You are on page 1of 16

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Peserta Didik Tunarungu

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN


MENULIS PESERTA DIDIK TUNARUNGU DI SEKOLAH LUAR BIASA

Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya


untuk memenuhi Persyaratan Penyelesaian
Program Sarjana Pendidikan Luar Biasa

Oleh:
Isnaini Nurhalimah
NIM: 13010044032

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2017
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Peserta Didik Tunarungu

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS


PESERTA DIDIK TUNARUNGU DI SEKOLAH LUAR BIASA

Isnaini Nurhalimah dan Wagino


(Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya)
Isnaininurh95@gmail.com

ABSTRACT: Impact of hearing impaired children in language development. The inhibition of language
development has an impact on the development of intelligence, social and emotional, and personality. Because of
such complex impacts, it is necessary to develop language skills. Therefore, in this study examines the contextual
learning model on the ability to write students deaf in SMPLB-B Karya Mulia Surabaya. The purpose of this study
was to examine the effect of contextual learning model on the ability to write personal experiences of Deaf students
at SMPLB-B Karya Mulia Surabaya. This research method uses quantitative approach and Pre Experiment research
type, using research design of The One Group Pre-test Post-test Design to obtain data of writing ability before and
after given treatment. The result of data analysis using Wilcoxon formula shows that there is a significant influence
of the use of contextual learning model on the ability of writing deaf students in SMPLB-B Karya Mulia Surabaya

Keywords: Contextual learning model, writing

PENDAHULUAN
Keterampilan menulis merupakan simple verb forms, few subordinate clauses,
kemampuan produktif yang dapat diperoleh sesudah and few conjoined independent clauses
kemampuan menyimak berbicara, dan membaca (Heider & Heider, 1941; Moores & Miller,
(Tarigan, 2008:1). Hal ini pula yang menyebabkan 2001; Powers & Wigus; Yoshinaga-Itano,
keterampilan menulis merupakan kemampuan Snyder, & Mayberry, 1996). Vocabulary
berbahasa yang dianggap penting Meskipun levels are lower in comparison to their
kemampuan menulis itu dianggap sulit tetapi hearing peers (Heefner & Shaw, 1996).”
peranannya dalam kehidupan manusia sangat penting Ciri dari tulisan anak tunarungu biasanya
dalam masyarakat sepanjang jaman. Kegiatan memiliki kalimat pendek dengan bentuk kata kerja
menulis ini sering ditemukan dalam aktifitas siswa sederhana, beberapa klausa bawahan, dan beberapa
setiap hari khususnya di dalam proses belajar independen klausa Dan memiliki tingkat kosakata
mengajar pada pelajaran bahasa Indonesia di yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang
sekolah. Wasita (2012 : 47) menyatakan bahwa awas.
menulis menjadi awal yang sangat penting sebagai Anak tunarungu disebut sebagai “insan
sarana komunikasi. pemata” (Haerudin, 2013:66). Artinya Anak
“The need and right to communication and tunarungu memahami sesuatu lebih banyak dari apa
language is fundamental to the human yang mereka lihat, bukan dari apa yang mereka
condition. without communiacation an dengar. oleh sebab itu anak tunarungu lebih
individual cannot become an efective and mengandalkan indera visualnya dan berusaha
productive adult or an informed citizen in menyampaikan isi pikirannya melalui tulisan. Oleh
our democracy.” Lawrence (2002:258). sebab itu, keterampilan menulis bagi siswa tunarungu
Lawrence menyebutkan bahwa komunikasi merupakan hal mendasar dan penting sebab dalam
dan bahasa merupakan hak dan kebutuhan yang proses belajar mengajar, menulis merupakan alat
mendasar tanpa komunikasi seorang individu tidak utama untuk kerja tugas-tugas akademik, sarana
bisa menjadi dewasa secara efektif dan produktif. berharga memperdalam pengetahuan, memperluas
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan wawasan, metode efektif menggali ide, mengasah
bahwa bahasa tulis merupakan kemampuan yang daya pikir siswa. Namun bagi siswa tunarungu
harus dimiliki oleh manusia dan merupakan hak yang keterampilan menulis merupakan pemerolehan
harus dimiliki oleh warga Negara. bahasa yang sulit dan memberikan frustasi besar
“Writing of deaf students can be (Wasita, 2012:48). Penyebab kesulitan tersebut
characterized as having short sentences with karena siswa tunarungu telah kehilangan kemampuan
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Peserta Didik Tunarungu

mendengar. Ketidakmampuan mendengar secara berupa pengalaman bahagia atau menyenangkan,


otomatis menghambat keseluruhan perkembangan pengalaman sedih, maupun pengalaman lucu.
berbahasa, berbicara, membaca dan menulis.
Meskipun demikian, menurut (Kretschmer & Pembelajaran menulis bagi siswa tunarungu
Kretschmer (1978) umumnya siswa tunarungu masih banyak kesulitan yang dialami oleh siswa.
mempunyai potensi belajar berbahasa secara normal, Kenyataan di lapangan menunjukkan kecenderungan
mencakup kefasihan dalam berkomunikasi antar pembelajaran menulis siswa Tunarungu kelas VII
pribadi, kemampuan membaca deretan bahan cetak SMPLB-B Karya Mulia Surabaya hanya terpaku
dan kemampuan menulis kalimat runtut. Sedangkan pada buku atau contoh dari guru sehingga siswa
dalam penelitian Diakogiorgi, Katribouza & Paila mengalami kesulitan untuk mengembangkan tulisan
(2011) yang menunjukkan bahwa kesulitan ekspresi tersebut, (Observasi 28-12-2016)
tertulis adalah salah satu kesulitan yang paling berat
Refleksi kondisi itu menunjukkan bahwa
bagi anak tunarungu. Oleh karena itu, sangat penting
penyebabnya meliputi berbagai faktor yang berasal
memberikan pengajaran menulis kepada anak
dari guru maupun dari diri siswa. Adapun faktor yang
tunarungu. Dari beberapa pendapat dapat
berasal dari guru kurang melibatkan siswa dalam
disimpulkan bahwa kemampuan siswa tunarungu
proses pembelajaran. Dalam mengajar siswa
dapat berkembang bila seluruh potensinya dibina dan
tunarungu dalam ketrampilan menulis cerita, guru
dikembangkan. Hal ini diperjelas dengan pendapat
masih menggunakan model pembelajaran
tarigan bahwa keterampilan menulis tidak akan
pembelajaran yang konvensional yakni siswa kurang
datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan
terlibat aktif dalam proses belajar mengajar dan
dan praktik yang banyak dan teratur. Tarigan
menyalin tulisan dimana siswa menyalin apa yang
(2008:4).
diucapkan dan di isyaratkan guru serta meminta
Keterampilan menulis merupakan kegiatan
siswa menyalin tulisan yang ditulis di papan tulis
reproduktif karena dengan menulis, seseorang akan
kedalam buku catatan (Observasi 16-01-2017)
dapat:
Meskipun indra pendengaran anak
1. Meningkatkan kemampuan intelektual tunarungu tidak dapat berfungsi dengan maksimal,
seperti berpikir kreatif. Berpikir kreatif di siswa tunarungu tidak boleh hanya menyalin catatan
sini adalah menggunakan akal sehat, guru di papan tulis untuk dipindah ke buku catatan.
menerapkan pengetahuan yang berguna, dan Kegiatan ini tidak akan memberikan hasil apapun,
memecahkan masalah; karena siswa tidak bekerja secara aktif dan tidak bisa
menarik suatu kesimpulan belajar dengan hanya
2. Meningkatkan kematangan emosional dan mencatat saja. Cara mengajar seperti ini pun bisa
sosial. Oleh karena itu, keterampilan membuat siswa menjadi bosan dan tidak dapat
menulis sangat penting untuk diajarkan di meningkatkan kemampuan menulis siswa tunarungu,
sekolah. karena siswa tidak mendapatkan pembelajaran
mengenai bagaimana cara menuangkan ide yang
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan dimiliki dalam bentuk sebuah tulisan. Sedangkan
Pendidikan (KTSP) pembelajaran bahasa dan sastra faktor yang berasal dari siswa yakni kosa kata atau
Indonesia di SMPLB Standar Kompetensi yang harus perbendaharaan katanya terbatas, sehingga sulit
dicapai siswa kelas VII pada aspek menulis salah mengungkapkan ide dan kata yang abstrak. Hal
satunya adalah mengungkapkan pikiran dan tersebut menyebabkan siswa mengalami kesulitan
pengalaman dalam buku harian dan surat pribadi. dalam menyatakan kehendak, pikiran dan
menangkap bahasa orang lain secara lisan maupun
Menulis pengalaman pribadi adalah kegiatan
tertulis.
mengungkapkan pikiran dan perasaan atas
Saat ini model pembelajaran yang digunakan
pengalaman pribadi yang telah dialami ke dalam
dalam pengajaran keterampilan menulis yang banyak
wujud tulisan. Menulis pengalaman pribadi dilakukan
diterapkan di SMPLB-B Karya Mulia model
dengan tujuan agar penulis dapat mengingat segala
pembelajaran konvensional dimana guru mengajar
hal yang berkesan yang pernah dialaminya agar tidak
siswa secara langsung dengan memberikan judul,
terlupakan begitu saja. Hal tersebut didukung dengan
tema atau topik tertentu. Kemudian siswa disuruh
pendapat Komaidi (2008: 255) yaitu dengan menulis
mengembangkan kerangka dan sebagainya dengan
pengalaman pribadi kita bisa mengabadikan ide-ide,
penekanan pada hasil tulisan. Model pembelajaran
kenangan atau peristiwa yang kita anggap penting
semacam ini menjadi kendala bagi perkembangan
dan berkesan. Pengalaman pribadi tersebut dapat
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Peserta Didik Tunarungu

ketrampilan menulis siswa, karena siswa tidak pada umumnya dilakukan secara random,
terbiasa mengkaji secara langsung permasalahan pengumpulan data menggunakan instrument
yang hendak ditulis. Akibatnya siswa terbentur dalam penelitian, analisis data bersifat
menuliskan materi yang ada dalam pikirannya. kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
Padahal pada hakekatnya kemampuan menulis siswa hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiono,
sangat bergantung pada penguasaan hal yang hendak 2016:14). Jenis penelitian yang digunakan
ditulis (Susanti, 2008). Dengan masalah yang seperti adalah jenis eksperimen dengan mengambil
itu, maka diperlukan suatu Model pembelajaran bentuk desain “pre experimental design”, yang
pembelajaran menulis yang inovatif untuk menggunakan rancangan penelitian “one group
memvisualisasikan materi pelajaran yang pretest-post test design”yaitu suatu desain yang
disampaikan untuk menghilangkan kesan abstrak, terdapat “pretest”sebelum diberi perlakuan.
Sehingga materi pelajaran dapat tersampaikan secara Dengan demikian hasil perlakuan dapat
efektif dan efisien. diketahui lebih akurat, karena dapat
Dalam mengatasi masalah tersebut kita bisa membandingkan dengan keadaan sebelum
menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam diperlakukan (Sugiyono,2013:110). Sampel
pembelajaraan bahasa Indonesia khususnya dalam yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
menulis cerita pengalaman pribadi. Alternatif yang non random. Hal ini disebabkan keberagaman
digunakan adalah melalui model pembelajaran karakter masing-masing siswa. Rancangan ini
kontekstual. Model pembelajaran kontekstual adalah dapat digambarkan sebagi berikut :
bentuk pembelajaran yang menekankan pada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan O1 x O2
materi yang dipelajari dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata hingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan Gambar 3.1 Rumus Pretest dan Postest group
mereka. ( Sanjaya: 2007 ) Artinya proses belajar (Sugiyono, 2013:111)
diorientasikan pada proses pembelajaran langsung,
siswa dituntut untuk menangkap hubungan antara Keterangan :
pengalaman belajar disekolah dengan pengalaman O1=Pretest untuk mengukur kemampuan
hidup nyata dan kontekstual mengharapkan siswa menulis pengalaman pribadi siswa sebelum
dapat memahami materi yang dipelajari dalam hidup diberikan model pembelajaran kontekstual
sehari-hari. X=Treatmen atau perlakuan pada sampel yang
Berdasarkan paparan yang telah diberikan pada saat pembelajaran menulis
disampaikan maka dalam penulisan skripisi ini pengalaman pribadi dengan menggunakan
penulis mengambil judul “Pengaruh Model model pembelajaran kontekstual
pembelajaran kontekstual Terhadap Kemampuan O2=Postest untuk mengukur hasil belajar
Menulis Peserta Didik Tunarungu ” kemampuan menulis pengalaman pribadi
A. Lokasi Penelitian
TUJUAN Lokasi yang dipilih adalah SMPLB-B Karya
Untuk mengetahui pengaruh model Mulia Surabaya. Alasan yang mendasari
pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan pemilihan lokasi penelitian ini adalah terdapat
menulis pengalaman pribadi pada siswa kelas siswa tunarungu yang mengalami kesulitan
dalam menulis pengalaman pribadi
VII di SMPLB-B Karya Mulia Surabaya.
B. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan pada penelitian ini
METODE
yaitu siswa kelas VII yang berjumlah 6 siswa di
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
SMPLB-B Karya Mulia Surabaya. Dalam
Model pembelajaran penelitian
penentuan subjek penelitian, peneliti terlebih
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dahulu melakukan survey lapangan untuk
model pembelajaran kuantitatif, model
mengetahui kondisi sekolah tersebut.
pembelajaran kuantitatif diartikan sebagai
Tabel 3.2
metode penelitian yang berlandaskan pada
Daftar Nama Anak Tunarungu kelas VII
filsafat positivisme, model pembelajaran ini
SMPLB-B Karya Mulia Surabaya
digunakan untuk meneliti pada populasi atau
No Nama Jenis Kelamin
sampel tertentu, teknik pengambilan sampel
1 ASY Perempuan
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Peserta Didik Tunarungu

2 NJW Perempuan ketujuh komponen ini akan dijelaskan dibawah


3 RMA Laki-laki ini.
4 EGY Laki-laki 1.Konstruktivisme
5 BNG Perempuan
Komponen Kontruktivisme yang dimaksud
6 BLV Perempuan
dalam penelitian ini adalah mencakup
7 ABY Laki-laki
kegiatan sebagai berikut :
8 RIO Laki-laki
9 AFY Laki-laki
a. Siswa menganalisis teks pengalaman
pribadi yang menyenangkan, sedih,
C. Variabel dan Definisi Operasional
marah, lucu
1. Variabel
Variabel b. Siswa mengingat kembali
penelitian adalah segala sesuatu yang pengalaman pribadinya
mempunyai variasitertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian 2.Inquiry
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:61).
Variabel dalam penelitian ini terbagi atas Komponen Inquiry yang dimaksud dalam
variable bebas dan variable terikat. yaitu : penelitian ini adalah mencakup kegiatan
a. Variabel Independen (Bebas) sebagai berikut :
Variabel Independen (Bebas) adalah
a. Siswa menemukan pokok-pokok
merupakan variabel penelitian yang
yang harus ada dalam tulisan pribadi
mempengaruhi atau yang menjadi sebab
dari adanya perubahan atau timbulnya b. Siswa mencatat bagian yang harus
variabel dependen (Terikat) (Sugiyono, ada dalam tulisan pribadi. Yaitu :
2016: 3)
Variabel Independen (bebas) dalam
1. Orang yang terlibat dalam
penelitian adalah Model pembelajaran pengalaman.
kontekstual 2. Pengalaman apa yang terjadi.
b. Variabel Dependen (Terikat) 3. Tempat pengalaman itu terjadi.
Variabel Dependen (terikat) merupakan 4. Kesan terhadap pengalaman yang
variabel penelitian yang dipengaruhi atau terjadi
menjadi akibat, karena adanya veriabel
bebas (Sugiyono, 2016: 4). 3.Questioning
Variabel Dependen (Terikat) dalam
penelitian ini adalah Kemampuan Komponen Questioning yang dimaksud
menulis pengalaman pribadi dalam penelitian ini adalah mencakup
kegiatan sebagai berikut :
2. Definisi Operasional
a. Model pembelajaran Kontekstual a. Guru menggali pengalaman siswa
Model pembelajaran kontekstual dalam dengan bertanya “apakah kalian
penelitian ini merupakan Model pembelajaran punya pengalaman yang
yang mengkaitkan materi-materi pembelajaran menyenangkan atau menyedihkan?”
dengan konteks dunia nyata yang dihadapi
siswa sehari – hari baik dalam lingkungan b. Siswa menjawab pertanyaan dengan
keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia bimbingan guru
kerja sehingga siswa mampu membuat
c. Guru menggali wawasan siswa
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan bertanya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari –
hari. “apakah kalian punya buku catatan
Kontekstual sebagai model pembelajaran harian?”
yang memiliki tujuh komponen. Komponen-
komponen ini yang melandasi pelaksanaan “siapa yang punya buku catatan
proses pembelajaran dengan menggunakan harian?”
model pembelajaran kontekstual. Selanjutnya
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Peserta Didik Tunarungu

d. Siswa menjawab pertanyaan guru Komponen Authentic Assessment yang dimaksud


dalam penelitian ini adalah mencakup kegiatan
e. Siswa bertanya kepada guru tentang sebagai berikut :
pengalaman pribadi
Guru memberikan penilaian tulisan
f. Siswa bertanya jawab dengan teman pribadi yang telah ditulis oleh siswa
tentang pengalaman pribadi dalam bentuk penilaian karya tulis.

4.Learning Community b. Menulis Pengalaman pribadi


Dalam penelitian ini menulis pengalaman
Komponen Learning Community yang
pribadi yang dimaksud adalah kemampuan
dimaksud dalam penelitian ini adalah
mengungkapkan suatu gagasan atau pesan pada
mencakup kegiatan sebagai berikut :
suatu proses kejadian yang terjadi dalam
a. Siswa dibagi ke dalam beberapa kehidupan sehari –hari , baik itu lucu, senan,
kelompok marah, sedih atau haru dalam kehidupan nyata.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
b. Setiap kelompok bertugas konsep menulis pengalaman pribadi di
mencermati bagian-bagian dari lingkungan tempat tinggal, sekolah dan tempat
contoh teks pengalaman pribadi yang umum.
telah diberikan oleh guru c. Anak Tunarungu
Anak tunarungu yang dimaksud dalam
c. Setiap kelompok melaporkan hasil penelitian ini adalah anak yang mengalami
diskusi kekurangan dan kehilangan kemampuan
mendengar yang berjumlah 6 siswa Kelas VII di
5.Modelling
SMPLB-B Karya Mulia Surabaya
Komponen Modelling yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah mencakup kegiatan sebagai D. Instrumen Penelitian
berikut : Instrumen penelitian merupakan alat untuk
mengumpulkan data agar penelitian lebih
a. Guru mencontohkan penulisan mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti
pengalaman pribadi di papan tulis cermat dan mudah untuk diolah. Oleh karena itu
dalam penelitian ini instrumen yang digunakan
b. Guru menunjuk beberapa siswa berupa lembar observasi, jadi instrument
untuk menceritakan pengalaman penelitian yang digunakan pada penelitian ini
pribadinya terdiri dari.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
c. Guru membimbing seorang siswa
b. Materi bacaan
menuliskan pengalaman pribadinya
c. Lembar penilaian
di papan tulis
d. Soal tes tulis
6.Reflection E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Tes
a. Guru menugaskan siswa untuk Teknik tes digunakan untuk
mengungkapkan hal-hal yang telah memperoleh data kemampuan menulis
dipelajari pengalaman pribadi siswa sebelum diberikan
intervensi dan sesudadh dibetikan intervensi.
b. Guru menugaskan siswa Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu
menceritakan pengalaman hari ini pretest untuk mengetahui kemampuan
dalam bentuk lisan menulis pengalaman pribadi siswa
tunarungu kelas VII SMPLB-B Karya Mulia
c. Siswa menulis pengalaman
Surabaya sebelum diberikan intervensi
pribadinya hari ini di dalam buku
dengan model pembelajaran kontekstual.
catatan harian
Kemudian posttest untuk mengetahui data
7.Authentic Assessment kemampuan menulis pengalaman pribadi
siswa Tunarungu kelas VII SMPLB-B Karya
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Peserta Didik Tunarungu

Mulia Surabaya setelah diberikan intervensi dilakukan pada saat observasi


dengan model pembelajaran kontekstual. penentuan lokasi penelitian.
F. Prosedur pelaksanaan Penelitian d. Membuat Instrumen penelitian
1. Menentukan lokasi penelitian Instrumen penelitian merupakan
Berdasarkan hasil observasi awal dan hasil alat yang digunakan oleh peneliti
diskusi dengan guru SMPLB-B Karya Mulia dalam mengumpulkan data agar
maka tempat yang saya gunakan sebagai pekerjaannya lebih mudah dan
kegiatan penelitian ini adalah di SMPLB-B hasilnya baik, dalam arti lebih
Karya Mulia Surabaya. cermat, lengkap, sistematis, sehingga
2. Tahap persiapan mudah diolah (Arikunto 2010:203).
Tahap persiapan merupakan langkah Instrumen penelitian dibuat setelah
awal yang dilakukkan oleh penulis terealisasinya proposal melalui
sebelum mengadakan penelitian. Adapun konsultasi dan kesepakatan dosen
langkah-langkah yang dimaksud adalah pembimbing. Instrumen penelitian
sebagai berikut: yang dibuat sebagai berikut.
1. RPP
Bagan 3.2 2. Materi pelajaran
Prosedur Pelaksanaan Penelitian 3. Soal pretes dan postes
4. Lembar penilaian
a. Menentukan Lokasi Penelitian e. Mengurus Izin Penelitian
Mengurus surat ijin penelitian
dilakukan setelah peneliti
b. Menyusun Proposal Penelitian menyelesaikan proposal penelitian.
Langkah awal yang dilakukkan
peneliti dalam mengurus surat izin
c. Memilih Subjek Penelitian penelitian yaitu mengajukan surat ke
PpppPPSebagPenelitian Fakultas untuk mendapatkan
persetujuan pengadaan penelitian yang
d. Membuat Instrumen Penelitian kemudiaan diserahkan kepada
lembaga atau institusi terkait dalam
penelitian ini yaitu SMPLB-B Karya
a. e. Mengurus
Menentukan Izin Penelitian
Lokasi Penelitian Mulia Surabaya.

Dalam penelitian ini, 2. Tahap Pelaksanaan


berdasarkan hasil observasi peneliti Ada beberapa tahap dalam pelaksanaa
dan dengan persetujuan kepala penelitian, antara lain:
sekolah SMPLB-B Karya Mulia a. Mengadakan pre-test
Surabaya, maka tempat yang Pretest diberikan pada saat awal
digunakan sebagai kegiatan penelitian berlangsung pre te menggunakan
penelitian lokasi adalah SMPLB-B instrument yang sudah mendapatkan
Karya Mulia Surabaya. validitas dari validator instrument.
b. Menyusun Proposal Penelitian Pemberian pre tes bertujuan untuk
Menyusun proposal penelitian mengetahui kemampuan awal menulis
sesuai topik permasalahan yang pengalaman pribadi sebelum diberikannya
ditentukan berdasarkan pada panduan perlakuan
penyusunan skripsi Universitas b. Memberikan perlakuan
Negeri Surabaya dan judul penelitian Pemberian perlakuan yang
yang telah disepakati dengan dosen dilakukan ntuk mengembangkan
pembimbing. kemampuan menulis pengalaman pribadi
c. Memilih Subyek Sebagai Penelitian dengan model pembelajaran kontekstual
Subyek yang diambil pada kepada siswa tunarungu kelas VII SMPLB-
penelitian ini berjumlah 6 anak B Karya Mulia Surabaya. Pemberian
tunarungu sesuai dengan karakteristik intervensi dilakukan
yang diteliti. Pemilihan subyek
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Peserta Didik Tunarungu

sebanyak 6 kali pertemuan dengan wantu 2 (Fase 4) Siswa dibagi ke dalam


x 35 menit. Learning beberapa kelompok
Dengan langkah-langkah sebagai berikut : Community
Perlakuan I & 2 Setiap kelompok bertugas
mencermati bagian-bagian
(Fase 1) Siswa menganalisis teks dari contoh teks
Kontruktivi pengalaman pribadi pengalaman pribadi yang
sme telah diberikan oleh guru
Siswa menganalisis buku
catatan harian Setiap kelompok
melaporkan hasil diskusi
Siswa mengingat kembali
pengalaman pribadinya
(Fase 5) Guru mencontohkan
Modelling penulisan pengalaman
(Fase 2) Siswa menemukan pokok- pribadi di papan tulis
Inquiry pokok yang harus ada dalam
tulisan pribadi Guru menunjuk beberapa
siswa untuk menceritakan
siswa mencatat bagian yang pengalaman pribadinya
harus ada dalam tulisan
pribadi. Yaitu : Guru membimbing seorang
siswa menuliskan
5. Orang yang pengalaman pribadinya di
terlibat dalam papan tulis
pengalaman.
6. Pengalaman (Fase 6) Guru menugaskan siswa
apa yang Reflection untuk mengungkapkan hal-
terjadi. hal yang telah dipelajari
7. Tempat
pengalaman Guru menugaskan siswa
itu terjadi. untuk mengungkapkan
8. Kesan perasaanya hari ini
terhadap
pengalaman Guru menugaskan siswa
yang terjadi menceritakan pengalaman
hari ini dalam bentuk
(Fase 3) Guru menggali pengalaman tulisan pengalaman priadi
Questionin siswa dengan bertanya
g “apakah kalian punya Siswa menulis pengalaman
pengalaman yang pribadinya hari ini di dalam
menyenangkan atau sedih?” buku catatan harian

Siswa menjawab (Fase 7) Guru memberikan penilaian


pertanyaan dengan Authentic tulisan pribadi yang telah
bimbingan guru Assessment ditulis oleh siswa dalam
bentuk penilaian karya tulis.
Guru menggali wawasan
siswa dengan bertanya :
“apakah kalian punya buku Perlakuan 3&4
catatan harian?” (Fase 1) Guru memberikan sebuah
“siapa yang punya buku kontriktivisme gambar “Anak
catatan harian?” Bersepeda”
Siswa menjawab Siswa menganalisis
pertanyaan guru gambar yang diberikan
oleh guru
Siswa bertanya jawab
dengan teman tentang Siswa mengingat
pengalaman pribadi pengalaman pribadinya
tentang pengalaman
bersepeda.
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Peserta Didik Tunarungu

pengalaman pribadinya di
(Fase 2) Siswa mengobservasi depan kelas
Inquiry gambar
Guru membimbing siswa
Siswa mencatat pokok- menuliskan pengalaman
pokok pengalaman pribadi tentang bersepeda
pribadinya terkait
gambar, yang meliputi : (Fase 6) Guru menugaskan siswa
Reflection untuk mengungkapkan
1. Orang yang hal-hal yang telah
terlibat dalam dipelajari
pengalaman.
2. Pengalaman apa Guru menugaskan siswa
yang terjadi. untuk mengungkapkan
3. Tempat perasaanya hari ini
pengalaman itu
terjadi. Guru menugaskan siswa
4. Kesan terhadap menceritakan
pengalaman yang pengalaman bersepeda
terjadi dalam bentuk tulisan
pengalaman priadi
(Fase 3) Guru menggali Siswa menulis
Questioning pengalaman siswa pengalaman pribadi
dengan bertanya “Siapa tentang bersepeda
yang punya sepeda?”
“apakah kalian pernah
(Fase 7) Guru memberikan
jatuh dari sepeda?”
Authentic penilaian tulisan pribadi
“apakah kalian suka
assessment yang telah ditulis oleh
bersepeda?” dll.
siswa dalam bentuk
penilaian karya tulis.
Siswa menjawab
pertanyaan dengan
bimbingan guru

Siswa bertanya jawab


dengan teman tentang
pengalaman pribadi Perlakuan 5&6
bersepeda. (Fase 1) Guru menugaskan siswa
Kontruktivisme observasi ke pasar
(Fase 4) Siswa dibagi ke dalam
Learning beberapa kelompok Siswa melakukan
Community observasi ke pasar
Setiap kelompok (Fase 2) Siswa mencatat hal-hal
berdiskusi tentang Inquiry yang mereka temukan di
kegiatan bersepeda pasar
Siswa mencatat pokok-
Setiap kelompok pokok pengalaman pada
melaporkan hasil diskusi hari ini, yang meliputi :
tentang pengalaman
bersepeda
1. Orang yang
terlibat dalam
(Fase 5) Guru menceritakan
pengalaman.
Modelling pengalaman pribadinya
2. Pengalaman apa
bersepeda
yang terjadi.
3. Tempat
Guru menuliskan
pengalaman itu
pengalaman pribadinya
terjadi.
bersepeda di papan tulis
4. Kesan terhadap
Guru menunjuk seorang pengalaman yang
siswa meneritakan
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Peserta Didik Tunarungu

terjadi
Guru menugaskan siswa
(Fase 3) Siswa bertanya tentang untuk mengungkapkan
Questioning hal-hal yang belum perasaanya hari ini
diketahui tentang pasar
Guru menugaskan siswa
Guru menggali menceritakan
pengalaman siswa pengalaman ke pasar
dengan bertanya “Siapa dalam bentuk tulisan
yang pernah ke pasar pengalaman priadi
sebelumnya?”
“Apa yang kalian temui Siswa menulis
di pasar?” pengalaman pribadi
“Apa ang kalian suka tentang pasar
saat di pasar?”
“Apa yang tidak kalian (Fase 7) Guru memberikan
suka saat di Pasar?” dll. Authentic penilaian tulisan pribadi
assessment yang telah ditulis oleh
Siswa menjawab siswa dalam bentuk
pertanyaan dengan penilaian karya tulis.
bimbingan guru

Siswa bertanya jawab G. Teknik Analisis Data


dengan teman tentang Teknik analisis data digunakan untuk
pengalaman pribadi menjawab suatu rumusan masalah atau
tentan pasar menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Metode analisis yang dilakukan dalam
(Fase 4) penelitian ini adalah analisis data statistic
Learning Siswa dibagi ke dalam non parametric. Statistic non parametric
Community beberapa kelompok adalah pengujian statistic yang dilakukan
karena salah satu asumsi normalitas tak
Setiap kelompok dapat dipenuhi. Hal ini dikarenakan jumlah
berdiskusi tentang
sampel yang kecil. Subjek penelitian kurang
pengalaman yang
mengesankan di pasar dari 10 anak. Selain itu statistic non
parametric juga digunakan untuk
Setiap kelompok menganalisis data yang berskala nominal
melaporkan hasil diskusi dan rdinalmaka rumus yang dipergunakan
tentang pasar untuk menganalisis data yang berskala
nominal dan ordinal. Maka rumus yang
(Fase 5) Guru menunjuk siswa
dipergunakan untuk menganalisis adalah
Modelling maju ke depan kelas
menceritakan kembali statistic non parametric jenis wiloxon Match
pengalaman di pasar Pairs Test
𝑇−𝜇𝑇
secara lisan. Z=
𝜎𝑇
Guru menugaskan siswa Keterangan:
seara mandiri Z : Nilai hasil pengujian statistik uji peringkat-
menuliskan pengalaman bertanda
pribadinya T : Jumlah tanda terkecil
X : jumlah jenjang/ranking yang kecil
Guru membimbing 𝑛(𝑛+1)
siswa menulis T: Mean (nilai rata-rata) =
4
pengalaman pribadi di
papan tulis 𝑛(𝑛+1)(2𝑛+1)
𝜎 T : Simpangan baku = √
24
(Fase 6) Guru menugaskan siswa n : Jumlah sampel
Reflection untuk mengungkapkan
hal-hal yang telah
dipelajari HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Peserta Didik Tunarungu

A. Hasil Penelitian ABY: 21 x 100 = 46,67


1. Penyajian Data. 45
a. Data Hasil Pre-test RIO: 18 x 100 = 40,00
Pre-test dilakukan untuk mengetahui 45
hasil kemampuan menuliskan pengalaman AFY: 18 x 100 = 40,00
pribadi mata pelajaran Bahasa Indonesia 45
yang terjadi sebelum diterapkan model
pembelajaran kontekstual pada siswa
tunarungu kelas VII SMPLB-B Karya Mulia Rata-rata nilai :
Surabaya. = Nilai
Tabel 4.1 (ASY+NJW+RMA+EGY+BNG+BLV+ABY+R
Hasil pre-test kemampuan menulis IO+AFY)
pengalaman pribadi siswa kelas VII
9
SMPLB-B Karya Mulia Surabaya

= 37,78 + 44,44 + 42,22 + 42,22 + 46,67 +


33,33 + 46,67 +40+40
9
= 373,33
9
= 41,48
Berdasarkan perhitungan tabel diatas
dapat ditunjukkan kemampuan
menuliskan pengalaman pribadi, nilai rata-
rata yang diperoleh 9 anak pada pre-test
adalah 41,48

b. Data Hasil Post-Test.


Post-test dilakukan untuk mengetahui
hasil kemampuan menuliskan pengalaman
pribadi mata pelajaran Bahasa Indonesia
yang terjadi setelah diterapkan model
pembelajaran kontekstual pada siswa
tunarungu kelas VII SMPLB-B Karya Mulia
Surabaya
Keterangan:
Nilai :Skor Total x 100
Skor maksimal

ASY: 17 x 100 = 37,78


45
NJW: 20 x 100 = 44,44
45
RMA: 19 x 100 = 42,22
45
EGY: 19 x 100 = 42,22
45 Tabel 4.2
BNG: 21 x 100 = 46,67 Hasil post-test kemampuan menulis
45 Pengalaman Pribadi Yang Terjadi Pada Anak
BLV: 15 x 100 = 33,33 Tunarungu Kelas VII Di SMPLB-B Karya
45 Mulia Surabaya
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Peserta Didik Tunarungu

9
= 91,36

Berdasarkan perhitungan tabel diatas


dapat ditunjukkan kemampuan
menuliskan pengalaman pribadi, nilai rata-
rata yang diperoleh 9 anak pada post-test
adalah 91,36

c. Rekapitulasi Hasil Kemampuan


Menulis Sebelum dan Setelah
Dilakukan dengan Model Pembelajaran
Kontekstual
Rekapitulasi dimaksudkan untuk
mengetahui perbedaan tingkat
kemampuan menulis pengalaman pribadi
yang terjadi pada anak tunarungu kelas VII
Keterangan: di SMPLB-B Karya mulia Surabaya
Nilai Akhir:Skor Total x 100 sebelum diberi perlakuan dan sesudah
Skor maksimal diberi perlakuan menggunakan model
pembelajaran kontekstual. Sehingga dapat
diketahui ada pengaruh atau tidak ada
ASY : 41 x 100 = 91,11 pengaruh model pembelajaran kontekstual
45 terhadap kemampuan menulis pengalaman
NJW : 42 x 100 = 93,33 pribadi yang terjadi pada anak tunarungu
45 kelas VII di SMPLB-B Karya mulia
RMA : 41 x 100 = 91,11 Surabaya. Adapun hasil rekapitulasi pre-
45 test dan post-test kemampuan menulis
EGY : 41 x 100 = 91,11 pengalaman pribadi:
45
BNG : 45 x 100 = 100
45
BLV : 41 x 100 = 91,11
45
ABY : 38 x 100 = 84,44
45
RIO : 40 x 100 = 88,89
45
AFY : 41 x 100 = 91,11
45

Rata-rata nilai :
=
Nilai(ASY+NJW+RMA+EGY+BNG+BLV+A
BY+RIO+AFY)
9 Tabel 4.3
= 91,11 + 93,33 + 91,11 + 91,11 + 100 + 91,11 Hasil rekapitulasi Sebelum dan
+ 84,44 + 88,89+91,1 Setelah Menggunakan Model
9 Pembelajaran Kontekstual Terhadap
Kemampuan Menulis Pengalaman
= 822,21
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Peserta Didik Tunarungu

Pribadi Yang Terjadi Pada Anak


Tunarungu Kelas VII Di SMPLB-B Karya
Mulia Surabaya

b. Perhitungan statistik dengan rumus


yang digunakan untuk menganalisis
adalah statistik non parametrik jenis
Keterangan: wilcoxon match pairs test.
Nilai rata-rata 9 anak sebelum Data-data dalam tabel kerja perubahan
diterapkan pendekatan saintifik adalah diatas diolah melalui teknik analisis data
dengan menggunakan wilcoxon match pairs
41,48 dan setelah diterapkan pendekatan
test:
saintifik dalam pembelajaran diperoleh
nilai rata-rata 91,36. T-µT
Hasil perbedaan nilai tersebut dapat Z= T
digambarkan pada grafik agar mudah Rumus wilcoxon match pairs test
dibaca dan dipahami dalam kemampuan (Sugiyono, 2013:136)
anak menuliskan pengalaman pribadi Keterangan:
melalui model pembelajaran kontekstual Z : Nilai hasil pengujian statistik
sebagai berikut: wilcoxon match pairs test
T : jumlah Jenjang/ rangking terkecil
µT : Mean (nilai rata-rata)

n (n +1)
4
n(n + 1)(2n + 1)
T : Standar deviasi √
24
Grafik 4.1
Hasil Sebelum Dan Setelah Menggunakan n : jumlah sampel.
Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap
Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi Adapun perolehan data sebagai berikut:
Yang Terjadi Pada Anak Tunarungu Kelas VII Diketahui: n = 9
di SMPLB-B Karya Mulia Surabaya µT = n (n +1)
4
= 9 (9+1)
2. Analisis Data.
4
Data hasil pre-test dan post-test dianalisis
= 9 . 10
menggunakan statistik non parametrik dengan
4
menggunakan rumus wilcoxon match pairs test.
= 90
a. Tabel kerja hasil kemampuan menulis
4
pengalaman pribadi, 9 siswa SMPLB-B
= 22,5
Karya Mulia Surabaya.
Tabel 4.4
Perubahan Tanda Pre-Test Dan Post- n(n + 1)(2n + 1)
T =√
Test Kemampuan Menulis 24
Pengalaman Pribadi Yang Terjadi 9(9 + 1)(2.9 + 1)
=√
Pada Anak Tunarungu Kelas VII Di 24
SMPLB-B Karya Mulia Surabaya. 9. 10. 19
=√
24
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Peserta Didik Tunarungu

90. 19 pengalaman atau yang sering dikenal


=√
24 dengan the cone of experiences bahwa
1,710 tingkatan tertinggi adalah pengalaman
=√ konkret dan tingkat terendah adalah
24
pengalaman abstrak (Suprihatiningrum,
= √71,25 2016). Edgar Dale memaparkan hasil temuan
= 8,44 penelitiannya yang berupa persentase
ingatan terhadap pembelajaran yang
Dengan demikian: dilakukan yaitu, melalui ceramah
kemampuan mengingat anak sebesar 20%,
Z = T- µT
melalui tertulis (membaca) kemampuan
T
mengingat anak sebesar 72%, melalui visual
= T - n (n +1) dan verbal (pengajaran melalui ilustrasi)
4 diperoleh persentase mengingat anak sebesar
80%, serta melalui partisipatori (bermain
√n(n + 1)(2n + 1) peran, studi kasus, praktek) sebesar 90%
24
(Warsono dan Hariyanto, 2012). Dalam
= 0 - 22,5 penelitian ini aktivitas pembelajaran yang
dilakukan anak adalah melalui partisipatori
8,44
yang dimulai dengan kegiatan
= 2,665 Kontruktivisme, anak mengkonstruksi sendiri
pengetahuan yang telah ia miliki dengan
3. Intepretasi Hasil Analisis Data. pengetahuan baru yang ia dapat dalam
Hasil analisis data yang digunakan proses pembelajaran melalui gambar, video
peneliti adalah statistik non parametrik dan pengalaman langsung. kemudian
dengan rumus uji wilcoxon match pairs test, Inquiry, anak menemukan hal-hal baru dan
mengingat hal yang telah diketahui,
karena data bersifat kuantitatif dalam bentuk
Questioning bertanya jawab mengenai hal
angka, serta jumlah subjek yang digunakan yang ingin dikatahui dengan guru dan
yaitu < 30 sampel. Dalam penelitian ini teman, Learning Community dengan
digunakan nilai kritis 5% yang berarti, Melaksanakan kerja sama bersama teman,
tingkat kesalahan pada peneltian ini adalah Modelling menyimak contoh/ilustrasi yang
5% sehingga tingkat kebenaran dalam berkaitan dengan topik pembelajaran.
penelitian ini sebesar 95%. Hal ini berarti Reflection, merefleksikan hal baru dan yang
telah dimiliki ke dalam bentuk tulisan
tingkat kepercayaan hasil analisis data yang
pengalaman pribadi sesuai dengan tema
dilakukan pada penelitian ini sebesar 95%. lingkungan yang telah dikontruksikan,
Nilai Z tabel dengan nilai kritis 5% (untuk kemudian Authentic Assesment dengan guru
pengujian dua sisi) = 1,96, diperoleh Z hitung melakukan penilaian terhadap hasil karya
(2,665) > Z tabel (1,96) sehingga hipotetsis tulis anak. Maka dengan aktifitas
kerja (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) pembelajaran tersebut model pembelajaran
kontekstual berpengaruh secara signifikan
ditolak. Ketika Ha diterima berarti, terdapat
terhadap kemampuan menulis peserta didik
pengaruh yang signifikan penggunaan
tunarungu di SMPLB-B Karya Mulia
model pembelajaran kontekstual Surabaya.
Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi Selain pembelajaran melalui konkret
Yang Terjadi Pada Anak Tunarungu Kelas dengan adanya partisipatori dalam
VII di SMPLB-B Karya Mulia Surabaya penelitian ini, adanya faktor pengulangan
A. Pembahasan. dalam pembelajaran juga dapat
Nilai kritis 5% memiliki arti tingkat mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam
kepercayaan hasil analisis data sebesar 95%. pembelajaran. Pada hukum latihan teori
Tingkat kepercayaan hasil 95% berarti
belajar Thorndike semakin sering dilakukan
pendekatan saintifik ini memiliki tingkat
keberhasilan sebesar 95% dalam pengulangan maka tingkah laku
pembelajaran menulis yang dilakukan. diulang/dilatih/digunakan maka asosiasi
Teori Bruner didukung oleh teori tersebut akan kuat (Suprihatingrum, 2016).
Edgar Dale yang dikenal dengan kerucut
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Peserta Didik Tunarungu

Pada penelitian ini pembelajaran PENUTUP


menggunakan model pembelajaran A. Kesimpulan.
kontekstual dilakukan pengulangan Berdasarkan hasil analisis uji wilcoxon
sebanyak 2 kali pada setiap lingkungan atau tentang Kemampuan Menulis Pengalaman
tempat terjadinya pengalaman yaitu Pribadi dengan menggunakan model
pengalaman di kelas, di lingkungan dan pembelajaran kontekstual Yang Terjadi Pada
tempat umum. Pengulangan dilakukan agar Anak Tunarungu Kelas VII Di SMPLB-B Karya
anak lebih paham yang diajarkan sehingga Mulia Surabaya, diketahui Z hitung 2,665
dapat menulis pengalaman pribadinya lebih besar dari pada nilai Z tabel dengan nilai
dengan baik. kritis 5% ( uji dua sisi ) = 1,96 sehingga
Penggunaan model pembelajaran hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis kerja
kontekstual dalam pembelajaran menulis, (Ha) diterima. Hasil analisis tersebut dapat
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
oleh (Siskawaty, 2013) dalam penelitiannya signifikan penggunaan model pembelajaran
Pembelajaran menulis karangan di kelas IV kontekstual terhadap kemampuan menulis
SDN 1 Suwawa Kabupaten Bone Bolango pengalaman pribadi peserta didik tunarungu
dengan menggunakan model pembelajaran di SMPLB-B Karya Mulia Surabaya
kontekstual dirasakan sangat menarik dan
disukai oleh siswa, dengan mengunakan B. Saran.
model pembelajaran kontekstual siswa dapat Berdasarkan simpulan di atas, maka
mengkaitkan materi materi pembelajaran dapat diberikan saran:
dengan konteks dunia nyata yang dihadapi 1. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini
siswa sehari – hari baik dalam lingkungan dapat dijadikan kajian materi dalam
keluarga, masyarakat, alam sekitar dan memberikan pelatihan-pelatihan untuk
dunia kerja sehingga siswa mampu membuat guru sebagai suatu model pembelajaran
dalam melaksanakan pembelajaran
hubungan antara pengetahuan yang
menulis pada peserta didik tunarungu.
dimilikinya dengan penerapannya dalam
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat
kehidupan sehari – hari sehingga proses
digunakan sebagai salah satu alternatif
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan
model dalam pembelajaran menulis
harapan.
khususnya menulis pengalaman
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pribadi.
model pembalajaran kontekstual
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil
berpengaruh terhadap kemampuan menulis
penelitian ini dapat dijadikan referensi
peserta didik tunarungu kelas VII SMPLB-B
sebagai bahan kajian penelitian
Karya Mulia Surabaya.
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA Djiwandono, Soenardi. 2011. Tes Bahasa


Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Malang:
Antia, S. D., Reed, S., Kreimeyer, K.,H. 2005. Indeks
“Written Language of Deaf and Hard of Hearing
Student in Public Schools” Oxford University Ekowati, Dewi. 2013 Peningkatan Kemampuan
Press. Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode
Peta Alur Pikiran (Mind Mapping) Pada Siswa
Dalman, 2016. Keterampilan Menulis. Jakarta: Kelas VII SMP Negeri 2 Candimulyo Kabupaten
Fajar Interpratama Mandiri. Magelang Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi
tidak diterbitkan. Purworejo: PPs
Djibu, Siskawaty.2013 Kemampuan Siswa Menulis Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Karangan Menggunakan Pendekatan
Kontekstual Di Kelas IV SDN 1 Suwawa Haerudin, 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan
Kabupaten Bone Bolango. Skripsi tidak Khusus Tunarungu. Jakarta Timur: Luxima.
diterbitkan. Gorontalo: PPs Universitas
Negeri Gorontalo.
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Menulis Peserta Didik Tunarungu

Kleopatra Diakogiorgi, Didamy Katribouza,


Katerina Paila. 2011. “The Development Of
Writing Skills Of Deaf and Hard Of Hearing
Children” University Of Patras.

Purbaningrum, Yuliati. 2012 “Pembelajaran


Menulis dengan Pendekatan Menulis Proses
bagi siswa Tunarungu”. Bandung :
JASSI_AnakKu.

Rini, Catur Puspita. 2016 “The Effectiveness Of


Contextual Teaching And Learning To Improve
The Students Writing Skill In Descriptive Text
In The Second Year Of Smp 1 Muhammadiyah
Malang In Academic Year 2015/2016”. Tesis
tidak diterbitkan. Malang: PPs Universitas
Muhammadiyah Malang.

Sanjaya, 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi


Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Suparno dan Yunus, 2007. Keterampilan Dasar


Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka.

Tarigan, 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan


Berbahasa. Bandung : Angkasa Bandung.

Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif


berorientasi konstruktivistik. Jakarta : Prestasi
Pustaka.

Wasita, 2012. Seluk-Beluk Tunarungu &


Tunawicara Serta Strategi Pembelajarannya.
Jogjakarta : Javalitera.

Wolbers, Kimberly. 2007 “Using Balanced and


Interactive Writing Instruction to Improve the
Higher Order And Lower Order Writing Skills
of Deaf Student” Oxford University Press.

Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian.


Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan:


Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

You might also like