You are on page 1of 13

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.

2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026

Pola Lingkaran Pertumbuhan pada Otolith Ikan Juaro


(Pangasius polyuranodon) di Danau Oxbow Pinang Luar Desa
Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi
Riau
Reva Mailany*1, Windarti2, Ridwan Manda Putra *2
1
Program Sarjana Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Kelautan, Universitas Riau
2
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Riau

e-mail: *revamailany98@gmail.com

Abstract
Pangasius polyuranodon is commonly found in the Pinang Luar Oxbow Lake, the growth
pattern of that fish, however, is never been studied. To understand the growth pattern in the
otolith of that fish, a study was conducted in February to March 2021. There were 50 fishes (41
male fishes and 9 female fishes) captured. The otolith (sagita) was removed using tweezers and
shaved using a grindstone. The dark growth ring pattern was investigated using a binocular
microscope. The size of fish captured ranged from 143 to 299 mm TL. The otolith length was
2.625-4.75 mm, the width was ranged from 1.75-3.32 mm and the weight was 0.0056-0.1108
gr. There was a relationship between total length and otolith size. The maximum number of dark
ring in the otolith was 3. The distance between the nucleus and the first dark ring was ranged
from 0.05-0.75 and there was no special pattern, indicated that the dark growth rings were not
caused by periodical incident, but they were formed individually. Based on data obtained it can
be concluded that P. polyuranodon was living well in the Pinang Luar lake.

Keywords: Dark ring, Pangasiidae, Growth Pattern, Sagita

1. PENDAHULUAN

Ikan juaro (Pangasius polyuranodon) merupakan jenis ikan perairan tawar di


Indonesia, khususnya di sungai-sungai yang ada di pulau Sumatera dan Kalimantan.
Ikan juaro juga merupakan ikan benthopelagis air tawar yang bersifat potamodromus
yaitu jenis ikan migrasi sungai ke rawa banjiran. Ikan ini bersifat omnivora dan
cenderung opurtunis yaitu memakan semua makanan yang tersedia di perairan (Yudha,
2011). Ikan juaro yang memiliki kecenderungan oportunis kemungkinan menjadi
penyebab mengapa ikan ini masih dapat bertahan hidup. Ikan juaro merupakan jenis
ikan yang tahan terhadap lingkungan perairan yang tercemar. Berdasarkan hasil
penelitian Nurlaili et al. (2015), di Sungai Siak dalam kondisi perairan yang tercemar
dimana jumlah jenis dan jumlah ikan berkurang, ikan juaro masih tetap banyak
dijumpai.
Salah satu habitat ikan juaro di perairan yang ada di Provinsi Riau adalah Sungai
Siak dan Sungai Kampar. Salah satu diantara tujuh danau oxbow yang mendapat aliran
dari Sungai Kampar adalah Danau Pinang Luar. Pada danau ini masih terdapat populasi
ikan juaro dalam jumlah yang banyak dan sering tertangkap oleh nelayan bersama ikan
lainnya. Selain ikan juaro, juga terdapat ikan selais, baung, patin, motan, gabus, lele,
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026

barau dan bujuk. Di sekitar danau Pinang Luar terdapat perkebunan kelapa sawit yang
diduga dari aktifitas tersebut menghasilkan limbah organik yang masuk ke perairan.
Berdasarkan penelitian Ginting (2020) kondisi kualitas air di Danau Pinang Dalam
sudah terkontaminasi Cd dan Cr. Kandungan Cd telah di atas baku mutu air namun
konsentrasi keduanya dalam sedimen di bawah baku mutu sedimen. Danau Pinang
Dalam dan Pinang Luar merupakan kedua danau yang bersebelahan dan menerima
sumber aliran yang sama yaitu sungai kampar. Kondisi Danau Pinang Dalam dapat
sedikit menggambarkan kondisi kualitas air di Danau Pinang Dalam. Apabila kondisi
kualitas air terganggu akan berdampak terhadap ketersediaan makanan, persaingan
dalam mencari makan dan pada ikan yang hidup di perairan tersebut. Ikan dapat
mengalami stres yang membuat nafsu makan ikan akan berkurang. Hal ini akan
membuat pertumbuhan ikan menjadi lambat.
Adanya gangguan pada perairan di danau oxbow akan mempengaruhi pertumbuhan
ikan juaro. Pertumbuhan ikan dapat diketahui salah satunya dengan melihat pola
lingkaran pertumbuhan pada otolith. Otolith terbentuk oleh pengendapan kalsium
karbonat, dimana seiring dengan pertumbuhan ikan, otolith didalam sacculus bertambah
besar. Laju pengendapan kalsium karbonat pada otolith bervariasi, berkaitan langsung
dengan pertumbuhan ikan secara umum. Pada saat ikan tumbuh cepat, pengendapan
kalsium di sekeliling otolith kurang rapat, tetapi pada saat ikan tumbuh lambat,
penumpukan pada otolith menjadi padat, hal inilah yang menyebabkan adanya pola
lingkaran terang dan gelap pada otolith (Windarti dan Simarmata, 2017).
Apabila ikan dalam kondisi baik, maka akan terbentuk lingkaran-lingkaran terang
dan tipis pada otolith sebaliknya apabila terjadi kelambatan pertumbuhan yang
dipengaruhi oleh kekurangan makanan, musim dan faktor lain maka akan terbentuk
lingkaran-lingkaran gelap dan tebal pada otolith yang menggambarkan bahwa
kehidupan ikan terganggu (Hutauruk, 2017).
Sampai saat ini, belum ada penelitian tentang gambaran otolith ikan juaro di Danau
Oxbow Pinang Luar. Oleh karena itu, untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan juaro di
danau oxbow Pinang Luar maka dilakukan penelitian tentang Pola Lingkaran
Pertumbuhan Pada Otolith Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) Di Danau Oxbow
Pinang Luar Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
2. METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2021 di Danau Oxbow Pinang
Luar Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Analisis sampel ikan
dilakukan di Laboratorium Biologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Riau. Sedangkan untuk pengukuran kualitas air langsung dilakukan di
lapangan.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan yaitu timbangan fisheries scientific FD-5K, mikroskop
binokuler Olympus CX 21, dissecting set, hot plate, timbangan analitik 0,1 gr, coolbox,
caliper, nampan plastik, batu asah, object glass, alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan
yang digunakan yaitu ikan juaro sebagai objek penelitian, crystalbond, minyak nabati,
bayclin.

Prosedur Pengambilan dan Pengukuran Sampel Ikan


Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026

Sampel diperoleh dari hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan alat tangkap
jaring dan jala dengan mesh size yaitu 1,5 inchi. Pengambilan sampel ikan dilakukan
dengan interval waktu dua minggu sekali sebanyak tiga kali. Ikan sampel diukur
panjang total (TL) dan panjang baku (SL), dengan satuan milimeter (mm) dan
ditimbang menggunakan timbangan O’Haus (0,1 g) di Laboratorium Biologi Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Selanjutnya dilakukan pembuatan
preparat otolith ikan. Adapun prosedur kerja dalam pembuatan preparat otolith menurut
Windarti dan Simarmata (2017) adalah sebagai berikut:
• Untuk pengasahan otolith berukuran relatif besar ini diperlukan 2 objek glass
(objek glass 1 dan 2). Objek glass 1 diberi label. Sebutir kecil crystalbond
diletakkan di ujung yang berseberangan dengan label. Selanjutnya dipanaskan dan
dibiarkan crystalbond meleleh.
• Objek glass 1 diturunkan dari hotplate, otolith diletakkan pada crystalbond tersebut.
Sisi pinggir objek glass 1 tepat di bawah inti otolith menonjol keluar dari objek
glass, lalu diamkan crystalbond sampai dingin dan mengeras
• Pengasahan dilakukan dengan cara memegang objek glass 1 dengan arah vertikal,
otolith di sebelah bawah. Bagian dari otolith yang menonjol tadi diasah sampai
habis dan bidang asah otolith menjadi rata dengan sisi objek glass1.
• Selanjutnya dipanaskan kembali objek glass 1 sampai crystalbond meleleh dan
otolith bisa diambil. Sementara objek glass 1 dipanaskan, otolith diambil dari objek
glass 1 dan dipindahkan ke objek glass 2, otolith ditempelkan dengan bidang asah
di bagian bawah (bidang asah menempel di objek glass). Lalu potongan otolith
ditegakkan dengan menggunakan pinset.
• Crystalbond dibiarkan dingin dan otolith melekat pada posisi yang tegak
• Otolith kembali diasah bagian yang menonjol (belum terasah) diasah sampai
hampir habis dan hanya tinggal potongan tipis dari tengah otolith
• Objek glass dipanaskan kembali dengan potongan otolith tersebut, selanjutnya
sebutir kecil crystalbond diletakkan di atas otolith dan ditunggu sampai mencair
sehingga otolith tertutup crystalbond.
• Objek glass yang berisi potongan otolith didinginkan kembali dan otolith siap untuk
diamati di bawah mikroskop.

Gambar 1. Metode pengasahan otolith yang berukuran besar (≥3 mm)


(Windarti dan Simarmata, 2017).

Analisis Data
Pengelompokan ikan dalam kelompok ukuran berdasarkan petunjuk Sudjana
(1996) dan ditabulasikan kedalam tabel. Hasil data yang berupa pengukuran panjang
dan berat tubuh dan data otolith yang meliputi panjang otolith, berat otolith, jumlah
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026

lingkaran pertumbuhan gelap, jarak inti ke lingkaran gelap pertama. Data tersebut
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengambilan sampel ikan juaro pada penelitian ini dilakukan di Danau Pinang
Desa Buluhcina terdapat tujuh oxbow dan salah satunya adalah oxbow Pinang Luar.
Secara geografis oxbow Pinang Luar terletak pada posisi 00º21 ’24,5” - 00º21 ’28,4” LS
dan 101º32’ 16,1” - 101º32 ’29,9” BT. Aktivitas yang terdapat disekitar oxbow Pinang
Luar diantaranya penangkapan ikan dan perkebunan kelapa sawit. Kegiatan
penangkapan ikan yang di lakukan masyarakat masih tergolong ramah lingkungan
dimana nelayan sekitar menggunakan alat tangkap yang sederhana yaitu berupa bubu,
lukah, pancing ulur, jala dan jaring. Di sekitar danau tidak terdapat pemukiman
penduduk sehingga tidak ada masukan limbah rumah tangga. Ikan-ikan yang tertangkap
di Danau Pinang Luar masih relatif banyak salah satu ikan yang terdapat di oxbow
Pinang Luar yaitu ikan juaro.

Jumlah Tangkapan Ikan


Ikan juaro yang berhasil ditangkap selama penelitian sebanyak 50 ekor. Jumlah
ikan yang tertangkap terdiri dari 41 ekor jantan dan 9 ekor betina. Ikan di tangkap oleh
nelayan menggunakan jala dengan mesh size 1 inch.Data hasil pengukuran ikan
dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) kelas ukuran berdasarkan metode pengelompokkan
sampel (Sudjana, 1996) ;

Tabel 1. Pengelompokan Ikan Juaro


Kelas Ukuran Jantan Betina Jlh Ikan Kisaran Berat ikan
No
(mm) (ekor) (ekor) (ekor) (gr)
1 143 – 165 3 0 3 28 – 32
2 166 – 188 4 0 4 46 – 66
3 189 – 211 10 1 11 64 – 103
4 212 – 234 8 1 9 79 – 120
5 235 - 257 7 1 8 110 – 140
Tabel 1. Lanjutan
Kelas Ukuran Jantan Betina Jlh Ikan Kisaran Berat ikan
No
(mm) (ekor) (ekor) (ekor) (gr)
6 258 - 280 7 2 9 136 – 158
7 281 - 303 2 4 6 147 – 280
Jumlah 41 9 50

Morfologi Ikan Juaro


Adapun ciri-ciri ikan juaro yang tertangkap pada penelitian ini adalah memiliki
bentuk tubuh pipih lateral, panjang dan berwarna putih perak dan punggung yang
kebiru-biruan. Kepala pipih serta mata terletak di belakang sudut mulut, mulut terletak
di dekat ujung hidung, mulut ikan agak kebawah (sub terminal) dan tidak memiliki
sisik. Memiliki dua pasang sungut, memiliki sirip punggung berjari-jari keras dan
tajam.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Saanin (1984) dan Kottelat et al. (1993) yang
menyatakan bahwa ikan juaro memiliki tubuh yang memanjang, bentuk kepala pipih
dan pendek, bentuk tubuh tampak depan bundar, punggung berwarna biru gelap sampai
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026

biru kehitaman, bentuk mulut subterminal, tidak memiliki sisik, sirip punggung berjari-
jari keras dan tajam.

Gambar 2. Morfologi Ikan Juaro

Hubungan PT dan BT ikan Juaro


Ukuran panjang total ikan juaro yang tertangkap selama peneitian di oxbow Pinang
Luar berkisar 143-299 mm dengan berat tubuh 28-280 g. Berdasarkan data panjang total
dan berat tubuh yang didapatkan selama penelitian dapat dilihat hubungan panjang total
dengan berat tubuh ikan juaro pada Gambar 3.

300 y = 0.0003x2.3578
250 R² = 0.9098
Berat tubuh (gr)

r= 0.95 (J)
200
y = 3E-05x2.7698
150 R² = 0.8943
100 r=0.94 (B)
50
0 JANTAN
0 100 200 300 400
Panjang total (mm) BETINA

Gambar 3. Hubungan Antara Panjang Total dengan Berat Tubuh Ikan Juaro

Pada Gambar 3 diperoleh persamaan regresi pada ikan juaro jantan yaitu y=
0.0003x2.3578 dengan koefisien korelasi r = 0.95, sedangkan pada ikan juaro betina yaitu
y = 3E-05x2.7698 dengan koefisien korelasi r = 0.94. Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan panjang total dan berat tubuh ikan juaro kuat dimana setiap bertambahnya
panjang total akan mempengaruhi berat tubuh ikan Juaro. Hal ini sesuai dengan
pendapat Syafriadiman (2006) menyatakan bahwa jika r= 0,8-1 berarti memiliki
hubungan yang kuat.
Nilai koefisien determinasi (R²) = 0.9098 ikan jantan dan (R²) = 0.8943 pada ikan
betina berdasarkan Gambar 3. Hal ini artinya 90% panjang total mempengaruhi berat
tubuh ikan dan 10% dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan umur. Sama hal nya
dengan ikan betina diman 89% panjang total mempengaruhi berat tubuh ikan dan 11%
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan umur.
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa pola pertumbuhan pada ikan juaro
jantan betina berbeda, dimana nilai b ikan juaro jantan yaitu b = 2.3578 sedangkan pada
ikan betina b = 2.7698. Dimana yang artinya b<3 bersifat allometrik negatif
(pertambahan panjang tubuh lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan berat tubuh.
Muchlisin et.al (2010) menyatakan bahwa kecil dan besar nilai b dipengaruhi oleh
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026

perilaku ikan misalnya ikan yang berenang aktif menunjukkan nilai b yang lebih rendah
dibandingkan dengan ikan yang berenang pasif. Hal ini sesuai dengan nilai b ikan juaro
jantan yang memiliki nilai b yang lebih rendah dari pada ikan betina yang dapat dilihat
berdasarkan Gambar 3. Ikan jantan cenderung berenang lebih gesit dan aktif
dibandingkan ikan betina. Hal ini terkait dengan alokasi energi yang dikeluarkan untuk
pergerakan dan pertumbuhan.

Otolith ikan juaro


Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat susunan lingkaran pertumbuhan terang dan
gelap yang terdapat pada ikan juaro tidak jauh berbeda atau relatif sama. Lingkaran
pertumbuhan yang tergambar pada otolith ikan juaro terdapat dua jenis yaitu lingakaran
gelap dan lingkaran terang. Menurut Effendie (2002) menyatakan bahwa lingkaran
pertumbuhan gelap terbentuk bila mengalami laju pertumbuhan yang lambat sehingga
pertumbuhan otolith juga lambat dan kalsium karbonat mempunyai struktur yang padat.
Sedangkan lingkaran pertumbuhan terang terbentuk bila ikan mengalami laju
pertumbuhan yang relatif cepat, pertumbuhan otolith juga cepat, akibatnya kalsium
karbonat mempunyai struktur yang kurang padat, Jika kalsium karbonat relatif padat,
maka akan terbentuk lingkaran pertumbuhan gelap, sedangkan kalsium karbonat yang
kurang padat akan terbentuk pola lingkaran terang. Sama hal nya dengan jarak inti ke
lingkaran gelap pertama ada yang dekat dengan inti

Gambar 4. Otolith ikan


Setelah dilakukan pengamatan pada otolith ikan juaro, maka diketahui bahwa
ikan
juaro pada jantan dan betina memiliki bentuk dan ukuran relatif sama. Namun, jika
dilihat dari jumlah lingkaran gelap pada otolith ikan juaro, pada ikan jantah jumlah
lingkaran gelap lebih banyak dibandingkan dengan ikan betina.

Hubungan Panjang Total dengan Panjang-Lebar dan Berat Otolith


Ukuran kisaran panjang otolith 2,625-4,75 mm, lebar otolith yaitu 1,75-3,32 mm
dan berat otolith yaitu 0,0056 -0,1108 gr. Hubungan panjang total dengan panjang,
lebar dan otolith dapat dilihat pada Gambar 5.
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026

5
y = 0.0075x + 1.9537

Panjang otolith (mm)


4 R² = 0.3462
r = 0.59 (J)
3 y = 0.0042x + 2.918
R² = 0.1506
2
r = 0.39 (B)
1 JANTAN

0
BETINA
0 100 200 300 400
Panjang total (mm)

(a)
3,5 y = 0.0049x + 1.2008
R² = 0.3336
Lebar otolith (mm)

3
r= 0.57 (J)
2,5
2 y = 0.007x + 0.776
1,5 R² = 0.2949
r= 0.54 (B)
1 JANTAN
0,5
0 BETINA
0 100 200 300 400
Panjang total (mm)

(b)

y = 0.0003x0.7184
0,02 R² = 0.0406
r= 0.2 (J)
0,016
Berat otolith (gr)

y = 1E-06x1.6494
R² = 0.5591
0,012
r= 0.74 (B)
0,008
JANTAN
0,004
BETINA
0
0 100 200 300 400
Panjang total (mm)
(c)
Gambar 5. (a) Hubungan Panjang Total dengan Panjang Otolith, (b) Hubungan
Panjang Total dengan Lebar Otolith, (c) Hubungan Panjang Total dengan Berat Otolith
Berdasarkan Gambar 5(a) diperoleh persamaan hubungan panjang total dengan
panjang otolith pada ikan jantan yaitu y = 0.0075x + 1.9537 dengan koefisien
determinasi (R²) = 0.3462 dan koefisien korelasi (r) = 0.59. Sedangkan pada ikan betina
yaitu y = 0.0042x + 2.918 dengan nilai koefisien determinasi (R²)= 0.1506 dan koefisien
korelasi (r) = 0.39. Sedangkan pada gambar 5(b) diperoleh persamaan hubungan
panjang total dengan lebar otolith pada ikan jantan yaitu y = 0.0049x + 1.2008 dengan
nilai koefisien determinasi (R²) = 0.3336 dan nilai korelasi (r) = 0.57. Pada ikan betina
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026

memperoleh persamaan regresi yaitu y = 0.007x + 0.776 dengan nilai koefisien


determinasi (R²) = 0.2949 dan nilai koefiesn korelasi (r) = 0.54.
Pada ikan jantan hubungan antara panjang total dengan panjang dan lebar otolith
berdasarkan nilai dari koefisien relasi yang berarti memiliki hubungan yang sedang.
Artinya setiap adanya pertambahan panjang total ikan diikuti dengan pertambahan
panjang dan lebar otolith. Hal ini karena pada saat ikan tumbuh adanya penambahan
kalsium karbonat ke dalam tubuh ikan yang mengendap membentuk otolith
(Situmorang, 2019). Sedangkan pada ikan betina, hubungan antara panjang total
dengan panjang dan lebar otolith memiliki hubungan yang lemah. Artinya setiap
pertambahan panjang total dan panjang otolith tidak seiring dengan pertambahan lebar
otolith. Berdasarkan nilai koefisien determinasi pada ikan jantan dimana 34% kenaikan
panjang otolith dipengaruhi oleh panjang total dan 66% oleh faktor lain, pada lebar
otolith dimana 33% kenaikan lebar otolith dipengaruhi oleh panjang total dan 67%
dipengaruhi oleh faktor lain. Sedangkan pada ikan betina dimana 15% kenaikan panjang
otolith dipengaruhi oleh panjang total dan 85% oleh faktor lain dan pada lebar otolith
dimana 29% kenaikan lebar otolith dipengaruhi oleh panjang total dan 71% oleh faktor
lain. Apabila dilihat dari faktor kualitas air, kondisi kualitas air di danau oxbow Pinang
Luar masih baik dan mendukung pertumbuhan ikan juaro. Faktor lain tersebut diduga
akibat adanya pertumbuhan yang terhambat karena proses reproduksi, terserang
penyakit, ataupun ketersediaan makanan sehingga pertumbuhan panjang dan lebar
otolith tidak optimal.
Menurut Nugroho et al., (2009), koefisien b pada persamaan regresi linier
menyatakan perubahan rata-rata variabel y untuk setiap perubahan variabel x sebesar
satu unit. Sehingga pada ikan jantan koefisien b pada hubungan panjang total dengan
panjang-lebar otolith yaitu b = 0.0075 dan b = 0.0049 yang artinya setiap 1 mm
pertambahan panjang total maka pertambahan panjang otolith sebesar 0,0075 mm
sedangkan setiap pertambahan panjang total 1 mm maka pertambahan lebar otolith
sebesar 0,0049 mm. Pada persamaan hubungan panjang total dengan panjang-lebar
otolith pada ikan betina nilai koefien b yaitu b = 0,0042 dan b = 0,007 yang artinya
setiap 1 mm pertambahan panjang total maka pertambahan panjang otolith sebesar
0,0042 mm sedangkan setiap pertambahan panjang total 1 mm maka pertambahan lebar
otolith sebesar 0,007 mm.
Berdasarkan Gambar 5(c) diperoleh persamaan regresi pada ikan jantan yaitu y=
0.0003x0.7184 dengan nilai b = 0,7184. Nilai koefisen korelasi (r)= 0,2 dan koefisien
detetminasi (R²) = 0.0406. Sedangkan pada ikan betina diperoleh persamaan regresi 1E-
06x1.6494 dengan koefisien korelasi (r) = 0,74 dan koefisien determinasi (R² = 0.5591).
Nilai koefisen korelasi ikan jantan dan betina pada ikan juaro hubungannya sedang-
kuat.
Pada awalnya panjang total yang sama antara otolith jantan lebih berat dari
otolith betina. Tetapi pada panjang total 280 mm berat otolith pada betina lebih tinggi
dari pada jantan. Hal ini terjadi karena pada ukuran 286 mm ikan betina mulai
mengalokasikan energi untuk pembentukan atau pematangan gonad sehingga
pertumbuhan ikan betina lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan ikan jantan.
Hal ini sesuai dengan Prakoso dalam Fadhila (2020), pada proses reproduksi semua
proses metabolisme dalam tubuh ikan terkonsentrasi pada perkembangaan gonad.
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026

Pada penelitian ini lingkaran pertumbuhan pada otolith ikan juaro ada dua jenis
yaitu lingkaran pertumbuhan gelap/tebal dan lingkaran terang/tipis. Lingkaran
pertumbuhan gelap menunjukkan bahwa ikan semasa hidupnya pernah mengalami
gangguan pertumbuhan. Faktor-faktor yang menyebabkan laju pertumbuhan terhambat
antara lain adalah bila kondisi perairan tidak baik, ketersediaan makanan kurang
memadai, reproduksi dan serangan bibit penyakit, sedangkan lingkaran pertumbuhan
terang menunjukkan bahwa ikan semasa hidupnya mengalami pertumbuhan yang
normal. (Chahyadi dan Windarti, 2011). Adapun jumlah lingkaran gelap pada otolith
ikan juaro dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Lingkaran Gelap pada Otolith Ikan Motan
Jumlah Ikan
Jenis Kelamin Tidak Ada LG 1 LG 2 LG 3 LG
Jantan 8 19 11 3
Betina 1 3 4 1
Total 9 22 15 4
Keterangan: LG= Lingkaran Gelap
Tabel 2 menunjukkan bahwa antara ikan juaro jantan dan betina yang tertangkap
di oxbow Pinang Luar memiliki jumlah lingkaran gelap bervariasi. Otolith yang tidak
memiliki lingkaran gelap lebih banyak pada ikan jantan dari pada ikan betina. Hal ini
dikarenakan pada ikan betina energi untuk tumbuh dialokasikan untuk reproduksi yang
membuat pertumbuhan tubuh ikan menjadi lebih lambat. Menurut Prakoso dalam
Fadhillah 2020, pada proses reproduksi semua metabolisme dalam tubuh ikan
terkonsentrasi pada perkembangan gonad. Jumlah lingkaran gelap pada setiap ukuran
ikan juaro dapat dilihat pada Gambar 6.

5
Jumlah LG (Lingkaran)

3 JLG JANTAN
JLG BETINA
2

0
0 50 100 150 200 250 300 350
Panjang total (mm)

Gambar 6. Jumlah Lingkar Gelap Ikan Juaro Jantan dan Betina


Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa lingkaran gelap muncul tidak di pengaruhi
oleh ukuran ikan atau semakin kecil ukuran semakin sedikit jumlah lingkar helap yang
terdapat pada ikan juaro. Ini menunjukkan bahwa ikan mengalami hambatan hidup
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026

secara individual atau tidak bersamaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi


terhambatnya laju pertumbuhan ikan sehingga membentuk lingkar gelap pada otolith
yaitu kondisi lingkungan yang tidak baik, ketersediaan makanan, reproduksi dan
serangan penyakit. Menurut Effendie (2002), banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan diantaranya ialah jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, suhu,
oksigen terlarut, faktor kualitas air, umur dan ukuran ikan serta kematangan gonad.
Adanya lingkaran gelap pada otolith ikan juaro menunjukkan bahwa ikan yang
hidup di perairan ini pernah mengalami gangguan lebih dari satu kali, hal ini
ditunjukkan dengan adanya 2 dan 3 lingkaran gelap pada otolithnya. Nurullah et al.,
(2013) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah lingkaran gelap yang dijumpai
menandakan bahwa ikan semasa hidupnya mengalami stres berat, sehingga berdampak
negatif terhadap pertumbuhannya. Akan tetapi, jumlah lingkaran gelap yang sedikit di
otolith menunjukkan bahwa ikan masih mampu hidup dengan baik dikarenakan
lingkungan perairan masih mendukung kehidupan ikan tersebut.

1
0,9
Jarak inti ke LG 1 (mm)

0,8
0,7
0,6
Jarak inti ke LG 1 J
0,5
0,4 Jarak inti ke LG 1 B
0,3
0,2
0,1
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Panjang total (mm)

Gambar 7. Grafik Jarak inti ke Lingkar Gelap 1


Pada Gambar 7 di atas dapat dilihat bahwa terbentuknya lingkaran gelap pada
otolith ikan tidak memiliki pola khusus atau bersifat individual. Lingkaran gelap yang
pertama yang terbentuk juga menunjukkan jarak yang bervariasi dari inti otolith, ada
ikan yang memiliki lingkaran gelap yang dekat dengan inti dan ada yang jauh dari inti
serta masih ditemukan ikan yang tidak memiliki lingkaran gelap. Pada ikan yang
memiliki lingkaran gelap pada otolith dekat dengan inti, diperkirakan pada waktu kecil
ikan tersebut rentan mengalami tekanan sehingga pertumbuhannya terganggu. Hal ini
sesuai dengan pendapat Rovara et al., dalam Chahyadi dan Windarti (2011) menyatakan
bahwa zona inti otolith berhubungan dengan waktu embrionik ikan.
Jika dilihat dari variasi jarak inti otolith ke lingkaran gelap pertama (Gambar 7)
maka munculnya lingkaran gelap pada otolith ikan juaro tidak dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian tertentu seperti perubahan musim dan migrasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Asmidar (2011) menyatakan bahwa pembentukan lingkaran gelap yang tidak
teratur atau tidak ada keseragaman dalam waktu, umur maupun tahapan kehidupan ikan
hanya bersifat individu. Lingkarap gelap yang terbentuk hanya berdampak negatif bagi
masing-masing individu ikan seperti ikan sakit, parasit, stress dan kekurangan makanan.
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026

Terbentuknya lingkaran pertumbuhan gelap pertama di dekat inti


menggambarkan bahwa pada masa awal perkembangan ikan tersebut mengalami
tekanan dan gangguan dalam hidupnya. Sedangkan terbentuknya lingkaran
pertumbuhan gelap pertama yang jauh dari inti menggambarkan bahwa pada masa awal
perkembangannya ikan tumbuh dengan cepat, tetapi pada suatu waktu ikan mengalami
tekanan yang menyebabkan pertumbuhannya terganggu, maka terbentuklah lingkaran
gelap pertama yang jauh dari inti. Menurut Mamangkey (2002), apabila garis gelap dan
garis terang berada pada jarak dekat dan tidak tetap menunjukkan keadaan lingkungan
yang kurang baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gelap pada otolith
ikan yaitu kondisi lingkungan, ketersediaan makanan, keberadaan predator, dan kondisi
individual ikan itu sendiri.
Kualitas Air

Adapun kualitas air yang diukur digolongkan ke dalam dua parameter yaitu:
parameter fisika yang terdiri dari suhu, kecerahan dan kedalaman. Parameter kimia
yaitu pH, oksigen terlarut dan karbondioksida bebas. Hasil pengukuran kualitas air dari
oxbow Pinang Luar dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Kualitas Air di Oxbow Pinang Luar
Parameter Satuan Nilai Baku Mutu
Fisika
o
Suhu C 27 -
Kecerahan cm 60 -
Kimia
pH 6 6-9*
DO mg/L 5,2 4*
CO2 Bebas mg/L 6 50*
Sumber: *Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air yang dilakukan di Danau Oxbow


Pinang Luar masih tergolong aman untuk mendukung keberlangsungan hidup bagi ikan
juaro dan organisme akuatik di perairan tersebut dan keberadaan perkebunan kelapa
sawit di sekitarnya tidak menyebabkan kualitas air menurun

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan jumlah lingkaran gelap yang terdapat pada otolith ikan juaro yaitu
1-3 lingkaran gelap dapat disimpulkan kehidupan ikan juaro di oxbow Pinang Luar
pernah mengalami hambatan/gangguan selama hidupnya tetapi tidak sering. Adanya
variasi jarak antar lingkaran gelap dari inti ke lingkaran gelap pertama menunjukkan
bahwa pembentukan lingkaran gelap pada otolith tidak dipengaruhi oleh kejadian-
kejadian yang bersifat periodik. Pembentukan lingkaran gelap pada otolith lebih bersifat
individual dan tidak serentak seperti serangan penyakit atau parasit. Hal ini
membuktikan bahwa adanya aktifitas perkebunan kelapa sawit di sekitar danau Pinang
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026

Luar tidak mengakibatkan penurunan kualitas air dan tidak menganggu pertumbuhan
ikan juaro.

Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang otolith ikan juaro dengan waktu
pengambilan sampel yang lebih lama dan pada musim yang berbeda di oxbow Pinang
luar juga perlu dilakukan perbandingan lokasi di oxbow Pinang Luar dengan oxbow
lainnya agar mendapat informasi lengkap tentang pertumbuhan ikan juaro.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberi
semangat dan dukungan financial serta kepada kedua pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan terhadap penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Asmidar. 2011. Lingkaran Pertumbuhan pada Otolith Ikan Gabus (Channa striata) dari
Rawa Banjiran Sungai Tenayan Pekanbaru. Skripsi Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. (Tidak Diterbitkan).

Chahyadi, Annie dan Windarti. 2011. Studi Pola Lingkaran Pertumbuhan Otolith pada
Ikan Katung (Pristolepis grooti) yang Ditangkap di Hilir Sungai Siak
Provinsi Riau Pekanbaru. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 21 (1): 34-46

Effendie, M. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nustama, Yogyakarta. Xii +


162 Hal.

Fadilah, Annisa. 2020. Pola Lingkaran Pertumbuhan pada Otolith Ikan Katung
(Pristolepis grootii) yang Tertangkap di Danau Lubuk Siam dan Sungai
Kampar Kanan Desa Lubuk Siam Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Skripsi.
Universitas Riau. Pekanbaru. (Tidak Diterbitkan).

Fithra, R. Y., dan Siregar, Y. I. (2010). Keanekaragaman Ikan Kungai Kampar


Inventarisasi dari Sungai Kampar Kanan. Of Environmental Selence, 2(4),
139–147.

Hutauruk, S. T. 2017. Pola Lingkaran Pertumbuhan Pada Otolith Ikan Kapiek (Puntius
schwanefeldii) Dari Sungai Kampar dan Waduk Koto Panjang Provinsi Riau
Skripsi. Universitas Riau. Pekanbaru. (Tidak diterbitkan).

Kottelat, M., J. A. Whitten, S. N. Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo.1993. Freshwater


Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions. Jakarta. 239
hal.

Mamangkey, J.J. 2002. Hubungan Perkembangan Otolith dengan Pertumbuhan Ikan


Terbang (Cypselurus poeciloptefns) di Perairan Teluk Manado Relationship
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.2, Oktober 2021
ISSN:2722-6026

Between Otholith and Growth of FlyingFish, Cypselurus poeciloptefns in


Manado Bayl. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. 5(1): 1-10

Muchlisin, Z. A., M. Musman dan N. Azizah. 2010. Leight-Weight Relationships and


Condition Factors of Two Threatened Fishes, Rasbora tawarensis and
Poropuntus tawarensis, Endemic to Lake Laut Tawar, Aceh Province,
Indonesia. Journal of Applied Ichtyology. 26: 949-953.

Nurullah, Windarti dan R.M. Putra. 2013. Pola lingkaran pertumbuhan pada Otolith
Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) yang tertangkap dari Sungai Siak dan
Sungai Kampar Provinsi Riau. Faculty of Fisheries and Marine Science,
University of Riau. 13 Hal.

Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi I dan II. Bina Cipta. Bogor. 508
Hal.

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Edisi IV. Tarsito. Bandung. 508 Hal.

Windarti, dan A. H. Simarmata. 2017. Buku Ajar Histologi. UR Press, Pekanbaru. 105
Hal.

Yudha, I. G. (2011). Keanekaragaman Jenis dan Karakteristik Ikan-Ikan di Perairan


Way Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang. Seminar Hasil Penelitian
Dan Penelitian Kepada Masyarakat UNILA, 1–11.

Yunita, L. H., Windarti., Fauzi, M. 2020. Analisis Morfometrik dan Pola Pertumbuhan
Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) di Perairan Sungai Kampar dan Sungai Siak
Provinsi Riau. Jurnal Ruaya. 8(2):77-85.

You might also like