Nanang Kamaludin, Mochamad Hadi dan Rully Rahadian
Laboratorium Ekologi dan Biosistematika, Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan
Matematika, Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang 50275 Telepon (024) 7474754; Fax. (024) 76480690 Email : nananghaliaster@yahoo.com, nanika221@yahoo.com
Abstract
Moths is insect in Order Lepidoptera of Nocturnal habit. Moths help to
polinate the flower were blossom in the night. The relationship of moths and plants can be used as bio-indicators of environmental changes in the Gonoharjo forest habitats. The objective of this study are to compare the abundance and diversity of members of moth (Lepidoptera) in various habitats and to determine the status of rare and endemic species that are found in Wana Wisata Gonoharjo. This study used light traps method for moth in four different habitats, i.e., secondary forests, riparian area and forests of pine forest and coffee plantation. The research was conducted over two months during October-November 2012. The analysis used were relative abundance, diversity index, Huctheson test, evennes index and similarity index. Threety nine moth species from 10 families were found in 4 habitats of Wana Wisata Gonoharjo. The highest number of moth species found in secondary forest (30 species) and the lowest one found in the pine forests (6 species). Statistically, there were differences within the types of habitat diversity. Evennes indices in all habitats of Wana Wisata Gonoharjo were relatively high. In general, type of habitat affects species diversity of moths.
Keyword : Diversity, moth and Gonoharjo forest.
Abstrak
Ngengat merupakan serangga dari anggota Ordo Lepidoptera yang
beraktifitas di malam hari. Ngengat juga melakukan penyerbukan bunga yang mekar di malam hari. Keterkaitan ngengat dan tanaman tersebut dapat dijadikan bioindikator lingkungan terhadap perubahan lingkungan di habitat Wana Wisata Gonoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kelimpahan dan keanekaragaman spesies ngengat di berbagai habitat di Wana Wisata Gonoharjo. Penelitian ini menggunakan metode light trap yaitu menarik kupu-kupu dengan sumber cahaya untuk kupu-kupu malam di empat habitat yang berbeda yaitu hutan campuran, daerah riparian, hutan pinus dan kebun kopi. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan selama Oktober – November 2012. Analisis yang digunakan yaitu kelimpahan relatif, indeks keanekaragaman, uji Huctheson, indeks pemerataan (Shannon-Wiener) dan indeks kesamaan 39 spesies dari 10 famili ngengat yang ditemukan di 4 habitat Wana Wisata Gonoharjo. Adapun jumlah spesies terbanyak ngengat di hutan campuran (30 spesies) dan terendah ditemukan di hutan pinus (6 spesies). Secara statistic terdapat perbedaan keanekaragaman antara tipe habitat. Indeks pemerataan berbagai habitat di Wana Wisata Gonoharjo termasuk tinggi. Secara umum perbedaan habitat mempengaruhi keanekaragaman spesies kupu- kupu siang dan ngengat.
Kata kunci : Keanekaragaman, ngengat, Wana Wisata Gonoharjo
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013 Hal. 18-26
Pendahuluan dengan kupu-kupu yang cerah dan
Ordo Lepidoptera menarik (Hadi, dkk, 2009). merupakan ordo yang besar. Ngengat mempunyai Anggota-anggotanya dapat keterkaitan yang sama dengan dijumpai hampir dimana-mana kupu-kupu yaitu pada tanaman, dan seringkali dalam jumlah yang sebagai inang, pakan dan tempat sangat besar (Borror, dkk, 1996). tinggal. Ngengat juga melakukan Ordo ini mempunyai ciri-ciri utama penyerbukan pada bunga yang yaitu sisik-sisik kecil, lebar dan mekar di malam hari. Maka pipih pada sayapnya dan rambut- ngengat ini dapat dijadikan rambut besar menyerupai sisik bioindikator lingkungan yang baik, yang lebar dan pipih pada untuk monitoring perubahan tubuhnya. Sisik-sisik ngengat lingkungan (Sreekumar dan tidak cerah dan terkadang lebih Balarishnan, 2001). berwarna warni (Sutrisno dan Wana Wisata Gonoharjo Darmawan, 2010). (WWG), Limbangan, Kendal Ngengat merupakan merupakan salah satu obyek anggota Ordo Lepidoptera yang wisata yang menarik, karena di paling besar, hampir menempati dalam kawasan tersebut terdapat 90 % dibanndingkan dengan sumber mata air panas dan kupu-kupu yang hanya terdapat memiliki beberapa tipe habitat 10 % di dunia. Jumlah ngengat diantaranya, hutan pinus, hutan yang sangat besar ini maka sangat campuran, aliran sungai dan menarik untuk dipelajari spesies perkebunan kopi. Lokasi Wana dan pakannya. Wisata Gonoharjo ini berada pada Kupu-kupu malam atau ketinggian 700-1.000 m dpl. ngengat merupakan serangga Topografi kawasan ini berupa yang memiliki dua pasang sayap perbukitan yang bergelombang dan alat penghisap makanan yang dan curam, memiliki luas 77 ha, berupa probocis atau belalai yang dan curah hujan 1.500 mm/tahun menggulung, kecuali kupu malam sehingga dapat mendukung primitif ciri tersebut tidak berlaku kehidupan beberapa jenis satwa karena memiliki alat mulut untuk termasuk ngengat. Adanya mengunyah seperti nenek moyang beberapa tipe habitat dalam sebelum evolusi pada Famili kawasan Wana Wisata Gonoharjo Micropterigidae dan berpotensi mempengaruhi Agathipathidae dan ada yang tidak komposisi keragaman spesies memiliki keduanya yaitu Famili ngengat yang ada di kawasan Lymantridae dan Saturnidae tersebut karena ngengat (Sutrisno dan Darmawan, 2010). mempunyai kemampuan untuk Ngengat warnanya lebih memilih habitat guna mencari redup dan antenanya tidak pernah makan, kawin dan tempat tinggal. membesar pada ujung, jika Konversi hutan campuran sedang bertengger ngengat menjadi kebun kopi di sekitar memutar sayap hingga Wana Wisata Gonoharjo membentuk atap pelindung di atas memungkinkan perubahan habitat badannya dan yang lebih jelas dan keanekaragaman hayati di ialah ngengat keluar pada malam dalamnya. Perubahan lingkungan hari (Syam, 2011). Sayap ngengat akan memberikan dampak pada tidak menarik dibandingkan Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013 Hal. 18-26
keanekaragaman hayati Pengambilan Data
(Kartawinanta, 2001). Pengamatan ngengat di Wana Wisata Gonoharjo Metode Penelitian menggunakan metode perangkap Penelitian ini dilakukan di light trap. Prinsip kerja perangkap Wana Wisata Gonoharjo, ini yaitu dengan menarik ngengat Kecamatan Limbangan, Kabubaten yang berterbangan menuju ke Kendal, Provinsi Jawa Tengah. arah sumber cahaya yang Pengamatan dilakukan pada bulan dikeluarkan alat light trap. Oktober-November 2012 di empat Ngengat yang terperangkap habitat kawasan yaitu Hutan tersebut mengerubunginya, Campuran (HC), Hutan Pinus (HP), mereka akan berputar–putar Daerah Aliran Sungai (DAS) dan kemudian masuk kedalam Kebun Kopi (KK). kupu-kupu perangkap yang terpasang malam (ngengat) dilakukan setiap (Firmansyah, 2008). Perangkap malam pukul 18.00-05.00 WIB menggunakan ember dengan menggunakan light trap yang permukaan kasar agar ngengat dipasang di titik lokasi sampling dapat berpijak dan terperangkap yang telah ditentukan. Adapun karena ngengat mudah menetap kegiatan identifikasi dilakukan di (Randle, 2011). lokasi sampling dan di Perangkap ini digunakan Laboratorium Ekologi dan untuk menangkap serangga yang Biosistematika Jurusan Biologi berespon terhadap cahaya malam Universitas Diponegoro. hari. Perangkap ini menggunakan lampu senter TL 100 W sebagai Alat dan Bahan sumber cahaya. Lampu senter Alat yang digunakan dalam tersebut digantung di atas wadah penelitian ini diantaranya, yaitu baskom yang dikaitkan dengan tali kamera, buku catatan, GPS ke kayu yang telah di pasang di Garmin V, altimeter, termometer, tengah area atau stasiun, amplop, label, alat tulis, kotak sehingga serangga yang tertarik spesimen, pinset, jarum pentul, jatuh ke dalam wadah baskom. kertas papilot, sterofoam, lampu Lampu senter TL 100W mampu LT 100 W, ember, kawat dan menerangi sampai 10 meter dan bahan yang akan digunakan ialah dijadikan jarak antar perangkap di kapur barus, alkohol 70 % dan stasiun. Di dalam wadah baskom ethyl acetat. diberi larutan alkohol dan air Acuan yang digunakan sabun. Pada setiap area untuk identifikasi ialah Sutrisno pengamatan dipasang empat dan Darmawan, 2010. Spindel & perangkap light trap, pemasangan Mey, 1999, dilakukan saat petang hingga pagi http://mothphotographersgroup.m hari. Pemasangan alat ini sstate.edu dilakukan pada pukul 18.00-06.00 http://www.mothsofborneo.com, WIB dan dilakukan tiga ulangan http://www1.ala.org.au setiap stasiun. Selanjutnya http://www.neutron.phys.ethz.ch ngengat yang terperangkap http://www.pbase.com dan dibawa ke laboratorium untuk http://www.papua-insects.nl diidentifikasi.
Cara Kerja Analisis Data
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013 Hal. 18-26
itu banyak memiliki kesamaan,
Indeks Kelimpahan Relatif dapat dilihat dengan rumus : Odum (1993) menjelaskan 2C bahwa semakin tinggi nilai IS : kelimpahan suatu jenis maka jenis A+B tersebut semakin dominan dalam suatu komunitas : IS : Indeks Kesamaan Sorensen ni A : Jumlah spesies yang dijumpai Di = x 100% di habitat 1 N B : Jumlah spesies yang dijumpai Keterangan: di habitat 2 Di = Indeks kelimpahan relatif C : Jumlah spesies yang dijumpai ni = Jumlah individu jenis ke-i di habitat 1 dan 2 N = Jumlah total individu seluruh jenis Uji Hutcheson Uji Hutcheson digunakan Indeks Keanekaragaman untuk menguji perbedaan Indeks keanekaragaman keanekaragaman spesies kupu- dihitung berdasarkan rumus kupu antar habitat dan waktu. indeks keanekaragaman Shanon- Rumus uji Hutcheson berdasarkan Wiener (Odum, 1993). Zar (1999) adalah: H’ = -∑ (ni/N) ln (ni/N) Dimana : ∑ pi(ln pi)2 - (∑pi ln pi)2 S-1 Var H’ = + H’ = Indeks keanekaragaman N 2N 2 ni = Jumlah individu suatu spesies t= H’1 - H’2 N = Jumlah total individu (Var H’1 + Var H’2)1/2 seluruh spesies (Var H’1 + Var H’2)2 ln = Logaritma normal df = (Var H’1)2/N1 + (Var H’2)2/N2
Indeks perataan spesies Keterangan:
Menurut Odum (1993) H’= Indeks keanekaragaman indeks pemerataan jenis penting spesies untuk dianalisis untuk mengetahui S= Jumlah spesies proporsi dan penyebaran individu N= Total jumlah individu dalam suatu komunitas: H Kriteria : e= - th < t tabel pada α 0.05: tolak Ha, ln s terima Ho th > t tabel pada α 0.05 : terima Ha, tolak Ho S = Jumlah Jenis e = Indeks pemerataan jenis Hasil dan Pembahasan H’= Indeks Shannon-Wiener Komposisi Jenis Kupu-kupu Indeks Kesamaan Hasil pengamatan Menurut Fahrul (2007), keanekaragaman ngengat di nilai indeks kesamaan yang tinggi empat habitat Wana Wisata mempunyai arti spesies-spesies Gonoharjo didapatkan 85 individu yang dibandingkan antar habitat dari 39 spesies dari 10 famili Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013 Hal. 18-26
ngengat. Variasi empat habitat
Wana Wisata Gonoharjo yaitu Tabel 4.1 Jumlah spesies ngengat hutan pinus (HP), hutan campuran tiap famili di Wana Wisata Gonoharjo (HC), daerah aliran sungai (DAS) dan kebun kopi (KK). H Famili KK HP DAS C Kawasan hutan pinus Arctidae 3 1 6 10 memiliki sistem monokultur dengan daerah tengah kawasan Crambidae - 1 6 2 telah bersih tanpa tanaman bawah Eupterotidae - - 1 1 penutup lahan namun demikian Geometridae 4 2 5 5 masih menyisakan beberapa Lasiocampidae - - 1 1 tanaman penutup lantai lahan di Lymantriidae - - 1 - tepian hutan pinus. Enam spesies Noctuidae - 1 7 6 ngengat dari lima famili, jumlah Pryalidae - - 1 1 spesies terbanyak dari Famili Saturnidae - - 1 - Geometridae dua spesies dan satu Spingidae - - 1 1 spesies di tiap famili yang Keterangan HP : Hutan Pinus ditemukan. DAS: Daerah Aliran Sungai Hutan campuran memiliki HC : Hutan Campuran variasi tumbuhan yang sangat KK : Kebun Kopi beragam, sehingga keberadaan tanaman inang dan pakan bagi Kebun kopi hampir sama ngengat sangat ditunjang. Di dengan hutan pinus yaitu memiliki hutan campuran 30 spesies sistem monokultur namun dengan ngengat dari 11 famili Ordo tanaman bawah penutup lahan Lepidoptera. hanya ada tiga spesies tanaman Di hutan campuran, jumlah berbunga dibandingkan hutan spesies terbanyak yaitu tujuh pinus yaitu empat spesies spesies dari Famili Noctuidae dan tanaman berbunga. Jumlah paling sedikit dari lima famili spesies pun lebih sedikit yaitu lainnya. terdapat tujuh spesies kupu-kupu Daerah aliran sungai malam dari dua famili Ordo merupakan daerah penting bagi Lepidoptera. Jumlah spesies kupu-kupu karena sebagai sumber ngengat terbanyak dari Famili mineral bagi kupu-kupu. Adapun Geometridae yaitu empat spesies ketersediaan variasi tanaman yang dan yang sedikit Famili Arctiidae. melimpah seperti tanaman Kelimpahan Relatif Ngengat berbunga untuk diambil Kupu-kupu malam nektarnya. Oleh karena itu, mempunyai delapan spesies yang banyak terdapat 29 spesies dominan, diantaranya Creatonotos tanaman berbunga di DAS, grangis, Nyctimera coleta, sedangkan di HC terdapat 23 Utetheisa lotrix, Pingasa spesies tanaman berbunga. rubicunda, Chiasmia sp, Hutan campuran terdapat Pelagopodes falsafaria dan 30 spesies ngengat. Jumlah Traminda adventiara. spesies terbanyak dari Famili Tajuk kopi yang lebar Arctiidae (10 spesies) dan yang menutupi lantai lahan, tetapi paling sedikit empat famili masih ada celah sedikit untuk masing-masing satu spesies yang tanaman berbunga Ageratum ditemukan (Tabel 4.1). conyzoides dan Stachytarpheta Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013 Hal. 18-26
indica. Ngengat di daerah aliran Hasil inventarisasi tanaman
sungai yang dominan ada enam berbunga pun lebih banyak pada spesies dan 20 spesies yang sub- hutan campuran yaitu 24 tanaman dominan, diantaranya Traminda berbunga, daerah aliran sungai adventiara, Creatonotos transie, terdapat 29 tanaman berbunga Creatonotos grangis, Chiasmia sp, daripada hutan pinus terdapat Pingasa rubicunda. empat tanaman berbunga dan Keanekaragaman Spesies kebun kopi tiga tanaman Ngengat berbunga. Perbedaan jumlah Kawasan Wana Wisata tanaman berbunga pun Gonoharjo mempunyai indeks menunjukkan keberadaan kupu- keanekaragaman ngengat yang kupu pada suatu wilayah tersebut tinggi di kawasan hutan campuran banyak atau sedikit. yaitu H’: 3,3, nilai berbeda sedikit dengan daerah aliran sungai yaitu Tabel 4.2 Matriks Uji Hutcheson H’: 3,24 dan Keanekaragaman indeks keanekaragaman yang paling rendah yaitu hutan jenis ngengat dengan α pinus yaitu H’: 1,79. 0,05. Uji Hutcheson untuk ngengat di hutan pinus dengan Habitat Sungai Hutan Kopi kebun kopi tidak ada perbedaan pinus 4,9904 5,1946 0,3203 yang nyata. Hutan campuran dan * * TS daerah aliran sungai memiliki Sungai 0,3372 4,9384 perbedaan keanekaragaman TS * spesies yang nyata (Tabel. 4.6). Hutan 5,1578 Perbandingan daerah aliran sungai * dengan hutan campuran pun tidak Keterangan :* : Berbeda Nyata TS : Tidak Signifikan ada perbedaan sedangkan dengan kebun kopi memiliki perbedaan yang signifikan, antara hutan Indeks Perataan campuran dan kebun kopi memiliki Analisis indeks perataan perbedaan yang sangat nyata. evenness (e) menunjukkan pada Matriks uji Hutcheson ngengat hutan pinus memiliki habitat hutan campuran dengan indeks perataan yang tinggi yaitu hutan pinus dan kebun kopi pada 1,00 dan di bawahnya berada di ngengat mempunyai perbedaan hutan campuran yaitu 0,97. keanekaragaman. Habitat daerah Indeks perataan spesies kupu-kupu yang ditemukan di aliran sungai dengan hutan pinus dan kebun kopi pada ngengat berbagai habitat Wana Wisata mempunyai perbedaan Gonoharjo menunjukkan nilai yang keanekaragaman yang nyata. Hal bervariasi. ini menunjukkan kompleksnya Tabel 4.3 Indeks perataan spesies struktur habitat hutan campuran dan daerah aliran sungai. Kedua ngengat habitat yang polikultur sehingga banyak tanaman berbunga dan KK HP HC DAS tanaman inang sebagai penyuplai Ngengat 0,98 1,00 0,97 0,98 segala kebutuhan pakan dan inang Keterangan : DAS : Daerah Aliran Sungai, bagi ngengat. HC : Hutan Campuran, HP : Hutan Pinus, KK : Kebun Kopi Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013 Hal. 18-26
tanaman berbunga pada hutan
Kupu-kupu malam berkisar pinus dan kebun kopi sehingga antara e: 0,971-1.00. indeks akan berbeda keanekaragaman perataan tersebut merupakan spesies ngengat. termasuk dalam kategori tinggi, karena melebihi nilai e: 0,6 (Odum,1996). Nilai indeks Simpulan perataan yang tinggi menjelaskan Komposisi jenis ngengat di bahwa tidak ada spesies ngengat Wana Wisata Gonoharjo yang yang sangat dominan dan individu paling tinggi 27 spesies (H’: 3,24). spesies berada di berbagai habitat Ngengat di Daerah Aliran Sungai secara merata. dengan tingkat kesamaan tinggi Kesamaan Spesies Kupu-kupu 74,02 % dengan Hutan Campuran. Kesamaan spesies ngengat Hal ini menandakan DAS memiliki antara hutan pinus, daerah aliran kestabilan lingkungan yang lebih sungai, hutan campuran dan tinggi dibandingkan habitat lain di kebun kopi di Wana Wisata Wana Wisata Gonoharjo. Gonoharjo sangat bervariasi. Spesies ngengat yang dominan di Wana Wisata Tabel 4.4 Kesamaan spesies ngengat Gonoharjo ngengat ada 15 spesies di Wana Wisata Gonoharjo ialah Creatonotos grangis, Creatonotos transie, Eilama DAS HC KK prabana, Nyctemera coleta, HABITAT (%) (%) (%) Nyctemera adversata Utetheisa HP 24,24 27,78 30,77 lotrix, Glyopodes bivitralis, DAS 66,67 35,90 Glyopodes conjuctalis, Chiasmia HC 37,84 sp, Pelagopodes falsafaria, Keterangan : Traminda adventiara Erebus DAS : Daerah Aliran Sungai, HC : Hutan ephsespheris dan Xylautes Campuran, HP : Hutan Pinus, KK : Kebun persona. Spesies sub dominan ada Kopi 31 spesies ngengat. Keanekaragaman spesies Nilai indeks kesamaan tertinggi di hutan campuran yaitu ngengat dengan kesamaan spesies H : 3,24 (ngengat), paling tinggi yaitu 66,67 % keanekaragaman yang paling dengan 19 spesies yang sama. Hal rendah di kebun kopi H : 1,91. ini dimungkinkan karena jumlah tanaman berbunga kedua habitat Daftar Pustaka lebih banyak dibandingkan hutan Anonim. 2012. pinus dan kebun kopi. http://www.discoverlife.org, Indeks kesamaan spesies diunduh pada tanggal 6 antara hutan pinus dengan daerah desember 2012 aliran sungai, hutan campuran dan Anonim. 2012. kebun kopi berkisar 23 – 31 % http://www.mothsofborneo.c (Tabel. 4.8). Rendahnya om, diunduh pada tanggal 22 kesamaan spesies di antara tiga desember 2012 habitat ini karena adanya Anonim. 2012. perbedaan kelimpahan jumlah http://www.neutron.phys.eth tanaman di hutan campuran dan z.ch diunduh pada tanggal 8 daerah aliran sungai. Sedikitnya November 2012 Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013 Hal. 18-26
Anonim. 2012. http://www.papua- Gadjah Mada University
insects.nl diunduh pada Press, Yogyakarta. tanggal 8 desember 2012 Michael. P. 1984. Ecological Anonim. 2012. Methods for Field and http://www.pbase.com Laboratory Investigation. Mc. diunduh pada tanggal 7 Graw Hill Publishing desember 2012 Company. New york. Anonim. 2012. Molles, M. C. 2005. Ecologi: http://www1.ala.org.au Concepts ond Applications. 3 diunduh pada tanggal 4 Ed. Mc Graw Hill, New York. desember 2012 Pages 399-401. Bibly, C., M.James. & Marsden. Morin, P. J. 1999. Ecologist 2000. Expedition field Community. Blackwell technique. alih bahasa: Science. USA. Yayasan Pribumi Alam Lestari New. T.R, M.B. Bush & Sudarman. (YPAL). Birdlife International- 1987. Butterflies from the Indonesia progam. Bogor. Ujung Kulon National Park. Borror. D. & J. Triplehor. 1992. Indonesia. J.Lepidoptera Pengenalah Serangga. SOC. 41: 29-40. Penerjemah Soetiyono. UGM Perhutani. 2012. www. Press.Yogyakarta. ecotourismperhutani.com. Common. 1970. Lepidoptera (Moth Diakses 5 Agustus 2012 and Butterflies). hal 765-866 Quinn, M & M. Kilyn. 2009. dalam The Insect of Australia. Butterfly Wacthing. Texas Melborne University Press. Park dan Wildlife. Texas. Melborne. Randle, Z. 20ll. Moth Recorded Fachrul, M. F. 2007. Metode Handbook Moth Recording Sampling Bioekologi. Bumi Equipment Butterflies Aksara. Jakarta Conservation press. Australia. Hadi. M., R. Rahadian. & U. Rausher, M. D. 1979. Larval Tarwojo. 2009. Entomologi. Habitat Suitability and P.T Graha Ilmu. Semarang. Oviposition preference in Herawati, S. 2007. Kupu-kupu di Three related Butterflies. Kampus Unila Lampung. Unila Ecology. 60:503-511. Press. Lampung. Stokes, D. & E. Williams. 1991. Krebs, C. T. 1989. Ecological The Butterfly Book The Methodology. Herper and Complete Guide to Butterfly Row Publisher. New york. Gardening, Identification and Kristanto, A. & F. Momberg. 2008. Behavior. First Edition. New Alam Jakarta & Panduan york USA: Litle Brown and Kemekaragaman Hayati Yang Company. Tersisa di Jakarta. PT Raja Sugianto, A. 1994. Ekologi Grafindo Persada. Jakarta. kuantitatif metode analisa Magurrarn A. E.. 1988. Ecological populasi dan komunitas. Diversity and its Penerbit Usaha Nasional. Measurernenf. Princenton Surabaya. University Press, USA. Sutherland, W. A. Pullin, P. McNaughton, S. J & L. L. Wolf. Dolman., & T. Knight. 2004. 1990. Ekologi Umum. The need for evidence based Penerjemah Soenaryo. conservation trends in Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013 Hal. 18-26
ecology & evolution. 19.305-
308. Sutrisno, H. & Darmawan. 2010. Kajian Biodiversitas Serangga Kupu-kupu Malam Ternate. LIPI Press. Bogor. Syam, Y. 2011. Popehramu Rokan. komunitas rokan lepidoptera. Pasir pengaraian. Riau. Tubadepu, H & D. Buchori. 2006. Butterfly Community Structure in Bukit Barisan Selatan National Park. PEKA Indonesia-WCS. Bogor. Whitten. R., Soeriyahnojo & Soeroyo 1996. Ecology Java and Bali. Periplus Edition. Singopore.