You are on page 1of 9

MAKALAH

INTRINSIC AND EKSTRINSIK ELEMENTS OF NOVEL

Pendidikan Bahasa Inggris Sore-B

Ermawati Zulikhatin.N, M.Pd

Jainul Anuwar 128820300001

Syidiah Achsan N.R 128820300042

Intan Suryani Novitasari 128820300027

Fifi Asrofil 128820300032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SIDOARJO
2013
Foreword

Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillahhirobbil'alamin gratitude we pray that the presence of Allah SWT has
given grace and guidance to us all, so that we can finish this paper “Novel Analysis” of
Introduction to Literature.
Furthermore we would like to thank the lecturer for the course of Introduction to
Literature who always provides direction and guidance to facilitate the preparation of this
paper. And to friends who have given us the spirit and encouragement so that this paper can
be resolved.
Hopefully this paper can be useful to readers in general and we beg criticism and
suggestions for better progress.
Wassamu'alaikum Wr. Wb.

Sidoarjo, 25th of November, 2013

Writer
CHAPTER I
DISCUSSION
NOVEL ANALYSIS

The Title of Novel : Memang jodoh

The Author : Marah Rusli

The Distributor : Qanita PT. Mizan Pustaka

Pages : 535 pages

A. Synopsis :
“Memang jodoh” is the novel tells about semiautobograph from Marah Roesli. It tells
about marriage between two different culture and custom. Marah hamli as a
nobleman generation of Padang kingdom is forbidden to married with a girl who
from the outside of Padang kingdom. All about Marah hamli future is in his uncle and
his mother even his mate. Marah hamli has different opinion about his future.
Especially about his mate. When he studied in Bogor he decided to marry with a girl
who has nobly bloods from Pasundan kingdoms. Their life always get trouble from
both family. They can resolve all their problem with their believing about truly
marriage partner. They can defend their marriage until 50 years.

Selepas lulus sekolah dari sekolah rakyat di Bukit Tinggi, Hamli akan melanjutkan
studi di belanda. Ayahandanya , Sutan Bendahara dan mamaknya, Baginda Raja
mengusahakan Hamli berangkat ke belanda. Ibu Hmali, Siti Anjani melarang anaknya
ke belanda. Pikiranya Hamli akan terpikat dengan gadis belanda mendorongnya
untuk tidak mengijinkan anak laki-laki semata wayangnya merantau ke benua eropa.
Daripada jauh-jauh ke Belanda, Hamli diusulkan untuk menuntut ilmu ke pulau jawa
saja yang lebih dekat.
Hamli mempunyai darah bangsawan Padang. Dari pihak ayahnya yang masih family
dari istana pagaruyung dan pihak ibunya yang mempunyai darah bangsawan jawa.
Dengan status social dan pendidikannya, Hamli adalah calon menantu idaman yang
diperebutkan ibu-ibu padang. Pernikahan menurut adat kaumnya merupakan urusan
orang tua dan ninik mamamknya. Anak hanya menuruti keinginan orang tua dalam
hal jodoh. Selain itu, Hamli sudah ditunangkan dengan anak mamaknya.
Hamli mempelajari ilmu pertanian di kota Bogor. Ia berangkat ditemani neneknya
Khatidjah yang sejak kecil menemaninya kemana-mana. Hamli mempunyai penyakit
‘pilu’ yang membuatnya kadang teramat sangat sedih dan tidak sadar akan keadaan
sekitar. Neneknya khawatir jangan sampai cucu kesayanganya menjadi gila atau lebih
parah bunuh diri. Obatnya ada pada Din Wati, seorang wanita sunda yang menawan
hati hamli. Keduanya saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah.
Pertentangan hubungan keduanya pertama berasal dari keluarga Din Wati. Din Wati
berasal dari bangsawan sunda. Pengalaman keluarganya yang pernah menikah
dengan orang dari pulau sebrang membuat mereka tidak mau mengulangi hal yang
sama. Pernikahan dilangsungkan secara sederhana. Keluarga Hamli di padang tidak
diberi tahu untuk menghindari kegaduhan.
Sayangnya berita Hmali menikah dengan gadis sunda di bogor sampai juga ketelinga
ibundanya dan membuat heboh ninik mamaknya. Hamli telah dianggap mecoreng
arang dimuka ninik mamaknya. Apa tidak dianggap lagi ibu dan ninik mamaknya?
Ibunda Hamli menghadapi serangan dari keluarganya sendirian. Adiknya baginda Raja
malah memutus tali keluarganya karena Hamli kemenakan yang ia sekolahkan
menikah dengan orang lain bukan anaknya.
“laki-laki padang tak diijinkan kawin dengan perempuan yang bukan masuk
suku padang. Dipandang sangat hina apabila seorang laki-laki, lebih-lebih
perempuan kawin dengan orang yang berasal dari daerah lain.” (hal 155)

Berasal dari daerah dan budaya yang berbeda membuat rumah tangga Hamli dan Din
Wati pun sering diguncang prahara. Hasutan dan fitnah datang dari pihak kedua belah
keluarga yang tidak senang yang masing-masing mereka mempunyai kepentingan terhadap
Hamli dan Din Wati. Seorang datuk sati diupah untuk mencelakai Din Wati lewat gasing
tangkurak. Belum lagi pinangan agar Hamli mau mengambil istri kedua dari gadis padang
yang selalu datang.. hamli bersikukuh tidak mau memadu Din Wati. Begitupun Din Wati tidak
mau dimadu oleh suaminya. Lamaran ke ayahanda Hamli ditolak, lalu pinangannya dialihkan
ke ibundanya ditolak juga. Hingga bujuk rayu kepada Din Wati agar mau merelakan
suaminya menikah kembali. Hingga puncaknya hamli dibuang secara adat oleh kaumnya.
Dibuang secara adat berarti tidak diakui secara tali kekeluargaan, hilang hak atas harta
warisan, dan tidak boleh menginjakkan kaki di kampung halaman.
B. Intrinsic Elements :
a) Theme : Love and Lore
b) Character :
1. Protagonist : Marah Hamli, Din wati, Khatidjah, Siti Anjani, Sutan
Bendahara, ratu Maimunah, Radin Jaya Kesuma, Radin Haji Mustafa, Mpok
Nur, Kalsum, Munigar
2. Antagonist : Sutan Baginda Raja, Suriadilaga, sutan Alim, Anggawinata,
Dian, Datuk Sati, Burhan.

The specifics:
1. Marah Hamli : Kind, dependable, patient, care, optimist
2. Din Wati : Kind, care, responsible, hard worker, smart.
3. khatidjah : Kind, patient, sincere, care.
4. Ratu Maimunah : Kind, patient.
5. Jaya Kesuma : kind, wise.
6. Siti anjani : Care, kind, patient.
7. Sutan Bendahara : kind
8. Haji Mustafa : kind.
9. Mpok Nur : Kind, imitative behavior.
10. Kalsum : kind.
11. Sutan Baginda Raja : Cruel, rough, stubborn.
12. Suryadilaga : arrogant .
13. Sutan Alim : stubborn, mudslinger, devil, bounding with his custom
14. Anggawinata : stubborn, cruel, rough.
15. Burhan : mudslinger
16. Dian : kind, bounding with his custom rule, mudslinger.
17. Datuk Sati : doubt.
18. Naidi ,naida, haidi, haida
19. Munigar : kind, stubborn, reluctant.
a. Types of Character :
 Round character : Marah Hamli, Din Wati, Siti Anjani, Dian, Burhan,
Anggawinata, Suryadilaga, Sutan Baginda Raja, sutan alim, munigar
 Flat character : Radin Jaya Kesuma, Ratu Maimunah, khatidjah, mpok
nur, kalsum, datuk sati.
c) Setting
1. Place :
a. Sekolah raja (bukit tinggi)
b. padang
c. payah kumbuh
d. agriculture school of bogor
e. kebun raya bogor
f. station
g. mpok nur’s home
h. din wati’s home
i. bandung
j. blitar
k. Sumbawa besar
l. Bima
m. Jakarta
n. semarang

2. Time :
a. Morning
b. Noon
c. Night

3. Weather : dry season, rainy season


4. Day : Everyday (Sunday-Saturday).
d) Plot
1. Beginning :
Marah Hamli graduate from sekolah raja Bukit Tinggi. His uncle and father
want to send him to study in netherland but his mother forbid Hamli to go to
netherland. She committed a suicide if Hamli go to netherland. And she sent
hamli to study in bogor.
2. Rising : when Hamli studied in bogor, he met Din Wati. He fall in love
with her. And Hamli illness has gone since he gathers with Din Wati.

3. Climax : Hamli marry with Din wati simply without inform his family in
padang to avoid uproar. But this information still heard by his mother and
fellow padang society. Both family try to desperate Hamli family

4. Falling :
Both family believe that Hamly and Din Wati’s marriage is the truly god
willing. And they give up to desperate them because of Hamli principle and
defend to his marriage.
5. Resolution :
Hamli and Din Wati have three children and their name are naidi, naida and
haidi. They struggle with Indonesian hero to defend NKRI from Zionist
netherland and japan. In the end hamli enjoying his old live with him children
and grandchildren until he celebrate his 50th marriage anniversary.
e) Point of view :
The author uses the third person. The story is told by a character who uses the
first person “he”.

f) Language style :
Old bahasa. That contain politeness word in using.
C. Extrinsic Elements
a) Background
Agriculture university student
b) Biography of the author
Marah Roesli or often spells Marah rusli (born in Padang, West Sumatra, 7th of
august 1889 – died in Bandung, West Java, 17th of January 1968 when he was 78
years old) is the indonesian man of letters from Balai Pustaka. He well-known
because of his novel Siti Nurbaya that publics at 1920 and to be a legend story of
padang . it tells about a girl is forced by her parents to married with old man that
she did not love at all.
c) Moral Value
Marriage partner is fully god willing. Even though we are as human being want to
desperate truly partner of life, it will none.
d) Advice (Amanat)
Not all culture or custom is good to do. We can take the positive one and leave
the negative one.
CHAPTER II

CLOSING

Summary:

Every novel has intrinsic elements and extrinsic elements. The characteristic of the
novel for example is has more than 200 pages, “Memang Jodoh” is classic novel.

You might also like