You are on page 1of 12

DUKUNGAN KADER DAN KELUARGA DENGAN PEMANFAATAN POS

PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR DI WILAYAH


KERJA TLOGOSARI DI BONDOWOSO

CADRE AND FAMILY SUPPORT WITH INTEGRATED POST GUIDE


DEVELOPMENT NOT DISEASE IN THE REGIONTLOGOSARI
WORKING IN BONDOWOSO

Arif Eko Trilianto 1), Juniarsih Hariany 2), Pasidi Siddiq 3), Handono Fatkhur Rahman 4)
1, 4)
Program Studi Keperawatan, Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo
2)
Puskesmas Tlogosari Kabupaten Bondowoso
3)
Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso
Jl. KH. Zaini Mun’im No. 01 PP. Nurul Jadid Paiton Probolinggo 67291
email: cece87bws@gmail.com

ABSTRACT

Posbindu is a form of early detection of risk factors carried out continuously and
continuously. Prevention of non-contagious disease is a combination of efforts for independent
maintenance initiatives by officers, the community, and the individuals concerned and health
promotion policies are then implemented intensively. The purpose of the study was to analyze the
relationship between cadre and family support with the use of integrated non-communicable
disease PTM posts in the Tlogosari Community Health Center Tlogosari District work area. The
research design with a cross sectional research approach with a total sample of 221 respondents
who met the inclusion criteria with judgment sampling technique. Then analyzed by chi-square test.
The results of the study showed that out of 221 respondents, most of the cadre support used
Posbindu as many as 119 respondents (53.8%) and most of the families who used Posbindu were
119 respondents (53.8%). Statistical test results with Chi Square test obtained ρ = 0.00, so that ρ
<0.05, interpreted that there is a relationship between cadre support and the use of Posbindu,
likewise there is a family relationship with the use of Posbindu by obtaining ρ = 0.00, so ρ < 0.05.
It was concluded that there was support from cadres and families with the use of Posbindu in the
Tlogosari Community Health Center and it was hoped that the community would really use
Posbindu PTM as the smallest health facility in the community to prevent the increase in the
incidence of non-communicable diseases.

Keywords: Cadre, Family, Posbindu

ABSTRAK

Posbindu merupakan salah satu bentuk dari deteksi dini faktor resiko yang dilakukan secara
terus menerus dan berkesinambungan. Penanggulangan Penyakit Tidak Menular merupakan
kombinasi upaya inisiatif pemeliharaan mandiri oleh petugas, masyarakat, dan individu yang
bersangkutan serta kebijakan promosi kesehatan selanjutnya diimplementasikan kepada masyarakat
secara intensif. Tujuan penelitian menganalisis hubungan dukungan kader dan keluarga dengan
pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (posbindu PTM) di wilayah kerja
Puskesmas Tlogosari Kecamatan Tlogosari. Desain penelitian dengan pendekatan penelitian cross
sectional dengan jumlah sampel sebanyak 221 responden yang memenuhi kreteria inklusi dengan

1
teknik judgement sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 221 responden sebagian
besar dukungan kader yang memanfaatkan posbindu sebanyak 119 responden (53,8%) dan sebagian
besar keluarga yang memanfaatkan posbindu sebanyak 119 responden (53,8%). Hasil uji statistik
dengan uji Chi Square diperoleh ρ = 0,00, Sehingga ρ < 0,05, diinterpretasikan bahwa ada
hubungan dukungan kader dengan pemanfaatan Posbindu, demikian juga ada hubungan keluarga
dengan pemanfaatan Posbindu dengan diperoleh ρ = 0,00, Sehingga ρ < 0,05. Disimpulkan ada
Dukungan Kader dan keluarga dengan Pemanfaatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas
Tlogosari dan diharapkan masyarakat untuk benar-benar memanfaatkan Posbindu PTM sebagai
fasilitas kesehatan terkecil dalam masyarakat untuk mencegah meningkatnya angka kejadian
penyakit tidak menular.

Kata kunci : Kader, Keluarga, Posbindu.

Pendahuluan periodik. Faktor resiko penyakit tidak


Pola kejadian penyakit saat ini menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi
mengalami perubahan yang ditandai dengan minuman beralkohol, pola makan yang tidak
transisi epidemiologi. Perubahan pola sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas, stres,
penyakit yang semula didominasi oleh hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol, serta
penyakit infeksi beralih pada penyakit tidak menindaklanjuti secara dini faktor resiko yang
menular (PTM). Dua dari sepuluh penyebab ditemukan melalui konseling kesehatan dan
utama kematian di dunia disebabkan oleh segera merujuk ke fasilitas pelayanan
penyakit tidak menular, stroke, dan penyakit kesehatan dasar.
jantung iskemik bahkan menjadi penyebab Posbindu PTM merupakan peran serta
kedua teratas baik di negara maju maupun masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi
berkembang. Salah satu strategi yang dini dan pemantauan faktor resiko PTM
dikembangkan pemerintah untuk Utama yang dilaksanakan secara terpadu,
mengendalikan penyakit tidak menular ini rutin, dan periodik. Faktor resiko penyakit
kemudian dikembangkan model Pengendalian tidak menular (PTM) meliputi merokok,
Penyakit Tidak Menular (PTM) berbasis konsumsi minuman beralkohol, pola makan
masyarakat melalui Pos Pembinaan Terpadu yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik,
(Posbindu) PTM. Posbindu PTM merupakan obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi,
bentuk peran serta masyarakat dalam upaya hiperkolesterol, serta menindaklanjuti secara
mengendalikan faktor resiko secara mandiri dini faktor resiko yang ditemukan melalui
dan berkesinambungan. Pengembangan konseling kesehatan dan segera merujuk ke
Posbindu PTM dapat dipadukan dengan fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
upaya yang telah terselenggara di masyarakat. Penanggulangan PTM merupakan
Melalui Posbindu PTM, dapat segera kombinasi upaya inisiatif pemeliharaan
mungkin dilakukan pencegahan faktor resiko mandiri oleh petugas, masyarakat, dan
PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat individu yang bersangkutan serta kebijakan
Indonesia dapat dikendalikan (Kemenkes RI, promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
2012). harus ditangkap secara cerdas selanjutnya
Upaya pengendalian penyakit tidak diimplementasikan kepada masyarakat secara
menular dibangun berdasarkan komitmen intensif, mengingat banyaknya masyarakat
bersama dari seluruh elemen masyarakat yang yang belum tahu tentang berbagai faktor
peduli terhadap ancaman penyakit tidak resiko yang dapat menyebabkan penyakit,
menular melalui Pos Pembinaan Terpadu terutama penyakit tidak menular. Pos
Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) pembinaan terpadu atau Posbindu merupakan
(Kemenkes RI, 2012). Posbindu PTM salah satu bentuk dari deteksi dini faktor
merupakan peran serta masyarakat dalam resiko yang dilakukan secara terus menerus
melakukan kegiatan deteksi dini dan dan berkesinambungan.
pemantauan faktor resiko PTM Utama yang Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan Kabupaten Bondowoso, Tahun 2018 (Rekap

2
SPM Skrining Posbindu PTM), didapatkan Analisis data yang digunakan dalam
data jumlah masyarakat yang diperiksa penelitian ini adalah analisis univariat,
berdasarkan IMT sebanyak 81.838 jiwa dan analisis bivariat dengan uji statistik uji
terdeteksi mengalami Obesitas Umum (≥25 statistik chi-square
kg/m2) sebanyak 16.338 jiwa, yang diperiksa Hasil Penelitian
berdasarkan Tekanan darah sebanayak 82.972 Karakteristik Responden
jiwa dan yang terdeteksi menderita Hipertensi
(≥140/90 mmHg) sebanyak 24.919 jiwa dan Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden
yang diperiksa berdasarkan Gula darah Karakteristik f %
Usia 15 - 45 tahun 191 86,40
sewaktu sebanyak 17.259 jiwa dan yang 45 - 60 tahun 26 11,80
terdeteksi menderita Hiperglikemia (≥200 > 60 tahun 4 1,80
mg/dl) sebanyak 2.636 jiwa. Menurut data Total 221 100
Posbindu PTM Puskesmas Tlogosari tahun Jenis Laki-laki 30 13,60
2018 jumlah kunjungannya sebanyak 3.466 Kelamin Perempuan 191 86,40
jiwa, yang terdeteksi menderita Obesitas Total 221 100
Pendidikan SD/SMP sederajat 39 17,50
Umum sebanyak 619 jiwa, yang terdeteksi SMA/sederajat 173 78,30
menderita Hipertensi sebanyak 1.226 jiwa, Diploma/PT 9 4,10
dan yang terdeteksi menderita Hiperglikemia Total 221 100
sebanyak 6 jiwa. Pekerjaan Tidak bekerja 103 46,60
Perilaku seseorang berkunjung ke PNS/Karyawan 8 3,60
Pensiunan 5 2,30
tempat pelayanan kesehatan ditentukan oleh
Buruh 47 21,30
tiga faktor, yaitu faktor predisposisi (antara Wiraswasta/Pedagang 9 4,10
lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, Petani 28 12,70
karakteristik individu), faktor pemungkin Lainnya 21 9,50
(antara lain ketersediaan sarana kesehatan, Total 221 100
jarak tempuh, hukum pemerintah,
keterampilan terkait kesehatan), dan faktor Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa
penguat (antara lain keluarga, teman sebaya, hampir seluruhnya responden berusia 15 - 45
guru, tokoh masyarakat). (Handayani, 2012) tahun sebanyak 191 responden (86,40 %),
Ketiga faktor tersebut memiliki hubungan dan hampir seluruhnya responden berjenis
pengaruh terhadap perilaku seseorang. kelamin perempuan sebanyak 191 responden
(86,40 %), hampir seluruhnya responden
Tujuan dari penelitian ini (1)
berpendidikan SMA/sederajat sebanyak 173
menganalisis hubungan dukungan kader responden (78,30 %) dan hampir separuh
dengan pemanfaatan pos pembinaan terpadu pekerjaan responden adalah tidak bekerja
penyakit tidak menular (posbindu PTM) di sebanyak 103 responden (46,60 %)
wilayah kerja Puskesmas Tlogosari Berdasarkan output yang terdapat dalam
Kecamatan Tlogosari; (2) menganalisis tabel dapat disimpulkan bahwa nilai
hubungan dukungan keluarga dengan signifikansi dukungan kader, keluarga dan
pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit pemanfaatan Posbindu < 0,05 maka data
tidak menular (posbindu PTM) di wilayah terdistribusi tidak normal.
kerja Puskesmas Tlogosari Kecamatan
Tlogosari; (3) menganalisis hubungan Dukungan Kader
dukungan kader dan keluarga dengan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Dukungan
pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit Kader Bulan Mei 2019
tidak menular (posbindu PTM) di wilayah Dukungan Kader
Kategori
f %
kerja Puskesmas Tlogosari Kecamatan Tidak mendukung 2 0,90
Tlogosari. Mendukung 219 99,10
Total 221 100
Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan Berdasarkan tabel 3 diperoleh bahwa
dalam penelitian ini berjenis penelitian hampir seluruhnya dukungan kader sebanyak
analitik korelational dengan pendekatan 219 responden (99,10 %) dan sebagian kecil
penelitian cross sectional.

3
sebanyak 2 responden (0,90%) kader yang Kategori
Pemanfaatan Posbindu
tidak mendukung. f %
Tidak memanfaatkan 102 46,20
Dukungan Keluarga Memanfaatkan 119 53,80
Total 221 100
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Dukungan
Keluarga Bulan Mei 2019
Dukungan Keluarga
Berdasarkan tabel 5 bahwa sebagian
Kategori besar yang memanfaatkan Posbindu sebanyak
f %
Tidak mendukung 0 0,00 119 responden (53,80 %) dan hampir separuh
Mendukung 221 100,00 yang tidak memanfaatkan Posbindu sebanyak
Total 221 100 102 responden (46,20 %).
Berdasarkan tabel 4 bahwa dukungan
Hubungan Dukungan Kader dengan
keluarga seluruhnya mendukung
Pemanfaatan Posbindu
Analisis yang digunakan pada penelitian
Pemanfaatan Posbindu
ini menggunakan analisis uji Chi Square.
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan
Posbindu Bulan Mei 2019

Tabel 6 Hasil Uji Statistik Hubungan Dukungan Kader dengan Pemanfaatan Posbindu Bulan Mei
2019
Pemanfaatan Posbindu
Tidak Ya Total ρ-Value Nilai rho
f % f % f %
Tidak 2 0,90 0 0,00 2 0,90
Dukungan Kader
Ya 100 45,20 119 53,80 219 99,10 0,00 0,41
Total 102 46,20 119 53,80 221 100,00

Pada tabel 6, dapat dijelaskan bahwa didapatkan rho = 0,41 dikonsultasikan dengan
dukungan kader terhadap Posbindu sebanyak tabel dapat diketahui bahwa harga rho
219 responden (99,10%) dan yang tersebut terletak antara 0,40 - 0,599, hal ini
memanfaatkan Posbindu sebanyak 119 menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang
responden (53,80%). sedang.
Hasil uji statistik dengan uji Chi Square
diperoleh ρ = 0,00, Sehingga ρ < 0,05, ini Hubungan Dukungan Keluarga dengan
berarti dapat diinterpretasikan bahwa ada Pemanfaatan Posbindu
hubungan dukungan kader dengan Analisis yang digunakan pada penelitian
pemanfaatan Posbindu. Adapun untuk ini menggunakan analisis uji Chi Square
mengetahui tingkat hubungan, setelah

Tabel 7 Hasil Uji Statistik Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Posbindu Bulan
Mei 2019
Pemanfaatan Posbindu
Tidak Ya Total ρ-Value Nilai rho
f % f % F %
Dukungan Tidak 0 0,00 0 0,00 0 0,90
Keluarga Ya 102 46,20 119 53,80 221 100,00 0,00 0,42
Total 102 46,20 119 53,80 221 100,00

Pada tabel 7 dapat dijelaskan bahwa Hasil uji statistik dengan uji Chi Square
dukungan keluarga terhadap Posbindu diperoleh ρ = 0,00, Sehingga ρ < 0,05, ini
sebanyak 221 responden (100,00 %) dan yang berarti dapat diinterpretasikan bahwa ada
memanfaatkan Posbindu sebanyak 119 hubungan keluarga dengan pemanfaatan
responden (53,80%). Posbindu. Adapun untuk mengetahui tingkat

4
hubungan, setelah didapatkan rho = 0,42 Faktor jenis kelamin merupakan salah
dikonsultasikan dengan tabel dapat diketahui satu faktor yang berpengaruh terhadap
bahwa harga rho tersebut terletak antara 0,40 - pemanfaatan pelayanan kesehatan karena
0,599, hal ini menunjukkan bahwa terjadi dilihat dari segi tingkat kerentanan manusia
hubungan yang sedang. yang bersumber dari jenis kelamin tersebut
menjadikan tingkat pemanfaatan pelayanan
Hubungan Dukungan Kader dan kesehatan juga berbeda pada masing-masing
Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan jenis kelamin. (Putra, 2010) Responden
Posbindu berjenis kelamin perempuan lebih banyak
Analisis yang digunakan pada penelitian memanfaatkan pelayanan kesehatan
ini menggunakan analisis uji korelasi dibandingkan dengan responden yang berjenis
berganda kelamin laki-laki dikarenakan wanita lebih
banyak memiliki waktu dirumah sebagai ibu
Tabel 8 Hasil Uji Korelasi Berganda Bulan rumah tangga dibandingkan dengan laki-laki
Mei 2019 yang harus bekerja diluar rumah sebagai
Analisis R Sig F. Change kepala keluarga, hal ini juga dilihat karena
Uji Korelasi Berganda 0,52 0,00 wanita memiliki tingkat kekhawatiran yang
lebih besar dibandingkan laki-laki yang
Berdasarkan tabel 8 iperoleh Sig F. sedikit lebih tidak peduli sehingga wanita
Change = 0,00 < 0,05 dan angka R sebesar lebih memperhatikan kondisi kesehatan.
0,52. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi Menurut Peneliti jenis kelamin
hubungan yang kuat antara Dukungan Kader merupakan faktor internal yang berhubungan
dan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan dengan perilaku. Perempuan lebih bersikap
Posbindu. positif dibandingkan laki-laki dalam
mengontrol kesehatan.
Pembahasan
c. Pendidikan Responden
1. Karakteristik Responden Penelitian Hasil penelitian menunjukkan hampir
a. Usia Responden seluruhnya responden berpendidikan
Hasil penelitian karakteristik responden SMA/sederajat sebesar 78,30 %.
berdasarkan usia menunjukkan bahwa hampir Pendidikan merupakan dasar
seluruhnya responden berusia 15 - 45 tahun pengetahuan intelektual yang dimiliki
sebesar 86,40 %. Menurut Notoatmodjo, Usia seseorang, semakin tinggi pendidikan akan
merupakan periode penyesuaian terhadap pola semakin besar kemampuan untuk menyerap
- pola kehidupan baru. Pada masa dewasa ini dan menerima informasi. Sehingga
ditandai dengan adanya perubahan - pengetahuan dan wawasannya luas, selain itu
perubahan jasmani dan mental. Semakin merupakan salah satu faktor yang
bertambah usia seseorang maka akan semakin melatarbelakangi tindakan yang dilakukan
bertambah keinginan dan pengetahuannya dan selanjutnya akan mempengaruhi perilaku
tentang kesehatan ( Notoatmodjo, 2014). seseorang (Mubarak, 2011).
Menurut peneliti umur sangat Tingkat pendidikan terkait dengan
menetukan pemanfaatan pelayanan kesehatan. kemampuan seseorang menyerap informasi
Karena berkaitan dengan gangguan spesifik serta mengenali gejala penyakit sehingga
berbasis umur dan kemampuan individu memiliki keinginan untuk memanfaatkan
berbasis umur dalam mengatasi masalah pelayanan kesehatan dan aktif berperan
kesehatan. mengatasi masalah kesehatannya.
Menurut peneliti masyarakat dengan
b. Jenis Kelamin tingkat pendidikan rendah lebih banyak tidak
Hasil penelitian menunjukkan hampir memanfaatkan pelayanan kesehatan Hal ini
seluruhnya responden berjenis kelamin dikarenakan pendidikan masyarakat yang
perempuan sebesar 86,40 %. rendah cenderung menyebabkan pengetahuan

5
yang rendah pula tentang pentingnya lansia yang menyatakan kader berperan aktif
kesehatan. Mereka kurang memahami tentang (1,20%).
manfaat pelayanan kesehatan dan kondisi Faktor yang mendorong atau
yang ada pada dirinya yang mengharuskan memperkuat terjadinya perilaku, untuk
agar dia segera mengakses pelayanan berperilaku sehat perlu contoh dari tokoh
kesehatan. masyarakat, teman sebaya, petugas kesehatan.
Petugas kesehatan merupakan salah satu
d. Pekerjaan Responden contoh dan motivator bagi masyarakat untuk
Hasil penelitian menunjukkan hampir bisa memanfaatkan Posbindu dengan baik
separuh pekerjaan responden adalah tidak Pelaksanaan Posbindu PTM
bekerja sebesar 46,60 %. dilaksanakan oleh kader kesehatan yang telah
Hal ini menunjukkan bahwa status ada atau beberapa orang dari masing-masing
bekerja maupun tidak bekerja tidak kelompok/ organisasi/ lembaga/ tempat kerja
mempengaruhi masyarakat dalam hal yang bersedia menyelenggarakan posbindu
memanfaatkan Posbindu, masyarakat dengan PTM dengan kriteria berpendidikan minimal
status tidak bekerja tentu memiliki peluang SMA, mau dan mampu melakukan kegiatan
ataupun kesempatan yang lebih besar untuk yang berkaitan dengan posbindu PTM
memanfaatkan pelayanan yang ada karena (Kemenkes, 2012). Peran kader merupakan
sebagian besar waktu mereka habiskan salah satu faktor pendukung yang berperan
dirumah dibandingkan mereka yang bekerja. dalam perilaku kesehatan karena merupakan
Menurut peneliti masyarakat yang faktor penyerta perilaku yang memberikan
memanfaatkan posbindu tidak didukung oleh ganjaran dan berperan bagi menetap atau
kesadaran dan pengetahuan tentang manfaat lenyapnya perilaku (Green, 2005).
posbindu. Sebagian besar responden tidak Menurut peneliti kader kesehatan adalah
mengetahui, sehingga mempengaruhi orang dewasa, baik pria maupun wanita yang
pemanfaatannya. Sebagian besar memilih dipandang sebagai orang yang memiliki
untuk memeriksakan kesehatannya di kelebihan di masyarakatnya, dapat berupa
puskesmas ketika sakit. Selain itu, faktor keberhasilan dalam kegiatan, keluwesan
aksesibilitas juga mempengaruhi jumlah dalam hubungan kemanusiaan, status sosial
kunjungan posbindu. Masyarakat dengan ekonomi dan lain sebagainya. Selain
jarak rumah yang jauh dari lokasi pelaksanaan mempunyai tugas pokok dan fungsi, kader
Posbindu memungkinkan mereka untuk tidak harus berperan aktif dan mampu
memanfaatkan. berkomunikasi dengan baik dalam usaha
mengajak dan memotivasi masyarakat untuk
2. Dukungan Kader memanfaatkan Posbindu PTM.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Kader selain mempunyai tugas dan
bahwa hampir seluruhnya kader mendukung fungsi juga harus mampu berkomunikasi
sebesar 99,10 %. dengan baik yakni mampu mengajak dan
Teori Green mengatakan peran kader memotivasi kelompok maupun masyarakat.
merupakan salah satu faktor pendukung yang Kader harus juga dapat membina semua yang
berperan dalam perilaku kesehatan karena terkait dengan posbindu (Kemenkes, 2012).
merupakan faktor penyerta perilaku yang Komunikasi adalah aspek yang penting
memberikan ganjaran dan berperan bagi untuk tercapainya suatu tujuan program
menetap atau lenyapnya perilaku. Teori ini kesehatan berbasis peran serta masyarakat
sesuai dengan hasil penelitian yang di karena berdampak pada perubahan sikap dan
dapatkan yang menyatakan ada hubungan perilaku kesehatan. Komunikasi akan
bermakna peran kader dengan pemanfaatan mendorong terbangunnya pemberdayaan
Posbindu. Hasil penelitian mendapati (empowerment) yaitu diantaranya kader
responden lansia yang tidak memanfaatkan memiliki cara penyampaian informasi tentang
Posbindu lebih besar proporsinya pada lansia posbindu kepada kelompok terintegrasi
yang menyatakan kader tidak berperan dengan posbindu misalnya saat pertemuan
(98,80%) di bandingkan dengan reponden

6
PKK tingkat RT, RW hingga kelurahan, saat 3. Dukungan Keluarga
kegiatan prolanis, kegiatan kerohanian. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
Komunikasi 2 arah dilakukan oleh bahwa seluruh keluarga mendukung sebesar
kader dan masyarakat dimana keduanya 100,00 %.
saling memberikan hak untuk berbicara atau Hal ini sesuai dengan yang
didengar. Kader mengupayakan peningkatan dikemukakan oleh Setiadi bahwa keluarga
pengetahuan peserta dengan cara memberikan bertindak sebagai sebuah umpan balik untuk
informasi pencegahan PTM secara langsung membimbing ibu dalam menghadapi
agar peserta bisa langsung praktik di rumah permasalahan kehamilan dan sebagai sumber
masing-masing. Cara berkomunikasi kader dan validator identitas keluarga. Keluarga
yaitu memberikan pertanyaan untuk memberi pujian untuk menyemangati ibu
mengetahui sejauh mana pengetahuan dan hamil dalam pemeriksaan kehamilan, bertukar
pencegahan yang sudah dilakukan oleh pendapat tentang kehamilan, dan
peserta. Kader dan peserta mengobrol santai menyelesaikan masalah dengan cara
terkait kesehatan pecegahan PTM agar musyawarah (Setiadi, 2008).
bersedia mengikuti apa yang disarakan oleh Menurut peneliti keluarga sebagai
kader. Kader juga memberikan contoh kasus motivator kuat bagi penduduk untuk
PTM kronis, sehingga peserta tergerak mengikuti kegiatan Posbindu apabila selalu
hatinya untuk mengubah sikap dan perilaku menyediakan diri untuk mendampingi atau
pencegahan posbindu. mengantar ke Posbindu serta mengingatkan
Adanya perbedaan dalam berinteraksi jadwal Posbindu jika lupa atau tidak
namun justru akan memperjelas satu sama mengetahui informasi pelaksanaan Posbindu.
lain. Misalnya kader yang tidak bisa hadir Keluarga juga harus berusaha untuk
dalam kegiatan posbindu akan memberitahu membantu mengatasi segala permasalahan
kader lain pada saat penentuan jadwal yang dihadapi anggota keluarga yang
kegiatan. Kader yang memiliki waktu luang bermasalah misal di bidang kesehatan, yaitu
membantu menata meja dan kursi, mengalami penurunan memori maupun fungsi
menyiapkan PMT. Apabila kader mendapat tubuh. Keluarga juga memiliki peran penting
undangan di acara lain maka salah satu kader dalam mengingatkan anggota keluarga yang
menggantikan tugasnya, sehingga komunikasi memiliki masalah kesehatan untuk tidak
penting dalam hal interaksi antar kader agar memanfaatkan/membeli obat-obatan yang
tidak terjadi kesalahpahaman. Indikator yang dijual bebas di pasaran, dikarenakan tidak
bersifat karnaval ini kader dan peserta mengetahui kandungan obat dan efek
berkomunikasi secara santai sesuai dengan sampingnya. Keberadaan anggota keluarga
budaya setempat. Peneliti menemukan saat memainkan peranan penting dalam mencegah
mewawancarai kader tentang kebiasaan atau paling tidak menunda orang menderita
sehari-hari di rumah menggunakan bahasa sakit kronis sehingga anggota yang memiliki
yang non formal dan dengan cara bercanda. masalah kesehatan bisa memanfaatkan
Koordinasi antarkader sudah terlihat sebelum fasilitas kesehatan secara benar dan maksimal.
dimulainya kegiatan posbindu, yaitu Peran serta dan dukungan dari keluarga
identifikasi kelompok potensial PTM. Kader dalam bentuk nyata perlu ditingkatkan seperti
melakukan identifikasi kelompok potensial contoh keluarga bermusyawarah untuk
seperti gejala DM, hipertensi dan stroke ke membagi jadwal untuk mengantarkan bapak
rumah warga satu per satu, dicatat dan atau ibu sesuai dengan jadwal yang
selanjutnya diserahkan kepada petugas ditentukan di Posbindu. Perhatian ini
puskemas. Dalam hal penentuan jadwal bertujuan untuk membuat keluarga yang sakit
kegiatan posbindu juga dilakukan koordinasi semakin termotivasi untuk melakukan
terlebih dahulu antara kader dan petugas pemeriksaan kesehatan. Hal ini di sesuai
puskesmas dengan cara berkomunikasi dengan yang dikemukakan Setiadi (2008),
melalui grup WhatsApp. bahwa dukungan keluarga adalah suatu
bentuk hubungan interpersonal yang meliputi
sikap, tindakan dan penerimaan terhadap

7
anggota keluarga, sehingga anggota keluarga kebanyakan seseorang akan melakukan
merasa ada yang memperhatikan. pemeriksaan setelah sakit, dan kalau sudah
sakit mereka akan memeriksakan dan
4. Pemanfaatan Posbindu memanfaatkan pada unit pelayanan kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh yang lebih besar.
bahwa sebagian besar yang memanfaatkan Menurut Notoadmodjo (2014)
Posbindu sebesar 53,80 %. pekerjaan memang secara tidak langsung turut
Teori pemanfaatan pelayanan kesehatan andil dalam seseorang dalam memanfaatkan
berkaitan erat dengan permintaan akan pelayanan kesehatan. Tetapi pekerjaan
pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan berhubungan erat dengan faktor interaksi
masyarakat sudah benar-benar mengeluh sakit sosial. Semakin seseorang dengan pekerjan
serta mencari pengobatan. Kebutuhan tinggi atau PNS itu cenderung lebih
merupakan dasar dan stimulus langsung untuk memanfaat pelayanan kesehatan, dikarenakan
menggunakan pelayanan kesehatan. Faktor banyaknya dorongan dari faktor eksternal,
needs merupakan prediktor terkuat dari misalnya teman bekerja yang memberikan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. informasi. Berbeda dengan orang yang
Pemanfaatan pelayanan kesehatan bekerja dirumah atau tidak bekerja (ibu rumah
adalah hasil dari proses pencarian pelayanan tangga), mereka lebih sedikit informasinya
kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. tentang sesuatu pelayanan kesehatan. Individu
Menurut Notoatmodjo (2014), perilaku dalam masyarakat sebagaimana diukur
pencari pengobatan adalah perilaku individu melalui karakteristik seperti pekerjaan,
maupun kelompok atau penduduk untuk bagaimana gaya hidup individu, yang akan
melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku menghubungkan dengan pemanfaatan layanan
pencarian pengobatan di masyarakat terutama kesehatan.
di Negara sedang berkembang sangat Menurut peneliti masyarakat merasa
bervariasi. membutuhkan Posbindu dan aktif
Pemanfaatan Posbindu merupakan memanfaatkan Posbindu sebagian besar
peran serta masyarakat dalam melakukan dikarenakan ingin mengetahui faktor risiko
kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor penyakit tidak menular secara dini,
resiko PTM utama yang dilaksanakan secara memperoleh informasi tentang kondisi
terpadu, rutin, dan periodik. Kelompok kesehatannya, dan memperoleh pelayanan
Posbindu PTM Utama adalah hipertensi, kesehatan dengan mudah karena rata-rata
hipotensi, Diabetes Melitus (DM), kanker, Posbindu hanya berjarak kurang dari 1
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah kilometer dari rumah dan dapat ditempuh
(PJPD), Penyakit Paru Obstruktif Kronis dengan berjalan kaki. Masyarakat yang
(PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan merasa tidak membutuhkan Posbindu
tindak kekerasan (Rahajeng, 2012). dikarenakan merasa sehat dan dapat periksa
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatannya di Puskesmas, oleh karena itu
pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut peran masyarakat perlu ditingkatkan dalam
Notoadmodjo (2014) adalah usia, pekerjaan. memanfaatkan pelayanan Posbindu Penyakit
Faktor usia, juga akan mempengaruhi dari Tidak Menular (PTM) dalam proses
pemanfaatan dimana seseorang berusia 40-50 meningkatkan taraf kesehatan seseorang, hal
tahun akan memanfaat pelayanan kesehatan ini diharapkan bahwa seseorang sadar akan
dibandingkan dengan berusia lanjut/60 tahun. pentingnya pemanfaatan pelayanan Posbindu
Sebenarnya pada usia 40- 60 tahun seseorang guna meningkatkan kesehatan. Sehinga
akan memiliki ketahanan fisik yang semakin pemanfaatan pelayanan Posbindu PTM dapat
menurun sehingga lebih rentan terpapar suatu di gunakan sebaik baiknya oleh masyarakat
penyakit. Tetapi perbedaannya pada usia 40- dalam mengatasi suatu penyakit terutama
50 tahun responden lebih berfikir pentingnya pada penderita penyakit tidak menular (PTM).
pelayanan kesehatan. Supaya aktivitas mereka
tidak terganggu dan tidak menghambat dalam
mencari nafkah. Tetapi pada usia lanjut

8
Hubungan Dukungan Kader dengan ada pengaruh petugas kesehatan terhadap
Pemanfaatan Posbindu pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tidak menular (Posbindu PTM) dalam rangka
bahwa dukungan kader terhadap Posbindu mencegah penyakit tidak menular di wilayah
sebesar 99,10 %. kerja Puskesmas Cilongok I dengan nilai P
Hasil uji statistik dengan uji Chi Square value 0,002 < 0,05 (Purdiyani, 2006).
diperoleh ρ = 0,00, Sehingga ρ < 0,05, ini Hasil penelitian ini sesuai dengan
berarti dapat diinterpretasikan bahwa ada penelitian di dapatkan pengaruh yang
hubungan dukungan kader dengan signifikan antara peran kader dengan
pemanfaatan Posbindu. Adapun untuk kunjungan ke posbindu, karena kader dapat
mengetahui tingkat hubungan, setelah mempengaruhi semangat dan motivasi
didapatkan rho = 0,41 dikonsultasikan dengan keluarga sendiri dengan dorongan dan
tabel dapat diketahui bahwa harga rho manfaat yang disampaikan oleh kader.
tersebut terletak antara 0,40 – 0,599, hal ini Menurut peneliti masih adanya kader
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang yang belum memanfaatkan Posbindu
sedang. dikarenakan belum terbentuknya perilaku
Menurut Direktorat Bina Peran Serta responden yang baik dalam memanfaatkan
Masyarakat Depkes RI memberikan batasan pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi
bahwa kader adalah warga masyarakat adanya peran petugas kesehatan secara terus
setempat yang dipilih dan ditinjau oleh menerus dan berkesinambungan dalam
masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. melakukan pendekatan dan memberikan
Penelitian Budiyanto (2009) informasi kesehatan kepada masyarakat.
menyebutkan bahwa salah satu penyebab Kurangnya inisiatif kader dalam mengajak
masyarakat tidak memanfaatkan pelayanan masyarakat untuk memeriksakan
kesehatan adalah merasa kurang dihargai oleh kesehatannya di Posbindu menyebabkan
petugas kesehatan, kesulitan menemui dokter, kurangnya pula motivasi masyarakat untuk
dan merasa kurang bebas untuk berkunjung.
berkomunikasi. Kurangnya inisiatif kader dalam
Dalam teori yang dikemukakan oleh mengajak masyarakat untuk memeriksakan
Lawrence Green menyatakan bahwa kader kesehatannya di posbindu menyebabkan
kesehatan merupakan salah satu faktor kurangnya pula motivasi masyarakat untuk
pendukung yang berperan dalam perilaku berkunjung. Hal ini menyebabkan perlunya
kesehatan karena merupakan faktor penyerta monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan
yang berperan bagi menetap atau lenyapnya posbindu sehingga kualitas pelayanannya
suatu perilaku. menjadi lebih baik.
Bila kader tidak memberikan informasi Maka dari itu peran kader
kepada masyarakat maka mereka tidak akan meningkatkan dukungan kader dengan
memanfaatkan pelayanan posbindu. Kader memberikan penyuluhan oleh petugas
selain mempunyai tugas dan fungsi juga harus kesehatan kepada kader-kader posbindu agar
mampu berkomunikasi dengan baik dan memahami tujuan dari kegiatan posbindu
mampu mengajak dan memotivasi kelompok sehingga dapat mempengaruhi masyarakat.
maupun masyarakat. Kader harus juga dapat
membina semua yang terkait dengan Hubungan Dukungan Keluarga dengan
pelaksanaan posbindu, tetapi memantau Pemanfaatan Posbindu
perkembangan penyakitnya. Untuk Hasil tabulasi silang antara keluarga
meningkatkan citra diri kader maka harus dengan pemanfaatan Posbindu menunjukan
diperhatikan dan meningkatkan kualitas diri bahwa keluarga terhadap Posbindu sebanyak
sebagai kader. Kader merupakan bagian dari 221 responden (100,00 %) dan yang
masyarakat yang perannya penting dalam memanfaatkan posbindu sebanyak 119
berinteraksi langsung dengan masyarakat responden (53,80%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan Hasil uji statistik dengan uji Chi Square
penelitian Fauzia Purdiyani yang menyatakan diperoleh ρ = 0,00, dengan tingkat

9
kepercayaan 5%, Sehingga ρ < 0,05, ini seluruhnya mengetahui akan pentingnya
berarti dapat diinterpretasikan bahwa ada mengikuti kegiatan posbindu dan itu akan
hubungan keluarga dengan pemanfaatan lebih mudah untuk meotivasi, memberikan
Posbindu. Adapun untuk mengetahui tingkat dorongan atau informasi terhadap sesorang
hubungan, setelah didapatkan rho = 0,42 untuk mengikuti kegiatan posbindu
dikonsultasikan dengan tabel dapat diketahui dibandingkan dengan keluarga yang kurang
bahwa harga rho tersebut terletak antara 0,40 - mendukung dengan kegiatan posbindu karena
0,599, hal ini menunjukkan bahwa terjadi kurang mengetahui informasi atau manfaat
hubungan yang sedang. apabila mengikuti kegiatan posbindu, akan
Dukungan keluarga dapat memperkuat tetapi banyak masyarakat yang masih kurang
setiap individu, menciptakan kekuatan aktif dalam mengikuti kegiatan posbindu
keluarga, memperbesar penghargaan terhadap karena sebagian besar masyarakat masih
diri sendiri, mempunyai potensi sebagai kurang pengetahuan akan pentingnya manfaat
strategi pencegahan yang utama bagi seluruh posbindu.
keluarga dalam menghadapi tantangan Dukungan keluarga juga dapat
kehidupan sehari-hari serta mempunyai memberikan nasihat atau sekedar informasi
relevansi dalam masyarakat yang berada yang dapat membantu seseorang untuk lebih
dalam lingkungan yang penuh dengan giat atau lebih termotivasi untuk melakukan
tekanan. Salah satu permasalahan yang suatu kegiatan. dukungan keluarga adalah
dihadapi masyarakat antara lain adalah dukungan yang terdiri dari informasi atau
kurangnya dukungan dan kepedulian dari nasihat verbal atau nonverbal, bantuan nyata
anggota keluarga dan masyarakat terhadap atau bantuan tindakan oleh keakraban sosial
pemeriksaan kesehatan secara rutin, sehingga atau didapat karena kehadiran orang yang
berdampak pada tingkat kunjungan mendukung serta hal ini mempunyai manfaat
masyarakat ke Posbindu PTM. Lingkungan emosional atau efek prilaku penerima selain
masyarakat merupakan salah satu faktor yang itu penerima merasa dipedulikan dihargai atau
mempengaruhi terhadap pembentukan dan dicintai. keaktifan dalam mengikuti kegiatan
perkembangan perilaku individu, baik posbindu.( Handayani, 2012)
lingkungan fsik maupun lingkungan sosio-
psikologis, termasuk didalamnya adalah Hubungan Dukungan Kader dan
belajar. (Pertiwi, 2013) Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan
Keluarga sebagai motivator kuat bagi Posbindu
penduduk untuk mengikuti kegiatan posbindu Tujuan penelitian ini adalah untuk
PTM apabila selalu menyediakan diri untuk mengetahui adanya hubungan Dukungan
mendampingi, mengantar atau mengingatkan Kader dan Keluarga dengan Pemanfaatan
jadwal posbindu PTM. Keberadaan anggota Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas
keluarga memainkan peranan penting dalam Tlogosari Kabupaten Bondowoso.
mencegah atau paling tidak menunda orang Hasil penelitian diperoleh nilai F hitung
menderita sakit kronis ke lembaga pelayanan sebesar 41,32 dengan nilai Sig sebesar 0,000.
kesehatan. Besarnya keterlibatan dan sifat Hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung
pelayanan yang diberikan keluarga tergantung lebih besar dari F tabel dan nilai Sig lebih
pada sumber ekonomi, struktur keluarga, kecil dari 0,05. Sedangkan angka R sebesar
kualitas hubungan, kebutuhan lainnya dan 0,52. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
tenaga yang tersedia. (Lestari, 2011) hubungan yang sedang antara Dukungan
Dukungan keluarga dapat Kader dan Keluarga dengan Pemanfaatan
mempengaruhi kenyamanan seseorang Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas
dimana seseorang tersebut merasa Tlogosari Kabupaten Bondowoso.
diperhatikan atau merasa dipedulikan dan Menurut data peneliti, Dari hasil
dihargai apabila sesorang itu melakukan hal penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian
positif seperti mengikuti kegiatan posbindu. Dwi Wigati (2018) menyatakan bahwa
Menurut peneliti tingkat pengetahuan dukungan kader merupakan faktor yang
keluarga tentang kegiatan posbindu hampir paling dominan berhubungan dengan

10
pemanfaatan Posbindu PTM (Ratna Sari, mempengaruhi semangat dan motivasi
2018). Masih rendahnya pemanfaatan keluarga sendiri dengan dorongan dan
Posbindu disebabkan karena jumlah kader manfaat yang disampaikan oleh kader.
tidak mencukupi dan kader yang sudah Sebagian besar responden berstatus
terlatih mengundurkan diri dan lebih memilih bukan penderita PTM. Hal ini yang
menjadi kader jumantik dikarenakan kader menyebabkan masyarakat cenderung tidak
jumatik mendapatkan uang transport sehingga mau memanfaatkan karena merasa dirinya
untuk melakukan sosialisasi tentang adanya sehat. Padahal, Posbindu PTM tidak hanya
Posbindu menjadi kurang. difokuskan kepada mereka yang sedang
Pelayanan petugas kesehatan menderita PTM untuk mengontrol
berpengaruh signifikan terhadap partisipasi kesehatannya dan mencegah komplikasi tetapi
masyarakat dalam kegiatan posbindu. Dapat juga kepada mereka yang sehat untuk
lebih spesifik membantu masyarakat dalam screening ataupun deteksi dini penyakit tidak
pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi menular.
setempat. Keaktifan masyarakat dalam Pada orang dengan faktor resiko adalah
kegiatan Posbindu sangat membantu petugas mengembalikan kondisi berisiko ke kondisi
kesehatan dalam memantau kesehatan normal. Pada orang dengan penyandang PTM
masyarakat dan memberikan pengertian adalah mengendalikan faktor risiko pada
tentang pola kehidupan sehat. Manfaat dari kondisi normal untuk mencegah timbulnya
keaktifan masyarakat di Posbindu antara lain: komplikasi PTM. Sebagian besar responden
Petugas kesehatan dapat memperoleh data- yang merupakan penderita PTM dan tidak
data yang berkaitan dengan keadaan memanfaatkan posbindu dikarenakan mereka
seseorang saat itu, minimal diketahui berat lebih memilih memeriksakan kesehatannya di
dan tinggi badan, denyut nadi, tekanan darah, puskesmas yang ditangani langsung oleh
keluhan fisik dan penyakit yang diderita, dokter
petugas kesehatan mendapatkan data Menurut peneliti sebagian besar
mengenai pola dan cara hidup mereka, responden menyatakan tidak pernah
Mendapatkan data-data kondisi psikologis, mendapatkan sosialisasi maupun informasi
yang mungkin tertampil dalam keluhan fisik mengenai Posbindu PTM dari tenaga
yang diungkapkan. kesehatan maupun kader. Belum terbentuknya
Petugas Puskesmas dalam pelayanan perilaku responden yang baik dalam
perlu memperhatikan: kesabaran dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan sangat
menghadapi masyarakat, kemauan dan dipengaruhi adanya peran petugas kesehatan
kemampuan untuk memberikan penjelasan secara terus menerus dan berkesinambungan
secara tuntas, melayani kebutuhan pelayanan dalam melakukan pendekatan dan
kesehatan sesuai dengan prosedur pelayanan memberikan informasi kesehatan kepada
yang berlaku, menghargai dengan masyarakat. Kurangnya inisiatif kader dalam
memberikan pelayanan yang sopan dan mengajak masyarakat untuk memeriksakan
santun kesehatannya di posbindu menyebabkan
Kader kesehatan bertanggung jawab kurangnya pula motivasi masyarakat untuk
terhadap masyarakat setempat, mereka berkunjung.
bekerja dan berperan sebagai seorang pelaku Menurut peneliti keluarga sebagai
dari sebuah sistem kesehatan. Kader motivator kuat bagi penduduk untuk
betanggung jawab kepada kepala desa dan mengikuti kegiatan Posbindu PTM apabila
supervisor yang ditunjuk oleh petugas/tenaga selalu menyediakan diri untuk mendampingi,
pelayanan pemerintah keberadaan kader mengantar atau mengingatkan jadwal
Posbindu sangat berperan dalam pemanfaatan Posbindu PTM. Keberadaan anggota keluarga
Posbindu. memainkan peranan penting dalam mencegah
Hasil penelitian ini sesuai dengan atau paling tidak menunda orang menderita
penelitian di dapatkan pengaruh yang sakit kronis ke lembaga pelayanan kesehatan.
signifikan antara peran kader dengan Besarnya keterlibatan dan sifat pelayanan
kunjungan ke Posbindu, karena kader dapat yang diberikan keluarga tergantung pada

11
sumber-sumber ekonomi, struktur keluarga, di Kecamatan Ciomas Kabupaten
kualitas hubungan, kebutuhan lainnya dan Bogor Tahun 2012 dan Faktor yang
tenaga yang tersedia, sehingga dapat Berhubungan. Skripsi. Fakultas
disimpulkan bahwa ada hubungan yang Kesehatan Masyarakat Universitas
sedang antara Dukungan Kader dan Indonesia
Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Kemenkes RI, 2012, Petunjuk Teknis Pos
Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Tlogosari Kabupaten Bondowoso Menular (Posbindu PTM)
Lawrence W Green. 2005. Health Program
Kesimpulan Planning an Educational and
Berdasarkan penelitian dan Ecological Approach. New york:
pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan McGraw-Hill Companies
sebagai berikut : Lestari P., Soeharyo H., & Kris P,(2011),
1. Ada hubungan yang sedang Dukungan Beberapa Faktor yang Berperan
Kader dengan Pemanfaatan Posbindu di terhadap Keaktifan Kunjungan Lansia
wilayah kerja Puskesmas Tlogosari ke Posyand. Jurnal Media Medika
Kecamatan Tlogosari. Indonesiana
2. Ada hubungan yang sedang Dukungan Mubarak. W. I. 2011. Promosi kesehatan.
Keluarga dengan Pemanfaatan Posbindu di Jogyakarta : Graha ilmu
wilayah kerja Puskesmas Tlogosari Notoatmodjo. 2014, Ilmu Prilaku kesehatan,
Kecamatan Tlogosari. Jakarta: Rineka cipta
3. Ada Hubungan Dukungan Kader dan Putra, W, 2010, Analisis Permintaan
keluarga dengan Pemanfaatan Posbindu di Penggunaan Layanan Kesehatan pada
wilayah kerja Puskesmas Tlogosari Rumah Sakit Umum Milik Pemerintah
Kecamatan Tlogosari dengan hasil uji
di Kabupaten Semarang. Skripsi
statistik diperoleh ρ = 0,00.
Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro,
Pertiwi, Herdini, 2013. Faktor-faktor Yang
Daftar Pustaka
Berhubungan Dengan Frekuensi
Agus Krisno Budiyanto, 2009. Gizi dan
Kehadiran Lanjut Usia Di Posyandu
Kesehatan. Bayu Media dan UMM
Lansia Desa Mudal, Boyolali. Jurnal
Press, Malang
Ilmiah Kebidanan. Vol.4 No.1 Juni
Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso,
2013
2018, Rekap SPM Skrining Posbindu
Rahajeng, S. M. 2012. Petunjuk Teknis Pos
PTM
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Dwi Wigati Ratna Sari, M. S, 2018. Faktor -
Menular. Jakarta: Kementerian
Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kesehatan RI
Pemanfaatan Posbindu Penyakit Tidak
Setiadi. 2008. Konsep Dan Proses
Menular (PTM) di Wilayah Kerja
Keperawatan Keluarga. Yogyakarta:
Puskesmas Kecamatan Setiabudi Kota
Graha Ilmu
Jakarta Selatan. Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia : JKKI , 49 - 56.
Fauzia Purdiyani, 2006, Pemanfaatan Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular (Posbindu Ptm) Oleh Wanita
Lansia Dalam Rangka Mencegah
Penyakit Tidak Menular Di Wilayah
Kerja Puskesmas Cilongok 1. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal)
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro,
Handayani, 2012. Pemanfaatan Pos
Pembinaan Terpadu Oleh Lanjut Usia

12

You might also like