You are on page 1of 13

Retrofitting Sambungan Kolom-Balok Beton Bertulang ─ Hernowo dan Lisantono 1

Retrofitting Sambungan Kolom-Balok Beton Bertulang Ekspansi


Planar Segitiga dengan Variasi Ukuran

Sigit Hernowo 1) dan Ade Lisantono 2)


1)
Alumni Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No. 43 Yogyakarta
E-mail: sigit_hernowo@yahoo.com
2)
Staf Pengajar Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No. 43 Yogyakarta
E-mail: adelisantono@mail.uajy.ac.id

Abstract

Highly seismic activities in Indonesia, that is followed by a lot of high magnitude


earthquakes, make awareness of the people to anticipate the damage that caused by this
disaster. The Codes of earthquake have changed and are accompanied by the change of
seismic region. There must be some efforts to improve the existing building structure.
One of the efforts is retrofitting the beam-column joint which is the weakest element of
structure in the building when subjected to earthquake loading. Four beam-column joint
reinforced concrete specimens, namely SJC, SJ-01, SJ-02, and SJ-03, made of normal
concrete and plain reinforcement were tested in this experimental program. Beam with
150 mm width, 250 mm high, and 1500 length be jointed with column that has section
area of 250 mm x 250 mm, and 1750 mm length. The specimens of SJ-01, SJ-02 and SJ-
03 were retrofitted by triangular voute in lower side of the beam in the beam column joint
region with 125 mm, 187.5 mm, and 250 mm side length, respectively. All specimens are
tested with cyclic loading using hydraulic actuator. The results show that the increasing
strength of specimen SJ-01 and SJ-03 compare to the reference specimen were 12.74%
and 10.29%, respectively. While the strength of specimen SJ-02 a little bit decreases
compare to the reference specimen.

Keywords: beam-column joint, reinforced concrete, retrofitting, voute, cyclic loading.

1. Pendahuluan pembangunan bangunan sipil yang tahan


gempa.
Indonesia merupakan negara dengan
Salah satu kerusakan yang sering
aktivitas kegempaan yang sangat tinggi.
terjadi pada gedung bertingkat akibat
Dalam rentang waktu antara tahun 1897 –
gempa adalah pada sambungan kolom-
2009 tercatat telah terjadi lebih dari 14.000
balok. Beberapa metode telah dikembang-
kejadian gempa dengan magnituda M > 5,0
kan untuk memberikan perkuatan elemen
SR (Irsyam dkk, 2010). Regulasi
tersebut.
perencanaan bangunan terkait dengan
Ghobarah dkk (1997) telah mem-
aktivitas gempa mulai digunakan sejak tahun
pelajari model keruntuhan sambungan
1983 dan telah diperbaharui pada tahun
kolom-balok yang didesain pada decade
2002 dan 2012.
1970-an. Perkuatan dengan jaket baja
Selain menyebabkan korban jiwa,
bergelombang yang diisi dengan injeksi
gempa bumi seringkali juga merusak
non-shrink grout terbukti efisien untuk
insfrastruktur. Mengingat lokasi kejadian
rehabilitasi pada struktur yang telah ada dan
yang tidak bisa diperkirakan secara akurat
tidak didesain untuk kebutuhan peraturan
dan kebutuhan wilayah yang mendesak,
seismik.
usaha untuk mengurangi dampak gempa
Hakuto dkk (2000) telah melakukan
dilakukan dengan perencanaan dan
penelitian dengan membandingkan
spesimen sambungan kolom-balok dengan
2 Forum Teknik Vol. 37, No. 1, Januari 2016

penulangan buruk menggunakan desain kombinasi beban merugikan yang dapat


seperti bangunan tahun 1970 kemudian didukung oleh elemen yang disambung.
diperkuat dengan jaket beton dan spesimen Kekuatan sambungan tidak menentukan
yang didesain untuk mengakomodasi beban kekuatan struktur dan perilakunya tidak
seismik. Sambungan kolom-balok yang menghalangi pengembangan kekuatan
diperkuat dengan jaket beton baru penuh elemen yang disambung.
mengalami peningkatan kekakuan, Mudah dibuat dan memiliki akses untuk
kekuatan, dan daktilitas, meskipun masih di menempatkan dan memadatkan beton.
bawah sambungan kolom-balok yang
didesain untuk mengakomodasi beban Ada tiga jenis sambungan yang
seismik. erring ditemui, yaitu sambungan sudut
Sulendra (2005) telah melakukan (knee), sambungan eksterior, dan
pengujian pada sambungan kolom-balok sambungan interior. Sambungan knee
yang diperkuat dengan pemasangan jaket adalah sambungan antara dua elemen yang
pada bagian kolom. Metode ini membentuk sudut. Jenis ini paling umum
meningkatkan kemampuan menahan beban dijumpai pada sudut rangka portal.
geser sampai 80% dari kemampuan Sambungan eksterior adalah sambungan
awalnya, serta meningkatkan daktilitas yang terletak di tepi bangunan, yang terdiri
kolom, kekakuan, kekuatan, dan disipasi dari kolom dengan dua atau tiga balok.
energi secara signifikan. Chaimahawan dan Sambungan interior merupakan sambungan
Pimanmas (2009) melakukan pengujian di tengah bangunan yang umumnya
pada sambungan kolom balok yang memiliki satu kolom dan empat balok.
diperkuat dengan ekspansi planar Sambungan kolom-balok eksterior
segiempat dan segitiga. Kolom-balok beton dan interior diidentifikasi sebagai salah satu
didesain seperti pada struktur umumnya bagian yang kritis pada struktur bangunan,
yang telah ada di Thailand. Metode yang pada banyak kejadian, kegagalannya
perkuatan ini terbukti efektif untuk dapat menyebabkan keruntuhan bangunan.
meningkatkan kekakuan, kekuatan, disipasi Model kegagalan yang umum adalah
energi, dan daktilitas, dengan performa kegagalan geser sambungan dan kegagalan
yang seimbang, namun perkuatan angkur tulangan longitudinal terhadap
segiempat lebih efektif untuk menunda sambungan (Supaviriyakit dan Pimanmas,
keretakan beton pada zona kompresi. 2008). Beberapa metode perbaikan telah
diperkenalkan. Jaket beton menjadi salah
satu metode yang populer (Alcocer dan
2. Fundamental Jirsa, 1993). Namun metode ini memiliki
Dalam desain gedung bertingkat, keterbatan, yaitu menyebabkan
kolom akan bertemu dengan balok. Daerah penambahan besar ukuran di lantai ruang
pertemuan itu merupakan sambungan. yang mengurangi pemakaian praktis
Sambungan seringkali menjadi bagian bangunan.
terlemah dari sistem struktur. Metode perkuatan sambungan
Ada banyak cara yang mungkin menggunakan jaket pelat baja, CFRP
ditempuh untuk menentukan jenis (carbon fiber reinforced polymer), dan
pembebanan dan kombinasinya. Identifikasi SIFCON (slurry infiltrated fibrous
yang tepat pada masalah ini menjadi kunci concrete) dapat dikerjakan dengan mudah
sukses untuk menentukan detil sambungan. dan cepat. Perbaikan perilaku sambungan
Kebutuhan dasar untuk performa juga terjadi secara signifikan. Namun
sambungan menurut Park dan Paulay metode ini dibatasi oleh sifat-sifat material
(1975) adalah sebagai berikut: itu sendiri, seperti ketahanan terhadap
Sambungan menunjukkan performa beban korosi, cuaca, air, dan sebagainya.
layan sama dengan kualitas elemen yang Metode perkuatan dengan ekspansi
disambung. planar juga relatif mudah diaplikasikan,
Sambungan memiliki kekuatan yang dengan material konvensional yang
paling tidak berhubungan dengan ekonomis dan mudah didapat. Ekspansi
planar dapat disembunyikan di dinding atau
Retrofitting Sambungan Kolom-Balok Beton Bertulang ─ Hernowo dan Lisantono 3

plafon, sehingga tidak mengganggu fungsi


ruangan. Namun metode ini menyebabkan
ukuran balok menjadi lebih pendek,
sehingga cenderung mengarah pada
kegagalan geser.
Beton memiliki kuat tekan yang
relatif tinggi dibandingkan dengan bahan-
bahan lain, tetapi kuat tariknya sangat
rendah, sehingga memerlukan tulangan
tarik. Tulangan tarik untuk beton bertulang
menggunakan serat yang terbuat dari baja,
plastik, kaca, dan lain-lain.
Baja merupakan material yang paling Gambar 1. Luas efektif sambungan kolom-
sering digunakan sebagai serat tulangan. balok (SNI-03-2487-2002)
Sifatnya yang mudah terkena korosi
menyebabkan kekuatan beton bertulang Panjang penyaluran tulangan tarik,
berkurang, namun baja ditanam pada beton,
sehingga selimut beton akan melindungi ℓdh, untuk tulangan dengan kait standar 90 o
baja dari kemungkinan korosi. tidak boleh kurang dari 8db, 150 mm, dan
Ada dua jenis tulangan yang nilai yang ditentukan dengan persamaan 1
digunakan pada sambungan kolom-balok, untuk diameter tulangan 10 – 36 mm.
yaitu tulangan longitudinal balok dan
tulangan transversal joint. Gaya pada dimana,
tulangan longitudinal di muka sambungan fy = kuat tarik baja tulangan
ditentukan dengan menganggap bahwa db = diameter nominal batang tulangan
tegangan pada tulangan lentur 1,25fy. Daktilitas atau keuletan adalah
Tulangan yang berhenti pada sebuah kolom kemampuan material untuk berubah bentuk
harus dilanjutkan sampai sisi terjauh dari tanpa mengalami perpatahan. Umumnya
inti kolom terkekang dan diangkur. daktilitas diukur dengan ductility ratio
Tulangan longitudinal balok yang (rasio daktilitas) μ, yaitu perbandingan
diteruskan sampai melewati sambungan, antara defleksi maksimum (δu) dengan
dimensi kolom pada arah sejajar tulangan defleksi pada saat patah (δy), seperti
tersebut tidak boleh kurang dari 20 kali persamaan 2.
diameter tulangan terbesar balok untuk
beton normal (SNI 03-2847-2013).
Tulangan transversal berbentuk
Kekakuan (stiffness) adalah gaya
sengkang tertutup harus dipasang pada
yang dibutuhkan untuk menghasilkan
daerah sambungan, kecuali jika sambungan
perpanjangan satuan. Kekakuan siklus (kc)
dikekang oleh komponen struktur yang
diperoleh dari beban lateral maksimum
sesuai. Pada sambungan interior, tulangan
(Pmax) dibagi dengan defleksi lateral
transversal dipasang pada daerah
maksimum (δm) pada setiap siklus seperti
sambungan setinggi balok terendah.
persamaan 3.
Menurut SNI 03-2847-2013 kuat geser
nominal sambungan untuk sambungan yang
dikekang di empat sisi tidak boleh melebihi
untuk yang dikekang pada tiga sisi atau dua Hysteretic energy (HE) merupakan
sisi yang berlawanan 1,25, dan untuk energi serapan (energi disipasi) pada balok
hubungan lainnya 1,0 Dengan Aj adalah luas untuk setiap siklus. Energi disipasi ini
efektif balok yang ditunjukkan pada diperoleh dari hasil perkalian beban dan
Gambar 1, sementara fc’ adalah kuat tekan defleksi yang diakumulasikan pada setiap
beton. siklus, masing-masing tekan dan tarik yang
ihitung terpisah. Energi potensial (PE,
potential energy), diperoleh dari luas
4 Forum Teknik Vol. 37, No. 1, Januari 2016

segitiga di bawah kurva histerisis untuk memenuhi persyaratan untuk pembuatan


setiap siklus. campuran beton.
Rasio redaman viskus ekuivalen Bahan pengisi adalah material yang
(EVDR) merupakan perbandingan energi digunakan untuk mengisi celah antara
yang hilang setiap siklus. EVDR ditentukan lubang hasil pengeboran dan tulangan yang
dengan persamaan 4. ditambahkan pada proses perkuatan
sambungan. Bahan berupa epoxy adhesive
untuk perekat struktur Sikadur-31 CF
Normal.
Bahan perekat digunakan untuk
3. Metodologi merekatkan beton lama pada sambungan
kolom-balok dengan beton baru yang
Bahan digunakan untuk perkuatan. Perekat berupa
bahan tambahan untuk mortar Sika Cim
Spesimen berupa empat buah Bonding Adhesive.
sambungan kolom-balok beton bertulang Selain itu digunakan juga kawat ikat
dengan ukuran, bahan, dan cara pembuatan untuk merangkai tulangan, kapur, dan
yang identik, sehingga memiliki sifat-sifat spidol. Kapur digunakan untuk mengecat
yang identik. Bahan pembentuk specimen spesimen yang selesai dicetak agar pola
adalah semen, pasir, batu pecah, besi beton, retakan dapat terlihat lebih jelas. Spidol
air, bahan pengisi dan perekat. digunakan untuk memberi garis-garis
Semen yang digunakan adalah semen bujursangkar pada cetakan, untuk
yang memenuhi persyaratan dalam SNI 15- memetakan pola retak pada saat pengujian.
2049-2004 tentang Semen Portland. Hal ini
diidentifikasi dari label yang ada pada Alat
kemasannya, tanpa dilakukan pengujian.
Pasir yang digunakan berasal dari Gunung Peralatan yang digunakan untuk
Merapi. Sebelum digunakan pasir diuji pengujian siklik adalah crane dan tackel,
dengan uji saringan untuk mengetahui loading frame, strain gauge, aktuator
gradasinya, serta uji berat jenis dan hidrolik, jack hidrolik, load cell, LVDT,
penyerapan. Batu pecah berasal dari data logger, serta notebook. Crane dan
industri pemecah batu di daerah Clereng, tackle digunakan untuk memindahkan
Pengasih, Kulonprogo. Batu pecah juga spesimen yang akan dan telah diuji.
diuji dengan uji saringan serta uji berat Loading frame berupa kerangka baja
jenis dan penyerapan air. Hasil pengujian yang digunakan untuk menempatkan
kedua agregat tersebut digunakan untuk spesimen dan aktuator agar memiliki posisi
melakukan perencanaan campuran beton. yang stabil pada saat pengujian. Loading
Besi beton diperoleh dari toko frame berupa pelat-pelat baja yang dibuat
bangunan yang biasa dipakai untuk sedemikian rupa sehingga menjadi tumpuan
membuat bangunan pada umumnya. Besi sendi dan rol bagi spesimen, serta tumpuan
yang digunakan adalah baja polos jepit pada aktuator hidrolik. Sepatu dari
berdiameter 12 mm untuk tulangan pelat baja ditambahkan pada loading frame
longitudinal dan 8 mm untuk tulangan dengan tumpuan sendi untuk memasangkan
transversal. Sebelum digunakan dilakukan spesimen pada tumpuan.
uji tarik baja, dan dari hasil pengujian Strain gauge berfungsi untuk
diketahui tegangan leleh baja 360 MPa mengukur regangan baja tulangan. Dalam
untuk tulangan longitudinal dan 379,71 satu spesimen dipasang tiga buah strain
MPa untuk tulangan transversal. gauge, yaitu pada tulangan longitudinal atas
Air untuk pembuatan beton berasal dan bawah balok, serta pada tulangan
dari air di Laboratorium Struktur dan transversal balok pada daerah dekat
Mekanika Bahan, Pusat Studi Ilmu Teknik, sambungan. Strain gauge dipasang setelah
Universitas Gadjah Mada. Air tidak berasa, tulangan dirangkai sebelum pengecoran
tidak berbau, dan jernih sehingga beton. Namun demikian proses pengecoran
dapat merusak strain gauge, sehingga
Retrofitting Sambungan Kolom-Balok Beton Bertulang ─ Hernowo dan Lisantono 5

pengecoran dan pemadatan pada sekitar aktuator. Jack hidrolik digunakan untuk
daerah pemasangan harus dilakukan dengan memberikan gaya aksial pada bagian atas
hati-hati. kolom. Jack hidrolik dipasang pada loading
Aktuator hidrolik digunakan untuk frame dan menekan kolom sehingga
memberikan beban lateral tarik dan tekan memberi tumpuan rol pada ujung kolom.
pada balok. Sedangkan load cell digunakan
untuk mengukur beban yang diberikan oleh

LVDT (linear variable differential mengendalikan proses perekaman data


tansducer) digunakan untuk mengukur pengujian.
defleksi lateral balok. Data logger
digunakan untuk membaca load cell, strain Pembuatan spesimen
gauge, dan LVDT, sedangkan notebook Campuran beton didesain
digunakan untuk merekam dan menampil- menggunakan persyaratan SNI 2487:2013
kan hasil pembacaan data logger, serta untuk rangka pemikul momen. Formulasi
6 Forum Teknik Vol. 37, No. 1, Januari 2016

campuran diperhitungkan dengan SNI 03- membuat lubang pada kolom dan balok
2834-1993 setelah pengujian agregat halus menggunakan mesin bor. Celah antara
dan agregat kasar. Pengadukan mengguna- tulangan dan lubang diinjeksi dengan epoxy
kan molen di laboratorium, menghasilkan adhesive. Selanjutnya permukaan beton
beton dengan nilai slump 40–75 mm, yang dikupas diolesi dengan perekat mortar
seperti pada Tabel 1. dan beton penguat dicetak. Nilai slump
beton penguat sebesar 40 mm.
Tabel 1. Nilai slump beton Pengujian spesimen dilakukan setelah
beton perkuatan melewati umur 28 hari.
Gambar 2 menunjukkan bentuk spesimen,
sedangkan Gambar 3 menunjukkan detil
penulangan perkuatan spesimen.

Metode pengujian
Pengujian dilakukan dengan uji siklik,
melalui pembebanan pada ujung kolom.
Kuat tekan silinder beton rata-rata Skema dan setup pengujian, susunan
sebesar 28,39 MPa, modulus elastisitas spesimen, beban dan alat ukur ditunjukkan
rata-rata 32,7x103 MPa, dan kuat tarik belah pada Gambar 4 dan Gambar 5.
3,05 MPa pada umur 28 hari.

(a) Spesimen SJ-01 (b) Spesimen SJ-02


Gambar 4. Skema pengujian

(c) Spesimen SJ-03

Gambar 3. Penulangan perkuatan

Setelah spesimen cukup umur,


perkuatan dikerjakan dengan melakukan Gambar 5. Setup Pengujian
pengupasan selimut beton pada daerah
sambungan yang akan diperkuat. Beban aksial diberikan sebesar 7,67
Pengupasan sampai tulangan terlihat, ton yang mewakili beban gravitasi yang
kemudian tulangan ditambahkan dengan harus ditanggung spesimen pada bangunan
Retrofitting Sambungan Kolom-Balok Beton Bertulang ─ Hernowo dan Lisantono 7

yang sesungguhnya. Beban tersebut daerah yang berjarak 40 cm di depan


diberikan pada kolom yang mewakili sambungan.
bagian atas pada bangunan. Pada spesimen SJ-01 yang diperkuat
Beban lateral diberikan oleh aktuator dengan ekspansi planar setengah tinggi
hidrolik yang dipasang pada ujung balok. balok, retak pertama muncul di ujung
Di tengahnya dipasang load cell untuk perkuatan, yang kemudian berlanjut ke sisi
mengukur beban aktuator, yang selanjutnya samping balok pada arah tegak lurus sumbu
dihubungkan dengan data logger. utama dan sisi atas balok. Retak ini
kemudian berkembang menjadi sendi
plastis. Sedangkan sendi plastis kedua juga
terjadi pada daerah yang berjarak 40 cm di
depan sambungan (Gambar 7b).
Pada spesimen SJ-02 retak pertama
terjadi pada ujung perkuatan tegak lurus
sumbu utama balok. Retakan tersebut
ternyata tidak berlanjut, tetapi mengarah
pada sisi yang sejajar sumbu utama di
daerah perkuatan sekitar tulangan
longitudinal. Kemudian menyambung ke
kolom yang menyebabkan segitiga
perkuatan terpisah dari spesimen. (Gambar
Gambar 6. Pola pembebanan (SNI 7438- 7c). Sendi plastis kedua terjadi pada daerah
2012) yang berjarak 50 cm di depan sambungan.
Pada spesimen SJ-03 pola retakan
Pada ujung balok dipasang LVDT di yang terjadi identik dengan spesimen SJ-03.
kedua sisi untuk mengukur perpindahan Retak dimulai dari ujung perkuatan, tegak
lateral. Kedua LVDT dihubungkan juga ke lurus sumbu utama balok yang kemudian
data logger untuk pembacaan. Strain gauge tidak berlanjut, tetapi berpindah ke daerah
yang ditanam dalam beton disambungkan sekeliling segitiga perkuatan. Sendi plastis
juga ke data logger melalui sebuah kedua muncul pada daerah yang berjarak 50
converter untuk pembacaan hasil pengukur- cm di muka sambungan (Gambar 7d).
an.
Pembebanan dengan beban siklik, Kapasitas beban maksimal
dikendalikan dengan displacement control,
Beban maksimal yang dicapai
mengikuti kaidah dalam SNI 7438-2012.
spesimen SJC 29,15 kN dan -22,53 kN pada
Pembebanan dilakukan dengan pola seperti
simpangan 2,3%-1 pada arah positif dan
ditunjukkan dalam Gambar 6.
negatif. Pada spesimen SJ-01 naik menjadi
32,87 kN pada simpangan 2,3%-1 arah
4. Hasil dan Pembahasan positif dan -34,35 kN pada simpangan
Pola retak 1,4%-2 arah negatif. Spesimen SJ-02
menghasilkan beban maksimal yang lebih
Pada spesimen SJC yang tidak rendah, yaitu 29,06 kN pada simpangan
diperkuat, retak pertama berupa retak lentur 2,3%-1 positif dan -21,96 kN pada
yang terjadi di sisi samping balok, 18 cm simpangan 1,75%-2 negatif. Sedangkan
dari sambungan yang tidak berlanjut pada pada spesimen SJ-03 beban maksimal
siklus selanjutnya. Retak pada daerah positif adalah 32,69 kN pada simpangan
sambungan muncul pada simpangan 0,2% 2,3%-1 dan beban maksimal negatif 23,22
siklus 3 (0,2%-3) pada sisi negatif kN pada simpangan 2,3%-1. Kenaikan
menyambung ke sisi samping balok beban maksimal spesimen SJ-01 sebesar
(Gambar 7a). Sampai akhir siklus sendi 12,74 dan spesimen SJ-03 sebesar 10,29%
plastis terjadi pada daerah sambungan dan dibandingkan dengan spesimen tanpa
perkuatan.
8 Forum Teknik Vol. 37, No. 1, Januari 2016

Gambar 7. Pengamatan retak

Beban maksimal rata-rata dari tiga


siklus untuk semua spesimen ditunjukkan
pada Gambar 8. Meskipun spesimen yang
diperkuat SJ-02 memiliki beban maksimal
yang lebih rendah dibandingkan yang tidak
diperkuat, terlihat bahwa penurunan
kekuatan setelah mencapai beban puncak
lebih lambat.
Pada akhir siklus ketiga simpangan
3,5%, beban puncak pada spesimen SJC
sebesar 70,2% dari beban maksimal pada
arah negatif (-) dan 28,65% pada arah
positif (+). Pada spesimen SJ-01 beban
puncak pada siklus tersebut menjadi
78,22% (-) dan 46,72% (+), spesimen SJ-02
sebesar 65,93% (-) dan 80,89% (+),
Gambar 8. Hubungan beban maksimal dan sedangkan pada spesimen SJ-03 sebesar
rasio simpangan 80,55% (-) dan 72,59% (+).
Retrofitting Sambungan Kolom-Balok Beton Bertulang ─ Hernowo dan Lisantono 9

Kurva histerisis terbesar 159,11 kN.mm pada rasio


simpangan 3,5% positif dan 221,40 kN.mm
Kurva histerisis menunjukkan
pada simpangan 3,5% negatif.
hubungan antara beban dan defleksi lateral.
Gejala penurunan tidak terjadi pada
Pada spesimen SJC, tren kenaikan beban
spesimen SJ-01, namun kenaikan energy
relatif cepat pada simpangan awal, tetapi
histerisis pada simpangan tersebut relatif
setelah mencapai puncak turun juga dengan
kecil pada arah positif, sedangkan pada arah
cepat (Gambar 9a). Pada spesimen SJ-01
negatif tidak nampak gejala yang sama
penurunan beban setelah beban puncak
(Gambar 10b). Spesimen SJ-01
terjadi lebih lambat (Gambar 9b). Hal yang
menunjukkan disipasi energi terbesar
sama terjadi pada spesimen SJ-02 dan SJ-
dibandingkan spesimen lainnya. Spesimen
03 (Gambar 9c dan Gambar 9d).
SJ-02 dan SJ-03 pada urutan selanjutnya
(Lihat Gambar 10c dan Gambar 10d),
Disipasi energi
sehingga semua spesimen yang diperkuat
Energi histerisis spesimen SJC menghasilkan disipasi energi yang lebih
cenderung mengalami kenaikan mengikuti baik dibandingkan dengan spesimen yang
kenaikan simpangan, tetapi pada simpangan tidak diperkuat.
akhir mengalami penurunan dan kemudian
naik lagi (Gambar 10a). Energi histerisis

Gambar 9. Perbandingan kurva histerisis


10 Forum Teknik Vol. 37, No. 1, Januari 2016

Gambar 10. Perbandingan energi histerisis

Gambar 11. Perbandingan energi potensial


Retrofitting Sambungan Kolom-Balok Beton Bertulang ─ Hernowo dan Lisantono 11

Kurva energi potensial cenderung Rasio redaman viskus ekuivalen


naik mengikuti rasio simpangan seperti (EVDR) pada spesimen SJC berfluktuasi
terlihat pada Gambar 11. Pada spesimen antara 3,86% - 10,36% dengan lonjakan
SJC dan SJ-01 terjadi kecenderungan pada siklus terakhir, yaitu 29,91% seperti
penurunan nilai energi potensial pada rasio ditunjukkan pada Gambar 12a. Spesimen
simpangan tinggi, yaitu 2,75% dan 3,5% SJ-01 memiliki rentangan EVDR yang
arah positif. Pada spesimen SJ-02 setelah lebih pendek, antara 4,23% - 7,24%,
turun pada simpangan 2,75% positif, energi sebelum terjadi lonjakan pada 3 rasio
potensial naik lagi pada simpangan simpangan terakhir arah positif (Gambar
selanjutnya. Penurunan cenderung rendah 12b). EVDR maksimal 31,88% pada
jika ukuran perkuatan semakin besar, dan simpangan 3,5%, lebih rendah dibandingan
pada spesimen SJ-03 sudah tidak terjadi spesimen SJC.
penurunan. Sedangkan pada arah negatif Grafik EVDR pada spesimen SJ-02
energi potensial selalu mengalami kenaikan menunjukkan nilai yang berfluktuasi antara
pada semua spesimen. Pada arah positif 3,95% - 12,49% sebelum terjadi lonjakan
energi potensial spesimen SJ-01 merupakan pada simpangan 3,5%, yaitu 17,61%,
yang terbaik, dan spesimen perkuatan seperti terlihat pada Gambar 12c.
lainnya menunjukkan nilai energi potensial Sementara pada spesimen SJ-03 nilai
yang lebih baik dibandingkan dengan EVDR berfluktuasi antara 4,33% - 10,13%
spesimen tanpa perkuatan. Sementara pada dengan lonjakan pada siklus terakhir arah
arah negatif spesimen SJ-03 dan SJ-02 positif 13,07%, yang terendah
lebih baik dibandingkan dengan spesimen dibandingkan spesimen lainnya, seperti
SJ-01 dan SJC. ditunjukkan pada Gambar 12d.

(a) Spesimen SJC (b) Spesimen SJ-01

(c) Spesimen SJ-02 (d) Spesimen SJ-0

Gambar 12. Perbandingan rasio redaman viskus ekuivalen (EVDR)


12 Forum Teknik Vol. 37, No. 1, Januari 2016

Kekakuan siklus Tabel 2. Rekapitulasi perhitungan daktilitas


Kekakuan awal spesimen tanpa
perkuatan (SJC) sebesar 3,53 kN/mm pada
arah positif dan 2,66 kN/mm pada arah
negatif. Kekakuan awal spesimen SJ-01
lebih tinggi 35,41% pada arah positif dan
78,20% pada arah negatif. Kekakuan awal
spesimen SJ-02 lebih tinggi 1,70% pada
arah positif dan 48,50% pada arah negative
dibandingkan spesimen SJC. Sedangkan
kekakuan awal spesimen SJ-03 lebih tinggi
1,42% pada arah positif dan 22,93 pada
arah negatif dibandingkan spesimen SJC.
Degradasi kekakuan spesimen SJC
turun sampai 16,68% (+) dan 7,01 (-) pada
akhir pengujian. Degradasi kekakuan
spesimen SJ-01 turun sampai 22,43% (+)
dan 9,36% (-), spesimen SJ-02 turun
sampai 30,11% (+) dan 7,93% (-),
sedangkan spesimen SJ-03 turun sampai 5. Kesimpulan
35,24% (+) dan 9,99% pada akhir
Dari hasil pengujian dan analisis,
pengujian. Perbandingan degradasi
dapat disimpulkan:
kekakuan ditunjukkan pada Gambar 13.
1. Kegagalan struktur spesimen kontrol
terjadi pada daerah sambungan,
perkuatan beton ekspansi planar pada
satu sisi sampai ukuran setengah tinggi
akan memindahkan daerah kegagalan ke
ujung perkuatan, sedangkan pada
perkuatan yang lebih besar kegagalan
terjadi pada elemen perkuatan yang
terlepas dari struktur awal.
2. Kenaikan kekuatan maksimal secara
signifikan terjadi pada spesimen dengan
perkuatan setengah dan perkuatan
penuh, masing-masing sebesar 12,74%
dan 10,29%. Sedangkan perkuatan tiga
perempat tidak menaikkan kekuatan
Gambar 13. Perbandingan degradasi maksimal.
Kekakuan 3. Disipasi energi pada akhir pengujian
Daktilitas spesimen perkuatan setengah memiliki
nilai tertinggi, diikuti oleh spesimen
Daktilitas rata-rata spesimen SJC sebesar perkuatan ¾ dan perkuatan penuh, lebih
3,6, spesimen SJ-01 sebesar 6,08, spesimen baik daripada spesimen tanpa perkuatan.
SJ-02 memiliki daktilitas terbaik yaitu 4. Spesimen perkuatan setengah memiliki
13,68, dan spesimen SJ-03 terbaik kedua energi potensial terbaik pada arah
sebesar 12,37, seperti ditunjukkan oleh positif, sedangkan spesimen perkuatan
Tabel 2. Kendala perhitungan daktilitas penuh memiliki energi potensial terbaik
adalah pada pengujian spesimen SJ-01 pada arah negatif pada siklus awal.
belum runtuh pada arah negatif, spesimen Sementara pada siklus stabil cenderung
SJ-02 belum runtuh pada arah positif, terjadi gejala penurunan energi potensial
sedangan spesimen SJ-03 belum runtuh pada simpangan-simpangan akhir.
pada arah positif dan negatif.
Retrofitting Sambungan Kolom-Balok Beton Bertulang ─ Hernowo dan Lisantono 13

5. Rasio redaman viskus ekuivalen Corrugated Steel Jacketing, ACI


cenderung menurun mengikuti dimensi Structural Journal 94-S26, 283-294.
perkuatan. - Hakuto, S., Park, R., Tanaka, H., 2000,
6. Kekakuan siklus awal specimen retrofit Seismic Load Tests on Interior and
meningkat sampai 35,41% dan 78,20% Exterior Beam-Column Joints with
untuk spesimen SJ-01, 1,70% dan Substandars Reinforcing Details, ACI
48,50% untuk specimen SJ-02, serta Structural Journal, 97-S2, 11-25.
1,42% dan 22,93% untuk spesimen SJ- - Irsyam, M., Sengara, I.W., Aldiamar, F.,
03. Degradasi kekakuan spesimen Widyantoro, S., Triyoso, W.,
retrofit juga mengalami pengurangan, Natawidjaja, D.H., Kertapati, E.,
dimana spesimen dengan dimensi Meilano, I., Suhardjono, Asrurifak, M.,
perkuatan semakin besar memiliki sifat Ridwan, M., 2010, Peta Hazard Gempa
yang semakin baik. Indonesia 2010 sebagai Acuan Dasar
7. Perkuatan ekspansi planar segitiga Perencanaan dan Perancangan
meningkatkan daktilitas sambungan Infrastruktur Tahan Gempa, Kementrian
secara signifikan. Pekerjaan Umum, Jakarta.
8. Perkuatan ekspansi planar mampu - Misir, I.S., Kahraman, S., 2013,
meningkatkan kekuatan sambungan Strengthening of Non-seismically
sehingga memenuhi criteria penerimaan Detailed Reinforced Concrete Beam
seperti disyaratkan dalam SNI 7438- column Joint Using SIFCON Blocks,
2012. Sadhana vol. 38, 69-88
- Park, R., Paulay, T., 1975, Reinforced
Ucapan terima kasih Concrete Structure, John Wiley & Sons,
New York.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
- SNI 03-2487-2002, Tata Cara
Kepala dan Staf Laboratorium Struktur dan
Perhitungan Beton Untuk Bangunan
Mekanika Bahan, Pusat Studi Ilmu Teknik
gedung, Badan Standardisasi Nasional,
(PSIT), Universitas Gadjah Mada serta
Jakarta.
kepada Kepala dan Staf Laboratorium
- SNI 03-2487-2013, Persyaratan Beton
Struktur dan Bahan Bangunan, Program
Struktural untuk Bangunan Gedung,
Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta atas
- SNI 03-2834-1993, Tata Cara
fasilitas yang diberikan untuk melakukan
Pembuatan Rencana Campuran Beton
penelitian ini.
Normal, Badan Standardisasi Nasional,
Jakarta
- SNI 15-2049-2004, Semen Portland,
Daftar pustaka
Badan Standardisasi Nasional, Jakarta
- SNI 7438-2012, Metode Uji dan Kriteria
- Alcocer, S.M., Jirsa, J.O., 1993, RC
Penerimaan Sistem Struktur Rangka
Frame Connection Rehabilitated by
Pemikul Momen Beton Bertulang
Jacketing, ACI Structural Journal 90(3),
Pracetak Untuk Bangunan gedung,
195-208.
Badan Standardisasi Nasional, Jakarta
- Chaimahawan, P., Pimanmas, A., 2009,
- Sulendra, I.K., 2005, Kerusakan Akibat
Seismic Retrofit of Substandar Beam-
Gempa dan Metode Perbaikan Elemen
column Joint by Planar Joint Expansion,
Struktur Pasca Gempa, Jurnal SMARTek
Material and Stuctures 42, 443-459.
vol.3 No. 1, 12-20.
- Gates, A.E., Ritchie, D., 2007,
- Supaviriyakit, T., Pimanmas, A., 2008,
Encyclopedia of Earthquake and
Comparative Performance of Sub
Volcanoes, 3rd ed, Fact on File Inc., New
standard Interior Reinforced Concrete
York.
Beam-Column Connection with Various
- Ghobarah, A., Aziz, T.S., Biddah, A.,
Joint Reinforcing Details, Material and
1997, Rehabilitation of Reinforced
Structures 41, 543-557.
Concrete Frame Connection Using

You might also like