Professional Documents
Culture Documents
2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026
e-mail: *revamailany98@gmail.com
Abstract
Pangasius polyuranodon is commonly found in the Pinang Luar Oxbow Lake, the growth
pattern of that fish, however, is never been studied. To understand the growth pattern in the
otolith of that fish, a study was conducted in February to March 2021. There were 50 fishes (41
male fishes and 9 female fishes) captured. The otolith (sagita) was removed using tweezers and
shaved using a grindstone. The dark growth ring pattern was investigated using a binocular
microscope. The size of fish captured ranged from 143 to 299 mm TL. The otolith length was
2.625-4.75 mm, the width was ranged from 1.75-3.32 mm and the weight was 0.0056-0.1108
gr. There was a relationship between total length and otolith size. The maximum number of dark
ring in the otolith was 3. The distance between the nucleus and the first dark ring was ranged
from 0.05-0.75 and there was no special pattern, indicated that the dark growth rings were not
caused by periodical incident, but they were formed individually. Based on data obtained it can
be concluded that P. polyuranodon was living well in the Pinang Luar lake.
1. PENDAHULUAN
barau dan bujuk. Di sekitar danau Pinang Luar terdapat perkebunan kelapa sawit yang
diduga dari aktifitas tersebut menghasilkan limbah organik yang masuk ke perairan.
Berdasarkan penelitian Ginting (2020) kondisi kualitas air di Danau Pinang Dalam
sudah terkontaminasi Cd dan Cr. Kandungan Cd telah di atas baku mutu air namun
konsentrasi keduanya dalam sedimen di bawah baku mutu sedimen. Danau Pinang
Dalam dan Pinang Luar merupakan kedua danau yang bersebelahan dan menerima
sumber aliran yang sama yaitu sungai kampar. Kondisi Danau Pinang Dalam dapat
sedikit menggambarkan kondisi kualitas air di Danau Pinang Dalam. Apabila kondisi
kualitas air terganggu akan berdampak terhadap ketersediaan makanan, persaingan
dalam mencari makan dan pada ikan yang hidup di perairan tersebut. Ikan dapat
mengalami stres yang membuat nafsu makan ikan akan berkurang. Hal ini akan
membuat pertumbuhan ikan menjadi lambat.
Adanya gangguan pada perairan di danau oxbow akan mempengaruhi pertumbuhan
ikan juaro. Pertumbuhan ikan dapat diketahui salah satunya dengan melihat pola
lingkaran pertumbuhan pada otolith. Otolith terbentuk oleh pengendapan kalsium
karbonat, dimana seiring dengan pertumbuhan ikan, otolith didalam sacculus bertambah
besar. Laju pengendapan kalsium karbonat pada otolith bervariasi, berkaitan langsung
dengan pertumbuhan ikan secara umum. Pada saat ikan tumbuh cepat, pengendapan
kalsium di sekeliling otolith kurang rapat, tetapi pada saat ikan tumbuh lambat,
penumpukan pada otolith menjadi padat, hal inilah yang menyebabkan adanya pola
lingkaran terang dan gelap pada otolith (Windarti dan Simarmata, 2017).
Apabila ikan dalam kondisi baik, maka akan terbentuk lingkaran-lingkaran terang
dan tipis pada otolith sebaliknya apabila terjadi kelambatan pertumbuhan yang
dipengaruhi oleh kekurangan makanan, musim dan faktor lain maka akan terbentuk
lingkaran-lingkaran gelap dan tebal pada otolith yang menggambarkan bahwa
kehidupan ikan terganggu (Hutauruk, 2017).
Sampai saat ini, belum ada penelitian tentang gambaran otolith ikan juaro di Danau
Oxbow Pinang Luar. Oleh karena itu, untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan juaro di
danau oxbow Pinang Luar maka dilakukan penelitian tentang Pola Lingkaran
Pertumbuhan Pada Otolith Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) Di Danau Oxbow
Pinang Luar Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
2. METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2021 di Danau Oxbow Pinang
Luar Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Analisis sampel ikan
dilakukan di Laboratorium Biologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Riau. Sedangkan untuk pengukuran kualitas air langsung dilakukan di
lapangan.
Sampel diperoleh dari hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan alat tangkap
jaring dan jala dengan mesh size yaitu 1,5 inchi. Pengambilan sampel ikan dilakukan
dengan interval waktu dua minggu sekali sebanyak tiga kali. Ikan sampel diukur
panjang total (TL) dan panjang baku (SL), dengan satuan milimeter (mm) dan
ditimbang menggunakan timbangan O’Haus (0,1 g) di Laboratorium Biologi Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Selanjutnya dilakukan pembuatan
preparat otolith ikan. Adapun prosedur kerja dalam pembuatan preparat otolith menurut
Windarti dan Simarmata (2017) adalah sebagai berikut:
• Untuk pengasahan otolith berukuran relatif besar ini diperlukan 2 objek glass
(objek glass 1 dan 2). Objek glass 1 diberi label. Sebutir kecil crystalbond
diletakkan di ujung yang berseberangan dengan label. Selanjutnya dipanaskan dan
dibiarkan crystalbond meleleh.
• Objek glass 1 diturunkan dari hotplate, otolith diletakkan pada crystalbond tersebut.
Sisi pinggir objek glass 1 tepat di bawah inti otolith menonjol keluar dari objek
glass, lalu diamkan crystalbond sampai dingin dan mengeras
• Pengasahan dilakukan dengan cara memegang objek glass 1 dengan arah vertikal,
otolith di sebelah bawah. Bagian dari otolith yang menonjol tadi diasah sampai
habis dan bidang asah otolith menjadi rata dengan sisi objek glass1.
• Selanjutnya dipanaskan kembali objek glass 1 sampai crystalbond meleleh dan
otolith bisa diambil. Sementara objek glass 1 dipanaskan, otolith diambil dari objek
glass 1 dan dipindahkan ke objek glass 2, otolith ditempelkan dengan bidang asah
di bagian bawah (bidang asah menempel di objek glass). Lalu potongan otolith
ditegakkan dengan menggunakan pinset.
• Crystalbond dibiarkan dingin dan otolith melekat pada posisi yang tegak
• Otolith kembali diasah bagian yang menonjol (belum terasah) diasah sampai
hampir habis dan hanya tinggal potongan tipis dari tengah otolith
• Objek glass dipanaskan kembali dengan potongan otolith tersebut, selanjutnya
sebutir kecil crystalbond diletakkan di atas otolith dan ditunggu sampai mencair
sehingga otolith tertutup crystalbond.
• Objek glass yang berisi potongan otolith didinginkan kembali dan otolith siap untuk
diamati di bawah mikroskop.
Analisis Data
Pengelompokan ikan dalam kelompok ukuran berdasarkan petunjuk Sudjana
(1996) dan ditabulasikan kedalam tabel. Hasil data yang berupa pengukuran panjang
dan berat tubuh dan data otolith yang meliputi panjang otolith, berat otolith, jumlah
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026
lingkaran pertumbuhan gelap, jarak inti ke lingkaran gelap pertama. Data tersebut
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
biru kehitaman, bentuk mulut subterminal, tidak memiliki sisik, sirip punggung berjari-
jari keras dan tajam.
300 y = 0.0003x2.3578
250 R² = 0.9098
Berat tubuh (gr)
r= 0.95 (J)
200
y = 3E-05x2.7698
150 R² = 0.8943
100 r=0.94 (B)
50
0 JANTAN
0 100 200 300 400
Panjang total (mm) BETINA
Gambar 3. Hubungan Antara Panjang Total dengan Berat Tubuh Ikan Juaro
Pada Gambar 3 diperoleh persamaan regresi pada ikan juaro jantan yaitu y=
0.0003x2.3578 dengan koefisien korelasi r = 0.95, sedangkan pada ikan juaro betina yaitu
y = 3E-05x2.7698 dengan koefisien korelasi r = 0.94. Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan panjang total dan berat tubuh ikan juaro kuat dimana setiap bertambahnya
panjang total akan mempengaruhi berat tubuh ikan Juaro. Hal ini sesuai dengan
pendapat Syafriadiman (2006) menyatakan bahwa jika r= 0,8-1 berarti memiliki
hubungan yang kuat.
Nilai koefisien determinasi (R²) = 0.9098 ikan jantan dan (R²) = 0.8943 pada ikan
betina berdasarkan Gambar 3. Hal ini artinya 90% panjang total mempengaruhi berat
tubuh ikan dan 10% dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan umur. Sama hal nya
dengan ikan betina diman 89% panjang total mempengaruhi berat tubuh ikan dan 11%
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan umur.
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa pola pertumbuhan pada ikan juaro
jantan betina berbeda, dimana nilai b ikan juaro jantan yaitu b = 2.3578 sedangkan pada
ikan betina b = 2.7698. Dimana yang artinya b<3 bersifat allometrik negatif
(pertambahan panjang tubuh lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan berat tubuh.
Muchlisin et.al (2010) menyatakan bahwa kecil dan besar nilai b dipengaruhi oleh
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026
perilaku ikan misalnya ikan yang berenang aktif menunjukkan nilai b yang lebih rendah
dibandingkan dengan ikan yang berenang pasif. Hal ini sesuai dengan nilai b ikan juaro
jantan yang memiliki nilai b yang lebih rendah dari pada ikan betina yang dapat dilihat
berdasarkan Gambar 3. Ikan jantan cenderung berenang lebih gesit dan aktif
dibandingkan ikan betina. Hal ini terkait dengan alokasi energi yang dikeluarkan untuk
pergerakan dan pertumbuhan.
5
y = 0.0075x + 1.9537
0
BETINA
0 100 200 300 400
Panjang total (mm)
(a)
3,5 y = 0.0049x + 1.2008
R² = 0.3336
Lebar otolith (mm)
3
r= 0.57 (J)
2,5
2 y = 0.007x + 0.776
1,5 R² = 0.2949
r= 0.54 (B)
1 JANTAN
0,5
0 BETINA
0 100 200 300 400
Panjang total (mm)
(b)
y = 0.0003x0.7184
0,02 R² = 0.0406
r= 0.2 (J)
0,016
Berat otolith (gr)
y = 1E-06x1.6494
R² = 0.5591
0,012
r= 0.74 (B)
0,008
JANTAN
0,004
BETINA
0
0 100 200 300 400
Panjang total (mm)
(c)
Gambar 5. (a) Hubungan Panjang Total dengan Panjang Otolith, (b) Hubungan
Panjang Total dengan Lebar Otolith, (c) Hubungan Panjang Total dengan Berat Otolith
Berdasarkan Gambar 5(a) diperoleh persamaan hubungan panjang total dengan
panjang otolith pada ikan jantan yaitu y = 0.0075x + 1.9537 dengan koefisien
determinasi (R²) = 0.3462 dan koefisien korelasi (r) = 0.59. Sedangkan pada ikan betina
yaitu y = 0.0042x + 2.918 dengan nilai koefisien determinasi (R²)= 0.1506 dan koefisien
korelasi (r) = 0.39. Sedangkan pada gambar 5(b) diperoleh persamaan hubungan
panjang total dengan lebar otolith pada ikan jantan yaitu y = 0.0049x + 1.2008 dengan
nilai koefisien determinasi (R²) = 0.3336 dan nilai korelasi (r) = 0.57. Pada ikan betina
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026
Pada penelitian ini lingkaran pertumbuhan pada otolith ikan juaro ada dua jenis
yaitu lingkaran pertumbuhan gelap/tebal dan lingkaran terang/tipis. Lingkaran
pertumbuhan gelap menunjukkan bahwa ikan semasa hidupnya pernah mengalami
gangguan pertumbuhan. Faktor-faktor yang menyebabkan laju pertumbuhan terhambat
antara lain adalah bila kondisi perairan tidak baik, ketersediaan makanan kurang
memadai, reproduksi dan serangan bibit penyakit, sedangkan lingkaran pertumbuhan
terang menunjukkan bahwa ikan semasa hidupnya mengalami pertumbuhan yang
normal. (Chahyadi dan Windarti, 2011). Adapun jumlah lingkaran gelap pada otolith
ikan juaro dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Lingkaran Gelap pada Otolith Ikan Motan
Jumlah Ikan
Jenis Kelamin Tidak Ada LG 1 LG 2 LG 3 LG
Jantan 8 19 11 3
Betina 1 3 4 1
Total 9 22 15 4
Keterangan: LG= Lingkaran Gelap
Tabel 2 menunjukkan bahwa antara ikan juaro jantan dan betina yang tertangkap
di oxbow Pinang Luar memiliki jumlah lingkaran gelap bervariasi. Otolith yang tidak
memiliki lingkaran gelap lebih banyak pada ikan jantan dari pada ikan betina. Hal ini
dikarenakan pada ikan betina energi untuk tumbuh dialokasikan untuk reproduksi yang
membuat pertumbuhan tubuh ikan menjadi lebih lambat. Menurut Prakoso dalam
Fadhillah 2020, pada proses reproduksi semua metabolisme dalam tubuh ikan
terkonsentrasi pada perkembangan gonad. Jumlah lingkaran gelap pada setiap ukuran
ikan juaro dapat dilihat pada Gambar 6.
5
Jumlah LG (Lingkaran)
3 JLG JANTAN
JLG BETINA
2
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Panjang total (mm)
1
0,9
Jarak inti ke LG 1 (mm)
0,8
0,7
0,6
Jarak inti ke LG 1 J
0,5
0,4 Jarak inti ke LG 1 B
0,3
0,2
0,1
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Panjang total (mm)
Adapun kualitas air yang diukur digolongkan ke dalam dua parameter yaitu:
parameter fisika yang terdiri dari suhu, kecerahan dan kedalaman. Parameter kimia
yaitu pH, oksigen terlarut dan karbondioksida bebas. Hasil pengukuran kualitas air dari
oxbow Pinang Luar dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Kualitas Air di Oxbow Pinang Luar
Parameter Satuan Nilai Baku Mutu
Fisika
o
Suhu C 27 -
Kecerahan cm 60 -
Kimia
pH 6 6-9*
DO mg/L 5,2 4*
CO2 Bebas mg/L 6 50*
Sumber: *Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kesimpulan
Berdasarkan jumlah lingkaran gelap yang terdapat pada otolith ikan juaro yaitu
1-3 lingkaran gelap dapat disimpulkan kehidupan ikan juaro di oxbow Pinang Luar
pernah mengalami hambatan/gangguan selama hidupnya tetapi tidak sering. Adanya
variasi jarak antar lingkaran gelap dari inti ke lingkaran gelap pertama menunjukkan
bahwa pembentukan lingkaran gelap pada otolith tidak dipengaruhi oleh kejadian-
kejadian yang bersifat periodik. Pembentukan lingkaran gelap pada otolith lebih bersifat
individual dan tidak serentak seperti serangan penyakit atau parasit. Hal ini
membuktikan bahwa adanya aktifitas perkebunan kelapa sawit di sekitar danau Pinang
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026
Luar tidak mengakibatkan penurunan kualitas air dan tidak menganggu pertumbuhan
ikan juaro.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang otolith ikan juaro dengan waktu
pengambilan sampel yang lebih lama dan pada musim yang berbeda di oxbow Pinang
luar juga perlu dilakukan perbandingan lokasi di oxbow Pinang Luar dengan oxbow
lainnya agar mendapat informasi lengkap tentang pertumbuhan ikan juaro.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberi
semangat dan dukungan financial serta kepada kedua pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan terhadap penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Asmidar. 2011. Lingkaran Pertumbuhan pada Otolith Ikan Gabus (Channa striata) dari
Rawa Banjiran Sungai Tenayan Pekanbaru. Skripsi Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. (Tidak Diterbitkan).
Chahyadi, Annie dan Windarti. 2011. Studi Pola Lingkaran Pertumbuhan Otolith pada
Ikan Katung (Pristolepis grooti) yang Ditangkap di Hilir Sungai Siak
Provinsi Riau Pekanbaru. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 21 (1): 34-46
Fadilah, Annisa. 2020. Pola Lingkaran Pertumbuhan pada Otolith Ikan Katung
(Pristolepis grootii) yang Tertangkap di Danau Lubuk Siam dan Sungai
Kampar Kanan Desa Lubuk Siam Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Skripsi.
Universitas Riau. Pekanbaru. (Tidak Diterbitkan).
Hutauruk, S. T. 2017. Pola Lingkaran Pertumbuhan Pada Otolith Ikan Kapiek (Puntius
schwanefeldii) Dari Sungai Kampar dan Waduk Koto Panjang Provinsi Riau
Skripsi. Universitas Riau. Pekanbaru. (Tidak diterbitkan).
Nurullah, Windarti dan R.M. Putra. 2013. Pola lingkaran pertumbuhan pada Otolith
Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) yang tertangkap dari Sungai Siak dan
Sungai Kampar Provinsi Riau. Faculty of Fisheries and Marine Science,
University of Riau. 13 Hal.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi I dan II. Bina Cipta. Bogor. 508
Hal.
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Edisi IV. Tarsito. Bandung. 508 Hal.
Windarti, dan A. H. Simarmata. 2017. Buku Ajar Histologi. UR Press, Pekanbaru. 105
Hal.
Yunita, L. H., Windarti., Fauzi, M. 2020. Analisis Morfometrik dan Pola Pertumbuhan
Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) di Perairan Sungai Kampar dan Sungai Siak
Provinsi Riau. Jurnal Ruaya. 8(2):77-85.