You are on page 1of 7

WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373

Volume 4, Nomor 1 Hal: 42-48


Juni 2016

ASOSIASI JENIS BURUNG PADA KAWASAN HUTAN MANGROVE DI


ANJUNGAN KOTA PALU

Abdul Gafur1, Elhayat Labiro2, Moh Ihsan2


Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno-Hatta Km. 9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Korespondensi: abdulgafurpalawa@yahoo.co.id
2
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

Abstract
Mangrove is a forest located in coastal area which always or regularly inundated by sea water and
affected by the tide but unaffected by the climatic. The condition of archipelago in Indonesia led to
a diverse ecosystem. In turn the diverse of this ecosystem creates a high diversity of flora and
fauna. Birds are wild animals living in the world and have an important role in preserving the
environment, example as a pest controller, a seed disperser and pollinator. Mangrove area in
pavilion of Palu city specifically is not known yet about birds’ relationship or dependences on
Mangrove in pavilion of Palu city. The purpose of this research is to know the association of birds
and Mangrove around pavilion of Palu city. This research was conducted for 2 months which
started on June-August 2015. This research used Concentration Counts method with 4 points
spread on Mangrove area in pavilion of Palu city. The observation was made at 05.30 am–07.30 am
WITA or at 04.00 pm–06.00 pm WITA. There were 10 families and 15 species of birds in this
research. The species of birds associated with point X (6.7) were 11 species, X (10.0) were 4
species and X (30.0) were 12 species. The species of birds that have high association number was
the yellow-vented bulbul (Pycnonotus goiavier), associated with the pasific swallow (Hirundo
Tahitica) and firm associated with the gould’s bronze cuckoo (Chrysococcyx russatus), White-
Breasted Waterhen (Amaurornis Phoenicurus), White-Shouldered Triller (Lalage sueurii), lemon-
bellied white-eye (Zosterops Chloris) and the zitting cisticola (Cisticola Juncidis).
Keywords: Diversity, Association, Bird, Mangrove

PENDAHULUAN fauna Indonesia antara lain terdiri dari 515


spesies mamalia, 1.519 spesies aves, 600
Latar Belakang spesies reptil, 270 spesies amfibi, dan sekitar
Hutan mangrove adalah hutan yang 2000 spesies ikan. Kekayaan tersebut belum
terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara termasuk ribuan spesies serangga. Dalam skala
teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh Asia, fauna Indonesia menduduki peringkat
pasang surut air laut tetapi tidak terpengaruh yang lebih baik lagi dalam hal jumlah, yaitu
oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah nomor 1 untuk mamalia, aves, dan amfibia,
daratan yang terletak di bagian hilir Daerah serta nomor 2 untuk reptilian (Widayati, 2007).
Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan Burung merupakan satwa liar yang hidup
laut dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, di alam dan mempunyai peranan penting dalam
dengan kelerengan kurang dari 8% (Santoso, menjaga kelestarian lingkungan contohnya
2000). sebagai pengontrol hama, pemencar biji dan
Kondisi kepulauan di Indonesia sebagai pollinator. Lingkungan yang dianggap
menyebabkan terjadinya ekosistem yang sesuai sebagai habitat bagi burung akan
beragam. Ekosistem yang beragam ini menyediakan makanan, tempat berlindung
selanjutnya menciptakan diversitas/keragaman maupun tempat berbiak yang sesuai bagi
flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan burung. Setiap jenis burung mempunyai cara

42
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 4, Nomor 1 Hal: 42-48
Juni 2016

tersendiri untuk menyesuaikan diri terhadap METODE PENELITAN


lingkungannya, penyesuaian yang dilakukan
dapat berupa perubahan perilaku maupun Waktu dan Tempat
pergerakan untuk menghindar. Burung Penelitian ini dilaksanakan di kawasan
memiliki persebaran merata secara vertikal hutan mangrove di anjungan Kota Palu.
maupun horizontal. Persebaran dan Penelitian ini berlangsung selama 2 (dua) bulan,
keanekaragaman burung pada setiap wilayah yang dimulai pada bulan Juni sampai dengan
berbeda, hal tersebut dipengaruhi oleh luasan bulan Agustus 2015.
habitat, struktur vegetasi, serta tingkat kualitas Alat dan Bahan
habitat di masing-masing wilayah. Burung Alat yang digunakan pada penelitian ini
dapat digunakan sebagai indikator perubahan yaitu: jam tangan, kamera, binokuler 7x35, dan
ekosistem pada suatu lingkungan hal ini buku panduan lapangan burung di kawasan
dikarenakan burung adalah satwa dengan Wallacea. Sedangkan bahan yang digunakan
mobilisasi tinggi dan dinamis sehingga dapat yaitu: tali raffia, tally sheet dan alat tulis
dengan cepat merespon perubahan yang terjadi menulis (pulpen/pensil dan buku), di gunakan
di lingkungan (Ferianita, 2007). sebagai alat untuk mencatat hal-hal yang
Kawasan hutan mangrove yang berada di dianggap penting dalam proses penelitian.
sekitar muara anjungan Kota Palu memiliki Metode Penelitian
keanekaragaman jenis burung yang belum Metode yang digunakan yaitu metode
diketahui secara spesifik. Oleh karena itu perlu Concentration Counts karena arealnya terbuka
dilakukan penelitian mengenai jenis burung dan tidak terlalu luas serta penyebaran burung
yang berada di sekitar hutan mangrove terkonsentrasi di daerah tersebut. Menurut
Anjungan Kota Palu. Alikodra (1990) bahwa metode Concentration
Rumusan Masalah counts efektif digunakan untuk mengetahui
Kawasan hutan mangrove anjungan Kota populasi satwaliar yang mempunyai pola hidup
Palu merupakan salah satu habitat dari flora dan berkelompok. Pada metode ini, pengamat
fauna, khususnya burung, namun secara menempatkan diri pada suatu tempat tertentu
spesifik belum diketahui jenis-jenis burung yang telah ditentukan sebelumnya. Penentuan
yang ada serta bagaimana interaksi terutama titik pengamatan berdasarkan konsentrasi
asosiasi diantara sesama jenis burung yang ada burung yang akan diamati. Untuk
di hutan mangrove Anjungan Kota Palu. pengumpulan data, pada tipe habitat ini
Sehingga diperlukan adanya suatu penelitian digunakan 4 titik pengamatan. Kemudian
untuk mengetahui asosiasi jenis burung di mencatat dan mengidentifikasi jenis dan jumlah
kawasan hutan mangrove Anjungan Kota Palu. individu setiap jenis yang dijumpai secara
Tujuan Penelitian langsung (visual) maupun secara tidak langsung
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk (suara).
mengetahui asosiasi jenis burung dengan Pengamatan dilakukan pada pagi hari
kawasan hutan mangrove di sekitar Anjungan pukul 05.30 WITA dan berakhir pukul 07.30
Kota Palu. WITA, atau pada sore hari mulai pukul 16.00
Kegunaan dari penelitian ini agar dapat WITA sampai pukul 18.00 WITA.
dijadikan sebagai bahan informasi, dan data Bentuk unit contoh dalam pengamatan
penunjang dan data tambahan mengenai burung dengan menggunakan metode
asosiasi jenis burung di kawasan hutan Concentration counts ialah berbentuk lingkaran
mangrove di Anjungan Kota Palu. yang diameternya atau radius lingkaran 40 m,
dengan jarak antara titik tengah 40 m (Gambar
1).

43
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 4, Nomor 1 Hal: 42-48
Juni 2016

jenis tumbuhan yang saling berinteraksi dapat


P1
diketahui dari formula sebagai berikut:
r r r
Untuk n <30

40 m X²= (ad-bc)² n
110-110 m Arah lintasan (a+b)(c+d)(a+c)(b+d)
Untuk mengetahui ada tidaknya asosiasi
Ket: P=Titik pengamatan; r=Radius lingkaran yang antara dua jenis dilakukan perbandingan antara
ditentukan berdasarkan kemampuan jarak pandang rata-
rata (40m). chi-square {X ² hitung} dengan X² tabel pada
Gambar 1. Bentuk unit contoh untuk derajat bebas = 1
inventarisasi satwa liar burung Keputusannya:
dengan Concentration counts  Bila X ²< X ² tabel 0,05% maka kedua jenis
Analisis Data yang diuji (tidak berasosiasi)
Kehadiran tiap spesies akan dicatat dalam  Bila X ² hitung >X ² 0,05 (berasosiasi)
jumlah plot yang dibuat dan data yang ada  X ² hitung >X ² tabel 0,01(berasosiasi erat
dimasukkan ke dalam tabel kontigensi 2×2. sekali)
Hasil dapat diuji kebenarannya dengan Chi-square = X ² tabel 0,05 = 3,841
menggunakan tabel X ². Hasil akan bergantung X ² tabel 0,01 = 6,635
pada ukuran plot karena data yang dihasilkan Pada derajat bebas = 1
berasal dari frekuensi kemunculan.
Untuk mengetahui hubungan antara jenis HASIL DAN PEMBAHASAAN
digunakan analisis asosiasi yang dihitung
berdasarkan rumus yang ditemukan oleh Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
Goodall (1953) dalam Muller Dombois dan asosiasi jenis burung pada kawasan hutan
Ellenberg (1973), yang dijabarkan sebagai mangrove di Anjungan Kota Palu terdapat 10
berikut : famili dan 15 jenis burung. Komposisi
Tabel 1. Kontigensi 2×2 selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Jenis-Jenis Burung
Jenis a + -
No. Nama Jenis Famili
Jenis b
+ A B a+b 1. Nectarinia jugularis Nectariniidae
2. Halcyon sancta Alcedinidae
- C D c+d
3. Cisticola juncidis Cisticolidae
a+b a+b n=a+b+c+d 4. Streptopelia bitorquata Columbidae
Keteranagan : 5. Zosterops chloris Zosteropidae
a : jumlah plot pengamatan yang terdapat jenis A dan B
b : jumlah plot pengamatan yang terdapat jenis B 6. Lalage sueurii Campephagidae
c : jumlah plot pengamatan yang terdapat jenis A 7. Hirundo tahitica Hirundinidae
d : jumlah plot pengamatan yang tidak terdapat jenis A
8. Amaurornis phoenicurus Rallidae
dan B
n : jumlah plot pengamatan. 9. Chrysococcyx russatus Cuculidae
Untuk mengetahui besarnya tingkat asosiasi 10. Halcyon chloris Alcedinidae
yaitu hubungan dari dua jenis yang saling 11. Merops philippinus Meropidae
berinteraksi dapat bersifat positif atau negatif,
12. Pycnonotus goiavier Pycnonotidae
dimana nilai positif menunjukkan hubungan
yang bersifat mutualistik (saling 13. Aplonis panayensis Sturnidae
menguntungkan) sedangkan nilai negatif adalah 14. Gerygone sulphurea Acanthizidae
sebaliknya. Interspesifik asosiasi antara dua 15. Collocalia vanikorensis Apodidae

44
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 4, Nomor 1 Hal: 42-48
Juni 2016

Di antara 15 jenis burung yang terdapat di berkurang. Famili Alcendinidae merupakan


kawasan hutan mangrove, terdapat beberapa satu-satunya famili yang mempunyai dua jenis
jenis burung yang dilindungi. Jenis burung burung yaitu cekakak sungai (Halcyon chloris)
yang dilindungi adalah burung madu sriganti dan cekakak suci (Halcyon sancta). Famili
(Nectarinia jugularis), burung cekakak sungai mempunyai sumberdaya yang lebih banyak
(Halcyon chloris). Pada penelitian ini juga disebabkan kedua jenis burung ini dapat
dijumpai burung migran/pengunjung yaitu, memanfaatkan sumberdaya di darat maupun di
cekakak suci (Halcyon sancta). Sedangkan air (makanan bisa berasal dari laut maupun dari
jenis linnya merupakan jenis burung penetap darat).
yaitu, burung madu sriganti (Nectarinia Asosiasi Jenis Burung
jugularis), cici padi (Cisticola juncidis), Berdasarkan hasil analisis data, burung
dederuk merah (Streptopelia bitorquata), yang mempunyai nilai X hitung sebesar 6,7
kacamata laut (Zosterops chloris), layang- terdapat 11 jenis burung, jenis burung yang
layang batu (Hirundo tahitica), kareo padi mempunyai X hitung sebesar 10,0 terdapat 4
(Amaurornis phoenicurus), kedasi gould jenis burung dan X hitung sebesar 30,0 terdapat
(Chrysococcyx russatus), cekakak sungai 12 jenis. Dari hasil tersebut, jenis-jenis burung
(Halcyon chloris), kirik-kirik laut (Merops yang tergolong berasosiasi adalah jenis kapasan
philippinus), merbah cerukcuk (Pycnonotus sayap putih dengan Kecamata laut, kareo padi
goiavier), perling kumbang (Aplonis dengan Kacamata laut, kedasi goud dengan
panayensis), remetuk laut (Gerygone kacamata laut, kirik-kirik laut dengan cekakak
sulphurea), walet polos (Collocalia suci, layang-layang batu dengan (burung madu
vanikorensis) dan kapasan sayap putih (Lalage sriganti, cekakak sungai, cekakak suci, dederuk
sueurii). merah, kacamata laut, dan kapasan sayap
Berdasarkan hasil pengamatan jenis-jenis putih), perling kumbang dengan (burung madu
burung yang terdapat pada anjungan Kota Palu sriganti, cekakak sungai, cekakak suci, dederuk
hanya dihuni oleh jenis-jenis burung yang merah, kacamata laut, Kapasan sayap putih,
adaptasinya cukup tinggi yang mampu bertahan kareo padi dan kedasi gould), remetuk laut
dengan kondisi habitat yang selalu dipadati oleh dengan (layang-layang batu dan perling
aktifitas pengunjung pantai anjungan kota Palu kumbang), walet polos dengan (perling
dan kebisingan kendaraan roda dua maupun kumbang dan Layang-layang batu). Sedangkan
roda empat yang tidak jauh dari lokasi jenis yang berasosiasi erat, yaitu cekakak
penelitian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat sungai dengan burung madu sriganti, kacamata
Abdullah (2012) bahwa penurunan populasi laut dengan cici padi, kapasan sayap putih
burung disebabkan oleh banyaknya faktor dengan cici padi, kareo padi dengan (cici padi
diantaranya akibat aktifitas manusia. Selain dan kapasan sayap putih), kedasi gould dengan
aktifitas manusia jumlah dan komposisi (cici padi dan kareo padi), merbak cerukcuk
spesies, struktur vegetasi turut berpengaruh dengan (cici padi dengan kapasan sayap putih),
terhadap keanekaragaman serangga dan burung remetuk laut dengan cici padi, walet polos
(Lala, 2013). dengan (remetuk laut dan cekakak sungai).
Dari hasil pengamatan menunjukkan Layang-layang batu (Hirundo tahitica)
bahwa pada kawasan hutan mangrove yang mempunyai asosiasi erat dengan enam jenis
berada di Anjungan Kota Palu terdapat 14 burung. Burung ini berwarna biru dan putih,
famili dari 15 jenis burung yang ada. Kondisi tubuh bagian atas berwarna biru baja,pinggir
tersebut mengambarkan bahwa umumnya jenis- tenggorokan kemerahan, perut putih pada ujung
jenis burung yang berasal dari family yang bulu ada garis biru pada dada atas. Kadang-
sama kurang dijumpai pada lokasi ini, hal kadang terbang rendah di atas tanah atau sungai
tersebut diduga diakibatkan oleh lokasi Firmandi (2014). Jenis layang-layang batu
penelitian mempunyai luas yang kecil, sehingga termasuk jenis burung diurnal yang lebih aktif
sumber daya yang dibutuhkan oleh burung juga mencari serangga di udara dengan lintasan

45
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 4, Nomor 1 Hal: 42-48
Juni 2016

terbang yang sama yang dilakukan berulang- Secara umum burung ini dapat ditemukan pada
ulang kali. Dengan kondisi tempat penelitian berbagai macam habitat, di hutan Mangrove
yang berada di pinggiran kota Palu dan terdapat anjungan pada lokasi penelitian burung tersebut
bangunan dan jembatan yang menjadi tempat dapat teridentifikasi secara langsung dengan
bersarang dan melangsungkan kehidupannya. menggunakan alat bantu. Selain pengamatan
Burung ini cukup umum ditemukan pada kabel langsung burung remetuk laut juga dapat
listrik, ranting pohon kering, bangunan yang diindentifikasi melalui suara. Sehingga jenis
tidak berpenghuni. burung remetuk laut lebih dapat dikenal atau
Burung merbah cerukcuk berasosiasi teridentifikasi melalui suara. Biasanya jenis
dengan enam jenis burung. Secara umum burung ini ditemukan berpasangan dan
burung ini sangat umum ditemukan di lokasi berkelompok kecil pada saat mencari makan
penelitian. Sesuai dengan lokasi penelitian dan berbiak. Jumlah burung yang beroasiasi
bahwa menjadi tempat persinggahan, tempat dengan remetuk laut sangat kecil dibandingkan
bermain dan mencari makanan pada pohon dan dengan jenis burung yang lainnya. Hal ini
ranting mangrove. Burung merbak cerucuk disebabkan adanya perbedaan jumlah jenis
sering ditemukan pada ranting mangrove pada burung pada masing-masing lokasi pengamatan
bagian tajuk dan akar mangrove. Burung- ini diduga karena karakteristik habitat
burung tersebut merupakan burung yang hidup (komposisi tumbuhan) dan aktivitas masyarakat
secara berkelompok, suka terhadap habitat yang (Rusmendro, 2009).
terbuka, dan dapat berkembang biak sepanjang Selanjutnya jenis burung walet polos
tahun (Wibowo 2004). berasosiasi dengan 2 jenis burung. Jenis burung
Jenis burung perling kumbang berasosiasi ini cukup umum ditemukan di dataran rendah
denga 9 jenis burung. Penyebaran jenis burung terbang sambil memangsa serangga. Pada
perling kumbang pada lokasi penelitian cukup lokasi penelitian burung ini terbang melayang
mendominasi lokasi penelitian. Burung ini mencari serangga kecil. Burung walet memiliki
banyak ditemukan secara bergerombol dalam daya jelajah yang luas sehingga meskipun
mencari makanan di hutan mangrove Anjungan rumah rumah walet berada di daerah perkotaan,
Kota Palu dan secara umum juga terdapat burung walet masih bisa mencari makan di
mendominasi pada titik pengambilan data. hutan, sawah, padang rumput dan sungai yang
Tajuk dan akar mangrove menjadi tempat untuk berada di sekitar perkotaan, burung walet masih
mencari makanan jenis burung perling bisa mencari makan di hutan, sawah, padang
kumbang dan kondisi lahan hutan terbuaka dan rumput dan sungai yang berada di sekitar
habitat yang sangat mendukung untuk perkotaan (Arifin, 2012).
kelangsungan hidup burung perling kumbang. Cekakak sungai merupakan jenis yang
Keberadaan tumbuhan sangat terkait dengan berasosiasi erat dengan Madu sriganti. Burung
ketersediaan pakan, tempat bersarang, cekakak sungai sangat umum ditemukan di
perlindungan dari pemangsa dan juga faktor lokasi pelitian. Biasanya ditemukan pada
mikroklimat, dengan demikian tumbuhan dapat ranting pohon dan ujung pohon mati. Sangat
mempengaruhi ada dan tidaknya suatu jenis umum ditemukan di daerah perairan yang
burung di suatu lokasi (Maryanto 2010). menjadi tempat utama dalam mencari makanan.
Selanjutnya (Maryanto 2010) juga mengatakan Menurut Elfidasari, 2006 kelimpahan burung
aktivitas manusia (pengolahan lahan pertanian) pada suatu lokasi adalah ketersedian bahan
akan berdampak pada penurunan makanan.
keanekaragaman jenis tumbuhan asli yang juga Jenis yang berasosiasi erat selanjutnya
akan berdampak pada perubahan jenis burung yaitu jenis burung kacamata laut. Jenis burung
yang ada. ini dapat ditemukan pada ranting pohon yang
Jenis burung remetuk laut berasosiasi kecil sambil mencari makanan. Pada lokasi
dengan 2 jenis burung diantaranya jenis burung penelitian burung ini sangat cepat teridentifikasi
layang-layang batu dan perling kumbang. karena ciri utamanya yaitu berwarna kuning,

46
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 4, Nomor 1 Hal: 42-48
Juni 2016

bergerombol pada saat mencari makanan Kedasi gould berasosiasi erat dengan dua
maupun saat bermain. Hutan pantai juga jenis burung yaitu cici padi dan kareo padi.
banyak digunakan oleh burung terestrial untuk Pada lokasi penelitian burung ini aktif pada
beraktivitas dan memenuhi kebutuhan hidupnya ujung ranting pohon mangrove. Jenis burung
sebagai tempat mencari pakan, bersarang, dan kedasi gould terindentifikasi melalui suara dan
berlindung dari cuaca pada saat pergantian selalu ditemukan sendiri. Cukup umum
musim. Jenis ini dikategorikan umum ditemukan pada hutan mangrove dan pada
disebabkan karena dapat berkompetisi dengan dataran rendah. Pohon di hutan pantai
jenis lain dalam memperebutkan makanan, serta merupakan habitat bagi berbagi jenis burung,
dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi baik sebagai tempat bersarang maupun tempat
habitat (Nur, 2013). beristrahat (Onrizal, 2004)
Kapasan sayap putih berasosiasi erat
dengan cici padi disebabkan adanya semak KESIMPULAN
belukar pada lokasi penelitian yang menjadi
tempat persinggahan dari kedua jenis burung Dari hasil pembahasaan, dapat ditarik
tersebut. Jenis burung kapasan sayap putih kesimpulan sebagai berikut: Pada lokasi
sering dijumpai secara berpasangan. Secara penelitian ditemukan terdapat 13 jenis famili,
langsung burung kapasan sayap putih memiliki 15 jenis burung. Jenis-jenis burung yang
perbedaan antara jantan dan betina, biasanya ditemukan berasal dari 14 famili dan terdapat 2
terjadi kesalahan pada saat pengamatan jenis jenis burung yang dilindungi, dan 1 jenis
burung kapasan betina dan jantan. Di lokasi burung migran. Pada lokasi penelitian
penelitian burung kapasan sayap putih individu ditemukan jenis burung yang dikategorikan
jantan cukup umum ditemukan sendiri. Bahwa berasosiasi yaitu 11 jenis dengan X hitung (6,7)
burung kapasan jantan menjadikan hutan dan burung yang berasosiasi erat sekali yaitu 4
mangrove di anjungan kota palu hanya sebagai jenis dengan X hitung (10,0) dan (30,0)
tempat persinggahan dan mencari makanan.

47
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 4, Nomor 1 Hal: 42-48
Juni 2016

DAFTAR PUSTAKA Muller Dombois dan Ellenberg, 1973. Bird


Populations in the Rural Ecosistem of west
Abdullah, 2012. Identifikasi dan Peran Burung Java Nature Conservation Depertment
Predator dalam Pengendalian Hama Ulat Netrherland
Bulu untuk Meningkatkan Produktivitas Nur. 2013. Kelimpahan dan Distribusi Burung
Tanaman Palawija. Skripsi. Fakultas dan Rangkong (Famili Bucerotidae) di
Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Kawasan PT. Kencana Sawit Indonesia
Serambi Mekkah. (KSI), Solok Selatan, Sumatera Barat.
Alikodra,1990. Teknik Pengelolaan Satwa Liar Prosiding Semirata FMIPA Universitas
(Dalam Rangka Mempertahankan Lampung
Keanekaragaman Hayati Indonesia).IPB Onrizal, 2004. Kajian Ekologi Hutan Pantai Di
Press. Bogor. Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Teluk
Arifin, 2012. Distribusi Walet (Collocalia sp.) Jakarta. Jurnal Komunikasi Pelitian 16 (6)
di Kabupaten Grobogan. Unnes Journal of : 77-83
Life Science 1 (1) : 27-34 Rusmendro, 2009. Keberadaan Jenis Burung
Elfidasari, 2006. Keragaman Burung Air di pada Lima Stasiun Pengamatan di
Kawasan Hutan Mangrove Peniti, Sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS)
Kabupaten Pontianak. Biodiversitas 7 (1) : Ciliwung, Depok-Jakarta. Fakultas
63-66. Biologi Universitas Nasional 2 (2): 50–64
Ferianita, 2007 Metode sampling Bioekologi. Santoso, N., 2000. Pola Pengawasan Ekosistem
Bumi Aksara. Jakarta. Mangrove. Makalah disampaikan pada
Firmandi, 2014. Pembuatan Flipbook Lokakarya Nasional Pengembangan
Berdasarkan Keragaman Jenis Burung Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun
Diurnal di Hutan Lindung Gunung 2000. Jakarta, Indonesia.
Senujuh dan Sekitarnya. Skripsi. Program Sulistiyadi, 2004. Kemampuan Kawasan Nir-
Studi Pendidikan Biologi Jurusan Konservasi dalam Melindungi Kelestarian
Pemdidikan MIPA Pontianak. Burung Endemik Dataran Rendah Pulau
Ichtiar Van Hoeve, 1989. Eksiklopedi Indonesia Jawa Studi Kasus di Kabupaten Kebumen.
seri fauna burung. Ichtiar Van Hoeve. Jurnal Biologi Indonesia 6 (2) : 237-253
Jakarta. Sudjatnika, Jepsson, P., Soeharsono, R.T.,
Indriyanto, 2005. Ekologi Hutan. PT Bumi Crosby, J, M., dan Mardiastuti, A., 1995.
Asara, Jakarta. Melestarikan Keanekaragaman Hayati
Kartono, A. P., 2000. Teknik Inventarisasi Indonesia : Pendekatan Daerah Burung
Satwa Liar dan Habitatnya. Laboratorium Endemik. PHPA/bird Life International
Ekologi Satwa liar Jurusan Konservasi Indonesia Programme. Jakarta.
Sumber daya Hutan Fakultas Kehutana Wibowo, 2004. Keanekaragaman Burung di
IPB. Bogor. Kampus Universitas Negeri Yogyakarta.
Lala, 2013. Keanekaragaman Serangga dan Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA
Struktur Vegetasi pada Habitat Burung Universitas Negeri Yogyakarta.
Insektivora Lanius schach Linn. di Widayati, H. E., 2007. Satwa dan Tumbuhan
Tanjungsari, Yogyakarta. Jurnal Langka. Penerbit Caraka Darma Aksara,
Entomologi Indonesia 10 (2) : 70 - 77 Mataram Nusa Tenggara Barat.
Ludwing dan Reynolds, 1988. Statistical
Ekology Toronto: wiley Interscince Pub.
John Wiley dan Sons.

48

You might also like