Professional Documents
Culture Documents
The Difference of Acuteness Vision Between Sand Miner in Serayu River and Swimmer in Umbang Tirto Yogyakarta
The Difference of Acuteness Vision Between Sand Miner in Serayu River and Swimmer in Umbang Tirto Yogyakarta
The Difference of Acuteness Vision between Sand Miner in Serayu River and
Swimmer in Umbang Tirto Yogyakarta
Abstract
The decrease of eyes function like blindness can disturb the daily activities, so in the
long term it would be decrease work productivity which is appears economic burden whether
for personally, society and country. The disease cause by dust who enters to eyes will appear
a big disturb. If this problem still happened will appears dangerous disease even blindness.
The purpose of this research is to knowing the difference of the acuteness of vision between
sand miner and swimmer..
Subject in this research are 60 people which age 15-35 years old, subject are sand
miner in Serayu river and swimmer in umbang tirto yogyakarta, the instrument in this research
is optotip Snellen . Data was collected and than analysis by chi-Square and t test.
Finally, as this research examines shower the influence time of diving for sand miner,
the result is p=0.105, this number is bigger than standard number of p, which is p<0.05. And
influence timing of swimming the result is p=0.322, this number is bigger than the standard
number of p which is p<0.05. the data using t test for knowing the different of acuteness of
vision sand miner and swimmer, t test shower p value is smaller than standard value which is
p=0.023. Conclusion is there is influence long activity whether diving or swimmer to acuteness
of vision but the influence not really meaning full but there is significant different between
acuteness of vision for sand miner and swimmer.
Key words : acuteness vision, sand miner, swimmer, Sungai serayu, Umbang Tirto
Abstrak
Turunnya fungsi mata sebagai indra penglihatan sampai pada kebutaan akan mengganggu
aktivitas kerja sehari – hari, sehingga akan menurunkan produktivitas kerja yang mengakibatkan
bertambahnya beban ekonomi baik bagi individu, masyarakat dan Negara. Trauma yang diakibatkan
oleh debu yang masuk ke dalam mata sudah cukup menimbulkan gangguan hebat. Apabila keadaan
ini dibiarkan dapat menimbulkan penyakit yang cukup gawat, bahkan kebutaan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan tingkat ketajaman visus antara penambang pasir dengan perenang.
Subyek dalam penelitian ini adalah 60 orang dengan usia 15-35 tahun, subyek penelitian
adalah penambang pasir di sungai Serayu dan perenang di umbang tirto Yogyakarta. Instrumen yang
dipakai adalah ototip Snellen. Data di yang diperoleh kemudian dilakukan uji analisis dengan
menggunakan Chie-Schuare dan uji t.
Hasil penelitian menunjukan pengaruh lama aktivitas menyelam pada penambang pasir didapat
nilap p=0.105 nilai ini lebih besar dari nilai p standar yaitu p<0.05 dan pengaruh lama berenang
111
Paryono, Tri Pitara Mahanggoro, Perbedaan Tingkat Katajaman Visus ..............................................................
didapat nilai p=0.322 nilai ini lebih besar dari nilap p standar yaitu 0.05. Data tersebut kemudian
dilakukan uji t untuk mengetahui perbedaan visus penambang pasir dengan perenang, uji t menunjukan
nilai p lebih kecil dari standar yaitu p=. Kesimpulannya adalah ada pengaruh lama aktivitas baik
menyelam maupun berenang terhadap tingkat ketajaman visus tetapi pengaruh tersebut tidak bermakna
tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara visus penambang pasir dan visus perenang.
Kata kunci : ketajaman penglihatan, perenang, penammbang pasir, Sungai Serayu, Umbang Tirto
112
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 111 - 119, Oktober 2007
Tabel 1. Pengaruh Lama Aktivitas terhadap Visus Penambang Pasir di Sungai Serayu
Pengaruh lama aktivitas terhadap tidak normal, dan penambang yang >3
visus penambang pasir yang terinduksi air tahun menambang sebanyak 17 orang atau
pada visusnya ditunjukan oleh tabel 1 yaitu 56.7%, dari 17 orang tersebut terdapat 2
penambang yang beraktivitas <1 tahun orang atau 6.7% visusnya normal dan 15
sebanyak 7 orang atau 23.3% dari seluruh orang atau 50.0% visusnya tidak normal.
subyek, dari ke 7 orang tersebut terdapat 3 Dilihat dari hasil tersebut, semakin lama
orang atau 10.0% subyek yang visusnya aktivitasnya maka semakin tinggi orang
normal dan 4 orang atau 13.3% visusnya yang visusnya tidak normal.
tidak normal, sedang penambang yang Data tersebut kemudian dilakukan
beraktivitas antara 1-2 tahun sebanyak 6 uji Chi-square untuk mengetahui pengaruh
orang atau 20.0%, dari 6 orang tersebut lama aktivitas terhadap tingkat ketajaman
terdapat 1 orang atau 3.3% yang visusnya visus, setelah dilakukan uji Chi-square
normal dan 5 orang atau 13.7% visusnya didapat nilai p>0.05 yaitu sebesar p=0.105.
113
Paryono, Tri Pitara Mahanggoro, Perbedaan Tingkat Katajaman Visus ..............................................................
Dengan demikian data tersebut memiliki arti yaitu 30 orang dan masih dibagi menjadi 3
bahwa ada hubungan antara lama aktivitas kelompok menurut lama aktivitas dan
menyelam dengan tingkat ketajaman visus pembagian tersebut tidak sama banyak atau
tetapi pengaruh tersebut tidak memiliki nilai sama besar jumlahnya sehingga nilai
yang berarti, nilai tersebut tidak berarti tersebut tidak memiliki nilai yang berarti.
dikarenakan data tersebut terlalu sedikit
Tabel 2. Pengaruh Lama Aktivitas Terhadap Tingkat Ketajaman Visus pada Perenang di
Umbang Tirto Yogyakarta
114
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 111 - 119, Oktober 2007
Tabel 3 menunjukan hubungan visusnya normal 6/6 menjadi 100, dilihat dari
antara visus penambang pasir dan rata-rata visus penambang pasir memiliki
perenang, tabel 3 menunjukan rata-rata nilai lebih tinggi berati banyak dari
visus penambang pasir sebesar 104.3330, penambang pasir yang memiliki visus di
sedang rata-rata visus perenang sebesar atas 100% atau di tas normal, sedang pada
85.2223, data tersebut menunjukan bahwa perenang berada di bawah 100% berarti di
rata-rata visus penambang pasir lebih besar bawah normal.
dari pada perenang, sedangkan standar Deviasi menunjukkan besarnya atau
deviasi pada perenang sebesar 28.3168 banyaknya visus yang tidak normal, dilihat
dan standar deviasi pada perenang sebesar dari tabel rata-rata diketahui bahwa deviasi
38.4436, berarti standar deviasi pada lebih banyak terjadi pada penambang pasir
perenang lebih besar dari pada standar maka dari itu standar deviasi pada
deviasi pada penambang. penambang pasir lebih kecil dari perenang
Visus penambang dan visus yaitu sebesar 28.3168 sedang standar
perenang telah diubah dari bentuk pecahan deviasi perenang sebesar 38.4436.
menjadi bentuk persen (%), jadi yang
N Corelation Sig.
Pair visus penambang pasir & perenang 30 .167 .377
Tabel 5. Hasil Analisis Uji t antara Visus Penambang Pasir dengan Visus Perenang
115
Paryono, Tri Pitara Mahanggoro, Perbedaan Tingkat Katajaman Visus ..............................................................
Tabel 5 menunjukan hasil uji t antara kaca mata konvensional atau lensa kontak
visus penambang pasir dengan visus atau akibat penyempitan lapang penglihatan.
3
perenang untuk mengetahui nilai signifikansi
perbedaan visus penambang pasir dengan Penambang pasir di sungai dapat
visus perenang, setelah dilakukan uji t visus terjadi hal-hal seperti kontak langsung air
penambang pasir dan visus perenang dan dengan mata yang menyebabkan adanya
mengasilkan nilai p sebesar 0.023, nilai p iritasi pada mata yang disebabkan oleh
tersebut lebih kecil dari nilai p standar yaitu bakteri atau kuman yang terkandung di
P<0.05 berarti perbedaan antara visus dalam air ataupun materi-materi yang
penambang pasir dengan visus perenang terdapat di sungai seperti pasir, kotoran
memiliki arti atau perbedaan bermakna binatang, racun limbah, dan lain-lain.
Air sungai mengandung banyak
Diskusi mikroorganisme, Beberapa kuman dalam
Tabel 1 menunjukan bahwa lama air yang dilaporkan oleh EPA (Enviromental
aktivitas menyelam pada penambang pasir Protection Agency, USA) adalah sebagai
semakin lama semakin tinggi resikonya berikut : 1) Bacteri Coliform, kuman ini pada
yaitu penambanag yang beraktivitas <1 umumnya tidak membahayakan dan
tahun sebanyak 7 orang atau 23.3% dari biasanya muncul akibat pipa air yang tidak
seluruh subyek, dari ke 7 orang tersebut terawat sehingga bakteri mudah sekali
terdapat 3 orang atau 10.0% subyek yang ‘hidup’ di dalamnya, tentu saja akan
visusnya normal dan 4 orang atau 13.3% menimbulkan penyakit, 2) Fecal Coliform
visusnya tidak normal, sedang penambang dan E. coli, kuman yang muncul akibat
yang beraaktivitas antara 1-2 tahun buangan manusia dan binatang dapat
sebanyak 6 orang atau 20.0%, dari 6 orang menyebabkan penyakit diare. Bakteri yang
tersebut terdapat 1 orang atau 3.3% yang satu ini tidak secara langsung memberikan
visusnya normal dan 5 orang atau 13.7% efek bagi kesehatan manusia. Justru dapat
visusnya tidak normal, dan penambang memancing bakteri lain hidup sehingga kita
yang >3 tahun menambang sebanyak 17 akan terkena diare atau sakit kepala, 3)
orang atau 56.7%, dari 17 orang tersebut Cryptosporodium adalah parasit yang
terdapat 2 orang atau 6.7% visusnya normal berada di danau dan sungai akibat limbah
dan 15 orang atau 50.0% visusnya tidak binatang, penyakit yang akan timbul,
normal. Dilihat dari hasil tersebut, semakin Cryptosporodiosis pada manusia cukup
lama aktivitasnya maka semakin tinggi parah dan perlu perawatan khusus karena
orang yang visusnya tidak normal, ini melemahkan beberapa sistem daya tahan
disebabkan karena banyak faktor. tubuh, 4) Giardia Lambia adalah parasit
Faktor-faktor yang mempengaruhi yang hampir sama dengan
ketajaman penglihatan pada penambang Cryptosporodium juga karena disebabkan
pasir adalah 1) Faktor Air Sungai. Air sungai karena limbah binatang. Penyakit yang
mengandung banyak sekali bahan-bahan ditimbulkan tidak separah penyakit,
yang dapat membuat mata mengalami Cryptosporidiosis dan tidak perlu perawatan
masalah seperti faktor fisik, biologi, dan khusus. 4
kimia. Kotoran dan racun dapat Faktor kedua adalah Kecelakaan
mengganggu fungsi mata karena dapat Kerja yang Berhubungan dengan
menyebabkan kerusakan organ-organ mata Kandungan Air Sungai. Banyak dari
dan mengakibatkan gangguan dari fungsi penambang pasir yang mengalami
mata untuk melihat sehingga tajam kecelakaan pada waktu melakukan aktivitas
peglihatannya menurun dan penglihatan menyelam diantaranya mata mengalami
menjadi kabur. Penglihatan kurang adalah trauma oleh berbagai benda fisik dan
mata dengan kinerja penglihatannya akhirnya menimbulkan perlukaan,
terganggu akibat penurunan ketajaman dilanjutkan dengan serangan faktor biologi
penglihatan yang tidak dapat diperbaiki oleh khususnya yang dapat menginfeksi luka
116
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 111 - 119, Oktober 2007
akibat trauma, dengan adanya luka yang Faktor kelima adalah Imunitas.
disertai infeksi ataupun tidak disertai infeksi Setiap individu memiliki sistem imun yang
maka dapat menyebabkan penglihatan berbeda-beda dan setiap individu memiliki
terganggu kandungan air sungai seperti tingkat elestisitas lensa yang berbeda-beda,
pasir, kotoran binatang, racun dari sistem imum berperan dalam mengatasi
pembuangan limbah masyarakat yang benda asing dari luar tubuh yang masuk ke
dapat menyebabkan gangguan pada mata, dalam tubuh dan mengganggu suatu fungsi
materi fisik ini dapat menyebabkan trauma dari organ. Apabila mata mendapat trauma
pada mata dan mengakibatkan kerusakan berupa benda fisik dan kemudian terjadi
terutama pada lensa. infeksi maka sistem imunlah yang pertama
Kerusakan pada lensa ini dapat kali mengatasi luka dan infeksi tersebut,
mengganggu penglihatan seperti sehingga luka dan infeksi tidak terjadi
penglihatan kabur karena terhalang oleh berkepanjangan, apabila seseorang
luka atau bekas luka pada mata.4 Faktor memiliki sistem imun yang buruk terlebih
gangguan yang bersifat lokal seperti orang yang menderita penyakit seperti
gangguan nutrisi lensa, permeabilitas diabetes melitus (DM) maka proses
kapsul lensa, efek radiasi dan cahaya penyembuhan akan lama, ini akan
matahari.5 mempengaruhi lensa mata yang kemudian
Faktor ketiga adalah status gizi. melakukan akomodasi secara terus
Status gizi dalam penelitian ini adalah menerus dan menyebabkan terjadi
variabel yang tidak dapat dikendalikan. perubahan bentuk dari lensa normal kearah
Status gizi merupakan salah satu dari tidak normal lagi, perubahan ini berakibat
banyak faktor yang peka untuk perubahan pada tajam penglihatan atau visus
protein lensa. Perbedaan status gizi dan terganggu.
susunan makanan telah menunjukan Badan manusia memiliki
perubahan perbedaan prevalensi tentang kemampuan membentuk antibodi spesifik
nilai timbulnya masalah penglihatan yang terhadap salah satu protein lensa. Oleh
pada negara berkembang timbul lebih dini penyebab tertentu dapat terjadi sensitisasi
dibandingkan dengan negara maju. (Evans secara tidak sengaja oleh protein lensa yang
& Asbury, 1980). 7 Pernyataan tersebut menyebabkan terbentuknya antibodi
dapat diterapkan untuk orang perkotaan tersebut, bila hal ini terjadi bias terjadi
dengan orang pedesaan, orang kota yang gangguan penglihatan bahkan katarak.5
status gizinya lebih baik akan menunjukan Tabel 2 menunjukan hubungan
nilai gangguan penglihatan yang lebih kecil antara lama aktivitas dengan visus pada
bila dibandingkan dengan orang yang perenang, terjadinya gangguan pada tingkat
berada di pedesaan yang status gizinya ketajaman visus pada perenang disebabkan
kurang baik. Hasil penelitian oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama
Mangunkusumo, dari 300 anak-anak adalah faktor Air. Air kolam renang
sekolah di perkotaan, 15% antara lain mengandung kaporit yang berfungsi untuk
mengalami kelainan refraksi, di pedesaan membunuh kuman, menghilangkan bau dan
hanya 11%. menjernihkan air. Visus perenang
Faktor keempat adalah Radiasi mengalami gangguan karena adanya indek
Sinar Ultra violet. Penambang pasir bias air, ditambah indek bias kaca mata
beraktivitas di tengah sungai yang tidak ada renang. Pembiasan cahaya adalah
pepohonan sebagai tempat bernaung dari pembelokan arah rambat cahaya saat
sinar matahari, dengan demikian mata melewati bidang batas dua medium bening
penambang pasir dipastikan mengalami yang berbeda indeks biasnya. Besarnya
radiasi sinar ultra violet. Pengaruh sinar pembiasan cahaya tergantung pada indeks
ultra violet yang terlalu banyak bisa bias benda yang dilewati cahaya.Indek bias
menyebabkan kekeruhan pada lensa sangat berpengaruh terhadap tajam
biasanya pada petani, nelayan dan lain-lain. penglihatan, melihat di dalam air sangat
117
Paryono, Tri Pitara Mahanggoro, Perbedaan Tingkat Katajaman Visus ..............................................................
118
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No. 2: 111 - 119, Oktober 2007
ketajaman visus pada Penambang Pasir di Sardjito dalam Gunawan, B.K Maleban,
Sungai Serayu maupun pada Perenang di Ghozi.M.Hartono (eds), Kumpulan
Umbang Tirto Yogyakarta. Terdapat Makalah Kongres Nasional V Perdami,
perbedaan visus yang signifikan antara hal 336-341, PERDAMI Yogyakarta.
Penambang Pasir di Sungai Serayu dan 3. Vaughan AT.1995, Oftalmologi umum,
Perenang di Umbang Tirto Yogyakarta. edisi14, Widya Medika Jakarta,
Indonesia.
4. Vicker Betty J., Vincent William
Daftar Pustaka J.,(1966). Swimming. VMC Brown
Company.
1. Sandford-Smit J. (1986) Eye Diseases 5. Duke, S.S., Elder 1970 Disease of The
in Hot climates. 1st English Language Eye, 16th ed., Churchill Livingstone,
Book Society, Wright Great Britain a.w. London..
Arrowsmith Ltd, Bristol. 6. Ilyas S., 1997, Ilmu Penyakit Mata, Balai
2. Sundari, Budiharjo, Ghozi.M.,1984 Penerbit FK-UI, Jakarta.
Katarak Traumatikka di RSUP Dr
119