You are on page 1of 11

JURNAL HUTAN LESTARI (2019)

Vol. 7 (1) : 316 – 326

KEANEKARAGAMAN AVIFAUNA DIURNAL PADA KAWASAN


MEMPAWAH MANGROVE PARK DAN SEKITARNYA DI DESA PASIR
KABUPATEN MEMPAWAH

Diversity Of Avifauna In Mempawah Mangrove Park And Surroundings In Pasir Village


Mempawah District

Apik Prabowo, Iswan Dewantara, Hari Prayogo


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak. Jl. Daya Nasional Pontianak 78124
E-mail: apikprabowo.ap@gmail.com

Abstrak
Avifauna is one of the animals that is easily found in various places, and is one indicator of
environmental quality. Avifauna has the ability to spread seeds, help pollinate, natural
predators of other animals, and others. This study aims to record the diversity of diurnal
avifauna in area Mempawah Mangrove Park and its surroundings in Pasir Village Mempawah
Hilir Subdistrict, Mempawah district. The research method used the Point count method, whose
observation points are obtained by Purposive sampling, carried out on 9 July-9 August 2018.
The results of observations were 35 species of avifauna consisting of 24 families which were
divided into three habitats, in the mangrove habitat there were 18 species and 15 families,
mixed garden contained 22 species and 18 families, and rice field contained 17 species and 11
families. The dominance index in the mangrove habitat is C = 0.40, mixed garden is C = 0.10
and rice is C = 0.13, indicates that no species dominates the other species, meaning the role of
the avifauna species found in all three same habitat. Diversity index shows that mixed garden
habitat has a higher species diversity with (𝐻) = 2.66, mangrove habitat is (𝐻) = 2.43 and a
rice field habitat is (𝐻) = 2.40, indicates that the three habitats have diversity with moderately
criteria. Evenness index in mangrove habitat is (E) = 0.84, in mixed garden habitat is (E) =
0.85 and a rice field habitat is (E) = 0.85, indicates the three habitats the abundance includes
evenly distributed or included in a stable community. The highest similarity index of avifauna
species is between mangrove habitat and mixed garden with a percentage of 53.58%, rice field
habitat with a garden with a percentage of 53.19%, and mangrove habitat with rice fields with
a percentage of 38.49%. The highest similarity was between.
Keywords: Avifauna, Diversity, Mempawah Mangrove Park.

PENDAHULUAN setiap tempat, tetapi untuk hidupnya


Satwa avifauna merupakan salah satu memerlukan syarat-syarat tertentu yaitu
satwa yang mudah dijumpai diberbagai adanya kondisi habitat yang cocok, baik,
tempat, dan mempunyai posisi yang serta aman dari segala macam gangguan
penting sebagai salah satu kekayaan satwa (Syafrudin 2011). Penyebaran suatu jenis
di Indonesia. Jenisnya sangat avifauna disesuaikan dengan kemampuan
beranekaragam dan masing-masing jenis pergerakannya atau kondisi lingkungan
memiliki nilai keindahan tersendiri seperti pengaruh luas kawasan, ketinggian
(Wisnubudi 2009). Avifauna merupakan tempat dan letak geografis. Faktor yang
salah satu satwa yang terdapat hampir di menentukan keberadaan avifauna

316
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 316 – 326

diantaranya meliputi ketersediaan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah


makanan, tempat untuk istirahat, bermain, untuk mendata keanekaragaman jenis
berkembangbiak, bersarang, bertengger avifauna diurnal yang ada pada kawasan
dan berlindung. Kehadiran suatu avifauna Mempawah Mangrove Park dan
pada suatu habitat merupakan hasil sekitarnya di Desa Pasir Kecamatan
pemilihan karena habitat tersebut sesuai Mempawah Hilir Kabupaten Mempawah
untuk kehidupannya. Kawasan serta memberikan kontribusi dalam ilmu
Mempawah Mangrove Park dan pengetahuan mengenai keanekaragaman
sekitarnya di Desa Pasir merupakan salah jenis avifauna diurnal, khususnya pada
satu kawasan yang menjadi habitat kawasan hutan mangrove serta
avifauna dalam proses memberikan informasi dan referensi bagi
perkembangbiakannya. pengembangan seperti melakukan upaya
Penelitian mengenai avifauna penting perlindungan dan pelestarian satwa liar
dilakukan, karena jika suatu areal tersebut avifauna pada kawasan Mempawah
memiliki kelimpahan avifauna yang tinggi, Mangrove Park dan sekitarnya.
maka bisa menjadi salah satu indikator METODE PENELITIAN
bahwa kondisi lingkungan itu baik. Hal ini Penelitian ini dilaksanakan di
dikarenakan avifauna memiliki kawasan Mempawah Mangrove Park dan
kemampuan untuk menyebarkan biji, sekitarnya yaitu di tiga kondisi habitat
membantu penyerbukan, predator alami diantaranya habitat mangrove, habitat
satwa lain, dan lain-lain. Avifauna dalam kebun dan habitat sawah di Desa Pasir
melakukan aktivitasnya membutuhkan Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten
habitat yang sesuai. Salah satu habitat Mempawah dengan waktu penelitian
yang diduga baik untuk satwa liar avifauna dimulai pada bulan Juli – Agustus 2018.
adalah pada kawasan Mempawah Alat dan bahan yang digunakan adalah
Mangrove Park dan sekitarnya di Desa Peta lokasi, GPS, binokuler, kamera, jam
Pasir Kecamatan Mempawah Hilir. tangan, tally sheet,dan buku panduan
Pengembangan dan perhatian yang pengamatan “Burung-burung di Sumatera,
dilakukan pada kawasan hutan mangrove Jawa, Bali, dan Kalimantan” (MacKinnon
dan sekitarnya di MMP yang dapat et al, 2010). Objek penelitian adalah
menciptakan habitat yang baru, diduga avifauna diurnal yang ada di kawasan
akan menambah keanekaragaman jenis Mempawah Mangrove Park dan
avifauna pada kawasan tersebut, karena sekitarnya di habitat mangrove, sawah dan
seperti diketahui bahwa satwa liar avifauna kebun.
juga merupakan salah satu bagian Penelitian ini menggunakan metode
indikator dalam keseimbangan ekositem. Point count (titik hitung) (Bibby et al.,
Penelitian mengenai keanekaragaman 2000) yang titiknya ditentukan dengan
jenis avifauna diurnal perlu untuk purposive sampling (secara sengaja).
dilakukan, karena di kawasan MMP dan Metode point count digunakan setelah
sekitarnya belum pernah dilakukan. melakukan eksplorasi di tiga habitat

317
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 316 – 326

tersebut yang ada di Mempawah Analisis Data


Mangrove Park dan sekitarnya yang Keanekaragaman jenis avifauna pada
dilakukan dalam waktu beberapa hari, setiap lokasi penelitian dihitung
sampai benar-benar mendapatkan tempat menggunakan beberapa analisis, yaitu
yang pas sebagai titik pengamatan. sebagai berikut :
Penelitian dilakukan pada saat satwa liar a. Indeks Dominansi (Simpson’s Indeks)
avifauna melakukan aktifitas, yaitu pukul 𝒏𝒊 𝟐
C=∑
05.30-09.00 WIB diduga pada saat 𝑵
Ket :
avifauna mencari makan, dilanjutkan
ni = Jumlah individu suatu jenis
pukul 12.00-13.30 WIB diduga pada saat N = Jumlah individu dari seluruh jenis
avifauna istirahat/sedang bermain, dan Kriteria dominansi yaitu :
pada pukul 15.30-17.30 WIB diduga pada Indeks dominansi bernilai antara 0 –
saat avifauna ingin kembali ke sarang. 1, jika nilai C mendekati 0 atau semakin
Pelaksanaannya adalah dalam suatu kecil maka tidak terdapat jenis yang
kawasan/habitat, dimulai dari pukul 05.30 mendominasi jenis lainnya sedangkan jika
pada titik pertama yang dilakukan nilai C mendekati angka 1 atau semakin
pengamatan selama 20 menit dan besar, maka terdapat jenis yang
dilanjutkan ke titik/tempat pengamatan mendominasi jenis lainnya.
selanjutnya dengan durasi yang sama. b. Indeks Keanekaragaman Jenis
Pengamatan dilakukan dengan 3 kali
𝐻 = − 𝛴 Pi ln Pi, dimana Pi =
ulangan, dengan kembali ke titik pertama,
Ket :
dalam waktu yang berbeda, pengamatan
𝐻 = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
dilakukan dengan cara yang sama pada Pi = Proporsi individu suatu spesies (𝑛 ) terhadap
ketiga habitat. keseluruhan individu yang dijumpai (N)
Rute dalam pengamatan pada ketiga In = Logaritma natural
habitat yaitu kawasan mangrove, kebun c. Indeks Kemerataan
dan sawah mengikuti jalur titik dari hasil E=
𝑯
eksplorasi ke seluruh kawasan masing- 𝐥𝐧 𝑺
Ket :
masing habitat. Jarak antar titik satu
𝐻 = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
dengan yang lainnya bersifat ln = Logaritma natural
dinamis/berubah-ubah tergantung pada S = Jumlah jenis
kondisi titik yang telah ditentukan sesuai d. Tingkat pertemuan
dengan kriteria. Data tingkat pertemuan dapat dibagi
R = min 25 m menjadi kategori ordinal mentah
kelimpahan (misalnya berlimpah, umum,
min = 75 m sering, jarang dan langka).
Tingkat pertemuan:
Jumlah individu tiap jenis avifauna
Jumlah jam pengamatan
Gambar 1. Titik hitung pada pengamatan
(Calculating point on observation)

318
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 316 – 326

Tabel 1. Kriteria tingkat pertemuan (Meeting level criteria)


Kategori Kelimpahan
Nilai Kelimpahan Skala Urutan
(Jumlah Individu Per 10 Jam
(Abundance score) (Ordinal scale)
Pengamatan)
≤1,1 1 Langka
1,2 – 22,2 2 Jarang
22,3 – 111,1 3 Sering
111,2 – 444,4 4 Umum
> 444,4 5 Melimpah
e. Indeks Kesamaan Jenis jenis didalam komunitas pada habitat
Analisis indeks kesamaan spesies tertentu, ditentukan dengan
antar habitat, Indeks kesamaan menggunakan rumus :
(Similarity index) dihitung dengan Kr =
𝒏𝒊
x 100%
𝑵
menggunakan rumus (Indriyanto, 2006; Ket :
Maya Adelina 2016). ni = Jumlah individu suatu jenis
𝟐𝑪 N = Jumlah individu dari seluruh jenis
IS =
𝑨 𝑩 HASIL DAN PEMBAHASAN
Ket : A. Komposisi Jenis Burung Diurnal
A = Jumlah spesies dalam komunitas A
Komposisi jenis avifauna diurnal
B = Jumlah spesies dalam komunitas B
C = jumlah spesies yang sama pada kedua yang ditemui di kawasan Mempawah
komunitas Mangrove Park dan sekitarnya di Desa
f. Kepadatan relatif Pasir Kabupaten Mempawah yaitu di 3
Penentuan kepadatan berfungsi macam habitat antara lain di hutan
untuk menentukan atau menetapkan mangrove, kebun campuran dan sawah
komposisi avifauna dari masing-masing dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :

319
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 316 – 326

Tabel 2. Daftar jenis avifauna yang ditemukan secara kesluruhan di kawasan Mempawah
Mangrove Park dan sekitarnya. (List species of avifauna found in totality in area
Mempawah Mangrove Park and its surroundings.)

Lokasi Status Perlindungan


No Family Nama ilmiah English name Nama lokal
KBN MNG KBN PP IUCN CITES
Haliaeetus White-bellied sea-
1 Accipitridae Burung elang putih - - 1 AB LC II
leucogaster eagle
Haliastur
Brahminy kite Burung elang 4 1 2 AB LC II
2 Accipitridae indus
Aegithina
3 Aegithinidae Common lora Sirtu 8 2 - LC
tiphia
Todirhamphu
4 Alcedinidae Collared kingfisher Burung raja udang 3 3 - A LC
s chloris
Ardeola
5 Ardeidae Javan pond heron Burung bangau 8 - - B LC
speciosa
Ixobrychus
6 Ardeidae Cinnamon bittern Keroa becing - - 2 LC
cinnamomeus
7 Campephagidae Lalage nigra pied triller Burung kapas putih 3 - - LC
8 Ciconiidae Bubulcus ibis Cattle egret Burung bangau 3 - - A LC
Prinia
9 Cisticolidae Plain prinia Burung ceriak padi - 3 3 LC
inornata
Streptopelia Eastern Spotted
10 Columbidae Tekukur - 7 3 LC
chinensis Dove
11 Columbidae Treron olax little green-pigeon Punai biasa 1 - - LC
Treron Pink-necked green-
12 Columbidae Punai laut - 2 7 LC
vernans pigeon
Centropus
13 Cuculidae Greater Coucal Burung Bubut - 3 3 LC
sinensis
Dicaeum Orange-bellied
14 Dicaeidae Burung api-api - 1 - LC
trigonostigma flowerpecker
Lonchura
15 Estrildidae Dusky munia Burung pipit hitam 2 1 7 LC
fuscans
Lonchura
16 Estrildidae Chestnut munia Burung pipit merah - - 17 LC
malacca
Lonchura Scaly-breasted
17 Estrildidae Burung pipit hitam - - 9 LC
punctulata munia
Hirundo Burung layang-
18 Hirundinidae Barn swallow 37 23 24 LC
tahitica layang batu
19 Laniidae Lanius schach Long-tailed shrike Burung pentet - - 1 LC
Pachycephala Burung kacial
20 Pachycephalidae Mangrove whistler 1 - - LC
grisola bakau
Passer Eurasia Tree
21 Passeridae Burung Gereja 4 1 - LC
montanus Sparow
Dinopium Pelatuk
22 Picidae Common flamebcak - 2 - LC
javanense bawang/besi
Picus Banded Pelatuk kepala
23 Picidae - 1 - LC
miniaceus woodpacker merah
Loriculus Blue-crowned
24 Psittacidae Burung srindit - 2 - B LC
galgulus hanging-parrot
Pycnonotus Sooty-Headed
25 Pycnonotidae Kutilang 6 4 5 LC
aurigaster Bulbul
Pycnonotus Yellow-vented
26 Pycnonotidae Burung amporok 9 8 6 LC
goiavier bulbul
Anthreptes Brown-throated
27 Nectariniidae Burung cuit kelapa - 8 2 A LC
malacensis sunbird
Nectarinia Copper-throated
28 Nectariniidae Burung cuit hitam 5 1 - A LC
calcostetha sunbird
Nectarinia Olive-Backed
29 Nectariniidae Burung Cuit Madu 6 6 2 A LC
jugularis Sunbird
Nectarinia Purple-throated Burung madu
30 Nectariniidae 4 - - A LC
sperata sunbird pengantin
Amaurornis White-breasted
31 Rallidae Keroa padi - - 2 LC
phoenicurus waterhen
Rhipidura
32 Rhipiduridae Pied fantail Burung silat-silat 6 5 - AB LC II
javanica
Acridotheres
33 Sturnidae Javan myna Jalak biasa - 3 - LC
javanicus

320
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 316 – 326

Orthotomus Ceriak kepala


34 Sylviidae Ashy tailorbird 7 1 - LC
ruficeps merah
Malacocincla Burung pelanduk
35 Timaliidae Horsfield's babbler - 4 - LC
sepiarium semak

Hasil pengamatan di habitat international menurut CITES, tercatat ada


mangrove, ditemukan sebanyak 18 jenis 2 jenis avifauna, yang termasuk kedalam
avifauna dari 15 family. Family yang kategori Apendiks II yaitu Rhipidura
mendominasi adalah Hirundinidae dan javanica dan Haliastur indus. Kategori
Pycnonotidae yaitu 37 individu dan 15 status konservasi terhadap spesies,
individu dalam rata-rata harian avifauna mengacu pada IUCN, yaitu keseluruhan
yang ditemukan. Tercatat 8 jenis avifauna dari 23 jenis tersebut dikategorikan Least
yang dilindungi dalam status perlindungan concern (beresiko rendah).
yaitu (A. PP No.7 tahun 1999 dan B. Hasil pengamatan di lokasi sawah,
PERMENLHK No. P.20 tahun 2018). ditemukan sebanyak 17 jenis avifauna dari
Status perdagangan international menurut 11 family. Family yang mendominasi
CITES (Convention on International adalah family Hirundinidae dan Estrildidae
Trade in Endangered Species of Wild yaitu 24 individu dan 33 individu dalam
Fauna and Flora) tercatat ada 2 jenis rata-rata harian avifauna yang ditemukan.
avifauna yang termasuk kedalam kategori Tercatat 4 jenis avifauna yang dilindungi
Apendiks II (spesies yang tidak terancam dalam status perlindungan yaitu (A. PP
kepunahan, tetapi mungkin terancam No.7 tahun 1999 dan B. PERMENLHK
punah bila perdagangan terus berlanjut No. P.20 tahun 2018). Status perdagangan
tanpa adanya pengaturan/berlebihan) yaitu international menurut CITES tercatat ada 2
Rhipidura javanica dan Haliastur indus. jenis avifauna yang termasuk kedalam
Kategori status konservasi terhadap kategori Apendiks II yaitu Haliaeetus
spesies, mengacu pada IUCN leucogaster dan Haliastur indus. Kategori
(International Union for the Conservation status konservasi terhadap spesies,
of Nature and Natural Resources), yaitu mengacu pada IUCN, yaitu keseluruhan
keseluruhan dari 18 jenis tersebut dari 17 jenis tersebut dikategorikan Least
dikategorikan Least concern (beresiko concern (beresiko rendah).
rendah). Jenis-jenis avifauna dari ketiga habitat
Hasil pengamatan di habitat kebun tersebut yang masuk kedalam daftar
ditemukan sebanyak 23 jenis avifauna dari dilindungi menurut aturan PP No. 7 tahun
18 family. Family yang mendominasi 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan
adalah Hirundinidae dan Nectariniidae dan satwa yaitu Raja Udang
yaitu 23 individu dan 15 individu dalam (Todirhamphus chloris), Kuntul kerbau
rata-rata harian avifauna yang ditemukan. (Bubulcus ibis), Madu kelapa (Anthreptes
Tercatat 7 jenis avifauna yang dilindungi malacensis), Madu bakau (Nectarinia
dalam status perlindungan, yaitu (A. PP calcostetha), Madu sriganti (Nectarinia
No.7 tahun 1999 dan B. PERMENLHK jugularis), Madu pengantin (Nectarinia
No. P.20 tahun 2018). Status perdagangan sperata). Menurut aturan PERMENLHK

321
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 316 – 326

No. P.20 tahun 2018 tentang jenis kelestariannya dan mengusahakan untuk
tumbuhan dan satwa yang dilindungi yaitu memberikan ekosistem yang nyaman bagi
Blekok sawah (Ardeola speciosa), Srindit avifauna tersebut.
melayu (Loriculus galgulus) dan satwa B. Struktur Jenis Avifauna Diurnal
avifauna yang dilindungi dari kedua aturan Struktur jenis avifauna diurnal yang
tersebut adalah Elang laut dada putih terdapat di kawasan Mempawah
(Haliaeetus leucogaster), Elang bondol Mangrove Park dan sekitarnya yaitu di tiga
(Haliastur indus) dan Kipasan belang jenis habitat, mangrove, kebun campuran
(Rhipidura javanica). Artinya, jumlah dari dan sawah yang telah dilakukan
satwa yang dilindungi, menandakan pengamatan pada waktu pagi, siang dan
bahwa ketiga habitat masih mampu dalam sore hari dapat diketahui berdasarkan hasil
menyediakan lingkungan yang aman dan perhitungan dari Indeks dominansi, Indeks
nyaman bagi satwa-satwa tersebut, baik keanekaragaman, Indeks kemerataan,
dalam mencari makan maupun untuk Indeks kesamaan jenis, Tingkat pertemuan
berkembang biak. Avifauna yang terdapat dan Kepadatan relatif yang dapat dilihat
di kawasan tersebut dan termasuk dari tabel 3 berikut ini :
dilindungi harus tetap dijaga
Tabel 3. Indeks Dominansi, Keanekaragaman Jenis, Kemerataan, dan Kesamaan
Jenis (Dominance Index, Species Diversity, Evenness index and Similarity
index)

Lokasi
Indeks Mangrove Kebun campuran Sawah
(M) (K) (S)
Dominansi (C) 0,40 0,10 0,13
Keanekaragaman jenis (H) 2,43 2,66 2,40
Kemerataan (E) 0,84 0,85 0,85
(M/K) 53,58 %
Kesamaan jenis (IS) (M/S) 38,49 %
(S/K) 53,19 %

Indeks dominansi digunakan untuk kondisi tidak stabil karena terjadi tekanan
mengetahui kekayaan spesies serta ekologis. Hasil spesies-spesies yang
keseimbangan jumlah individu setiap mendominasi dari ketiga habitat yaitu
spesies dalam ekosistem. Fachrul (2008), mangrove, kebun dan sawah menunjukkan
menyatakan bahwa indeks dominansi hasil perhitungan indeks dominansinya
Simpson bernilai antara 0 – 1, jika nilai C mendekati nol (0). Nilai dominansi untuk
mendekati 0 berarti tidak terdapat jenis habitat mangrove adalah C = 0,40, habitat
yang mendominasi jenis lainnya atau kebun dengan C = 0,10 dan habitat sawah
komunitas berada dalam kondisi stabil, dengan C = 0,13, sehingga dari 18 spesies
sedangkan jika nilai C mendekati 1 berarti yang ditemukan di mangrove, 23 spesies
terdapat jenis yang mendominasi jenis yang ditemukan di kebun dan 17 spesies
lainya atau komunitas berada dalam yang ditemukan di sawah tidak ada jenis

322
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 316 – 326

yang mendominasi jenis yang lain, artinya macam sumber pakan, memungkinkan
peranan spesies avifauna yang ditemukan memiliki jenis avifauna yang banyak.
pada ketiga habitat sama. Hal yang Penelitian lainnya tentang
membuat tidak adanya avifauna yang keanekaragaman avifauna di Kawasan
mendominasi, bisa disebabkan dari Mangrove sekitar di daerah Sungai bakau
beberapa faktor, salah satunya adalah kecil dan Desa Peniti Luar Kabupaten
faktor makanan, ketersediaan makanan Mempawah yang dilakukan oleh Angga
yang cukup membuat spesies yang ada, (2015) adalah nilai Indeks
tidak menciptakan persaingan dalam hal keanekaragaman untuk lokasi Desa Peniti
mencari makan. Luar yaitu 2,14 sedangkan untuk lokasi
Keanekaragaman jenis avifauna Desa Sungai Bakau Kecil yaitu 1,86.
berbeda dari suatu tempat ke tempat Perbandingan untuk hasilnya di lokasi
lainnya tergantung pada kondisi Desa Peniti Luar mendekati dengan
lingkungan dan faktor yang berpengaruh. penelitian yang saya lakukan di MMP
Menurut Shannon-wiener; Oki Hidayat sedangkan untuk Sungai Bakau Kecil
(2013), kisaran atau kriteria kurang, faktor yang menentukan bisa dari
keanekaragaman jenis (𝐻 ) antara 1-3. kondisi lingkungan sekitar, semakin tinggi
Kriteria nilai 𝐻 < 1 berarti nilai Indeks keanekaragaman berarti
keanekaragaman rendah, jika 1 < 𝐻 < 3 semakin beragam jenis yang terdapat pada
berarti keanekaragaman sedang dan jika 𝐻 komunitas tersebut.
> 3 berarti keanekaragaman tinggi. Hasil Indeks kemerataan (E) dalam suatu
perhitungan indeks keanekaragaman jenis habitat berkisar antara 0-1, yaitu apabila 0
avifauna pada masing-masing lokasi, < E ≤ 0,5 maka komunitas dikatakan
menunjukkan bahwa habitat mangrove tertekan, apabila 0,5 < E ≤ 0,75 maka
memiliki nilai indeks (𝐻 ) = 2,43, habitat komunitas dikatakan labil, dan apabila
sawah dengan nilai indeks (𝐻 ) = 2,40 dan nilai indeks kemerataan 0,75 < E ≤ 1
kebun memiliki nilai indeks maka komunitas stabil, menurut Daget
keanekaragaman jenis yang lebih tinggi (1976); Solahudin (2003). Hasil
dengan nilai Indeks (𝐻 ) = 2,66. Nilai perhitungan indeks kemerataan jenis
tersebut menunjukkan bahwa ketiga lokasi avifauna pada masing-masing lokasi, yaitu
memiliki keanekaragaman dengan kriteria pada lokasi mangrove indeks kemerataan
sedang. Hal ini dikarenakan beragam jenis (E) = 0,84, di lokasi kebun indeks
vegetasi yang terdapat pada lokasi kebun kemerataannya (E) = 0,85 dan lokasi
memungkinkan untuk menyediakan daya sawah memiliki indeks kemerataan (E) =
dukung lingkungan yang mencukupi untuk 0,85. Berdasarkan nilai indeks kemerataan
avifauna tersebut hidup dan mencari tersebut, maka pada ketiga habitat
makanan. Widodo (2009) memberikan kelimpahannya termasuk merata atau
pernyataan bahwa habitat yang kondisinya termasuk dalam komunitas stabil.
baik dan jauh dari gangguan manusia serta Kemerataan jenis yang rendah dapat
didalamnya mengandung bermacam- disebabkan oleh berbagai macam faktor,

323
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 316 – 326

yaitu : (a) adanya persaingan dalam kesamaan jenis avifauna paling tinggi
pemanfaatan sumber daya yang ada. (b) adalah antara habitat mangrove dengan
adanya perburuan secara besar-besaran kebun dengan persentase 53,58%. Habitat
sehingga jenis dan jumlah individu sawah dengan kebun dengan persentase
avifauna semakin berkurang. (c) tidak 53,19 %, habitat mangrove dengan sawah
dapat menyesuaikan diri pada lokasi yang dengan persentase 38,49 %. Tinggi atau
baru. (Magurran 2004; Syahadat 2015). rendahnya dari nilai kesamaan jenis pada
Tingkat Pertemuan dilakukan untuk masing-masing lokasi pengamatan bisa
menghitung setiap spesies disuatu habitat disebabkan dari kondisi jenis vegetasi
dengan membagi jumlah avifauna yang yang berbeda dan jenis makanan yang
tercatat setiap jenisnya dengan jumlah jam dimakan avifauna di suatu habitat, karena
yang dihabiskan didalam pengamatan, sebagian jenis avifauna ada yang
memberikan gambaran avifauna perjam memakan bagian dari tumbuh-tumbuhan,
untuk setiap spesies. Informasi tambahan seperti biji-bijian, buah, nektar pada bunga
juga dapat diperoleh dengan menentukan serta ada beberapa spesies yang memakan
tingkat pertemuan terpisah untuk setiap serangga dan ikan. Menurut (Ardley
jenis habitat yang luas, misalnya seperti 1984; Eko 2018) bahwa setiap spesies
pada pengamatan ini yang dilakukan di avifauna hanya memakan jenis makanan
lokasi hutan mangrove, kebun campuran tertentu saja dan ia akan hidup nyaman
dan sawah. Data tingkat pertemuan dapat pada kondisi lingkungan yang sesuai
dibagi menjadi kategori ordinal mentah dengan dirinya tersebut.
kelimpahan (misalnya berlimpah, umum, KESIMPULAN
sering, jarang dan langka). Kategori untuk Berdasarkan dari hasil penelitian dan
tingkat pertemuan pengamatan ini adalah uraian pembahasan yang dilakukan pada
hasil modifikasi dari kategori dalam buku tiga habitat di Mempawah Mangrove Park
“Expedition Field Techniques Bird dan sekitarnya, yaitu di habitat mangrove,
Surveys” dari Colin Bibby et al., yaitu kebun campuran dan sawah, maka dapat
untuk nilai ≤ 1,1 kategori langka, nilai 1,2 ditarik kesimpulan sebagai berikut :
– 22,2 kategori jarang, nilai 22,3 – 111,1 1. Keanekaragaman jenis avifauna yang
kategori sering, kategori 111,2 – 444,4 ditemukan di habitat mangrove, kebun
kategori umum dan nilai > 444,4 kategori campuran dan sawah dijumpai
melimpah. sebanyak 35 jenis avifauna yang terdiri
Hasil pengamatan yang dilakukan di dari 24 family dengan total
tiga habitat yang berbeda yaitu hutan keseluruhannya sebanyak 305 individu.
mangrove, kebun campuran dan sawah Pengamatan di lokasi mangrove tercatat
memiliki beberapa kesamaan jenis sebanyak 18 jenis avifauna dengan rata-
avifauna yang ditemukan. Indeks rata total keseluruhan 117 individu
kesamaan jenis dapat digunakan untuk yang termasuk kedalam 15 family.
melihat kesamaan antara jenis avifauna Lokasi kebun campuran tercatat
pada setiap habitat yang berbeda. Indeks sebanyak 22 jenis avifauna dengan rata-

324
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 316 – 326

rata total keseluruhan 92 individu yang mendapat informasi data yang


termasuk kedalam 18 family, serta pada diperbarui.
lokasi sawah tercatat sebanyak 17 jenis DAFTAR PUSTAKA
avifauna dengan rata-rata total Angga. 2015. Keragaman Jenis Burung
keseluruhan 96 individu yang termasuk Air Di Kawasan Hutan Mangrove
Primer Dan Hutan Mangrove Hasil
kedalam 11 family.
Reboisasi Di Kabupaten
2. Keanekaragaman jenis avifauna Mempawah. Protobiont 4:118-125.
tertinggi yang dilihat dari nilai indeks
Bibby C, Martin J, Stuart M. 2000.
keanekaragaman jenis berdasarkan
Expedition Field Techniques.
indeks Shannon-wiener adalah di Cambridge: Birdlife International.
habitat kebun dengan nilai 2,66 yang
Eko PH. 2018. Studi Keanekaragaman
menunjukkan bahwa habitat kebun
Jenis Burung Diurnal Di Seksi
memiliki keanekaragaman dengan Pengelolaan Taman Nasional (Sptn)
kriteria sedang dengan nilai tertinggi Wilayah iii Selimbau Taman
setelah habitat mangrove dengan nilai Nasional Danau Sentarum
2,43 dan habitat sawah dengan nilai Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi
2,40. Kalimantan Barat. Jurnal Hutan
SARAN Lestari 6. 2 : 293-298.
1. Perhatian khusus mengenai satwa Fachrul MF. 2008. Metode Sampling
avifauna di Mempawah Mangrove Park Bioekologi. PT Bumi Aksara.
perlu untuk dilakukan, salah satunya Jakarta.
dengan terus berupaya dalam MacKinnon JK, Phillipps K, Bas VB.
menciptakan vegetasi sekitar, sebagai 2010. Burung-burung di Sumatera,
kebutuhan utama avifauna dalam Jawa, Bali dan Kalimantan
berlindung, berkembang biak serta (Termasuk Sabah, Serawak dan
Brunei Darussalam). Puslitbang
mencari makan. Biologi LIPI. Bogor:Burung
2. Pemberitahuan kepada pihak Indonesia.
pengunjung serta masyarakat sekitar
Maya A. 2016. Keanekaragaman jenis
tentang pentingnya perlindungan, burung di hutan rakyat Pekon
bukan hanya terhadap vegetasi yang Kelungu Kecamatan Kota Agung
ada seperti mangrove, namun juga Kabupaten Tanggamus. Jurnal
terhadap satwa-satwa yang mendiami Sylva Lestari 4. 2:51-60.
kawasan tersebut seperti avifauna. Solahudin AM. 2003. Keanekaragaman
3. Penelitian jenis avifauna diurnal di Jenis Burung Air di Lebak
kawasan Mempawah Mangrove Park Pampangn Kecamatan Pampangan
dan sekitarnya perlu dilakukan secara Kabupaten Ogan Komering Ilir
berkala pada saat musim atau tahun Sumatera Selatan. Jurusan
Manajemen Hutan Fakultas
yang akan datang, sehingga data
Pertanian Universitas Lampung.
avifauna di kawasan tersebut terus
Syafrudin D. 2011. Jurnal
Keanekaragaman Jenis Burung

325
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 316 – 326

Pada beberapa Tipe Habitat Di


Tambling Wildlife Nature
Conservation (TWNC). Diakses
tanggal 12 April 2012 pukul 01.20
Wib.
Syahadat F. 2015. Studi keanekaragaman
jenis burung diurnal di Hutan
Mangrove Pantai Air Mata Permai
Kabupaten Ketapang. Jurnal Hutan
Lestari. 3(1):21─29.
Widodo W. 2013. Kajian fauna burung
sebagai indikator lingkungan di
hutan Gunung Sawal, Kabupaten
Ciamis, Jawa Barat. Prosiding
Seminar Nasional X Pendidikan
Biologi FKIP UNS. FKIP Univ.
Negeri Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 6 Juli 2013. 245-255 hlm.
Wisnubudi G. 2009. Penggunaan strata
vegetasi oleh burung di Kawasan
Wisata Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak. Jurnal Vis Vitalis.
2(2) : 41-49.

326

You might also like