You are on page 1of 16

http://journal.trunojoyo.ac.

id/jurnalkelautan Jurnal Kelautan

Volume 11, No.2, 2018

ISSN: 1907-9931 (print), 2476-9991 (online)

PREFERENSI HABITAT SPESIES OPHIUROIDEA DI ZONA INTERTIDAL


PANTAI PANCUR TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
HABITAT PREFERENCES OF SPECIES OPHIUROIDEA IN INTERTIDAL ZONE
PANCUR COAST ALAS PURWO NATIONAL PARK

Rendy Setiawan1*, Tri Atmowidi2, Kanthi A. Widayati2, dan Pradina Purwati3


1
Department of Biologi – FMIPA UNEJ, Jember University, Jl. Kalimantan 37 Tegalboto-Jember,
68121
2
Animal Bioscience – Department of Biology – FMIPA-IPB, Jl. Rasamala No.1 Kampus IPB Dramaga
Bogor, 16880
3
Oceanography Research Center – LIPI, Jl. Pasir Putih No.1 Pademangan-Jakarta Utara 14430

*Corresponding author e-mail: rendy.fmipa@unej.ac.id

Submitted: 06 Agustus 2018 / Revised: 28 Desember 2018 / Accepted: 28 Desember 2018

http://doi.org/10.21107/jk.v11i2.4741

ABSTRACT

Characteristics of Intertidal zone Pancur Coastal Alas Purwo National Park has dead coral, bed rock,
seagrass, and seaweed. This heterogeneous habitat condition is interesting to study, especially in
order to understand the habitat preferences of the existing Ophiuroidea species population, with the
position of the beach facing the sea off the Indian Ocean which is known to be high wave and swift
flow. For determine the niche chosen by each Ophiuroidea population, the road sampling method is
carried out by means of 'tracking' habitat types with GPS so that they can be mapped on thematic
maps. On this map, then describe the position (with GPS) of each Ophiuroidea individual found. The
depiction of the distribution map uses the ArcGIS 9.3 program. The distribution of Ophiuroidea in the
Pancur Beach area is uneven and tends to cluster in areas with sandy stone substrates, algae areas,
and seagrass areas. Ophiocoma scolopendrina is the dominant species found on Pancur Beach and
occupies the most extensive area compared to other species. Macrophiothrix longipeda is a species
that occupies the narrowest area. Based on the results of overlaying maps of algae and seagrass
distribution in Pancur Beach, Ophiuroidea occupied a shared area on sandy rock substrate with
seagrass areas and seaweed Area Ophiocoma brevipes, Ophiomastix annulosa, and M. longipeda
found not intersecting during the study. This shows one of the space sharing strategies.

Keywords: Ophiuroidea, Pancur Coast, Alas Purwo National Park

ABSTRAK

Karakteristik zona intertidal Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo berupa paparan karang mati,
bebatuan, area lamun, dan area makroalga. Kondisi habitat yang heterogen ini menarik untuk diteliti,
terutama dalam rangka memahami preferensi habitat populasi spesies Ophiuroidea yang ada,
dengan posisi pantai yang menghadap laut lepas Samudera Hindia yang dikenal bergelombang tinggi
dan berarus deras. Untuk menentukan relung yang dipilih tiap populasi Ophiuroidea, dilakukan
metode road sampling dengan cara ‘tracking’ tipe-tipe habitat dengan GPS sehingga bisa dipetakan
dalam peta tematik. Di atas peta ini, kemudian di gambarkan posisi (dengan GPS) tiap individu
Ophiuroidea yang ditemukan. Penggambaran peta sebaran tersebut menggunakan program ArcGIS
9.3. Persebaran Ophiuroidea di wilayah Pantai Pancur tidak merata dan cenderung mengelompok
pada wilayah yang terdapat substrat batu berpasir, area alga, dan area lamun. Ophiocoma
scolopendrina merupakan spesies yang dominan ditemukan di Pantai Pancur dan menempati area
yang paling luas dibandingkan spesies yang lain. Macrophiothrix longipeda adalah spesies yang
menempati area paling sempit. Berdasarkan hasil overlay peta persebaran alga dan lamun di Pantai
Pancur, Ophiuroidea menempati wilayah bersama pada substrat batu berpasir dengan area lamun
dan alga Area. O. brevipes, O. annulosa, dan M. longipeda ditemukan tidak bersinggungan saat
penelitian. Ini menunjukkan salah satu strategi berbagi ruang.

Kata Kunci: Ophiuroidea, Pantai Pancur, Taman Nasional Alas Purwo

151
Jurnal Kelautan, 11(2), 151-166 (2018)

PENDAHULUAN bersubstrat batu berpasir ditemukan banyak


spesies, termasuk spesies dari Kelas
Kelas Ophiuroidea merupakan salah satu Ophiuroidea.
anggota Filum Echinodermata, yang terdiri
atas dua ordo utama yaitu Ophiurida (Brittle Keanekaragaman spesies dari Kelas
stars) dan Euryalida (Basket stars). Ophiuroidea di Pantai Pancur TN Alas Purwo
Ophiuroidea umumnya memiliki lima lengan kemungkinan masih tinggi. Publikasi
berbentuk seperti cambuk, panjang mengenai distribusi dan keanekaragaman
maksimalnya dapat mencapai 60 cm (Brusca spesies dari Kelas Ophiuroidea di wilayah ini
dan Brusca, 2003; Pecherik, 2005). Kelas belum pernah dilaporkan. Informasi ini
Ophiuroidea memiliki 16 famili dengan 276 diperlukan sebagai pelengkap data
genus yang tersebar di seluruh dunia. Hingga keanekaragaman plasma nutfah di TN Alas
saat ini telah diidentifikasi sekitar 2064 spesies Purwo. Spesies-spesies ini berperan penting
dari Kelas Ophiuroidea (Stohr et al., 2012). dalam ekosistem. Sebagian besar
Kelompok hewan ini dapat ditemukan hidup Ophiuroidea menyukai perairan yang memiliki
sampai kedalaman laut lebih dari 4200 m, lamun dan alga makrobentik yang berkaitan
seperti Ophiophyllum atlanticum (Stohr dan dengan kebiasaan makannya sebagai
Segonzac, 2004; Martynov dan Litvinova pemakan detritus (detritus feeders), endapan
2008), sebagian besar hidup di terumbu di dasar perairan (deposit feeders), dan
karang, area makroalga dan area lamun di pemakan suspensi di perairan (suspension
zona intertidal (Lawrence, 1987; Maluf, 1988; feeders) (Henkel dan Pawlik, 2005; Castro dan
Appeltans et al., 2009). Huber, 2007). Beberapa spesies dari Kelas
ophiuroidea merupakan makanan dari ikan
Zona intertidal adalah zona yang paling sempit demersal yang cukup penting (Aronson,
diantara zonasi laut yang lain dan dibatasi 1988). Ophiuroidea berasosiasi dengan alga
oleh garis pasang dan surut air laut untuk memberikan perlindungan dari ikan
(Nybakken, 1993). Zona intertidal memiliki tipe pemangsa dan berfungsi sebagai sumber
habitat yang lebih beragam dibandingkan makanan (Duffy dan Hay, 1994). Sampai saat
dengan zonasi laut yang lain. Zona intertidal ini, belum ada publikasi mengenai pemilihan
dengan area lamun dan makroalga, umumnya habitat bagi spesies dari Kelas Ophiuroidea di
ditemukan spesies Ophiuroidea yang zona intertidal, khususnya di Indonesia.
memanfaatkan tempat tersebut untuk mencari Tujuan dari riset ini adalah untuk mempelajari
makanan (feeding ground) dan tempat preferensi habitat spesies dari Kelas
bersembunyi (review Azis 1995). Selain itu, di Ophiuroidea di zona intertidal Pantai Pancur
zona ini juga ditemukan zonasi batu karang TN Alas Purwo. Penelitian ini juga
(coral reefs) dan batuan keras (bed rock) yang mempelajari persebaran spesies Ophiuroidea
dimanfaatkan oleh Ophiuroidea sebagai di zona intertidal Pantai Pancur TN Alas
tempat berlindung (Tran dan Whited, 2004). Purwo dengan menerapkan teknik road
Karakteristik zona intertidal tersebut sampling.
ditemukan di Pantai Pancur Taman Nasional
Alas Purwo. MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu Kegiatan
Taman Nasional (TN) Alas Purwo adalah area
konservasi dengan kawasan seluas 43.320 Penelitian dilakukan pada Bulan Januari
ha. Berdasarkan administratif pemerintahan, hingga April 2013 di zona intertidal Pantai
TN Alas Purwo terletak di Kecamatan Pancur, Taman Nasional (TN) Alas Purwo
Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, (Gambar 1). Identifikasi, verifikasi, registrasi
Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur spesimen, dan analisis data Ophiuroidea
(Balai TN Alas Purwo, 2008). Karakteristik dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi
Pantai Pancur TN Alas Purwo yang terletak di (P2O) LIPI, Jakarta. Pantai Pancur merupakan
perairan selatan Pulau Jawa adalah memiliki salah satu pantai yang masih alami yang
gelombang yang tinggi dan ombak yang keras terdapat di TN Alas Purwo. Pantai ini memiliki
(Tubalawony, 2007). Oleh karena itu, panjang pantai sekitar 1,785 km (Gambar 2).
organisme perairan intertidal di wilayah ini Pantai Pancur merupakan perairan yang
dapat bertahan hidup dengan cara terbuka (open area) dan wilayahnya termasuk
beradaptasi dengan lingkungan. Zona kedalam Teluk Grajagan. Secara umum,
intertidal di Pantai Pancur TN ini, sebagian Pantai Pancur memiliki dua tipe substrat, yaitu
bersubstrat pasir dan sebagian lagi pasir dan batu (batu karang dan batu vulkanik)
bersubstrat batu berpasir. Pada bagian (Balai TN Alas Purwo, 2016).

152
Setiawan et al., Preferensi Habitat Spesies Ophiuroidea

Gambar 1 Peta Zonasi Taman Nasional Alas Purwo dan lokasi Pantai Pancur (Balai TN Alas Purwo
2016)

Gambar 2 Lokasi penelitian di Pantai Pancur TN Alas Purwo

Teknik Pemetaan pemetaan dengan cara menandai lokasi setiap


spesies Ophiuroidea yang ditemukan dengan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Global Positioning System
adalah Metode road sampling (Bookhout (GPS) Garmin Etrex 10. Metode ini telah
1996), yaitu dengan melakukan perjalanan diterapkan pada timun laut (Holothuroidea) di
menyusuri pantai dari arah bibir pantai menuju perairan Lombok Barat (Purwati, 2006;
ke arah tubir (wilayah surut terjauh) dan Purwati dan Syahailatua, 2008). Keuntungan
dilakukan hingga mencakup seluruh wilayah menggunakan metode pemetaan antara lain
Pantai Pancur pada saat air laut surut. Metode tidak mengulang penghitungan individu yang
road sampling ini di sertai dengan melakukan sama, jumlah individu terhitung secara

153
Jurnal Kelautan, 11(2), 151-166 (2018)

langsung, mengetahui distribusi lokal setiap kemudian merendamnya ke dalam larutan


spesies yang ada, dan memberi batasan alkohol 70%.
habitat setiap spesies.
Teknis pelaksanaannya adalah sebagai Pengamatan dan Konfirmasi Species
berikut (Gambar 3): Ophiuroidea
a) melakukan pencatatan titik awal lokasi
penelitian berdasarkan habitat tempat Spesies Ophiuroidea yang ditemukan diamati
ditemukannya Ophiuroidea yaitu daerah karakteristik habitatnya, lokasi persebarannya,
perbatasan antara daerah pantai berpasir pemilihan mikrohabitat fisik sebagai bentuk
dan karang lunak di zona intertidal Pantai adaptasinya terhadap lingkungan perairan
Pancur TN Alas Purwo; Pantai Pancur. Koleksi spesimen dari Pantai
b) melakukan perjalanan (road sampling) dari Pancur diidentifikasi di Pusat Penelitian
arah bibir pantai menuju kearah tubir Oseanografi (P2O) LIPI. Penentuan spesies
(wilayah surut terjauh), kemudian kembali Ophiuroidea dilakukan dengan cara
lagi kearah bibir pantai. Jarak antar mengidentifikasi dan mendeskripsi spesimen
wilayah yang akan ditelusuri dengan yang mewakili masing-masing spesies.
wilayah yang telah ditelusuri kurang lebih Karakter yang digunakan untuk identifikasi
2 m untuk menghasilkan data yang lebih ialah morfologi lengan, permukaan tubuh,
akurat; ornamen pada sisik tubuh, bentuk gigi, bentuk
c) memberi tanda posisi ditemukannya papila, bentuk tentakel dan bentuk duri pada
lamun dan alga dengan GPS, kemudian lengan (Gambar 9). Identifikasi sampai
dicatat data-datanya yaitu titik koordinat, spesies dilakukan berdasarkan Mortensen
dan nama spesiesnya. Data titik koordinat (1933); Murakami (1943); Clark (1949); Clark
kemudian diolah dan di petakan dan Rowe (1971); Devaney (1974); Guille dan
menggunakan program ArcGIS 9.3; lamun Wolff (1984) dan Appeltans et al., (2009).
dihitung prosentase tutupan lamun per m2.
d) memberi tanda posisi tiap spesies Analisis Data
Ophiuroidea yang ditemukan dengan
GPS, kemudian dicatat data-datanya yaitu Data koordinat topografi wilayah Pantai
titik koordinat, jumlah individu, nama Pancur dipetakan dengan program ArcGIS
spesies, tipe substrat, karakter habitat 9.3. Data koordinat habitat ophiuroidea, area
(biota laut) dan faktor lingkungan (suhu makroalga dan area lamun juga dipetakan
dan salinitas). Data titik koordinat dengan program ArcGIS 9.3. Faktor
kemudian diolah dan di petakan lingkungan di lokasi penelitian ditemukannya
menggunakan program ArcGIS 9.3. Data Ophiuroidea dan data tipe habitat Ophiuroidea
koordinat ophiuroidea yang didapat dideskripsikan. Koordinat sebaran spesies
kemudian di overlay ke data koordinat Ophiuroidea dipetakan dan dihitung densitas
posisi lamun dan alga; spesies dengan rumus jumlah spesies per
e) melakukan pengambilan gambar lamun, luas area. Peta sebaran Ophiuroidea di
alga, dan spesies ophiuroidea serta lokasi overlay dengan peta persebaran alga dan
ditemukannya. Untuk keperluan lamun. Area (patch) ditentukan berdasarkan
identifikasi, dapat dilakukan dengan cara tipe substrat, koordinat spesies alga dan
mengambil beberapa spesimen lamun, serta koordinat Ophiuroidea. Area
Ophiuroidea yang mewakili setiap spesies (patch) yang terbentuk selanjutnya
dideskripsikan.

154
Setiawan et al., Preferensi Habitat Spesies Ophiuroidea

Gambar 3 Skema Metode road sampling di Pantai Pancur TN Alas Purwo

HASIL DAN PEMBAHASAN Ophiuroidea (Tabel 1). Nama spesies telah


Konfirmasi Spesies Ophiuroidea dikonfirmasi dan di verifikasi di Laboratorium
Echinodermata Pusat Penelitian Oseanografi
Hasil penelitian menunjukkan di Pantai Pancur (P2O) LIPI, Jakarta. Spesies Ophiuroidea
ditemukan 2 famili yaitu Ophiocomidae dan yang di identifikasi di Laboratorium
Ophiothricidae yang tersebar dalam 3 genus Echinodermata dibawah pengawasan
(Ophiocoma, Ophiomastix, dan langsung oleh kepala Laboratorium
Macrophiothrix) dan 6 spesies dari kelas Echinodermata Dra. Pradina Purwati, M.Sc.
Tabel 1 Klasifikasi spesies dari Kelas Ophiuroidea di Pantai Pancur TN Alas Purwo
Famili Genus Spesies
Ophiocomidae Ophiocoma Ophiocoma scolopendrina Lamarck, 1816 [1][2][3]
Ophiocomidae Ophiocoma Ophiocoma erinaceus Muller dan Troschel, 1842 [1][2][3]
Ophiocomidae Ophiocoma Ophiocoma dentata Muller dan Troschel, 1842 [1][2][3]
Ophiocomidae Ophiocoma Ophiocoma brevipes Peters, 1851 [1][2][3]
Ophiocomidae Ophiomastix Ophiomastix annulosa Muller dan Troschel, 1842 [1][2][3]
Ophiothrichidae Macrophiothrix Macrophiothrix longipeda Lamarck, 1816 [1][2][3]
Keterangan [1]: Clark dan Rowe (1971); [2]: Devaney (1974); [3]: Appeltans et al. (2009)

Persebaran dan Preferensi Habitat dekat garis pantai. Area ini masih digenangi
Ophiuroidea air saat surut, namun ada beberapa area yang
tidak tergenang ketika air laut surut.
Persebaran spesies dari Kelas Ophiuroidea di Sementara makroalga tumbuh menyebar lebih
wilayah Pantai Pancur tidak merata dan luas (P1 dan P2) dan menempati sekita 75%
cenderung mengelompok pada wilayah yang dari total area penelitian. Ophiuroidea terlihat
terdapat substrat batu berpasir, makroalga, terkonsentrasi pada area yang ditumbuhi oleh
dan lamun (Gambar 4). Sebaran Ophiuroidea makroalga. Di P2, hanya spesies Ophiocoma
terkonsentrasi di depan area lamun. Lamun scolopendrina yang menempati area tersebut.
hanya tumbuh di area seluas 9923 m2 yang Area di luar P1 dan P2 merupakan area tanpa

155
Jurnal Kelautan, 11(2), 151-166 (2018)

vegetasi yang substratnya berupa batuan gunung berapi purba sehingga tidak satupun
keras (bed rock) hasil sedimentasi larva Ophiuroidea ditemukan di tipe substrat ini.

Gambar 4 Area (patch) sebaran Spesies Ophiuroidea di Pantai Pancur: lokasi patch 1 dengan area
alga, lamun, dan Ophiuroidea (P1), lokasi patch 2 dengan area alga dan Ophiuroidea (P2)

Ophiocoma scolopendrina merupakan spesies Ophiocoma scolopendrina menempati area


yang menempati area paling luas (Gambar 5). terluas, tetapi jumlah individu per m2 nya lebih
Macrophiothrix longipeda adalah spesies yang kecil dari O. erinaceus dan M. longipeda.
menempati area paling sempit. Area O. Macrophiothrix longipeda menempati area
erinaceus, O. annulosa, dan M. longipeda yang ditumbuhi lamun, dan cenderung tidak
relatif lebih kecil dibandingkan dengan area O. bersinggungan dengan populasi ophiuroidea
bervipes, O. dentata, dan O. scolopendrina yang lain. Meskipun area yang ditempati
(Gambar 6 - 11). Densitas Ophiuroidea di paling kecil, tetapi agregasinya cukup rapat
Pantai Pancur secara keseluruhan tergolong dan bersama-sama dengan O. erinaceus,
rendah (< 1 individu/m2). Dari sisi densitas, species ini memiliki densitas yang tertinggi
luas wilayah yang ditempati tidak (0,011/m2). Sementara itu, O. scolopendrina
berhubungan dengan jumlah individu. cenderung memilih area makroalga, tampak
Densitas tertinggi ditemukan pada spesies M. dari semua individu O. scolopendrina yang
longipeda dan O. scolopendrina (0,11/m2 atau ditemukan berada di area makroalga.
1 individu disetiap 88 m2), dan terendah Ophiomastix annulosa menunjukkan jumlah
adalah O. dentata (0,004/m2 atau 1 individu di individu terkecil (13 individu) di depan
setiap 235 m2) (Tabel 2). mikrohabitat M. longipeda, seluas sekitar 1917
m2. Dengan kata lain, disetiap 1917 m2 hanya
terdapat 13 individu O. annulosa.
Tabel 5 Jumlah individu dan densitas spesies dari Kelas Ophiuroidea di Pantai Pancur
Jumlah Luas area Jumlah Luas area
Spesies
individu habitat (m2) individu/m2 (m2)/individu
Ophiocoma scolopendrina 137 29314 0,005 213,97
Ophiocoma erinaceus 111 9803 0,011 88,32
Ophiocoma dentata 83 19542 0,004 235,45
Ophiocoma brevipes 39 7427 0,005 190,44

156
Setiawan et al., Preferensi Habitat Spesies Ophiuroidea

Ophiomastix annulosa 13 1917 0,007 147,46


Macrophiothrix longipeda 21 1859 0,011 88,52

Gambar 6 Peta mikrohabitat Ophiocoma scolopendrina di Pantai Pancur

Gambar 7 Peta mikrohabitat Ophiocoma erinaceus di Pantai Pancur

157
Jurnal Kelautan, 11(2), 151-166 (2018)

Gambar 8 Peta mikrohabitat Ophiocoma dentata di Pantai Pancur

Gambar 9 Peta mikrohabitat Ophiocoma brevipes di Pantai Pancur

158
Setiawan et al., Preferensi Habitat Spesies Ophiuroidea

Gambar 10 Peta mikrohabitat Ophiomastix annulosa di Pantai Pancur

Gambar 11 Peta mikrohabitat Macrophiothrix longipeda di Pantai Pancur

Echinodermata di kawasan perairan memiliki sebagai konsumen yang memakan detritus


peranan yang sangat penting dalam siklus dan endapan organik di dasar perairan (review
nutrien dan material organik di dasar perairan Aziz, 1995; Henkel dan Pawlik, 2005). Suatu
(Viaroli et al., 2004). Ophiuroidea bertindak organisme ditemukan di wilayah perairan

159
Jurnal Kelautan, 11(2), 151-166 (2018)

karena wilayah tersebut memberikan sebagian merupakan penelitian yang pertama


besar kebutuhan hidupnya (Krebs, 1993). dilaporkan di Indonesia.
Habitat biota laut tidak hanya dibentuk oleh
sifat-sifat dasar perairan, vegetasi, dan hewan Spesies Ophiuroidea yang ditemukan di
laut yang saling berasosiasi, tetapi juga Pantai pancur berjumlah 6 spesies dan
karakter massa air yang selalu bergerak dan didominasi oleh Genus Ophiocoma. Genus
berganti (Purwati, 2008). Arus dan gelombang Ophiocoma memiliki distribusi luas yang
air laut di wilayah Pantai Pancur dipengaruhi tersebar di daerah tropis dan subtropis dengan
oleh angin musim dan pergerakan massa air jumlah spesies yang paling banyak terdapat di
Samudera Indonesia yang terdapat di Teluk Indo-Pasifik (Devaney, 1974). Ophiocoma
Grajagan (Tubalawony, 2007). Angin yang scolopendrina menyukai daerah bersubstrat
kencang membuat gelombang laut yang batu berpasir dan biasanya bersembunyi di
besar, sehingga biota laut di wilayah intertidal celah batu dan dibalik batu besar untuk
Pantai Pancur adalah spesies-spesies yang bertahan dari gelombang air laut yang keras.
mampu mengembangkan kemampuan untuk Menurut Oak dan Scheibling (2006),
bertahan dari gelombang dan arus, fluktuasi Ophiocoma scolopendrina merupakan
suhu dan salinitas setempat. Adaptasi ini pemakan detritus dan material tersuspensi
salah satunya adalah pemilihan area yang termasuk zoooplankton dan fitoplankton dalam
spesifik. perairan. Di Pantai Pancur, Spesies ini
memilih area yang ditumbuhi alga S.
Penelitian dan publikasi mengenai duplicatum yang mencapai tubir. Viejo (1999),
keanekaragaman spesies Echinodermata menemukan Ophiocoma scolopendrina
khususnya Ophiuroidea telah banyak tinggal di wilayah intertidal yang ditumbuhi
dilakukan di wilayah Indonesia. Penelitian makroalga Sargassum untuk memperoleh
sebagian besar dilakukan di wilayah intertidal makanan dan memelihata populasinya,
suatu perairan dan dilakukan tidak dalam sekaligus menjadikan area tersebut sebagai
jangka waktu yang lama atau pada satu waktu tempat berlindung dari predator.
tertentu. Spesies Ophiuroidea yang ditemukan
di Pantai Pancur (6 spesies) berjumlah lebih Ophiocoma erinaceus merupakan spesies
banyak daripada jumlah spesies yang yang densitasnya tinggi ditemukan di area
ditemukan di Perairan Morotai Selatan, Malut alga cokelat dan memiliki warna tubuh yang
(Yusron, 2006), Selat Lembeh, Bitung, Sulut mirip dengan warna alga coklat (kamuflase).
(Yusron, 2009a), dan Perairan Teluk Kuta Ini mendukung kesimpulan Hendler (1984),
NTB (Yusron, 2009b), yaitu sebanyak 5 tentang kamuflage dan Serrato dan O’Hara
spesies. Jumlah spesies di Pantai Pancur (2008), tentang koloni. Fenomena ini juga
sama dengan jumlah spesies yang ditemukan dapat dilihat di Pantai Pancur yang dibuktikan
di Perairan Kabaena, Muna, dan Buton Sultra dengan sebagian besar spesies ini dapat
(Sugiarto, 2006) dan Perairan Likupang, ditemukan di alga S. duplicatum dan Padina
Minahasa Utara, Sulut (Yusron, 2010b). australis. Area yang ditinggali Ophiocoma
Jumlah spesies di Pantai Pancur lebih sedikit dentata merupakan area terluas setelah area
daripada jumlah spesies yang ditemukan di O scolopendrina. Tipe dasarnya beragam
Perairan Tapak Tuan, Aceh Selatan, NAD (7 meliputi area makroalga, lamun, bebatuan
spesies) (Yusron, 2003), Perairan Pantai dan substrat pasir, sampai mendekati tubir.
Takofi Pulau Moti Sulut (7 spesies) (Yusron, Individu-individunya ditemukan dibaik
2006a), Perairan Ternate, Malut (7 spesies) makroalga, lamun dan di celah-celah
(Yusron dan Susetiono, 2010), Perairan bebatuan. Ophiocoma brevipes ditemukan
Terumbu Karang Bakauheni (9 spesies) (Aziz dibalik batu dan memiliki warna yang mirip
dan Al Hakim, 2003), Perairan Wori, Minahasa dengan warna pasir (kamuflase). Spesies O.
Utara, Sulut (10 spesies) (Yusron, 2010a), dan brevipes yang ditemukan di wilayah Phuket
Pantai Lombok Selatan (12 spesies) (Aziz dan (Thailand) di perairan tenang dan terlindung
Sugiarto 1994). Tipe habitat dari lokasi dari gelombang air laut (Bussarawit dan Rowe
penelitian diatas sebagian besar berupa 1985). Spesies ini memiliki ukuran yang kecil
seagrass beds dan sandy area yang dan tubuh yang lunak sehingga aktivitas
merupakan habitat utama dari Ophiuroidea. bersembunyi dibalik batu merupakan strategi
Semua spesies yang dilaporkan merupakan untuk berlindung dari predator (Olbers dan
spesies yang telah banyak di publikasikan dan Samyn, 2012). Ophiocoma brevipes ini
banyak terdapat di wilayah indo pasifik. mampu hidup di perairan tenang dan perairan
Penelitian yang dilakukan di Pantai Pancur dengan gelombang tinggi dengan cara
yang memiliki tipe habitat rocky shore berlindung dibalik batu.

160
Setiawan et al., Preferensi Habitat Spesies Ophiuroidea

Spesies O. annulosa sering ditemukan di Apabila merasa terganggu atau terancam,


cekungan berisi air dan bersembunyi dibalik Ophiuroidea cenderung melepaskan atau
batuan yang tergenang air di Pantai Pancur. memutuskan lengannya (Lawrence, 1987;
Hendler et al., (1999) memberikan gambaran McClintock, 1994). Di Pantai Pancur,
bahwa individu yang dewasa dari spesies ini Ophiuroidea bergerak mengikuti gerakan air
hidup di wilayah subtidal, sedangkan yang pasang naik atau pasang surut sehingga
juvenil dapat ditemukan di wilayah intertidal dapat berada di kedalaman yang tidak
dan bersimbiosis dengan O. scolopendrina. terganggu oleh hempasan ombak.
Spesies ini yang masih muda dapat ditemukan
dicelah bebatuan di Pantai Pancur. Devaney Densitas Ophiuroidea di Pantai Pancur
(1978), mengatakan bahwa O. annulosa secara keseluruhan tergolong rendah (< 1
adalah spesies yang bersifat individual dan individu/m2). Persebarannya tidak merata dan
menyukai daerah tergenang air. Di pantai berhubungan dengan tutupan atau sebaran
Pancur, populasi spesies ini menempati area makroalga. Sebaran Ophiuroidea ditentukan
yang relatif kecil dan densitasnya juga rendah oleh kebutuhan hidupnya. Organisme selalu
(0,007/m2). Jika dihitung luas area per menempati habitat dimana sebagian besar
individunya yaitu sekitar 147 m2/individu, kebutuhan hidup harus terpenuhi. Habitat
angka ini lebih besar dari lebih kecil dari O. tersebut harus menyediakan cukup makanan,
brevipes (190,44 m2/individu), O. dentata perlindungan terhadap predator, perlindungan
(235,45 m2/individu), dan O. scolopendrina untuk telur dan juvenile, kebutuhan untuk
(213,97 m2/individu). Kecuali ketiga spesies ini reproduksi dan peranan ekologi lainnya.
juga termasuk soliter, O.annulosa di Pantai Densitas spesies Ophiuroidea di Pantai
Pancur belum bisa dikatakan soliter. Demikian Pancur tergolong rendah karena pola sebaran
juga halnya dengan M. longipeda yang yang spesifik oleh tiap-tiap spesies.
ditemukan dengan kepadatan 0,011/m2. Di Ophiocoma scolopendrina memiliki sebaran
Moorea (Polinesia jajahan Perancis), M. paling luas dan memiliki jumlah individu yang
longipeda adalah spesies yang banyak paling banyak (137 individu/29314m2 atau
ditemukan di wilayah substrat batu berpasir 0,005 individu/m2) dibanding spesies
yang merupakan tipe habitat utamanya (batu Ophiuroidea lain di Pantai Pancur, tetapi
berpasir) (Chinn, 2006). Dari review Aziz jumlah individu per m2 nya lebih kecil dari O.
(1995), species ini dikategorikan soliter dan erinaceus dan M. longipeda. Hal ini
memiliki ukuran lengan panjang untuk disebabkan karena batasan wilayah yang
menangkap plankton atau materi tersuspensi ditempati spesies ini cukup luas dan
(Marin et al., 2005). agregasinya yang lebar antar individu.
Densitas yang sama juga terjadi pada spesies
Cara berlindung terutama dari predator dapat O. brevipes (0,005 individu/m2). Ophiocoma
berupa mimikri dengan makroalga dan brevipes memiliki jumlah individu yang sedikit
merubah warna. Di pantai Pancur, yang dibandingkan dengan luas area yang
termasuk melakukan cara ini adalah O. ditempatinya di Pantai Pancur yaitu berupa
erinaceus dan O. dentata. Ophiomastix wilayah terlindung oleh paparan gelombang
annulosa dan M. longipeda, menurut Devaney langsung. Macrophiothrix longipeda
(1978), dan hasil review Aziz (1995), secara menempati area paling kecil, tetapi
fisik berlindung dari predator dan arus keras agregasinya cukup rapat bersama dengan O.
dengan bersembunyi di balik bebatuan. erinaceus, sehingga kedua species ini
Sementara O. scolopendrina, sesuai dengan memiliki densitas yang tertinggi (0,011/m2).
yang ditemukan Lawrence (1987), memiliki Ophiomastix annulosa memiliki densitas
tentakel yang kuat agar tidak terbawa arus. sekitar 0,007 individu/m2 atau ditemukan 13
Serrato dan O’Hara (2008) menyimpulkan individu pada area mikrohabitatnya seluas
bahwa berkoloni dalam jumlah banyak 1917 m2. Hal ini disebabkan O. annulosa
didalam pasir yang terjadi pada O. erinaceus cenderung individual ketika ditemukan dan
dan O. brevipes juga merupakan cara pemilihan habitatnya yang spesifik di perairan
berlindung. Macrophiothrix longipeda hidup yang tergenang air didekat wilayah tubir.
bersama-sama dengan organisme lain yang Ophiocoma dentata memiliki densitas paling
menguntungkan misalnya udang dan cacing rendah dibandingkan spesies Ophiuroidea lain
laut (Hendler et al., 1999; Marin et al., 2005). di Pantai Pancur (0,004 individu/m2) karena
Macrophiothrix longipeda seringkali ditemukan mikrohabitat yang ditempati spesifik pada area
berbagi habitat dengan cacing laut lamun dan beberapa individu ditemukan pada
(Polychaeta) yang diduga merupakan bentuk area alga.
asosiasi yang menguntungkan bagi keduanya.
Fenomena ini dapat dijumpai di Pantai Pancur.

161
Jurnal Kelautan, 11(2), 151-166 (2018)

Persebaran Ophiuroidea di wilayah Pantai Ophiuroidea yang ditemukan di P1 ialah O.


Pancur tidak merata. Hal ini disebabkan scolopendrina, O. erinaceus, O. dentata, O.
topografi Pantai Pancur yang heterogen dan brevipes, O. annulosa, dan M. longipeda.
didominasi oleh batuan keras (bed rock). Keenam spesies ini menyukai dasar perairan
Ophiuroidea dapat ditemukan di substrat batu dengan substrat batu berpasir dengan
berpasir dan menyukai daerah berlamun serta beberapa spesies menyukai mikrohabitat
daerah yang terdapat area makroalga di lamun, makroalga, dan celah bebatuan. Area
wilayah Pantai Pancur. Berdasarkan peta P1 merupakan wilayah yang banyak terdapat
sebaran Ophiuroidea di Pantai Pancur, O. lamun dan makroalga sehingga kaya dengan
scolopendrina merupakan spesies yang bahan organik yang digunakan sebagai
memiliki sebaran terluas dan M. longipeda sumber makanan bagi Ophiuroidea (James,
merupakan spesies yang memiliki sebaran 1982; Pomory, 2007; Keshavarz et al., 2012).
paling sempit. Ophiomastix annulosa adalah Area P2 di wilayah Pantai Pancur memiliki
spesies yang memiliki sebaran yang paling karakteristik habitat bersubstrat batu keras.
spesifik karena spesies dewasanya dapat Spesies yang ditemukan di area ini adalah O.
ditemukan di perairan yang selalu tergenang scolopendrina yang mampu bertahan hidup
air (perairan subtidal) dan hidupnya bersifat pada area alga yang tumbuh di tubir pantai
individual (Devaney, 1978). Spesies yang (West, 2012). Ophiocoma scolopendrina
masih muda dapat ditemukan hidup dicelah sering ditemukan pada alga S. duplicatum
bebatuan yang tergenang air di wilayah karena alga ini mampu melindungi O.
intertidal Pantai Pancur. Anggota dari genus scolopendrina dari hempasan gelombang air
Ophiocoma dapat ditemukan di substrat batu laut yang keras dan menyediakan makanan
berpasir di wilayah intertidal Pantai Pancur. untuk kehidupannya.
Ophiocoma scolopendrina menyukai area alga
cokelat mendekati tubir, namun tidak dapat Anggota komunitas Ophiuroidea yang hidup
ditemui pada area lamun. Ophiocoma brevipes bersama-sama di wilayah intertidal Pantai
tersebar di wilayah perairan tenang yang Pancur memiliki strategi berbagi habitat.
terlindung paparan ombak langsung. Strategi ini dapat muncul dalam berbagai
Ophiocoma dentata menyukai area lamun di bentuk pemilihan area yang spesifik yang
Pantai Pancur. Densitas ketiga spesies ini ditunjukkan melalui sebaran lokal, pola makan,
termasuk paling kecil dibandingkan spesies dan cara untuk bertahan hidup lainnya
Ophiuroidea lain yang ditemukan di Pantai (Purwati, 2008). Sebaran lokal
Pancur karena persebarannya yang luas tidak menggambarkan kebutuhan spesifik tiap
sebanding dengan jumlah individu yang yang individu maupun populasi, termasuk substrat
ditemukan. Ophiocoma erinaceus dan M. dasar untuk berlindung, mencari makan dan
longipeda banyak tersebar di wilayah sekitar berkembang biak. Berkembang biak
lamun dan sesuai dengan densitasnya yang merupakan cara untuk mengganti populasi
cukup tinggi karena ketiga spesies ini yang hilang atau mati, sehingga populasi
menyukai wilayah yang spesifik berupa spesies tersebut tetap mampu bertahan hidup
substrat batu berpasir yang ditumbuhi lamun. (Odum, 1993). Ophiocoma erinaceus dan O.
Dari fenomena yang ditemukan di atas, scolopendrina sering ditemukan berbagi
Ophiuroidea cenderung selalu menempati habitat dibalik batu, celah karang atau
area yang tergenang atau lembab dan bersembunyi didalam area alga coklat. Hal
terlindung dari paparan sinar matahari tersebut menjelaskan bahwa terjadi kesamaan
langsung terutama saat surut siang. Ini kebutuhan antara kedua spesies tersebut
merupakan cara organisme-organisme pada area makroalga terutama alga coklat.
tersebut melindungi tubuhnya dari tekanan Pada beberapa wilayah bebatuan yang
fisik. tergenang air, seringkali ditemukan O.
annulosa yang berasosiasi dengan O.
Berdasarkan wilayah persebaran spesies scolopendrina dalam berbagi habitat dan
Ophiuroidea menurut pemilihan habitat, berbagi makanan (Fourgon et al. 2003;
sebaran lokal, bentuk adaptasi, dan Fourgon et al., 2007). Ophiocoma erinaceus
perilakunya terhadap lingkungan perairan, dapat ditemukan bersama-sama dengan O.
wilayah Pantai Pancur dibagi menjadi 2 area dentata di daerah lamun, karena menurut
(patch). Area P1 banyak didominasi oleh Minarputri et al., (2012) kedua spesies
substrat batu berpasir dengan area alga dan tersebut memanfaatkan area lamun sebagai
lamun yang melimpah di tepi pantai dan feeding ground. Macrophiothrix longipeda
daerah tubir didominasi oleh substrat batu cenderung tidak bersinggungan dalam memilih
besar dan terdapat alga coklat (Sargassum habitat dengan spesies Ophiuroidea lain
duplicatum) dan hijau (Ulva fasciata). Spesies karena area habitatnya yang spesifik (didasar

162
Setiawan et al., Preferensi Habitat Spesies Ophiuroidea

celah bebatuan). Ini merupakan cara didepan area lamun. Sebaran Ophiuroidea
berlindung dari predator karena struktur berhubungan erat dengan sebaran alga. Area
morfologi tubuhnya yang rapuh sehingga O. brevipes, O. annulosa, dan M. longipeda
menyebabkan spesies ini rentan terhadap ditemukan tidak bersinggungan saat
predator (Aronson 1988). Ophiocoma brevipes penelitian. Ini menunjukkan salah satu strategi
juga cenderung memilih tidak bersinggungan berbagi ruang. Dalam penelitian ini belum
dengan spesies Ophiuroidea lain dan spesies diketahui kebutuhan spesifik dari ketiga
ini memilih habitat didalam pasir dan dibalik spesies yang menyebabkan mereka terpisah
bebatuan sebagai bentuk perlindungan diri secara fisik.
dari predator. Area O. brevipes, O. annulosa
dan M. longipeda ditemukan tidak UCAPAN TERIMAKASIH
bersinggungan. Hal ini menunjukkan bahwa di
dalam habitat yang sama, masing-masing Peneliti mengucapkan terimakasih yang
jenis memiiliki kebutuhan spesifik yang setinggi-tingginya kepada Pusat Penelitian
berbeda, dan mungkin kebutuhan spesifik ini Oseanografi (P2O) LIPI karena berkat
menjadi yang akan menjadi fasilitas dalam dukungan penuhnya maka penelitian ini dapat
mengurangi kompetisi antar populasi. terselenggara.
Species-species yang hanya menempati area
sempit, mungkin mengilustrasikan preferensi DAFTAR PUSTAKA
tipe habitat yang lebih sempit jika
dibandingkan dengan spesies yang Appeltans W, Stohr S, O’Hara T. (2009).
menempati area lebih luas dan beragam tipe World Ophiuroidea Database. [Internet].
mikrohabitatnya. Tipe habitat tidak hanya [diunduh 2017 Maret 9]. Tersedia pada:
berupa prosentase tutupan vegetasi tetapi http://marinespecies.org.
juga komposisi jenis, spesies dominan, Aronson, R. B. (1988). Palatability of five
densitas tiap jenis, dan lain-lain. Inipun tidak Caribbean ophiuroids. Bulletin of marine
cukup, karena faktor ketersediaan makanan science, 43(1), 93-97.
juga esensial, keberadaan predator dapat Atmadja WS. (1986). Kolonisasi dan suksesi
menekan jumlah individu, serta kelangsungan pada alga laut bentik. Oseana, 11,1-10.
reproduksi dan rekruitmen yang harus terjaga. Atmadja WS, Kadi A, Sulistijo, Satari R.
Jadi, berbagai faktor yang saling terkait bisa (1997). Pengenalan Jenis-Jenis Rumput
menjadi faktor pendorong suatu populasi Laut Indonesia. Jakarta (ID): Puslitbang
hanya menempati area tertentu. Topik ini Oseanografi LIPI.
belum dicakup dalam penelitian ini, dan Azis MF. 2006. Gerak air di laut. Oseana, 21,
sangat menarik untuk diteliti di masa yang 9-21.
akan datang. Aziz A, Sugiarto H. (1994). Fauna
Ekhinodermata Padang Lamun di
KESIMPULAN DAN SARAN Pantai Lombok Selatan. Jakarta (ID):
Puslitbang LIPI P2O.
Tipe habitat di Pantai Pancur adalah rocky Aziz A. (1995). Beberapa catatan tentang
shore, bersifat heterogen, dan membawa bintang mengular (Ophiuroidea) sebagai
konsekuensi persebaran Ophiuroideanya. biota bentik. Oseana,16, 13-22.
Sebanyak 404 individu Ophiuroidea terekam, Aziz A, Al Hakim II. (2007). Fauna
terbagi dalam 6 spesies, yaitu O. ekhinodermata perairan terumbu karang
scolopendrina, O. erinaceus, O. dentata, O. sekitar Bakauheni. Oseanologi dan
brevipes, dan O. annulosa (famili Limnologi Indonesia, 33, 187-198.
Ophiocomidae) dan M. longipeda Azkab MH. (1999). Pedoman inventarisasi
(Ophiotrichidae). Densitas Ophiuroidea di lamun. Oseana, 24, 1-16.
Pantai Pancur secara keseluruhan tergolong [BTNAP] Balai Taman Nasional Alas Purwo.
rendah (< 1 individu/m2). Dalam level spesies, (2016). Buku Informasi Balai Taman
densitasnya bervariasi antara 0,004 – 0,011 Nasional Alas Purwo. Banyuwangi (ID):
individu/m2. Melalui penerapan teknik road Balai Taman Nasional Alas Purwo.
sampling, sebaran populasi Ophiuroidea di Bookhout TA. (1996). Research And
Pantai Pancur tidak merata, sebagai Management Techniques For Wildlife
konsekuensi heterogenitas habitat di Pantai And Habitats. Kansas (US): Allen Press
Pancur. Substrat dasar Pantai Pancur Inc.
sebagian berbatu, alga terutama alga coklat Borowitzka MA. (1972). Intertidal algae
menyebar sampai ke tubir dan lamun species diversity and the effect of
terkonsentrasi didekat garis pantai. Individu pollution. Aust J mar Fresw Res, 23, 73
Ophiuroidea terkonsentrasi di area makroalga -84.

163
Jurnal Kelautan, 11(2), 151-166 (2018)

Brusca RC, Brusca GJ. 2003. Invertebrates. Hendler G, Grygier MJ, Maldonado E, Denton
2nd Edition. New York (US): Sinauer J. (1999). Babysitting brittle stars:
Associates. heterospesific symbiosis between
Bussarawit S, Rowe FWE. (1984). A new ophiuroids (Echinodermata).
spesies in the ophiocomid Genus Invertebrate Biology, 118, 190-201.
Ophiocoma (Echinodermata: Henkel TP, Pawlik JR. (2005). Habitat use by
Ophiuroidea) from the West Coast of sponge-dwelling brittlestars. Marine
Thailand, Andaman Sea. Research Biology, 146, 301-313.
Bulletin, 35, 1-6. Ilahude AG, Nontji A. (1999). Oseanografi
Castro P, Huber ME. (2007). Marine Biology. Indonesia dan Perubahan iklim Global
Seventh Edition. New York (US): (El Nino dan La Nina). Jakarta (ID):
McGraw Hill. Oseanografi LIPI.
Chinn S. (2006). Habitat distribution and James DB. (1982). Ecology of intertidal
comparison of brittle star Echinoderms of the Indian Seas. J Mar
(Echinodermata: Ophiuroidea) arm Bio Ass India, 24, 124-129.
regeneration on Moorea, French Keshavarz M, Mohamamdikia D, Dabbagh AR.
Polynesia. Biology and Geomorphology (2012). The Echinoderms fauna in
of Tropical Islands, 12, 1-11. intertidal zone of Southerns Oli Village
Clark AH. (1949). Ophiuroidea of the Hawaiian Coast. J Anim Sci Adv, 2, 495-498.
Islands. Honolulu (US): Bernice P. Krebs JC. (1989). Ecological Methodology.
Bishop Museum Bulletin. New York (US): Harper Collins
Clark AM, Rowe FWE. (1971). Monograph of Publishers.
Indo West Pacific Echinoderms. London Krebs JC. (1993). Ecology: The Experimental
(UK): British Museum of Natural History. Analysis of Distribution and Abundance.
Devaney DM. (1974). Shallow water New York (US): Harper Collins
asterozoans of Southeastern Polynesia Publishers.
(Ophiuroidea). Micronesia, 10, 105-204. Laurent, L. S., Stringer, S., Garrett, C., &
Devaney DM. 1978. A review of the Genus Perrault-Joncas, D. (2003). The
Ophiomastix (Ophiurida: generation of internal tides at abrupt
Ophiocomidae). Micronesia,14, 273- topography. Deep Sea Research Part I:
359. Oceanographic Research Papers,
Duffy JE, Hay ME. (1994). Herbivore 50(8), 987-1003.
resistance to seaweed chemical Lawrence J. (1987). A Functional Biology of
defense; the roles of mobility and Echinoderms. Baltimore (US): The
predation risk. Ecology, 75, 1304-1319. Johns Hopkins University Press.
Fourgon D, Lepoint G, Eeckhaut I. (2003). Levinton JS. (1982). Marine Ecology. New
Assessment of trophic relationships Jersey (US): Prentice-Hall Inc.
between symbiotic tropical Ophiuroids Maluf LY. (1988). Composition and Distribution
using C and N stable isotope analysis. of the Central Eastern Pacific
Invertebrates Biology, 12, 1-8. Echinoderms. Los Angeles (US):
Fourgon D, Jangoux M, Eeckhaut I. (2007). National History Museum of Los
Biology of a ‘‘babysitting’’ symbiosis in Angeles Country.
brittle stars: analysis of the interactions Martin, I. N., Anker, A., Britayev, T. A., &
between Ophiomastix venosa and Palmer, A. R. (2005). Symbiosis
Ophiocoma scolopendrina. between the alpheid shrimp, Athanas
Invertebrates Biology, 126, 385-395. ornithorhynchus Banner and Banner,
Gage JD, Tyler PA. (2002). Deep Sea Biology: 1973 (Crustacea: Decapoda), and the
A Natural History of Organism at the brittle star, Macrophiothrix longipeda
Deep Sea Floor. Cambridge (UK) : (Lamarck, 1816)(Echinodermata:
Cambridge University Press. Ophiuroidea). Zoological Studies-Taipei-
Guille A, Wolff WJ. (1984). Zoologische , 44(2), 234.
Verhandelingen: Resultats Biologiques Martynov, A. V., & Litvinova, N. M. (2008).
De L’expedition Snellius Echinodermata Deep-water Ophiuroidea of the northern
(Ophiuroidea). Leiden (ND): Drukkerij Atlantic with descriptions of three new
Griethoorn. species and taxonomic remarks on
Hendler, G. (1984). Brittlestar Color‐Change certain genera and species. Marine
and Phototaxis (Echinodermata: Biology Research, 4(1-2), 76-111.
Ophiuroidea: Ophiocomidae). Marine McClintock, J. B. (1994). Trophic biology of
Ecology, 5(4), 379-401. Antarctic shallow-water echinoderms.

164
Setiawan et al., Preferensi Habitat Spesies Ophiuroidea

Marine ecology progress series. experimental biological association, 3,


Oldendorf, 111(1), 191-202. 187-196.
Minarputri, N., Moehammadi, N., & Irawan, B. Benavides-Serrato, M. I. L. E. N. A., & O’Hara,
(2012). The Profile of Bama Beach T. D. (2008). A new species in the
Based on The Substrate, The Presence Ophiocoma erinaceus complex from the
of Seagrass, Coral Lifeform, and South-west Pacific Ocean
Echinodermata. Jurnal Berkala (Echinodermata: Ophiuroidea:
Penelitian Hayati, 17. Ophiocomidae). Memoirs of Museum
Mortensen TH. (1933). Echinoderms of South Victoria, 65, 51-56.
Africa (Asteroidea and Ophiuroidea). Siswoyo, M. P. (2009). Pasir Pantai Selatan
Vidensk Medd Fra Danks Naturh Foren, Jawa Timur Dalam Mortar. Jurnal
65, 215-400. Teknik Sipil dan Perencanaan, 11(2),
Murakami S. (1943a). Report on the 109-120.
Ophiurans of Palao, Caroline Island. Soong, K. Y., Shen, Y., Tseng, S. H., & Chen,
Journal of the Department of C. P. (1997). Regeneration and
Agriculture, 7, 159-204. potential functional differentiation of
Murakami S. (1943b). Report on the arms in the brittlestar, Ophiocoma
Ophiurans of Yaeyama, Ryukyu. scolopendrina(Lamarck)(Echinodermata
Journal of the Department of : Ophiuroidea). Zoological Studies,
Agriculture, 7, 205-222. 36(2), 90-97.
Murakami S. (1943c). Ophiurans from some Stohr S, Segonzac M. (2004). Deep-sea
gulfs and bays of Nippon. Journal of the Ophiuroids (Echinodermata) from
Department of Agriculture, 7, 223-234. reducing and non-reducing
Nybakken JW. (1993). Marine Biology. Third environments in the North Atlantic
Edition. New York (US): R.R Donnelley Ocean. J Mar Biol Ass U.K, 84, 1-20.
& Sons Company. Stohr S, O’hara TD, Thuy B. (2012). Global
Oak, T., & Scheibling, R. E. (2006). Tidal diversity of brittle stars (Echinodermata:
activity pattern and feeding behaviour of Ophiuroidea). Plos One, 7, 1-14.
the ophiuroid Ophiocoma scolopendrina Sugiarto H. (2006). Fauna Ekhinodermata di
on a Kenyan reef flat. Coral Reefs, Perairan Kabaena, Muna, dan Buton
25(2), 213-222. Sulawesi Tenggara. Warta Oseanografi,
Odum E. (1993). Dasar-Dasar Ekologi. Edisi 20, 27-31.
Ketiga. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Tran JK, Whited B. (2004). Patterns of
University Press. distribution of three brittlestar species
Olbers, J., & Samyn, Y. (2012). The (Echinodermata: Ophiuroidea) on Coral
Ophiocoma species (Ophiurida: Reefs. Discovery Bay, 1, 177-180.
Ophiocomidae) of South Africa. Western Tubalawony S. (2007). Kajian Klorofil-A dan
Indian Ocean Journal of Marine Nutrien serta Interelasinya dengan
Science, 10, 137-154. Dinamika Massa Air di Perairan Barat
Pecherik JA. (2005). Biology of the Sumatera dan Selatan Jawa-Sumatera
Invertebrates. Fifth edition. New York [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
(US): Wm. C. Brown Publishers. Bogor.
Pomory, C. M. (2007). Key to the common Viaroli, P., Bartoli, M., Giordani, G., Magni, P.,
shallow-water brittle stars & Welsh, D. T. (2004). Biogeochemical
(Echinodermata: Ophiuroidea) of the indicators as tools for assessing
Gulf of Mexico and Caribbean Sea. sediment quality/vulnerability in
Caribbean Journal of Science, 10, 1-42. transitional aquatic ecosystems. Aquatic
Purwati P. (2006). Teripang, Biodiversitas, dan Conservation: Marine and Freshwater
Permasalahan di Indonesia. Laporan Ecosystems, 14(S1), S19-S29.
Akhir Tahunan. Jakarta (ID): Program Viejo, R. M. (1999). Mobile epifauna inhabiting
Penelitian dan Pengembangan IPTEK, the invasive Sargassum muticum and
Riset Kompetitif LIPI. two local seaweeds in northern Spain.
Purwati P, Syahailatua A. (2008). Timun Laut Aquatic botany, 64(2), 131-149.
Lombok Barat. Jakarta (ID): Ikatan West EA. (2012). Adaptive regeneration of
Sarjana Oseanologi Indonesia. Ophiocoma Scolopendrina
Sadhukhan, K., & Raghunathan, C. (2012). A (Echinodermata: Ophiuroidea) under
study on diversity and distribution of reef two feeding treatments in Moorea,
associated Echinoderm fauna in South French Polynesia. Biology and
Andaman, India. Asian J. of Geomorphology of Tropical Islands, 12,
1-11.

165
Jurnal Kelautan, 11(2), 151-166 (2018)

Yusron E. (2003). Beberapa catatan fauna


Ekhinodermata dari Perairan Tapak
Tuan, Aceh Selatan, Nanggroe Aceh
Darussalam. Makara Sains, 7, 97-104.
Yusron E. (2006a). Biodiversitas
Ekhinodermata di Perairan Pantai
Takofi, Pulau Moti Maluku Utara.
Makara Sains, 10, 41-46.
Yusron E. (2006b). Keanekaragaman
Ekhinodermata di Perairan Morotai
bagian selatan Maluku Selatan.
Oseana, 31, 13-20.
Yusron E. (2009a). Biodiversitas Fauna
Ekhinodermata dari Perairan Selat
Lembeh Bitung Sulawesi Utara. J Oldi,
35, 217-229.
Yusron E. (2009b). Keanekaragaman jenis
Ekhinodermata di Perairan Teluk Kuta,
Nusa Tenggara Barat. Makara Sains,
13, 45-49.
Yusron E. (2010a). Keanekaragaman jenis
Ophiuroidea (Bintang Mengular) di
Perairan Wori, Minahasa Utara,
Sulawesi Utara. Makara Sains, 14, 75-
78.
Yusron E. (2010b). Keanekaragaman jenis
Ekhinodermata di Perairan Likupang,
Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Ilmu
Kelautan, 15, 85-90.
Yusron E, Susetiono. (2010). Diversitas fauna
Ekhinodermata di Perairan Ternate,
Maluku Utara. J Oldi, 36, 293-307.

166

You might also like