Professional Documents
Culture Documents
……………………………………………
ISSN : 2580-6181 (Print), 2599-2481 (Online)
Available online at:
http://ejournal.upi.edu/index.php/tarbawy/index
Abstract. Ibn Sina's thoughts in the field of education are interesting to study considering Ibn Sina
is a Muslim scientist known in the medical field. This study aims to determine: (1) The concept of Commented [r2]: Memulai abstrak langsung disampaikan
education in the view of Ibn Sina, (2) Actualization of Ibn Sina's educational thought with Islamic bahwa penelitian ini fokus mengankat apa? Sampikan metode
analisis yang digunakan? Temuan yang diperoleh setelah penelitian
education at the present time. This research is a library research with documentation study data dan kesimpulan
collection methods and content analysis data analysis methods. The results of this study include: (1)
The main purpose of education in Ibn Sina's view is the achievement of perfect human beings through
moral guidance and the provision of competencies needed by the community. Ibnu Sina classifies the
curriculum based on the age level of students. There are several learning methods in the concept of Ibn
Sina's education, including the methods of talqin, demonstration, exemplary and habituation,
discussion, internships, assignments, rewards, and punishment. Educators in the view of Ibn Sina
must have noble character, have a strong personality, refined, and has a sincere heart as a role model
(2) The thought of Ibn Sina's education can be actualized in Islamic education with the aim of
having three models of educational institutions namely schools, madrasah and pesantren with the aim
of developing special competencies. In the aspect of curriculum that is developed, namely the integrative
curriculum in madrassas and with the development of Competency-Based Curriculum (KBK) in
Higher Education. The learning methods that are implemented experience innovation and creativity
that are tailored to the needs and psychological potential, interests, and talents of students. Educators
must be able to be role models so that they can provide convenience for students in implementing
knowledge.
Abstrak. Pemikiran Ibnu Sina dalam bidang pendidikan menarik untuk dikaji mengingat Ibnu
Sina merupakan ilmuwan muslim yang dikenal dalam bidang kedokteran. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui: (1) Konsep pendidikan menurut pandangan Ibnu Sina, (2) Aktualisasi
pemikiran pendidikan Ibnu Sina dengan pendidikan Islam pada masa sekarang. Penelitian ini
merupakan penelitian kepustakaaan dengan metode pengumpulan data studi dokumentasi serta
metode analisis data analisis isi. Hasil penelitian ini antara lain: (1) Tujuan utama pendidikan
dalam pandangan Ibnu Sina adalah tercapainya insan kamil melalui pembinaan akhlak serta
pembekalan kompetensi yang dibutuhkan masyarakat. Ibnu Sina mengklasifikasikan kurikulum
berdasarkan jenjang usia peserta didik. Terdapat beberapa metode pembelajaran dalam konsep
pendidikan Ibnu Sina, dianaranya metode talqin, demonstrasi, keteladanan dan pembiasaan,
diskusi, magang, penugasan, tarhib, dan targhib. Pendidik dalam pandangan Ibnu Sina haruslah
memiliki akhlak yang mulia, memiliki kepribadian yang tangguh, bertutur kata yang baik, serta
Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina dan Relevansinya di Masa Sekarang
memiliki hati yang tulus sebagai sosok panutan (2) Pemikiran pendidikan Ibnu Sina dapat
diaktualisasikan dalam pendidikan Islam pada tujuan dengan adanya tiga model lembaga
pendidikan yakni sekolah, madrasah dan pesantren dengan tujuan pengembangan kompensi yang
spesial. Pada aspek kurikulum yaitu dikembangan, yakni kurikulum integratif di madrasah serta
dengan adanya pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Perguruan Tinggi.
Metode pembelajaran yang diimplementasikan mengalami inovasi dan kreativitas yang disesuaikan
dengan kebutuhan serta potensi psikologi, minat dan bakat peserta didik. Pendidik harus mampu
menjadi teladan sehingga mampu memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam
mengimplementasikan ilmu.
Kata Kunci: Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina, Pemikiran Pendidikan Islam, Aktualisasi
Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina
hanya itu, Ibnu Sina juga memposisikan dan intelektual peserta didik secara
pengembangan budi pekerti dan akhlak secara seimbang berdasarkan tahap
peserta didik sebagai suatu hal yang perkembangan usianya, (3) Bersifat
sangat penting sebagai dasar pragmatis fungsional, dimana kurikulum
pengembangan pengetahuan dan diarahkan untuk dapat mengembangkan
keterampilan. potensi peserta didik sehingga
Kedua, konsep kurikulum pendidikan. menghasilkan lulusan yang dapat
Ibnu Sina mengklasifikasikan kurikulum memenuhi kebutuhan masyarakat atau
berdasarkan jenjang usia peserta didik, pasar dengan bidang keahlian yang
yaitu: (1) Usia 3-5 tahun, pada jenjang dimilikinya, (4) Konsep kurikulum
usia ini mata pelajaran yang diberikan berlandaskan pada al-Qur’an dan Sunnah
adalah olahraga, budi pekerti,kebersihan, sehingga peserta didik memiliki iman,
seni suara, dan kesenian, (2) Usia 6-14 ilmu, dan amal secara terpadu, serta (5)
tahun, pada jenjang usia ini Berbasis akhlak, kurikulum yang disusun
kurikulumnya mencakup pelajaran sangat memperhatikan pendidikan
membaca dan menghafal al-Qur’an, akhlak (Iqbal, 2015, hal. 10–11).
agama, syair, dan olahraga, (3) Usia 14 Melihat ciri-ciri kurikulum yang
tahun ke atas, pada jenjang usia ini mata dikemukakan oleh Ibnu Sina jelas bahwa
pelajaran yang diberikan cukup banyak kurikulum Ibnu Sina masih relevan
dan perlu dipilih sesuai dengan minat dengan kebutuhan zaman sekarang
dan bakat peserta didik (Kurniawan & dimana kurikulum Ibnu Sina sudah
Mahrus, 2011, hal. 81–82). mengarahkan agar peserta didik dapat
Jika diamati, pemikiran pendidikan menguasai keahlian-keahlian yang
Ibnu Sina dapat digolongkan ke dalam dibutuhkan oleh masyarakat atau pasar.
pemikiran bercorak integratif karena Ketiga, konsep metode pembelajaran.
berusaha mengintegrasikan nilai-nilai Metode pembelajaran memiliki peran
idealistis dengan pandangan pragmatis. penting dalam mencaai tujuan
Materi-materi yang dipelajari anak di pembelajaran. Metode pembelajaran
sekolah dipadukan dengan bidang ilmu dapat dimaknai sebagai sekumpulan cara,
yang diminati peserta didik (Dea Tara teknik untuk mencapai suatu kompetensi
Ningtyas, 2017, hal. 41–42). Ibnu Sina atau tujuan yang telah dirumuskan dalam
juga mengklasifikasikan mata pelajaran pembelajaran (Maragustam, 2016, hal.
menjadi dua, yaitu mata pelajaran yang 223). Ibnu Sina memandang bahwa
masuk dalam ilmu teoritis dan mata penggunaan metode pembelajaran harus
pelajaran yang masuk dalam ilmu praktis. disesuaikan dengan karakteristik materi
Ilmu teoritis meliputi ilmu tabi’i, ilmu pembelajaran agar tidak kehilangan daya
matematika, ilmu ketuhanan. Sedangkan relevansinya (Kurniawan & Mahrus,
ilmu praktis meliputi: ilmu akhlak, ilmu 2011, hal. 81–82).
berumah tangga, dan ilmu politik. Ada beberapa metode pendidikan
Dari penjelasan di atas, konsep yang ditawarkan oleh Ibnu Sina.
kurikulum Ibnu Sina memiliki ciri-ciri Abuddin Nata mengatakan ada tujuh
sebagai berikut: (1) Penyusunan metode pendidikan yang ditawarkan oleh
kurikulum yang dilakukan Ibnu Sina Ibnu Sina, yaitu: (1) Talqin, metode ini
sangat memperhatikan psikologi peserta digunakan dalam pelajaran membaca al-
didik, dimana kurikulum yang Qur’an dengan cara memperdengarkan
disusunnya didasarkan pada tahap bacaan al-Qur’an kepada peserta didik
perkembangan peserta didik, (2) Konsep secara bertahap, (2) Demonstrasi,
kurikulum Ibnu Sina berusaha metode ini digunakan dalam pelajaran
mengembangkan aspek jasmani, akhlak menulis. Ketika guru menggunakan
metode ini terlebih dahulu guru akan lebih berdampak positif karena rasa
mencontohkan tulisan huruf di hadapan salah, penyesalan, dan perasaan berdosa
peserta didik dan kemudian peserta didik peserta didik dapat dihapus dengan
mencontohnya, (3) Keteladanan dan pujian dari seorang guru daripada
pembiasaan, metode ini digunakan pemberian hukuman (Dea Tara
dalam pembelajaran akhlak. Metode ini Ningtyas, 2017, hal. 46).
berangkat dari pandangan bahwa anak Metode-metode di atas tentunya
secara thabi’iyah memiliki kecenderungan tidak digunakan secara terpisah sama
untuk meniru sesuatu yang dilihat, sekali, akan tetapi perlu dikombinasikan
dirasakan, dan didengarnya, (4) Diskusi, dengan metode yang lain. Misalnya
metode ini dilakukan dengan cara guru penggunaan metode ceramah, bukan
memaparkan suatu masalah dalam suatu berarti dalam suatu pembelajaran hanya
pelajaran untuk dipecahkan bersama oleh menggunakan metode ceramah saja,
peserta didik. Metode ini digunakan namun perlu dikombinasikan dengan
untuk mengajarkan pengetahuan yang metode yang lain seperti keteladanan,
bersifat teoritis-rasional, (5) Magang, diskusi, dan lain-lain. Selain itu, metode
metode ini digunakan agar peserta didik yang yang dipaparkan di atas juga dapat
dapat menggabungkan teori dan praktik, menambah wawasan guru terkait dengan
dimana peserta didik diminta untuk metode sehingga metode yang digunakan
mempraktikkan teori yang telah dalam pembelajaran tidak monoton dan
didapatkannya. Metode ini akan tidak membuat peserta didik merasa
membuat peserta didik mahir dalam bosan.
bidang ilmu yang digelutinya, (6) Dari penjelasan di atas, ada
Penugasan, metode ini dilakukan dengan beberapa hal yang perlu diperhatikan
cara guru menyiapkan dan memberikan dalam pemilihan metode, yaitu: 1)
modul kepada peserta didik untuk Kesesuaian metode dengan karakteristik
dipelajari, (7) targhib dan tarhib, metode materi, 2) Psikologi, minat, dan bakat
ini dalam pendidikan modern dikenal peserta didik, 3) Metode yang digunakan
dengan istilah reward (penghargaan) dan tidak boleh kaku, dapat berubah sesuai
punishment (hukuman) (Iqbal, 2015, hal. situasi dan kondisi, dan 4) Metode sangat
11–13) menentukan keberhasilan pembelajaran
Mengenai hukuman, Ibnu Sina (Iqbal, 2015, hal. 11–13).
memberikan rambu-rambu dalam Beberapa pertimbangan dalam
memberikan hukuman kepada peserta pemilihan metode di atas mengharuskan
didik, yakni: (1) hukuman yang diberikan guru untuk memahami karakteristik
dengan cara halus dan penuh kasih materi, keadaan peserta didik, dan
sayang, (2) hukuman hendaknya melaksanakan pembelajaran yang luwes
diselang-seling yakni sesekali ringan dan sehingga metode yang digunkan dapat
sesekali agak berat, dan (3) apabila mendukung tercapainya tujuan
melakukan hukuman fisik hendaknya pembelajaran. Ibarat seorang dokter
tidak mengenai bagian-bagian tertentu, apabila tidak memberikan penanganan
seperti kepala, muka, telinga, dan kaki yang tepat terhadap suatu penyakit maka
agar tidak menimbulkan cidera fatal (Al- akan berakibat fatal pada pasien.
Abrasyi, 1994, hal. 35 dan 41). Meskipun Begitulah gambaran bahwa metode
Ibnu Sina telah memberikan penjelasan memiliki peran vital dalam mencapai
mengenai metode punishment (hukuman), tujuan suatu pembelajaran.
namun Ibnu Sina lebih mengutamakan Keempat, konsep pendidik. Guru
pada pemberian dorongan dan pujian dalam pandangan Ibnu Sina haruslah
kepada peserta didik yang menurutnya dapat menjadi teladan bagi peserta
Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina dan Relevansinya di Masa Sekarang
berperan aktif dalam menyelidiki dan kelompok kecil dan setiap kelompok
berpikir kritis sehingga tidak terhenti dibekali ringkasan sub materi yang
pada penggalian informasi faktual semata, berbeda antara satu kelompok dengan
(2) pembelajaran berpusat pada peserta kelompok yang lainnya. Pendidik
didik (student center) tidak lagi berpusat membuat permainan dengan cara
pad pendidik (studen center), (3) menjadikan sub materi sebagai barang
menggunkan multimedia dalam proses yang diperjual belikan. Setiap kelompok
pembelajaran, (4) pembelajaran bersifat diberikan kesempatan untuk bertransaksi
kooperatif, interaktif, dan berlangsung dengan peran penjual memyiapkan diri
dua arah (antara pendidik dan peserta menjual barangnya (informasi materi
didik), (5) pembelajaran menggunakan ajar) dengan cara menjawab pertanyaan
perspektif multidisiplin, (6) pembelajaran dari kelompok lain, adapun pembeli
berbasis tim guna membangun melakukan pembelian dengan cara
lingkungan jejaring, dan (7) terjadi dialog bertanya. Namun sebelum kegiatan
dan pertukaran pengetahun antara tersebut berlangsung, pendidik
pendidik dengan peserta didik memberikan pembekalan materi dengan
(Boeriswati, 2019, hal. 2). melibatkan media pembelajaran
Kurikulum yang dikembangakn oleh projector, laptop, video bahan ajar, dan
lembaga pendidikan di Indonesia sejauh menyiapkan media pembelajaran
ini merupakan wujud aktualisasi pendukung lainnya. Adapaun metode
pemikiran pendidikan yang ditawarkan Expert Group, dan Group Investigation pada
Ibnu Sina dimana dalam proses dasarnya memiliki kemiripan dalam segi
penyusunannya mengembangkan aspek pembagian kelompok serta memberikan
jasmani, akhlak dan intelektual peserta kesempatan kepada peserta didik untuk
didik secara secara seimbang berdasarkan menggali materi dan mendiskusikannya
tahap perkembangan usianya dan juga dengan teman satu timnya. Metode
berdasarkan kebutuhan di zaman pembelajaran tersebut memiliki esensi
sekarang metode yang digagas oleh ibnu sina yakni
3. Metode Pembelajaran diskusi dan penugasan dengan
Metode pembelajaran yang memusatak kegiatan pembelajaran pada
ditawarkan oleh Ibnu Sina mengalami peserta didik (Ma’rifataini, 2018, hal.
inovasi dan perkembangan sesuai dengan 117).
kondisi dan situasi yang terjadi hari ini. Selain itu, pembelajaran yang
Hal tersebut dapat dilihat dari terdapat di Pondok Pesantren Al-
implementasi pembelajaran Pendidikan Barokah Simalungun juga menerapkan
Agama Islam di Sekolah Menengah Atas metode pendidikan Islam sebagaiamana
11 Bandung. Dalam penenelitian yang digagas oleh Ibnu Sina. Hal
tersebut Ma’rifataini melakukan tersebut dapat terlihat dari adanya tutor
eksperimen dengan sebaya dalam menyampaikan
mengimplementasikan metode yang pembelajaran Al-Quran yang dilakukan
sebelumnya pernah diterapkan di Oxford oleh pesertaa didik yang memiliki
Inggris. Peneliti sedikitnya melakukan kemampuan lebih baik untuk
implementasi tiga metode Market Place membimbing dan mengajarkan teman-
Activities, Expert Group, dan Group temannya yang beluk menguasai
Investigation pada pembelajaran pembelajaran. Metode tersebut disebut
Pendidikan Agama Islam. Metode juga metode talqin, sebgaimana yang
Market Place Activities berisikan kegiatan ditawarkan Ibnu sina Selain itu, ada juga
pembelajaran dengan cara membagi metode demonstrasi dimana pendidik
peserta didik menjadi beberapa memberikan contoh seperti praktik
ibadah shalat dan wudhu untuk Selain asatidz, santri senior juga memiliki
kemudian diamati dan diikuti praktiknya peranan yang besar dalam memberikan
oleh peserta didik (Ahmad, Nasution, & keteladanan kepada adik seniornya. Hal
Mardianto, 2018, hal. 240). tersebut karena di Pondok Pesantrena
Penjelasan di atas merupakan santri senior memiliki peran besar
beberapa contoh dari relevansi serta diantranya sebagai tutor juga turut
aktualisasin metode pembelajaran yang membantu program-program yang
ada di Indonesia dengan pemikiran yang diselenggarakan oleh sekolah (Sutrisno,
ditawarkan Ibnu Sina dengan melakukan 2017, hal. 519).
inovasi dan kreativitas yang disesuaikan Berdasarkan analisis diatas maka
dengan kebutuhan serta potensi dapat diambil benang merah, meskipun
psikologi, minat dan bakat peserta didik pemikiran Ibnu Sina tentang pendidikan
4. Pendidik tidak dilahirkan pada masa modern,
Pendidik memiliki peranan yang namun pemikirannya masih relevan
penting dalam proses pembelajaran. dengan kehidupan masa sekarang.
Meskipun pada dasarnya pendidik adalah Beberapa pemikiran Ibnu Sina tentang
orang yang mentransfer ilmu dan pendidikan tentunya dapat dan sudah
pengetahuannya namun segala bentuk menjadi bahan pertimbangan dalam
perilaku yang dilakukan pendidik akan pelaksanaan pendidikan di Indonesia
memberikan pengaruh dan contoh bagi karena konsep pendidikan yang
peserta didik. Keteladanan yang disampaikan Ibnu Sina sejalan dengan
diberikan oleh pendidik memberikan dengan nilai-nilai ajaran Islam yang
kemudahan dalam memperaktikan dan bersumber kepada al-Qur’an dan Sunnah.
mengimplemntasikan ilmu yang Dengan mengaktualisasikan pemikiran
dipelajari sepanjang proses pendidikan Ibnu Sina di zaman sekarang harapannya
berlangsung. Hal paling mudah diamati pendidikan di Indonesia semakin
dari pendidik ialah keteladanan dalam berkembang dan dapat mencapai tujuan
segi akhlak dan menjalankan amalan pendidikan nasional yang terdapat dalam
ibadah (Taklimudin & Saputra, 2018, hal. UU Sisdiknas.
20).
Peranan pendidik dalam KESIMPULAN Commented [r8]: Tulis Simpulan
memberikan keteladanan sangat besar,
sebagaimana yang ada di Pondok Ibnu Sina atau juga dikenal dengan
Pesantren Modern Muhamadiyyah Avicenna memiliki nama lengkap Abu Ali
Boarding School (MBS) Yogyakarta. Al-Husain bin Abdillah bin Sina, ia
Pendidik dalam pengertian ini pengelola diberi gelar Asy-Syaikh Ar-Rais (Kyai
dan asatidz di MBS Yogyakarta Utama), yang menunjukkan bahwa ia
memberikan contoh teladan berupa memiliki kedudukan yang tinggi dalam
perilaku baik serta sopan baik terhadap hal intelektual. Ibnu Sina disamping
sesama asatidz maupun kepada santri. sebagai seorang guru, filsuf, dan dokter,
Selan itu dalam tata cara berpakaian serta juga dikenal sebagai penulis yang
penggunaan bahasa (di lingkungan MBS produktif. Semasa hidupnya ia telah
diwajibkan menggunakan bahasa Arab, menghasilkan 267 karya. Beberapa karya
Inggris, dan Indonesia berdasarkan Ibnu Sina yang sangat terkenal adalah
jadwal mingguan dalam berkomunikasi), Al-Syifa’ (penyembuh), Al-Najah
pendidik pun memberikan contoh (penyelamat), Al-Qanun fi al-Thibb, dan
sebagai pendukung terciptanya kondisi Al-Isyarah wa al-Tanbihah (isyarat dan
ideal demi terwujudnya tujuan peringatan).
pendidikan secara efektif dan efisien.
Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina dan Relevansinya di Masa Sekarang