You are on page 1of 7

PEMBELAJARAN MATERI ELASTISITAS DAN HUKUM HOOKE

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY DI SMA


NEGERI 1 JENGGAWAH
(Studi Pada Keterampilan Berpikir Kritis Dan Motivasi Belajar Siswa)

1)
Yayan Mega Lusiana, 1)Yushardi, 1)Sudarti
1)
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
mega021193@gmail.com

ABSTRACT

The aim of this research is to study the effect of guided discovery learning
model on critical thinking skills and motivation of students on learning materials
elasticity and Hooke law. Learning physics in the classroom tends to be monotonous
and less attractive where students are not involved directly in the find a concept, so
that the students have not been motivated to active in learning. The effect critical
thinking skills of students is low, because students did not experience their own
facts that happened. This research is an experimental research. This research was
conducted at SMAN 1 Jenggawah. The data are collected by test, questionnaire,
interview, and documentation. To examine the hypothesis, this research used
independent sample t-test with SPSS 22 version. According to independent sample t-
test analysis in the critical thinking skills showed sig value (2-tailed) is 0,000 or <
0,05 then Ho is rejected, and for the motivation of student’s showed sig value (2-
tailed) is 0,000 or < 0,05 then Ho is rejected. In conclusion, the guided discovery
learning model has a significance influential to critical thinking skills and
motivation of students on learning materials elasticity and Hooke law in Senior
High School 1 Jenggawah.

Keywords: Critical thinking skills, motivation of students, guided discovery learning


model

PENDAHULUAN bersifat abstrak bahkan hanya bersifat teori


yang pembahasannya melibatkan
Fisika merupakan salah satu kemampuan imajinasi atau keterlibatan
pelajaran yang diberikan di Sekolah gambaran mental seseorang yang kuat
Menengah Atas (SMA) atau Seserajat. (Sutarto dan Indrawati, 2010:1). Mengacu
Menurut Trianto (2014:138), mengatakan pada kurikulum KTSP, materi elastisitas
bahwa fisika merupakan salah satu cabang dan hukum Hooke merupakan salah satu
dari IPA, dan merupakan ilmu yang materi fisika yang diajarkan pada kelas XI
berkembang lewat langkah-langkah semester ganjil. Materi elastisitas dan
observasi, perumusan masalah, hukum Hooke memiliki kompleksitas yang
penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis cukup tinggi, sehingga dalam menanggapi
melalui eksperimen, penarikan materi pelajaran tersebut membutuhkan
kesimpulan, serta penemuan teori dan penalaran dan kecermatan siswa yang
konsep. Fisika adalah bidang ilmu yang tinggi.
mempelajari tentang alam dan gejalanya Pembelajaran merupakan salah satu
dari yang bersifat rill (nyata) hingga yang proses yang dilakukan guru untuk

65
66 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 1, Maret 2017, hal 65-71

mengembangkan kemampuan berpikir dimungkinkan dan dapat diyakini


kritis siswa. Kemampuan berpikir yang kebenarannya (Surya, 2014). Menurut
perlu dikembangkan dalam pembelajaran Facione (2011) proses berpikir kritis dapat
salah satunya adalah kemampuan berpikir dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
kritis. Berpikir kritis merupakan salah satu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi,
bagian dari keterampilan berpikir tingkat eksplanasi, dan regulasi diri. Keterampilan
tinggi yang diperlukan dalam kehidupan berpikir kritis ini dikembangkan pada mata
bermasyarakat. Oleh karena itu, berpikir pelajaran fisika guna memberikan
kritis penting untuk dikembangkan dalam pengalaman siswa untuk dapat memahami
proses pembelajaran sebagai bakat untuk dan mengklarifikasi data, mengumpulkan
permasalahan dalam kehidupan suatu informasi dan mengkombinasinya,
bermasyarakat yang salah satunya dalam membuat suatu argumen dengan langkah
pembelajaran fisika. yang sistematis serta menilai kelayakan
Berdasarkan observasi lapangan pendapat (Putra, 2014:46).
yang dilakukan Sari (2012) di Kabupaten Guru sebagai fasilitator dalam
Jember diperoleh hasil bahwa fisika proses pembelajaran harus mampu
merupakan pelajaran yang sulit dan kurang mewujudkan penguasaan siswa terhadap
diminati siswa, guru fisika cenderung materi secara fungsional (sampai memiliki
menggunakan metode ceramah. Fakta ini kemampuan untuk berbuat sesuatu
diperkuat dengan fakta yang diperoleh di berdasarkan konsep dan prinsip keilmuan
SMA Negeri 1 Jenggawah pada yang telah dimiliki). Salah satu cara, guru
pembelajaran fisika tidak berjalan sesuai dapat mengunakan alternatif model
hakikat pembelajaran fisika yang pembelajaran yang sesuai dengan
diharapkan. Pembelajaran di dalam kelas pembelajaran fisika. Model pembelajaran
cenderung hanya berlangsung searah yang sesuia diantaranya adalah model
(teacher centered) dengan model ceramah pembelajaran guided discovery.
bervariasi. Meskipun guru telah mencoba Diperkirakan model pembelajaran guided
mengaktifkan siswa dengan melakukan discovery dapat digunakan untuk
tanya jawab dan pemberian tugas, mengatasi permasalahan pembelajaran
tampaknya hal tersebut belum mampu fisika di kelas karena dapat membantu
memotivasi siswa untuk berperan aktif siswa dalam mengembangkan pola
dalam pembelajaran. Akibatnya, pikirnya. Model pembelajaran guided
keterampilan berpikir kritis siswa discovery atau temuan terbimbing
cenderung rendah. Selain berakibat pada merupakan model pembelajaran yang
rendahnya keterampilan berpikir kritis melibatkan secara maksimal seluruh
siswa, proses pembelajaran yang monoton kemampuan siswa untuk menemukan
juga dapat menyebabkan siswa merasa pemecahan masalah yang diberikan. Selain
bosan, mengantuk, dan mengobrol dengan itu, menurut Eggen dan Kauchak
temannya, sehingga siswa menjadi pasif (2012:200) model pembelajaran guided
dan kurang kritis terhadap materi discovery dapat mendorong pemahaman
pembelajaran. materi siswa secara mendalam dan
Berpikir kritis adalah sebuah proses mengembangkan pemikiran kritis siswa,
yang dilakukan seseorang untuk mencoba meningkatkan motivasi belajar siswa, dan
menjawab pertanyaan sulit yang banyak memberikan kesempatan pada
informasinya tidak ditemukan pada saat itu siswa untuk terlibat langsung dalam proses
secara rasional, sehingga diperlukan pembelajaran.
penyidikan untuk mengeksplorasi situasi Berdasarkan uraian di atas, peneliti
fenomena, pertanyaan atau masalah untuk mengambil judul “Pembelajaran Materi
menyususn hipotesis atau konklusi, yang Elastisitas dan Hukum Hooke dengan
memadukan semua informasi yang Model Pembelajaran Guided Discovery di
Lusiana, Pembelajaran Materi Elastisitas...67

SMA Negeri 1 Jenggawah (Studi Pada LKS yang telah dikerjakan siswa, serta
Keterampilan Berpikir Kritis dan Motivasi foto dan video selama proses kegiatan
Belajar Siswa)”. Adapun tujuan penelitian pembelajaran berlangsung. Teknik analisis
ini adalah: 1) mengkaji pengaruh model data untuk mengkaji hipotesis
pembelajaran guided discovery terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dan
keterampilan berpikir kritis siswa dalam motivasi belajar digunakan uji independent
pembelajaran materi elastisitas dan hukum sample t-test menggunakan SPSS 22.
Hooke di SMA Negeri 1 Jenggawah, 2) Kriteria pengujian yang digunakan sebagai
mengkaji pengaruh model pembelajaran berrikut: 1) Jika p (signifikansi) > 0.05
guided discovery terhadap motivasi belajar maka Hipotesis Nihil (Ho) diterima dan
siswa dalam pembelajaran materi (Ha) ditolak, artinya kelas eksperimen
elastisitas dan hukum Hooke di SMA tidak tidak berbeda atau sama dengan
Negeri 1 Jenggawah. kelas kontrol, dan 2) Jika p (signifikansi) ≤
0.05 maka Hipotesis Nihil (Ho) ditolak
METODE PENELITIAN dan (Ha) diterima, artinya kelas
eksperimen lebih baik daripada kelas
Jenis penelitian ini adalah penelitian kontrol.
eksperimen dengan desain penelitian the
posttest-only control group design. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan daerah penelitian menggunakan
metode purposive sampling area. Data keterampilan berpikir kritis
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri siswa diperoleh melalui hasil post test
1 Jenggawah pada semester ganjil tahun yang dilakukan pada kelas eksperimen dan
ajaran 2016/2017. Populasi dalam kelas kontrol yang meliputi beberapa
penelitian ini adalah seluruh siswa IPA indikator yaitu menafsirkan, menganalisis,
kelas XI yang terdiri dari 4 kelas (XI IPA mengevaluasi, dan menyimpulkan.
1, XI IPA 2, XI IPA 3, dan XI IPA 4). Penilaian keterampilan berpikir kritis
Penentuan sampel dilakukan dengan siswa disesuaikan dengan rumus/cara
menggunakan teknik cluster random pengolahan nilai yang digunakan oleh
sampling, menetapkan kelas XI IPA 3 peneliti, Ringkasan skor rata-rata
sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 4 keterampilan berpikir kritis pada kelas
sebagai kelas eksperimen. eksperimen dan kelas kontrol sebagai
Metode pengumpulan data dalam berikut:
penelitian ini adalah tes, observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Tes dengan Tabel 1. skor rata-rata indikator
menggunakan post-test keterampilan keterampilan berpikir kritis
berpikir kritis siswa dengan indikator
menafsirkan; menganalisis; mengevaluasi; Nilai rata-rata
dan menyimpulkan yang terdiri dari 8 soal keterampilan berpikir
uraian. Observasi dengan lembar angket No. Indikator
kritis
untuk memperoleh data motivasi belajar Eksperimen Kontrol
siswa dengan 25 pernyataan yang 1 Interprestasi 77,04 65,31
dilakukan setelah pembelajaran selesai 2 Analisis 56,54 35,89
dilakukan. Wawancara dilakukan sebelum 3 Evaluasi 58,97 48,66
penelitian dengan guru bidang sudi fisika 4 Inferensi 64,05 45,17
kelas XI dan setelah penelitian dengan Rata-rata 64,54 49,08
guru yang sama dan dengan 3 siswa pada Berdasarkan pada Tabel 1 dapat
kelas eksperimen. Dokumentasi dalam diketahui bahwa skor rata-rata indikator
penelitian ini meliputi daftar nama tertinggi untuk kelas eksperimen adalah
responden, nilai motivasi belajar siswa, menafsirkan yaitu 77,04 dan indikator

67
68 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 1, Maret 2017, hal 65-71

terendah adalah menganalisis yaitu 56,54, keterampilan berpikir kritis siswa pada
untuk kelas kontrol indikator tertinggi pembelajaran materi elastisitas dan hukum
adalah menafsirkan yaitu 65,31 dan Hooke di SMA Negeri 1 Jenggawah.
indikator terendah adalah menganalisis Berdasarkan analisis data yang telah
35,89. Indikator tertinggi untuk kedua dijelaskan sebelumnya bahwa model
kelas sama yaitu menafsirkan, hal itu pembelajaran guided discovery
dikarenakan selama pembelajaran kedua berpengaruh signifikan terhadap
kelas sama-sama diberikan penekanan keterampilan berpikir kritis siswa pada
untuk memahami dan mengungkapkan arti pembelajaran materi elastisitas dan hukum
atau makna dari berbagai pengalaman atau Hooke di SMA Negeri 1 Jenggawah.
peristiwa. Indikator terendah pada kelas Menurut Eggen dan Kauchak (2012:200),
kontrol dan kelas ekspermen sama yaitu model pembelajaran guided discovery
menganalisis, hal itu dikarenakan selama dapat mendorong pemahaman materi
pembelajaran di kedua kelas ada beberapa siswa secara mendalam dan
siswa kurang mampu mengidentifikasi mengembangkan pemikiran kritis siswa.
kebenaran dan menghubungkan Keterampilan berpikir kritis siswa pada
pernyataan, konsep, atau pertanyaan yang kelas eksperimen menjadi kuat
dimaksudkan untuk mengekspresikan dikarenakan siswa dihadapkan pada suatu
lisan, informasi atau pendapat mereka. permasalahan nyata serta dilakukannya
Namun jika dibandingkan antara kelas proses tanya jawab dalam merumuskan
eksperimen dan kelas kontrol untuk setiap dan membuat hipotesis dari permasalahan
indikator keterampilan berpikir kritis kelas tersebut yang bersifat menggali dan
eksperimen dan kelas kontrol untuk setiap menuntun kemampuan siswa untuk
indikator keterampilan berpikir kritis kelas mengaitkan antara apa yang dipelajari
eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. dengan pengalaman yang dimiliki siswa
Selain itu, secara keseluruhan skor dalam kehidupan sehari-hari sehingga
keterampilan berpikir kritis siswa kelas kemampuan siswa untuk menafsirkan
eksperimen dengan menggunakan model lebih baik daripada kelas kontrol, siswa
pembelajaran guided discovery lebih tinggi juga menyelesaikan permasalahan tersebut
daripada kelas kontrol yang tidak dengan penyelesaian nyata melalui
menggunakan model pembelajaran guided eksperimen sehingga kemampuan siswa
discovery. Rata-rata nilai keterampilan untuk menganalisis dan mengevaluasi
berpikir kritis siswa kelas eksperimen suatu permasalahan juga lebih baik
64,54; sedangkan kelas kontrol daripada kelas kontrol, selain itu diakhir
mempunyai nilai rata-rata 49,08. Data pembelajaran guru juga memberikan
keterampilan berpikir kritis siswa, penguatan dari permasalahan yang telah
selanjutnya dianalisis menggunakan uji t diselesaikan melalui eksperimen sehingga
dengan bantuan aplikasi SPSS 22. kemampuan siswa untuk mengambil
Berdasarkan hasil analisis independent- keputusan berupa menyimpulkan suatu
sample t-test dengan menggunakan equal permasalahan lebih baik jika dibandingkan
variences assumed dengan nilai Sig. (2- dengan kelas kontrol. Pada kelas kontrol
tailed) sebesar 0,000. Pengujian hipotesis pembelajaran yang berjalan hampir semua
yang digunakan adalah pengujian hipotesis menggunkan metode ceramah, siswa tidak
pihak kanan, sehingga nilai Sig. (2-tailed) dihadapkan pada suatu permasalahan dan
dibagi 2 dan diperoleh Sig. (1-tailed) penyelesaian nyata seperti pada kelas
sebesar 0,000. Nilai Sig. (1-tailed) 0,000 ≤ eksperimen sehingga kemampuan siswa
0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, untuk menafsirkan, menganalisis,
sehingga dapat disimpulkan bahwa model mengevaluasi suatu permasalahan lebih
pembelajaran guided discovery rendah jika dibandingkan dengan kelas
berpengaruh signifikan terhadap eksperimen. Di akhir pembelajaran guru
Lusiana, Pembelajaran Materi Elastisitas...69

juga memberikan penguatan kepada siswa motivasi belajar siswa lebih tinggi yaitu
namun siswa dari awal pembelajaran tidak 75,09 dibandingkan nilai rata-rata motivasi
dihadapkan pada permasalahan dan belajar siswa kelas kontrol yaitu 68,84
penyelesaian nyata sehingga kemampuan yang tidak diberi perlakuan. Hal ini dapat
siswa untuk mengambil keputusan berupa diartikan siswa kelas eksperimen lebih
menyimpulkan suatu permasalahan tidak termotivasi dalam belajar karena dalam
sebaik kelas eksperimen. diri mereka merasa adanya kebutuhan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh yang besar dalam belajar, adanya kegiatan-
peneliti sesuai dengan penelitian yang kegiatan menarik dalam pembelajaran dan
dilakukan oleh Widura (2015) menunjukan mereka menyukai lingkungan belajar yang
bahwa guided discovery learning menerapkan model guided discovery. Data
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir motivasi belajar siswa, selanjutnya
kritis siswa kelas X SMA Negeri 8 dianalisis menggunakan uji t dengan
Surakarta. Penelitian lain Purwanto (2012) bantuan aplikasi SPSS 22. Berdasarkan
menunjukan bahwa penerapan model hasil analisis independent-sample t-test
pembelajaran guided discoverydapat dengan menggunakan equal variences
meningkatkan kemampuan berpikir kritis assumed dengan nilai Sig. (2-tailed)
siswa. Penelitian lain yang dilakukan oleh sebesar 0,000. Pengujian hipotesis yang
Lestari (2015) menyatakan bahwa model digunakan adalah pengujian hipotesis
pembelajaran discovery learning disertai pihak kanan, sehingga nilai Sig. (2-tailed)
media kartu masalah berpengaruh dibagi 2 dan diperoleh Sig. (1-tailed)
signifikan terhadap kemampuan berpikir sebesar 0,000. Nilai Sig. 0,000 ≤ 0,05
kritis siswa dalam pembelajaran IPA di maka Ho ditolak dan Ha diterima,
SMP 10 Jember dengan kemampuan sehingga dapat disimpulkan bahwa model
berpikir kritis siswa kelas eksperimen pembelajaran guided discovery
lebih baik daripada kelas kontrol. berpengaruh signifikan terhadap motivasi
Data motivasi belajar siswa belajar siswa pada pembelajaran materi
diperoleh melalui hasil lembar angket yang elastisitas dan hukum Hooke di SMA
diisi oleh setiap siswa. Angket motivasi Negeri 1 Jenggawah.
belajar diisi oleh semua siswa kelas Adanya perbedaan antara motivasi
eksperimen dan kelas kontrol setelah post- belajar siswa kelas eksperimen dengan
test dilakukam. Rata-rata nilai motivasi kelas kontrol tidak lepas dari beberapa
belajar siswa dapat dilihat pada gambar faktor. Sebagaimana yang dikemukakan
berikut. oleh Syarif (2012:237) bahwa terdapat 2
faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar siswa yaitu faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik. Motivasi instrinsik yaitu
motivasi yang bersumber dari dalam diri
sendiri untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan, sedangkan motivasi ekstrinsik
merupakan motivasi yang bersumber dari
luar yang mempengaruhi seseorang untuk
mencapai tujuan tertentu. Motivasi
ekstrinsik pada penilitian ini yaitu
Gambar 1. Grafik skor rata-rata motivasi pembelajaran materi elastisitas dan hukum
belajar siswa Hooke dengan model pembelajaran guided
Dari Gambar 1 diketahui bahwa discovery yang digunakan oleh guru.
kelas eksperimen yang diberi perlakuan Dimana kelas eksperimen pembelajaran
berupa penerapan model pembelajaran materi elastisitas dan hukum Hooke
guided discovery memiliki nilai rata-rata dengan model pembelajaran guided

69
70 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 1, Maret 2017, hal 65-71

discovery, sedangkan pada kelas kontrol metode belajar yang diterapkan sehingga
pembelajaran materi elastisitas dan hukum siswa tidak mudah bosan dan termotivasi
Hooke dengan model pembelajaran yang untuk mengikuti pelajaran, 2) penerapan
biasa digunakan di SMA Negeri 1 model guided discovery terdiri beberapa
Jenggawah. tahapan, sehingga diharapkan seorang guru
Penelitian yang berkaitan dengan harus mempertimbangkan waktu
model guided discovery terhadap motivasi pembelajaran jadi diperlukan
belajar siswa adalah penelitian yang pengorganisasian siswa dengan sebaik-
dilakukan oleh Kholik (2012) baiknya dalam setiap tahapan
menyebutkan bahwa dengan penerapan pembelajaran model guided discovery agar
model pembelajara guided discovery rata- proses pembelajaran dapat berjalan dengan
rata presentasi motivasi belajar siswa efektif, 3) Bagi peneliti lanjut, diharapkan
sebulum tindakan sebesar 67,29% dengan untuk menganalisis pengaruh antara
kategori tinggi, dan pada akhir tindakan motivasi belajar siswa dengan
sebesar 74,40% dengan kategori tinggi. keterampilan berpikir kritis siswa, dan
Penelitian lain dilakukan oleh Istiqomah dapat dijadikan masukan untuk penelitian
(2014) yang menyakan bahwa penerapan selanjutnya dengan pokok bahasan
model guided discovery learning pada berbeda.
pembelajaran tematik dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Berdasarkan DAFTAR PUSTAKA
pernyataan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa pembelajaran materi Eggen, P dan Kauchak, D. 2012. Strategi
elastisitas dan hukum Hooke dengan dan Model Pembelajaran:
model pembelajaran guided discovery Mengajarkan Konten dan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Ketrampilan Berfikir. Jakarta:
di SMA Negeri 1 Jenggawah. Indeks.

SIMPULAN DAN SARAN Facione, P. A. 2011. Critical Thinking,


What It Is And Why It Counts.
Berdasarkan uraian hasil dan
pembahasan, dapat diambil kesimpulan Istiqomah, F., Sarengat, dan Muncarno.
dari hasil penelitian ini terkait masalah 2014. Penerapan Model Guided
yang dirumuskan, yaitu sebagai berikut: 1) Discovery Learning Untuk
model pembelajaran guided discovery Meningkatkan Motivasi Dan Hasil
berpengaruh signifikan terhadap Belajar Siswa.
keterampilan berpikir kritis siswa pada
pembelajaran materi elastisitas dan hukum Kholik, A., dan Sugiyono. 2013.
Hooke di SMA Negeri 1 Jenggawah, dan Penerapan Metode Pembelajaran
2) Model pembelajaran guided discovery Penemuan Terbimbing (Guided
berpengaruh signifikan terhadap motivasi Discovery) Untuk Meningkatkan
belajar siswa pada pembelajaran materi Motivasi Dan Prestasi Belajar
elastisitas dan hukum Hooke di SMA Matematika Topik Lingkaran Di
Negeri 1 Jenggawah. Kelas VIII SMP Negeri 3 Kalasan.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan maka saran yang dapat Lestari, T. W., Sudarti, dan B. Supriadi.
diberikan, antara lain: 1) bagi guru, 2015. Pengaruh Model
diperlukan persiapan yang matang untuk Pembelajaran Discovery Learning
merencanakan proses pembelajaran Disertai Media Kartu Masalah
dengan mengembangkan teknik dan media Terhadap Kemampuan Berpikir
pembelajaran yang lebih inovatif di dalam Kritis Siswa Dan Hasil Belajar
Lusiana, Pembelajaran Materi Elastisitas...71

Siswa Dalam Pembelajaran IPA Di Surya, E., Khairil, dan Razali. 2014.
SMPN 10 Jember. Penerapan Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBL) Untuk
Purwanto, C. E., S. E. Nughoro, dan Meningkatkan Kemampuan
Wiyanto. 2012. Penerapan Model Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep
Pembelajaran Guided Discovery Sistem Pernapasan Manusia Di
Pada Materi Pemantulan Cahaya SMA Negeri 11 Banda Aceh.
Untuk Meningkatkan Berpikir
Kritis. Sutarto dan Indrawati. 2010. Media
Pembelajaran Fisika. Tidak
Putra, P. D. A., dan Sudarti. 2015. Diterbitkan. Diktat. Jember:
Pengembangan Sistem E-Learning Fakultas Keguruan dan Ilmu
Untuk Meningkatkan Keterampilan Pendidikan Universitas Jember.
Berpikir Kritis mahasiswa
Pendidikan Fisika. Trianto. 2014. Model Pembelajaran
Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sari, A. T., S. Bektiarso, dan Yushardi.
2012. Penerapan Model Widura, H. S., P. Karyanto, dan J.
Pembelajaran Generatif Dengan Ariyanto. 2015. Pengaruh Model
Metode Demonstrasi Dalam Guided Discovery Learning
Pembelajaran Fisika Di SMP. Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 8
Surakarta Tahun Pelajaran
2014/2015.

71

You might also like