You are on page 1of 9

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA

MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER


KELAS V SDN 03 PONTIANAK KOTA

Marselina Aping, Kaswari, Endang Uliyanti


Program Studi Pendidikan Dasar FKIP Untan Pontianak
Email:Marselinaaping95@gmail.com

Abstract; The general problem of this research is, "Is the Numbered Head
Together model able to improve the speaking skill of grade V students of
Pontianak City State Elementary School?" This research aimed to improve the
students' speaking skill by using Numbered Head Together model on grade V
students of Pontianak State Elementary School City. This form of research is a
classroom action research with collaborative nature. The place of this research
is at State Elementary School 03 Pontianak City. Subject of the research
teacher and all students of class V which amounted to 30 people. Technique
collecting data used is Observation and observation of document with tool in
the form of observation sheet and document scrutiny sheet. This research was
conducted in 3 cycles with the final result of research on the relevant content
aspect, systematic organization, word accuracy and polite language and the
smoothness obtained in cycle I as many as 8 people or 26.67% in cycle II as
many as 15 people or about 55, 56% increased by 28.89% from cycle I, and in
cycle III as many as 22 people or about 78.57% increased by 23.01% from
cycle II.
Based on the data obtained can be concluded there is an increase in each cycle.

Keywords: Improved, speaking skills, model numbered head together.

PENDAHULUAN kesempatan untuk memperoleh sendiri


Pendidikan formal sebagai satu di pengetahuannya. Guru bukan hanya sebagai
antara jalur pendidikan, memegang peranan fasilitator, motivator dan penggerak dalam
yang sangat penting dalam kelangsungan pembelajaran,seharusnya guru menimba
pengembangan ilmu pengetahuan dan ilmunya dan melatih keterampilannya dalam
teknologi, untuk membantu proses proses pembelajaran, agar mampu
pembelajaran tersebut guru sangat menyajikan pembelajaran bahasa Indonesia
diperlukan. Guru dituntut kreatif dan terampil dengan menarik. Di dalam pembelajaran
dalam menyampaikan pembelajaran. Selain bahasa Indonesia, kita sudah mengetahui ada
itu, guru harus siap dalam penguasaan bahan, empat kemampuan berbahasa yang harus bisa
pandai mengelola kelas, mengelola program siswa kuasai yakni : kemampuan menyimak,
kelas, mengelola program belajar mengajar, kemampuan berbicara, kemampuan
pemanfaatan media, menguasai landasan membaca, dan kemampuan menulis. Tapi
pendidikan, serta mampu mengelola interaksi sayangnya hanya sedikit sekali siswa yang
belajar mengajar. bisa menguasai semua kemampuan tersebut,
Lingkungan belajar harus di rancang khususnya kemampuan berbicara.
sedemikian rupa sehingga siswa diberikan

1
Berbicara mempunyai tiga maksud Berdasarkan hal di atas, maka penelitian
umum yaitu memberitahukan dan yang berjudul “Peningkatan Keterampilan
melaporkan (to inform), menjamu dan Berbicara Melalui Model numbered head
menghibur (to entertain), membujuk, together Dalam Pembelajaran bahasa
mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to Indonesia Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri
persuade). 03 Pontianak Kota “ layak untuk dilakukan.
Dari hasil wawancara dengan guru kelas Secara umum tujuan penelitian ini
V yaitu Rajeni Tri Santri,S.Pd bahwa adalah untuk meningkatkan keterampilan
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya berbicara siswa dengan menggunakan model
keterampilan berbicara masih sangat kurang, numbered head together pada siswa kelas V
itu sebabkan oleh siswa merasa takut di Sekolah Dasar Negeri 03 Pontianak Kota.
tertawakan ketika salah menyampaikan Secara khusus, tujuan penelitian ini
tanggapan, kurang percaya diri, kurang adalah untuk mendeskripsikan : (1)
menguasai kosa kata, belum paham Kemampuan guru merancang pembelajaran
merangkai kalimat yang ingin di sampaikan, menggunakan model numbered head
KKM pada mata pelajaran bahasa Indonesia together yang dapat meningkatkan
adalah 75, tetapi masih banyak siswa belum keterampilan berbicara siswa. (2)
mencapai KKM yang sudah ada. Dalam hal Kemampuan guru melaksanakan
ini, peran diskusi sangat dominan. Salah satu pembelajaran menggunakan model numbered
teknik diskusi yang dapat meningkatkan head together yang dapat meningkatkan
kemampuan berbicara siswa khususnya keterampilan berbicara siswa. (3)
dalam menyatakan pendapat adalah model Kemampuan peningkatan Keterampilan
numbered head together. berbicara siswa dalam pembelajaran
Dengan model numbered head together, menggunakan model numbered head
siswa memiliki tanggung jawab terhadap together.
teman sekelompoknya untuk mempelajari Penelitian ini diharapkan dapat
dan menguasai bahan diskusi. Melalui model memberikan manfaat secara teoritis maupun
pembelajaran ini, siswa dapat berdialog dan praktis bagi pengembangan pendidikan
berinteraksi secara terbuka dan interaktif di terutama yang berkaitan dengan
bawah bimbingan guru sehingga siswa pengembangan pendidikan di sekolah serta
terpacu untuk menguasai bahan ajar yang dapat di jadikan referensi atau acuan untuk
disajikan sesuai standar kompetensi lulusan meningkatkan keterampilan berbicara dengan
(SKL) yang telah ditetapkan. menggunakan model numbered head
Oleh karena itu, agar dapat together.
menyampaikan pesan secara efektif, Menurut Badan Standar Nasional
pembicara harus memahami apa yang akan Pendidikan (BSNP, 2011:05),standar isi
disampaikan atau dikomunikasikan kepada Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar sebagai
lawan bicaranya. berikut “Pembelajaran bahasa Indonesia di
Model pembelajaran numbered head arahkan untuk meningkatkan kemampuan
together merupakan strategi pembelajaran peserta didik untuk berkomunikasi dalam
yang mengutamakan adanya kerjasama antar bahasa Indonesia dengan baik dan benar,baik
siswa dalam kelompok untuk mencapai secara lisan maupun tertulis,serta
tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya
dalam kelompok-kelompok kecil dan kesastraan manusia Indonesia”.
diarahkan untuk mempelajari materi Menurut Umi Faizah (2011:9), “tujuan
pelajaran yang telah ditentukan. Kemudian utama berbicara adalah untuk berkomunikasi
setiap siswa dituntut untuk dapat secara langsung antara pembicara dan
mengemukakan pendapatnya berdasarkan pendengar.” Kemudian O’loghlin (dalam
suatu permasalahan. Umi Faizah, 2011:8) menyatakan bahwa
tujuan berbicara adalah untuk mencari

2
informasi agar pendengar bisa mengambil (dalam Umi Fauziah 2011:7) menyatakan
dan mempergunakan informasi tersebut atau bahwa “ Berbicara merupakan suatu
mereka menginginkannya sebagai gambaran kemampuan mengucapkan kata-kata (bunyi
dari cerminan hidup mereka.” artikulasi) yang diekspresikan untuk
Berdasarkan kedua pendapat di atas, menyampaikan buah pikiran atau gagasan.
dapat dikatakan bahwa mata pelajaran bahasa Menurut St.Y.Slamet (2009:36) Tujuan
Indonesia diarahkan untuk meningkatkan utama berbicara adalah untuk komunikasi.
kemampuan dalam berkomunikasi dengan Menurut Djago Tarigan (1991:134) tujuan
bahasa Indonesia baik secara lisan maupun pembicara biasanya dapat dibedakan atas
tulisan. lima golongan yakni: (1) Berbicara untuk
Menurut badan standar nasional Menghibur (2) Berbicara untuk
pendidikan (BSNP, 2011:6) ruang lingkup Menginformasikan (3) Berbicara untuk
mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah Menstimulasi (4) Berbicara untuk
dasar mencakup komponen kemampuan Meyakinkan (5) Berbicara untuk
berbahasa dan kemampuan sastra yang Menggerakkan
meliputi aspek mendengarkan, berbicara, Henry Guntur Tarigan (2008:17)
membaca dan menulis. (1) Mendengarkan mengatakan bahwa pada dasarnya berbicara
(Listening) (2)Berbicara (Speaking) (3) mempunyai tiga maksud utama, yaitu: (a)
Membaca (Reading) (4) Menulis (Writing) Memberitahukan dan melaporkan (to inform)
Adapun aspek bahasa yang diteliti pada (b) Menjamu dan menghibur (to entertain)
peneliti ini adalah aspek berbicara. Alasan (c) Membujuk, membajak, mendesak, dan
memilih aspek berbicara ini karena berbicara menyakinkan (to persuade)
adalah suatu keterampilan berbahasa yang Berdasarkan pendapat diatas, tujuan
berkembang pada kehidupan anak, berbicara berbicara yaitu berkomunikasi dengan
sudah tentu berhubungan erat dengan kosa maksud memberitahukan,menghibur dan
kata yang diperoleh oleh anak. menyakinkan pendengar agar dapat
Menurut Douglas Brown (2003:140) memahami apa yang disampaikan pembicara.
mengatakan bahwa “Speaking is the product Ada pun jenis-jenis berbicara adalah
of creative construction of linguistic string sebagai berikut : (1) Berbicara berdasarkan
the speaker make choices of lexicon, tujuannya (2) Berbicara berdasarkan
structure, and discourse” yang artinya yaitu situasinya (3) Berbicara berdasarkan cara
Berbicara adalah produk konstruksi kreatif penyampaiannya (4) Berbicara berdasarkan
dari string linguistik sehingga pembicara jumlah pendengarnya (5) Berbicara
membuat pilihan leksikon, struktur, dan berdasarkan Peristiwa Khusus
wacana. Adapun dalam penelitian ini peneliti
Banyak pakar memberikan batasan mengambil jenis berbicara berdasarkan
tentang berbicara, Suharyanti (2011:4) tujuannya, karena pemahaman terhadap
menyatakan bahwa “Pada umumnya tujuan berbicara inilah yang perlu di pahami
berbicara (speaking) adalah perbuatan oleh pembicara dan lawan bicara
menghasilkan bahasa untuk komunikasi, dan Ada empat cara atau teknik yang dapat
hal ini merupakan suatu keterampilan yang atau biasa digunakan orang dalam
mendasar, dalam mempelajari bahasa”. menyampaikan pembicaraan,(H.G. Tarigan
Selanjutnya Brown dan Yule (dalam Umi dalam Mudini 2009:12) yaitu: (1) Metode
Fauziah 2011:6) menyatakan bahwa “ Impromptu ‘Serta Merta’ (2) Metode
Berbicara dapat dimaknai sebagai Menghafal (3) Metode Naskah (4) Metode
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi Ekstemporan
bahasa untuk mengekspresikan atau Adapun dalam penelitian ini peneliti
menyampaikan pikiran, gagasan atau mengambil teknik berbicara berdasarkan
perasaan secara lisan. Senada dengan metode Impromptu ‘serta Merta’, karena
pendapat tersebut Burhan Nurgiantoro

3
metode ini pembicara menyampaikan Mempersiapkan media pembelajaran bersama
pengetahuan yang dimiliki. guru kolaborator.
Tahap Tindakan (acting)
Pada tahap ini, peneliti memberikan
METODE PENELITIAN tindakan kepada siswa dengan menggunakan
Metode yang digunakan pada penelitian media audio visual.
ini adalah metode deskriptif. menurut Nana Tahap pengamatan (Observation)
Syaodih Sukmadinata (2015:54), “Metode Pada tahap ini, guru kolaborator
deskriptif adalah suatu metode dalam mengamati proses pembelajaran yang
meneliti status sekelompok manusia, suatu diberikan tindakan oleh guru pada setiap
objek, suatu set kondisi, suatu sistem siklus. Pengamatan ini dilakukan dengan
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa menggunakan lembar pengamatan yang
pada masa sekarang”. Bentuk penelitian yang berisi tentang perencanaan tindakan,
digunakan penelitian ini adalah Penelitian pelaksanaan tindakan, dan keterampilan
Tindakan Kelas (classroom action research). berbicara siswa.
Sifat penelitian pada penelitian ini adalah Tahap refleksi (Reflection)
bersifat kolaboratif. Menurut Suharsimi Pada tahap refleksi ini saatnya guru
Arikunto, dkk (2014:41), secara garis besar mengemukakan kembali apa yang sudah
model penelitian tindakan kelas terdapat terjadi dari awal proses pembelajaran, yaitu
empat tahapan yang lazim dilalui, antara lain mengkaji kekurangan dan kelebihan yang
sebagai berikut. Perencanaan, Pelaksanaan, didapat selama proses pelaksanaan observasi
Pengamatan, Refleksi. berlangsung. Hasil refleksi digunakan untuk
Tahap perencanaan (Planning) menetapkan langkah-langkah selanjutnya
Hal yang pertama kali dilakukan dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan.
sebelum melakukan observasi yaitu Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
melakukan perencanaan kegiatan kelas V Sekolah Dasar Negeri 03 Pontianak
pembelajaran bersama guru kolaborator guna Kota yang berjumlah 30 orang, perempuan
berjalannya proses pembelajaran dengan 16 orang dan laki-laki 14 orang.
lancar. Perencanaan-perencanaan kegiatan Penelitian ini dilakukan di Sekolah
tersebut antara lain : (a) Menentukan standar Dasar 03 Pontianak Kota yang beralamat di
kompetensi dan kompetensi dasar. (b) JL. K. H. Wahid Hasyim Gang. Cimahi
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran Untuk memudahkan dalam memahami
(RPP). (c) Mempersiapkan materi keempat langkah tersebut, dapat dilihat pada
pembelajaran bersama guru kolaborator. (d) gambar model PTK berikut:
Menentukan model pembelajaran. (e)

4
Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Menurut Suharsimi Arikunto
(2014:13)
Dalam suatu penelitian tindakan, ∑𝑋
𝑀𝑥 = 𝑁 (1)
perlu adanya suatu teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data.
Keterangan :
Menurut Sugiyono (2012:224) “Teknik
Mx = Mean yang kita cari
pengumpulan data merupakan langkah
∑X= Jumlah dari skor-skor (nilai-nilai)
yang paling strategis dalam penelitian,
yang ada
karena tujuan utama dalam penelitian
N = Number of class (banyaknya skor-
adalah mendapatkan data”. Teknik
skor itu sendiri)
pengumpulan data dilakukan adalah (1)
Untuk menentukan kategori
pengamatan adalah Proses yang akan
dipergunakan tolak ukur menurut FKIP
terjadi ketika penelitian berlangsung
UNTAN (buku ajar PPL, 2017:121)
digunakan alat berupa lembar
Keterangan:
pengamatan untuk menampung
1,00 – 1,99 = Kurang (D)
banyaknya data yang terjadi. (2)
2,00 – 2,99 = Cukup (C)
Pencermatan Dokumen adalah Untuk
3,00 – 3,49 = Baik (B)
dapat mencermati berbagai dokumen
3,50 – 4,00 = Baik sekali (A)
dapat digunakan lembar pengamatan
(2) Untuk menganalisis keterampilan
untuk melihat hasil dokumentasi
berbicara siswa menggunakan
penelitian. (Suharsimi Arikunto
pedoman penulisan yang telah
(2013:188)
disusun. Aspek-aspek yang dimiliki
Instrument pengumpulan data yang
meliputi isi yang relevan, organisasi
digunakan dalam penelitian ini adalah
yang sistematis, ketepatan kata dan
sebagai berikut. (a) Lembar Pengamatan
santun bahasa serta kelancaran.
merupakan alat pengumpulan data yang
Setiap aspek dibuat dilengkapi
digunakan untuk mengumpulkan data
dengan rentang 1-3. Untuk
perencanaan pembelajaran dan data
mempresentasekan nilai siswa yang
pelaksanaan pembelajaran dengan
sudah di peroleh. Adapun menurut
menggunakan model numbered head
Anas Sudijono (2014:43) rumus yang
together pada pembelajaran bahasa
digunakan adalah sebagai berikut.
Indonesia. (b) Pencermatan Dokumen
merupakan alat pengumpulan data yang 𝑓
merupakan dokumen hasil belajar siswa 𝑃 = 𝑁 𝑋 100% (2)
berupa dokumentasi anak berbicara Keterangan :
selama kegiatan pembelajaran P = Persentase
berlangsung. f = Jumlah frekuensi yang sedang dicari
Teknik analisis data yang persentasenya
digunakan dalam penelitian ini sesuai N=Jumlah frekuensi atau banyaknya
dengan sub masalah adalah sebagai individu (Number of case)
berikut. Dari hasil analisis data yang
(1) Untuk menganalisis kemampuan diperoleh, dapat diputuskan apakah
guru merancang dan melaksanakan penggunaan model numbered head
pembelajaran model numbered head together dapat meningkatkan
together yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam
keterampilan berbicara siswa. pembelajaran bahasa Indonesia.
Adapun rumus perhitungan menurut Adapun indikator keberhasilan
Anas Sudijono ( 2014:81), yaitu adalah sebagai berikut: (1) Kemampuan
sebagai berikut. guru merancang dan melaksanakan
pembelajaran dianggap berhasil apabila

2
mencapai skor minimal 3,00 – 4,00. (2) 2018. Pada perencanaan siklus III ini,
Keterampilan siswa berbicara dianggap peneliti bersama guru kolaborator yaitu
berhasil apabila memperoleh nilai Ibu Rajeni Tri Santri, S.Pd
minimal 66. membicarakan pokok bahasan yang
HASIL PENELITIAN DAN akan disampaikan pada siklus III, pada
PEMBAHASAN pertemuan pertama materi tanah longsor
Hasil Penelitian di Pontinak dan pertemuan kedua materi
Perencanaan pembelajaran pada rusaknya jalan aspal. Selanjutnya
siklus 1 ini dilaksanakan pada hari menentukan waktu pelaksanaan siklus
Kamis 15 Februari 2018, peneliti III yaitu pada hari Rabu 7 Maret 2018
bekerja sama dengan guru bahasa dan hari Kamis 8 Maret 2018.
Indonesia kelas V yaitu Ibu Rajeni Tri
Santri, S.Pd untuk berbicara pokok Pembahasan
bahasan yang akan dilaksanakan pada Setelah melakukan penelitian
siklus I yaitu tentang mengomentari sebanyak 3 siklus pada pembelajaran
suatu persoalan faktual yang terdapat bahasa Indonesia kelas V dengan
pada tayangan berita yang ditampilkan menggunakan model numbered head
pada saat proses pembelajaran, pada together yang dilakukan oleh peneliti
pertemuan pertama materi illegal loging dan diamati oleh guru kolaborator yaitu
yang terjadi di Kabupaten Kubu Raya Ibu Rajeni Tri Santri, S.Pd. Diperoleh
dan pertemuan kedua materi kabut asap rekapitulasi dari siklus I, II dan III
yang terjadi di Pontianak. sebagai berikut. (1) Kemampuan guru
Pelaksanaan pembelajaran siklus 1 merancang pembelajaran menggunakan
dilaksanakan pada hari Senin 19 model numbered head together pada
Februari 2018 dan hari Rabu 21 Februari keterampilan berbicara siswa.
2018 di kelas V Sekolah Dasar Negeri Berdasarkan grafik di bawah ini
03 Pontianak Kota. Tahap perencanaan dapat dilihat skor setiap tahap dalam
siklus II ini dilaksanakan pada Hari kemampuan guru merancang
jumat 23 Februari 2018. Pada pembalajaran yaitu sebagai berikut.
perencanaan siklus II ini, peneliti Merancang pembelajaran dengan
bersama guru kolaborator yaitu Ibu menggunakan model numbered head
Rajeni Tri Santri, S.Pd membicarakan together mengalami peningkatan.
pokok bahasan yang akan dilakukan Dimulai dari siklus I dengan skor rata-
pada siklus II, pertemuan pertama materi rata 3,13 kemudian dari siklus II dengan
banjir dan pertemuan kedua materi skor rata-rata 3,34 kemudian dar siklus
kebakaran. Selanjutnya menentukan III dengan skor rata-rata 3,55. Untuk
waktu pelaksanaan siklus II yaitu pada lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 1
Hari Senin 26 Februari 2018 dan berikut.
dilanjutkan Hari Rabu 28 Februari 2018.
Perencanaan siklus III ini
dilaksanakan pada hari Selasa 6 Maret

6
4
3.5 3.55
3.34
3.13
3
2.5
SIKLUS III
2
SIKLUS II
1.5
SIKLUS I
1
0.5
0
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III

Grafik 1
Rekapitulasi Kemampuan Guru Merancang Pembelajaran

(2) Kemampuan guru melaksanakan Dimulai dari siklus I dengan skor rata-
pembelajaran menggunakan model rata 3,02 kemudian dari siklus II dengan
numbered head together pada skor rata-rata 3,24 kemudian dari siklus
keterampilan berbicara siswa. III dengan skor rata-rata 3,47. Dapat
Berdasarkan grafik di bawah ini disimpulkan bahwa kriteria rata-rata
dapat dilihat skor setiap aspek dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
kemampuan guru melaksanakan menggunakan model numbered head
pembalajaran yaitu sebagai berikut. together pada keterampilan berbicara
Melaksanakan pembelajaran siswa adalah baik.
dengan menggunakan model numbered Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
head together mengalami peningkatan. pada grafik 2 berikut.

4
3.5 3.47
3.24
3.02
3
2.5
SIKLUS III
2
SIKLUS II
1.5
SIKLUS I
1
0.5
0
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III

Grafik 2
Rekapitulasi Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran

7
(3) Keterampilan Berbicara Siswa meningkat pada siklus kedua dengan
Menggunakan Model numbered head rata-rata 62,96 kemudian pada siklus
together (NHT) ketiga terjadi peningkatan lagi yaitu
Berdasarkan tabel dibawah ini 72,02.
dapat dilihat nilai keterampilan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
berbicara siswa dari siklus I sampai pada grafik 3 berikut.
siklus III yaitu sebagai berikut.
Pada siklus pertama rata-rata hasil
belajar siswa adalah 48,89 dan

100
90
80
72.02
70
62.96
60 SIKLUS III
50 48.89
SIKLUS II
40
30 SIKLUS I
20
10
0
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III

Grafik 3
Rekapitulasi Ketereampilan Berbicara siswa

Dari rekap di atas terlihat jelas bahwa perhatian oleh guru pada siswa, yaitu
penggunaan model numbered head penanaman nilai moral pada siswa
together dapat meningkatkan dalam hal kesantunan berbicara sebagai
keterampilan berbicara siswa. Namun seorang siswa yang berakhlak mulia.
ada hal lain yang perlu mendapatkan di (Sabri,T;2017).

SIMPULAN DAN SARAN pembelajaran, pemilihan langkah-


Simpulan langkah pembelajaran, kelengkapan
Berdasarkan hasil penelitian yang instrumen. Pada siklus I dengan rata-rata
diperoleh melalui penelitian Peningkatan 3,13 di kategorikan Baik, mengalami
Keterampilan Berbicara Melalui Model peningkatan pada siklus II sebesar 0,21
Numbered Head Together Dalam meningkat menjadi dengan rata-rata 3,34
Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa di kategrikan Baik, kemudian
Kelas V SD Negeri 03 Pontianak Kota, mengalami peningkatan dari siklus II
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai sebesar 0,21 jadi pada siklus III dengan
berikut. (1) Kemampuan guru rata-rata 3,55 di kategorikan Baik
merancang pembelajaran dengan Sekali. (2) Kemampuan guru
menggunakan model numbered head melaksanakan pembelajaran dengan
together mengalami peningkatan yang menggunakan model numbered head
terdiri dari tahap tujuan pembelajaran, together mengalami peningkatan yang
pemilihan materi ajar, pengorganisasian terdiri dari aspek pra pembelajaran,
materi ajar, pemilihan media kegiatan inti pembelajaran, dan penutup.

8
Pada siklus I dengan rata-rata 3,02 di DAFTAR RUJUKAN
kategorikan Baik, mengalami Anas Sudijono. (2011). Pengantar
peningkatan pada siklus II sebesar 0,22 Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja
meningkat menjadi dengan rata-rata 3,24 Grafindo Persada
di kategorikan Baik, kemudian dari BSNP. (2006). Standar Kompetensi
siklus II meningkat lagi sebesar 0,23 jadi dan Kompetensi Dasar SD/MI
pada siklus III dengan rata-rata 3,47 di Kelas V. Jakarta: kementrian
kategorikan Baik. (3) Keterampilan Pendidikan Nasional.
siswa berbicara menggunakan model Douglas Brown. (2003). Language
numbered head together di kelas V Assement Principles And
Sekolah Dasar Negeri 03 Pontianak Classroom Practice. California:
Kota mengalami peningkatan dari siklus Longman
I sampai siklus III. Dimulai dari siklus I Henry Guntur Tarigan. (2008).
nilai rata-rata 48,89 mengalami Berbicara Sebagai Suatu
peningkatan di siklus II sebesar 6,67 Keterampilan Berbahasa.
meningkat menjadi 55,56. Kemudian Bandung: Angkasa Bandung.
pada siklus III mengalami peningkatan Mudini. (2009). Pembelajaran
sebesar 16,46 dari siklus II meningkat Berbicara. Jakarta: DEPDIKNAS.
menjadi 72,02. Data persentase Nana Syaodih Sukmadinata. (2015).
ketuntasan kelas juga mengalami Metode Penelitian Pendidikan.
peningkatan. Pada siklus I siswa yang Bandung: PT Remaja Rosdakarya
tuntas sebanyak 8 orang atau sekitar Sabri, T. (2017). Value Based
26,67% pada siklus II sebanyak 15 Thematics Learning. JETL
orang atau sekitar 55,56% meningkat (Journal Of Education, Teaching
sebesar 28,89% dari siklus I, dan di and Learning), 2(2), 192-196.
siklus III sebanyak 22 orang atau sekitar Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
78,57% meningkat sebesar 23,01% dari Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
siklus II. Bandung: Alfabeta
Saran Suharsimi Arikunto. (2014). Prosedur
Berdasarkan kesimpulan diatas, ada Penelitian Suatu Pendekatan
beberapa saran yang akan dikemukakan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
dalam penelitian ini, yaitu sebagai Suharsimi Arikunto, Suhardjono,
berikut. (1) pembelajaran yang telah Supardi. (2011). Penelitian
dilakukan menggunakan model Tindakan Kelas. Jakarta:
numbered head together ternyata dapat Bumi Aksara
meningkatkan keterampilan berbicara Suharyanti. (2011). Pengantar Dasar
siswa. Ada baiknya dalam pembelajaran Keterampilan Berbicara.
bahasa Indonesia menggunakan model Surakarta: Yuma Pustaka
numbered head together. (2) Dalam FKIP UNTAN. (2017). Buku Ajar
pelaksanaan pembelajaran guru harus Program Pengalaman Lapangan-
profesional dalam mengatur waktu, agar 1 Micro Teaching. Pontianak:
pembelajaran dapat berlangsung dengan Fakultas Keguruan Dan Ilmu
efektif dan efesien. (3) Guru hendaknya Pendidikan
melakukan refleksi terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan agar guru dapat mengetahui
kekurangan-kekurangan dalam
pembelajaran untuk segera diperbaiki.

You might also like