupakan salah satu dari tidak normal lagi, perubahan ini berakibat
banyak faktor yang peka untuk perubahan pada tajam penglihatan atau visus
protein lensa. Perbedaan status gizi dan terganggu.
susunan makanan telah menunjukan Badan manusia memiliki
perubahan perbedaan prevalensi tentang kemampuan membentuk antibodi spesifik
nilai timbulnya masalah penglihatan yang terhadap salah satu protein lensa. Oleh
pada negara berkembang timbul lebih dini penyebab tertentu dapat terjadi sensitisasi
dibandingkan dengan negara maju. (Evans secara tidak sengaja oleh protein lensa yang
& Asbury, 1980). 7 Pernyataan tersebut menyebabkan terbentuknya antibodi
dapat diterapkan untuk orang perkotaan tersebut, bila hal ini terjadi bias terjadi
dengan orang pedesaan, orang kota yang gangguan penglihatan bahkan katarak.5
status gizinya lebih baik akan menunjukan Tabel 2 menunjukan hubungan
nilai gangguan penglihatan yang lebih kecil antara lama aktivitas dengan visus pada
bila dibandingkan dengan orang yang perenang, terjadinya gangguan pada tingkat
berada di pedesaan yang status gizinya ketajaman visus pada perenang disebabkan
kurang baik. Hasil penelitian oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama
Mangunkusumo, dari 300 anak-anak adalah faktor Air. Air kolam renang
sekolah di perkotaan, 15% antara lain mengandung kaporit yang berfungsi untuk
mengalami kelainan refraksi, di pedesaan membunuh kuman, menghilangkan bau dan
hanya 11%. menjernihkan air. Visus perenang
Faktor keempat adalah Radiasi mengalami gangguan karena adanya indek
Sinar Ultra violet. Penambang pasir bias air, ditambah indek bias kaca mata
beraktivitas di tengah sungai yang tidak ada renang. Pembiasan cahaya adalah
pepohonan sebagai tempat bernaung dari pembelokan arah rambat cahaya saat
sinar matahari, dengan demikian mata melewati bidang batas dua medium bening
penambang pasir dipastikan mengalami yang berbeda indeks biasnya. Besarnya
radiasi sinar ultra violet. Pengaruh sinar pembiasan cahaya tergantung pada indeks
ultra violet yang terlalu banyak bisa bias benda yang dilewati cahaya.Indek bias
menyebabkan kekeruhan pada lensa sangat berpengaruh terhadap tajam
biasanya pada petani, nelayan dan lain-lain. penglihatan, melihat di dalam air sangat

117
Paryono, Tri Pitara Mahanggoro, Perbedaan Tingkat Katajaman Visus ..............................................................

berbeda dengan melihat di atas Tabel 3 menunjukan nilai visus rata-


permukaan, tentu saja lebih jelas rata antara penambang pasir dengan
dipermukaan karena berbeda indek perenang, rata-rata tersebut lebih besar
biasnya, melihat dalam air akan memaksa penambang pasir di banding perenang ini
mata untuk berakomodasi, keadan ini akan di sebabkan karena kebanyakan dari visus
membuat lensa mata menjadi cembung penambanag pasir visusnya di atas 100,
atau mencekung, bila keadaan ini sedang visus perenang kebanyakan di
berlangsung lama maka lensa mata akan bawah 100. Nilai standar deviasi pada tabel
berubah bentuk dan ukuran layaknya karet 3 menunjukan standar deviasi lebih besar
yang sering ditarik-tarik pasti akan berubah visus perenang dari pada penambang pasir,
menjadi panjang setelah ditari-tarik, begitu karena visus penambang pasir lebih rendah
juga lensa mata yang memiliki sifat hampir dari normal dan banyak yang tidak normal
sama dengan karet yaitu memiliki sifat bila dibandingkan dengan visus perenang.
elastis. Tabel 4 menunjukan nilai korelasi
Karakteristik spesifik dari lensa antara visus penambang pasir dengan
mata adalah bentuk kecembungannya yang visus perenang, korelasi antara visus
dapat diubah-ubah sesuai dengan penambang pasir dengan perenang adalah
kebutuhan pembiasan, karena bersifat sebesar 0.167 kemudian nilai tersebut
kenyal. Efek makin cembungnya lensa dilakukan uji korelasi dan didapat nilai p
mata adalah akomodasi, yaitu cahaya akan sebesar 0377 ini menunjukan tidak ada
lebih terfokus di depan retina. Hasil unjuk hubungan korelasi antara visus penambang
kerja keseluruhan dari media refraktif ini pasir dengan perenang tidak memiliki
sangant ditentukan oleh panjangnya sumbu makna karena lebih besar dari nilai p
bola mata. Fase terakhir dari seluruh standar yaitu <0.05.
rangkaian proses penglihatan adalah Tabel 4 merupakan tabel hasil uji t
interprestasi. Layaknya suatu film di dalam antara visus penambang pasir dengan
kamera, maka retina berfungsi merekam visus perenang, tabel 4 menunjukan uji t dan
gambar yang diterimanya sudah dalam didapat nilai p sebesar 0.023 ini berarti lebih
keadaan terfokus, lalu mengubah gambar kecil dari nilai po standar yaitu <0.05,
tersebut menjadi implus-implus listrik dengan nilai p = 0.023 maka berbedaan
melalui proses sintesa foto elektrik dan antara tingkat ketajaman visus antara
akhirnya mengalirkannya ke otak sebagai penambang pasir dengan visus perenang
susunan saraf pusat untuk diinterpretasikan memiliki arti yang bermakna. Nilai tersebut
atau diartikan sebagai gambar atau obyek dipengaruhi perbedaan visus yang
yang terlihat oleh mata tersebut. Tajam mencolok antara visus penambang pasir
penglihatan maksimum berada di daerah dengan visus perenang perbedaan tersebut
fovea, sedangkan beberapa faktor, seperti terbentuk karena faktor-faktor penyebab
penerangan umum, berbagai uji warna dan gangguan visus pada penambang pasir dan
kelainan refraksi mata dapat mengubah perenang jauh berbeda. Faktor penyebab
tajam penglihatan.6 gangguan visus pada penambang pasir
Faktor kedua adalah penyakit yang lebih banyak dan kompleks bila di
diderita perenang. Kebanyakan perenang bandingkan dengan faktor penyebab
sudah memiliki masalah dengan gangguan visus pada perenang, faktor-
penglihatannya, banyak dari perenang yang faktor tersebut sudah dibahas dalam
diteliti sudah menggunakan kaca mata pembahasan pada tabel 1 dan tabel 2.
untuk membantu memfokuskan cahaya
atau bayangan. Saat dilakukan Kesimpulan
pemeriksaan tanpa kaca mata bantu
mereka mengalami masalah dengan Tidak terdapat hubungan antara
penglihatannya. lama waktu penyelaman terhadap tingkat

118
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 111 - 119, Oktober 2007

ketajaman visus pada Penambang Pasir di Sardjito dalam Gunawan, B.K Maleban,
Sungai Serayu maupun pada Perenang di Ghozi.M.Hartono (eds), Kumpulan
Umbang Tirto Yogyakarta. Terdapat Makalah Kongres Nasional V Perdami,
perbedaan visus yang signifikan antara hal 336-341, PERDAMI Yogyakarta.
Penambang Pasir di Sungai Serayu dan 3. Vaughan AT.1995, Oftalmologi umum,
Perenang di Umbang Tirto Yogyakarta. edisi14, Widya Medika Jakarta,
Indonesia.
4. Vicker Betty J., Vincent William
Daftar Pustaka J.,(1966). Swimming. VMC Brown
Company.
1. Sandford-Smit J. (1986) Eye Diseases 5. Duke, S.S., Elder 1970 Disease of The
in Hot climates. 1st English Language Eye, 16th ed., Churchill Livingstone,
Book Society, Wright Great Britain a.w. London..
Arrowsmith Ltd, Bristol. 6. Ilyas S., 1997, Ilmu Penyakit Mata, Balai
2. Sundari, Budiharjo, Ghozi.M.,1984 Penerbit FK-UI, Jakarta.
Katarak Traumatikka di RSUP Dr

119

You might also like