You are on page 1of 16

PERBANDINGAN KONSEP TATA KELOLA PEMERINTAH:

SOUND GOVERNANCE, DYNAMIC GOVERNANCE, DAN OPEN GOVERNMENT


(Comparative Concept of Governance: Sound Governance, Dynamic Governance,
And Open Government)
Lesmana Rian Andhika
Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran
Jl. Bukit Dago Utara No. 25 Bandung 40135
e-mail: lesmana15001@mail.unpad.ac.id
Naskah diterima: 25 September 2017
Naskah direvisi: 01 Oktober 2017
Naskah diterbitkan: 31
30 Desember 2017

Abstract
The concepts of good governance, sound governance, dynamic governance, and open government are often used as references
in order to likely manage the government activities properly. Any concept of governance adopted implies to reject any form of
authoritarianism, corruption, collusion, and nepotism that will open up opportunities for malicious actions in carrying out government
activities. The research aims to explore theoretical conceptual framework and to compare among the concepts of relevant scientific
literature. Many studies argue that the concept of governance adopted is not necessarily and successfully implemented in different
offices. This article is a synthesis of qualitative research which uses meta-theory method (the analysis of theory). This research seeks to
identify some of the existing written evidence on the subject of research. The results reveal that governance model is adopted because
of the need to respond to various issues of government activity. Various models of governance arise to fill the shortcomings of pre-
existing concepts with different approaches and focuses. Other results also reveal that the concept of governance has its essence and
refer to government innovation as an effort to manage government activities, and to deliver good public services. Nevertheless, the
concept of governance will be meaningless if it is run by people with low-quality, unintelligent, and unresponsive.
Keywords: comparative, governance, innovation, government

Abstrak
Konsep tata kelola pemerintahan dari good governance, sound governance, dynamic governance, dan open government merupakan
sebuah konsep rujukan yang dianggap dapat mengelola aktivitas pemerintahan dengan baik. Konsep tata kelola pemerintah apa pun
yang diadopsi menyiratkan untuk menolak berbagai bentuk aktivitas pemerintah yang didasari dari kegiatan otoritarian, korupsi,
kolusi, dan nepotisme yang akan membuka peluang tindakan-tindakan jahat lainnya dalam melaksanakan aktivitas pemerintah.
Tujuan penelitian ini berusaha memberikan kontribusi pengetahuan dengan mengeksplorasi konseptual teoritis dan membandingkan
di antara konsep tersebut dari literatur ilmiah yang relevan, berbagai argumentasi mengungkapkan belum tentu konsep tata kelola
pemerintah yang diadopsi bisa dan sukses dilaksanakan pada tempat yang berlainan. Artikel penelitian ini merupakan synthesis of
qualitative research, dengan menggunakan metode meta-theory (the analysis of theory). Penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi
beberapa bukti tertulis yang ada mengenai tema penelitian. Hasil penelitian mengungkapkan, tata kelola pemerintah diadopsi karena
kebutuhan untuk merespon berbagai masalah aktivitas pemerintah. Berbagai model tata kelola pemerintah itu muncul akibat adanya
pemikiran baru untuk mengisi kekurangan dari konsep yang telah ada sebelumnya dengan pendekatan dan fokus yang berbeda.
Hasil lain juga mengungkapkan bahwa konsep tata kelola pemerintah memiliki intisari dan merujuk kepada inovasi pemerintah
sebagai upaya untuk mengelola aktivitas pemerintah, dan berkontribusi menghadirkan pelayanan publik yang baik. Konsep tata
kelola pemerintah akan tidak bermakna apabila dijalankan oleh orang-orang dengan kualitas sumber daya manusia rendah, tidak
cerdas, dan tidak responsif.
Kata kunci: perbandingan, tata kelola, inovasi, pemerintahan

PENDAHULUAN adalah hak yang sama di antara negara maju dan


Teori dependensi (dependency theory) berkembang. Biasanya selalu terkait dengan sistem
mengajarkan kita bahwa ketergantungan negara- ekonomi (pendapatan sebuah negara, perdagangan)
negara miskin (lebih banyak merujuk kepada negara dengan cara investasi, transfer teknologi terkini.
berkembang) kepada negara kaya (maju) yang Namun dependensi menolak anggapan modernisasi
berawal dari kasus negara-negara Amerika Latin. dengan alasan negara maju sering mengklaim
Tujuannya mengintegrasikan negara berkembang negara berkembang adalah negara primitif. Dalam
ke dalam sistem dunia dengan seperangkat aturan situasi ketergantungan itu, ekonomi negara-negara
yang harus dipatuhi. Teori dependensi merupakan berkembang selalu diintervensi oleh negara maju
anti tesis dari teori modernisasi yang menyatakan (ekspansi) modusnya adalah ekplorasi sumber daya
semua kemajuan dan perkembangan sebuah negara alam dan menempatkan negara berkembang dalam

Lesmana Rian Andhika, Perbandingan Konsep Tata Kelola Pemerintah: Sound Governance, Dynamic Governance, dan Open Government | 87
posisi yang lemah dalam sistem dunia (lihat lebih maju (Farazmand, 2004). Tidak bisa dibantah
lanjut Caporaso, 1978; Namkoong, 1999). lagi bahwa kehadiran konsep good governance
Berawal dari ketergantungan tersebut berbagai cukup revolusioner untuk menghadirkan tata
krisis menimpa negara berkembang seperti krisis kelola pemerintahan yang baik bagi negara-negara
ekonomi, kemiskinan, dan kelaparan. Oleh sebab berkembang (Holzhacker, Wittek, & Woltjer, 2016).
itu negara maju merasa berkewajiban membantu Kritikan terhadap konsep good governance
negara-negara yang terkena krisis tersebut dengan yang dianggap sebagai model imperialisme dan
perantara lembaga-lembaga donor dunia (UNDP, kolonialisme baru, maka muncul pemikiran untuk
IMF, World Bank, ADB, UE). Salah satu penyebab menghubungkan kemandirian sebuah negara
timbulnya krisis tersebut adalah penyelenggaraan (berkembang) dengan praktek-praktek sistem
pemerintah yang tidak baik, tingginya korupsi, dunia secara universal. Sound governance, dymanic
kolusi, nepotisme, penyalahgunaan anggaran yang governance, dan open government adalah konsep
mengakibatkan kemiskinan suatu negara. Solusi evolusi dari good governance. Konsep-konsep ini
pencegah yang ditawarkan oleh lembaga-lembaga hanya bertujuan untuk mencari cara dan model baru
donor melalui konsep good governance. Konsep menata dan mengelola pemerintahan dengan baik
penyelenggaraan pemerintah yang baik menjadi untuk menyelesaikan masalah pemerintah.
pintu masuk bagi mereka dengan sejumlah aturan Sebagai contoh kasus korupsi, laporan dari
yang harus dipatuhi bila ingin mendapatkan bantuan Transparency International tentang corruption
dari lembaga donor dan ikut berpartisipasi dalam perception index (CPI) 2016 menempatkan Indonesia
menyelesaikan krisis di sebuah negara. Contoh rangking 90 dengan skor 37 masih di bawah negara
Indonesia dengan krisis moneter yang melanda di ASEAN lainnya seperti Singapura, Brunei, dan Malaysia
tahun 1997. Lembaga donor International Monetary (Transparency International, 2017). Dalam hal
Fund (IMF) menawarkan bantuan kemudian para elit pengelolaan prinsip-prinsip governance, Worldwide
negara menyetujui sejumlah aturan dengan alasan Governance Indicators memberikan penilaian kepada
untuk menyelamatkan negara dari kebangkrutan Indonesia dengan beberapa kriteria governance yaitu
(failed state). Alasan tersebut dapat kita terima, voice and accountability (52,22), political stability and
namun dibalik aturan yang ditawarkan lembaga donor absence of violence/terrorism (24,76), government
ada dampak yang harus ditanggung oleh negara. effectiveness (46,15), regulatory quality (47,12),
Sebagai contoh, menghambat pengembangan rule of law (39,90), control of corruption (38,46)
pesawat jet penumpang N2310 kapasitas 80-130 (World Bank, 2017). Data lain dapat ditelusuri juga
penumpang yang telah ditetapkan sebagai proyek dari laporan Ombudsman Republik Indonesia tahun
nasional oleh Presiden Soeharto tahun 1995. Pesawat 2015 melaporkan, secara nasional ada 6.859 (enam
jet penumpang ini merupakan pesawat canggih di ribu delapan ratus lima puluh sembilan) laporan/
kelasnya dengan menggunakan advance fly by wire, pengaduan masyarakat tahun 2015, sebanyak
pada saat itu Airbus dan Boeing belum mengadopsi 41,59 persen atau 2.853 (dua ribu delapan ratus
dan menggunakan teknologi ini. Salah satu kebijakan lima puluh tiga) laporan, mengeluhkan pelayanan
IMF adalah menghentikan program tersebut, secara publik di instansi pemerintah daerah (Ombudsman
eksplisit kebijakan itu merupakan strategi kapitalisasi Republik Indonesia, 2016). Laporan lain juga dapat
modern untuk menghentikan pesaing, karena Airbus ditelusuri dari berbagai laporan akuntabilitas kinerja
dan Boeing merupakan beberapa donatur utama instansi pemerintah (LAKIP) namun setiap instansi
dari IMF. menunjukkan laporan yang berbeda sesuai dengan
Pemikiran klasik tentang teori pemerintahan wewenang dan fungsinya. Laporan hasil evaluasi
berkutat pada penyelenggaraan pemerintahan yang pelaksanaan reformasi birokrasi, akuntabilitas, dan
sentralistik yang mengakibatkan kegagalan dalam zona integritas pada instansi pemerintah tingkat
efisiensi pemerintahan yang selalu dicampuradukkan kabupaten/kota menunjukkan pada nilai hasil
dengan politik. Dengan perkembangannya maka evaluasi lebih banyak pada kategori CC (168), C (231),
dituntut untuk menghadirkan pelayanan publik yang D (67) dari 416 Kabupaten, 98 Kota se-Indonesia
baik dari negara terhadap warganya. Adopsi prinsip (Kemenpan RB, 2015).
swasta sangatlah rasional, prinsip manajemen, Data di atas menggambarkan masih belum
prinsip mekanisme pasar, pengalokasian, dan maksimalnya pengelolaan tata kelola pemerintah
pengembangan sumber daya manusia mengilhami yang baik terutama pada pemerintahan daerah.
munculnya konsep tata kelola pemerintahan Diperlukan terobosan yang koheren antara beberapa
yang baik (good governance). Walaupun kritikan konseptualisasi dan prakteknya untuk menciptakan
mengatakan konsep good governance merupakan tata kelola pemerintahan yang baik. Beberapa
konsep imperialisme dan kolonialisme dari negara temuan literatur tentang studi tata kelola pemerintah

88 | Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 8, No. 2, Desember 2017 87 - 102
sudah pernah dilakukan. Seperti, studi tentang good adanya persaingan. Di satu sisi, hegemoni model
governance, Okechukwu (2012) dalam studinya open government nampaknya menekankan inovasi
menemukan gaya kepemimpinan yang etis akan dan keterbukaan dalam arti transparansi yang
menghasilkan implikasi terhadap perubahan sosial disempurnakan, terkadang dilakukan oleh kolaborasi
yang positif terletak pada penyampaian informasi antara publik dan swasta. Namun gagal mencapai
kepada publik dengan potensi untuk memanfaatkan keterbukaan dalam pengambilan keputusan meski
sumber daya untuk mengembangkan situasi telah dipaksa oleh dorongan menuju inovasi dalam
sosial ekonomi, dan meningkatkan kualitas tata proses pembuatan kebijakan sudah terkonsolidasi
kelola pemerintahan (kasus negara Nigeria). Studi secara mekanisme, bukan perubahan substantif
sound governance diantaranya, Holidin & Handini (studi komparatif antara negara Prancis, Italia,
(2014) menunjukkan, ada pendekatan baru dalam Spanyol, dan Inggris).
menjalankan program inovatif tradisional revitalisasi Intisari dari beberapa studi di atas
pasar dan pengelolaan pedagang kaki lima (PKL) menggambarkan untuk mencapai tata kelola
melalui pengembangan lingkungan yang adaptif pemerintah yang baik ada beberapa hal yang perlu
tanpa membuang orientasi menuju pemberdayaan diperhatikan, 1) Faktor pemimpin menjadi bagian
masyarakat. Dianalisis secara univariat dan penggerak perubahan; 2) Organisasi pemerintah
deskriptif terhadap dimensi-dimensi sound menjadi katalisator perubahan; 3) Kebijakan
governance (kasus kota Surakarta). Firdaus (2016) pemerintah yang menghambat perubahan direvisi
mengeksplorasi dan menganalisis praktik tata kelola kembali agar lebih memihak kepada perubahan.
sound governance dalam program pengembangan Konsekuensi dari beberapa argumentasi di atas akan
kawasan Metropolitan Mamminasata yang berfokus menimbulkan pemahaman, konsep apapun yang
pada lima dimensi, yaitu proses, struktur, nilai, ditawarkan secara parsial atau simultan akan menuju
manajemen, dan kebijakan yang bertumpu pada sebuah perubahan dalam tata kelola pemerintah
pelaksanaan koordinasi, integrasi, sinkronisasi untuk agar menjadi lebih baik.
mewujudkan interkoneksi pembangunan lintas Fokus tujuan penelitian ini berusaha memberikan
kabupaten/kota (kasus provinsi Sulawesi Selatan). kontribusi pengetahuan dengan mengeksplorasi
Studi tentang dynamic governance juga pernah konseptual teoritis dari berbagai literatur ilmiah
dilakukan, Gulbrandsen (2014) menunjukkan, konsep yang relevan karena belum tentu konsep tata
dynamic governance akan lebih bermanfaat apabila kelola pemerintah yang diadopsi bisa dan sukses
kebijakan pemerintah turut berinovasi. Rajan (2017) dilaksanakan pada tempat yang berlainan. Sehingga
mengungkapkan, tata kelola organisasi yang dinamis perdebatan logis tentang perbandingan konsep tata
lebih kepada perubahan sistem intitusional lembaga kelola pemerintah tidak hanya dilihat dari sisi positif
pemerintah dengan gerakan reformasi birokrasi, konsep namun juga dilihat dari sisi negatif untuk
perubahan kebijakan pemerintah, dan devolusi menyikapi permasalahan penelitian yang terdeskripsi
(desentralisasi) strategis (kasus negara India). dalam beberapa pertanyaan penelitian, 1) Bagaimana
Penelitian tentang konsep tata kelola pemerintah perbandingan dari tata kelola pemerintahan itu
yang lain seperti open government juga pernah sendiri; dan 2) Bagaimana sisi positif dan negatif
dilakukan. Yang, Lo, & Shiang (2015) menemukan konsep tersebut.
secara khusus faktor-faktor yang berpengaruh dan
dampaknya terhadap inisiatif open government METODE
diselidiki dari empat perspektif yaitu legislasi dan Metode dalam artikel penelitian ini adalah
kebijakan, teknologi, organisasi, dan lingkungan. synthesis of qualitative research. Metode yang
Legislasi dan kebijakan ditemukan memiliki dampak diartikan sama dengan kata synthesis of qualitative
paling signifikan, sementara lembaga peraturan dan research seperti meta-narrative synthesis,
kebijakan yang ada bertindak sebagai kendala. Faktor critical interpretive synthesis, meta-study, meta-
teknologi memberikan kendala namun dianggap ethnography, grounded formal theory, thematic
relatif lebih mudah terselesaikan dengan dukungan synthesis, textual narrative synthesis, framework
yang memadai. Faktor-faktor yang berada dalam synthesis, and ecological triangulation (Barnett &
perspektif organisasi dan lingkungan mengikuti Thomas, 2009). Barnett & Thomas (2009:7) kembali
dampak secara sekunder (kasus negara Taiwan). menjelaskan, meta-study mempunyai tiga komponen
Blasio & Selva (2016) mengemukakan, kebijakan open analisis yakni meta-data-analysis (the analysis of
government (transparansi, partisipasi, kolaborasi, findings), meta-method (the analysis of methods),
dan juga digital teknologi) menyebar di seluruh Eropa and meta-theory (the analysis of theory). Lebih
sebagai model pemerintahan yang baru, namun tidak spesifik artikel penelitian ini mengunakan meta-
homogen di berbagai negara yang menunjukkan

Lesmana Rian Andhika, Perbandingan Konsep Tata Kelola Pemerintah: Sound Governance, Dynamic Governance, dan Open Government | 89
theory (the analysis of theory). Zhao (1991:378) pemerintah yang berhasil atau tidak (Neo & Chen,
menulis, metatheorizing as a means of attaining 2007).
a deeper understanding of theory. Penelitian ini Memulai diskusi dalam penelitian ini peneliti
berusaha untuk mengidentifikasi beberapa bukti ingin menunjukkan definisi dari beberapa konsep tata
tertulis yang ada mengenai tema penelitian untuk kelola pemerintahan sehingga pemetaan masalah
membangun pengetahuan penelitian pendahuluan. penelitian ini tidak menjadi kabur. Dalam artikel
Harapannya dengan kajian secara sistematis dapat ini tidak lagi membahas tentang definisi, dimensi,
memahami perbandingan tata kelola pemerintahan efek positif dan negatif dari good governance
yang baik. karena konsep ini telah begitu populer dikalangan
Penggalian data pada penelitian ini dilakukan akademisi, praktisi, dan aktor kebijakan pemerintah.
secara deduktif atau theoretical and analytical Di Indonesia konsep sound governance, dynamic
frameworks, yang berasal dari berbagai literatur governance, dan open government sepertinya belum
ilmiah baik bersumber dari buku maupun jurnal. begitu populer. Dari beberapa temuan literatur
Meta-theory bisa digunakan untuk mengidentifikasi ilmiah yang ada selalu mengkaji penerapan ketiga
kerangka teori yang berhubungan dengan teori- konsep ini pada pemerintah sebagai landasan
teori sosial, sejarah, budaya dan politik (Paterson, untuk melakukan perubahan tanpa membedah
et.al, 2001). Untuk dapat menjawab pertanyaan bagaimana perbandingan tata kelola pemerintahan,
penelitian, maka langkah-langkah meta-theory kekuatan, kelemahan, serta efek positif dan negatif
dalam artikel penelitian ini mengikuti petunjuk yang konsep tersebut. Penelitian ini akan mengisi celah
diberikan oleh Zhao (1991) yaitu, 1) restudying the kekosongan tersebut.
same phenomenon that was previously studied Sound governance, Farazmand (2004:10-11)
(replication, for example) and 2) studying the results menjelaskan,
and the processes of the previous studies. The concept of “sound governance” is used in this
book as an alternative to the term good governance…
HASIL DAN PEMBAHASAN hence, the concept of “soundness” is used to
Dekade terakhir konsep good governance characterize governance with superior qualities in
dianggap merupakan sebuah konsep yang benar functions, structures, processes, values, dimensions,
dalam negara demokrasi (terutama dalam kajian and elements that are necessary in governing and
administrasi publik) untuk menata dan mengelola administration.
pemerintahan dengan baik. Para mahasiswa selalu Tata kelola yang baik terdiri dari beberapa
disuguhkan dengan pemahaman epistimologis komponen utama. Sebagai sistem yang dinamis,
konsep good governance yang diadopsi oleh unsur-unsur komponen utama itu seperti proses,
beberapa negara maju sebagai rujukan bagi negara struktur, nilai pengetahuan, aturan, organisasi,
berkembang. Kemudian secara aksiologis digunakan manajemen, kebijakan, sektor swasta, globalisasi,
oleh negara berkembang secara universal. Walaupun akuntabilitas, dan transparansi (Farazmand, 2004).
latar belakang konsep good governance secara Berinteraksi secara dinamis satu sama lain dan
eksplisit akan menarik negara berkembang di semuanya membentuk kesatuan yang unik dengan
dalam pusaran ketergantungan dan intervensi, dan membangun inklusifitas relasi politik antara negara/
dengan mudah mereka akan diatur oleh seperangkat pemerintah, civil society, dan sektor bisnis. Beroperasi
kebijakan yang mengikat dibuat oleh lembaga donor. dengan keragaman, kompleksitas, intensitas internal,
Gerakan globalisasi yang terus berkembang secara tantangan eksternal, hambatan, dan peluang untuk
dinamis membawa perubahan terhadap degradasi menjaga agar sistem pemerintahan tetap fokus pada
lingkungan, kapitalisasi ekonomi, dan kemiskinan arahan dan tindakan dengan tujuan. Sedangkan
(Farazmand, 2004). Namun, penyesuaian globalisasi karakteristik dari proses tersebut berkontribusi
itu diikuti dengan transformasi pemerintahan pada peningkatan kapasitas, inovasi, kreativitas, dan
dan administrasi (Kakabadse, et.al, 2011). Proses respon adaptif. Farazmand (2004:19) menegaskan,
administrasi pemerintahan, struktur, nilai-nilai innovation is key to sound governance, and
pemerintahan, kebutuhan untuk pengembangan innovation in policy, and administration is central
kapasitas, inovasi dalam kebijakan, dan manajemen to sound governance as well. Secara konseptual
menjadi lebih efektif dari pada sebelumnya. teoritik, inovasi bercerita tentang semua komunikasi
Keefektifan pemerintah itu didasari dari berbagai yang menggabungkan perilaku biologis dan teknis
pilihan kebijakan yang ada. Pilihan kebijakan manusia (lihat lebih lanjut Herbig & Dunphy, 1998).
pemerintah berbeda dengan praktiknya, ini akan Oleh sebab itu, praktek administrasi publik
memberikan penjelasan logis diantara kebijakan tradisional pada kegiatan pemerintah menjadi

90 | Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 8, No. 2, Desember 2017 87 - 102
semakin sulit terlaksana karena perbaikan konsep institusi/birokrasi pemerintah yang selama ini kita
dilakukan secara ilmiah dan pemanfaatan teknologi. kenal yang menghasilkan banyak sekali masalah
Serta didorong oleh globalisasi ekonomi yang telah (lihat lebih lanjut Caiden, 1991) ditambah dengan
menyulitkan pembangunan sosial ekonomi-politik, peraturan yang rigid, struktur birokrasi yang besar,
isu-isu yang muncul membawa kepada sebuah prosedur yang berbelit, hierarkis yang panjang,
gagasan transformasi dan tantangan yang sangat perilaku para pejabat yang korup, dan tidak mungkin
besar bagi pemerintahan. Sebaliknya, isu tata kelola institusi/birokrasi pemerintah akan berkembang
pemerintah daerah dan nasional yang mengarah secara dinamis. Sebagai contoh, ketika jabatan sudah
kepada model kapitalisme dipengaruhi oleh norma, diperjual-belikan maka akan terjadi gelombang
standar yang pasti (biasanya berbentuk angka- penyalahgunaan wewenang. Modus operandi yang
angka), dan rezim internasional (lembaga donor) sederhana dilakukan oleh para pejabat akan selalu
yang mengatur tata kelola dalam negeri di berbagai sibuk dengan urusan anggaran, luncuran anggaran
bidang ekonomi, politik, masyarakat, budaya, untuk menutupi “modal finansial” ketika dia membeli
dan administrasi pada akhirnya menimbulkan jabatan tersebut. Dan tidak akan mempunyai waktu
intimidasi sumber daya alam menjadi fenomena untuk berpikir melakukan perubahan dan hanya
yang patut untuk dicermati. Banyak masalah tata menerima kondisi kerja yang sudah ada. Walaupun
kelola pemerintah terutama negara berkembang secara teoritis dan praktis anggaran adalah menu
menjadi isu yang berkaitan secara global yang utama institusi pemerintah (birokrasi) dapat
menuntut informasi dan teknologi bersama. Sebagai menjalankan tugasnya dengan baik (Pierre, 1995).
contoh, korupsi di sebuah negara akan memaksa Belum lagi intervensi politik yang berlebihan dalam
kerja sama secara global untuk dapat mengungkap birokrasi akan mengarah kepada eksploitasi aparatur
“kemana uang rakyat yang mereka rampas”. Namun birokrasi secara berlebihan.
pengungkapan itu tidaklah mudah, mungkin saja Diperlukan langkah yang sistematik dan
para koruptor dillindungi oleh otoritas sebuah komprehensif untuk melakukan perubahan, kita
negara lain, perlu usaha yang komperehensif untuk patut berbangga ketika pemerintah melakukan
dapat mengembalikan dan mengungkapkan tindakan open recruitment aparatur birokrasi sampai dengan
korupsi tersebut. jabatan tinggi untuk mencegah terjadinya jual beli
Tata kelola pemerintahan pada tingkat lokal jabatan. Tujuannya untuk melahirkan aparatur
(pemerintah daerah) berada pada model tata birokrasi yang berkualitas tinggi. Karena menyangkut
kelola menuntut partisipasi warga yang aktif, model dan cara pemerintah untuk mencapai tujuan
melalui keterlibatan langsung atau tidak langsung jangka menengah dan panjang diperlukan partisipasi
(Fung, 2008; Michels & Graaf, 2010; Tholen, pemangku kepentingan secara berkesinambungan
2015). Membangun kemitraan dan peningkatan antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat
kapasitas masyarakat merupakan fitur kunci dari madani, dan komunitas masyarakat dalam
reformasi kontemporer dalam sistem tata kelola dan merumuskan setiap kebijakan serta pola partisipasi
manajemen (Farazmand, 2004). Demikian pula, tata pemangku kepentingan itu sendiri yang mengarah
kelola nasional diharuskan untuk mengikuti berbagai kepada bentuk perubahan yang disepakati.
standar dan norma internasional secara global yang Partisipasi ini penting dalam negara demokrasi untuk
dibentuk secara kolektif (Kettl, 2000; UN, 2004; mengembalikan kepercayaan publik, walaupun
Xueliana & Lu, 2016), melalui institusi supranasional partisipasi masyarakat belum tentu berkontribusi
seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan- signifikan terhadap perubahan institusi pemerintah
badan afiliasinya. sebuah negara (Callahan, 2007; Cheema & Rondinelli,
Dynamic governance, Neo dan Chen (2007:1) 2007; Michels & Graaf, 2010).
menjelaskan, dynamic governance is the key Institusi pemerintah (birokrasi) yang dinamis
to success in a world undergoing accelerating dapat meningkatkan pembangunan dan kemakmuran
globalization and unrelenting technological advancement. suatu negara (Neo & Chen, 2007), dengan pola
Tata kelola yang dinamis mencapai relevansi dan penyesuaian adaptif terhadap perubahan lingkungan
efektivitas saat ini dan masa depan melalui kebijakan sosio-ekonomi di mana orang melakukan transaksi
yang terus-menerus menyesuaikan diri dengan bisnis dan pemerintah berinteraksi dengan
perubahan lingkungan. Bisakah institusi pemerintah berbagai kebijakan dan pengawasan sehingga dapat
berkembang secara dinamis? Neo dan Chen menimbulkan implikasi positif tidak hanya kepada
(2007:1) kembali memberikan argumentasinya, pemerintah tapi terutama untuk kesejahteraan
dynamism is characterized by new ideas, fresh masyarakat. Dinamisme menyiratkan pembelajaran
perceptions, continual upgrading, quick actions, terus menerus, eksekusi cepat yang efektif, dan
flexible adaptations, and creative innovations. Bila perubahan tanpa henti. Perubahan tanpa henti

Lesmana Rian Andhika, Perbandingan Konsep Tata Kelola Pemerintah: Sound Governance, Dynamic Governance, dan Open Government | 91
itu akan memberikan dampak kepada daya saing inisiasi data terbuka pemerintah. Wirtz dan Birkmeyer
ekonomi dan pembangunan sosial budaya sebuah (2015:12) mendefinisikan open government sebagai
negara. Sebagai contoh Korea Selatan, negara maju a multilateral, political and social process, which
ini begitu banyak menghasilkan berbagai bentuk includes in particular transparent, collaborative
terobosan dengan menjadikan budaya inovasi and participatory action by government and
menjadi kebiasaan dalam berbagai penyelenggaraan administration. Open government didefinisikan
aktivitas negara berbasis elektronik dan ditunjang sebagai tindakan dari transparansi, partisipasi, dan
dengan infrasruktur yang begitu baik (jaringan kolaborasi (Obama, 2009). Di Indonesia gerakan
internet tercepat). Negara Jepang dengan budaya open government ini telah direspon oleh pemerintah
malu, ketika mereka dinyatakan bersalah maka tidak dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
ada keraguan bagi mereka untuk mengundurkan diri Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Bila melihat
dari jabatan. data yang dikeluarkan oleh Komisi Informasi Pusat
Contoh dari kedua negara di atas, memberikan terdapat sengketa yang diajukan oleh individu dan
analitis bahwa budaya akan sangat memengaruhi kelompok masyarakat. Biasanya sengketa yang
setiap aktivitas kegiatan pemerintah. Neo dan muncul disebabkan oleh tidak adanya transparansi
Chen (2007:3) memberikan argumentasi tentang data pemerintah yang semestinya dapat dikonsumsi
cara menjadi salah satu negara maju, foundation of oleh publik. Beberapa studi juga menyebutkan bahwa
cultural values and beliefs can work synergistically transparansi dalam penyelenggaraan pemerintah
with strong organizational capabilities to create a (prinsip good governance) tidak begitu baik
dynamic governance system that enables continuous pelaksanaannya di beberapa negara berkembang
change. Itu sebabnya budaya sebuah negara sering (Ferreira, 2008; Zimmerman, 2014).
terlupakan dan selalu terfokus kepada budaya dari Beberapa tahun terakhir, open government telah
luar yang dianggap merupakan hal yang terbaik untuk menjadi gerakan penting di antara pemerintahan di
dijadikan sebuah pilihan, mungkin saja hal itu terjadi seluruh dunia. Misalnya, dari sisi keuntungan open
karena politik ekonomi luar negeri sebuah negara. government lebih memudahkan masyarakat untuk
Dalam konsep tata kelola pemerintah yang dinamis akses data dan aktivitas pemerintah, perundang-
(dynamic governance) akan tercapai ketika kebijakan undangan dan kebijakan pemerintah yang dapat
yang adaptif dijalankan. Kebijakan yang adaptif ini diperoleh dengan mudah, data terbuka terkait erat
lebih merujuk kepada policy diffusion (Baybeck, dengan pembagian informasi pemerintah yang dapat
Berry, & Siegel, 2011; Gilardi, 2016). Neo dan Chen digunakan oleh publik untuk berbagai tujuan. Namun
(2007) menulis landasan dynamic governance adalah kebanyakan para ahli berargumentasi potensi
budaya kelembagaan suatu negara yang ditunjukkan manfaat open government dapat merangsang
dengan tiga faktor kemampuan dinamis (dynamic transparansi, akuntabilitas, meningkatkan partisipasi
capabilities) yaitu berpikir ke depan (thinking masyarakat, dan merangsang pertumbuhan ekonomi
ahead), berpikir kembali (thinking again), dan (Wirtz, Weyerer, & Rosch, 2017), dan juga sebagai
berpikir sepanjang mengarah kepada pelaksanaan upaya untuk memerangi tindakan korupsi (Kim, Kim,
kebijakan yang adaptif (thinking across). Ada & Lee, 2009).
faktor pengungkit utama untuk mengembangkan Intisari dari pembahasan fokus perubahan
dynamic governance yaitu orang yang cakap (able tata kelola pemerintah antara sound governance,
people) diisi oleh orang-orang yang cerdas, gesit, dynamic governance, dan open government terlihat
dan tangkas (agile people). Namun pengaruh yang pada Gambar 1.
menjadi perhatian serius adalah faktor lingkungan Konsep sound governance, dynamic governance,
eksternal (external environment) yang akan dan open government merupakan cara baru dalam
memengaruhi sistem pemerintahan seperti masalah sistem tata kelola lokal, nasional, regional, dan
keamanan, kemiskinan, politik, yang menimbulkan internasional. Sound governance terkait secara
ketidakpastian perubahan. langsung atau tidak langsung yang terhubung dengan
Open government, gerakan ini menjadi populer berbagai sistem global untuk memeriksa opsi, solusi,
setelah adanya Memorandum on Transparency and dan masalah tata kelola pemerintah. Artinya konsep
Open Government oleh Pemerintahan Barrack Obama ini menekankan kolaborasi dengan berbagai sistem
pada tahun 2009, dan diikuti oleh peluncuran data. global dan kerja sama antara setiap negara yang
gov.uk oleh pemerintah Inggris pada tahun 2010. menyetarakan hak setiap negara baik negara maju
Kemudian mulailah muncul portal data pemerintah maupun negara berkembang sehingga eksploitasi
yang terus menyebar, dibuat oleh pemerintah dan dan kapitalisasi ekonomi tidak terjadi lagi. Sedangkan
tim independen multilateral bekerjasama dengan dynamic governance konsep yang menekankan untuk
pemerintah yang bergerak untuk mengembangkan memerhatikan faktor eksternal lingkungan kebijakan.

92 | Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 8, No. 2, Desember 2017 87 - 102
Sumber: Diolah dari berbagai sumber (Data Sekunder, 2017).
Gambar 1. Fokus Perubahan Tata Kelola Pemerintah
Adaptasi kebijakan bukan sekadar reaksi yang pasif Perbandingan Tata Kelola Pemerintahan
terhadap tekanan eksternal namun pendekatan Konsep tata kelola pemerintah dari waktu
proaktif terhadap inovasi, kontekstualisasi, dan ke waktu terus mengalami perkembangan sesuai
eksekusi. Inovasi kebijakan berarti gagasan yang baru dengan dinamisme perubahan jaman yang
dan segar, bereksperimen dan dimasukkan ke dalam terus berkembang. Perbandingan tata kelola itu
kebijakan untuk mencapai hasil yang lebih baik dan menyiratkan pemikiran lebih kepada para praktisi
berbeda. Namun bukan hanya tentang ide baru untuk memunculkan konsep yang lebih baik dari
dalam bentuk desain kontekstual tapi juga eksekusi konsep tata kelola pemerintah yang telah ada
kebijakan yang membuat pemerintahan dinamis walaupun masing-masing pendekatan memiliki
menjadi kenyataan (Neo & Chen, 2007). Sedangkan konsekuensi positif dan negatif. Sound governance
open government lebih menekankan kepada prinsip misalnya, konsep ini muncul akibat banyaknya
transparansi tinggi data pemerintah untuk dapat kritikan dari negara berkembang yang menganggap
dikonsumsi oleh publik dengan cara memanfaatkan good governance adalah sebuah konsep kapitalisme
teknologi informasi. Open government lebih mirip negara maju (negara donor). Namun dominasi
kepada penerapan sistem elektronik dalam berbagai negara maju dalam pusaran globalisasi membuat
aktivitas pemerintah. Namun partisipasi masyarakat beberapa aliansi negara berkembang terbentuk. Uni
menjadi hal yang diperhatikan secara bersama dengan Afrika, Perhimpunan Negara Islam, ASEAN, semua
pemerintah. Ikut mengawasi aktivitas pemerintah, itu bertujuan untuk filterisasi hegemoni negara
menganggap masyarakat lebih bermakna dan ikut maju terhadap negara-negara berkembang. Banyak
serta dalam pembangunan nasional. negara saat ini memerhatikan permintaan informasi,
Ketiga konsep ini berujung kepada penerapan teknologi dan keterampilan kolektif secara global.
“inovasi pemerintah”. Idealnya dari sisi tujuan Permintaan itu tercermin dalam beberapa kasus
dalam lingkup organisasi pemerintah, inovasi dapat misalnya korupsi, asap akibat kebakaran, kemiskinan,
menekan masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme kriminal dan sebagainya. Untuk mengatasi beberapa
(Klareskov & Nikolov, 2007), berkontribusi terhadap kasus itu diperlukan kerjasama antara negara
kinerja dan efektivitas organisasi (Damanpour, sebagai upaya pencegahan. Namun kerjasama itu
1991). Lingkup pelayanan inovasi dipercaya akan tidak mengintervensi kedaulatan dan sistem negara
meningkatkan kualitas pelayanan lebih efektif, masing masing, juga mencakup fitur normatif, teknis
efisien dan merupakan cara untuk mengatasi dan rasional dari tata kelola pemerintahan yang baik.
masalah organisasi pemerintah dalam menghadapi Lain halnya dengan konsep good governance yang
tantangan dari masyarakat yang semakin komplek mengintervensi suatu negara dengan kebijakan yang
(Vries, Bekkers, & Tummers, 2015; McLaughlin & harus dipatuhi.
Kennedy, 2016), memaksimalkan sumber daya Bila konsep sound governance menekankan tata
manusia dan mengembalikan kepercayaan publik kelola yang terintegrasi dengan dunia internasional,
terhadap pemerintah dengan mendorong upaya konsep dynamic governance memberi penekanan
berkelanjutan (Alberti & Bertucci, 2007). pada adaptasi tata kelola pemerintah terhadap
Dinamika berbagai sistem tata kelola pemerintahan perubahan lingkungan. Kebiasaan buruk yang selalu
ini menyajikan peluang besar bagi penelitian ilmu sosial diperlihatkan terutama pemerintah daerah, seperti
untuk meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki pengangkatan seseorang aparatur birokrasi (posisi
kinerja pemerintahan (Farazmand, 2004). untuk menduduki jabatan) sering terjadi praktek jual
beli, menempatkan seorang pimpinan atas dasar
paternalistik, sebagai imbalan dukungan politik

Lesmana Rian Andhika, Perbandingan Konsep Tata Kelola Pemerintah: Sound Governance, Dynamic Governance, dan Open Government | 93
dan bukan berdasarkan kompetensi seseorang teori yang baru muncul berdasarkan konsep/teori
(merit system). Namun hal ini telah diantisipasi yang sudah ada. Namun sebuah konsep akan lebih
oleh pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan mudah dikenal dan populer apabila konsep/teori
tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara dan tersebut dimunculkan oleh para institusi dan sering
rekruitmen Aparatur Sipil Negara dengan cara yang digunakan. Ketersediaan literatur yang banyak akan
lebih modern, transparansi dan open recruitment. lebih mudah orang untuk membaca dan memahami.
Bila masih ada pimpinan dalam sebuah institusi Sebagai contoh, konsep sound governance tidak begitu
pemerintah dipimpin oleh orang yang tidak cakap, populer karena ketersediaan literatur yang terbatas
cerdas, dan gesit maka dynamic governance tidak dan implementasinya dalam aktivitas pemerintah
akan pernah terlaksana dan begitu juga sebaliknya. dan organisasi sangat jarang terungkap. Para pakar
Salah satu pilar dari open government adalah lebih menyukai menggunakan makna sustainability,
transparansi, meskipun transparansi sering disebut development dari pada makna sound. Intinya sama
sebagai keuntungan dari open government (Zuiderwijk dan bercerita tentang kerjasama internasional dalam
& Janssen, 2014). Open government juga belum tentu mengembangkan dan membangun tata kelola yang
menghasilkan transparansi (Bannister & Connolly, baik secara berkelanjutan dalam setiap aktivitas
2011). Sebagai contoh, dalam konsepsi pemerintahan pemerintah.
terbuka segala data pemerintah seharusnya dapat
dipantau dan dimiliki oleh masyarakat, walaupun Kelemahan dan Kekuatan Konsep Tata Kelola
kebijakan pemerintah mengatur mana data yang Pemerintahan
boleh dipublikasikan dan mana yang tidak. Namun Memahami perubahan telah menjadi salah
yang sering terjadi oknum pemerintah dengan sadar satu tantangan terpenting bagi pemerintahan
atau tidak menghalangi masyarakat untuk memiliki kontemporer. Mulai dari beberapa kondisi global
data tersebut. Ada ketakutan bagi mereka untuk seperti krisis ekonomi, kemiskinan, korupsi, dan
mempublikasikan, secara logis bila kita tidak berbuat kapitalisme ekonomi negara maju, menunjukkan
salah mengapa harus takut untuk memberikan data- berbagai konsep muncul untuk mengatasi hal tersebut.
data tersebut kepada masyarakat. Mungkin saja Bagi pemerintah kontemporer konsep tata kelola yang
masyarakat membutuhkan data tersebut untuk baik bukanlah merupakan fenomena baru. Meskipun
penelitian misalnya. Bagi kelompok masyarakat pergeseran dari pemerintahan ke pemerintahan
seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), berikutnya kadang-kadang dipresentasikan sebagai
wartawan, data tersebut juga dapat digunakan untuk sebuah terobosan dramatis dari masa lalu, dengan
hal positif seperti pengawasan kinerja pemerintah media pemerintah, birokrasi, undang-undang, dan
oleh civil society. Negatifnya data itu digunakan untuk kebijakan untuk mengimplementasikan rencana/janji
memeras oknum-oknum pemerintah. Artinya prinsip kampanye mereka, namun harus dipahami dengan
transparansi menjadi gugur ketika data pemerintah lebih halus dengan mengabaikan presentasi terobosan
tidak dapat diperoleh dengan mudah dan digunakan yang sudah ada.
oleh publik. Bentuk tradisional tata kelola pemerintah muncul
Memperjelas perbandingan di antara konsep pada era tahun 80-an yang didasari pada beberapa
tata kelola pemerintahan tersebut dapat dilihat pada kasus yang lebih dominan terjadi pada negara
Tabel 1. berkembang. Berbagai disiplin ilmu berkontribusi
Karakteristik kunci dari semua konsep di atas untuk melahirkan konsep tata kelola pemerintah
adalah klaim untuk menolak bentuk tradisional yang saat ini kita kenal. Berbagai tantangan setiap
pemerintahan otoriter dan birokratis. Kejadian ini negara membutuhkan energi yang lebih untuk dapat
akan sering terjadi apabila kualitas sumber daya mengembangkan tata kelola pemerintah menjadi
manusia tidak menunjukkan perubahan. Konsep/ lebih baik lagi. Dalam konteks tantangan tersebut,

Tabel 1. Perbandingan Konsep Tata Kelola Pemerintah


Comparative Focus
Sound Governance Sustainability Conceptualizing (Lafferty, 2004; Global collaboration network, and innovation.
Lange et al., 2013).
Dynamic Governance Knowledge management theory (Polanyi, 2005; Tacit and explicit knowledge, and innovation.
Nonaka & Krogh, 2009).
Open Government Transparency theory (Finkelstein, 2000; Oliver, 2004). Transparency, and innovation.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber (Data Sekunder, 2017).

94 | Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 8, No. 2, Desember 2017 87 - 102
menilai bentuk-bentuk baru (termasuk metode) beberapa peraturan (seperti hukum perlindungan
yang dibandingkan dengan standar tata kelola yang data). Efek negatif lain adalah salah tafsir dan
lama tidak tepat lagi dan berisiko menghalangi penyalahgunaan, orang dengan pengetahuan yang
perkembangan model pemerintahan modern untuk terbatas untuk menafsirkan data akan cenderung
jangkauan yang lebih besar dan luas. Halkier, Katz- menghasilkan kesimpulan yang salah dari analisis
Gerro dan Martens (2011) menulis, konsep/teori data yang mereka lakukan. Dan data ini juga akan
dengan praktek sangat berbeda, dan bisa saja digunakan oleh sekelompok orang untuk memeras
konsep/teori memiliki kekuatan dan kelemahan. para pejabat negara demi keuntungan pribadi dan
Untuk menjelaskan kekuatan dan kelemahan konsep kelompok (Zuiderwijk & Janssen, 2014).
tata kelola pemerintahan tersebut dapat dilihat pada Salah satu elemen tata kelola pemerintahan
Tabel 2. sering dibahas adalah partisipasi masyarakat.
Sebagai contoh, beberapa konsep tata kelola Berbagai studi mengungkapkan partisipasi
pemerintah itu telah termanifestasi secara global. masyarakat belum tentu memberikan manfaat
Seperti konsep sound governance diadopsi oleh lebih dalam tata kelola pemerintah. Pada negara
universitas sebagai landasan untuk bekerjasama berkembang seperti Afrika partisipasi masyarakat
dengan universitas internasional dan berupaya untuk sangat dibatasi terutama bagi kaum miskin alasannya
menjadi organisasi yang unggul, menumbuhkan daya karena kaum miskin kurang memberikan kontribusi
saing tingkat nasional dan internasional. Namun dalam penyelenggaraan pemerintah. Kejadian di
kendala yang bersifat politik, ekonomi, maupun negara Amerika Latin, partisipasi masyarakat tidaklah
budaya menjadi beberapa masalah penghambat selalu yang paling penting untuk menciptakan tata
inisiasi sound governance (Ridla & Kusuma, 2016). kelola pemerintah yang baik dalam desentralisasi. Di
Singapura menerapkan konsep dynamic governance Timur Tengah pemerintah membiarkan partisipasi
dalam aktivitas pemerintah, mereka melakukan masyarakat bukan berarti mereka akan mendorong
modernisasi birokrasi, mengadopsi merit system lebih kuat secara nyata partisipasi masyarakat dalam
untuk menempatkan para pejabat negara, sosialisasi mengawasi pemerintah (Cheema & Rondinelli, 2007).
dan edukasi secara berkesinambungan untuk Cheema dan Rondinelli (2007:9) menjelaskan,
membangun masyarakat madani yang lebih kritis decentralization and citizen participation is
dan meningkatkan kapasitas kolaborasi antara conditioned by complex political, historical, social,
pemerintah sebagai regulator dan pengawas terhadap and economic factors that differ in strength
setiap kegiatan swasta yang akan berkontribusi and importance among and within countries.
terhadap kesejahteraan rakyat (Neo & Chen, 2007). Faktor politik, sejarah, sosial, dan ekonomi yang
Amerika Serikat dengan open government, namun memengaruhi partisipasi masyarakat dalam sebuah
inisiasi ini tidak selalu positif dalam pelaksanaanya negara. Walaupun partisipasi masyarakat ini menjadi
bila dilakukan di tempat berlainan. Seperti misalnya berdebatan tapi sisi baiknya membuat warga negara
Belanda mengadopsi open government, namun menjadi lebih bermakna untuk negara. Sepertinya
terdapat efek negatif dari penerapannya. Efek kasus di negara berkembang di atas hampir
negatif yang timbul adalah resiko untuk melanggar mirip dengan kondisi di Indonesia, keikutsertaan
undang-undang atau peraturan lain. Implikasi yang masyarakat belum begitu terlihat kental dan ikut
timbul apabila data dibuka maka akan memberikan mengawasi berjalannya pemerintahan yang baik,
situasi yang berbeda karena bertentangan dengan walaupun hak dan kewajiban warga negara dijamin

Tabel 2. Kekuatan dan Kelemahan Konsep Tata Kelola Pemerintah


Kekuatan Kelemahan
Sound Governance Kerja sama internasional akan lebih mudah Kurang populer dalam implementasinya untuk aktivitas
untuk menyelesaikan berbagai masalah suatu pemerintah dan organisasi.
negara atau organisasi.
Dynamic Governance Dorongan untuk terus meningkatkan tacit Akan tidak bermakna apabila birokrasi yang korup,
dan explicit knowledge. spoil system, nepotisme dan masyarakat belum
sepenuhnya demokratis untuk mengawasi aktivitas
pemerintah (Gulbrandsen, 2014; Rajan, 2017).
Open Government Transparansi, dan peluang melibatkan Keterbukaan belum tentu akan berkontribusi signifikan
masyarakat dalam setiap aktivitas dan terhadap transparansi (Shkabatur, 2013; Zuiderwijk &
pengawasan pemerintah menjadi lebih besar. Janssen, 2014).
Sumber: Diolah dari berbagai sumber (Data Sekunder, 2017).

Lesmana Rian Andhika, Perbandingan Konsep Tata Kelola Pemerintah: Sound Governance, Dynamic Governance, dan Open Government | 95
oleh undang-undang. Dalam pandangan administrasi ke arah negatif. Dengan perkembangan teknologi
publik, partisipasi masyarakat mengacu pada peran yang semakin pesat yang menembus batas antara
masyarakat ikut serta dalam pengambilan keputusan pemerintah dan masyarakat, transparansi selalu
administratif dan turut serta dalam mengawasi diharapkan bermanfaat tinggi dengan menggunakan
pelayanan publik yang dihantarkan oleh pemerintah teknologi (Bannister & Connolly, 2011). Untuk
(Callahan, 2007; Fung, 2008). Partisipasi masyarakat memperdalam pemahaman untuk membangun
akan menghasilkan nilai yang dapat meningkatkan argumentasi yang kuat tentang positif dan negatif
efektivitas kegiatan pemerintah. Namun, partisipasi transparansi, diilustrasikan dalam bentuk Gambar 2:
masyarakat hanya akan memberikan manfaat apabila Yang pertama adalah hak publik untuk
warga di sebuah daerah kritis dan demokratis. mengetahui (public right to know). Dikebanyakan
negara berkembang sumber utama anggaran
Positif dan Negatif Konsep Sound Governance, negara berasal dari pungutan pajak yang dilakukan
Dynamic Governance, dan Open Government pemerintah kepada rakyatnya. Namun dengan
Memulai diskusi pada bagian ini terlebih dahulu sangat mudah dapat dipahami orang-orang yang
peneliti menghadirkan dimensi, elemen dan pilar menjalankan aktivitas negara dibayar (digaji) dari
dari konsep tata kelola pemerintahan yang berasal pajak yang dipungut. Sudah seharusnya masyarakat
dari berbagai pembahasan pada bagian sebelumnya, (rakyat) mempunyai hak mengetahui segala aktivitas
dapat dilihat pada Tabel 3. negara yang menggunakan uang rakyat. Hak ini telah
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, intisari tertanam dalam tindakan keterbukaan informasi
dari konsep di atas adalah “inovasi” pemerintah. publik di banyak negara dan tersirat dalam konsep
Namun kita dapat membahas beberapa efek positif akuntabilitas (Callahan, 2007). Namun akuntabilitas
dan negatif dari dimensi, elemen, dan pilar dari tanpa transparansi menjadi tidak bermakna
konsep tersebut yang mempunyai kesamaan, seperti: (Shkabatur, 2013), karena aktivitas pemerintah
1. Transparency tidak dapat dimintai pertanggungjawabannya. Dan
Transparansi dianggap sebagai cara untuk bahkan di negara demokratis harus ada anggapan
membuka berbagai hal dari aktivitas pemerintah, yang kuat untuk melakukan transparansi (lihat
bertujuan untuk mengawasi setiap aktivitas lebih lanjut Stiglitz, 1999). Transparansi tidak hanya
pemerintah dengan mudah. Konsep transparansi dibahas dalam ilmu administrasi publik sebagai
pada umumnya dipegang dan diinginkan untuk sebuah paradoks, transparansi juga dikaji dalam
dilakukan. Gagasan panjang transparansi ini literatur lain seperti kedokteran dan studi keuangan.
telah mendapatkan tempat lebih lanjut dengan Namun, transparansi belum tentu sesuai dengan
kemunculan pemerintahan berbasis elektronik beberapa aspek dari apa yang dianggap sebagai
(e-government). Transparansi juga seperti dua bilah tata kelola pemerintahan yang baik. Lebih halus
mata uang yang berlainan. Pada keadaan tertentu lagi, ada kemungkinan transparansi tidak sesuai
transparansi menjadi positif dalam mendukung dengan bentuk pemerintahan yang baik lainnya.
aktivitas pemerintah untuk menghadirkan tata kelola Sebagai contoh, open government bercerita tentang
pemerintah yang baik, di sisi lain bertindak lebih informasi aktivitas pemerintah yang dibuka untuk

Tabel 3. Konsep Tata Kelola Pemerintah


Sound Governance Dynamic Governance Open Government
Dimensions Elements Three Pillars
1. Process; 1. Culture; 1. Transparency;
2. Structure; Institutional culture 2. Collaborative;
3. Cognition and Value; 2. Capabilities; 3. Participatory.
4. Constitution; Thinking ahead, thinking again, thinking across
5. Organization and Institution; 3. Change; (Obama, 2009; Gasco, 2015;
6. Management and Performance; Adaptive policy Wirtz & Birkmeyer, 2015)
7. Policy;
8. Sector; (Neo & Chen, 2007:13)
9. International and Globalization Forces;
10. Ethics, Transparency, and
Accountability.

(Farazmand, 2004:13)
Sumber: Diolah dari berbagai sumber (Data Sekunder, 2017).

96 | Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 8, No. 2, Desember 2017 87 - 102
Sumber: Bannister & Connolly (2011:4).
Gambar 2. Forces Influencing Policy on Transparency
publik. Positifnya dengan membuka informasi dengan pengaduan masyarakat kepada Komisi
aktivitas pemerintah, masyarakat lebih leluasa ikut Informasi Pusat (KIP Republik Indonesia) tentang
dalam pengawasan pemerintah, namun di beberapa keterbukaan informasi publik pemerintah.
kondisi transparansi ini menjadi negatif dan akan
2. Policy
membahayakan stabilitas keamanan negara dan
Dye (2013:3) memberikan argumentasi, public
situasi politik seperti indikasi korupsi para pejabat
policy is whatever governments choose to do or
elit negara yang dilindungi oleh tirani kekuasaan
not to do. Argumentasi ini terkait dengan apa yang
(kasus panama paper). Dalam kasus negatif ini syarat
pemerintah lakukan atau tidak melakukan sama
transparansi menjadi gugur.
sekali, mengapa pemerintah melakukannya, dan
Kedua, biaya dan risiko (cost and risk), pergeseran
apa bedanya. Pemerintah melakukan banyak hal,
aktivitas transparansi dari tradisional sampai modern
pemerintah mengatur konflik di dalam masyarakat,
menyebabkan banyak pemerintah menerapkan
pemerintah mengorganisir masyarakat untuk
aktivitas pemerintah berbasis elektronik salah satu
melakukan konflik dengan masyarakat lain,
tujuannya untuk memenuhi syarat transparansi
pemerintah mendistribusikan beragam penghargaan
(e-Budgeting, e-Kinerja, LPSE, e-Transparansi, e-Data,
simbolis dalam bentuk layanan material kepada
dan lain sebagainya). Walaupun aktivitas pemerintah
anggota masyarakat, dan pemerintah mengambil
berbasis elektronik tidak bisa menghindari unsur
uang dari masyarakat paling sering dalam
biaya yang besar dan masalah. Keuntungannya,
bentuk pajak. Dengan demikian, kebijakan publik
aparatur birokrasi (public servants) lebih mudah
dapat mengatur perilaku, mengatur birokrasi,
melakukan tugasnya dengan baik. Negatifnya
mendistribusikan keuntungan, mengambil pajak
aktivitas berbasis elektronik mendapat ancaman
atau semua hal ini sekaligus (Dye, 2013).
dari tindakan hacking apabila sistem keamanannya
Gagasan inovasi birokrasi juga diatur dalam
rendah, masalah hukum tentang privatisasi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
seseorang, kualitas sumber daya manusia yang
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pada pasal
rendah akan memungkinkan tidak disiplin dalam
386 ayat 1. Tapi sepertinya kebijakan pemerintah
input data. Karena dalam konsepsi open government
ini masih belum dianggap sebagai “perintah” untuk
ketepatan data yang dipublikasikan dan kualitas data
dilaksanakan secara penuh terutama oleh pemerintah
menjadi salah satu hal terpenting.
daerah. Dalam pandangan difusi kebijakan (policy
Akhirnya, ada hak aparatur birokrasi untuk
diffusion) menunjukkan aktivitas pembuatan kebijakan
melindungi privasi pribadi dan kebebasan di
dapat terjadi melalui proses pilihan kebijakan yang
tempat kerja dan kemampuan administrasi publik
dibuat di tempat dan waktu tertentu dipengaruhi
untuk beroperasi secara efektif (effective public
oleh pilihan kebijakan yang dibuat di tempat lain
administration). Di kasus tertentu data pemerintah
atau sederhananya “pemerintah” dapat merumuskan
menjadi bahan pertengkaran di antara kelompok
kebijakan bersumber dari kebijakan yang telah sukses
masyarakat dengan pemerintah. Hal ini dibuktikan
di tempat lain dengan cara melakukan benchmarking

Lesmana Rian Andhika, Perbandingan Konsep Tata Kelola Pemerintah: Sound Governance, Dynamic Governance, dan Open Government | 97
(studi banding) ke daerah lain yang berhasil melakukan pikir, wawasan, keahlian, dan pengalaman “rendah”
berbagai inovasi (Volden, Ting, & Carpenter, 2008; akan menjadi bencana bagi birokrasi pemerintah
Gilardi, 2016). Sisi positifnya benchmarking akan untuk melaksanakan berbagai inovasi. Inovasi bukan
menjadi bahan terpenting untuk merumuskan hanya bercerita tentang menemukan ide-ide baru
kebijakan dalam melakukan inovasi sebagai derivate namun inovasi harus didukung oleh wawasan yang
kebijakan yang sudah ada. Lebih rinci lagi, kebijakan tinggi dan menampilkan sikap serving, empowering,
yang sukses di daerah lain bisa diadopsi menjadi enabling dan pada akhirnya akan menumbuhkan
rujukan utama namun harus mengembangkan budaya inovasi yang akan membantu menerjemahkan
inovasi yang telah ada menjadi lebih efektif lagi setiap inovasi yang diadopsi (McLaughlin & Kennedy,
atau sebagai bahan untuk mencari ide baru inovasi 2016). Dan sebaliknya ketika tacit knowledge
yang lebih murah namun kaya manfaat. Negatifnya individu “tinggi” akan memberikan keuntungan
benchmarking dilakukan, tapi tidak ditindaklanjuti untuk meningkatkan kinerja organisasi. Kurangnya
dan hanya sekedar menghabiskan anggaran negara fokus pada tacit knowledge secara langsung akan
yang tidak bermanfaat. Sebagai contoh, terkadang berdampak terhadap berkurangnya kemampuan
pemerintah daerah ingin melakukan studi banding untuk melakukan inovasi dan daya saing yang
tidak memperlihatkan kebutuhan apa yang tepat berkelanjutan (Nonaka & Krogh, 2009). Contoh
untuk diadopsi. Modus yang sering dilakukan dengan lain pentingnya tacit knowledge dalam tata kelola
cara memilih daerah yang jauh tetapi kenyataannya pemerintah seperti sound governance, dynamic
daerah yang dekat yang memiliki budaya hampir governance, dan open government menunjukkan
serupa yang telah sukses bukan menjadi suatu pilihan. pentingnya pengetahuan yang tinggi dari setiap
Logisnya dengan jauhnya jarak benchmarking tersebut individu. Dan tidak akan berhasil menerapkan tata
akan membutuhkan anggaran yang besar pula, kelola pemerintah itu apabila dijalankan oleh orang-
dan modus ini yang dimanfaatkan oleh sebahagian orang yang minim pengetahuan, tidak cerdas, dan
kalangan untuk tujuan plesiran bersama keluarga. tidak gesit. Namun tacit knowledge yang rendah
juga diproduksi oleh penempatan pejabat yang tidak
3. Cognition and Value (Capabilities Knowledge)
berkompetensi. Modus yang telah terungkap adalah
Pengetahuan merupakan interaksi antara
jual beli jabatan, mengutamakan sifat paternalistik,
tacit dan explicit knowledge (Polanyi, 2005). Dalam
dan besarnya intervensi politik dalam birokrasi. Para
pandangan knowledge management interaksi
elit politik mencoba memengaruhi aktivitas birokrasi
tersebut sebagai ungkapan yang merujuk kepada
untuk kepentingan politik, sisanya para aparatur
sebuah strategi, teknik, sistem yang digunakan
birokrasi dan sumber daya menjadi eksploitasi
oleh individu atau kelompok dengan membuat
permainan para elit politik dan birokrasi hanya
proses pengetahuan itu tersedia dan memperkuat
dijadikan permainan, oleh Robert Michels yang ia
pengetahuan yang dibuat oleh individu atau
sebut sebagai oligarchy (Tolbert, 2010).
kelompok sebelumnya (Nonaka & Krogh, 2009).
Bagaimana pengetahuan itu didapat dan diterapkan
KESIMPULAN
membutuhkan media pengetahuan formal maupun
informal. Pengetahuan tacit dan explicit knowledge Model atau konsep tata kelola pemerintahan
secara inheren tidak dapat dipisahkan. Tacit yang telah diuraikan sebelumnya menghadirkan
knowledge merujuk kepada jenis pengetahuan yang cara berpikir pemerintahan, dan administrasi baru,
sulit untuk dikatakan sebagai pengetahuan dan filosofi baru, dan pendekatan baru yang memperluas
mengacu kepada intuitif yang berbasis pengalaman. keterlibatan warga negara, menampung pendapat
Pengetahuan yang bersifat tacit menggerakkan mereka. Membawa ke bidang partisipasi masyarakat
bahasa, science, pendidikan, manajemen, dan sipil dan organisasi non-pemerintah ke dalam
hubungan antara manusia dengan benda (Collins, aktivitas pemerintahan serta menumbuhkan prinsip
2010). Explicit knowledge, jenis pengetahuan transparansi yang tinggi. Untuk menerapkan konsep
manusia yang dapat dikomunikasikan melalui tanda, tata kelola pemerintahan tersebut perlu dukungan
ikon, kode dan merupakan interaksi antara objek fisik berbagai aspek utama seperti regulasi pemerintah
yang sering disebut sebagai entitas (Collins, 2010). yang mendukung, kompetensi individu yang unggul,
Biasanya pengetahuan ini mudah diartikulasikan serta iklim organisasi yang baik.
dalam bentuk komunikasi verbal atau buku. Evolusi yang dialami dari berbagai konsep tata
kelola pemerintahan mulai dari good governance,
Sebagai contoh, ketika tacit knowledge individu sound governance, dynamic governance, sampai
(mulai dari pimpinan puncak sampai dengan street open government merupakan sebuah konsep
level bureaucract) seperti gagasan, persepsi, cara rujukan untuk menutupi kelemahan dari konsep

98 | Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 8, No. 2, Desember 2017 87 - 102
sebelumnya. Namun dalam penerapannya di antara yang diadopsi dengan melihat dari sudut pandang
tempat berbeda sering sekali menemui kegagalan. keilmuan yang berbeda.
Tidak seluruhnya dimensi, elemen atau pilar sebuah
konsep dapat terlaksana dengan baik. Seperti konsep
dynamic governance, konsep ini lahir dilatarbelakangi
dari berbagai keunggulan negara Singapura DAFTAR PUSTAKA
seperti teknologi, sumber daya manusia, kebijakan
pemerintah, sistem politik yang stabil, birokrasi yang
bersih, masyarakat yang sudah demokratis. Konsep ini
akan tidak bermakna apabila dilakukan pada tempat Buku
yang sumber daya manusia masih rendah, birokrasi Alberti, A., & Bertucci, G. (2007). Innovation in
yang korup, intervensi politik yang berlebihan, governance and public administration: Key
tidak adanya merit sistem, dan tidak terdapat issues and perspectives. Dalam Department of
teknologi terkini. Tata kelola pemerintah seperti Economic and Social Affairs (Ed.). Innovations in
apa pun bentuknya menyiratkan untuk menolak governance in the Middle East, North Africa, and
berbagai bentuk aktivitas pemerintah yang didasari Western Balkans: Making governments work
kepada orientasi kekuasaan. Open government better in the mediterranean region (h.3-12).
juga menjadi tidak bermakna apabila transparansi New York: United Nations.
tidak terlaksana dengan baik. Dalam kondisi
Barnett, E., & Thomas, J. (2009). Methods for the
tertentu transparansi dapat mengancam stabilitas
synthesis of qualitative research: A critical
politik sebuah negara yang akan dimanfaatkan
review. London: Social Science Research Unit
oleh beberapa kelompok untuk tujuan tertentu.
Institute of Education.
Di sisi lain partisipasi masyarakat belum dianggap
sebagai kekuatan positif untuk merumuskan setiap Callahan, K. (2007). Elements of effective governance:
tindakan dan kebijakan pemerintah. Beberapa kasus Measurement, accountability and participation.
yang telah dibahas sebelumnya juga menunjukkan Boca Raton, FL: Taylor & Francis Group.
partisipasi masyarakat tidak memberikan arti yang Cheema, G. S., & Rondinelli, D. A. (2007).
signifikan dalam memberikan pemikiran yang dapat Decentralizing Governance: Emerging Concept
memperbaiki kinerja dan kebijakan pemerintah. and Practice. Washington D.C: Brookings
Oleh sebab itu, beberapa ahli dan praktisi mengklaim Institution Press.
inovasi sebagai jawaban atas masalah yang dihadapi
oleh pemerintah dengan mengutamakan prinsip- Collins, H. (2010). Tacit and explicit knowledge.
prinsip tata kelola yang baik sebagai sebuah konsep Chicago: The University of Chicago Press.
yang logis dan akan sangat mungkin diterapkan. Dye, T. R. (2013). Understanding public policy (14th
Saran yang dapat diajukan sebagai konsekuensi ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson Education.
dari pembahasan dalam artikel penelitian ini adalah
pertama bagi pemerintah, dibutuhkan usaha yang Farazmand, A. (2004). Sound governance: Policy
lebih untuk mempertimbangkan konsep apa yang and administrative innovations. Westport, CT:
harus diadopsi dan sesuai. Konsep apapun yang Praeger Publishers.
diadopsi harus memerhatikan kualitas sumber Finkelstein, N. D. (2000). Introduction: Transparency
daya manusia yang handal didukung oleh kebijakan in Public Policy. Dalam N. D. Finkelstein,
pemerintah yang selalu adaptif dalam menyikapi Transparency in Public Policy: Great Britain an
setiap perubahan lingkungan seperti perubahan the United State (h. 1-9). Houndmills: Palgrave
dinamika politik, teknologi terkini, dan sosial Macmillan.
budaya masyarakat. Kedua bagi masyarakat,
Fung, A. (2008). Citizen participation in government
penerapan konsep tata kelola pemerintahan
innovations. Dalam S. Borins (Ed.). Innovations
apapun yang diadopsi menjadi pintu untuk lebih
in government: Research, recognition, and
aktif dalam pengawasan aktivitas pemerintah,
replication (h. 52-70). Washington D.C: Brookings
mampu memberikan pendapat sebagai bahan
Institution Press.
pertimbangan perumusan kebijakan pemerintah,
dan sebagai jalan untuk lebih kritis dan demokratis Holzhacker, R. L., Wittek, R., & Woltjer, J. (2016).
dalam menyikapi kebijakan pemerintah. Akhirnya Decentralization and governance in Indonesia.
bagi peneliti lain, artikel penelitian ini bisa menjadi Switzerland: Springer International Publishing
dasar untuk mengungkapkan berbagai konsekuensi
yang ditimbulkan oleh tata kelola pemerintahan

Lesmana Rian Andhika, Perbandingan Konsep Tata Kelola Pemerintah: Sound Governance, Dynamic Governance, dan Open Government | 99
AG. e-government. Policy & Internet, 3(1), 1-30.
doi:10.2202/1944-2866.1076
Kakabadse, A., Abdulla, M. O., Abouchakra,
R., & Jawad, A. Q. (2011). Leading smart Baybeck, B., Berry, W. D., & Siegel, D. A. (2011).
transformation: A roadmap for world class A strategic theory of policy diffusion via
government. New York, NY: Palgrave Macmillan. intergovernmental competition. The Journal
of Politics, 73(1), 232-247. doi:10.1017/
Klareskov, V., & Nikolov, D. (2007). Eleven innovations
S0022381610000988
in governance in the Middle East, North Africa,
and Western Balkans: A Synopsis. Dalam Blasio, E. D., & Selva, D. (2016). Why choose open
Department of Economic and Social Affairs (Ed.). government? motivations for the adoption of
Innovations in governance in the Middle East, open government policies in four european
North Africa, and Western Balkans: Making countries. Policy & Internet, 8(3), 224-247.
governments work better in the Mediterranean doi:10.1002/poi3.118
Region (h. 41-52). New York: United Nations.
Caiden, G. E. (1991). What really is public
Lafferty, W. M. (2004). Governance for Sustainable maladministration? Public Administration
Development: The Challenge of Adapting Form Review, 51(6), 486-493. Diperoleh tanggal
to Function. Cheltenhan: Edward Elgar. 23 Agustus 2017, dari http://www.jstor.org/
stable/976599
McLaughlin, G. C., & Kennedy, W. R. (2016). A
Guide to innovation processes and solutions for Caporaso, J. A. (1978). Dependence, dependency,
government. Boca Raton, FL: CRC Press. and power in the global system: A structural and
behavioral analysis. International Organization,
United Nations. (2004). Global governance and
32(1), 13-43. Diperoleh tanggal 23 Agustus 2017,
global rules for development in the post-2015 .
dari http://www.jstor.org/stable/2706193
New York: United Nations Publication.
Damanpour, F. (1991). Organizational innovation:
Neo, B. S., & Chen, G. (2007). Dynamic governance:
a meta-analysis of effects of determinants and
Embedding culture, capabilities and change
moderators. The Academy of Management
in Singapore. Singapore: World Scientific
Journal, 34(3), 555-590. Diperoleh tanggal 11 Juli
Publishing.
2017, dari http://www.jstor.org/stable/256406.
Oliver, R. W. (2004). What is Transparency? New
Ferreira, G. (2008). Good governance and the failed
York: McGraw-Hill.
state. The Comparative and International Law
Paterson, B. L., Thorne, S. E., Canom, C., & Jillings, Journal of Southern Africa, 41(3), 428-448.
C. (2001). Meta-study of qualitative health Diperoleh tanggal 11 Juli 2017, dari http://www.
research: A practical guide to meta-analysis jstor.org/stable/23253194
and meta-synthesis. Thousand Oaks, CA: SAGE
Firdaus. (2016). Sound governance in case of
Publication.
mamminasata metropolitan development area
Pierre, J. (1995). Bureaucracy in the modem in South Sulawesi Province. Jurnal Kebijakan dan
state: Introduction to comparative public Administrasi Publik, 20(1), 1-22.
administration. Cheltenham: Edward Elgar
Gasco, M. (2015). Special issue on open government:
Publishing Limited.
an introduction. Social Science Computer Review,
Polanyi, M. (2005). Personal knowledge: Towards a 33(5), 535-539. doi:10.1177/0894439314560676
post-critical philosophy. Oxford: Taylor & Francis
Gilardi, F. (2016). Four ways we can improve policy
e-Library.
diffusion research. State Politics & Policy Quarterly,
Stiglitz, J. E. (1999). On liberty, the right to know, 16(1), 8-21. doi:10.1177/1532440015608761
and public discourse: The role of transparency
Gulbrandsen, L. H. (2014). Dynamic governance
in public life. Dalam M. Gibney (Ed.). Globalizing
interactions: Evolutionary effects of state
Rights: The Oxford Amnesty Lectures 1999 (h.
responses to non-state certification programs.
115-156). Oxford: Oxford University Press.
Regulation & Governance, 8(0), 74-92.
doi:10.1111/rego.12005
Jurnal
Bannister, F., & Connolly, R. (2011). The trouble with Halkier, B., Katz-Gerro, T., & Martens, L. (2011).
transparency: A critical review of openness in Applying Practice Theory to the Study of
Consumption: Theoretical and Methodological

100 | Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 8, No. 2, Desember 2017 87 - 102
Considerations. Journal of Consumer Culture, Diperoleh tanggal 15 Juli 2017, dari http://
11(1), 3-13. doi:10.1177/1469540510391765 digitalcommons.law.yale.edu/ylpr/vol31/iss1/4
Herbig, P., & Dunphy, S. (1998). Culture and Tholen, B. (2015). Citizen participation and
innovation. Cross Cultural Management: bureaucratization: The participatory turn
An International Journal, 5(4), 13-21. seen through a weberian lens. International
doi:10.1108/13527609810796844 Review of Administrative Sciences, 0(0), 1-19.
doi:10.1177/0020852314548152
Holidin, D., & Handini, R. S. (2014). Sound governance
analysis in the innovation of traditional market Volden, C., Ting, M. M., & Carpenter, D. P. (2008).
revitalization and street vendors management. A formal model of learning and policy diffusion.
Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan The American Political Science Review, 102(3),
Organisasi, 21(1), 17-26. 319-332. Diperoleh tanggal 15 Juli 2017, dari
http://www.jstor.org/stable/27644523
Kettl, D. F. (2000). The Transformation of governance:
Globalization, devolution, and the role of Vries, H. d., Bekkers, V., & Tummers, L. (2015).
government. Public Administration Review, Innovation in the public sector: A systematics
60(6), 488-497. doi:10.1111/0033-3352.00112 review and future research agenda. Public
Administration, 94(1), 146-166. doi:10.1111/
Kim, S., Kim, H. J., & Lee, H. (2009). An institutional
padm.12209
analysis of an e-government system for anti-
corruption: The Case of Open. Government Wirtz, B. W., & Birkmeyer, S. (2015). Open
Information Quarterly, 26(1), 42-50. government: Origin, development, and
doi:10.1016/j.giq.2008.09.002 conceptual perspective. International Journal of
Public Administration, 00(0), 1-16. doi:10.1080/
Lange, P., Driessen, P. P., Sauer, A., Bornemann,
01900692.2014.942735
B., & Burger, P. (2013). Governing Towards
Sustainability-Conceptualizing Modes of Wirtz, B. W., Weyerer, J. C., & Rosch, M. (2017). Citizen
Governance. Journal of Environmental Policy & and open government: An empirical analysis
Planning, 15(3), 403-425. doi:10.1080/152390 of antecedents of open government data.
8X.2013.769414 International Journal of Public Administration,
00(0), 1-14. doi:10.1080/01900692.2016.12636
Michels, A., & Graaf, L. D. (2010). Examining citizen
59
participation: Local participatory policy making
and democracy. Local Government Studies, 36(4), Xueliana, L., & Lu, Y. (2016). the implications of state
477-491. doi:10.1080/03003930.2010.494101 governance for effective global governance.
Social Sciences in China, 37(4), 175-185. doi:10.1
Namkoong, Y. (1999). Dependency theory:
080/02529203.2016.1241504
Concepts, classifications, and criticisms.
International Area Studies Review, 2(1), 121- Yang, T.-M., Lo, J., & Shiang, J. (2015). To open or
150. doi:10.1177/223386599900200106 not to open? Determinants of open government
data. Journal of Information Science, 00(0), 1-17.
Nonaka, I., & Krogh, G. v. (2009). Tacit knowledge
doi:10.1177/0165551515586715
and knowledge conversion: Controversy and
advancement in organizational knowledge Zhao, S. (1991). “Metatheory, metamethod,
creation theory. Organization Science, 20(3), meta-data analysis: What, why, and how?”.
635-652. doi:10.1287/orsc.1080.0412 Sociological Perspectives, 34(3), 377-390.
doi:10.2307/1389517
Rajan, A. (2017). Institutional dynamics of
governance reform in india (1991–2016). Indian Zuiderwijk, A., & Janssen, M. (2014). The negative
Journal of Public Administration, 63(1), 41-62. effects of open government data-investigating
doi:10.1177/0019556116689765 the dark side of open data. Paper dipresentasikan
di Proceedings of the 15th Annual International
Ridla, M. R., & Kusuma, B. M. (2016). Analisis Sound
Conference on Digital Government Research.
Governance Sebagai Upaya Meningkatkan Daya
Aguascalientes, Mexico: ACM New York, NY.
Saing Perguruan Tinggi Islam. Jurnal Media
doi:10.1145/2612733.2612761
Dakwah, 2(2), 213-229.
Shkabatur, J. (2013). Transparency with (out) Disertasi
accountability: Open government in the united Okechukwu, B. O. (2012). Ethical leadership and
states. Yale Law & Policy Review, 31(1), 1-66. good governance in nigerian local governments.

Lesmana Rian Andhika, Perbandingan Konsep Tata Kelola Pemerintah: Sound Governance, Dynamic Governance, dan Open Government | 101
Dissertation Submitted of Degree of Doctor of dari http://evalrbkunwas.menpan.go.id/index.
Philosophy, Walden University, Minnesota USA. php/site/kabupaten
Zimmerman, B. (2014). Transparency, sanctioning Tolbert, P. S. (2010, May 04). Robert Michels and
capacity, and corruption displacement: Multi- the Iron Law of Oligarchy. Diperoleh tanggal 15
method evidence from local government in Agustus 2017, dari http://digitalcommons.ilr.
Malawi. A dissertation submitted in Doctor of cornell.edu/articles/397/
Philosophy, University of California, San Diego.
Laporan
Sumber Digital Ombudsman. (2016). Laporan Tahunan 2015.
World Bank. (2017, February 23). Worldwide Jakarta: Ombudsman Republik Indonesia.
governance indicators 2015. Diperoleh tanggal
12 Juli 2017, dari http://info.worldbank.org/ Peraturan Perundang-Undangan
governance/wgi/#reports Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
Transparency International. (2017, February 23). 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Corruption Perseption Index. Diperoleh tanggal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
12 Juli 2017, dari ttps://www.transparency. 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
org/news/feature/corruption_perceptions_
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
index_2016#table
11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Obama, B. (2009, January 21). Transparency and Negeri Sipil
Open Government: Memorandum for the
Heads of Executive Departments and Agencies.
Diperoleh tanggal 27 Juli 2017, dari http://
obamawhitehouse.archives.gov/the-press-
office/transparency-and-open-government
Kemenpan RB. (2015). Hasil Evaluasi Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas dan Zona
Integritas. Diperoleh tanggal 10 Agustus 2017,

102 | Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 8, No. 2, Desember 2017 87 - 102

You might also like