Professional Documents
Culture Documents
PADA SISWA
(Studi Kasus : R-SMA-BI KESATRIAN 1 SEMARANG)
NASKAH PUBLIKASI
disusun oleh
Widhy Cahyaningtyas
09.11.3201
kepada
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2013
ANALISYS AND DESIGN OF INFORMATION SYSTEM E-LEARNING METHODS ON
STUDENTS (CASE STUDY : R-SMA-BI KESATRIAN 1 SEMARANG)
Widhy Cahyaningtyas
Ema Utami
Jurusan Teknik Informatika
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
ABSTRACT
ii
1. PENDAHULUAN
R-SMA-BI Kesatrian 1 Semarang merupakan salah satu dari beberapa sekolah
yang telah mempunyai sistem informasi berbasis web. Sesuai dengan kemajuan
teknologi, sekolah ini membutuhkan suatu pembelajaran yang fleksibel dan terdistribusi.
Dari sinilah muncul permasalahan yang menuntut perkembangan sistem informasi
dibidang internet yaitu dengan membuat sistem informasi metode E-learning pada siswa
atau sistem pembelajaran elektronik. Dalam hal ini, sistem informasinya akan
memberikan kemudahan bagi para guru maupun siswa dalam mendapatkan dan juga
mengelola informasi yang dibutuhkan dengan mengembangkan web yang telah ada.
Ketidak hadiran guru dalam kelas adalah alasan mengapa metode E-learning merupakan
suatu kebutuhan dalam mendukung proses belajar mengajar yang tidak lagi bergantung
pada guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Atau saat siswa izin karena suatu hal
yang membuat mereka tidak dapat mengikuti proses belajar mengajar, E-learning mampu
membantu siswa untuk dapat mempelajari materi yang telah disampaikan oleh guru
melalui internet dengan mendownload materi-materi yang dibutuhkan. Jenis
pembelajaran seperti ini tentu saja membutuhkan pengelolaan yang baik dan maksimal,
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi
Pengertian sistem informasi menurut James A. O’Brien (2007:45) dalam bukunya
"Management Information Systems" menyebutkan : Sistem informasi adalah gabungan
yang terorganisasi dari manusia, perangkat lunak, perangkat keras, jaringan komunikasi
dan sumber data dalam mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam
organisasi. Ada yang membuat perbedaan yang jelas antara sistem informasi, dan
komputer sistem Teknologi Informasi dan Komputer (TIK), dan proses bisnis. Sistem
informasi yang berbeda dari teknologi informasi dalam sistem informasi biasanya terlihat
seperti memiliki komponen TIK. Hal ini terutama berkaitan dengan tujuan pemanfaatan
teknologi informasi. Sistem informasi juga berbeda dari proses bisnis. Sistem informasi
membantu untuk mengontrol kinerja proses bisnis (O'Brien, J A. (2003). Introduction to
information systems: essentials for the e-business enterprise. McGraw-Hill, Boston, MA).
1
2.2 KONSEP E-LEARNING
Jaya Kumar C. Koran (2002), E-learning sebagai sembarang pengajaran dan
pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk
menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
Rosenberg (2001), Menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan
teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan.
Dalam pelaksanan kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran konvensional
beralih ke e-learning terdapat transformasi pembelajaran, yaitu : 1
1. Tindakan pelatihan tidak lagi cukup.
2. Pelatihan harus mencerminkan hasil yang jelas.
3. Perbaikan kinerja membutuhkan banyak aspek selain pelatihan.
4. Akses pembelajaran harus 24/7.
5. Fleksibilitas untuk mengakomodasi kecepatan belajar berbeda.
Dasar-dasar yang strategis yang digunakan untuk e-learning, yaitu :
1. Pendekatan baru untuk e-learning : Pelatihan secara online.
2. Sistem pembelajaran : Sebagai suplemen kelas.
3. Infrastruktur (prasarana) : Penggunaan teknologi untuk menyampaikan dan
mengelola e-learning.
4. Budaya belajar dan perubahan manajemen : Membuat lingkungan yang
mendukung proses pengenalan pembelajaran.
5. Menciptakan kembali organisasi pelatihan : Peran, fungsi, dan tanggung
jawab unit pelatihan barubah.
E-learning mempunyai tiga fungsi pembelajaran elektronik (e-learning dengan
2
media elektronik) terhadap kegiatan pembelajaran yaitu :
1. Suplemen (Tambahan)
2. Komplemen (Pelengkapan)
1
Lukito E. Nugroho. Slide Presentasi Electronic Learning : Concept and Development.
Departemen of Electrical Engineering. Gajah Mada University.
2
Arnold Liandro. SolidPDF.com
2
Beberapa institusi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model
kegiatan pembelajaran kepada para peserta didiknya. Tujuannya agar para peserta didik
dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan
aktivitas lain sehari-hari peserta didik, ada tiga alternatif model kegiatan pembelajaran
yang dapat dipilih peserta didik, yaitu :
a. Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional).
b. Sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet.
c. Sepenuhnya melalui internet.
Peran baru di dalam kelas setelah mengunakan e-learning yaitu :
1. Kelas tidak lagi satu-satunya tempat penyampaian pembelajaran.
2. Sinergi antara E-learning dan kerta pembelajaran akan menjadi lebih
halus.
3. Mengurangi pembelajaran oleh guru menuju arah belajar mandiri.
4. Tentu saja tanggal mulai dan berakhir akan menjadi tidak relevan.
5. Peran guru tidak sepenuhnya digantikan.
3
b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
c. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada
pendidikan.
4
sesuai SKBM dengan waktu awal mengajar hingga siswa melakukan
ulangan harian.
Penggunaan sistem e-learning ini diharapkan mampu menyajikan
informasi yang lebih akurat, relevan dan tepat waktu sehingga informasi yang
diperlukan siswa pada pembelajaran elektronik ini mampu meningkatkan
pemahaman yang tidak saja berlangsung di ruang kelas yang terbatas waktu
dan tempat.
3. Economics (ekonomi), Pemanfaatan media internet jelas akan lebih
menguntungkan dalam segi ekonomi dibandingkan dengan melakukan
tambahan pelajaran pada siswa dengan membebani biaya pembelajaran
tambahan, serta kewajiban pembelian buku diktat akan mengurangi beban
bagi siswa yang kurang mampu.
Dalam pemahaman materi selain dari pemahan guru, siswa juga memiliki
buku pelajaran yang telah ditetapkan sebagai buku pedoman yang akan
digunakan. Dari situ setiap siswa harus membeli 1 buku pada setiap mata
pelajaran. Jadi sistem pendamping ini akan membantu proses pembelajaran
dengan lebih ekonomis dengan fasilitas upload-download.
4. Security (Keamanan), dalam sistem informasi e-learning kelengkapan data
Admin, Guru dan siswa dilengkapi dengan password dan id login masing-
masing yang telah terenkripsi.
5. Efficiency (efisiensi), Jumlah jam wajib sekolah yang harusnya kurang dari
8 jam ditambah adanya jam tambahan pelajaran setelah pulang sekolah.
Dengan sistem e-learning sebagai sistem pendamping dirasa akan lebih
mengefisienkan waktu belajar dengan dapatnya siswa memperoleh informasi
sebanyak-banyaknya tanpa harus merasa jenuh setelah mengikuti jam wajib
belajar dalam rung kelas saja.
6. Service (layanan), Pembelajaran konvensional sudah baik namun masih
kurang maksimal. Guru yang sewaktu-waktu memiliki kepentingan mendadak
dan tidak dapat mengajar membuat informasi yang didapat akan cenderung
seadanya dan tidak maksimal.
Dengan sistem pendamping ini diharapkan proses belajar siswa mampu
tetap stabil ketika terjadi hal-hal yang demikian.
5
3.2 Analisis Kebutuhan Sistem
3.2.1 Kebutuhan Fungsional (Functional requirement)
Jenis kebutuhan yang berisi proses-proses apa saja yang nantinya dilakukan
oleh sistem. Kebutuhan fungsional juga berisi informasi-informasi apa saja yang harus
ada dan dihasilkan sistem.
6
2. Kelayakan Operasi (Operation Feasibility)
Kelayakan operasi berarti menganalisis apakah sistem mampu di
implementasikan.
Tabel 3.3 Kelayakan Operasi
No. Pertimbangan Penilaian Kelayakan
1 Kemampuan Baik
personil
2 Kemampuan sistem Baik
untuk melakukan
prosedur
3 Kemampuan sistem Baik
penyediaan
informasi
4 Efisiensi dari Baik
system
5 Keamanan data Baik
7
3.4.2 Flowchart yang diusulkan
8
3.4.3 DFD (Data Flow Diagram)
9
4. IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN
4.1 Implementasi
Tahap implementasi sistem (system implementation) adalah tahap
meletakkan sistem supaya siap dioperasikan. (Jogiyanto, 1990). Tahap awal dari
tahapan implementasi yaitu tahap instalasi software yang akan digunakan agar
sistem informasi ini dapat dijalankan.
4.2 Pembahasan Manual Program
4.2.1 Halaman sebelum login
Halaman index digunakan untuk login dengan kategori guru dan siswa. Pada
halaman index terdapat beberapa menu yaitu menu homepage, guru, siswa, kelas,
maple, dan karya ilmiah.
10
4.2.3 Halaman Buat Kuis Guru
Pada halaman ini guru dapat membuat memilih kelas sesuai dengan kelas mana
guru mengajar dan memilih maple kuis yang akan di inputkan, serta waktu pengerjaan
kuis.
11
4.2.4 Halaman Login Siswa
Pada halaman login siswa siswa dapat edit profil,melihat menu guru, menu
siswa, menu maple, materi yang di upload oleh guru, men-download karya ilmiah dan
mengerjakan kuis.
12
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, skripsi dengan judul
“ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI E-LEARNING PADA SISWA
(Studi Kasus : R-SMA-BI KESATRIAN 1 SEMARANG)” secara umum dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan analisis PIECES dapat dideskripsikan sistem informasi e-learning ini
mampu memberikan informasi yang tepat, cepat dan akurat sehingga
kedepannya diharapkan mampu menjadi sistem pendamping proses belajar
mengajar dimana dan kapan saja yang juga memiliki kelebihan :
a. Guru dapat memberikan kuis pada siswa dengan waktu yang dapat
di tentukan sendiri oleh guru.
b. Nilai secara otomatis tercantum pada daftar nilai setelah siswa
selesai mengerjakan kuis.
2. Pemodelan sistem pada perancangan web e-learning ini menggunakan
Flowchart dan DFD karena memiliki rancang bangun yang terstruktur.
Namun pada web ini masih terdapat beberapa kekurangan seperti :
a. Soal kuis hanya berbentuk benar salah dan belum mampu random.
b. Belum menggunakan paging sehingga, apabila inputan data terlalu
banyak maka web halaman browser akan terlalu panjang ke bawah.
5.2 Saran
Diharapkan untuk kedepannya sistem informasi e-learning ini masih dapat
dikembangkan lagi, sehingga dapat menghasilkan sistem yang baik dan mampu
meningkatkan mutu dan kualitas sekolah dan mampu melengkapi kekurangan sistem e-
learning ini menjadi lebih komplek hingga terlihat rapi.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis sampaikan. Penulis
berharap penggunaan sistem informasi e-leaning ini bermanfaat bagi penguna.
13
DAFTAR PUSTAKA
Al Fatta, Hanif. 2007. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. Yogyakarta Andi
Offset.
Jogiyanto HM. 1999. Analisis dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur
Teori dan Praktek Apliklasi Bisnis. Yogyakarta : Andi Offset.
Koran, Jaya Kumar C. 2002. Aplikasi E-Learning dalam Pengajaran dan Pembelajaran di
Sekolah Malaysia.
14