You are on page 1of 17

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS NARRATIVE TEXT

DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA MELALUI METODE BANGMOGI


UPAYA MENINGKATKAN
HASIL PEMBELAJARAN MENULIS NARRATIVE TEXT
DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA
MELALUI METODE BANGMOGI
Oleh:
Bambang Purnomo

The narrative genre learning is the most difficult learning if it compares with the others learning such as: the
descriptive genre learning; the recount genre learning; the procedure genre learning and the report genre learning. From
the data of the pre-test activity (N0) which is done by researcher before the action show that the result of the writing
narrative test is low, so it needs solutions to solve the problem. The way to create the active, creative, effective and
enjoyable learning must be created.
The writing narrative genre learning need the special competency such as, the teachers must be able to give the
model the narrative text in written or orally. Because of the limitedness of the teachers’ competency, the using of the
learning media can help them to optimize the learning process. The writing narrative genre learning can be helped by
visual media or audio-visual. The picture card/OHP +slides (visual media) and VDC+TV, Multimedia computer + LCD
projector (audio-visual media) are able to create the active, creative, effective and enjoyable learning process.
The using suitable media in learning, it need the method, the way, the model which is effective to help the
students to gain the competency of the writing narrative genre. The writing narrative genre learning by using the
multimedia through the BangMoGI method has been able to increase the result learning. It has created the active, creative,
effective and enjoyable learning process which has been done by researcher in the classroom action research.

Key words: Upaya,Meningkatkan Hasil Pembelajaran menulis, Teks Narrative , Multimedia, Metode BangMoGI.
I. PENDAHULUAN
Writing adalah salah satu dari empat kompetensi yang seharusnya dikuasai oleh siswa-siswa Sekolah Menengah
Pertama dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Kenyataan yang ada bahwa banyak siswa yang belum memiliki
kompetensi menulis tersebut. Kompetensi menulis merupakan kompetensi yang memerlukan pengetahuan yang
komprehesif karena para siswa sebelum menulis suatu teks mereka harus mengetahui karakteristik dari sebuah teks
tersebut agar hasil teks yang dihasilkan dapat berterima oleh dunia international.
Writing narrative text merupakan kompetensi penting bagi siswa Sekolah Menengah Pertama karena writing narrative
text merupakan salah satu Kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Inggris yang harus dukuasai oleh siswa Sekolah
Menegah Pertama / Madrasah Tsanawiyah.
Dari hasil pre-test activitivity (test sebelum pembelajaran menulis teks naratif dilaksanakan yang hasilnya merupakan
Kondisi Awal (N0)) yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa semua siswa belum mengetahui dan memahami
tentang karakteristik dari teks naratif bahasa Inggris sehingga hasilnya rendah.
Pengetahuan tentang karakteristik dari teks naratif bahasa Inggris para siswa harus tahu antara lain: tujuan sosial,
struktur umum dan fitur-fitur kebahasaan yang muncul dalam suatu jenis teks naratif bahasa Inggris.
Dengan mengetahui karakteristik dari teks naratif bahasa Inggris seperti tersebut diatas diharapkan para siswa dapat
memiliki kompetensi untuk berkomunikasi secara tulis dengan baik, benar dan berterima.
Dengan keadaan yang demikian kompetensi writing narrative text siswa menjadi hal yang sangat penting karena
kompetensi tersebut merupakan salah satu Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa Sekolah Menengah Pertama/
Madrasah Tsanawiyah.
Sebagai salah satu alternatif meningkatkan kompetensi writing narrative text siswa adalah dengan mengoptimalkan
pembelajaran menulis teks naratif bahasa Inggris dengan mengupayakan media dan metode pembelajaran yang sesuai.

B. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang dapat peneliti identifikasi dintaranya aadalah sebagai berikut:
1. Bagaimana meningkatkan hasil pembelajaran menulis teks narratif dengan baik, benar dan berterima?
2. Upaya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil pembelajaran menulis teks narratif dengan baik, benar dan
berterima?
3. Apakah peran multimedia dapat meningkatkan hasil pembelajaran menulis teks narratif dengan baik, benar dan berterima?
4. Metode pembelajaran apa yang sesuai untuk meningkatkan hasil pembelajaran menulis teks narratif dengan baik, benar
dan berterima?

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang ada, peneliti membatasi pada masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengupayakan agar hasil pembelajaran menulis teks narratif dapat meningkat?
2. Media apa yang sesuai untuk digunakan untuk pembelajaran teks narratif?
3. Metode pembelajaran apa yang sebaiknya digunakan dalam pembelajaran naratif?

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang ada, maka secara spesifik
masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana meningkatkan hasil pembelajaran menulis teks narratif?

b. Apakah metode BangMoGI dengan menggunakan Multimedia dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran
untuk meningkatkan hasil pembelajaran menulis teks narratif ?
Dua masalah tersebut diatas dapat diintegrasikan sehingga merupakan suatu pemecahan masalah untuk
meningkatkan hasil pembelajaran menulis teks narratif sehingga masalah tersebut peneliti rumuskan ” Apakah melalui
metode BangMoGI dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan hasil pembelajaran menulis teks narratif?”
E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian tindakan kelas (classroom action reserach) ini dilaksanakan dalam rangka mengupayakan
agar hasil pembelajaran menulis teks narratif dapat meningkat.

2. Tujuan Khusus
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan memiliki tujuan khusus untuk meningkatkan hasil pembelajaran
menulis teks narratif melalui metode BangMoGI dengan menggunakan multimedia .

F. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan memiliki manfaat baik teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis dan
manfaat praktis peneliti jelaskan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian tindakan kelas ini memiliki manfaat untuk mendapatkan teori baru tentang upaya meningkatkan hasil pembelajaran
menulis teks naratif melalui metode BangMoGI dengan menggunakan multimedia.
b. Penelitian tindakan kelas ini memiliki manfaat sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis tersebut sekurang-kurangnya memiliki 3 manfaat yang peneliti uraikan sebagai berikut:
a. Bagi Guru
1) Untuk meningkatkan proses pembelajaran.
2) Untuk meningkatkan profesionalisme.
b. Bagi Siswa
1) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa di sekolah.
2) Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.
3) Untuk meningkatkan kompetensi menulis teks naratif bahasa Inggris siswa.
c. Bagi Sekolah
1).Untuk memberikan informasi faktual tentang keberhasilan pembelajaran.
2) Untuk memberikan masukan pada sekolah dalam menyusun program
kegiatan pada tahun pelajaran berikutnya.

II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Kondisi Awal
Data kondisi awal siswa kelas 7 a dalam kompetensi menulis teks naratif bahasa Inggris masih rendah. Data tersebut
diambil dari penilaian menulis dalam Pre-test activity (N0) sebelum pembelajaran teks naratif dengan menggunakan media
multimedia melalui metode BangMoGI dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini. Adapun rekapitulasi data
tersebut dapat dilihat dalam gambar 1 di bawah ini:

Gambar 1: Grafik rekapitulasi analisis hasil penilaian Pre-test activity (N0) yang dilaksanakan sebelum tindakan pembelajaran teks naratif
dengan menggunakan media multimedia melalui metode metode BangMoGI dilaksanakan.
Hasil Pre-test activity/N0 (tes sebelum pembelajaran naratif dilaksanakan) , dari analisis penilaian kompetensi menulis
teks naratif siswa kelas 7a menunjukkan rata-rata kelas sebesar 46,72 nilai tertinggi 60,00 dan nilai terendah 35,00 (Data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3 karya tulis ilmiah ini). Dari rekapitulasi yang ada dapat diketahui pada
awal sebelum adanya tindakan menujukkan tak seorang siswapun yang mengetahui dan memahami bagaimana menyusun
teks naratif pada saat diberikan tes untuk menyusun teks naratif. Dari hasil yang dikoreksi semua siswa menyusun teks
berbentuk deskriptif. Ada yang menyusun teks deskriptif orang, deskriptif benda dan deskriptif tempat. Dengan kondisi
awal demikian dapat diketahui bahwa semua siswa kelas 7a belum mengenal, mengetahu dn memahami teks nataif.
Kondisi yang demikianlah yang menyebabkan peneliti berusha keras untuk dapat menyajikan pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan siswa karena dari kelima jenis teks; deskriptive text, recount text, procedure text, report
text dan narrative text, teks naratiflah yang sulit untuk dibelajarkan pada siswa. Itulah kondisi awal yang dimiliki sebelum
pembelajaran teks naratif dengan menggunakan multimedia melalui metode BangMoGI. Kondisi yang demikian menjadi
tantangan yang menantang untuk bagaimana mengupayakan agar pembelajaran dapat berhasil untuk memberikan
pengetahuan, pemahaman dan kompetensi menulis teks naratif dengan baik, benar dan berterima.

B. Deskripsi Siklus I
Siklus I : Pembelajaran menulis teks narrative menggunakan media visual.
Pembelajaran pada siklus I menggunakan media visual (kartu gambar dan OHP dengan slidenya) melalui langkah-
langkah pembelajaran metode BangMoGI. Pembelajaran yang dibelajarkan adalah menulis teks narrative non-fiksi.
Langkah-langkah dalam siklus ini adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan(Planning), meliputi:
a. Penyusunan lesson plan.
b. Menyiapkan materi berdasarkan Teacher’s notes.
c. Menyiapkan media pembelajaran Visual
d. Menyiapkan model-model teks narrative non-fiksi
e. Menyiapkan showing board.
f. Menyiapkan instrumen penilaian.
g. Menyiapkan blangko pengamatan.

2. Pelaksanaan Tindakan(Acting)
Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Lesson Plan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pre-activity meliputi: greeting, check the class, motivating activities.
b. While-activity, meliputi:
1) Bang (membangun/building)
Langkah pertama adalah membangun motivasi, pengetahuan baru dan menggali pengetahuan yang sudah siswa miliki,
dengan cara tanya jawab, kuis, dan inqury. Dalam siklus I semua kegiatan untuk membangun pengetahuan hal-hal yang
berhubungan dengan teks narrative non-fiiksi. Berikut diberikan foto dokumentasi pada saat peneliti sedang melakukan
kegiatan dalam tahapan Bang (membangun/building) seperti dalam gambar 2 pada Bab IVdibawah ini:
Gambar 2: Bapak Bambang Purnomo selaku peneliti sedang melakukan tindakan membangun pengetahuan siswa dengan media visual
kartu gambar dalam tahapan Bang (membangun/ building).

2). Mo (Model/modeling)
Langkah kedua adalah untuk memberikan model teks narrative non-fiksi dengan media visual baik ragam lisan dalam
bentuk story telling maupun ragam tulis yang memberikan informasi tentang tujuan sosial, struktur umum dan fitur-fitur
kebahasaan serta pemahan tentang teks tersebut.

3) G (Grup/grouping)
Langkah ketiga adalah memberikan pembelajaran bagaimana kerja kelompok sehingga masing-masing siswa dalam
kelompok itu bisa saling berkolaborasi. Dengan kerja kelompok siswa mendapatkan pengalaman yang sangat memberikan
nilai positif dan memberikan pengetahuan bahwa manusia bukan makhluk individual tetapi makhluk sosial yang dalam
kehidupan sehari-hari agar dapat saling memberi dan menerima (take and give) dengan kegiatan diskusi dari apa yang
dibahas dalam pembelajaran teks narrative tersebut.

4) I (Individual/Independent)
Langkah keempat adalah untuk memberikan penugasan secara individual. Langkah ini memiliki tujuan untuk
mengetahui sejauh mana proses pembelajaran dikuasai siswa. Selaras dengan nafas mastery learning dikatakan bahwa
setiap siswa dapat menguasai pembelajaran yang disajikan dengan kecepatan yang berbeda-beda. Dalam tahap inilah suatu
kompetensi yang sesungguhnya dapat dilihat/diukur/dinilai. Hati-hatilah untuk masuk ke langkah kerja individual karena
jumlah siswa yang banyak, akan banyak juga waktu untuk mengkoreksi hasil siswa. Untuk itu pada tahap kerja kelompok
pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah para siswa sudah menguasai apa belum, jika belum alangkah bijak jika
pembelajaran diulang untuk memberikan pengetahuan yang cukup untuk menuju ke-kegiatan individual. Karena sedapat
mungkin peran guru diminimalkan, bila perlu para siswa betul-betul sudah mampu untuk melakukan tugas tanpa bantuan
orang lain.

c. Post-activity meliputi: refleksi, pemberian tugas untuk dikerjakan di luar jam pelajaran dan closing.
3. Pengamatan (Observing)
Selama kegiatan dilakukan pengamatan hal-hal sebagai berikut:
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran seperti: berapa kali siswa bertanya, berapa kali siswa menjawab, berapa kali
siswa berekspresi dan berapa kali siswa mempraktekkan. Seberapa jauh siswa mengerjakan tugas yang saya berikan.
Seberapa cepat siswa melaksanakan tugas dengan waktu terbatas. Seberapa jauh siswa dapat berkolaborasi dengan teman
kelompoknya.

4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi digunakan untuk mengetahui seberapa besar perolehan hasil pembelajaran yang peneliti lakukan. Sejauh
mana pelaksanaan tindakan pada siklus I berjalan efektif dan berdampak positif bagi proses pembelajaran. Berikut
diberikan rekapitulasi analisis hasil penilaian menulis teks naratif pada akhir siklus I seperti dalam gambar 3 di bawah ini:

Gambar 3: Grafik pencapaian kompetensi menulis teks naratif sampai dengan akhir siklus I
Setelah pembelajaran melalui model pembelajaran BangMoGI dilakukan sampai tahapan I
(Individual/Independent) dilakukan yang diperlihatkankan pada gambar 2 pada bab IV di atas menunjukkan bahwa rata-
rata nilai kelas 7a pada akhir siklus I sebesar 62,72 , nilai tertinggi mencapai 76, nilai terendah 51 dengan standard deviasi
5,21 dan baru satu siswa yang sudah mencapai target keberhasilan lebih dari atau sama dengan 75. Karena belum
menunjukkan keberhasilan pada siklus I, walaupun sudah terjadi peningkatan, untuk itu peneliti melanjutkan penetitian
tindakannya pada siklus II.

C. Deskripsi Siklus II
Siklus II : Pembelajaran menulis teks narrative dengan media audio-visual.
Pembelajaran pada siklus II menggunakan media audio-visual (TV, VCD, komputer dan LCD proyektor) melalui
langkah-langkah pembelajaran metode BangMoGI. Pembelajaran yang dibelajarkan adalah menulis teks narrative fiksi.
Langkah-langkah dalam siklus ini adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan(Planning), meliputi:
a. Penyusunan lesson plan.
b. Menyiapkan materi berdasarkan Teacher’s notes.
c. Menyiapkan media pembelajaran Audio-Visual
d.Menyiapkan model-model teks narrative fiksi
e. Menyiapkan showing board.
f. Menyiapkan instrumen penilaian.
g. Menyiapkan blangko pengamatan.
2. Pelaksanaan Tindakan(Acting)
Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Lesson Plan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pre-activity meliputi: greeting, check the class, motivating activities.
Kegiatan pada tahapan ini peneliti melakukan tindakan dengan membuka pembelajaran wacana interpersonal.

Berikut disajikan foto dokumentasi pada saat peneliti melakukan kegiatan awal pembelajaran menulis teks naratif seperti
dalam gambar 4 di bawah ini:

Gambar 4: Foto dokumentasi Bapak Bambang Purnomo sedang membuka pembelajaran dan mengecek kehadiran siswa.
b. While-activity, meliputi:
1) Bang (membangun/building)
Langkah pertama adalah membangun motivasi, pengetahuan baru dan menggali pengetahuan yang sudah siswa
miliki, dengan cara tanya jawab, kuis, dan inqury. Dalam siklus II semua kegiatan untuk membangun pengetahuan hal-hal
yang berhubungan dengan teks narrative fiksi. Berikut dokumentasi gambar pada saat peneliti sedang membangun
pengetahuan yang berhubungan dengan teks naratif menggunakan CD kamus dengan sarana computer multi media dalam
rangka memberikan optimalisasi media audio visual dengan harapan dapat meningkatkan kualitas proses maupun hasil
pembelajaran. Berikut dipertunjukkan foto dokumentasi pada saat peneliti sedang melakukan tindakan pada tahapan Bang
(membangun/building) seperti dalam gambar 5 ini:
Gambar 5: Bapak Bambang Purnomo sedang melakukan tahap Bang dengan menggunakan kamus CD dengan Komputer Multi-Media
dengan LCD out.

2) Mo (Model/modeling)
Langkah kedua adalah untuk memberikan model teks narrative fiksi dengan media audio-visual dalam tayangan
potongan-potongan film maupun ragam tulis yang memberikan informasi tentang tujuan sosial, struktur umum dan fitur-
fitur kebahasaan serta pemahan tentang teks tersebut. Penggunaan media audio-visual tersebut dalam rangka
mengoptimalkan pembelajaran agar lebih menarik dan menyenangkan. Disamping menggunakan TV dan VCD player
dalam memberikan modeling peneliti juga memberikan modeling dengan komputer multimedia dengan menayangkan
potongan-potongan film yang dapat lebih mudah untuk memberikan gambaran bahwa teks naratif berdasarkan konteks
yang sesuai karena teks naratif ini memiliki karakteristik yang beda dengan teks lain
Disamping itu peneliti juga memberikan modeling teks naratif bentuk tulis melalui computer multimedia dengan
program power point yang memiliki tujuan agar pembelajaran lebih dapat optimal sehingga dapat lebih diterima dan
dipahami
Berikut peneliti berikan dokumentasi program power point untuk memberikan modeling teks naratif secara tulis seperti
dalam gambar 6 di bawah ini:

Gambar 6: Bapak Bambang Purnomo sedang memberikan model teks narrative secara tertulis melalui tayangan LCD dengan program
power point (menjelaskan tujuan social, struktum umum teks narrative dan fitur-fitur kebahasaan yang digunakan).

3). G (Grup/grouping)
Langkah ketiga adalah memberikan pembelajaran bagaimana kerja kelompok sehingga masing-masing siswa dalam
kelompok itu bisa saling berkolaborasi. Dengan kerja kelompok siswa mendapatkan pengalaman yang sangat memberikan
nilai positif dan memberikan pengetahuan bahwa manusia bukan makhluk individual tetapi makhluk sosial yang dalam
kehidupan sehari-hari agar dapat saling memberi dan menerima (take and give) dengan kegiatan diskusi dari apa yang
dibahas dalam pembelajaran teks narrative tersebut.
Berikut peneliti berikan dokumentasi kegiatan kelompok, dalam kegiatan ini peneliti berfungsi sebagai fasilitator
dengan berjalan keliling sambil mengamati dan memberikan bantuan pada kelompok-kelompok yang memerlukan
bantuan. Disini terlihat tangan peneliti sedang menjelaskan tentang hal-hal yang dipertanyakan oleh kelompok seperti
dalam gambar 7 pada bab IV di bawah ini:

Gambar 7: Bapak Bambang Purnomo sedang berkeliling untuk membantu kelompok diskusi dalam menjawab task-task yang berupa
pertanyaan isi informasi dari teks dan pertanyaan yang berhubungan dengan karakteristik dan retorika dari teks narrative
4) I (Individual/Independent)
Langkah keempat adalah untuk memberikan penugasan secara individual. Langkah ini memiliki tujuan untuk
mengetahui sejauh mana proses pembelajaran dikuasai siswa. Selaras dengan nafas mastery learning dikatakan bahwa
setiap siswa dapat menguasai pembelajaran yang disajikan dengan kecepatan yang berbeda-beda. Dalam tahap inilah suatu
kompetensi yang sesungguhnya dapat dilihat/diukur/dinilai. Hati-hatilah untuk masuk ke langkah kerja individual karena
jumlah siswa yang banyak, akan banyak juga waktu untuk mengkoreksi hasil siswa. Untuk itu pada tahap kerja kelompok
pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah para siswa sudah menguasai apa belum, jika belum alangkah bijak jika
pembelajaran diulang untuk memberikan pengetahuan yang cukup untuk menuju ke-kegiatan individual. Karena sedapat
mungkin peran guru diminimalkan, bila perlu para siswa betul-betul sudah mampu untuk melakukan tugas tanpa bantuan
orang lain.
3). Post-activity meliputi: refleksi, pemberian tugas untuk dikerjakan di luar
jam pelajaran dan closing.

3. Pengamatan (Observing)
Selama kegiatan dilakukan pengamatan hal-hal sebagai berikut:
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran seperti: berapa kali siswa bertanya, berapa kali siswa menjawab, berapa
kali siswa berekspresi dan berapa kali siswa mempraktekkan. Seberapa jauh siswa mengerjakan tugas yang peneliti
berikan. Seberapa cepat siswa melaksanakan tugas dengan waktu terbatas. Seberapa jauh siswa dapat berkolaborasi
dengan teman kelompoknya.
Berikut peneliti berikan foto dokumentasi pada saat peneliti mengamati kinerja kelompok secara langsung dengan
cara mengelilingi masing-masing kelompok seperti terlihat pada gambar 8 di bawah ini:

Gambar 8: Bapak Bambang purnomo sedang berkeliling sambil mengamati dan membantu kelompok diskusi dalam menjawab task-
task yang berupa pertanyaan isi informasi dari teks dan pertanyaan yang berhubungan dengan karakteristik dan retorika
dari teks nerrative (Tahapan Grouping / G). Dalam hal ini peneliti juga memberikan selama proses kerja kelompok.
Setelah teramati adanya kelompok yang mampu menyusun teks naratif, melalui juru bicara pada kelompok itu untuk
mempresentasikan secara lisan apa yang kelompok itu hasilkan selanjutnya dipajang di papan display.

Berikut peneliti berikan foto dokumentasi seperti pada gambar 9, 10, dan
11 di bawah ini:
Gambar 9: Presentasi salah seorang dari kelompok untuk membaca nyaring (story
telling) dari teks narrative.

Gambar 10: Peneliti sedang memberi kesempatan pada kelompok yang sudah selesai memproduk teks narrative dan diwakili oleh salah
satu dari kelompok itu dia mampu mempresentasikan hasil tanpa teks.

Gambar 11: Masing-masing kelompok itu memajangkan hasil karya kelompok dipapan display dengan begitu antusias karena yang lebih
cepat menyelesaikan akan mendapat nilai lebih.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi dari hasil tindakan pada siklus II dengan media audio-visul


memberikan daya tarik yeng dapat menyenangkan siswa dalam mengikuti pembelajaran, kegiatan dapat berjalan dengan
lebih aktif, kreatif dan efektif serta berdampak positif bagi proses pembelajaran. Hasil kelompok siswa dipajang di papan
display sedangkan hasil individual dikumpulkan dalam map portofolio untuk mendapat penilaian end-product siswa secara
individual yang menunjukkan kompetensi dalam menyusun teks naratif. Berikut diberikan foto dokumentasi pada saat
siswa menyerahkan dokumen portofalio seperti dalam gambar 12 bab IV yang hasil penilaian protofolio khususnya
menulis teks naratif yang digunakan untuk merefleksi kegiatan selama siklus II seperti di bawah ini:.

Gambar 12: Para siswa sedang mengumpulkan hasil hasil masing-masing individu untuk mendapatkan penilaian dalam dokumen
portofolio.
Disamping itu peneliti pertunjukkan hasil rekapitulasi penilaian kompetensi menulis teks naratif siwa kelas 7a seperti
dalam gambar 13 di bawah ini:

Gambar 13: Grafik pencapaian kompetensi menulis teks naratif sampai dengan akhir siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan, penilaian dan hasil tulisan siswa dari siklus II beserta hasil refleksinya, menunjukkan
bahwa pencapaian hasil belajar dan kompetensi yang diharapkan sudah dapat diketahui dan sudah adanya peningkatan.
Antara lain: nilai rerata kelas 7a sebesar 78,72, nilai tertinggi 92,00, nilai terendah 67,00 dengan standard deviasi 5,21 dan
masih ada 2 siswa yang belum mencapai target dan kepada mereka diberikan program remedial proses dan remedial
penilaian dan akhirnya semua siswa mencapai target pencapaian. Untuk itu penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran
teks narrative dengan menggunakan multimedia melalui metode BangMoGI peneliti hentikan pada siklus II.

D. Pembahasan
1. Pembahasan Siklus I

NO URAIAN N0 S. I S. II S.I-N0 S.II-S.I Pembahasan


1 JUMLAH 1,822 2,446 624 pada siklus I
berdasarkan data-
2 NILAI RATA-RATA 46.72 62.72 16
data hasil nilai
3 NILAI TERTINGGI 60 76 awal (N0), nilai
4 NILAI TERENDAH 35 51 Siklus I. Berikut
5 STANDAR DEVIASI 5.21 5.21 peneliti
pertumjukkan hasi
l rekapitulasi hasil tindakan pada siklus I pada tabel 1 Bab IV di bawah ini:

Tabel 1: Tabel Rekapitulasi Analisis Hasil Penilaian Kompetensi Menulis Teks Naratif pada Siklus I
Pada tabel 1 Bab IV hasil rekapitulasi dari hasil pre-test activity (N0) kelas 7a yang dijadikan kondisi awal penelitian
tindakan kelas ini diambil dari data nilai siswa menulis teks naratif sebelum pembelajaran teks tersebut dilaksanakan. Dari
hasil nilai komulatif sejumlah 39 siswa kelas 7a terkumpul sebesar 1.822 sehingga kalau dirata-rata menunjukkan 46,72,
nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 35 dan standard deviasinya sebesar 5,21. Sedangkan pada akhir siklus I (S1), hasil
nilai komulatif sejumlah 39 siswa kelas 7a terkumpul sebesar 2.446 sehingga kalau dirata-rata menunjukkan 62,72, nilai
tertinggi 76 dan nilai terendah 51 dan standard deviasinya sebesar 5,21. Jika dikomparasikan antara nilai rata-rata N0
dengan rata-rata S1 maka kegiatan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan. Tetapi peningkatan pada siklus I ini
belum menuntaskan kompetensinya karena dari sejumlah 39 siswa baru 1 orang siswa yang mengetahui menulis teks
naratif. Karena tujuan pembelajaran baru dikatakan berhasil jika minimal 85% dari seluruh siswa kelas 7a dapat mencapai
target pembelajaran yang harus dicapai. Sudah ada peningkatan rata-rata sebesar 16, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
seperti pada gambar 14 di bawah ini:

Gambar 14: Grafik komparasi rerata hasil penilaian kompetensi menulis teks naratif Siklus I terhadap N0.

2. Pembahasan Siklus II

Pembahasan pada siklus II berdasarkan data-data hasil nilai awal (N0), nilai Siklus I dan Siklus II. Berikut peneliti
pertumjukkan hasil rekapitulasi hasil tindakan pada siklus II pada tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2: Tabel Rekapitulasi Analisis Hasil Penilaian Kompetensi Menulis Teks Naratif pada Siklus II

NO URAIAN N0 S. I S. II S.I-N0 S.II-S.I


1 JUMLAH 1,822 2,446 3,070 624 624
2 NILAI RATA-RATA 46.72 62.72 78.72 16 16
3 NILAI TERTINGGI 60 76 92.00
4 NILAI TERENDAH 35 51 67.00
5 STANDAR DEVIASI 5.21 5.21 5,21 Pada tabel 2 Bab
IV hasil
rekapitulasi dari hasil pre-test activity (N0) kelas 7a yang dijadikan kondisi awal penelitian tindakan kelas ini diambil dari
data nilai siswa menulis teks naratif sebelum pembelajaran teks tersebut dilaksanakan. Dari hasil nilai komulatif sejumlah
39 siswa kelas 7a terkumpul sebesar 1.822 sehingga kalau dirata-rata menunjukkan 46,72, nilai tertinggi 60 dan nilai
terendah 35 dan standard deviasinya sebesar 5,21. Sedangkan pada akhir siklus I (S1), hasil nilai komulatif sejumlah 39
siswa kelas 7a terkumpul sebesar 2.446 sehingga kalau dirata-rata menunjukkan 62,72, nilai tertinggi 76 dan nilai terendah
51 dan standard deviasinya sebesar 5,21. Jika dikomparasikan antara nilai rata-rata N0 dengan rata-rata S1 maka kegiatan
pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan. Selanjutnya pada akhir siklus II (S2), hasil nilai komulatif sejumlah 39
siswa kelas 7a terkumpul sebesar 3070 sehingga kalau dirata-rata menunjukkan 78,72, nilai tertinggi 92 dan nilai terendah
67 dan standard deviasinya sebesar 5,21. Jika dikomparasikan antara nilai rata-rata N0 dengan rata-rata S1 maka kegiatan
pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan sebesar 16, Komparasi antara S1 dan S2 menunjukkan adanya peningkatan
16 sehingga kalau dikomparasikan antara N0 dengan S2 menunjukkan adanya peningkatan sebesar 78,72 – 46,72 = 32,
jika dirata-rata peningkatan tiap siklus sebesar 32 dibagi 2 sebesar 16. Tindakan pada siklus II sudah menuntaskan
kompetensinya sebanyak 94,9% karena dari sejumlah 39 siswa hanya 2 orang siswa yang belum mencapai target
keberhasilan menulis teks naratif, dengan kata lain ketidakberhasilan tindakan yang dilakukan dalam siklus ini hanya
5,1%. Setelah siklus II dilaksanakan tujuan pembelajaran sudah bisa dikatakan berhasil karena sudah lebih dari atau sama
dengan 85% dari seluruh siswa kelas 7a dapat mencapai target pembelajaran yang harus dicapai. Sudah ada peningkatan
rata-rata lagi sebesar 16, untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada gambar 15 Bab IV di bawah ini:

Gambar 15: Grafik komparasi rerata hasil penilaian kompetensi menulis teks naratif N0, Siklus I dan Siklus II.
E. Hasil Penelitian
Berdasarkan laporan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV ini dengan informasi kondisi awal sebelum
tindakan dilakukan, deskripsi tindakan tiap siklus dan pembahasan antar siklus bahwa penelitian tindakan melalui metode
pembelajaran BangMoGI dengan multimedia menujukkan adanya peningkatan pencapaian nilai rata-rata menulis teks
naratif kelas 7a baik selama siklus I maupun siklus II. Jika dibandingkan dengan keadaan sebelum dilaksanakan
pembelajaran teks naratif melalui metode pembelajaran BangMoGI dengan multimedia sudah menunjukkan adanya
peningkatan. Sehingga menurut indikator keberhasilan penelitian tindakan, tindakan yang dilakukan dapat dikatakan
berhasil. Disamping indikator diatas keberhasilan dapat dilihat dari tingkat keaktifan, sikap positif siswa untuk memihak
pada kebaikan dan rasa senang pada saat penggunaan media yang rekapitulasinya dapat dilihat pada tabel 3 tentang
keaktifan siswa selama pembelajaran, tabel 4 tentang keberpihakan terhadap kebaikan atau ketidakbaikan dan tabel 5
tentang rasa senang dengan media yang digunakan seperti yang dapat dilihat pada bab IV di bawah ini:
Tabel 3: Tabel rekapitulasi tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris

No Jenis aktivitas Jumlah tally


1 Questioning (bertanya) 185 tally
2 Answering (menjawab) 172 tally
3 Expressing (presentasi) 96 tally
4 Practicing (memerankan/demo) 81 tally
Dari tabel 3 bab IV diatas dapat dijelaskan selama pembelajaran bahasa Inggris menujukkan adanya keaktifan yang
dilakukan oleh siswa. Ada 185 kali siswa bertanya, ada 172 kali siswa menjawab, ada 96 kali siswa presentasi hasil karya
dan 81 siswa mendemontrasikan/memerankan sustu yang sedang dipelajari. Data diambil dari hasil penilaian siswa sendiri
(student self-assesment on learning process). Adapun caranya pada setiap ada pembelajaran bahasa Inggris semua siswa
sudah menyiapkan blangko penilaian sendiri, pada saat mereka melakukan aktivitas sesuai dengan aktivitas yang ada
dalam tabel penilaian sendiri langsung pada saat itu juga siswa meberikan tanda lidi (tally) dan kegiatan itu dilaksanakan
terus-menerus selama pembelajaran. Setelah satu minggu, bulan mereka disuruh merekap jumlahnnya, selanjutnya
peneliti mengumpulkan hasil tally siswa dan merekapnya dari seluruh siswa di kelas 7 a tersebut. Ada keuntungan dari
penilaian siswa sendiri (student self-assesment on learning process) antara lain, membantu tugas guru dalam menilai sikap
terhadap mata pelajaran, dalam hal ini semakin tinggi jumlah tally yang pernah mereka lakukan semakin baik dan aktif
siswa tersebut disamping itu dapat juga digunakan untuk melatih kejujuran siswa dalam menilai diri.

Tabel 4: Tabel rekapitulasi keberpihakan pada kebaikan (good moral)

No Sikap Keberpihakan Jumlah 39 % Keterangan


1 Good(Kebaikan) 39 100%
2 Bad (keburukan) 0 0%

Setelah dilakukan pembelajaran teks naratif yang kaya dengan pesan moral pada akhir pembelajaran peneliti menunjukan
tokoh yang baik dari hasil pengamatan dari 39 siswa semuanya memihak pada kebaikan dan sebaliknya tak seorangpun
meihak pada keburukan. Kalau proses tersebut dilakukan terus-menerus dapat membangun karakter siswa yang baik
(buliding a good character ). Dari data pada tabel 4 Bab Iv diatas dipertujukkan bahwa 100% siswa kelas 7a berpihak pada
kebaikkan.
Tabel 5: Tabel rekapitulasi rasa senang terhadap penggunaan media pembelajaran

No Media J. Sis T.Sng Agk Sng Sng Sng Skl Jml%


1 Tanpa Media 39 12 27
30,8% 69,2% 100
2 OHP/Gambar 39 8 31
20,5% 79,5% 100
3 VCD+TV 39 33 6
84,6% 15,4% 100
4 Komp+LCD 39 39
100% 100

Dari tabel 5 Bab IV diatas menunjukkan bahwa penggunakan multimedia dalam pembelajaran dapat meberi dampak rasa
senang yang positif. Dengan berbagai media yang variatif dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Dengan bangkitnya rasa senang berdampak positif terhadap pencapaian kompetensi siswa dalam
pembelajaran. Komputer multimedia merupakan media yang banyak disenangi oleh para siswa, kemudian VCD+TV,
selanjutnya OHP/Gambar. Data tersebut diambil dari blangko isian yang diisi oleh siswa pada saat merefleksi penggunaan
media yang bervariatif (multimedia). Dari tabel diatas menunjukkan 100% siswa sangat senang dengan media audio visual
melalui komputer multimedia + LCD proyektor, sejumlah 84,6% merasa senang dengan media audio visual melalui
VCD+TV, sebanyak 20,5% siswa agak menyenangi media visual melalui gambar dan OHP + Slidenya dan ada 30,8%
siswa yang tidak merasa senang jika pembelajaran dilaksanakan tanpa media pembelajaran.

III. SIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengalaman secara empiris dan hasil anlisisnya pada laporan hasil penelitian
tindakan kelas ini dan didukung secara teoritis yang dikemukakan pada laporan penelitian tindakan kelas (Classroom

Action Research) ini maka disimpulkan bahwa melalui metode BangMoGI dengan menggunakan multimedia dapat
meningkatkan hasil menulis teks naratif.

Metode pembelajaran BangMoGI dengan menggunakan multimedia dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
model pembelajaran bagi guru kreatif yang dapat mengaktifkan, mengkreaktifkan, mengefektifkan dan menyenangkan

proses pembelajaran,
Penggunaan media pembelajaran yang bervariatif dan sesuai memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran yang pada akhirnya dapat membantu peserta didik dalam mencapai kompetensi yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ary Ginanjar Agustian, 2005. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ). Jakarta: Penerbit Arga.
Agustin, Helena I.R, Dra., M.A., PhD. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Inggris. Jakarta : Dirjendikdasmen.
Andreas Priyono, Drs. , Dipl,Art,M.Sc.Ed. dan Drs. H. Djunaedi. Petunjuk Praktis Classroom Based Action Reseach. Semarang :
Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP Jateng, 2001.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMP dan MTs.
Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004.Pelajaran Bahasa Inggris kelas IX Sekolah Lanjutan Pertama Edisi 2. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pendekatan Kontekstual. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama.
DePorter,Bobbi,&Hernacki,Mike. 2005. Quantum Learning. Bandung: Mizan
Leonhardt, Mary. 2005. Cara Menjadikan Anak Anda Bergairah Menulis. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Mark Anderson and Kathy Anderson, Text Types in English, Malaysia, 2003.
MGMP Bahasa Inggris Kabupaten Kebumen, English Book 1 (English Competence Based through
Genre) for the Seventh Year, Kebumen , 2004.
MGMP Bahasa Inggris Kabupaten Kebumen, Pengembangan Silabus Bahasa Inggris, Depdikbud,
Kebumen, 2005.
Mulyadi, MP, 2009, Paparan Karya Tulis Ilmiah Guru, Widyaswara LPMP Jateng
Priyono, Andreas, Drs. , Dipl,Art,M.Sc.Ed. dan Drs. H. Djunaedi. 2001. Petunjuk Praktis Classroom Based Action Reseach.
Semarang : Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP Jateng.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Diposting oleh KARYA TULIS ILMIAH GURU/KEPALA SEKOLAHdi 07.12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)


Pengikut

Arsip Blog

 ► 2013 (2)
 ▼ 2011 (29)
o ▼ November (29)
 OPTIMALISASI GAIN SCORE ACHIEVEMENT NILAI UJIAN N...
 WACANA INTERPESONAL UNTUK MENINGKATKAN IMTAQ DAN M...
 ITEM AND TES ANALYSIS MANUAL (ITEMAN)

 PENCAPAIAN KOMPETENSI MELALUI PEMBELAJARAN TEKS (G...

You might also like