You are on page 1of 11

Promine Journal, June 2018, Vol.

6 (1), page 1 - 11

Studi Awal Geologi di Daerah Beruang Kanan Kabupaten Gunung Mas


Propinsi Kalimantan Tengah
(Preelimenery Geological Research at Beruang Kanan Site, Gunung Mas
Regency,Central of Kalimantan Provence)

Retno Anjarwati1,2, Arifudin Idrus1, Lucas Donny Setijadji1


1
Jurusan Teknik Geologi, UGM Yogyakarta
2
Jurusan Teknik Geologi, Universitas Mulawarman Samarinda

Abstract
The regional tectonic conditions of the KSK Contract of Work are located in the mid-Tertiary magmatic
arc (Carlile and Mitchell, 1994) which host a number of epithermal gold deposits (eg, Kelian, Indon,
Muro) and significant prospects such as Muyup, Masupa Ria, Gunung Mas and Mirah. Copper-gold
mineralization in the KSK Contract of Work is associated with a number of intrusions that have
occupied the shallow-scale crust at the Mesozoic metamorphic intercellular junction to the south and
continuously into the Lower Tertiary sediment toward the water. This intrusion is interpreted to be part
of the Oligocene arc of Central Kalimantan (in Carlile and Mitchell 1994) Volcanic rocks and
associated volcanoes are older than intrusions, possibly aged Cretaceous and exposed together with
all three contacts (Carlile and Mitchell, 1994) some researchers contribute details about the geological
and mineralogical background, and some papers for that are published for the Beruang Kanan region
and beyond but no one can confirm the genesis type of the Beruang Kanan region The mineralization
of the Beruang Kanan area is generally composed by high yields of epithermal sulphide mineralization.
with Cu-Au mineralization This high epithermal sulphide deposition coats the upper part of the Cu-Au
porphyry precipitate associated with mineralization processes that are generally controlled by the
structure.
Keywords: Mineralization, intrusion, rocks, geology, rocks.

1. Pendahuluan endapan mineral (Carlile dan Michell, 1994). Ada


enam jalur busur magmatik di Indonesia yang
Latar Belakang merupakan jalur utama mineralisasi logam, salah
satu diantaranya adalah jalur Busur Kalimantan
Kepulauan Indonesia terdiri dari jalur-jalur Tengah yang berumur Kapur Atas (Carlile dan
busur vulkanik dengan total panjang busur Michell, 1994). (Gambar 1)
sekitar 7000 km, dimana sebagian besar
merupakan segmen-segmen yang mengandung

Gambar 1. Distribusi dan penyebaran mineralisasi Kapur Akhir sampai Pliosen busur magmatik di
Indonesia. Indikasi arah kemiringan dari kerak subduksi (Carlile and Mitchell, 1994)

HP : 082189467969
* Korespodensi Penulis: ( (Retno Anjarwati) Jurusan Di Indonesia busur deposit logam Cu-Au
Teknik Geologi Universitas Mulawarman terdapat pada berbagai katagori tipe deposit
E-mail: retno_anjarwati@yahoo.com pembentukan emas yaitu tipe porphyry copper

1
Promine Journal, June 2018, Vol. 6 (1), page 1 - 11

gold, high sulphidation epithermal, low sesar yang berarah timur laut (van Leeuwen et
sulphidation epithermal, gold-silver-barite-base al., 1990) dan berupa busur paralel, atau akresi.
metal, skarn, dan sediment hosted mineralization Trend busur sesar normal, atau sesar geser
(Charlie dan Mitchell,1994). memotong struktur yang berarah Timur Laut.
Kondisi tektonik regional Kontrak Karya KSK Intrusi mid Tersier umumnya telah menempati di
terletak dalam busur magmatik berumur mid- dalam setting dilational di persimpangan fitur
Tersier (Carlile dan Mitchell, 1994) yang struktur utama. Prospek deposit mineral Cu di
merupakan host sejumlah deposit emas Kalimantan terletak dalam setting struktur geologi
epithermal (misalnya, Kelian, Indon, Muro) dan yang sama (Corbett dan Leach, 1998). Intrusi
prospek signifikan seperti Muyup, Masupa Ria, tingkat dangkal yang jelas sebagai anomali besar
Gunung Mas dan Mirah (Gambar 2). Mineralisasi pada data survei magnetik aero.
tembaga-emas dalam Kontrak Karya KSK Kenampakan morfologi melingkar besar,
dikaitkan dengan sejumlah intrusi yang telah jelas terlihat pada satelit, landsat, radar, dan
menempati pada kerak tingkat dangkal di gambar foto udara, umumnya bertepatan dengan
persimpangan antara batuan metamorf intrusi mid Tersier dan terkait dengan anomali
Mesozoikum ke selatan dan menerus ke sedimen magnetik tinggi. Struktur melingkar ditafsirkan
Tersier Bawah ke arah utara. Intrusi ini menjadi bentuk runtuhnya vulkanik dan menjadi
ditafsirkan menjadi bagian dari Oligosen busur host banyak prospek porfiri tembaga-emas dalam
Kalimantan Tengah (dalam Carlile dan Mitchell Kontrak Karya KSK. Sampai saat ini, lebih dari
(1994). Batuan vulkanik dan gunung api yang 38 porfiri dan tembaga porfiri-terkait dan / atau
terkait berumur lebih tua dari intrusi, prospek emas telah ditetapkan dalam Kontrak
kemungkinan berusia Kapur dan terekspos Karya KSK, dan hanya beberapa yang
bersama kontak ketiganya (Carlile dan Mitchell, dinyatakan berpotensi, yaitu prospek Baroi,
1994). Struktur di wilayah ini didominasi oleh Mansur dan Beruang.

110 115°
°

Daerah Penelitian

Gambar 1. Lokasi dari zona mineralisasi di wilayah busur Magmatik Kalimantan Tengah (KSK, 2004)

Menurut karya penelitian sebelumnya, penelitian yang menyebutkan penyelidikan rinci


beberapa peneliti memberikan kontribusi detail tentang asal dan aspek genetik deposit termasuk
tentang latar belakang geologi dan mineralogi, geokimia dan kimia mineral batuan, petrologi,
dan beberapa makalah untuk itu diterbitkan untuk karakteristik fluida batuan dan memasukkan
wilayah Beruang Kanan dan sekitarnya tapi wilayah tersebut bertipe porfiri . Oleh karena itu,
belum ada yang bisa memastikan tipe genesa studi rinci untuk analisis geokimia dan asal untuk
dari wilayah Beruang Kanan tersebut. Selain itu, mineralisasi, petrologi, studi geokimia serta kimia
juga melakukan beberapa pengambilan data mineral batuan dan inklusi fluida masih
lubang bor dan studi geokimia. Namun, tidak ada diperlukan dan akan dilakukan di daerah

© Mining Engineering Univ. of Bangka Belitung 2


Promine Journal, June 2018, Vol. 6 (1), page 1 - 11

penelitian ini untuk dapat mengetahui tipe dan terpencil, dimana tidak ada desa-desa yang
karakterisasi dari fluida hidrotermal dan juga permanen ada. Lokasi terisolasi dan akses ke
mengetahui tipe genetik dan model genetik yang dan di sekitar prospek sulit dan menerapkan
terdapat di wilayah Beruang Kanan pembatasan tertentu pada operasi lapangan.
Penerbangan udara harian menghubungkan
Lokasi dan Aksesibilitas Jakarta dengan Palangkaraya, ibukota
Kalimantan Tengah dengan waktu tempuh 2 jam
Beruang Kanan terletak di dalam PT 45 menit, kemudian menuju ke prospek Beruang
Kalimantan Surya Kencana wilayah Kontrak Kanan adalah memakan waktu sekitar delapan
Karya (KK KSK) di Kalimantan Tengah, di
jam perjalanan dengan kendaraan (approx. 350
selatan khatulistiwa (Gambar 3).
km), atau 50 menit dengan helikopter dari
Ini adalah sekitar 190 kilometer utara dan Palangkaraya. Jalan logging memberikan akses
sedikit barat dari Palangkaraya, ibukota ke daerah yang sebelumnya terpencil ini. Akses
Kalimantan Tengah. Proyek BKM (berpusat di ke proyek ini melalui jalan setapak (kaki) dari
Long. 113 25 00 E, Lat. 00 37 00 S) adalah di kamp lapangan, yang terletak di sisi timur di
pegunungan hutan dataran di hulu selatan dasar punggungan utama.
mengalir Kahayan dan Samba sungai di daerah

Gambar 2. Akses ke Beruang Kanan dari Palangkaraya, ibukota Propinsi Kalimantan


Tengah.(KSK,2004)

Tinjauan Geologi (Hutchison,1989). Kemudian intrusi granit pada


Trias Akhir kemungkinan termasuk ke dalam
Keberadaan busur benua merupakan
peristiwa yang masih berlangsung di Awal
prediksi sementara dari bagian Timur Laut
Mesozoik pada sabuk Asia Tenggara. Granit ini
Kalimantan Selatan melalui Kalimantan Tengah
diintrusi plutonik Kapur Awal dari busur
hingga Kalimantan Barat dan menuju ke Serawak.
Pegunungan Schwanner. Tuf ryolit pada Eosen
Batuan Pra Kapur meliputi satuan sedimen
Tengah berumur 49,7 dan 48,6 juta tahun yang
Mesozoik yang berada diatas skiss fillit
lalu (Baharuddin, dkk, 1990 dalam Carlile and
Palezoikum Akhir (Paleosen) dimana
Mitchell, 1994) dating sebelum Eosen akhir atau
terkonsolidasi ataupun tergabungkan pada
atas melalui sekuen sedimen yang berumur
proses orogenesa awal Mesozoik

© Mining Engineering Univ. of Bangka Belitung 3


Promine Journal, June 2018, Vol. 6 (1), page 1 - 11

Oligosen. Ketiadaan dari tuf riolit yang memiliki pembukaan laut Celebes (Moss, et.al.,1988).
sifat sama dengan mineralisasi barangkali hal itu (Gambar 4)
disebabkan oleh event pemekaran atau

Gambar 4. Peta Geologi Kalimantan (Moss, 1998)

Gambar 5. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian (Margono et.al.,1995)

2. Metode Penelitian lapangan akan dilakukan pemetaan,


pengumpulan data dan sampling. Analisis
Metodologi terutama mencakup empat laboratorium yang akan dilakukan adalah analisis
bagian: studi pra-lapangan, investigasi lapangan, petrolgrafi, geokimia dan studi inklusi fluida akan
analisis laboratorium, dan data analisis dan memenuhi tujuan penelitian. Metode penelitian
interpretasi. Studi pra-bidang mencakup tinjauan yang berkaitan dengan petrografi, analisis
literatur dan data sekunder. Bidang pekerjaan geokimia, dan studi inklusi fluida dan itu akan

© Mining Engineering Univ. of Bangka Belitung 4


Promine Journal, June 2018, Vol. 6 (1), page 1 - 11

dievaluasi model genetik dan asal mineralisasi analisis geokimia, kimia mineral, mineralogi dan
endapan tembaga. inklusi fluida.
Pemilihan dan Pengambilan Sampel Inti
Studi Pustaka
Pemboran
Studi pustaka dimulai dari studi meja berupa
Sebanyak seratus (100) sampel inti
tinjauan literatur dan dari data sekunder. Studi
pemboran diambil dari sembilan lubang bor
meja mempelajari kumpulan semua informasi
untuk di preparasi dan di analisis untuk studi
penelitian terkait dan studi eksplorasi tentang
petrografi, kimia batuan, kimia mineral dan inklusi
semua data wilayah dan penelitian sebelumnya.
fluida. Pengambilan perwakilan sampel inti
Review literatur termasuk belajar tentang geologi
pemboran ini dari tiap jenis satuan batuan ,
regional dan tatanan tektonik, stratigrafi, struktur
batuan alterasi dan dengan kedalaman yang
geologi dan pola distribusi patahan, mineralisasi
masing-masing berbeda.
deposit porfiri tembaga dan mineralisasi terkait
termasuk pula mempelajari peta geologi skala
Analisis Laboratorium
regional dan potensi cadangan.
Studi tentang karakteristik umum dan ciri khas Sampel akan dianalisis untuk mengetahui
dari deposit tembaga, genesa dan terjadinya studi mineralogi, studi geokimia dan studi kimia
perubahan alterasi, mineralisasi, karakteristik mineral dengan menggunakan mikroskop, X-ray
geologi, dan tahap pembentukan beberapa Diffraction (XRD) di lab Pusat Teknik Geologi
deposit epitermal juga dipelajari untuk Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik
mendukung penelitian ini. Data sekunder Universitas Gadjah Mada, X-Ray Fluorecence
terutama data untuk studi wilayah juga digunakan (XRF) dan Scanning Electron Microscopy
dalam penelitian ini seperti peta geologi (1: coupled with Energy Dispersive X-ray (SEM-
50.000) dan beberapa makalah penelitian dari EDX) di Nannotechnology Research Laboratory,
dipublikasikan dan tidak dipublikasikan buku, Institut Teknologi Bandung (ITB), Inductively
makalah, tesis, jurnal, laporan dll persiapan Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS) di
lapangan juga penting dan melibatkan ALS Canada, dan studi inklusi fluida di PT.Aneka
pengumpulan instrumen yang diperlukan, alat, Tambang unit Geomin, Pulogadung, Jakarta.
bahan dan lain-lain, sebelum berangkat ke Preparasi dan analisis petrografi untuk sayatan
lapangan. tipis dan sayatan poles dilakukan di Laboratorium
Geologi Ekonomi di Departemen Teknik Geologi,
Pekerjaan Lapangan Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
Indonesia.
Pengamatan Kondisi Geologi
Kunjungan lapangan pertama akan dilakukan 3. Hasil dan Pembahasan
di daerah prospek Beruang Kanan. Prioritas
penyelidikan lapangan mengumpulkan data Fisiografi Daerah Penelitian
geologi yang menjelajahi hubungan genetik dari
batuan induk (host rock), mineralisasi bijih, Lokasi penelitian terletak di daerah Beruang
alterasi dan contoh sampel dari mengidentifikasi Kanan, Kecamatan Tumbang Miri, Kabupaten
jenis batuan dan unit litologi yang ada di daerah Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah.
penelitian. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa lokasi
penelitian ini merupakan bagian dari Satuan
Pengamatan Alterasi/Mineralisasi Geomorfologi Perbukitan Bergelombang di
Pekerjaan lapangan yang penting lainnya di bagian tengah Pulau Kalimantan. Pegunungan
daerah penelitian adalah melakukan pemetaan Scwahner ini membentang di bagian tengah
data permukaan untuk mendapatkan data kekar, (KSK, 2004). Daerah penelitian memiliki
urat, zona mineralisasi dan juga pemetaan dan ketinggian berkisar dari ± 50 m hingga ± 400 m.
pengambilan sample batuan yang teralterasi Geomorfologi daerah penelitian berdasarkan
pada zona-zona alterasi. pengamatan di lapangan dan analisis foto udara
maka termasuk bentukan asal volkanik (sub
Pengambilan Sampel Permukaan satuan geomorfologi bukit vulkanik terdenudasi).
Pengambilan sampel (sampling) meliputi Pola pengaliran yang berkembang di daerah
sistematis pengumpulan sampel perwakilan dari telitianberdasarkan pengamatan termasuk pola
unit tiap jenis batuan termasuk hostrock dan subdendritik yang pola menyerupai bentuk
batuan dasar dari alterasi dan pada zona pohon yang dikontrol oleh erosi dan terdenudasi.
mineralisasi, baik dari permukaan dan bawah Sungai Beruang Tengah mempunyai bentuk
permukaan; hal ini bertujuan untuk digunakan lembah seperti huruf U yang mencirikan sungai
dalam berbagai analisis laboratorium untuk tersebut berstadia muda. Sungai tersebut
berbagai penelitian seperti studi petrografi, bermuara di Sungai Kahayan yang merupakan

© Mining Engineering Univ. of Bangka Belitung 5


Promine Journal, June 2018, Vol. 6 (1), page 1 - 11

sungai terbesar di Kalimantan Tengah KSK, batuan abu kecoklatanan, Tekstur batuan kemas
2004). terbuka sortasi sedang-buruk, ukuran fragmen
Secara umum morfologi daerah penelitian 0,2-5mm, ukuran matriks 0,5-1mm, Struktur Masif
secara garis besar dapat dibagi atas dua Komposisi Mineral asal:
satuan morfologi yaitu satuan morfologi  Kuarsa: Warna colorless, ukuran <0,1 mm,
bergelombang dan satuan morfologi perbukitan kilap kaca, belahan tidak ada, ketembusan
yang menonjol. Satuan morfologi perbukitan cahaya translusen, kelimpahan 1%
bergelombang diwakili oleh batuan sedimen  Mineral lempung Warna kuning kemerahan,
dengan ketinggian antara 300 m sampai 500 m ukuran <0,1 mm, kilap tanah, bentuk tidak
di atas muka air laut. Sedangkan satuan teramati, belahan tidak teramati, ketembusan
perbukitan yang menonjol diwakili oleh intrusi cahaya opaq, kelimpahan 7%
dari batuan beku dengan ketinggian antara 700  Plagioklas: Warna abu-abu, ukuran <1 mm,
m sampai 1500 m di atas muka air laut. kilap kaca, belahan 2 arah, ketembusan
cahaya translusen, kelimpahan 80%
Litologi  Feldspar: Warna hitam, ukuran 0,5-3 mm,
Satuan Batu Pasir kilap kaca, belahan 2 arah, ketembusan
cahaya translusen, kelimpahan 10%
Satuan batuan Batupasir ditemukan yakni
menempati wilayah Timur dari daerah penelitian
di Beruang Kanan. Warna batuan Batuan Warna

Gambar 6. Foto petrogarafis satuan batupasir pada sampel RA 156. (kanan Nikol Sejajar, Kiri Nikol
Silang)

Satuan Dasit Tuf  Mineral opak


Mineral opak, pada pengamatan PPL dan
Satuan batuan dasit porfiri ini menempati
XPL berwarna hitam, dengan relief tinggi, tidak
sebagian besar wilayah daerah penelitian di
memiliki pleokroisme, hubungan antar mineral
Beruang Kanan. Satuan ini dijumpapi pada loaksi
subhedral, ukuran mineral 0,4-0,6 mm, bentuk
pengambilan sampel RA 152, dan RA 3. Satuan
granular-tabular, kelimpahan 10%.
ini memiliki warna cokelat; tekstur klastik; butiran
didukung oleh fragmen; ukuran butir 0,5 – 1,5  Kuarsa
mm; bentuk butiran agak membundar – Kuarsa pada pengamatan PPL memiliki
menyudut; terpilah buruk; kemas terbuka; warna colorless, relief rendah, tidak memiliki
hubungan butiran float contact, long contact. pleokroisme, dengan hubungan antar mineral
Komposisi mineral pada satuan ini : subhedral-anhedral, ukuran mineral 0.1 mm- 1
mm. Pada pengamatan XPL memiliki warna
 Gelas
inteferensi clear grey orde I, dengan jenis
Gelas, pada pengamatan PPL memiliki
warna colorless dan XPL berwarna coklat, gelapan gelombang,bentuk granular-tabular,
kelimpahan 45%.
dengan relief rendah, tidak memiliki pleokroisme,
hubungan antar mineral subhedral, ukuran  Piroksen
mineral 0,2-0,7 mm, bentuk granular-tabular, Piroksen pada pengamatan PPL memiliki
kelimpahan 20%. warna colorless, relief kuat, tidak memiliki
pleokroisme, dengan hubungan antar mineral

© Mining Engineering Univ. of Bangka Belitung 6


Promine Journal, June 2018, Vol. 6 (1), page 1 - 11

subhedral-anhedral, ukuran mineral 0,3 - 0,5 mm. Lumpur pada pengamatan PP dan XPL
Pada pengamatan XPL memiliki warna berwarna coklat, dengan relief rendah, tidak
inteferensi hijau orde I, dengan jenis gelap tidak memiliki pleokrisme, hubungan anytar mineral
teramati,bentuk granular-tabular, kelimpahan subhedral, kelimpahan 15%
10%.
 Lumpur

Gambar 7. Foto petrografis satuan dasit tuf pada sampel RA 152 (Kanan nikol sejajar dan kiri nikol
silang)

Intrusi Diorit teramati,bentuk granular-tabular, kelimpahan


20%.
Intrusi diorit ini tersebar setempat pada
 Mineral opak
daerah penelitian. Lokasi tersingkap yang paling
Mineral opak, padapengamatan PPL dan
luas berada pada bagian barat daya daerah
XPL berwarnahitam, dengan relief tinggi, tidak
penelitian. Litodem ini dijumpai pada sampel
memiliki pleokroisme, hubungan antar mineral
RA26, RA 57, RA 63, dan RA 121B. Satuan ini
subhedral, ukuran mineral 0,1- 0,3 mm, bentuk
secara petrografis memiliki warna: putih
granular-tabular, kelimpahan 10%.
keabuan ; kritalinitas holokristalin ; granularitas
fanerik halus – sedang; bentuk mineral euhedral  Piroksen
– subhedral ; ukuran mineral 0,1 – 2 mm; relasi Piroksen pada pengamatan PPL memiliki
warna colorless, relief kuat, tidak memiliki
inequigranular- porfiritik. Komposisi mineral yang
terdapat pada batuan ini : pleokroisme, dengan hubungan antar mineral
subhedral-anhedral, ukuran mineral 0,3 mm- 0,5
 Plagioklas
mm. Pada pengamatan XPL memiliki warna
Plagioklas pada pengamatan PPL memiliki
inteferensi hijau orde I, dengan jenis gelap tidak
warna colorless, relief sedang, tidak memiliki
teramati,bentuk granular-tabular, kelimpahan
pleokroisme, dengan hubungan antar mineral
10%.
subhedral-anhedral, ukuran mineral 0,1 mm- 0,5
mm. Pada pengamatan XPL memiliki warna  Kuarsa
inteferensi clear grey orde I, dengan jenis Kuarsa pada pengamatan PPL memiliki
kembaran albit ,bentuk granular-tabular, pada warna colorless, relief rendah, tidak memiliki
fenokris berukuran 1mm dengan An-42 jenis pleokroisme, dengan hubungan antar mineral
andesin, dan pada mikrolit berukuran 0,5 mm subhedral-anhedral, ukuran mineral 0,1-0,4 mm.
dengan An- 40 jenis andesin, kelimpahan 55%. Pada pengamatan XPL memiliki warna
inteferensi clear grey orde I, dengan jenis
 Horblende
gelapan gelombang,bentuk granular-tabular,
Horblende pada pengamatan PPL memiliki
kelimpahan 5%.
warna coklat, relief sedang, memiliki pleokroisme,
memiliki pleokrisme, hubungan anytar
dengan hubungan antar mineral subhedral-
mineral subhedral, kelimpahan 15%
anhedral, ukuran mineral 0,2 mm- 0,6 mm. Pada
pengamatan XPL memiliki warna inteferensi
coklat orde II, dengan dengan jenis gelap tidak

© Mining Engineering Univ. of Bangka Belitung 7


Promine Journal, June 2018, Vol. 6 (1), page 1 - 11

Gambar 8. Foto petrografis Litodem diorite pada sampel RA 57. (Kanan nikol sejajar dan kiri nikol
silang)

Satuan Endapan Pasir Silika mendatar yang berarah Timur laut yang
panjangnya ± 400 km memanjang dari
Satuan endapan pasir Silika ini menmpati
Kalimantan Tengah ke Kalimantan Timur.
punggungan bukit di bagian tengah dengan arah
Struktur di wilayah ini didominasi oleh sesar
pelamparan ke timur pada bukit Beruang Kanan.
yang berarah timur laut (van Leeuwen et al.,
Satuan ini merupakan satuan paling muda dan
1990) dan berupa busur paralel, atau akresi.
diendapkan secara tidak selaras di atas satuan
Trend busur sesar normal, atau sesar geser
lain. Satuan ini belum mengalami proses
memotong struktur yang berarah Timur Laut.
diagenesa.
Intrusi mid Tersier umumnya telah menempati di
dalam setting dilational di persimpangan fitur
Struktur Geologi Daerah Penelitian
struktur utama.
Dari hasil laporan geologi lapangan KSK dan
intepretasi foto udara dijumpai dua jenis struktur Prospek Deposit Mineral Cu
geologi yang berkembang yaitu struktur sesar
Prospek deposit mineral Cu di Kalimantan
dan struktur kekar. Struktur kekar yang
terletak dalam setting struktur geologi yang sama
berkembang pada daerah telitian umumnya
(Corbett dan Leach, 1998). Intrusi tingkat dangkal
kekar gerus, kekar tarik dan kekar kekar yang
yang jelas sebagai anomali besar pada data
berhubungan dengan pembemtukan lava. Arah
survei magnetik aero. Berdasarkan hasil analisa
umum urat urat kuarsa adalah N 312° E/43°.
oleh peneliti rinci terdahulu (KSK, 2004) dengan
Data sesar di lapangan dicirikan adanya
skala 1 : 25.000 dan data-data struktur geologi
morfologi yang berbeda dan kelurusan sungai
yang dijumpai di lapangan, maka struktur geologi
dari intepretasi foto udara.
yang berkembang di daerah penelitian berupa
Struktur geologi daerah penelitian juga
struktur kekar dan sesar. Berikut adalah
mengikuti pola yang sama dengan struktur
penjelasan mengenai keduanya.
geologi regional yaitu timur laut (NE), dan barat
Gaya yang membentuk sesar-sesar pada
daya (NW). Kontrol struktur geologi sangat
daerah ini berarah tenggara – barat laut. Sesar
berpengaruh pada kehadiran mineral bijih pada
mendatar kanan yang berarah relative timur timur
daerah penelitian. Kedua trend utama struktur
laut – barat barat daya merupakan sesar utama
geologi ini memiliki pengaruh yang besar
pada daerah ini. Zona sesar ini menghasilkaan
terhadap kehadiran mineralisasi. Berdasarkan
sesar mendatar kanan yang berarah timur
data geologi di sekitar daerah penelitian
tenggara – barat barat laut yang merupakan R
menunjukan bahwa arah umum kehadiran sistem
shear dari zona sesar yang sebelumnya.
mineralisasi memiliki pola sejajar dengan pola
Sementara pada bagian utara, terdapat sesar
struktur geologi tersebut (Van Leeuven et.all.,
mendatar kanan berarah timur laut – barat daya
1990 dalam KSK, 2004) .
yang merupakan P shear dari zona sesar utama.
Secara regional dikontrol oleh sesar
1 sesar mendatar kiri pada barat laut peta yang
mendatar yang berarah Timurlaut dan setempat
merupakan antitetik dari pada sesar mendatar
dikontrol oleh rekahan tensional yang berarah
kanan yang utama yang memotong sesar
Barat laut yang berhubungan dengan sesar

© Mining Engineering Univ. of Bangka Belitung 8


Promine Journal, June 2018, Vol. 6 (1), page 1 - 11

mendatar kanan. Gaya yang bekerja berkembang terlihat pada peta geologi Lembar
kemungkinan berasal dari subduksi dari laut cina Tewah dengan arah umum timurlaut (NE) – utara
selatan yang berada pada bagian barat laut barat daya (NNW) serta baratlaut (NW) –
daerah penelitian. (Riedel, 1929 dalam Goerge, tenggara (SE). Kedua trend utama struktur
2000) geologi ini memiliki pengaruh yang besar
Struktur geologi daerah penelitian juga terhadap kehadiran mineralisasi. Berdasarkan
mengikuti pola yang sama dengan struktur data geologi di sekitar daerah penelitian
geologi regional yaitu timur laut (NE) dan barat menunjukan bahwa arah umum kehadiran sistem
daya (SW). Kontrol struktur geologi sangat mineralisasi memiliki pola sejajar dengan pola
berpengaruh pada kehadiran mineral bijih pada struktur geologi tersebut (KSK, 2004).
daerah penelitian. Trend struktur geologi yang

Gambar 9. Peta Geologi Daerah Beruang Kanan

menempati di dalam setting dilational di


4. Kesimpulan persimpangan fitur struktur utama.
4. Kontrol struktur geologi sangat berpengaruh
Dari hasil analisis yang telah didapat, maka pada kehadiran mineral bijih pada daerah
dapat disimpulkan bahwa: penelitian. Trend struktur geologi yang
1. Fisiografi dan geomorfologi maka termasuk berkembang terlihat pada peta geologi
perbukitan bergelombang bentukan asal Lembar Tewah dengan arah umum timurlaut
volkanik (sub satuan geomorfologi bukit (NE) – utara barat daya (NNW) serta
vulkanik terdenudasi). Pola pengaliran yang baratlaut (NW) – tenggara (SE).
berkembang di daerah telitianberdasarkan
pengamatan termasuk pola subdendritik Daftar Pustaka
yang pola menyerupai bentuk pohon yang
dikontrol oleh erosi dan terdenudasi.
_____,2004, Beruang drilling Report Central
2. Satuan litologi yang terdapat didaerah
Kalimantan Indonesia, Drill Hole Summary and
penelitian berupa batupasir, intrui diorit, dasit
tuf dan endapan pasir silica Section included Beruang Kanan, Beruang
3. Struktur di wilayah ini didominasi oleh sesar Tengah, Hulu Beruang Kanan gold zone,
yang berarah timur laut (van Leeuwen et al., Beruang Kanan polymetallic north by KSK
1990) dan berupa busur paralel, atau akresi. Geologists PT. Kalimantan Surya Kencana .
Trend busur sesar normal, atau sesar geser Allen, John M, 2013, Age Dating, Regional
memotong struktur yang berarah Timur Laut. Geology & Metallogeny , PT Kalimantan Surya
Intrusi mid Tersier umumnya telah

© Mining Engineering Univ. of Bangka Belitung 9


Promine Journal, June 2018, Vol. 6 (1), page 1 - 11
Corbett, G.J., 2009, Anatomy of porphyry-related
Kencana CoW, Central Kalimantan, Indonesia, Au-Cu-Ag-Mo mineralized systems: Some
report. exploration implications, Australian Institude of
Amiruddin and Trail, D.S., 1993, Geology of the Geoscientists North Queensland Exploration
Nangapinoh Sheet area, Kalimantan, Conference June 2000
Geological Research and Development
Centre, Bandung, 49 pp. Corbett, G.J., and Leach, T.M., 1998, Southwest
Arribas, A. Jr., 1995, Characteristics of high- Pacific rim gold - copper systems: Structure,
sulfidation epithermal deposits, and their alteration and mineralisation: SEG Special
relation to magmatic fluid: Mineralogical Publication No. 6., 236p.
Association of Canada Short Course, v. 23, p. Corbett, G.J., and Leach, T.M., 1998, Southwest
419–454. Pacific gold-copper systems: Structure,
Bagby, W.C., and Berger, B.R., 1985, Geologic alteration and mineralization: Special
characteristics of sediment-hosted, Publication 6, Society of Economic Geologists,
disseminated precious-metal deposits in the 238 p Garwin, S.L., 2002, The geologic setting
western United States, in Berger, B.R., and of intrusion-related hydrothermal systems near
Bethke, P.M., eds., Geology and geochemistry the Batu Hijau porphyry copper-gold deposit,
of epithermal systems: Reviews in Economic Sumbawa, Indonesia. Society of Economic
Geology, v. 2, p. 169-202. Geologists, Special Publication No. 9, pp.
Ballhaus, C. and Sylvester, P., (2000). Noble 333–366
Metal Enrichment Processes in The Merensky Chryssoulis, S. L. (2001). Using Mineralogy to
Reef, Bushveld Complex. Journal of Petrology, Optimize Gold Recovery by Flotation. Journal
545-561. of Minerals, Metals, and Materials Society, 48-
Bemmelen, Van, R.W. 1970. The Geology of 50.
Indonesia. Martinus Nijhoff, The Hague, 2 Craig, James R.,2001, Ore-Mineral Textures and
vols, p.732 The Tales They Tell, The Canadian
Bergman, SC., 1983, Geochemistry of the Saleo Mineralogist, Journal of the Mineralogist
Vulcaniclastic breccia, S.Bekanon, Central Association of Canada, vol. 39 part 4, pp937-
Kalimantan: a calc alkalie breccia of andesite 956
to dacite composition. Arco oil and gas Co. Defant, M.J. and Drummond, M.S., 1990.
Exploration 7 Production report TSR 83-33. Derivation of some modern arc magmas by
Bodnar, R.J., Reynolds, T.J., and Kuehn, C.A., melting of young subducted lithosphere.
1985, Fluid inclusion systematic in epithermal Nature, 347, pp.662-665.
systems: Reviews in Economic Geology, v. 2, Evans, Anthony M, 1993, Third Edition, Ore
p. 73–97. Geology and Industrial Minerals – An
Carlile, J.C. and Mitchell, A.H.G., 1994, Introduction. Blackwell Scientific Publications
Magmatic arcs and associated gold copper Inc,, pp389.
mineralization in Indonesia, Journal Franklin, J.M., Gibson, H.L., Jonasson, I.R., and
Geochemical Exploration, 50, 91–142. Galley, A.G., 2005, Volcanogenic massive
Clode, C., Proffett, J., Mitchell, P. and Munajat, I. sulfide deposits, in Hedenquist, J.W.,
(1999), Relationships of intrusion, wall-rock Thompson, J.F.H., Goldfarb, R.J., and
alteration and mineralisation in the Batu Hijau Richards, J.P., eds., Economic Geology 100th
copper-gold porphyry deposit. In Weber, anniversary volume, 1905–2005: Littleton,
G.(ed.) Proceedings Pacrim Congress, 10–13 Colo., Society of Economic Geologists, pp.
October 1999, Bali,Indonesia. Australasian 523–560.
Institute of Mining and Metallurgy,Melbourne, Garwin, S., Hall, R., and Watanabe, Y., 2005,
485–498 Tectonic Setting, Geology, and Gold and
Cooke and Simmons, 2000, Characteristics and Copper Mineralization in Cenozoic Magmatic
Genesis of Epithermal Gold Deposits, Reviews Arcs of Southeast Asia and the West Pacific.
in Economic Geology, v.13, p.221-244. Economic Geology, 100th Anniversary
Corbett, G.J., 2002, Epithermal Gold for volume, pp. 891-930.
Explorationists: AIG News No 67, 8p. Geiger, M; Prasetyo, D., Leach, Terry, 2002,
Corbett, G.J., 2004, Epithermal and porphyry Porphyry Copper Gold System in Central
gold – Geological models in Pacrim Congress Kalimantan., Technical Paper presentation :
2004, Adelaide, The Australasian Institute of Open Session Prospectors and Developer
Mining and Metallurgy, p. 15-23. Association of Canada, Annual Convention.
Corbett, G.J., 2008, Influence of magmatic arc Goldstein, R.H. and Reynolds, T.J. (1994):
geothermal systems on porphyry-epithermal Systematics of fluid inclusions in diagenetic
Au-Cu-Ag exploration models: Terry Leach minerals.– SEPM Short Course 31, Tulsa, 199
Symposium, Australian Institute of p
Geoscientists, Bulletin 48, p. 25-43.

© Mining Engineering Univ. of Bangka Belitung 10


Promine Journal, June 2018, Vol. 6 (1), page 1 - 11

George H. Davis, Alexander P. Bump, Pilar E. Model and animations. Journal of Asian Earth
GarcõÂa, Stephen G. Ahlgren 2000, Sciences, 20, p.353–431.
Conjugate Riedel deformation band shear Hall, R., 2009, Indonesia Geology, Royal
zones, The Department of Geosciences, The Holloway University of London. pp. 54- 460.
University of Arizona, Tucson, Arizona USA , Hall, R., 2014, The origin of Sundaland,
Journal of Structural Geology 22 , p 169-191. Proceeding of Sundaland resources 2014, p.1-
Groves, D.I., Goldfarb, R.J., M. Gebre- 25
Mariam, M., Hagemann,S.G. and Robert, F. Hamilton, W.H., 1979, Tectonics of the
1998, Orogenic gold deposits: a proposed Indonesian region. U.S. Geological Survey
classification in the context of their crustal Professional Paper, 1078, pp 345.
distribution and relationship to other gold Harahap, B.H., 1993. Geochemical investigation
deposit types. Ore Geology Reviews vol. 13, of Tertiary, magmatism rocks from Central
p.7-27 West Kalimantan, Indonesia. Proceedings
Hackmann, D, 2014, Beruang Kanan Main Zone 22nd Annual Convention, Indonesian
Kalimantan Indonesia, Rescource Estimate Association of Geologists, 1, pp. 304±326.
Report, Prepared under the auspices of the Hedenquist J.W., Aoki, M. and Shinohara, H.
Canadian National Instrument 43-101. (1994b). Fluid of volatiles and ore forming
Hall, R., 2002, Cenozoic geological and plate metals from the magmatic-hydrothermal
tectonic evolution of SE Asia and the SW system of Satsuma Iwojima volcano. Geology
Pacific: computer-based reconstructions. 22, p.585-588.

© Mining Engineering Univ. of Bangka Belitung 11

You might also like