You are on page 1of 10

ISSN 1978-3000

Evaluasi Nutrisi Limbah Kulit Durian (Durio zibethinus) yang Difermentasi


Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada Masa Inkubasi yang Berbeda

Nutrient Evaluation of Durian (Durio zibethinus) Peel Fermented with White Rod Fungi
(Pleurotus ostreatus) Incubated in Different Time

Henny Suciyanti, Endang Sulistyowati, dan Yosi Fenita

Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu


Jalan W.R. Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371A
Email: hennysuciyanti@rocketmail.com

ABSTRACT

This research was aimed to evaluate nutrient contents of Durian (Durio zibethinus) peel by-product fermented
with white rod fungi (Pleurotus ostreatus) in several durations of incubation. This fermented Durian (Durio
zibethinus) peel by-product is expected to increase its nutrient contents and to decrease its fiber. The
fermentation of Durian peel by-product using Pleurotus ostreatus were in duration of 2, 4, 6, and 8 weeks. The
experiment was using completely randomized design, consisting of 5 treatments and 4 replications. The
treatments were P0 (control, without fermentation), P1 (2 weeks fermentation), P2 (4 weeks fermentation), P3 (6
weeks fermentation), and P4 (8 weeks fermentation).Variables measured were moisture, dry matter, ash, organic
matter, ether extract, protein, fiber, and nitrogen free extract. Results showed that the Durian peel by-product
fermented during different incubation time, showed very very significant effect (P<0.001) on moisture, dry and
organic matters, and ether extract; showed significant effect (P<0.05) on crude protein and fiber; but not
significant (P>0.05) on ash and nitrogen free extract. These results showed that fermentation of Durian peel by-
product with white rod fungi (Pleurotus ostreatus) incubated in 8 weeks was able to increase crude protein and
ash, but decrease the ether extract.

Key words : Durian peel by-product, Pleurotus ostreatus, incubation.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi limbah kulit durian yang telah difermentasi
menggunakan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) pada masa inkubasi yang berbeda. Limbah kulit durian
(LKD) yang difermentasi ini diduga dapat meningkatkan nilai nutrisi dan menurunkan kandungan serat kasar di
dalam LKD. Fermentasi LKD menggunakan Pleurotus ostreatus dilakukan selama 2, 4, 6, dan 8 minggu.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Masing-
masing perlakuan yaitu P0 (Perlakuan kontrol tanpa dilakukan proses fermentasi), P1 (fermentasi pada masa
inkubasi 2 minggu), P2 (fermentasi pada masa inkubasi 4 minggu), P3 (fermentasi pada masa inkubasi 6
minggu), dan P4 (fermentasi pada masa inkubasi 8 minggu). Variabel yang diukur meliputi kadar air, bahan
kering, abu, bahan organik, lemak kasar, protein kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa LKD yang difermentasi pada masa inkubasi yang berbeda berpengaruh
sangat sangat nyata (P<0,001) terhadap kadar air, bahan kering, bahan organik, dan lemak kasar. Berpengaruh
nyata (P<0,05) terhadap protein kasar dan serat kasar, serta berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar
abu dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKD yang difermentasi dengan
jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) pada masa inkubasi 8 minggu dapat meningkatkan protein kasar, dan
kadar abu, serta menurunkan kadar lemak kasar.

Kata Kunci : limbah kulit Durian, Pleurotus ostreatus, masa inkubasi, nutrisi ruminan

PENDAHULUAN ruminansia meliputi sapi, kerbau, kambing


Pakan merupakan salah satu faktor dan domba secara alami membutuhkan
penting dalam menentukan suatu pakan hijauan berupa rumput dan
keberhasilan terhadap usaha peternakan dedaunan. Ketersediaan bahan pakan
khususnya ternak ruminansia. Ternak hijauan sangat dipengaruhi oleh faktor

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 10 No 2 Juli -Desember 2015 | 77


ISSN 1978-3000

musim, dimana pada musim penghujan ostreatus). Jamur inidapat tumbuh baik
ketersediaan pakan hijauan berlimpah pada berbagai media seperti jerami padi,
sedangkan pada musim kemarau ampas kapas, serbuk gergaji, kayu lapuk
ketersediaan pakan sangat terbatas. Untuk serta ampas sagu (Sangadji et al.,2008).
mengatasi ketersediaan pakan hijauan Jamur Pleurotus osreatus inijuga
tersebut pemanfaatan limbah pertanian mengandung senyawa aktif berupa β-
menjadi pilihan alternatif (Widiastuti dan glucan yang digunakan sebagai suplemen
Firmansyah, 2005). karena aktivitas immunomodulatornya,
Limbah pertanian yang potensial polisakarida jamur tiram dapat merangsang
untuk dimanfaatkan sebagai salah satu pertumbuhan mikroorganisme usus sebagai
pakan alternatif yaitu kulit durian. Buah prebiotik (Widyastuti et al., 2011).
Durian (Durio zibethinus) merupakan buah Berdasarkan penelitian yang
tropika yang tumbuh subur di Indonesia. dilakukan Johan (2014), menyatakan
Menurut Badan Litbang Pertanian (2012), bahwa pemanfaatan limbah dari media
musim panen durian pada 42 lokasi di 23 tanam jamur Pleurotus ostreatus
provinsi tahun 2011-2012 secara umum meningkatkan protein kasar dan
menunjukanbeberapa wilayah di Indonesia menurunkan kadar serat kasar selama masa
pada bulan tertentu ada lokasi yang sedang inkubasi. Begitu juga dengan penelitian
mengalami panen durian. Ada dua musim yang dilakukan oleh Badarina et al. (2013),
puncak panen durian dari 42 lokasi yang bahwa limbah kulit kopi yang difermentasi
disurvei, yaitu pada bulan Desember - oleh jamur Pleurotus ostratus
Januari dan pada bulan Agustus. Dengan meningkatkan protein kasar dari 10,36
kata lain tingginya produksi durian maka menjadi 12,14 serta menurunkan kadar
akan meyebabkan tinggi pula hasil limbah hemiselulosa, lignin, tanin dan kafein.
ikutan durian berupa biji dan kulit durian. Jamur yang termasuk kelompok white rot
Produksi buah durian di Provinsi fungi merupakan salah satu jamur yang
Bengkulu pada tahun 2010 cukup tinggi dapat mendegradasi ikatan lignin lebih
yaitu berkisar antara 50.408 kuintal/tahun ektensif dibandingkan mikrooganisme
(BPS, 2012). Denganbobot total buah yang lain, karena pada jamur ini
durian terdiri dari 3 bagian, bagian pertama memproduksi enzim ligninolitic
daging buah sekitar 20-25%, kedua biji extracellular, seperti laccases, lignin
sekitar 5-15%, dan sisanya berupa bobot peroxidases and Mn peroxidases (Hatakka,
kulitmencapai 60-70% (Suhaidi, 2008). 1994). Dengan adanya pendegradasi bahan
Pemanfaatan limbah kulit durian yang lignoselulotik oleh jamur Pleurotus
hanya dianggap sampah dan barang tak ostreatus diharapkan dapat meningkatkan
berguna dapat dikumpulkan dan diolah kualitas pakan yang bersumber dari limbah
kembali sebagai bahan pakan alternatif. pertanian. Namun pada penelitian yang
Tentunya pemanfaatan kulit durian tidak dilakukan oleh Badarina et al., (2014),
serta merta dapat diberikan pada ternak. bahwa suplementasi pakan yang berasal
Sebelum dapat dimanfaatkan sebagai dari limbah kulit kopi fermentasi
pakan ternak, terlebih dahulu harus menurunkan produksi VFA (Volatile Fatty
diketahui kandungan nutrisi limbah kulit Acid). Hal ini disebabkan karena masih
durian, serta untuk mengurangi kadar serat tingginya kandungan lignin pada kulit kopi
kasar yang terkandung pada kulit durian sehingga mikroba rumen masih belum bisa
maka diperlukan fermentasi untuk mendegradasikan pakan fermentasi
mengurai ikatanlignin tersebut. tersebut, namun pada level pemberian 6%
Proses fermentasi yang dapat dalam pakan masih dikategorikan baik
diterapkan dalam pengolahan limbah karena masih memiliki nilai kecernaan
pertanian salah satunyayaitu dengan lebih dari 55%.
menggunakan jamur tiram putih (Pleurotus

78 | Evaluasi Nutrisi Limbah Kulit Durian (Durio zibethinus) (Suciyanti et al.)


ISSN 1978-3000

Tujuan Penelitian ini yaitu untuk Laboratorium Jurusan Peternakan


mengetahui perbedaankandungan nutrisi Universitas Bengkulu dan tahap kedua
limbah kulit durian (LKD) yang yaitu analisis proksimat yang dilakukan di
difermentasi menggunakan jamur tiram Laboratorium PAU (Pusat Antar
putih (Pleurotus ostreatus) pada masa Universitas) Fakultas Teknologi Pertanian,
inkubasi yang berbeda. Institut Pertanian Bogor (IPB).

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian


Pada penelitian ini menggunakan
Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
Penelitiandilaksanakan pada bulan mengunakan 5 perlakuan dan 4 ulangan.
Maret sampai Mei 2015 dengan melalui Pengaruh perlakuan terhadap peubah dapat
dua tahap. Tahap pertama yaitu proses diketahui dengan analisis ragam. Bila hasil
fermentasi LKD dengan menggunakan analisis ragam menunjukan hasil berbeda
Pleurotus ostreatus di Laboratorium nyata maka dilanjutkan dengan analisis uji
Jurusan Peternakan Universitas Bengkulu Duncan’s (Steel dan Torrie, 1991).
dan tahap kedua yaitu analisis proksimat Perlakuan yang diberikan adalah
yang dilakukan diLaboratorium PAU sebagai berikut :
(Pusat Antar Universitas) Fakultas P0 = LKD tanpa fermentasi (Kulit
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian durian setelah digiling).
Bogor (IPB). P1 = LKD fermentasi 2 minggu.
P2 = LKD fermentasi 4 minggu.
Alat dan Bahan P3 = LKD fermentasi 6 minggu.
Bahan yang digunakan pada P4 = LKD fermentasi 8 minggu.
penelitian ini adalahbibit jamur Pleurotus
ostreatus, LKD, dedak, kapur, gips, Kultivasi Kulit Durian dengan Jamur
alkohol,air bersih, larutan heksanSelenium Pleurotus ostreatus
mix, H2SO4 pekat, H2SO4 1,25%, aquades, Sebelum dilakukan fermentasi,
H3BO3, indicator Brom Cresol Green- terlebih dahulu dilakukan pembuatan
Methyl, HCl 0,1 N, larutan cloroform, media tempat tumbuh jamur dari limbah
NaOH 1,25%, alkohol, Nitrogen. kulit durian yang didapat dari penjual
Alat yang digunakan pada penelitian durian dibeberapa tempat di kota
ini adalah pisau, aluminium voil, kapas, Bengkulu. Metode dan komposisi substrat
autoclave, talenan, timbangan,neraca mengadopsi teknik Badarina et al. (2014).
analitik, gelas kaca volume 300gr, Labu Adapun tahapan pembuatan baglog
kjedahl, labu erlenmayer,tabung reaksi, sebagai tempat inokulasi jamur Pleurotus
kertas saring, pipit volumentrik, cawan ostreatus adalah sebagai berikut :
porselin, oven, desikator, sintered glass,  Kulit durian yang telah terkumpul
pompa vacum, tanur, petridisk. dibuang durinya yang kemudian diiris
tipisdan dikeringkan sehingga
Pelaksanaan Penelitian mencapai kadar air 10-15%.
Penelitian dilakukan selama 3 bulan Kulit durian yang telah kering
dengan mengamati pertumbuhan miselium kemudian digiling halus, yang
jamur Pleurotus ostreatus selama 2 kemudian akan dilakukan tahap
minggu, 4 minggu, 6 minggu dan 8 minggu pencampuran dengan beberapa
dan melakukan analisis proksimat. substrat. Komposisi substrat terdiri
Pada penelitian ini akan dilaksanakan atas 82,5% kulit durian , 15% dedak
dengan dua tahap. Tahap pertama yaitu padi, 1,5% gips, dan 1,0% CaCO3.
proses fermentasi LKD dengan
menggunakan Pleurotus ostreatus di

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 10 No 2 Juli -Desember 2015 | 79


ISSN 1978-3000

 Semua bahan tersebut dicampur dengan ±15 gram bibit jamur


hingga rata dan ditambahkan air Pleurotus ostreatus.
bersih sebanyak 80-95%, selanjutnya  Baglog yang telah diinokulasi bibit
dikomposkan selama 24 jam. jamur dimasukan dalam ruang
 Sebanyak 200gr campuran dimasukan inkubasi.
kedalam gelas kaca, ditutup bagian  Mengamati pertumbuhan miselium
atasnya menggunakan kapas dan jamur Pleurotus ostreotus selama 2
aluminium foil. minggu, 4 minggu, 6 minggu dan 8
 Baglog tersebut disterilkan pada suhu minggu.
1210C selama 15 menit. tabel komposisi campuran substrat
 Baglog kemudian didinginkan, setelah fermentasi menggunakan Pleurotus
itu masing-masing baglog diinokulasi ostreatus :

Tabel 1. Komposisi substrat untuk bahan media tanam jamur Pleurotus ostreatus
Substrat % Jumlah (gram)
Kulit Durian 82,5 4950 gr
Dedak 15 900 gr
Gips 1,5 90 gr
CaCO3 1 60 gr

Variabel yang diukur


Adapun Variabel yang diukurpada HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian uji karakteristikkandungan LKD
yangdifermentasi jamur tiram putih Analisis Proksimat
(Pleurotus ostreatus) ini meliputi kadar air, Rataan nilai analisis proksimat berupa
bahan kering, abu, bahan organic, protein kadar air (KA), bahan kering (BK), abu,
kasar, lemak kasar, serat kasar, dan bahan bahan organic (BO), lemak kasar (LK),
ekstrak tanpa nitrogen. Untuk mengetahui protein kasar (PK), serat kasar (SK), dan
kandungan nutrisi maka dilakukan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
analisisproksimat. Adapun prosedur kerja dengan menggunakan sampel LKD
analisis proksimat berdasarkan Association sebelum dan setelah fermentasi dapat
of Official Analytical Chemist (1992) yang dilihat pada Tabel 3 berikut :
dikutip oleh (Johan, 2014).

Tabel 2. Rataan kandungan nutrisi LKD yang difermentasi jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus) pada masa inkubasi yang berbeda
Variab P0 P1 P2 P3 P4 P
el
(%)
KA 8,89 ± 0,4b 11,78 ± 0,6a 11.06 ± 0,7a 11,21± 0,2a 11,16 ± 0,4a ***
BK 91.11 ± 0,4b 88.22 ± 0,6a 88,94 ± 0,7a 88,79 ± 0,2a 88,84 ± 0,4a ***
Abu 8,31 ± 0,6 8,97 ± 0,3 8,51 ± 0,2 9,98 ± 2,0 9,58 ± 1,0 ns
BO 81,93± 1,1a 77,68± 1,1b 79,06± 1,0b 77,40 ± 1,9b 77,85 ± 0,7b ***
LK 0,90 ± 0,1a 0,81 ± 0,2a 0,42 ± 0,09b 0,34 ± 0,07b 0,28 ± 0,04b ***
PK 4,73 ± 0,6b 5,57 ± 0,7ab 5,33 ± 0,2ab 5,50 ± 0,6ab 6,40 ± 0,2a *
SK 41,24 ±0,6a 36,80± 3,2b 40,39± 1,1a 40,91 ± 1,2a 38,29 ± 2,7ab *
BETN 44,82 ±1,1ab 47,84± 2,8a 45,35± 0,8ab 43,28± 2,7b 45,45 ± 2,ab ns
Keterangan : KA (Kadar Air), BK (Bahan Kering), BO (Bahan Organik), LK (Lemak Kasar), PK (Protein Kasar), SK (Serat
Kasar), BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen), P0 (Kulit durian tanpa fermentasi), P1 (Kulit durian
fermentasi 2 minggu), P2 (Kulit durian fermentasi 4 minggu), P3 (Kulit durian fermentasi 6 minggu), P4

80 | Evaluasi Nutrisi Limbah Kulit Durian (Durio zibethinus) (Suciyanti et al.)


ISSN 1978-3000

(Kulit durian fermentasi 8 minggu). Ns (Non-Significant).Superskrip yang berbeda pada baris yang sama
menunjukkan perlakuan berbeda sangat sangat nyata (***)pada taraf (P<0,001), dan berbeda nyata (*) pada
taraf (P<0,05), sedangkan superskrip yang sama pada baris yang berbeda perlakuan tidak berbeda nyata
(non significant)pada taraf (P>0.05).

Kadar Air abu, tetapipada tabel 3. Terlihat adanya


Berdasarkan hasil sidik sedikit peningkatan kadar abu. Namun
ragammenunjukkan bahwa fermentasi berdasarkan hasil sidik ragam pada bahan
LKD denganmenggunakan jamur organik adanya penurunan bahan organik
Pleurotus ostreatus berpengaruh sangat pada LKD yang sangat sangat signifikan
sangat nyata (P<0,001) terhadap (P<0,001). Hal tersebut membuktikan
peningkatan kadar air LKD. Hasil bahwa pertumbuhan miselium jamur tiram
penelitian menunjukan bahwa pada LKD putih memanfaatkan bahan organik yang
sebelum fermentasi (P0) memiliki kadar air terdapat pada sampel LKD.
8,89% atau BK LKD sebelum fermentasi
yaitu 91,11%. Namun setelah dilakukan Kadar Lemak
fermentasi selama 2 minggu, 4 minggu, 6 Berdasarkan hasil sidik ragam
minggu dan 8 minggukadar air pada LKD menunjukkan bahwa fermentasi LKD
mengalami peningkatan sebesar 21,5%. dengan menggunakan jamur tiram putih
Hal ini disebabkan pada tahapan sebelum berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
dilakukan fermentasi, terlebih dahulu terhadap penurunan kadar lemak LKD.
sampel yang akan digunakan diberi Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar
tambahan bahan-bahan pelengkap dan juga lemak tertinggi terdapat pada perlakuan
air sehingga meningkatkan kadar air kontrol yaitu 0,90% dan kadar lemak
sampel LKD. Sejalan dengan penelitian terendah terdapat pada P4 masa inkubasi 8
yang dilakukan Barde et al. (2015) bahwa minggu yaitu 0,28%. Dari hasil uji lanjut
terjadipenurunan kandungan bahan kering Duncan’s diketahui bahwa perlakuan
substrat limbah kulit cassava sebesar kontrol dan masa inkubasi 2 minggu nyata
3,24% yang difermentasi dengan spesies lebih tinggi kandungan lemaknya
jamur Pleurotus ostreatus. dibandingkan masa inkubasi 4, 6, dan 8
Menurut Hadrawi (2014), bahwa minggu. Berbeda dengan penelitian yang
jenis jamur ini merupakan kelompok dilakukan oleh Gnunu et al., (2010), bahwa
mikroorganisme yang memiliki pendegradasian nilai nutrisi sebagai bahan
kemampuan memecah lignin menjadi pakan oleh jamur tiram putih mengalami
karbodioksida dan air. Sama peningkatan antara perlakuan kontrol
halnyamenurut Hanum et al. (2011), 0,93% dengan perlakuan yang diinokulasi
bahwapenurunan bahan kering selama jamur tiram putih yaitu 1,64%.
proses fermentasi diakibatkan karena Berdasarkan penelitian dari
adanya aktivitas enzim, mikroorganisme Yuliastuti dan Susilo (2002), menunjukkan
dan proses oksidasi dengan membentuk persamaaan pada penelitian ini bahwa
uap air sehingga kandungan air meningkat. terjadi penurunan kandungan lemak kasar
hingga masa panen ke-3. Penurunan kadar
Kadar Abu lemak selama fermentasi memberikan
Berdasarkan hasil sidik ragam keuntungan, karena ternak ruminansia
menunjukkan bahwa fermentasi LKD mempunyai toleransiyang rendah terhadap
dengan menggunakan jamur tiram putih lemak. Menurut Haryanto (2012),
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kandungan lemak dalam pakan disarankan
kadar abu. Hasil yang diperoleh berkisar tidak melebihi 5%, lemak pada ransum
antara 8,31% sampai 9,98%. Walaupun mengakibatkan asam-asam lemak bebas
hasil analisis sidik ragam melekat pada partikel bahan makanan yang
tidakmenunjukkan adanya perubahan kadar mengandung karbohidrat penyangga,

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 10 No 2 Juli - Desember 2015 | 81


ISSN 1978-3000

sehingga menyebabkan partikel tersebut bahwa peningkatan kandungan protein


sulit untuk difermentasi oleh mikroba kasardisebabkan adanya sekresi enzim
rumen, asam lemak bebas ini akan terikat ekstraseluler yang secara alami terbuang
pada strain bakteri selulotik yang sebagai proteinselama proses fermentasi
mengakibatkan bakteri rumen inaktif. yang dilakukan jamur Pleurotus ostreatus.
Sama hal nya dengan penelitian yang Nilai suatu bahan makanan antara lain
dilakukan oleh Johan (2014) bahwa ditentukan oleh tinggi rendahnya
kandungan lemak kasar kontrol lebih tinggi kandungan protein, dibandingkan dengan
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. LKD tanpa fermentasi memiliki mutu yang
Penurunan kadar lemak yang terjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan
selama masa inkubasi membuktikan bahwa LKD setelah fermentasi.
pada proses pertumbuhan miselium jamur
tiram putih tidak hanya memanfaatkan Serat Kasar
karbohidrat dan serat kasar, namun juga Berdasarkan hasilsidik ragam
membutuhkan lemak untuk menunjukkan bahwa fermentasi LKD
perkembangbiakannya. dengan menggunakan jamur tiram putih
berpengaruh sangat nyata (P<0,05)
Kadar Protein terhadap penurunan kandungan serat kasar.
Berdasarkan hasil sidik ragam Hasil penelitian menunjukan bahwa serat
menunjukkan bahwa fermentasi LKD kasaryang diperoleh berkisar antara
dengan menggunakan jamur tiram putih 41,28% sampai 38,29%. Dari hasil uji
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap Duncan’s menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan kandunganprotein kasar. Hasil perbedaan yang nyata antara perlakuan
penelitian menunjukkan bahwa protein kontrol dan pelakuan yang difermentasi
kasar yang diperoleh berkisar antara 4,73% selama 2 minggu, dibandingkan dengan
sampai 6,40%. Dari hasil uji Duncan’s perlakuan masa inkubasi selama 4, 6 dan 8
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan minggu. Hal ini disebabkan karena
yang nyata antara perlakuan kontrol pemilihan baglog pada masa inkubasi 2
dengan perlakuan setelah difermentasi minggu untuk dianalisis nilai nutrisinya
selama 8 minggu. Sejalan dengan ternyata baglog tersebut telah full
penelitian yang dilakukan oleh Yuliastuti miselium walaupun masih terlihat belum
dan Susilo (2002), bahwa terjadi begitu menebal sehingga ketika dianalisis
peningkatan kandungan protein kasar pada kandungan serat kasarnya telah mengalami
limbah media tanam jamur tiram putih. Hal penurunan karena seiring dengan
yang sama juga diungkapkan oleh Hatta et pertumbuhan miselium yang telah
al. (2014), bahwa peningkatankandungan menyebar keseluruh permukaan baglog
protein setelah proses fermentasi produk enzim selulase, hemiselulase dan
disebabkan karena adanya proses lakase yang dihasilkan juga telah menyebar
metabolisme oleh mikroorganisme yang keseluruh bagian substrat, sehingga terjadi
terdapat pada jamur tiram putih. degradasi serat kasar yang semakin tinggi
Hal tersebut terjadi sebagai akibat (Ghunu et al., 2010). Sama halnya menurut
dari pembentukan miselium jamur, jumlah Barde et al., (2015), bahwapenurunan
miselium jamur yang tumbuh memenuhi kadar serat kasar disebabkan adanya
baglogselama masa inkubasi inilah yang hidrolisa dari spesies jamur Pleurotus
menyebabkan semakin banyak pula enzim ostreatus yang dapat memecah dinding sel
fenol oksidase yang diproduksi untuk dan meningkatkan degradasi dari serat
menguraikan substrat menjadi senyawa- kasar.
senyawa pembentukan protein (Ghunu et Namun pada perlakuan P2 dan P3
al., 2010). Hal ini juga ditambahkan kandungan serat kasar lebih tinggi
pendapat dari Akinfemi et al. (2009), dibandingkan dengan P1. Penyebab

82 | Evaluasi Nutrisi Limbah Kulit Durian (Durio zibethinus) (Suciyanti et al.)


ISSN 1978-3000

peningkatan serat kasar pada perlakuan P2 dengan P1(masa inkubasi 2 minggu) yaitu
dn P3 diduga karenapenebalan miselium 47,84%. Menurut Johan (2014),
yang terjadi pada minggu ke 4 dan ke 6 peningkatan kandungan BETN terjadi
disebabkan karena adanya pertambahan karena sejalan dengan kandungan serat
komponen dari dinding sel jamur yang kasar yang menurut akibat adanya aktivitas
terdiri atas polisakarida yang apabila mikroorganisme yang menyebabkan
dianalisis merupakan suatu bagian pada kandungan BETN meningkat dengan
serat kasar. Pada perlakuan P4 kandungan semakin banyaknya gula dan pati yang
serat kasar kembali mengalami sedikit dihasilkan. Namun pada masa inkubasi 4, 5
penurunan, kandungan serat yang masih dan 6 minggu kandungan BETN
tinggi padaLKD setelah difermentasi mengalami penurunan. Hal tersebut sesuai
masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan. dengan pendapat Anggorodi (1997), bahwa
Menurut Haryanto (2012), komponen serat penurunan kandungan BETN erat
yang menjadi sumber energi pada hubungannya dengan pertumbuhan dan
ruminansia dapat didegradasi melalui perkembangbiakan dari jamur tiram yang
aktivitas mikroba rumen menjadi senyawa menggunakan BETN sebagai sember
yang lebih sederhana. energi utama untuk pertumbuhan jamur.
Selama masa pertumbuhan dan
BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) perkembangbiakannya, kebutuhan energi
Berdasarkan hasil sidik ragam jamur disuplai dari kandungan karbohidrat
menunjukkan bahwa fermentasi LKD yang mudah dicerna.
dengan menggunakan jamur tiram putih
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap Persentase Pertumbuhan Panjang
kandungan BETN. Pada uji Duncan’s Miselium Jamur
menunjukkan adanya perbedaan pada taraf Persentase penyebaran miselium jamur
pengujian 5%, hasil penelitian berkisar tiram putih pada substrat LKD dapat
antara 43,28 sampai 47,84%. Kandungan dilihat pada Gambar 1 berikut :
BETN tertinggi adalah pada sampel LKD

Gambar 1. Grafik pertambahan panjang miselium jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
pada minggu ke 1 hingga minggu ke 4

Dari Gambar 1 diatas dapat dijelaskan miselium jamur tiram putih pada minggu
bahwa 50% baglog yang telah diinokulasi pertama setelah inokulasi mempunyai
jamur tiram putih pada minggu ke-2 sudah panjang 3,62cm. Hasil ini tidak berbeda
mulai tumbuh dan penyebaran miselium jauh pada penelitian yang dilakukan oleh
telah menyelimuti seluruh permukaan Suharnowo et al., (2012), bahwa
baglog begitu juga pada minggu ke III dan pertumbuhan miselium jamur pada 4 hari
IV. Rata-rata pertumbuhan panjang pertama setelah inokulasi mencapai

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 10 No 2 Juli -Desember 2015 | 83


ISSN 1978-3000

pertumbuhan rata-rata 3,10cm yang Mikrolimat


menggunakan substrat berupa campuran Data pengukuran suhu dan
kulit ari biji kedelai dan bekatul. kelembaban selama masa fermentasi LKD
Penggunaan LKD sebagai media tumbuh dengan menggunakan jamur tiram putih
untuk jamur tiram putihdapat dijadikan dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3
bahan pertimbangan. berikut :

Gambar 2. Grafik rata-rata suhu selama fermentasi

Gambar 3. Grafik rata-rata kelembaban udara selama fermentasi

Hasil pengukuran suhu dan


kelembaban pada saat fermentasi selama 8 KESIMPULAN
minggu diperoleh rata-rata suhu 29,3 –
29,6oC dan rata-rata kelembaban udara Hasil penelitian ini dapat
selama penelitian antara 89,7% - 90,3%. disimpulkan bahwa limbah kulit durian
Berbeda halnya dengan yang diungkapkan yang difermentasi pada masa inkubasi 8
oleh Anonymus (2014), bahwa minggu dapat meningkatkan kadar protein
pertumbuhan miselium jamur tiram putih kasar dan abu, serta menurunkan kadar
membutuhkan suhu berkisar antar 25–280C lemak, dan limbah kulit durian yang
dan kelembaban 75-80%. Namun pada difermentasi pada masa inkubasi 2 minggu
penelitian ini membuktikan bahwa jamur dapat meningkatkan kadar air, BETN dan
tiram putih dapat tumbuh pada suhu yang menurunkan kadar serat kasar.
lebih tinggi dari kondisi optimal dengan
menggunakan substrat LKD.
.

84 | Evaluasi Nutrisi Limbah Kulit Durian (Durio zibethinus) (Suciyanti et al.)


ISSN 1978-3000

DAFTAR PUSTAKA dan Jenis Buah di Bengkulu per


Kuintal.
Akinfemi, A., O.A Adu, F. Doherty. 2009.
http://bengkulu.bps.go.id.Diakses
Conversion of Sorghum Stover into
tanggal 19 Desember 2014.
Animal Feed with White-Rot
Ghunu, S., A. Aoetpah, T.O.D. Dato. 2010.
Fungi: Pleurotus ostratus and
Efek Biokonversi Rumput Kume
Pleurotus pulmonaris. African
(Shorghum plumosum Var.
Journal of Biotechnology. Vol. 9
Timorense) sebagai Bahan Pakan
(11) : 1706-1712.
oleh Jamur Tiram Putih (Pleurotus
Anggorodi. 1997. Ilmu Makanan Ternak
Ostreatus) terhadap Kandungan
Umum. Gramedia Pustaka Utama.
Bahan Organik. Media Exacta. Vol.
Jakarta.
10, No. 2.
Anonymous. 2014. Pacu Produksi Jamur
Hadrawi, J. 2014. Kandungan Lignin,
Tiram. Trubus swadaya. Jakarta.
Selulosa dan Hemiselulosa Limbah
Badan Litbang Pertanian. 2012. Indonesia
Baglog Jamur Tiram Putih
Berpotensi Produksi Durian (Pleurotus ostreatus) dengan Masa
Sepanjang Tahun. Edisi 19-25 Inkubasi Berbeda sebagai Bahan
Desember 2012 No. 3487 Tahun Pakan Ternak. Skripsi. Fakultas
XLIIII. Peternakan. Universitas Hasanudin.
http://new.litbang.deptan.go.id/Mus Makasar.
im Durian Setiap Hari.pdf.Diakses Hanum, Z., dan Y. Usman. 2011. Analisis
Proksimat Amoniasi Jerami Padi
tanggal 19 Desember 2014.
dengan Penambahan Isi Rumen.
Badarina, I., D. Evvyernie,T. Toharmat, Agripet. Vol. 11, No. 1.
E.N. Herliyana, and L.K. Haryanto, B. 2012. Perkembangan Nutrisi
Darusman. 2013. Nutritive Value of Ruminansia. Balai Penelitian
Coffee Husk Fermented with Ternak. Bogor. Wartazoa. Vol. 22
Pleurotus ostreatus as Ruminant No.4.
Feed. Media Peternakan. Vol. 36, http://www.kalteng.litbang.pertania
(1): 58-63. n.go.id/ind/pdf/all-pdf/.../wazo224-
Badarina, I., D. Evvyernie, T. Toharmat, 3.pdf . Diakses tanggal 14 Maret
and E.N. Herliyana. 2014. 2015.
Fermentabilitas rumen dan Hatakka, A. 1994. Lignin-modifying
kecernaan in vitro ransum yang Enzymes from Selected White-rot
disuplementasi kulit buah kopi Fungi. Production and Role in
produk fermentasi jamur Pleurotus Lignin Degradation. FEMS
ostreatus. Jurusan Peternakan. Microbiol. Rev. 13: 125-135.
Universitas Bengkulu. Jurnal Sains Hatta, U., O. Sjofjan, B. Sundu. 2010.
Peternakan Indonesia. Vol.9 (20: Pengaruh Fermentasi Kombinasi
95-100. Jamur Pleurotus ostreatus dengan
Barde, R. E., J. A. Ayoade, S. Attah, and Trichoderma viridae terhadap
A. Wuanor. Invitro Rumen Kandungan Nutrien dan Aktivitas
Fermentation Characteristics of Enzim SeluloseBungkil Kopra.
White Rot Fungi Biodegraded Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan. Vol.
Cssava (Manihot esculenta). Peels. 24( 20): 20-30.
Journal of Agricultural and Ecology Johan, M. 2014. Kandungan Nutrisi
Research International Vol. 4. (4): Baglog Jamur Tiram
166-174. Putih(Pleurotus ostreatus) sebagai
[BPS] Badan Pusat Statistik Propinsi Bahan Pakan Ternak pada Masa
Bengkulu. 2012. Produksi Buah- Inkubasi yang Berbeda. Skripsi.
buahan Menurut Kabupaten Kota

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 10 No 2 Juli -Desember 2015 | 85


ISSN 1978-3000

Fakultas Peternakan. Universitas Widiastuti, R., dan R. Firmansyah. 2005.


Hasanuddin. Makassar. Cemaran Zearalenon dan
http://www.repository.unhas.ac.id Deoksinivalenol pada Pakan Sapi
diakses pada tanggal 19 Desember dan Babi. Seminar Nasional
2014. Teknologi Peternakan dan
Sangadji, I., A. Parakkasi, K. G. Veteriner. Balai Penelitian
Wiryawan, B. Haryanto. 2008. Veteriner. Bogor.
Perubahan Nilai Nutrisi Ampas Widyastuti, N., T. Baruji, R. Giarni, H.
Sagu pada Fase Pertumbuhan Isnawan, P. Wahyudi, dan
Jamur Tiram Putih. Jurnal Ilmu Donowati. 2011. Analisa
Ternak. Vol. 8, No. 1:31-34. Kandungan Beta-glukan Larut Air
Suhaidi, I. 2004. Pemanfaatan Limbah Biji dan Larut Alkali dari Tubuh Buah
Durian sebagai Bahan Pakan Jamur Tiram Putih (Pleurotus
Ternak Ayam Pedaging. Tesis. ostreatus) dan Shiitake (Lentinus
Program Pascasarjana. Universitas edodes). Jurnal Sains dan
Sumatera Utara. Medan. Teknologi Indonesia. Vol 13. No.
http://www.repository.usu.ac.id/bits 3: 182 – 191.
tream/123456789/6603/1/05000574 Yuliastuti, E., A. Susilo. 2002. Studi
.pdf.Diakses tanggal 10 Desember Kandungan Nutrisi Limbah Media
2014. Tanam Jamur Tiram Putih
Suharnowo, L.S. Budipramana, Isnawati. (Pleurotus ostreatus) untuk Pakan
2012. Pertumbuhan Miselium dan Ternak Ruminansia. Laporan
Produksi Tubuh Buah Jamur Tiram Penelitian. Lembaga Penelitian
Putih (Pleurotus ostreatus) dengan Universitas
Memanfaatkan Kulit Ari Biji Terbuka.http://www.pustaka.ut.ac.i
Kedelai sebagai Campuran pada d/pdfpenelitian/70018.pdf/. Diakses
Media Tanam. Lentera Biologi. tanggal 5 Agustus 2015.
Vol. 1, No. 3, Hal 125-130.

86 | Evaluasi Nutrisi Limbah Kulit Durian (Durio zibethinus) (Suciyanti et al.)

You might also like