You are on page 1of 16

Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau

Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 | ISSN Cetak : 2580 - 8435

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
SISWA KELAS V SDN 032 KUALU KECAMATAN TAMBANG

Hasan Basri
hasanbasrihasan890@gmail.com
SDN 032 Kualu Kecamatan Tambang

ABSTRACT
The problem in this research is found in Indonesian subjects that of the 30 students with KKM
75, which has already reached KKM as many as 15 people (41.7%), while that has not
reached the KKM as many as 21 students (58.3%). The situation was caused by the teacher in
explaining the lesson Indonesian still using a model of lectures and familiarize students to
memorize, so that students can develop their ideas. The problems of this study as follows: Is
the learning model application role playing can improve learning outcomes Indonesian fifth
grade students of SDN 032 Kualu Kecamatan Tambang? This study aims to improve learning
outcomes Indonesian grade students of SDN 032 Kualu Kecamatan Tambang through the
application of learning models role playing. This research was conducted one month from the
month of April 2015. The research was conducted 2 cycles, with each cycle consisting of two
meetings as well as twice daily tests. Classroom action research in order to succeed, the
researchers set the stage that action planning, action, observation and reflection. Based on
the research results, it could be concluded that the activity of teachers in learning
implementation role playing, in the first cycle average teacher activity amounted to 62.50% in
the category of less pretty, and the activities of teachers in the second cycle of 84.72% in both
categories once. Thus there is increased activity of teachers by 22.22% from the first cycle to
the second cycle. The average activity of students in the first cycle the percentage of student
activity in learning tends to increase. At the first meeting with the average student activity
that is 61.25% with the category enough. At the second meeting increased by an average of
student activity that is 81.25% with the category enough. The average increase in the activity
of the students from the first cycle to the second cycle of 20.00%. The class classically
considered complete when a class has achieved a score of 85% of the amount due or to KKM
75 then the class is said to be completed (90.00%). From the above shows that the application
of learning models can improve outcomes role playing learning Indonesian grade students of
SDN 032 Kualu Kecamatan Tambang, it can be concluded that the hypothesis is accepted as
true action.

Keywords: learning role playing, student learning outcomes

PENDAHULUAN diajarkannya dan memahami berbagai


Undang-undang Sistem Pendidikan model pembelajaran yang dapat
Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan merangsang keemampuan siswa untuk
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi belajar dengan perencanaan pengajaran
peserta didik dengan pendidik dan sumber yang matang oleh guru (Amri dan Ahmadi,
belajar pada suatu lingkungan belajar. 2010).
Dalam pembelajaran, guru harus Bahasa Indonesia digunakan dalam
memahami hakikat materi pelajaran yang interaksi belajar mengajar. Dalam dunia

Hasan Basri | Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Halaman | 38
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 | ISSN Cetak : 2580 - 8435

pendidikan bahasa Indonesia adalah Dalam istilah bahasa Indonesia


bahasa resmi yang harus dipergunakan. dikenal bahasa yang baik dan bahasa yang
Hal ini mengandung makna yang sangat benar. Bahasa yang baik merupakan
dalam bahwa bahasa Indonesia tidak bisa bahasa yang dipergunakan sesuai
tergantikan oleh bahasa apa pun selama dengan situasi dan kondisi. Artinya,
penyelenggaraan pendidikan masih dengan siapa seseorang berbicara, di
dilakukan di bumi Indonesia. Selain itu, mana, kapan, dan lain-lain menjadi dasar
taraf sekolah yang dinyatakan sebagai pijakan bahasa yang baik. Berbeda
bertaraf internasional tidak bisa serta merta dengan bahasa yang balk, bahasa yang
mengesampingkan fungsi dan kedudukan benar digunakan oleh masyarakat
bahasa Indonesia (Pamungkas, 2012). Indonesia dengan didasarkan pada patokan
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai ejaan yang disempurnakan. Hal ini
bahasa pengembang kebudayaan, ilmu mengandung pengertian bahwa bahasa
pengetahuan, dan teknologi. Hal ini yang benar adalah bahasa yang bersifat
mengandung pengertian bahwa dalam perskriptif, artinya segala sesuatu
menjaring kebutuhan pengembangan didasarkan pada benar atau salahnya
kebudayaan, pengetahuan dan teknologi penggunaan bahasa.
yang dapat menjangkau seluruh tanah air Pada pembelajaran Bahasa
Indonesia tentu diperlukan bahasa yang Indonesia di tingkat sekolah dasar sangat
dipahami seluruh bangsa Indonesia. mengandalkan penggunakan metode-
Pengembangan kebudayaan, ilmu metode yang aplikatif dan menarik.
pengetahuan, dan teknologi akan sangat Pembelajaran yang menarik akan memikat
lambat apabila disampaikan dengan anak-anak untuk terus dan betah untuk
bahasa daerah. Oleh karena itu, penerapan mempelajari Bahasa Indonesia sebagai
bahasa Indonesia dalam ketiga hal bahasa ke-2 setelah bahasa ibu. Apabila
tersebut sangat penting dalam rangka siswa sudah tertarik dengan pembelajaran
mempercepat kebutuhan rakyat Indonesia maka akan dengan mudah meningatkan
dalam bidang budaya, ilmu prestasi siswa dalam bidang bahasa. Di
pengetahuan, dan teknologi. sebagian siswa, pembelajaran Bahasa
Bloomfield dalam Pamungkas Indonesia sangat mebosankan karena
(2012) mengatakan bahwa bahasa mereka sudah merasa bisa dan
memegang peranan penting dalam penyampaian materi yang kurang menarik
kehidupan manusia. Kelaziman kita sehingga secara tidak langsung siswa
menggunakan bahasa, sehingga kita sangat menjadi lemah dalam penangkapan materi
jarang memperhatikannya, dan lebih tersebut. Penulis sebagai guru bahasa
pada suatu anggapan bahwa berbahasa Indonesia sangat mersakan problem
adalah sesuatu yang normal atau biasa, pembelajaran yang terjadi selama ini.
seperti dicontohkan oleh Bloomfield Materi cerita pendek, terutama
tatkala kita bernapas dan berjalan. Lebih pemahaman tentang tema yang terkadang
penting dari hal tersebut, ia mengatakan dalam cerita pendek terkadang banyak
bahwa bahasa telah mampu membedakan menimbulkan penafsiran yang berbeda.
manusia dengan binatang bahkan bahasa Demikian halnya pemahaman terhadap
manusia mengandung sesuatu yang karakter tokoh yang ada dalam cerita
sangat dahsyat karena mampu pendek sering kali membuat salah
memberikan pengaruh luar biasa. melakukan pemahamam. Untuk itu
Demikian juga dengan bahasa Indonesia, perlunya suatu metode yang mampu
yang tentu saja mengandung kedahsyatan memberikan gambaran nyata sekaligus
bagi masyarakat pemakainya. siswa melakukan sehingga dengan mudah
memahaminya. Salah satu alternatifnya

Hasan Basri | Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Halaman | 39
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 | ISSN Cetak : 2580 - 8435

adalah dengan menerapkan metode role peserta didik untuk bekerja sama dalam
play. menganalisis situasi social, terutama
Berdasarkan pengamatan lapangan masalah yang menyangkut hubungan antar
diperoleh fenomena pelajaran Bahasa pribadi peserta didik. Pemecahan masalah
Indonesia siswa kelas V banyak yang belum dilakukan secara demokratis. Dengan
mencapai ketuntasan KKM 75. Berdasarkan demikian melalui model ini peserta didik
data di atas diketahui dari 30 siswa dengan juga dilatih untuk menjunjung tinggi nilai-
KKM 75, yang sudah mencapai KKM nilai demokratis.
sebanyak 15 orang (41,7%), sedangkan Berdasarkan data di atas peneliti
yang belum mencapai KKM sebanyak 21 berkeinginan meningkatkan hasil belajar
orang siswa (58,3%). Hal ini disebabkan dan meneliti dengan judul penerapan model
oleh karena: (a) Anak kurang dilibatkan pembelajaran role playing untuk
dalam penyampaian materi proses belajar; meningkatkan hasil belajar Bahasa
(b) Dalam pembelajaran guru lebih aktif Indonesia siswa kelas V SD Negeri 032
dari pada siswa; (c) Kegiatan pembelajaran Kualu Kecamatan Tambang.
lebih banyak terpusat pada guru. Rumusan masalah dalam penelitian
Hal ini dapat dilihat dari gejala- ini sebagai berikut: Apakah penerapan
gejala di bawah ini: (a.) Siswa tidak aktif model pembelajaran role playing dapat
dalam belajar; (b) Siswa banyak yang meningkatkan hasil belajar Bahasa
bermain; (c) Siswa tidak terlatih berpikir Indonesia siswa kelas V SD Negeri 032
kritis; (d) Siswa tidak dapat berpikir dengan Kualu Kecamatan Tambang? Penelitian ini
keterampilan sosial; dan (e) Siswa tidak bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
dapat mengenal, memilih dan memecahkan Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri
masalah bersama. 032 Kualu Kecamatan Tambang dengan
Masih banyak yang belum tuntas hal mengunakan model pembelajaran role
ini disebabkan guru lebih banyak playing. Hasil penelitian ini diharapkan
menggunakan metode ceramah, hal ini dapat bermanfaat sebagai : (1) Bagi siswa
menyebabkan siswa kurang memahami penelitian ini diharapkan dapat
materi, malas bertanya yang berakibat hasil meningkatkan hasil belajar siswa. (2) Bagi
belajar tidak mencapai KKM 75. Melalui guru dapat memberi solusi untuk mengatasi
role playing, para peserta didik mencoba kesulitan dalam pembelajaran keterampilan
mengeksplorasi hubungan antar manusia menyimak dan meningkatkan keterampilan
dengan cara memperagakannya dan guru dalam mengajarkan keterampilan
mendiskusikannya sehingga secara menyimak pada siswa. (3) Temuan
bersama-sama para peserta didik dapat penelitian ini dapat dijadikan salah satu
mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, daan pedoman untuk mengambil kebijakan
berbagai strategi pemecahan masalah. dalam mengembangkan kegiatan
Sebagai suatu model pembelajaran, role pembelajaran dalam materi pokok koperasi
playing berakar pada dimensi pribadi dan dan (4) Bagi peneliti, hasil penelitian ini
sosial. Dari dimensi pribadi model ini diharapkan dapat menjadi alternatif untuk
berusaha membantu peserta didik menerapkan metode pembelajaran yang
menemukan makna dari lingkungan social menarik dan sebagai motivasi oleh penulis
yang bermanfaat bagi dirinya. Juga melalui untuk melakukan penelitian dan
model ini para peserta didik diajak untuk tindakan pada masa yang akan datang.
belajar memecahkan masalah pribadi yang Agar tidak terjadi kesalahpahaman
sedang dihadapinya dengan bantuan terhadap konsep penelitian ini, maka
kelompok social yang beranggotakan penulis mengemukakan beberapa definisi
teman-teman sekelas. Dari dimensi sosial, operasional sebagai berikut:(1) Role playing
model ini memberikan kesempatan kepada adalah usaha untuk memecahkan masalah

Hasan Basri | Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Halaman | 40
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 | ISSN Cetak : 2580 - 8435

melalui peragaan, serta langkah-langkah percaya bahwa sekelompok peserta didik


identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dimungkinkan untuk menciptakan analogy
dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, mengenai situasi kehidupan nyata.
sejumlah peserta didik bertindak sebagai Terhadap analogy yang diwujudkan dalam
pemeran dan yang lainnya sebagai role playing, para peserta didik dapat
pengamat. Seorang pemeran harus mampu menampilkan respons emosional sambil
menghayati peran yang dimainkannya. belajar dari respons orang lain. b) Kedua,
Melalui peran, peserta didik berinteraksi role playing memungkinkan para peserta
dengan orang lain yang juga membawakan didik untuk mengungkapkan perasaannya
peran tertentu sesuai dengan tema yang yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin
dipilih dan (2)Hasil belajar adalah nilai atau pada orang lain. Mengungkapkan perasaan
skor yang diperoleh siswa dengan ulangan untuk mengurangi beban emosional
harian melalui penerapan model merupakan tujuan utama dari psikodrama
pembelajaran role playing pada aspek (jenis role playing yang lebih menekankan
kognitif. pada penyembuhan). Namun demikian,
terdapat perbedaan penekanan antara role
playing dalam konteks pembelajaran
KAJIAN TEORETIS dengan psikodrama. Role playing dalam
1. Pengertian Role playing konteks pembelajaran memandang bahwa
Role playing adalah suatu cara diskusi setelah pemeranan dan pemeranan
penguasaan bahan pelajaran melalui itu sendiri merupakan kegiatan utama dan
pengembangan imajinasi dan penghayatan integral dari pembelajaran; sedangkan
siswa. Pengembangan imajinasi dan dalam psikodrama, pemeranan dan
penghayatan dilakukan siswa dengan keterlibatan emosional pengamat itulah
memerankannya sebagai tokoh hidup atau yang paling utama. Perbedaan lainnya,
benda mati. Permainan ini pada umumnya dalam psikodrama bobot emosional lebih
dilakukan lebih dari satu orang. Hal itu ditonjolkan daripada bobot intelektual,
bergantung kepada apa yang diperankan sedangkan pada role playing peran
(Ahmadi, 2011). Bermain peran merupakan keduanya memegang peranan yang sangat
salah satu model pembelajaran yang penting dalam pembelajaran. c).Model role
diarahkan pada upaya pemecahan masalah playing berasumsi bahwa emosi dan ide-ide
yang berkaitan dengan hubungan antar dapat diangkat ke taraf sadar untuk
manusia, terutama yang menyangkut kemudian ditingkatkan melalui proses
kehidupann peserta didik. Pengalaman kelompok. Pemecahan tidak selalu datang
belajar yang diperoleh dari metode ini dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul
meliputi kemampuan kerjasama, dari reaksi pengamat terhadap masalah
komunikatif, dan menginterprestasikan yang sedang diperankan. Denagn demikian,
suatu kejadian (Amri dan Ahmadi, 2010). para peserta didik dapat belajar dari
Mulyasa (2004) mengemukakan pengalaman orang lain tentang cara
terdapat tiga asumsi yang mendasari memecahkan masalah yang pada gilirannya
pembelajaran role playing untuk dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan
mengembangkan perilaku dan nilai-nilai dirinya secara optimal. Dengan demikian,
sosial, yang kedudukannya sejajar dengan para peserta didik dapat belajar dari
model-model mengajar lainnya. Ketiga pengalaman orang lain tentang cara
asumsi tersebut sebagai berikut: a)Secara memecahkan masalah yang pada gilirannya
implicit role playing mendukung sustau dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan
situasi belajar berdasarkan pengalaman dirinya secara optimal. Oleh sebab itu,
dengan menitikberatkan isi pelajaran pada model mengajar ini berusaha mengurangi
situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini peran guru yang teralu mendominasi

Hasan Basri | Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Halaman | 41
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 | ISSN Cetak : 2580 - 8435

pembelajaran dalam pendekatan tradisional. termasuk mengantarkan peserta didik


Model role playing mendorong peserta terhadap masalah pembelajaran yang perlu
didik untuk turut aktif dalam pemecahan dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan
masalah sambil menyimak secara seksama mengidentifikasi masalah, menjelaskan
bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah, menafsirkan cerita dan
masalah yang sedang dihadapi. mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan
2. Kelebihan dan Kelemahan Model peran yang akan dimainkan. Masalah dapat
Pembelajaran Role playing diangkat dari kehidupan peserta didik, agar
Ahmadi (2011) mengatakan dapat merasakan masalah itu hadir
kelebihan bermain peran adalah melibatkan dihadapan mereka, dan memiliki hasrat
seluruh siswa dapat berpartisipasi untuk mengetahui bagaimana masalah yang
mempunyai kesempatan untuk memajukan hangat dan actual, langsung menyangkut
kemampuannya dalam bekerjasama, kehidupan peserta didik, menarik dan
dengan: a) Siswa bebas mengambil merangsang rasa ingin tahu peserta didik,
keputusan dan berekspresi secara utuh. b) serta memungkinkan berbagai alternative
Permainan merupakan penemuan yang pemecahan. Tahap ini lebih banyak
mudah dan dapat digunakan dalam situasi dimaksudkan untuk memotivasi peserta
dan waktu yang berbeda. c) Guru dapat didik agar tertarik pada masalah karena itu
mengevaluasi pemahaman tiap siswa tahap ini sangat penting dalam role playing
melalui pengamatan pada waktu melakukan dan paling menentukan keberhasilan. Role
permainan dan d) Permainan merupakan playing akan berhasil apabila peserta didik
pengalaman belajar yang menyenangkan menaruh minat dan memperhatikan masalah
bagi anak. Kelemahan role playing. a) yang diajukan guru.
Menimbulkan kegaduhan sehinnga kelas Pemeranan ulang, dilakukan
lain terganggu. b) Dibutuhkan keterampilan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi
guru dalam mengelola permainan dan c) mengenai alternative pemeranan. Mungkin
siswa kurang menghayati peran yang ada perubahan peran watak yang dituntut.
dilakoninya. Perubahan ini memungkinkan adanya
3. Langkah Pembelajaran Role playing perkembangan baru dalam upaya
Terdapat tiga hal yang menentukan pemecahan masalah. Setiap perubahan
kualitas dan keefektifan role playing peran akan mempengaruhi peran lainnya.
sebagai model pembelajaran, yakni (1) Diskusi dan evaluasi tahap dua, diskusi dan
kualitas pemeranan, (2) analisis dalam evaluasi pada tahap ini sama seperti pada
diskusi, (3) pandangan peserta didik tahap enam, hanya dimaksudkan untuk
terhadap peran yang ditampilkan menganalisis hasil pemeranan ulang, dan
dibandingkan dengan situasi kehidupan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin
nyata. Menurut Shaftel (1967) sudah lebih jelas. Para peserta didik
mengemukakan sembilan tahap role playing menyetujui cara tertentu untuk
yang dapat dijadikan pedoman dalam memecahkan masalah, meskipun
pembelajaran: (1) menghangatkan suasana dimungkinkan adanya peserta didik yang
dan memotivasi peserta didik, (2) memilih belum menyetujuinya. Kesepakatan bulat
partisipan/ peran, (3) menyusun tahap-tahap tidak perlu dicapai karena tidak ada cara
peran, (4) menyiapkan pengamat, (5) yang pasti dalam menghadapi masalah
pemeranan, (6) diskusi dan evaluasi, (7) kehidupan. Membagi pengalaman dan
pemeranan ulang, (8) diskusi dan evaluasi pengambilan kesimpulan, tahap ini tidak
tahap dua, (9) membagi pengalaman dan harus menghasilkan generalisasi secara
mengambil kesimpulan. Kesembilan tahap langsung karena tujuan utama role playing
tersebut dijelaskan sebagai berikut. ialah membantu para peserta didik untuk
Menghangatkan suasana kelompok memperoleh pengalaman berharga dalam

Hasan Basri | Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Halaman | 42
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 | ISSN Cetak : 2580 - 8435

hidupnya melalui kegiatan interaksional Penilaian Acuan Kriteria (PAK) (Syah,


dengan temannya. Mareka bercermin pada 2012).
orang lain untuk lebih memahami dirinya. Hasil belajar di bidang pendidikan
Hal ini mengandung implikasi bahwa yang adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa
paling penting dalam role playing ialah yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan
terjadinya saling tukar pengalaman. Proses psikomotorik setelah mengikuti proses
ini mewarnai seluruh kegiatan role playing, pembelajaran yang diukur dengan
yang ditegaskan lagi pada tahap akhir. Pada menggunakan instrumen tes atau instrumen
tahap ini para peserta didik saling yang relevan. Jadi, hasil belajar adalah hasil
mengemukakan pengalaman hidupnya pengukuran dari penilaian usaha belajar
dalam berhadapan dengan orang tua, guru, yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
teman dan sebagainya. Semua pengalaman huruf maupun kalimat yang menceritakan
peserta didik dapat diungkap atau muncul hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa
secara spontan. pada priode tertentu (Hamdani, 2011). Hasil
4. Pengertian Hasil Belajar belajar adalah kemampuan yang dimiliki
Belajar adalah suatu proses usaha siswa setelah ia menerima pengalaman
yang dilakukan oleh individu untuk belajarnya (Sudjana, 2009). Hal ini berarti
memperoleh perubahan tingkah laku baru bahwa proses pembelajaran akan
secara keseluruhan, sebagai hasil dari menghasilkan hasil belajar. Tinggi
pengalaman individu itu sendiri dalam rendahnya hasil belajar siswa akan
berinteraksi dengan lingkungannya ditentukan oleh berbagai komponen
(Mahmud, 2010). Pada prinsipnya terutama bagaimana aktivitas siswa sebagai
pengungkapan hasil belajar ideal meliputi subjek pembelajaran.
segenap ranah psikologis yang berubah Biasanya untuk mengukur hasil
sebagai akibat pengalaman dan proses belajar ini di sekolah-sekolah digunakan tes
belajar siswa. Namun demikian, baik tes uraian maupun tes obyektif yang
pengungkapan perubahan tingkah laku lazim disebut dengan Tes Hasil Belajar.
seluruh ranah itu khususnya ranah rasa Hasil belajar sebagai obyek penilaian pada
siswa, sangat sulit. Hal ini disebabkan hakikatnya menilai penguasaan siswa
perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat terhadap tujuan-tujuan instruksional.
intanible (tidak dapat diraba). Oleh karena Kebanyakan pelaksanaan evaluasi cendrung
itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini bersifat kuantitatif, lantaran penggunaan
adalah hanya mengambil cuplikan simbol angka atau skor untuk menentukan
perubahan tingkah laku yang dianggap kualitas keseluruhan kinerja akademik
penting dan diharapkan dapat siswa dianggap sangat terukur (Syah,
mencerminkan perubahan yang terjadi 2012). Sudijono (2009) menyatakan bahwa
sebagai hasil belajar siswa, baik yang untuk mengetahui seberapa jauh tingkat
berdimensi cipta dan rasa maupun pencapaian atau hasil belajar yang diraih
berdimensi karsa (Syah, 2012). Ada dua oleh siswa digunakan alat atau tes hasil
macam pendekatan yang amat populer belajar yang biasa dikenal dengan istilah tes
dalam mengevaluasi atau menilai tingkat pencapaian (achievement test). Menurut
keberhasilan atau hasil yakni: 1) Norm- Prayitno (2009) bahwa hasil belajar adalah
referencing atau Norm-Referenced sesuatu yang memperoleh hasil, dikuasai
Assessment (Penilaian Acuan Norma), dan atau merupakan hasil dari adanya proses
2) Criterion-Referencing atau Criterian- belajar. Secara umum hasil belajar
Referenced Assessmen (Penilaian Acuan dipandang sebagai perwujudan nilai-nilai
Kriteria). Di Indonesia pendekatan ini lazim yang diperoleh siswa melalui proses belajar
disebut Penilaian Acuan Norma (PAN) dan mengajar. Menurut Lutfi (2010), hasil
belajar merupakan tingkat keterampilan,

Hasan Basri | Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Halaman | 43
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 | ISSN Cetak : 2580 - 8435

sikap atau skor yang diperoleh siswa dari suatu aktivitas. Adapun belajar pada
tes yang digunakan peneliti (guru kelas) dan dasarnya adalah suatu proses yang
sebagainya. Sementara itu, Abdurrahman mengakibatkan perubahan dalam diri
(2009) mendefenisikan bahwa hasil adalah individu, yaitu perubahan tingkah laku.
kemampuan yang diperoleh anak setelah Dengan demikiran hasil belajar adalah hasil
melalui kegiatan belajar. yang diperoleh berupa kesan yang
Sudarsono (2009) mengatakan mengakibatkan perubahan dalam diri
bahwa hasil adalah yang telah dicapai individu sebagai hasil dari aktivitas dalam
dilakukan atau dikerjakan. Dan hasil orang belajar.
lain adalah seseorang yang ingin berbuat Hipotesis tindakan dalam penelitian
lebih baik dari pada yang telah diperbuat ini, jika diterapkan model pebelajaran role
orang lain. Kemudian ditambahkannya playing, maka dapat meningkatkan
bahwa hasil sendiri yang lalu adalah kemampuan wawancara siswa kelas V SDN
keinginan seseorang berbuat melebihi 032 Kualu Kecamatan Tambang.
hasilnya yang sebelumnya, ingin
menghasilkan lebih baik dari pada yang
telah dihasilkan semula. Selanjutnya, METODE PENELITIAN
menurut Tu’u (2009) bahwa hasil belajar Penelitian tindakan kelas ini
merupakan hasil yang dicapai seseorang dilaksanakan di SDN 032 Kualu Kecamatan
ketika mengerjakan tugas atau kegiatan Tambang, kelas yang menjadi penelitian
tertentu. Hasil akademik adalah hasil adalah kelas V. Penelitian ini dilaksanakan
belajar yang diperoleh dari kegiatan 1 bulan yaitu dari bulan April 2015.
pembelajaran di sekolah atau di perguruan Pelaksanaan penelitian dilakukan 2 siklus,
tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya di mana setiap siklus terdiri atas 2
ditentukan melalui pengukuran dan pertemuan. Yang menjadi subjek pada
penilaian. Sementara hasil belajar penelitian ini adalah siswa kelas V SDN
penguasaan pengetahuan atau keterampilan 032 Kualu Kecamatan Tambang, semester I
yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Tahun Pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa
Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau sebanyak 36 orang siswa. Variabel dalam
angka nilai yang diberikan oleh guru. penelitian ini adalah variabel bebas dan
Berdasarkan hal itu, lebih lanjut Tu’u terikat.variabel bebas adalah penerapan
(2009) merumuskan hasil belajar siswa model pembelajaran role playing dan
sebagai berikut : (1) Hasil belajar siswa variabel terikatnya hasil belajar Bahasa
adalah hasil belajar yang dicapai siswa Indonesia. Dalam penelitian ini peneliti
ketika mengikuti dan mengerjakan tugas melakukan di kelas V sebagai guru dan
dan kegiatan pembelajaran di sekolah. (2) guru kelas V sebagai observernya,
Hasil belajar siswa tersebut terutama dinilai dilakukan dalam 2 siklus dengan 4 kali
aspek kognitifnya karena bersangkutan pertemuan. Pelaksanaan penelitian tindakan
dengan kemampuan siswa dalam kelas dalam penelitian ini sebagai berikut:
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, a) Dalam tahap menyusun rancangan ini
aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi. dan ditentukan titik atau fokus peristiwa yang
(3) Hasil belajar siswa dibuktikan dan perlu mendapatka perhatian khusus untuk
ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai diamati, kemudian membuat sebuah
dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru instrumen pengamatan untuk membantu
terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan peneliti merekam fakta yang terjadi selama
atau ujian yang ditempuhnya. tindakan berlangsung. Dalam perencanaan
Dengan demikian dapat dikatakan peneliti mempersiapkan perangkat dan
makna hasil dan belajar. Hasil pada instrumen pembelajaran yang diterapkan,
dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari yaitu Silabus, RPP, LKS, pembagian

Hasan Basri | Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Halaman | 44
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 | ISSN Cetak : 2580 - 8435

anggota kelompok, lembar pengamatan yang ditemui selama pelaksanaan tindakan,


aktivitas guru, lembar pengamatan aktivitas kemudian memperbaiki kelemahan tersebut
siswa, soal tes ulangan harian 1 dan ulangan pada pertemuan berikutnya, yang meliputi
harian 2; dan b) Tahap kedua dari penelitian kegiatan perencanaan ulang, tindakan
tindakan adalah pelaksanaan yang ulang, dan pengamatan ulang sehingga
merupakan implementasi atau penerapan isi permasalahan dapat teratasi.
rancangan, yaitu penerapan pembelajaran Instrumen penelitian adalah meliputi
role playing, sebagai berikut: Upayakan perangkat pembelajaran. (1) silabus; (2)
agar singkat, bagi pemula lima menit sudah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);
cukup dan bermain sampai habis, jangan dan (3) Lembar Kerja Siswa (LKS).
diinterupsi. a) Biarkan agar spontanitas Instrumen pengolahan data, yaitu: a) Tes
menjadi kunci utamanya. b) Jangan menilai ulangan harian digunakan untuk
aktingnya, bahasanya dan lain-lain. menjabarkan kelompok siswa, b) Lembar
c) Biarkan siswa bermain bebas dari angka pengamatan siswa digunakan untuk
dan tingkatan dan d) Jika terjadi kemacetan mengamati langsung kegiatan siswa dalam
hal yang dapat dilakukan penerapan pembelajaran role playing setiap
misalnya: dibimbing dengan pertanyaan, siklus, dan c) Lembar pengamatan guru.
mencari orang lain untuk peran tersebut.dan Teknik pengumpul data dalam
menghentikan dan melangkah ke tindak penelitian ini yaitu: a) Tes ulangan harian
lanjut dan e) jika pemain tersesat guna untuk memperoleh data hasil belajar
lakukan: Rumuskan kembali keadaan dan bahasa Indonesia siswa kelas V digunakan
masalah, simpulkan apa yang sudah lembar tes ulangan harian 1 dan ulangan
dilakukan, hentikan dan arahkan kembali harian 2 dan b) Observasi aktivitas siswa.
dan mulai kembali dengan penjelasan Untuk mengamati langsung kegiatan siswa
singkat. dalam mengikuti proses penerapan
Kegiatan pengamatan yang pembelajaran role playing. Untuk
dilakukan oleh pengamat ketika tindakan mengumpulkan data ini digunakan lembar
sedang dilaksanakan. Tahap pengamatan observasi aktivitas siswa. Untuk mengamati
melibatkan teman sejawat sebagai observer langsung kegiatan guru dalam proses
(pengamat) untuk melakukan pengamatan penerapan pembelajaran role playing.
dan mencatat semua hal dilakukan selama Untuk mengumpulkan data ini digunakan
pelaksanaan tindakan berlangsung dengan lembar observasi aktivitas guru. Teknik
menggunakan lembar pengamatan aktivitas analisis data, meliputi:
guru dan lembar pengamatan aktivitas a) Observasi aktifitas guru dilaksanakan
siswa. bersama dengan pelaksanaan kegiatan
Refleksi merupakan kegiatan untuk pembelajaran, yang dilakukan oleh
mengemukakan kembali apa yang sudah observer, dengan kategori sebagai
dilaksanakan di kelas. Peneliti bersama berikut:
pengamat membahas tentang kelemahan

Tabel 1. Aktivitas Guru dan Siswa


No. Interval Kategori
1 81 – 100 Baik sekali
2 61 – 80 Baik
3 51 – 60 Cukup
4 <51 Kurang baik
Syahrilfuddin, dkk. (2011)

Hasan Basri | Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Halaman | 45
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 | ISSN Cetak : 2580 - 8435

Analisis keberhasilan tindakan siswa pembelajaran melalui observasi, dengan


ketuntasan individu digunakan rumus: rumus (Sudijono, 2007)
SP F
PK = x100 (Purwanto dalam P = x100
SM N
Syahrilfuddin, 2011) Keterangan:
Keterangan: PK= Persentase ketuntasan P = Angka persentase
individu; SP= Skor yang diperoleh siswa; F = Frekuensi aktifitas siswa
SM= Skor maksimum N = Jumlah siswa
b) Observasi aktifitas siswa dilaksanakan Analisa data untuk mengetahui
bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan aktifitas siswa mengacu pada kategori
seperti pada tabel berikut:

Tabel 2. Aktifitas Belajar Siswa


No. Interval (%) Kategori
1 75 – 100 Baik sekali
2 65 – 74 Baik
3 55 – 64 Cukup
4 <55 Kurang baik
Syahrilfuddin, dkk. (2011:115)

Analisis keberhasilan tindakan siswa JT


ketuntasan individu digunakan rumus: KK= x100 (Purwanto dalam
JS
SP Syahrilfuddin, dkk. (2011)
PK= x100 (Purwanto dalam
SM Keterangan: KK = Persentase ketuntasan
Syahrilfuddin, 2011) belajar secara klasikal, JT =Jumlah siswa
Keterangan: yang tuntas dan JS = Jumlah siswa
PK = Persentase ketuntasan individu seluruhnya
SP = Skor yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum
a) Ketuntasan individu. Dengan kriteria HASIL DAN PEMBAHASAN
apabila seorang siswa (individu) telah Pelaksanaan Tindakan Siklus I
mencapai skor 70% dari jumlah soal a. Tahap Persiapan
yang diberikan atau dengan nilai 65 Siklus I dilaksanakan dengan dua
maka individual tersebut dikatakan kali pertemuan, setiap pertemuan
tuntas, dengan rumus: dilaksanakan berdasarkan instrumen
SS penelitian yang telah dipersiapkan
KI= x100 (Purwanto dalam sebelumnya, yaitu silabus, RPP siklus I
SM
Syahrilfuddin, dkk. (2011) pertemuan 1 dan RPP pertemuan 2 siklus I.
Keterangan: KI = Ketuntasan individual, Untuk masing-masing siswa diberikan LKS
SS = Skor yang diperoleh, SM = Skor siklus I pertemuan 1 dan LKS siklus I
maksimum pertemuan 2. Untuk memperoleh data hasil
b) Ketuntasan klasikal. Dengan kriteria belajar siswa diberikan soal evaluasi untuk
apabila suatu kelas telah mencapai skor siklus I pertemuan 1. Kemudian
85% dari jumlah yang tuntas atau mempersiapkan lembar pengamatan
dengan KKM 65 maka kelas tersebut aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1
dikatakan tuntas, dengan rumus: dan lembar pengamatan aktivitas guru pada
siklus I pertemuan 2. Untuk pengamatan
aktivitas siswa dipersiapkan lembar

Hasan Basri | Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Halaman | 46
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 | ISSN Cetak : 2580 - 8435

pengamatan aktivitas siswa siklus I mengelola kelas, guru menyajikan kegiatan


pertemuan 1 dan lembar pengamatan wawancara dan memperagakan wawancara.
aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 2. Guru memberikan LKS siklus I pertemuan
Memberikan nomor pada bangku setiap 1 tentang memahami tentang kegiatan
siswa untuk memudahkan observer wawancara dan memperagakan wawancara.
melakukan pengamatan. Guru mengadakan tanya jawab tentang
b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran memahami tentang kegiatan wawancara dan
1) Pertemuan Pertama (Senin, 6 April memperagakan wawancara. Guru
2015) menanyakan kembali memahami tentang
Pertemuan pertama dilaksanakan teks wawancara. Guru membimbing siswa
pada hari Senin, 6 April 2015 selama 2 jam mengerjakan LKS 1. Guru meminta anak ke
pelajaran (2 x 35 menit) dengan materi depan kelas untuk mempersentasikan LKS
tentang memahami kegiatan wawancara dan 1 tentang memahami tentang kegiatan
memperagakan wawancara. Penyajian wawancara dan memperagakan wawancara.
materi dilaksanakan oleh peneliti di kelas V Saat siswa melakukan tugasnya, guru
dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang. mengawasi dan membimbing siswa yang
Sebelum memulai pelajaran, guru terlebih memiliki masalah atau yang belum
dahulu mengucapkan salam kemudian mengerti. Guru menugaskan siswa untuk
siswa menyiapkan kelas dan berdoa, serta mempersentasikan hasil kerja kelompok di
dilanjutkan dengan mengabsensi kehadiran depan kelas. Siswa dari kelompok lain
siswa, ternyata siswa pada pertemuan 1 ini diberi kesempatan untuk bertanya atau
siswa yang hadir sebanyak 36 orang siswa. menanggapinya. Bagi siswa yang berhasil
Pada awal kegiatan pembelajaran memperagakan tugasnya dengan baik diberi
guru. Guru menyusun atau menyiapkan penghargaan atau pujian atas
skenario yang akan ditampilkan. Guru kemampuannya, diakhiri dengan
menunjuk beberapa siswa untuk menyimpulkan pelajaran bersama siswa.
mempelajari skenario paling lambat dua 2) Pertemuan Kedua (Kamis, 9 April 2015)
hari sebelum kegiatan belajar mengajar. Pelaksanaan pertemuan kedua, guru
Guru membentuk kelompok siswa yang memulai pembelajaran dengan mengabsensi
anggotanya 5 orang. Memberikan siswa, pada pertemuan kedua tidak ada
penjelasan tentang kompetensi yang akan siswa yang absen. Selanjutnya, guru
dicapai siswa setelah siswa mengikuti meminta siswa untuk berdoa memulai
proses pembelajaran. Memanggil para pembelajaran. Guru melakukan apersepsi,
siswa yang sudah ditunjuk untuk yang dapat berupa penyampaian deskripsi
melakonkan skenario yang sudah singkat tentang materi pelajaran yang akan
dipersiapkan. Masing-masing siswa duduk diajarkan dan kaitannya dengan
di kelompoknya, masing-masing sambil pengalaman atau pengetahuan yang telah
memperhatikan, mengamati skenario yang dimiliki siswa. Guru memberikan motivasi
sedang diperagakan. Setelah selesai dengan mengaitkan kegiatan teks
dipentaskan, masing-masing siswa wawancara. Guru menyampaikan tujuan
diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk pembelajaran tentang menuliskan daftar
membahas hasil pementasan yang telah pertanyaan untuk melakukan wawancara.
dilakukan kelompok siswa. Masing-masing Guru menyampaikan kompetensi yang
kelompok menyampaikan kesimpulannya. ingin dicapai adalah siswa dapat
Guru memberikan tanggapan terhadap menuliskan daftar pertanyaan untuk
kesimpulan kelompok siswa dan melakukan wawancara. Guru menyajikan
memberikan kesimpulan umum, dan materi pokok menuliskan daftar pertanyaan
evaluasi. Proses pembelajaran selanjutnya untuk melakukan wawancara sebagai
adalah mengatur waktu dengan baik, pengantar. Guru menunjukkan/

Hasan Basri | Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Halaman | 47
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 | ISSN Cetak : 2580 - 8435

memperlihatkan konsep yang berkaitan Indonesia di kelas V ini, maka berdasarkan


dengan materi menuliskan daftar hasil pembahasan peneliti dan pengamat
pertanyaan untuk melakukan wawancara. terhadap perbaikan pembelajaran pada
Guru memberikan LKS tentang menuliskan siklus I, terdapat beberapa kekuatan dan
daftar pertanyaan untuk melakukan kelemahan pembelajaran menggunakan role
wawancara. Guru menunjuk atau playing, yakni:
memanggil siswa secara bergantian 1. Pengelolaan pembelajaran oleh peneliti
memasang atau mengurutkan konsep sudah sesuai dengan tahapan-tahapan
menuliskan daftar pertanyaan untuk yang dimuat dalam Rencana
melakukan wawancara menjadi urutan yang Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dalam
benar di depan kelas. Guru menanyakan penggunaa role playing peneliti sudah
alasan atau dasar pemikiran urutan daftar dapat melaksanakannya dengan baik.
pertanyaan untuk melakukan wawancara 2. Perhatian dan keseriusan siswa pada
tersebut kepada siswa. Guru menamakan pertemuan kedua sudah mulai meningkat
konsep materi sesuai dengan kompetensi dibandingkan dari pertemuan pertama.
yang ingin dicapai. Guru menyimpulkan 3. Aktivitas belajar siswa sudah meningkat
materi pembelajaran bersama siswa. dibandingkan dengan aktivitas siswa
3) Ulangan Harian I (Senin, 13 April 2015) pada pertemuan pertama.
Pada pertemuan ketiga siklus I, guru 4. Siswa sudah berani bertanya dan
memberikan ulangan harian I kepada siswa. menanggapi pertanyaan dari guru
Ulangan Harian dilaksanakan selama 70 sehubungan dengan memahami kegiatan
menit. Siswa yang hadir pada saat ulangan wawancara dan memperagakan
harian I adalah 36 orang siswa, soal ulangan wawancara dan menuliskan daftar
harian I yang diberikan sebanyak 20 soal pertanyaan untuk melakukan
tentang indikator memahami kegiatan wawancara.
wawancara dan memperagakan wawancara
dan menuliskan daftar pertanyaan untuk Kelemahan yang terlihat adalah
melakukan wawancara. Setelah waktu siswa belum memiliki rasa ingin tahu yang
berakhir semua kertas jawaban tinggi, siswa kurang merasa membutuhkan
dikumpulkan. pengetahuan. Akibat dari kelemahan ini,
4) Refleksi Siklus I siswa kurang aktif dalam pembelajaran,
Berdasarkan pengamatan observer, khususnya untuk memperhatikan penjelasan
secara umum pada saat pembelajaran guru dalam pembelajaran. Hal ini
berlangsung siswa mulai tertarik untuk aktif mengindikasikan bahwa proses
mengikuti proses pembelajaran. Ketika pembelajaran yang dilaksanakan peneliti
siswa diminta menceritakan kegiatan masih perlu perencanaan yang lebih baik
wawancara dan memperagakan wawancara, dengan memperhatikan kelemahan dan
siswa kurang perhatian dan tertarik untuk kekuatan yang telah terdeteksi pada siklus I
menyebutkan kegiatan wawancara dan sebagai dasar perbaikan pada siklus II.
memperagakan wawancara. Begitu juga Pelaksanaan Tindakan Siklus II
ketika diberikan tugas menuliskan daftar a. Tahap Persiapan
pertanyaan untuk melakukan wawancara, Perbaikan proses pembelajaran
siswa kelihatan kurang semangat untuk dengan menggunakan role playing dalam
mengerjakannya. siklus II, dikelola berdasarkan revisi
Dengan memperhatikan deskripsi refleksi siklus I. Pada siklus II mengacu
proses pembelajaran yang telah pada perangkat pembelajaran silabus,
dikemukakan di atas dan melihat hasil dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk
penelitian terhadap penggunaan role siklus II pertemuan 1 dan Rencana
playing dalam pembelajaran Bahasa Pelaksanaan Pembelajaran untuk siklus II

Hasan Basri | Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Halaman | 48
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 | ISSN Cetak : 2580 - 8435

pertemuan 2. Untuk memberikan tugas pertemuan 1. Guru meminta anak ke depan


kepada siswa diberikan LKS siklus II kelas untuk mempersentasikan hasil kerja
pertemuan 1 dan lembar kerja siswa siklus kelompok tentang melakukan wawancara
II pertemuan 2. Guru mempersiapkan dengan nara sumber. Saat siswa melakukan
lembar soal ulangan harian pada siklus II, tugasnya, guru mengawasi dan
dipersiapkan juga lembar pengamatan membimbing siswa yang memiliki masalah
aktivitas guru untuk siklus II pertemuan 1 atau yang belum mengerti. Guru
dan aktivitas guru pada siklus II pertemuan menugaskan beberapa orang siswa untuk
2, serta lembar pengamatan aktivitas siswa membacakan hasil tugasnya ke depan kelas.
untuk siklus II pertemuan 1, kemudian Bagi siswa yang berhasil memperagakan
lembar pengamatan aktivitas siswa untuk tugasnya dengan baik diberi penghargaan
siklus II pertemuan 2. atau pujian atas kemampuannya, diakhiri
b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran dengan menyimpulkan pelajaran bersama
1) Pertemuan Pertama Siklus II (Kamis, 16 siswa.
April 2015) 2) Pertemuan Kedua Siklus II (Senin, 20
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada April 2015)
hari Kamis, 16 April 2015 selama 2 jam Pelaksanaan pertemuan kedua, guru
pelajaran (2 x 35 menit) dengan materi memulai pembelajaran dengan mengabsensi
pokok melakukan wawancara dengan nara siswa, pada pertemuan kedua tidak ada
sumber. Penyajian materi dilaksanakan oleh siswa yang absen. Selanjutnya, guru
peneliti di kelas V. Sebelum memulai meminta siswa untuk berdoa memulai
pelajaran, guru terlebih dahulu pembelajaran. Guru melakukan apersepsi,
mengucapkan salam kemudian siswa yang dapat berupa penyampaian deskripsi
menyiapkan kelas dan berdoa. Guru singkat tentang menggunakan kata tanya
mengabsensi kehadiran siswa, pada dengan tepat dalam kalimat. Guru
pertemuan ketiga siswa hadir semua. memberikan motivasi tentang
Pada awal kegiatan pembelajaran menggunakan kata tanya dengan tepat
guru mengajukan sebuah pertanyaan awal dalam kalimat. Guru menyampaikan tujuan
(appersepsi), yang dapat berupa pembelajaran tentang menggunakan kata
penyampaian deskripsi singkat tentang tanya dengan tepat dalam kalimat.
materi melakukan wawancara dengan nara Guru menyampaikan kompetensi
sumber yang akan diajarkan dan kaitannya yang ingin dicapai adalah siswa mengenal
dengan pengalaman siswa dalam sehari- menggunakan kata tanya dengan tepat
hari. Guru memberikan motivasi dengan dalam kalimat. Guru menyajikan materi
mengaitkan melakukan wawancara dengan pokok tentang menggunakan kata tanya
nara sumber. Guru menyampaikan tujuan dengan tepat dalam kalimat sebagai
pembelajaran tentang siswa mampu pengantar. Guru
melakukan wawancara dengan nara sumber. menunjukkan/memperlihatkan konsep yang
Proses pembelajaran selanjutnya adalah berkaitan dengan materi menggunakan kata
mengatur waktu dengan baik, mengelola tanya dengan tepat dalam kalimat. Guru
kelas. Guru memberikan penjelasan tentang memberikan LKS siklus II pertemuan 2
melakukan wawancara dengan nara sumber. (lampiran 4d) tentang menggunakan kata
Guru memberikan LKS siklus II pertemuan tanya dengan tepat dalam kalimat. Guru
1 tentang melakukan wawancara dengan menunjuk atau memanggil siswa secara
nara sumber. Guru mengadakan tanya bergantian memasang atau mengurutkan
jawab tentang melakukan wawancara konsep menggunakan kata tanya dengan
dengan nara sumber. melakukan wawancara tepat dalam kalimat di depan kelas. Guru
dengan nara sumber. Guru membimbing menanyakan alasan atau dasar pemikiran
siswa mengerjakan LKS siklus II urutan menggunakan kata tanya dengan

Hasan Basri | Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Halaman | 49
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 | ISSN Cetak : 2580 - 8435

tepat dalam kalimat tersebut kepada siswa. pada siklus II sebesar 84,72% pada kategori
Guru menamakan konsep materi sesuai baik sekali. Dengan demikian ada
menggunakan kata tanya dengan tepat peningkatan aktivitas guru sebesar 22,22%
dalam kalimat. Guru menyimpulkan materi dari siklus I hingga siklus II. Aktivitas guru
pembelajaran bersama siswa. dalam pelaksanaan pembelajaran pada
3) Ulangan Harian II (Kamis, 23 April siklus I paling tinggi adalah sebesar 66,67%
2015) pada kategori baik, dan pada siklus II paling
Pertemuan ketiga siklus II ini guru tinggi adalah sebesar 86,11% pada kategori
gunakan untuk mengadakan ulangan harian baik sekali. b) Aktivitas siswa dalam
II selama 70 menit. Setelah guru melihat pelaksanaan pembelajaran role playing
seluruh siswa telah siap untuk mengikuti cenderung meningkat dari siklus I hingga
ulangan, peneliti kemudian membagikan siklus II. Pada siklus I pertemuan pertama
lembar soal ulangan harian II sebanyak 20 persentase aktivitas siswa adalah 57,50%
soal tentang indikator melakukan pada kategori cukup, kemudian pada
wawancara dengan nara sumber dan pertemuan kedua yaitu 65,00% pada
menggunakan kata tanya dengan tepat kategori baik. Sedangkan aktivitas guru
dalam kalimat. dalam melaksanakan pembelajaran pada
4) Refleksi Siklus II siklus II pada pertemuan pertama 70,00%
Berdasarkan pengamatan observer, pada kategori baik, dan pada pertemuan
secara umum pada saat pembelajaran kedua yaitu 92,50% pada kategori baik
berlangsung siswa mulai tertarik untuk aktif sekali.
mengikuti proses pembelajaran. Ketika Rata-rata aktivitas belajar siswa
siswa diminta menceritakan menggunakan pada siklus I persentase keaktifan siswa
kata tanya dengan tepat dalam kalimat, dalam belajar cenderung meningkat. Pada
siswa sudah perhatian dan tertarik untuk pertemuan pertama dengan rata-rata
menyebutkan menggunakan kata tanya aktivitas siswa yaitu 61,25% dengan
dengan tepat dalam kalimat. Begitu juga kategori cukup. Pada pertemuan kedua
ketika diberikan tugas menceritakan meningkat dengan rata-rata aktivitas siswa
menggunakan kata tanya dengan tepat yaitu 81,25% dengan kategori baik sekali.
dalam kalimat, siswa sudah mulai semangat Rata-rata peningkatan aktivitas siswa dari
untuk mengerjakannya. siklus I hingga siklus II adalah 20,00%.
Berdasarkan data hasil penelitian Pada pertemuan 1 aktivitas belajar
aktivitas guru bahwa aktivitas guru dalam siswa masih dikategorikan kurang baik, hal
pelaksanaan pembelajaran role playing ini disebabkan masih ada sebagian siswa
cenderung meningkat dari siklus I hingga yang tidak dapat memperhatikan guru
siklus II. Pada siklus I pertemuan pertama dengan serius, sehingga dalam proses
persentase aktivitas guru adalah 58,33% pembelajaran siswa masih kurang aktif
pada kategori cukup, kemudian pada dalam melaksanakan pengamatan, bertanya,
pertemuan kedua yaitu 66,67% pada menjawab pertanyaan, memberikan
kategori baik. Sedangkan aktivitas guru pendapat, menyelesaikan LKS, dan
dalam melaksanakan pembelajaran pada mempersentasikan hasil kerja kelompok,
siklus II pada pertemuan pertama 83,33% sehingga membuat siswa menjadi pasif.
pada kategori baik sekali, dan pada Pada siklus I pertemuan kedua
pertemuan kedua yaitu 86,11% pada persentase aktivita siswa sudah meningkat
kategori baik sekali. dengan kategori cukup. Peningkatan
Aktivitas guru dalam pelaksanaan aktivitas siswa ini dapat disebabkan karena
pembelajaran role playing, pada siklus I siswa sudah mulai tertarik dan termotivasi
rata-rata aktivitas guru sebesar 62,50% pada dengan adanya penggunaan role playing
kategori kurang cukup, dan aktivitas guru yang disajikan oleh guru, sehingga dapat

Hasan Basri | Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Halaman | 50
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 | ISSN Cetak : 2580 - 8435

mempermudah dan membantu siswa untuk Pembahasan


mengamati dan memahami tentang materi 1. Aktivitas Guru
yang disajikan. Selain itu role playing yang Aktivitas guru dalam pelaksanaan
ditampilkan tiap pertemuan bervariasi pembelajaran role playing, pada siklus I
sesuai dengan materi yang diajarkan rata-rata aktivitas guru sebesar 62,50% pada
sehingga menumbuhkembangkan kategori kurang cukup, dan aktivitas guru
keingintahuan siswa terhadap apa yang pada siklus II sebesar 84,72% pada kategori
diamati. Siswa menjadi lebih aktif dan baik sekali. Dengan demikian ada
berusaha untuk menguasai materi yang peningkatan aktivitas guru sebesar 22,22%
diberikan. Secara umum aktivitas siswa dari siklus I hingga siklus II. Pengelolaan
pada pelaksanaan pembelajaran dengan role kelas yang baik dari pihak guru akan
playing terjadi peningkatan dari siklus I mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar
pertemuan 1 yaitu 57,50%, meningkat pada siswa. Jadi peran guru sangat penting dalam
siklus II pertemuan 2 yaitu menjadi pembelajaran, tanpa peran aktif guru hasil
92,50%. belajar yang dicapai siswa tidak optimal.
Sebagaimana yang disampaikan Mulyana
Hasil Belajar Bahasa Indonesia (2005) minat, bakat, kemampuan dan
Nilai evaluasi pada siklus I dan potensi yang dimiliki siswa tidak akan
siklus II di kelas V SD Negeri 032 Kualu berkembang secara optimal tanpa bantuan
Kecamatan Tambang setelah menggunakan guru.
role playing ketuntasan individual siswa 2. Aktivitas Siswa
kelas V dari nilai evaluasi pada siklus I dan Rata-rata aktivitas belajar siswa
II setelah menggunakan role playing di pada siklus I persentase keaktifan siswa
kelas V SD Negeri 032 Kualu Kecamatan dalam belajar cenderung meningkat. Pada
Tambang Tahun Pelajaran 2014/2015, pertemuan pertama dengan rata-rata
mengalami peningkatan pada setiap aktivitas siswa yaitu 61,25% dengan
pertemuan. Pada siklus I ketuntasan kategori cukup. Pada pertemuan kedua
individual siswa pada indikator memahami meningkat dengan rata-rata aktivitas siswa
kegiatan wawancara dan memperagakan yaitu 81,25% dengan kategori cukup. Rata-
wawancara dan menuliskan daftar rata peningkatan aktivitas siswa dari siklus I
pertanyaan untuk melakukan wawancara hingga siklus II sebesar 20,00%.
sebanyak 28 siswa dengan persentase Pada siklus II aktivitas siswa
77,8% (tuntas). Secara klasikal siklus I semakin meningkat, dimana pada
belum dapat dikatakan tuntas karena tidak pertemuan I dengan kategori baik kemudian
memenuhi syarat KKM 75 sebesar 85%. meningkat pada pertemuan 2 dengan
Sedangkan ketuntasan individual siswa kategori baik sekali. Peningkatan aktivitas
pada siklus II pada indikator melakukan siswa ini juga dilihat dari jumlah siswa
wawancara dengan nara sumber dan yang melakukan aktivitas memperhatikan
menggunakan kata tanya dengan tepat guru memberikan apersepsi, menuliskan
dalam kalimat sebanyak 33 siswa dengan materi, tujuan pembelajaran dan langkah-
persentase 91,7% (Tuntas). Secara klasikal langkah Pelaksanaan Pembelajaran Role
kelas V sudah dapat dikatakan tuntas karena playing, bertanya, menjawab pertanyaan,
telah memenuhi syarat 85% pada KKM 75. memberikan pendapat, menyelesaikan LKS,
Secara klasikal kelas tersebut dikategorikan mempersentasikan hasil kelompok di depan
tuntas apabila suatu kelas telah mencapai kelas. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
skor 85% dari jumlah yang tuntas atau guru dan ketersediaan sumber materi
dengan KKM 75 maka kelas tersebut pengajaran termasuk juga metode dan
dikatakan tuntas (90,00%). media pembelajaran yang digunakan sangat
meendukung keberhasilan dalam proses

Hasan Basri | Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Halaman | 51
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 | ISSN Cetak : 2580 - 8435

pembelajaran. Bila guru memiliki Adapun peningkatan persentase


kemampuan dan keterampilan dalam ketuntasan individu adalah 77,8%,
menciptakan interaksi yang baik selama sedangkan peningkatan persentase secara
proses pembelajaran berlangsung, maka klasikal adalah 91,7%.
aktivitas siswa akan meningkat. 3. Pembelajaran role playing sangat
3. Hasil Belajar membantu dalam pembelajaran karena
Terjadinya peningkatan hasil belajar itu penggunaan role playing dapat
siswa dilihat dari nilai evaluasi ini tidak memperbaiki hasil belajar siswa.
terlepas dari aktivitas siswa dan guru yang
memotivasi siswa untuk aktif dalam proses Berdasarkan kesimpulan dapat
pembelajaran dengan menggunakan role dikemukakan saran berikut:
playing yang berbeda pada tiap pertemuan. 1. Guru dapat menggunakan role playing
Sesuai dengan pendapat Miarso (1992:10) dalam pembelajaran, karena role playing
bahwa role playing dapat meningkatkan dapat meningkatkan aktivitas guru dan
motivasi belajar siswa karena role playing aktivitas siswa dalam pembelajaran
dapat memberikan informasi secara tepat Bahasa Indonesia.
dan benar, sehingga motivasi dapat timbul 2. Guru sebaiknya menggunakan role
dan berkembang. Dari hasil tindakan pada playing, karena dengan menggunakan
siklus I hasil belajar siswa sudah role playing dapat meningkatkan hasil
dikategorikan baik, tetapi untuk belajar Bahasa Indonesia siswa.
menciptakan proses pembelajaran yang 3. Guru dapat menggunakan role playing
lebih baik lagi maka siklus II dilakukan untuk membantu memperbaiki hasil
perubahan tindakan yaitu masing-masing belajar Bahasa Indonesia siswa.
siswa menyiapkan semua objek yang akan
diamati, sehingga setiap kelompok dapat
mengamati objek satu persatu dan DAFTAR PUSTAKA
mendiskusikannya dalam kelompok. Ahmadi, Lif Khoiru dan Amri Sofan dan
Dengan demikian, siswa akan lebih aktif, Elisah, Tatik 2011. Strategi
karena semua siswa melakukan pengamatan Pembelajaran Sekolah Terpadu.
dan kemungkinan waktu untuk bermain Jakarta: Prestasi Pustaka
menjadi sedikit. Amri, Sofan dan Ahmadi, Lif Khoiru. 2010.
Konstruksi Pengembangan
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi
SIMPULAN DAN SARAN Pustaka
Kesimpulan, berdasarkan hasil Arikunto, Suharsimi dan Suhardjono. 2011.
penelitian disimpulkan bahwa: Penelitian Tindakan Kelas.
1. Pembelajaran dengan menggunakan role Jakarta: Bumi Aksara
playing dapat meningkatkan aktivitas Ekawarna. 2010. Penelitian Tindakan
guru dan siswa, hal ini dapat dilihat dari Kelas. Jakarta: Gaung Persada
data aktivitas guru dan aktivitas siswa, Mulayasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis
yaitu adanya peningkatan aktivitas guru Kompetensi. Bandung: Remaja
dari siklus I hingga siklus II sebesar Rosda Karya.
22,2%, dan peningkatan aktivitas siswa Pamungkas. 2012. Bahasa Indonesia dalam
dari siklus I hingga siklus II sebesar Berbagai Perspektif. Yogyakarta:
20,0%. Andi
2. Pembelajaran dengan menggunakan role Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi
playing dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan. Bandung: Remaja
Bahasa Indonesia siswa, baik secara Rosda Karya
individu maupun secara klasikal.

Hasan Basri | Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Halaman | 52
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau
Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 | ISSN Cetak : 2580 - 8435

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Statistik


Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil
Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Syahrilfuddin dan Alpusari, Mahmud.
2009. Psikologi Pendidikan. FKIP
Universitas Riau. Pekanbaru:
Cendekia Insani
Syahrilfuddin dan Daud, D. dan Marhadi,
H. dan Alpusari, M. 2011.
Penelitian Tindakan Kelas. FKIP
Universitas Riau. Pekanbaru:
Cendekia Insani
Trianto. 2007. Model Pembelajaran
Terpadu dalam Teori dan Praktek.
Jakarta: Prestasi Pustaka

Hasan Basri | Model Pembelajaran Role Playing, Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Halaman | 53

You might also like