You are on page 1of 9

Karakteristik dan Perilaku Berisiko Pasangan Infertil

di Klinik Fertilitas dan Bayi Tabung Tiara Cita


Rumah Sakit Putri Surabaya

Najakhatus Sa’adah, Windhu Purnomo


Departemen Biostatistika dan Kependudukan
FKM Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Kampus C UNAIR 60115
Alamat Korespondensi:
Najakhatus Sa’adah
najakaktus@gmail.com

ABSTRACT
Infertility is a condition in which someone unable to conceive and give birth after one year of regular coital activity
without contraception. The aim of this study was to describe respondents characteristic of infertile couple and
risk factors of the incidence of infertility, which are smoking, alcohol consumption and obesity on the incidence of
infertility. This study used descriptive analysis method. Sample of this study were all patients of infertile couples in
the Fertility Clinic and In Vitro Fertilization Tiara Cita during the period from November to December 2015. They
were 83 couples as the samples. The data of this study were collected from questionnaires as primary data and
general at clinic as secondary data. Analysis of data through cross tabulation. The results showed that respondents
was conduct risk behavior (39,8 percent ) to smoke, alcohol consumption ( 27,7 percent ), and obesity ( 40,9 percent
). Based on this data showed that the majority of couples infertil at the clinic was behave that the risk is one factor
of infertility. The need for increased knowledge about risk factors and for couples who had obesity to applied a
pattern of a healthy diet by keeping weight ideal.

Keywords: smoking, alcohol consumption, obesity and infertility

ABSTRAK
Infertilitas merupakan kondisi pada sesorang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengandung dan melahirkan
setelah satu tahun aktivitas koitus secara teratur tanpa kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan obesitas pada kejadian infertilitas Metode yang digunakan
adalah analisis deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien pasangan infertil di Klinik Fertilitas
dan Bayi Tabung Tiara Cita periode Nopember–Desember 2015. Jumlah sampel yang didapat sebanyak
83 pasangan. Pengumpulan data menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kuesioner
sedangkan data sekunder yaitu data umum klinik. Analisis data yang digunakan adalah univariat untuk melihat
distribusi frekuensi. Responden sebagian mengalami infertilitas primer (77,1 persen), Responden melakukan
perilaku berisiko sebesar (39,8%) untuk kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol (27,7 persen), dan obesitas
(40,9 persen). Berdasarkan data tersebut menggambarkan bahwa sebagian responden pasangan infertil di klinik
tersebut berperilaku berisiko yang menjadi salah satu faktor kejadian infertilitas. Dibutuhkan pengetahuan yang
lebih baik tentang beberapa perilaku berisiko serta pada pasangan suami istri untuk menerapkan pola diet yang
sehat dengan menjaga berat badan yang ideal.

Kata kunci: merokok, konsumsi alkohol, obesitas dan infertilitas

PENDAHULUAN Infertilitas memberikan dampak bagi


pasangan suami istri yang mengalaminya, selain
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk menyebabkan masalah medis, juga berdampak
hamil sesudah 12 bulan atau enam bulan pada masalah psikologis bahkan perekonomian.
pada wanita berusia lebih dari 35 tahun tanpa Secara garis besar, pasangan yang mengalami
menggunakan kontrasepsi dan melakukan infertilitas akan menjalani proses panjang, di
hubungan seksual aktif (Kusmiran, 2013). mana proses ini dapat menjadi beban fisik dan

61
62 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 1 Juli 2016: 61–69

psikologis bagi pasangan infertilitas (Koes, persen. Zat nikotin yang ada dalam tembakau
2014). dapat mempengaruhi kadar hormon dalam tubuh.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Nikotin juga mengandung racun yang berbahaya
tahun 2010 menyebutkan bahwa pasangan bagi embrio. Perempuan perokok berat cenderung
suami istri yang mengalami infertilitas sebanyak sulit hamil, mengalami kehamilan ektopik atau
25 persen dan menunjukkan bahwa 64 persen keguguran (Ambarwati, 2009).
penyebab berada pada istri dan sebesar 36 persen Data di Klinik Fertilitas dan Bayi
diakibatkan adanya kelainan pada suami (Addy, Tabung Tiara Cita RS. Putri Surabaya tahun
2012). 2013 menyebutkan jumlah kunjungan pasien
Badan Pusat Statistik (BPS) 2011 sebanyak 186 pasien dan meningkat pada tahun
menyebutkan dari total 237 juta penduduk berikutnya sebanyak 298 kunjungan. Pada bulan
Indonesia, terdapat kurang lebih 39,8 juta wanita Januari–September tahun 2015 jumlah kunjungan
usia subur, namun 10–15 persen diantaranya sebanyak 342 kunjungan.
infertil. Ariyadi (2006), menjelaskan bahwa Berdasarkan studi sebelumnya di beberapa
terdapat dua faktor yang mempengaruhi kejadian wilayah, tentang kaitan antara merokok, konsumsi
infertilitas, yaitu internal dan eksternal. Faktor alkohol dan obesitas pada kejadian infertilitas,
internal antara lain kelainan hormonal, kista maka dilakukan penelitian tentang faktor risiko
ovarium dan tumor. Faktor eksternal antara tersebut berdasarkan jenis infertilitas.
lain usia, kebiasaan merokok, alkohol juga
mempengaruhi kesuburan.
METODE PENELITIAN
Obesitas merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang serius karena obesitas berperan Penelitian ini menggunakan analisis
dalam meningkatkan morbiditas dan mortalitas. deskriptif. Populasi penelitian adalah pasangan
Prevalensi obesitas populasi dewasa di seluruh infertil di Klinik Fertilitas dan Bayi Tabung
dunia pada tahun 2005 mencapai 400 juta jiwa Tiara Cita RS. Putri Surabaya dan sampel yang
(WHO, 2011). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan diambil seluruh pasien pasangan infertil periode
Dasar (Riskesdas) tahun 2010, angka kejadian Nopember–Desember 2015 yaitu sebanyak 83
obesitas di Indonesia pada kelompok usia responden.
18 tahun ke atas dengan persentase terbanyak Variabel yang di gunakan adalah kebiasaan
pada wanita yaitu sebanyak 15,5 persen, merokok, konsumsi alkohol dan obesitas.
dibandingkan laki-laki yaitu sebesar 7,8 persen. Pengumpulan data dalam penelitian ini
Pada tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan menggunakan data primer dan data sekunder.
dewasa ( >18 tahun) 32,9 persen, naik 18,1 Data primer yaitu data yang diperoleh melalui
persen dan laki-laki sebanyak 19,7 persen wawancara secara langsung dengan menggunakan
meningkat dari tahun sebelumnya (13,9 persen) kuesioner yang diberikan kepada responden. Data
(Riskesdas, 2013). sekunder adalah data jumlah kunjungan pada
Pasangan usia subur yang keduanya tahun sebelumnya yang diperoleh dari Klinik
mengalami obesitas memiliki risiko 2.74 kali Fertilitas dan Bayi Tabung Tiara Cita RS. Putri
untuk mengalami infertilitas dibandingkan Surabaya.
dengan pasangan usia subur yang tidak obesitas. Data yang diperoleh diolah kemudian di
Bukan hanya obesitas, merokok juga dapat analisis untuk melihat gambaran distribusi
menyebabkan infertilitas. Sebuah penelitian oleh frekuensi dan hasilnya akan disajikan dalam
Saleh (2002), tentang efek merokok terhadap bentuk narasi dan tabulasi silang sesuai dengan
timbulnya seminal oxidative stres pada pria yang teori yang terkait.
mengalami infertil berhasil membuktikan bahwa
merokok memiliki efek yang merugikan terhadap
HASIL PENELITIAN
kualitas sperma, terutama konsentrasi sperma,
motilitas, dan morfologi. Responden dalam penelitian ini adalah
Kebiasaan merokok pada perempuan juga seluruh pasangan infertil yang datang ke
menurunkan kemungkinan hamil sebesar 30 klinik fertilitas periode Nopember–Desember
Sa’adah dan Purnomo, Karakteristik dan Perilaku Beresiko Pasangan… 63

2015 dengan total jumlah responden sebanyak Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan
83 pasangan. Adapun hasil analisis karakteristik
Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase
responden disajikan sebagai berikut:
Swasta 39 47
KARAKTERISTIK Wiraswasta 29 34,9
Jenis Infertilitas PNS/TNI/POLRI 15 18,1
Infertilitas dalam penelitian ini dibagi Total 83 100
menjadi dua kelompok yaitu infertilitas primer
dan sekunder. Infertilitas primer adalah ketika Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pendidikan
Pasangan Usia Subur (PUS) yang telah menikah Terakhir
lebih dari satu tahun melakukan hubungan
seksual secara aktif tanpa usaha pencegahan, Pendidikan
Frekuensi Persentase
tetapi belum juga terjadi kehamilan, atau belum terakhir
pernah melahirkan anak hidup dan infertilitas SD - -
sekunder adalah jika istri pernah hamil, namun SMP 1 1,2
kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun SMA 27 32,5
bersenggama tanpa usaha kontrasepsi. Sementara
PT 55 66,3
itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
83 responden, sebagian besar (77,1 persen) Total 83 100
mengalami infertilitas primer (Tabel 1.).
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kebiasaan
Kelompok Usia
Merokok Responden
Hasil Tabel 2 menginformasikan bahwa
kelompok usia responden lebih dari separuh (57,8 Kebiasaan Merokok Frekuensi Persentase
persen) berusia antara 26-35 tahun. Ya 33 39,8
Tidak 50 60,2
Jenis Pekerjaan Total 83 100
Hasil wawancara menunjukkan bahwa jenis
pekerjaan dari 83 responden yang terbanyak
Pendidikan Terakhir
adalah swasta sebanyak 39 (47 persen) dan yang
terendah adalah PNS/TNI/POLRI sebanyak 15 Mayoritas (66,3 persen) pendidikan terakhir
pasangan (18,1 persen). responden di Klinik fertilitas dan bayi tabung
Tiara Cita adalah di PT (Perguruan Tinggi) .
Tabel 1. Distribusi Jenis Infertilitas
Perilaku Berisiko
Jenis
Frekuensi Persentase
Infertilitas Pada penelitian ini akan dikaji beberapa
Primer 62 77,1 perilaku yang berisiko menjadi salah satu
penyebab infertilitas diantaranya adalah
Sekunder 21 22,9
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan
Total 83 100 obesitas.
Tabel 2. Distribusi Kelompok Usia Kebiasaan Merokok
Responden.
Distribusi frekuensi kebiasaan merokok
Usia Frekuensi Persentase responden di Klinik Fertilitas dan Bayi Tabung
15–25 6 7,2 Tiara Cita periode Nopember–Desember 2015.
26–35 48 57,8 Hasil penelitian menunjukkan bahwa, lebih
36–45 29 34,9 dari separuh (60,2 persen) total responden tidak
memiliki kebiasaan merokok.
Total 83 100
64 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 1 Juli 2016: 61–69

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Jumlah batang rokok


Merokok Berdasarkan Usia Penelitian ini membagi jumlah batang rokok
Kebiasaan merokok yang di hisap responden dalam tiga kelompok,
Usia Frekuensi yaitu 1-5 batang, 6-10 batang dan lebih dari 10.
Ya Tidak
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
15–25 1(3,1%) 5 (10%) 6 (7,3%)
(63,6 persen) responden di Klinik Tiara Cita
26–35 15 (45,4%) 33 (66%) 48 (57,8%) mengonsumsi rokok sejumlah 6-10 batang per
36–45 17 (51,5%) 12 (24%) 29 (34,9%) hari (Tabel 9.).
Total 33 (39,7%) 50 (60,3%) 83 (100%)
Konsumsi Alkohol
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Usia Pertama Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
Kali Responden Merokok 83 responden, lebih dari setengahnya
(72,3 persen) tidak mengonsumsi alkohol, dapat
Usia Merokok Frekuensi Persentase dilihat lebih rinci pada Tabel 11.
< 12 7 21,2
12–30 26 78,8 Terakhir Konsumsi Alkohol
>30 - - Hasil analisis Tabel 12. menunjukkan bahwa
Total 33 100 dari 23 responden yang mengonsumsi alkohol,
frekuensi terakhir sebelum datang ke klinik
paling banyak adalah 1–2 bulan yaitu sebesar
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Lama Merokok 73,9 persen.
Responden Sebelum Menikah
Distribusi Konsumsi Alkohol Berdasarkan
Lama Merokok Frekuensi Persentase
Usia
<5 15 45,4
Tabel 13. menggambarkan bahwa kelompok
>5 18 54,6
usia yang paling banyak mengonsumsi alkohol
Total 33 100 adalah usia 26–35 tahun yaitu sebanyak
12 responden dapat di lihat lebih rinci pada Tabel
Distribusi Merokok Berdasarkan Usia 12.
Tabel 6. menunjukkan bahwa responden Frekuensi konsumsi alkohol
yang mempunyai kebiasaan merokok paling
banyak pada kelompok usia 26-35 tahun dan
36-45 dengan masing-masing sebesar 15 dan Tabel 9. Distribusi Frekuensi Jumlah Batang
17 pasangan. Rokok yang Dihisap
Jumlah batang Frekuensi Persentase
Usia Pertama Kali Merokok
1–5 3 9,1
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 33 6–10 21 63,6
responden yang merokok, sebagian besar (78,8
>10 9 27,3
persen) responden pertama kali merokok pada
usia antara 12-30 tahun. Total 33 100

Lama Merokok
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Mengonsumsi
Hasil wawancara dengan 33 responden yang Alkohol
mempunyai kebiasaan merokok tentang durasi
lama merokok dapat dilihat pada tabel 8. Konsumsi Alkohol Frekuensi Persentase
Hasil penelitian menggambarkan untuk Ya 23 27,7
frekuensi lama merokok responden yang paling Tidak 60 72,3
banyak sebelum menikah adalah lebih dari lima
Total 83 100
tahun yaitu sebesar 54,6 persen.
Sa’adah dan Purnomo, Karakteristik dan Perilaku Beresiko Pasangan… 65

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Terakhir 27. Lima puluh sembilan persen tidak mengalami
Mengonsumsi Alkohol obesitas (Tabel 16.).
Terakhir konsumsi Distribusi Obesitas Berdasarkan Usia
Frekuensi Persentase
alkohol
Tabel 17 menggambarkan bahwa kelompok
Sampai saat ini 2 8,7
usia yang paling banyak mengalami obesitas
1 minggu terakhir 2 8,7 adalah diatas 25 tahun. Dengan masing-masing
1–2 bulan terakhir 17 73,9 26–35 tahun sebanyak 18 dan 36–45 tahun
>12 bulan terakhir 2 8,7 sebanyak 15.
Total 23 100
PEMBAHASAN
Tabel 13. Distribusi Kebiasaan Mengonsumsi
Karakteristik Responden
Alkohol berdasarkan Usia
Pendidikan mempengaruhi proses
Konsumsi Alkohol pembentukan sikap, dalam hal ini menjelaskan
Usia Frekuensi
Ya Tidak bahwa pendidikan mempengaruhi sikap
15–25 3(13,1%) 3(5%) 6 (7,2%) seseorang dalam menangani suatu permasalahan
26–35 12(52,2%) 36(60%) 48(57,9%) dalam hidupnya. Hasil penelitian menunjukkan
36–45 8(34,7%) 21(35%) 29(34,9%) mayoritas responden pasangan infertil
berpendidikan perguruan tinggi yaitu 66,3 persen
Total 23 (27,7%) 60 (72,3%) 83 (100%)
atau sebanyak 55 responden an bekerja di sektor
swasta ( 47 persen).
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Mengonsumsi
Alkohol Tabel 15. Distribusi Frekuensi Takaran
Konsumsi Alkohol Responden
Frekuensi konsumsi
Frekuensi Persentase
alkohol Takaran konsumsi
Frekuensi Persentase
1 minggu sekali 1 4,5 alkohol
1 bulan sekali 1 4,5 1 slok/gelas 9 39,1
>1 bulan 3 13,1 < 1 slok/gelas 14 60,9
Jarang 18 77,9 Total 23 100
Total 23 100
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Obesitas
Tabel 14 menginformasikan bahwa lebih
dari setengah (77,9 persen) responden pasangan Obesitas Frekuensi Persentase
infertil jarang mengonsumsi alkohol. Ya 34 40,9
Tidak 49 59,1
Takaran Konsumsi Alkohol
Total 83 100
Hasil penelitian menunjukkan dari
23 responden yang mengonsumsi alkohol, jumlah
takaran untuk sekali mengonsumsi alkohol Tabel 17. Distribusi Obesitas Berdasarkan Usia
responden paling banyak adalah kurang dari satu
slok/gelas yaitu sebanyak 14 responden. Lebih Obesitas
Usia Frekuensi
rinci dapat dilihat pada tabel 15. Ya Tidak
15-25 1 (5,81%) 4 (8,23%) 6 (7,3%)
Obesitas 26-35 18 (58,8%) 28 (57,1%) 48 (57,8%)
Responden dikatakan mengalami obesitas 36-45 15 (35,4%) 17 (34,7%) 29 (34,9%)
pada penelitian ini apabila mempunyai Indeks Total 34 (41%) 49 (59%) 83 (100%)
Masa Tubuh (IMT) lebih dari atau sama dengan
66 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 1 Juli 2016: 61–69

Kelompok Usia (57,8 persen) berusia antara 26–35 tahun.


Penurunan kesuburan pada perempuan Lebih lanjut penelitian Alam dan Hadibroto
disebabkan beberapa hal. Semakin lanjut usia (2007), menyebutkan bahwa tingkat infertilitas
perempuan, semakin tipis sisa cadangan sel telur wanita berbeda tergantung dari kelompok usia.
yang ada. Karena, indung telur juga semakin Kelompok yang paling subur pada usia 20–29
kurang peka terhadap hormon gonadotropin tahun dengan tingkat 90 persen subur. Setelah itu,
(hormon yang merangsang indung telur pada usia30–34 tahun angka ketidaksuburan naik
mengeluarkan hormon estrogen dan hormon menjadi 14 persen, usia 35–39 tahun meningkat
progesteron). Semakin lanjut usia istri, semakin lagi menjadi 20 persen, dan usia 40–44 tahun
meningkat juga risiko untuk terjadinya infertilitas menjadi 25 persen.
(Azhari, 2005).
Kebiasaan Merokok
Fase reproduksi merupakan waktu bereproduksi
sehingga dapat mempunyai kemampuan untuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa, lebih
hamil yang dimulai setelah fase pubertas sampai dari setengah (60,2%) total responden tidak
sebelum fase menopause. Pada fase reproduksi, memiliki kebiasaan merokok. Budiman (2011),
wanita mempunyai 400 sel telur. Semenjak menyebutkan bahwa ada hubungan antara
wanita mengalami menarche sampai menopause, kebiasaan merokok dengan kualitas sperma
wanita mengalami menstruasi secara periodik karena rokok mengandung zat berbahaya yang
yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat menyebabkan kerusakan oksidatif terhadap
mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. mitokondria, tingginya kerusakan pada morfologi
Diatas umur 35 tahun, kemampuan reproduksi sperma, serta menyebabkan keguguran dan
wanita menurun drastis. Simpanan sel telur mulai secara jelas dapat meningkatkan risiko infertilitas
berkurang pada umur 35 tahun dikarenakan mulai pada pria maupun wanita merokok juga dapat
terjadi ketidakseimbangan hormon sehingga merusak efek pengobatan kesuburan bahkan saat
kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun seseorang dalam keadaan hamil.
drastis dan kualitas sel telur yang dihasilkan Asap rokok yang dihirup seorang perokok
pun menurun. Hal ini mengakibatkan tingkat mengandung beberapa komponen yang
keguguran meningkat. Pada kisaran umur 45 berpotensi menimbulkan radikal bebas ke dalam
tahun sel telur sudah tidak berproduksi sehingga tubuh, diantaranya karbon monoksida, karbon
tidak terjadi menstruasi lagi dan kesempatan dioksida, oksida dan nitrogen dan senyawa
hamil sudah jauh meningkat (Aizid, 2012). hidrokarbon. Komponen partikel dalam asap
Pada pria dengan bertambahnya usia semakin rokok diantaranya nikotin, tar dan kadmiun.
dapat menyebabkan penurunan kesuburan di Kelebihan produksi radikal bebas atau oksigen
mana hanya sepertiga pria yang berusia diatas yang reaktif (ROS, reactive oxygen species)
40 tahun mampu menghamili istrinya dalam dapat merusak sperma, dan ROS merupakan
waktu 6 bulan, dibanding pria yang masih berusia salah satu faktor penyebab infertilitas (Agarwal
di bawah 25 tahun. Kualitas sperma juga berbeda. et al. 2003).
Sperma yang sering disebut juga mani atau Kebiasaan merokok merupakan salah satu
semen adalah ejakulat yang berasal dari seorang gaya hidup yang akan semakin menambah
pria berupa cairan kental dan keruh, berisi secret radikal bebas dalam tubuh sehingga lebih rentan
dari kelenjar prostat, dan spermatozoa. Terdiri mengalami infertilitas. Mitokondria dan plasma
dari bagian cair dan bagian padat. Bagian yang merupakan tempat produksi radikal bebas
cair ialah semen (air mani) dan yang padat adalah dalam tubuh. Proses produksi ini melibatkan
spermatozoa. Fungsi spermatozoa yaitu untuk enzim kreatinin kinase dan diaphorase. Radikal
mengantarkan material genetis jantan ke betina bebas menyebabkan kerusakan DNA dan
serta mengaktifkan program perkembangan telur akhirnya apopotosis sel sperma.
(Kasdu, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33 responden yang merokok, sebagian besar
kelompok usia responden lebih dari separuh (78,8 persen) responden pertama kali merokok
pada usia antara 12-30 tahun dan sebagian besar
Sa’adah dan Purnomo, Karakteristik dan Perilaku Beresiko Pasangan… 67

(63,6 persen) responden mengonsumsi rokok perjalanan dalam garis lurus. Sel spermatozoa
sejumlah 6–10 batang per hari 54,6 persen. akan mengalami kesulitan untuk menembus
Responden dengan jangka waktu mengonsumsi lender serviks atau kulit luar sel telur. Akibatnya
rokok > 5 tahun sebelum mereka menikah. kemungkinan untuk membuahi sel telur juga
Pada perokok terdapat peningkatan level tidak ada.
8-hydroxydeoxyguanosine, penanda biokimia Menurut Amarudin (2012), etanol yang
dan kerusakan oksidatif DNA sperma, yang terdapat dalam minuman keras dapat menurunkan
menyebabkan terjadinya kerusakan DNA pada frekuensi gerakan flagel sehingga motilitas
sperma. Spermatozoa tersebut mengalami spermatozoa akan menurun. Hal ini diduga
kelainan struktur kromatin berupa single/double- karena meningkatnya reaksi etanol di dalam
strand DNA breaks (Budiman, 2011). tubuh mengakibatkan terjadinya kerusakan sel,
Amaruddin (2012) menyebutkan bahwa pria sehingga produksi ATP sebagai bahan energi
yang merokok 10-20 batang per hari memiliki mitokondria rendah. Reaksi etanol dalam
kecenderungan 7,2 kali untuk mengalami tubuh yang tinggi menimbulkan terbentuknya
kualitas sperma abnormal dibandingkan pria peroksida lipid pada membrane spermatozoa
yang tidak merokok. Pria yang merokok sebanyak dapat menyebabkan kerusakan membrane
21–40 batang per hari memiliki kecenderungan spermatozoa. Peroksida lipid tersebut berasal dari
mengalami kualitas sperma abnormal 27,7 kali reaksi asam lemak tak jenuh dengan etanol yang
dibandingkan pria yang tidak merokok. banyak terdapat pada membran spermatozoa.
Kerusakan sel spermatozoa dapat terjadi karena
Pada wanita yang mengonsumsi rokok,
enzim pertahanan terhadap reaksi etanol dalam
ditemukan kadar estradiol yang rendah dalam
sitoplasma spermatozoa tidak cukup banyak
darah dan cairan folikular. Respons ovarium
untuk menurunkan reaksi etanol.
terhadap clomifen pada wanita yang merokok
Alkohol dapat mengganggu fungsi sel
juga rendah, selain menyebabkan infertilitas
Leydig dengan sintesis testosteron sehingga
juga menyebabkan aborsi dan angka keberhasilan
menyebabkan kerusakan pada membran basalis.
kehamilan rendah. Hal tersebut diakibatkan
Alkohol juga dapat memperburuk kualitas
efek negatif dari asap rokok seperti nikotin sperma, jumlah sperma rendah, encer, morfologi
dan PAH terhadap gonadotropin, pembentukan sperma abnormal serta menurunkan kadar zinc
corpus luteum, interaksi gamet, fungsi tuba, yang berguna untuk membentuk lapisan luar dan
dan implantasi hasil konsepsi, sehingga bisa ekor sperma serta melindungi dari kerusakan
terjadi disfungsi tuba, abortus, kehamilan ektopik oxidative dan membantu menghentikan aglutinasi
dan infertilitas. dan jika dalam jumlah banyak dapat menurunkan
fungsi seksual melalui penghambatan biosintesis
Konsumsi Alkohol (Ambarwati, 2009).
Minuman keras (miras) merupakan minuman Sistem reproduksi pria terdiri dari
yang didalamnya terdapat kandungan alkohol hipotalamus, kelenjar pituitari anterior, dan
seperti etanol berbahan psikoaktif yang testis. Alkohol dapat mengganggu fungsi
menyebabkan penurunan kesadaran dan gangguan dari masing-masing komponen sehingga
pada kesehatan. Mengonsumsi alkohol dalam menyebabkan impotensi, infertilitas dan
jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan mengurangi karakteristik seksual sekunder.
dampak negatif di dalam kehidupan seperti Hasil penelitian menunjukkan 72,3 persen
kerusakan organ, dan gangguan sistem reproduksi tidak mengonsumsi alkohol. Jarkko (2006),
(Ngadji, 2007). menjelaskan bahwa konsumsi alkohol dalam
Menurut Ress (2005), kandungan etanol jumlah moderat dapat mempengaruhi kualitas air
yang terdapat dalam minuman keras dan mani serta secara serius mempengaruhi proses
mengonsumsi dalam dosis yang berlebihan spermatogenesis.
dapat membahayakan motilitas spermatozoa Alkohol berhubungan dengan gangguan
dan mengurangi kemampuannya untuk kesehatan reproduksi seperti impotensi dan
bergerak menjadi lambat atau tidak melakukan atropi testis, spermatogenesis dan memiliki efek
68 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 1 Juli 2016: 61–69

merugikan pada reproduksi laki-laki, hormon yang disebabkan persentase lemak yang
dan kualitas sperma. Sebuah kasus kontrol studi berlebih dibanding dengan pria yang memiliki
yang dilakukan di Jepang menunjukkan bahwa berat badan normal. Obesitas mengakibatkan
alkohol secara signifikan lebih umum pada rendahnya produksi sperma, sperma yang
infertil pria dibandingkan pada kontrol. Alkohol abnormal, disfungsi ereksi dan kemandulan
paparan in vitro menginduksi penurunan motilitas (Sallmen M, dkk, 2006).
sperma dan morfologi, dan respons berhubungan Hasina (2011) menyebutkan bahwa obesitas
dengan dosis. Selain itu, risiko aneuploidi sperma merupakan salah satu faktor pada infertilitas.
XY adalah lebih besar pada peminum alkohol Jika seorang memiliki berat badan yang berlebih
dibandingkan dengan bukan peminum (Budiman, (over weight) atau memiliki lemak tubuh 10-
2011). 15% dari persentase lemak tubuh normal atau
Penelitian Ahsan (2012) menjelaskan mengalami obesitas, maka seseorang tersebut
bahwa pria yang memiliki kebiasaan konsumsi kemungkinan besar akan menderita gangguan
alkohol memiliki risiko 13.409 kali lebih besar keseimbangan hormon dan pertumbuhan folikel
untuk mengalami keterlambatan konsepsi di ovarium meningkat yang disebut Polycistic
(infertilitas) pasangan suami istri pada laki-laki Ovarium Syndrome (PCOS).
bila dibandingkan dengan responden yang tidak Pada wanita yang memiliki persentase
mengonsumsi alkohol, atau dapat disimpulkan lemak tubuh tinggi terjadi peningkatan
bahwa kebiasaan mengonsumsi alkohol produksi androstenedion yang merupakan
merupakan faktor risiko terhadap kejadian androgen yang berfungsi sebagai prekusor
keterlambatan konsepsi (infertilitas) pasangan hormon reproduksi. Androgen digunakan untuk
suami istri pada laki-laki. memproduksi estrogen di dalam tubuh dengan
bantuan enzim aromatase. Proses aromatisasi
androgen menjadi estrogen ini terjadi di sel-sel
Obesitas granulosa dan jaringan lemak. Semakin banyak
Faktor risiko kejadian infertilitas lainnya persentase jaringan lemak tubuh, semakin banyak
adalah obesitas. Hasil penelitian menunjukkan pula estrogen yang terbentuk yang kemudian
59 persen responden tidak mengalami obesitas. dapat mengganggu keseimbangan hormon di
Selanjutnya kelompok usia yang paling banyak dalam tubuh sehingga menyebabkan gangguan
mengalami obesitas adalah di atas 25 tahun. menstruasi.
Andon (2015), menjelaskan bahwa obesitas pada Gangguan siklus menstruasi tersebut diakibatkan
wanita memiliki risiko 78 persen lebih besar karena adanya gangguan umpan balik dengan
mengalami infertilitas dibandingkan dengan kadar estrogen yang selalu tinggi sehingga
wanita yang tidak obesitas. Pria obesitas memiliki kadar Follicle Stimulating Hormone (FSH) tidak
risiko 49 persen lebih tinggi dibandingkan mencapai puncak. Pertumbuhan folikel terhenti
yang berat badan normal sedangkan pasangan sehingga tidak terjadi ovulasi. Keadaan ini
usia subur yang keduanya obesitas memiliki berdampak pada perpanjangan siklus menstruasi
risiko 2.74 kali untuk mengalami infertilitas (oligomenore) ataupun kehilangan siklus
dibandingkan pasangan subur yang tidak menstruasi (amenore) (Alaa, 2015).
obesitas.
Penelitian Juwarnis (2009), juga menyebutkan SIMPULAN DAN SARAN
bahwa obesitas mempunyai hubungan dengan
Simpulan
kejadian infertilitas. Pasangan usia subur
yang mengalami obesitas mempunyai peluang Sebagian besar responden sebagian besar
13,6 kali untuk mengalami infertilitas dibanding mengalami infertilitas primer (77,1 persen),
pasangan yang tidak obesitas. Beberapa kasus kelompok usia responden lebih dari separuh (57,8
infertilitas pada pria yang disebabkan obesitas persen) berusia antara 26–35 tahun. Pendidikan
mempunyai hubungan dengan tingginya estrogen terakhir responden sebagian besar (66,3 persen)
yang dihasilkan adalah PT dan jenis pekerjaan yang paling
banyak adalah swasta
Sa’adah dan Purnomo, Karakteristik dan Perilaku Beresiko Pasangan… 69

Responden melakukan perilaku berisiko Aizid, R. 2012. Mengatasi Infertilitas


sebesar 39,8 persen untuk kebiasaan merokok, (Kemandulan). Jogjakarta: Flash Books.
mengonsumsi alkohol (27,7 persen ), dan obesitas Budiman. 2011. Skripsi. Hubungan Usia,
(40,9 persen). Kebiasaan Merokok, Kebiasaan Minum
Alkohol, Dan Konsumsi Obat-obatan dengan
Saran Kualitas Sperma Di Fertility Centre RSIA
Pihak klinik diharapkan untuk dapat Melinda Bandung.
memberikan informasi tentang gaya hidup dan Hasina, M. 2011. “Factors Associated with
beberapa perilaku berisiko yang menjadi salah Secondary Infertility”. Department of
satu faktor kejadian infertilitas. Community Medicine, Ibrahim Medical
Pasangan suami istri yang keduanya atau College, Dhaka Bangladesh.
salah satu diantaranya mengalami obesitas Jsuwarnis, Y. 2009. Faktor Eksternal Yang
bisa menjaga berat badan yang ideal dengan Berhubungan Dengan Kejadian Infertilitas
menerapkan pola hidup sehat. Pada Ibu Di RSUP DR. M. Djamil Padang
Tahun 2008. Fakultas Kedokteran. Universitas
Andalas
DAFTAR PUSTAKA
Kasdu, D. 2008. Solusi Problem Wanita Dewasa.
Agarwal A, Saleh RA, Bedaiwy MA.2003. Role of Jakarta: Puspa Swara, Anggoru IKAPI.
reactive oxygen species ini the pathophysiology Koes, I. 2014. Panduan Lengkap Biologi
of human reproduction. Fertil Steril. 79:829– Reproduksi Manusia untuk Paramedis dan
843 Nonmedis. Bandung: Alfabeta.
Ahsan, Buraerah Abd. Hakim, Muh. Tamar. Kusmiran, E. 2013. Reproduksi Remaja dan
2012. Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Keterlambatan Konsepsi (Infertilitas) Pasangan Ngadji, A. 2007. Pengaruh Pemberian Etanol Per
Suami Istri pada Laki-laki di Kecamatan Palu oral terhadap Gambaran Histologik Sel-Sel
Utara Kota Palu. FKM UNHAS. Spermatogenik dan Sel Leydig Pada Testis
Alaa, H. J. 2015. A Study of the correlations of Tikus Putih. JIPTUNAR. Surabaya.
some sex hormone with obesity secondary Ress, T.J. 2005. The Toxicology Of Male
infertility. Department of Chemistry, college Reproduction. Literature Review in Applied
of science, Al Nahrun University. Vol. 18(2), Toxicology. Portsmouth University
June, 2015. Pp. 44–49. Sa’adah, Najakhatus. 2016. Perbedaan Jenis
Alam, S. & Hadibroto, I. 2007. Infertil.Jakarta: Infertilitas Berdasarkan Karakteristik,
PT. Gramedia Pustaka Utama. Kebiasaan Merokok, Konsumsi Alkohol dan
Amarudin. 2012. Tesis. Pengaruh Merokok Obesitas (Studi Pada Pasangan Infertil di
Terhadap Kualitas Sperma Pada Pria dengan Klinik Fertilitas dan Bayi Tabung Tiara Cita
Masalah Infertilitas Studi Kasus Kontrol di RS. Putri Surabaya). Surabaya: Universitas
Jakarta tahun 2011.Univeritas Indonesia. Airlangga.
Jakarta. Saleh RA, Agarwal A., Nada EA., El-Tonsy MH.,
Ambarwati, P. 2009. Asuhan Kebidanan et al.2002. Negative Effects Of Increased
Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Sperm DNA Damage in Relation Seminal
Andon, H. 2015. Reproduksi dan Infertilitas Oxidative Stress in Men With Idiopthic
dalam Praktek Sehari-hari. Jakarta: Badan And Male Factor Infertility. Fertil Tsteril
Penerbit Fakultas Kedokteran UI. 79(3):1597–1605.
Azhari, A. 2005. Pengobatan Alternatif Dan Sallmen M, dkk. 2006. Reduced fertility among
Pijat Refleksi. Surabaya: Pustaka Hikmah overweight and obese men. Epidemiology.
Perdana.

You might also like