You are on page 1of 24

“PENGARUH COMPUTER ANXIETY TERHADAP NIAT PENGGUNAAN TEKNOLOGI

INFORMASI DENGAN COMPUTER SELF EFFICACY SEBAGAI


VARIABEL MODERATING
(STUDI EMPIRIS PADA MAHASISWA PROGRAM DIPLOMA III AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH)”

PUTRI HELIYAWATI
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala

ABSRACT

The objective of this research is to find out the following matter: the influence of
organization culture, leadership style, and work motivation towards employee
performance. This research is done in employee of PT PLN (persero) Wilayah I NAD. Data
collecting is done to primary data, that is with distributes questionnaires to every
respondents. Sample determination that used in this research quota sampling with
sample total as much as 62 person from 162 employees. Variables are measured with
interval scale. Data analysis uses doubled linear regression that is cultivated by using
computer program statistical package for social science (SPSS) version 15.0.
This research shows that connection between organization culture, leadership style,
work motivation and employee performance is tight. This research is showed by
correlation coefficient value (R) as big as 0.702 or as big as 70.2%. Determination
coefficient (R2) as big as 0.493 that mean that as big as 49.3% employee performance
change is influenced by organization culture, leadership style and work motivation while
the rest as big as 50.7% influenced by variables other is not used in these research.
This research is shows these following results: there is a significant influence of
organization culture toward employee performance, there is a significant influence of
leadership style toward employee performance, there is a significant influence of work
motivation toward employee performance, and there is a significant influence of
organization culture, leadership style, and work motivation simultaneously towards
employee performance
Keywords: Organization Culture, Leadership Style, Work Motivation, Employee
Performance

1
2

PENDAHULUAN
Lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan diikuti ketidakpastian yang
tinggi membutuhan informasi yang cepat, relevan, akurat, dan dapat dipercaya. Agar
organisasi memperoleh keunggulan kompetitif, aksebilitas dan kapabilitas dalam
pengintegrasian informasi menjadi faktor penting sebagai bahan pengambilan keputusan
strategis. Kebutuhan ini mendorong dengan tajam perkembangan teknologi informasi
sebagai penghasil informasi.
Perkembangan tersebut mengakibatkan hampir semua bidang kehidupan saat ini
telah dimasuki oleh aplikasi dan otomatisasi teknologi informasi berbasis komputer.
Dibidang akuntansi, perkembangan teknologi informasi telah banyak membantu
meningkatkan sistem informasi akuntansi. Banyak organisasi yang mulai mengembangkan
dan memberikan perhatian khusus pada teknologi komputer sebagai sumber yang
memfasilitasi pengumpulan dan penggunaan informasi secara efektif. Salah satu bentuk
perhatian ini adalah penggunaan software akuntansi untuk memperlancar arus informasi
(Istianingsih dan Wijanto, 2008). Peningkatan penggunaan teknologi software akuntansi
telah mengubah pemrosesan data akuntansi secara manual menjadi otomatis. Dengan
otomatisasi atau sistem informasi yang berdasarkan pada software akuntansi berbagai
fungsi dapat dilakukan secara tepat dan cepat.
Menurut Wardiana (2002) perkembangan teknologi informasi di Indonesia sangat
dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia (pengguna) dalam memahami
komponen teknologi informasi. Torkzadeh et al. (2006) mengemukakan pentingnya
hubungan antara perilaku pengguna software komputer dengan penggunaan teknologi
informasi. Pengguna software akuntansi secara psikologis memiliki suatu perilaku
(behavior) tertentu yang melekat pada dirinya. Perilaku ini dipengaruhi oleh persepsi
(perception) dan sikap (attitude) pengguna terhadap penggunaan software akuntansi.
Persepsi pengguna sangat dipengaruhi oleh aspek keperilakuan pengguna berupa niat
untuk menggunakan teknologi informasi berupa software akuntansi. Menurut theory of
reasoned action (TRA), Fishbein dan Ajzen (1980) mengemukakan bahwa perilaku
(behavior) dikendalikan oleh niat (intention) yang merupakan fungsi dari sikap dan norma
subjektif. Niat untuk pengguna ini akan menimbulkan penerimaan ataupun penolakan
untuk menggunakan teknologi informasi tersebut (Widiatmoko, 2003).
Havelka (2003) menemukan bahwa para mahasiswa dan para sarjana akan
menghindari kelas yang menggunakan komputer dan aplikasi khusus. Sikap negatif ini
seringkali ditimbulkan oleh adanya rasa khawatir untuk berbuat salah pada suatu sistem
3

informasi. Para pendidik menyadari bahwa hal ini dapat mengganggu outcomes
pembelajaran dalam mata kuliah yang menggunakan komputer (seperti sistem informasi
akuntansi), sehingga diperlukan usaha untuk mengurangi kecemasan ini. Usaha yang
dilakukan untuk mengurangi computer anxiety dapat menghasilkan pengalaman dan sikap
yang positif kepada mahasiswa terhadap pendidikan mereka. Penolakan seseorang
menggunakan teknologi informasi dapat disebabkan oleh ketakutan/kecemasan ( anxiety)
terhadap penggunaan teknologi informasi.
Torkzadeh et al. (2006) mengemukakan pentingnya hubungan antara perilaku
pengguna software komputer dengan penggunaan teknologi informasi. Pengguna
software akuntansi secara psikologis memiliki suatu perilaku ( behavior) tertentu yang
melekat pada dirinya. Perilaku ini dipengaruhi oleh persepsi (perception) dan sikap
(attitude) pengguna terhadap penggunaan software akuntansi. Persepsi pengguna sangat
dipengaruhi oleh aspek keperilakuan pengguna berupa niat untuk menggunakan teknologi
informasi berupa software akuntansi. Menurut theory of reasoned action (TRA), Fishbein
dan Ajzen (1980) mengemukakan bahwa perilaku ( behavior) dikendalikan oleh niat
(intention) yang merupakan fungsi dari sikap dan norma subjektif. Niat untuk pengguna
ini akan menimbulkan penerimaan ataupun penolakan untuk menggunakan teknologi
informasi tersebut (Widiatmoko, 2003).
Aspek keperilakuan pengguna berupa niat merupakan faktor penting yang
memberikan kontribusi terhadap penggunaan teknologi software akuntansi. Niat dapat
bersifat positif maupun negatif dalam menggunakan teknologi software akuntansi. Sikap
positif dan negatif ini diimplementasikan dengan menerima atau menolak kehadiran
teknologi software akuntansi jika adanya keyakinan akan konsekuensi masa yang akan
datang, sehingga menimbulkan afeksi seseorang.
Beberapa peneliti menemukan bahwa kecemasan dalam mengunakan teknologi
berbasis komputer (computer anxiety) akan menghambat interaksi pengguna dengan
teknologi informasi. Pengguna yang percaya akan kemampuan atau kompetensinya akan
mengatasi kecemasan ini agar dapat melakukan tugas, mengatasi hambatan, dan
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Sun dan Zhang (2006) menyatakan bahwa keyakinan
seseorang terhadap kapabilitas dan kemampuannya dalam menggunakan teknologi
informasi akan mendorong pengguna untuk mengadopsi teknologi tersebut. Penilaian
positif ini menimbulkan niat untuk menerima penggunaan software akuntansi yang
kemudian diimplementasikan dengan menggunakan teknologi tersebut. Penilaian
seseorang mengenai kemampuannya menggunakan teknologi informasi disebut dengan
4

istilah computer self efficacy.


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh computer anxiety terhadap niat penggunaan teknologi informasi pada

mahasiswa Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala

Banda Aceh.

2. Pengaruh computer self efficacy sebagai variabel moderating dalam hubungan antara

computer anxiety dan niat penggunaan teknologi informasi pada mahasiswa Program

Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Niat Penggunaan Teknologi Informasi
a. Theory of Reasoned Action (TRA)
Theory Reasoned Action diperkenalkan oleh Ajzen pada tahun 1980 yang berfokus
pada niat manusia dalam melakukan sesuatu. Teori ini disusun menggunakan asumsi
dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan
segala informasi yang tersedia. Niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku
menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut. Zhang et, al.
(2008) menyatakan bahwa TRA telah digunakan oleh para peneliti sistem informasi untuk
memprediksi suatu niat berperilaku ( behaviour intention) dalam menggunakan teknologi
informasi.
TRA mendefinisikan niat sebagai motivasi seseorang untuk menggunakan
sejumlah usaha untuk mencapai tujuannya yang diimplementasikan dalam bentuk
perilaku. Niat dapat disusun sebagai bagian dari tujuan dalam nilai harapan yang
menghasilkan suatu proses yang sadar.

b. Niat Penggunaan Teknologi Informasi


Menurut Riasetiawan (2008) informasi adalah hasil pengolahan dari data yang
digunakan untuk membantu pengambil keputusan. Agar informasi berguna dalam
pengambilan keputusan, harus memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:
1) Relevan, suatu informasi mempunyai manfaat sebagai dasar pengambilan keputusan.
2) Akurat, ketepatan dan dapat diandalkannya suatu informasi.
3) Tepat waktu, informasi yang diperoleh terbaru dan mudah diperoleh saat dibutuhkan.
4) Ringkas, informasi telah dikelompokkan sehingga tidak perlu diterangkan.
5

5) Jelas, tingkat informasi dapat di mengerti oleh penerima.


6) Dapat dikuantifikasi, tingkat informasi dapat dinyatakan dalam bentuk angka.
7) Konsisten, tingkat informasi dapat diperbandingkan.

Sedangkan teknologi informasi menurut Wardiana (2002) merupakan suatu


teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan data, termasuk memproses, menyusun,
menyimpan, memanipulasi, dan melaporkan serta mendistribusikan informasi dalam
berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang
relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan
merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.
Niat penggunaan teknologi informasi adalah kecenderungan seseorang untuk
menggunakan teknologi informasi agar mempermudah pekerjaannya menghasilkan
informasi berkualitas. Niat untuk menggunakan teknologi informasi berbasis software
akuntansi akan menentukan apakah orang akan menerima atau menolak menggunakan
teknologi tersebut. Kepercayaan individu akan mempengaruhi niat individu untuk
berinteraksi dengan software akuntansi. Tingkat niat penggunaan sebuah software
akuntansi pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi
tersebut, seperti: keinginanan menambah peripheral pendukung, motivasi untuk tetap
menggunakan, dan keinginan untuk memotivasi pengguna lain.

COMPUTER ANXIETY
a. Theory of Interpersonal Behavior
Teori yang digagas oleh Triandis (1980) mengusulkan bahwa niat perilaku
ditentukan oleh perasaan-perasan (feeling) yang mereka pikirkan tentang apa yang
seharusnya mereka lakukan yang kemudian disebut dengan affect. Istilah affect mengacu
pada perasaa-perasaan bahagia, gembira, riang atau senang, jijik, tidak nyaman, atau
benci yang dihubungkan dengan seorang individual terhadap tindakan yang dilakukannya.
Affect merupakan istilah yang menggambarkan karakteristik dan kecenderungan yang
tidak stabil.
Secara umum affect menunjukkan mood, emotion, dan feeling (Russel, 2003
dalam Sun dan Zhang, 2006). Mood adalah suasana hati seseorang untuk menerima atau
menolak perilaku tertentu. Emotion ialah keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis
(seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, dan keberanian yang bersifat
subjektif). Sedangakan perasaan (feeling) merupakan rasa atau keadaan batin sewaktu
6

menghadapi (merasai) sesuatu perilaku (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:819).


Reaksi affectif terhadap interaksi dengan sesuatu hal merupakan persepsi atau
penilaian subjektif tentang apakah interaksi tersebut akan mengubah core effect atau
emosi mereka terhadap hal tersebut. Dalam penelitian ini faktor afektif yang diteliti adalah
computer anxiety yang merupakan kecemasan menggunakan komputer karena
ketidaksukaan seseorang pada teknologi tersebut.

b. Pengertian Computer Anxiety


Rensel, et.al (2006) menyatakan anxiety adalah perasaan kecemasan ketika
menggunakan teknologi informasi yang diharapkan berpengaruh negatif ketika
menggunakan teknologi informasi. Kecemasan ini ditunjukkan sebagai reaksi negatif.
Menurut Sumiyana (2007) computer anxiety mendenotasikan kecenderungan individu
untuk tidak secara mudah, secara cemas, atau ketakutan terhadap penggunaan komputer
untuk masa sekarang dan masa mendatang.
Iqbaria dan Parasuraman (1989) dalam Sudaryono dan Astuti (2005)
mendefinisikan computer anxiety sebagai suatu kecenderungan seseorang menjadi susah,
khawatir atau ketakutan mengenai penggunaan teknologi informasi (komputer) pada
masa sekarang atau pada masa yang akan datang. Menurut Kohrman (2003) kecemasan
pengguna komputer seringkali ditimbulkan oleh adanya rasa takut untuk berbuat salah
pada sistem yang belum dipahami pengguna, kesalahan aktifitas yang menurut pengguna
dapat menyebabkan kerusakan sistem, dan juga tekanan dari luar diri pengguna.
Pengguna yang memiliki sikap cemas yang berlebihan terhadap software akuntansi akan
menurunkan nilai efesiensi dan kinerja dalam menggunakan teknologi tersebut.
Menurut Rifa dan Gudono (1999) munculnya rasa cemas menggunakan komputer
merupakan suatu tipe stress tertentu ketika pengguna berhadapan langsung dengan
teknologi tersebut yang berasosiasi dengan kepercayaan yang negatif mengenai
komputer, masalah-masalah dalam menggunakan komputer dan penolakan terhadap
mesin. Orang akan menghindari perilaku yang menimbulkan kecemasan. Computer
anxiety dalam dimensi ini dikaitkan dengan pemasukkan data ke dalam software
akuntansi. Dari pemasukkan data tersebut, individu-individu merasa cemas dengan
penyebaran informasi ke pihak-pihak lain dan membuat kesalahan yang tidak dapat
diperbaiki.
Menurut Sudaryono dan Astuti (2005) kecemasan terhadap teknologi informasi
berbasis software komputer dapat memunculkan dua hal, yaitu fear dan anticipation.
7

Fear (takut/khawatir) merupakan salah satu efek yang ditimbulkan ketika pengguna
berhadapan langsung dengan software akuntansi. Kekhawatiran ini timbul dari keadaan
tidak sadar dalam diri pengguna teknologi informasi. Kondisi ini disebabkan oleh
kurangnya pengusaan software akuntansi sehingga mereka belum bisa mendapatkan
manfaat dengan kehadiran teknologi tersebut. Anticipation (antisipasi) merupakan suatu
kondisi dimana seseorang merasa perlu melakukan antisipasi terhadap kegelisahan yang
muncul dengan adanya software akuntansi. Antisipasi tersebut dapat dilakukan dengan
menerapkan ide-ide pembelajaran yang menyenangkan terhadap software komputer
(Sudaryono dan Astuti, 2005).

COMPUTER SELF EFFICACY


a. Teori Kognisi Sosial (Social Cognitive Theory)
Kognisi merupakan istilah yang mengelompokkan proses-proses mental seperti
mengamati, mengenali, membayangkan, menilai, dan melakukan penalaran. Paradigma
kognisi berfokus pada bagaimana seseorang menyusun berbagai pengalaman mereka,
membuat pengalaman-pengalaman tersebut menjadi masuk akal, dan bagaimana mereka
menghubungkan berbagai pengalaman masa kini dengan berbagai pengalaman masa lalu
yang tersimpan dalam memori (Davidson et al, 2006:72).
Teori kognisi sosial yang dicetuskan oleh Bandura (1989) merupakan suatu teori
yang diadopsi dari theory of reasoned action. Teori ini mengajukan premis bahwa perilaku
individu, karakteristik personal seperti kognitif, demografi dan faktor personal, dan
pengaruh lingkungan seperti tekanan sosial atau karakteristik situasi khusus saling
mempengaruhi secara timbal-balik. Hubungan ini dikenal sebagai triadic reprocality.
Individu memilih lingkungan dimana dia berada agar dapat terpengaruh oleh
lingkungan tersebut. Lingkungan lebih dilihat sebagai sesuatu yang inoperative sebelum
diaktualisasikan oleh tindakan yang tepat oleh individu. Perilaku dalam keadaan tertentu
dipengaruhi oleh lingkungan yang pada gilirannya lingkungan itu sendiri dipengaruhi oleh
perilaku individu. Perilaku dapat mengambil peran dalam menentukan bagian mana dari
banyak pengaruh lingkungan yang potensial bisa menjadi pengaruh aktual. Sebaliknya
pengaruh lingkungan juga berperan dalam menentukan bentuk-bentuk perilaku mana
yang dikembangkan.
Bandura (1989a) mengajukan dua set pengharapan ( expectation) sebagai
kekuatan kognitif utama yang mendorong perilaku. Set pengharapan pertama
berhubungan dengan hasil (outcome), individu lebih memilih perilaku yang mereka yakini
8

akan memberikan hasil yang menguntungkan dan menghindari perilaku yang dianggap
tidak memberikan hasil yang diharapkan. Secara intuisi manusia akan memilih apa yang
dirasa akan memberikan yang terbaik bagi dirinya. Tidak terkecuali dengan perihal
memilih tindakan atau perilaku. Mereka cenderung akan memilih semua perilaku yang
menghasilkan manfaat terbesar baginya. Manusia menentukan perilaku yang memberi
manfaat bagi dirinya melalui pengamatan perilaku orang-orang di lingkungannya. Setelah
ia berhasil menjalankan perilaku yang diinginkannya tersebut maka ia menjadi bagian dari
lingkungan yang membentuknya karena ia akan menjadi preferen bagi orang lain.
Kemudian lingkungan tersebut akan bersama dengan perubahan perilaku orang-orang di
dalamnya secara kolektif. Perubahan perilaku orang-orang dalam lingkungan tersebut
dipengaruhi juga oleh perilaku orang lain yang nampaknya akan lebih memberikan
manfaat bagi orang-orang dalam lingkungan tersebut, demikian seterusnya.
Set pengharapan kedua adalah self-efficacy yaitu keyakinan individu tentang
kemampuan mereka untuk melakukan perilaku/tindakan tertentu. Individu yang merasa
yakin mampu menjalankan perilaku orang-orang di lingkungannya akan lebih memilih
perilaku tersebut karena ia akan merasa sama di lingkungannya atau paling tidak ia akan
dapat memperoleh bantuan dari orang di sekitarnya. Lingkungan itu sendiri akan berubah
bersama-sama dengan perubahan perilaku orang di dalamnya. Perubahan perilaku orang-
orang dalam lingkungan itu dipengaruhi oleh perilaku orang lain, demikian seterusnya.

b. Pengertian Computer Self Efficacy


Self efficacy merujuk pada penilaian atau keyakinan seseorang mengenai
kemampuannya melakukan suatu tindakan. Bandura (1989) mendefinisikan self efficacy
sebagai: “People judgement of their capabilities to organize and execute courses of action
required to attain designated type of performances. It is concerned not with skills one
has, but with judgement of what one can do with whatever skills one prossesses”.
Menurut Compeau dan Higgins (1995) computer self efficacy didefinisikan sebagai
penilaian kapabilitas seseorang untuk menggunakan komputer/sistem informasi/teknologi
informasi. Istilah computer self efficacy mengacu pada pada kepercayaan seseorang yang
mempunyai kemampuan untuk menggunakan komputer.
Menurut Sudaryono dan Astuti (2005) penerimaan teknologi komputer dipengaruhi
oleh teknologi itu sendiri serta tingkat keahlian dari individu yang menggunakan
komputer. Keyakinan bahwa setiap orang dapat meningkatkan keahliannya sangat
diperlukan, berguna untuk keefektifan penggunaan komputer dan menguatkan rasa
9

percaya diri setiap orang mampu menguasai dan menggunakan teknologi komputer
dalam pekerjaannya. Pengguna yang merasa yakin akan kemampuannya menggunakan
teknologi akan merasa nyaman dengan tugasnya, mengerjakan semua tugasnya dan lebih
produktif (Macaulay, 2002).
Compeau dan Higgins (1995) serta Handayani (2003) menunjukkan bahwa ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi computer self efficacy,yaitu: dorongan dari
pihak lain, pihak lain sebagai pengguna, dukungan organisasi, rasa senang, dan
kenyamanan. Compeau dan Higgins (1995) menjelaskan ada tiga dimensi computer self
efficacy, yaitu:
1. Magnitude (tingkat keseringan) yang mengacu pada tingkat kapabilitas yang
diharapakan dalam penggunaan komputer.
2. Strength (keyakinan/kekuatan), mengacu pada level keyakinan tentang kepercayaan
individu untuk mampu menyeleaikan tugas-tugas komputasinya dengan baik.
3. Generability (kemampuan umum), yang mengacu pada tingkat keputusan pengguna
yang terbatas pada domain khusus aktifitas.

Sumber informasi self efficacy menurut Kreitner dan Angelo (2005:170) dan
Bandura (1989) ada empat yaitu:
1. Guided Mastery yaitu berdasarkan pengalaman kesuksesan nyata dalam kaitannya
dengan perilaku.
2. Behavior Modeling merupakan pemodelan perilaku yang meliputi pengamatan
terhadap orang lain dalam membentuk perilaku sebagai proses pembelajaran.
3. Social Persuasion adalah pendekatan persuatif yaitu jaminan ulang bagi pengguna
yang mempunyai kemampuan tentang teknologi dan menggunakannya dengan sukses
sehingga dapat membantu pengguna membangun kepercayaannya.
4. Physiological States, menunjukkan perasaan kecemasan ( anxiety) yang berdampak
negatif terhadap self efficacy.

HUBUNGAN COMPUTER ANXIETY DENGAN NIAT PENGGUNAAN


TEKNOLOGI INFORMASI
Theory of Interpersonal Behavior (Triandis, 1980) menyatakan bahwa niat/minat
perilaku ditentukan oleh perasaan-perasan yang mereka pikirkan tentang apa yang
seharusnya mereka lakukan. Salah satu faktor refleksi sikap seseorang terhadap teknologi
komputer adalah computer anxiety. Menurut Nazar (2008) computer anxiety merupakan
reaksi negatif yang diimplikasikan dengan menghidari teknologi informasi. Seseorang
yang mempunyai sikap demikian merasa terintimidasi, khawatir, susah atau ketakutan
oleh kehadiran teknologi komputer.
Pengguna dengan computer anxiety yang rendah mempunyai keyakinan bahwa
teknologi komputer tidak akan mendominasi atau mengendalikan kehidupan manusia,
10

sehingga menimbulkan keinginan yang kuat untuk mempelajari pemanfaatan teknologi


akuntansi. Oleh karena itu, pengguna dengan computer anxiety yang rendah akan
menyebabkan tingkat niat penggunaan yang tinggi dalam menggunakan software
akuntansi dibanding yang mempunyai tingkat computer anxiety yang tinggi.

HUBUNGAN COMPUTER ANXIETY, COMPUTER SELF EFFICACY


DENGAN NIAT PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI
Menurut Sun dan Zhang (2006) sikap pengguna teknologi software komputer
terdiri atas tiga komponen, yaitu kognisi, afeksi dan keinginan. Kognisi merupakan konsep
penilaian yang diyakini seseorang akan kosekuensi yang diperoleh dimasa depan sehingga
menimbulkan niat untuk bersikap. Salah satu faktor kognisi adalah computer self efficacy
yang merupakan keyakinan seseorang akan penggunaan teknologi komputer. Afektif
berkaitan dengan perasaan atau emosi seseorang yang mempunyai konotasi suka atau
tidak suka. Ketidaksukaan seseorang terhadap komputer dapat disebabkan oleh
ketakutan terhadap pengguna teknologi komputer atau disebut juga computer anxiety.
Sedangkan keinginan mendorong seseorang untuk mempelajari software komputer.
Pada dasarnya, ketiga komponen tersebut saling terkait antara satu dan lainnya.
Keinginan seseorang dipengaruhi oleh keyakinan akan konsekuensi masa yang akan
datang, sehingga menimbulkan afeksi seseorang yang dinyatakan dengan sikap suka atau
tidak suka terhadap teknologi software komputer. Pengguna yang mempunyai kognisi
atau keyakinan bahwa teknologi komputer dapat memberikan manfaat bagi dirinya akan
menimbulkan afeksi yang mempunyai konotasi suka untuk menerima kehadiran teknologi
komputer. Keyakinan dan afeksi menunjukkan sikap optimistik bahwa komputer dapat
membantu mengatasi masalah dalam pekerjaannya sehingga seseorang merasa senang
bekerja dengan komputer (Torkzadeh, et.al, 2006).
Bandura (1989a,1989b) menyatakan perilaku pengguna adalah sebuah fungsi
yang mempunyai konsekuensi yang dapat berubah melalui mediasi kognitif dan
pembelajaran sosial. Teori kognitif sosial menganggap mekanisme pengaturan diri sendiri
(self-regulatory mechanism) dapat mempengaruhi hubungan antara emosi yang
ditimbulkan dengan perbuatannya.
Setiap individu mempunyai self-regulatory mechanism yang memberikan
kemampuan untuk mengubah perilaku mereka sendiri. Cara dan tingkat seseorang
mengatur tindakan dan perilakunya tergantung keakurasian dan konsistensi terhadap
pengamatan dan tanggapan dirinya akan tindakan dan perilaku tersebut. Penilaian ini
11

membuat mereka melakukan tindakan, pilihan, atraksi, dan mengevaluasi perilaku yang
telah dilakukannya (Pajares, 2002).
Self-regulatory mechanism yang dimiliki oleh setiap individu memberikan
kemampuan untuk mengubah perasaan atau emosi seseorang. Faktor potensial yang
mempengaruhi seseorang akan dapat mengubah faktor keperilakuan lainnya, salah
satunya computer anxiety. Mekanisme pengaturan diri yang paling penting yang
diidentifikasikan sebagai self efficacy ditemukan menjadi faktor yang mempengaruhi niat
dan perilaku pengguna teknologi informasi.
Berdasarkan uraian di atas, model penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Computer Self Efficacy

Computer Niat Penggunaan


Anxiety Teknologi Informasi

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:


H1: Computer anxiety mempunyai pengaruh terhadap niat penggunaan teknologi
informasi.
H2: Computer self efficacy memiliki pengaruh sebagai variabel moderating dalam
hubungan antara computer anxiety dan niat penggunaan teknologi informasi.

METODOLOGI PENELITIAN

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu dengan cara
membagikan langsung daftar pertanyaan (kuesioner) kepada setiap responden.
Responden diarahkan dan didampingi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari salah pemahaman atas pertanyaan yang telah
disiapkan. Jawaban kuesioner akan dikumpulkan secara langsung oleh peneliti. Cara ini
ditempuh dengan pertimbangan untuk menghindari hilang atau tidak kembalinya
kuesioner. Pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel
dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala Likert yaitu suatu skala yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial.
12

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

POPULASI

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Diploma III Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala angkatan 2006 yang aktif dan telah mengambil
mata kuliah Komputer Akuntansi yang berjumlah 67 orang. Oleh karena seluruh elemen
populasi diambil sebagai responden, maka penelitian ini dilakukan secara sensus (Tika,
2006: 19).

DEFINISI DAN OPERASIONAL VARIABEL

a. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah niat penggunaan teknologi informasi
(Y). Niat penggunaan teknologi informasi adalah keinginan untuk melakukan tindakan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dipakai oleh Davis (1989) yang
berisi 6 item pertanyaan.
Indikator yang meliputi elemen-elemen penting dalam niat penggunaan teknologi
informasi adalah:
a. Sikap pengguna
b. Persepsi atas daya guna dan
c. Persepsi atas kemampuan penggunaan

b. Variabel Bebas (Independent Variable)


Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah computer anxiety (X1).
Computer anxiety adalah kecemasan dalam menggunakan komputer. Variabel ini diukur
dengan menggunakan instrumen Computer anxiety Rating Scale (CARS) yang
dikembangkan oleh Heinssen et al. (1987).
Indikator yang meliputi elemen-elemen penting dalam computer anxiety adalah:
a. Fear: takut meneken tombol yang salah, takut dampak negatif dari komputer, takut
bisa menyebabkan kerusakan komputer, dan takut kehilangan kendali.
b. Anticipation: perasaan yakin, perasaan senang mempelajari komputer.

c. Variabel Moderating
13

Variabel moderating (X 2 ) dalam penelitian computer self efficacy. Computer self


efficacy adalah penilaian seseorang mengenai kemampuannya dalam menggunakan
teknologi informasi. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen Computer Self
Efficacy Rating Scale (CSERS) yang dikembangkan oleh Compeau dan Higgins (1995).
Indikator yang meliputi elemen-elemen penting dalam computer self efficacy
adalah:
a. Magnitude: pengalaman dan kebiasaan dalam menggunakan TI
b. Strength: Kemudahan, keyakinan, dan kenyamanan.
a. Generability: Kemampuan umum dan sarana prasarana

PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Suatu instrumen penelitian dianggap valid jika informasi yang ada pada tiap item
berkorelasi erat dengan informasi dari item-item tersebut sebagai suatu kesatuan. Uji
validitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Person Correlation dengan bantuan SPSS
(Statistical package for social science ) 15.0. Setiap item pertanyaan dinyatakan valid jika
nilai korelasi hitung lebih besar dari nilai kritis.
Pengujian reliabilitas dilakukan setelah pengujian validitas dan hanya dilakukan
pada item yang valid. Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan konsistensi dari alat
ukur dalam mengukur gejala yang sama di lain kesempatan (Santosa dan Ashari,
2005:251). Konsep dasar reliabilitas adalah konsisten, yaitu dengan melihat bagaimana
konsistensi data yang dikumpulkan. Pengujian ini menggunakan teknik Cronbach Alpha.
Pengukuran reliabilitas dianggap andal apabila koefisien alpha (  ) berada di atas 0,5.

METODE ANALISA DATA

Analisa dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda ( multiple


regression analysis) yang menghubungkan variabel dependen dengan satu variabel
independen dan variabel moderating dalam satu model prediksi.
Spesifikasi persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y = α +  1 X 1 +  2 X 2 +  3 X 1 X 2 +e

Keterangan :
Y = Niat penggunaan teknologi informasi
α = Konstanta
14

1 -  3 = Koefisien Regresi

X1 = Computer Anxiety

X2 = Computer Self Efficacy

X1 X 2 = Interaksi antara Computer Anxiety dengan


Computer Self Efficacy
e = Error Term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis null (H0) dan hipotesis alternatif (HA).
Hipotesis pertama (H1)
H01 : βX1 = 0; Computer anxiety tidak berpengaruh terhadap niat penggunaan
teknologi informasi
HA1 : βX1 ≠ 0; Computer anxiety berpengaruh terhadap niat penggunaan
teknologi informasi
Hipotersi kedua (H2)
H02 : βX1X2: = 0; Computer self efficacy tidak berpengaruh sebagai variabel
moderating dalam hubungan antara computer anxiety niat
penggunaan teknologi informasi.
HA2 : βX1X2 ≠ 0; Computer self efficacy berpengaruh sebagai variabel moderating
dalam hubungan antara computer anxiety niat penggunaan
teknologi informasi.
2. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis.
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:
Jika β i (i = 1,2,3) = 0 : H0 tidak ditolak

Jika β i (i = 1,2,3)  0 : H0 ditolak


H0 tidak ditolak artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen, sedangkan H0 ditolak berarti variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DESKRIPSI DATA
15

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui penyebaran


kuisioner kepada para mahasiswa Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Syiah Kuala di Kota Banda Aceh angkatan 2006 yang aktif dan telah
mengambil mata kuliah Komputer Akuntansi. Jangka waktu responden dalam mengisi
kuisioner rata-rata lebih dari seminggu. Dari jumlah seluruh kuisioner yang diedarkan
kepada responden sebanyak 67 buah dan semuanya telah dikembalikan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tingkat pengembalian kuisioner mencapai 100%.

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Karakteristik responden dalam penelitian ini merupakan ciri-ciri atau keadaan


responden yang meliputi umur, jenis kelamin, indeks prestasi kumulatif, pendidikan
terakhir, dan software akuntansi yang digunakan. Karakteristik responden yang lebih jelas
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Karakteristik Responden

No Uraian Frekuensi Persentase


1 Umur:
a. ≤ 20 tahun 24 35,8
b. 21 tahun 33 49,3
c. ≥ 22 tahun 10 14,9
2 Jenis Kelamin:
a. Laki – laki 18 26,9
b. Perempuan 49 73,1
3 Indeks Prestasi Kumulatif:
a. < 2,00
b. 2,00-2,49 - -
3 4,5
c. 2,50-2,99 22 32,8
d. 3,00-3,49 35 52,2
e. ≥ 3,50 7 10,4
4 Pendidikan Terakhir:
a. SMU
59 88,1
b. SMK 2 3,00
c. MAN 6 8,00
d. D2 - -
5 Sofware akuntansi yang
sering dipakai:
a. Ms. Excel
28 41,8
b. MYOB 25 37,3
c. Quick Book 9 13,4
d. Lainnya 5 7,5
Sumber: Data Primer, 2009 (diolah)
16

PENGUJIAN VALIDITAS

Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik, yaitu
dengan menggunakan Uji Pearson Correlation dengan bantuan Statistical Package for
Social Science (SPSS) versi 15.0. Setiap item pertanyaan dinyatakan valid jika nilai
korelasi hitung > nilai kritis. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Pengujian Validitas
Item Koefisien Nilai Kritis r
Variabel Ket.
Pertanyaan Korelasi N = 67
X1.1 0,355 0,244 Valid
X1.2 0,285 0,244 Valid
X1.3 0,309 0,244 Valid
X1.4 0,542 0,244 Valid
X1.5 0,295 0,244 Valid
X1.6 0,279 0,244 Valid
X1.7 0,496 0,244 Valid
X1.8 0,330 0,244 Valid
Computer
X1.9 0,430 0,244 Valid
Anxiety
X1.10 0,596 0,244 Valid
X1.11 0,366 0,244 Valid
X1.12 0,500 0,244 Valid
X1.13 0,633 0,244 Valid
X1.14 0,662 0,244 Valid
X1.15 0,511 0,244 Valid
X1.16 0,394 0,244 Valid
X1.17 0,357 0,244 Valid
X2.1 0,582 0,244 Valid
X2.2 0,468 0,244 Valid
X2.3 0,543 0,244 Valid
X2.4 0,541 0,244 Valid
X2.5 0,656 0,244 Valid
X2.6 0,678 0,244 Valid
X2.7 0,597 0,244 Valid
X2.8 0,513 0,244 Valid
X2.9 0,608 0,244 Valid
Computer
X2.10 0,456 0,244 Valid
Self Efficacy
X2.11 0,618 0,244 Valid
X2.12 0,513 0,244 Valid
X2.13 0,523 0,244 Valid
X2.14 0,681 0,244 Valid
X2.15 0,493 0,244 Valid
X2.16 0,519 0,244 Valid
X2.17 0,549 0,244 Valid
X2.18 0,461 0,244 Valid
X2.19 0,640 0,244 Valid
Y1 0,661 0,244 Valid
17

Y2 0,641 0,244 Valid


Niat
Y3 0,712 0,244 Valid
Penggunaan
Y4 0,657 0,244 Valid
Teknologi
Y5 0,612 0,244 Valid
Informasi
Y6 0,733 0,244 Valid
Sumber: Data Primer, diolah (2009)

Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa semua variabel yang digunakan


dalam penelitian ini valid karena mempunyai nilai korelasi di atas nilai kritis (N=67) yang
menunjukkan angka sebesar 0.244.

PENGUJIAN RELIABILITAS

Untuk mengukur keandalan kuisioner yang digunakan, maka dalam penelitian ini
digunakan uji reliabilitas berdasarkan Cronbach Alpha, dengan bantuan Statistical
Package for Social Science (SPSS) versi 15.0. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3
Pengujian Reliabilitas
Jumlah Item Cronbach Keteranga
No. Variabel
Pertanyaan Alpha n
1. Computer Anxiety (X1) 17 0,723 Reliabel
2. Computer Self Efficacy (X2) 19 0,841 Reliabel
3. Niat Penggunaan Teknologi Informasi (Y) 6 0,757 Reliabel
Sumber: Data Primer, diolah (2009)

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai alpha untuk variabel computer
anxiety (X1) sebesar 0,723. variabel computer self efficacy (X2) sebesar 0,841,
sedangkan untuk variabel niat penggunaan teknologi informasi (Y) sebesar 0,757. Dengan
demikian pengukuran reliabilitas terhadap variabel penelitian menunjukkan bahwa
pengukuran keandalan memenuhi kredibilitas cronbach alpha dimana nilainya lebih besar
dari 0.60. Hal ini menunjukkan bahwa nilai alpha untuk setiap variabel diatas 0.6 yang
artinya seluruh variabel yang digunakan dapat diandalkan (reliabel) (Sekaran, 2006:182).

ANALISIS PENGARUH COMPUTER ANXIETY TERHADAP NIAT PENGGUNAAN


TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN COMPUTER SELF EFFICACY SEBAGAI
VARIABEL MODERATING

Computer anxiety dan interaksi computer computer anxiety dan computer self
efficacy berpengaruh terhadap Niat penggunaan teknologi informasi, hal ini ditunjukkan
oleh hasil pengolahan data seperti terlihat pada bagian output SPSS di bawah ini:
18

Tabel 4
Summary

Nama Variabel β Std. Error


α (constant) 28,631 11,058
X1 (computer anxiety) -0,357 0,163
X2 (computer self efficacy) 0,023 0,161
Interaksi antara X1X2 0,003 0,002
Koefisien Korelasi (R) = 0,610 a. Dependent Variable: Niat Penggunaan
2
Koefisien Determinasi ( R ) = 0,373 Teknologi Informasi
Adjusted ( R 2 ) = 0,343 b. Predictors: (Constant), Computer
Anxiety, Computer Self Efficacy serta
Interaksi antara Computer Anxiety dan
Computer Self Efficacy.
Sumber: Data Primer, 2009 (diolah)

Dari hasil output SPSS seperti yang tercantum pada tabel diatas, dapat diperoleh
persamaan regresi berganda (multiple regression) sebagai berikut:
Y = 28,631 – 0,357 X1 + 0,023 X2 + 0,003 X1X2 + e
Dari persamaan regresi dapat diketahui hasil penelitian dari masing-masing
koefisien yaitu untuk konstanta (α = 28,631). Artinya jika faktor-faktor computer anxiety
(X1), computer self efficacy (X2) dan interaksi antara computer anxiety dan computer self
efficacy (X1X2) dianggap konstan, maka besarnya niat penggunaan teknologi informasi
pada mahasiswa Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Unsyiah adalah
sebesar 28,631 pada satuan Skala Likert.
Koefisien regresi computer anxiety (X1) sebesar -0,357. Artinya setiap ada
peningkatan sebesar 1 pada variabel computer anxiety, maka secara relatif akan
menurunkan niat menggunakan teknologi informasi sebesar 35,7%, dengan asumsi
variabel computer self efficacy dan interaksi antara computer anxiety dan computer self
efficacy dianggap tetap. Dengan demikian semakin rendah computer anxiety pemakai
software akuntansi seorang mahasiswa maka secara relatif akan meningkatkan niat
penggunaan teknologi informasi mahasiswa tersebut.
Koefisien regresi computer self efficacy (X2) sebesar 0,023. Artinya setiap ada
peningkatan sebesar 1 pada variabel computer self efficacy, maka secara relatif akan
meningkatkan niat penggunaan teknologi informasi sebesar 2,3%, dengan asumsi
variabel computer anxiety dan interaksi antara computer anxiety dan computer self
efficacy dianggap tetap. Dengan demikian semakin tinggi computer self efficacy maka
19

secara relatif akan meningkatkan niat penggunaan software akuntansi mahasiswa


tersebut.
. Koefisien regresi interaksi computer anxiety dan computer self efficacy (X1X2)
sebesar 0,003. Artinya setiap ada peningkatan sebesar 1 pada variabel computer anxiety
dan computer self efficacy, maka secara relatif akan meningkatkan niat penggunaan
teknologi informasi sebesar 0,3%, dengan asumsi computer anxiety dan computer self
efficacy dianggap konstan.
Koefisien korelasi (R) sebesar 0.610 menunjukkan bahwa derajat hubungan
(korelasi) antara variabel independen dengan variabel dependen sebesar 61,0%. Artinya
niat penggunaan teknologi informasi erat hubungannya dengan computer anxiety (X1),
computer self efficacy (X2), serta pada variabel-variabel yang berinteraksi dalam
penelitian ini yaitu X1X2. Selanjutnya, koefisien determinasi (R 2) sebesar 0.373, yang
artinya bahwa sebesar 37,3% perubahan-perubahan dalam variabel dependen dapat
dijelaskan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada computer anxiety (X1), computer
self efficacy (X2), serta pada variabel interaksi antara computer anxiety dan computer self
efficacy (X1X2). Sedangkan 62,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan
dalam model penelitian ini.

PEMBUKTIAN HIPOTESIS
PENGARUH COMPUTE ANXIETY TERHADAP NIAT PENGGUNAAN
TEKNOLOGI INFORMASI
Nilai koefisien regresi penelitian pengaruh computer anxiety terhadap terhadap niat
pengguaan teknologi informasi adalah sebesar -0,357, yang menunjukkan bahwa koefisien
pengaruh computer anxiety terhadap niat penggunaan teknologi informasi tidak sama
dengan nol (βX1 ≠ 0). Mengacu pada syarat hipotesis maka hasil penelitian ini menolak HO
(hipotesis null) atau menerima HA (hipotesis alternatif). Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa computer anxiety berpengaruh terhadap niat penggunaan teknologi informasi pada
mahasiswa.

PENGARUH COMPUTER SELF EFFICACY SEBAGAI VARIABEL MODERATING


DALAM HUBUNGAN ANTARA COMPUTER ANXIETY DAN NIAT PENGGUNAAN
TEKNOLOGI INFORMASI
20

Nilai koefisien regresi interaksi variabel X 1X2 terhadap niat penggunaan teknologi
informasi (Y) sebesar 0,003, yang menunjukkan bahwa koefisien pengaruh variabel
computer anxiety setelah berinteraksi dengan variabel computer self efficacy sebagai
variabel moderating terhadap niat penggunaan teknologi informasi tidak sama dengan nol
(βX1X2 ≠ 0). Berdasarkan rumusan hipotesis, syarat untuk menyatakan bahwa computer
self efficacy berpengaruh sebagai variabel moderating dalam hubungan antara c omputer
anxiety dan niat penggunaan teknologi informasi apabila βX1X2≠ 0. Mengacu pada syarat
tersebut hasil penelitian ini menolak H O (hipotesis null) atau menerima HA (hipotesis
alternatif). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa interaksi computer anxiety dan
computer self efficacy berpengaruh terhadap niat penggunaan teknologi informasi.

KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:
a. Computer anxiety (X1) berpengaruh negatif terhadap niat penggunaan teknologi
informasi (Y) pada mahasiswa Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
b. Computer self efficacy berpengaruh sebagai variabel moderating dalam hubungan
antara computer anxiety dan niat penggunaan teknologi informasi pada mahasiswa
Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

SARAN-SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti memberikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini variabel computer anxiety memiliki pengaruh negatif secara
signifikan terhadap niat untuk menggunakan teknologi informasi yang menyebabkan
niat untuk menggunakan teknologi informasi baik untuk masa sekarang ataupun
dimasa depan akan menurun, sehingga mahasiswa harus mengurangi perasaan
kekhawatiran ini dengan mengembangkan pengalaman positif dengan
mengoptimalisasikan penggunaan teknologi informasi dalam mengerjakan tugas
akuntansi.
2. Diharapkan semua elemen di Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi
Unsyiah dapat lebih meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk menggunakan
21

teknologi informasi, misalnya melalui pelatihan dan proses belajar mengajar yang
interaktif karena pengaruh computer anxiety terhadap niat penggunaan teknologi
informasi dapat dikurangi setelah variabel computer anxiety berinteraksi dengan
variabel computer self efficacy.
3. Untuk menguatkan dan mendukung hasil penelitian, maka perlu dilakukan
pengujian kembali untuk melihat konsistensi penelitian ini dengan penelitian terdahulu
dan penelitian berikutnya.
4. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan teori-teori perilaku pengguna
lainnya yang diduga berpengaruh terhadap niat penggunaan teknologi informasi.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ajzen, I., and Fishben, M. (1980). “Understanding Attitudes and Predicting Social
Behavior”. Engewood Cliffs, NJ: Printice, p:1-91

Bandura, Albert.Kreitner, (1989a). “Social Cogtive Theory”. In R. Vasta (Ed), Annals of


Child development. Vol. 6 Six theories of child development (pp. 1-60). greenwich,
CT: JAI Press.

______(1989b). “Human Agency in Social Cognitive Theory”. American Psycholical


Association, Inc 0003-066X/89/500.75.Vol. 44, No. 9, p:1175-1184

Bodnar, H George dan Hopwood S.(1995). Accounting Information System. Edisi bahasa
Indonesia oleh Amir Abadi Jusuf dan Rudi M Tambunan. Buku satu edisi keenam,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Compeau, D. R., & Higgins, C. A. (1995). “Computer self-efficacy: Development of a


Measure and Initial Test”. MIS Quarterly. Volume 19, Number 2, pp. 189-211.

Davis, Fred, (1989), “Perceived Usefulnes, Perceived Ease of Use and User Acceptance of
Information Technology”, MIS Quarterly, Vol.13, Issue 3, p318, 23p.

Davidson, C. G, Neale, M. J, dan Kring, A. M (2006). Psikologi Abnormal. Edisi Ke-9.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Depatemen Pendidikan Nasional. (2004). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka

Emmons, Bruce Allen (2003) “Computer Anxiety, Communication Preferences, &


Personality Type in the North Carolina Cooperative Extension Service”. A
dissertation submitted to the Graduate Faculty of North Carolina State University
In partial fulfillment of the Requirements for the Degree of Doctor of Education.
22

Gravill, Jane I, Deborah R. Compeau, Barbara L. Marcolin. (2002). “Metacognition and IT:
The Influence Of Self-Efficacy and Self-Awareness”. Human-Computer Interaction
Studies in MIS. Eighth Americas Conference on Information Systems. p:1055-1064

Handayani, Bestari Dwi (2003) “Self-efficacy: Analisis Social Cognitive Theory pada
Tingkat Penerimaan, Implementas dan Keberhasilan Pengadopsian Teknologi”.
www.ugm.co.id//research//766.pdf. hal:1-10.[103/12/2008]

Handayani, Rini (2007) “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan


Sistem Informasi Dan Penggunaan Sistem Informasi (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Vol. 9, No. 2, Nopember 2007: 76-87

Havelka, Douglas (2003).”Predicting Software Self Efficacy among Business Students: A


Preliminary Assessment”. Journal of Information Systems Education , Vol. 14(2).
P:1-8

Heinssen, After Jr., R., Glass, C, and Knight, L. (1987). “Assessing computer anxiety:
Development and validation of the Computer Anxiety Rating Scale” . Computers in
Human Behavior, Vol. 3 , pp. 49-59.

Indriantoro, Nur. (2000). “Pengaruh Computer Anxiety terhadap keahlian dosen dalam
menggunakan komputer”. Jurnal Akuntansi dan Auditing (JAAI), Volum 4 no 2
Desember, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta.

Istianingsih dan Wijanto. (2008). “Pengaruh Kualitas Sistem Informasi, perceived


usefulness, dan Kualitas Informasi terhadap Kepuasan Pengguna Akhir Software
Akuntansi”. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak.hal:1-51.

Korhman, Rita (2003). “Computer Anxiety in the 21st Century: When You Are Not In
Kansas Any More”. ACRL Eleventh National Conference.page:1-9

Krathwohl, D.R., Bloom, B.S., and Masia, B.B. (1964). “Krathwohl's Taxonomy of Affective
Domain”. http://classweb.gmu.edu/ndabbagh/Resources/Resources2/.
[17/01/2009]

Kustono, A. S. (2000). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Penerimaan


Implementasi Sistem Informasi Baru. Media Akuntansi, No. 9, h. xi-xviii.

Macaulay, Jennifer M. (2002) “Computer Self-efficacy and the Academic Library


Employee: An Examination of Their Relationship”. Southern Connecticut State
University pp:1-34

Maharsi dan Mulyadi, (2007) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Nasabah


Menggunakan Internet Banking Dengan Menggunakan Kerangka Technology
Acceptance Model (TAM). http://puslit.ac.id/journals/accounting/ [03/12/2008]

Najrita (2008). “Pengaruh Fear dan Anticipation terhadap Keahlian Pegawai Bagian
Keuanagn Dalam Menggunakan Komputer (Studi Empiris pada Dinas
23

Pemerintahan Kota Banda Aceh)”. Skripsi S-1 tidak dipublikasikan Banda Aceh:
UNSYIAH.

Nazar, M. Rafki (2008) “Cognitive Vs Personality Terhadap Niat Penggunaan Teknologi


(Internet)”. Simposium Nasional Akuntansi XII Pontianak.hal:1-91

Pajares, Frank (2002). “Overview of Social Cognitive Theory and of Self-Efficacy.: An


outline. Retreived month, day, year”. http://des.emory.edu/mfp/efftalk.html.
[14/01/2009]

Rensel, A.D, Abbas, J.M, and Rao, H.R. (2006). “Publicly Accessible Computers: An
Exploratory Study of the Determinants of Transactional Website Use in Public
Locations”. Proceedings of the 39th Hawaii International Conference on System
Sciences – 2006p.1-56

Riasetiawan, Mardhani (2008). “Tinjauan Teroitis Sistem Informasi Akuntansi”.


http//:www.lecture.co.id//si-akuntansi.pdf.p: 1-24 [05][07][2008]

Rifa, Dandes & Gudono, (1999). “Pengaruh Faktor Demografi dan Personality terhadap
Keahlian dalam End-User Computing”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia . Vol. 2,
No. 1 Januari. 20-36.

Robert dan Kinicki, Angelo. (2005). Perilaku Organisasi: Organizational Behavior. Edisi
Kelima. Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.

Rustiana (2004) ” Computer Self Efficacy (CSE) Mahasiswa Akuntansi Dalam Penggunaan
Teknologi Informasi: Tinjauan Perspektif Gender”. Jurnal Akuntansi & Keuangan
Vol. 6, No. 1, Mei 2004: 29- 39

Sam, Hong Kian (2005) ” Computer Self Efficacy, Computer anxiety, And Attitudes Toward
The Internet: A Study Among Undergraduates In Unimas”. Educational Technology
& Society, 8 (4), p: 205-219.

Santosa, Budi Purbayu dan Anshari (2005). Analisis Statistik dengan Microsoft Exel dan
SPSS. Yogyakarta: ANDI.

Sekaran, Uma (2006). Research Methods for Business (Edisi Bahasa Indonesia). Buku 1
dan 2. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

Sudaryono, Eko Arief dan Astuti, Istiati Diah (2005) “Pengaruh Tingkat Computer anxiety
Terhadap Keahlian Dosen Akuntansi Dalam Menggunakan komputer”. Simposium
Nasional Akuntansi VIII Solo.1-7

Sugiono (1999) Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta, Bandung.

Sumiyana (2007) “Analisis Komparasi Antara Model Concern For Information Privacy Dan
Model Internet Users’ Information Privacy Concern : Konsekuensi Untuk Proses
Penyelarasan Manajemen Database Di Indonesia (Studi Empiris Di Jogyakarta )”.
Simposium Nasional Akuntansi X Makasar.1-47
24

Sun, Heshan and Ping Zhang. (2006). “The Role of Affect in Information Systems
Research: A Critical Survey and A Research Model”. Series of Advances in
Management Information Systems, Zwass, V. (editor-in-chief), M.E. Sharpe
publisher. P:1-63

Susanto, Azhar. (2002). Sistem Informasi Manajemen. Bandung: Lingga Jaya.

Tika, M.P. (2006). Metodologi Riset Bisnis. Jakarta: Bumi Aksara.

Torkzadeh, Chang, Demirhan. (2006).“A Contingency Model Of Computer And Internet


Self-efficacy”.Journal Information and Management.pp:348-389Vol. 43,Issue 4.

Triandis. (1980). Triandis’ Theory of Interpersonal Behaviour. http://www.energy-


behave.net/pdf/Triandis_theory.pdf. [30/03/2009]

Wardiana, Wawan (2002). ”Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia”.


Disampaikan pada Seminar dan Pameran Teknologi Informasi 2002, Fakultas
Teknik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Jurusan Teknik Informatika.1-9

Widiatmoko. (2003). ”Faktor Motivasional Dan Faktor Anteseden Dalam Pemanfaatan


Teknologi Komputer. Fokus Ekonomi Agustus 2004”.
http://www.idtesis.blogspot.com/ .hal:1-6[29/11/2009]

Wilfong, Jeffery D. (2006) “Computer anxiety and Anger: The Impact of Computer Use,
Computer Experience, and Self-efficacy Beliefs”. Computers in Human Behavior
Volume 22, Issue 6 Pages 1001-1011

Winardi, (1992). Manajemen Prilaku Organisasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti

Yulianda, Rezha (2006). “Computer Self Efficacy (CSE) Mahasiswa Akuntansi Dalam
Penggunaan Teknologi Informasi: Tinjauan Perspektif Gender”. Skripsi S-1 tidak
dipublikasikan Banda Aceh: UNSYIAH.

Zhang, P., A. Shelly, and H. Sun (2008), Two Types of Attitudes in ICT Acceptance and
Use, International Journal of Human-Computer Interaction. This is a pre-
publication version (2008.04.04). © Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

You might also like