You are on page 1of 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT BAHAN


BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI RUMAH SAKIT TK. II 04.05.01 dr.
SOEDJONO MAGELANG

Nila Himayati*, Tri Joko**, Hanan Lanang Dangiran **


*) Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
**) Dosen Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Jalan Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Kota Semarang 50239, Indonesia
*) Email : himayatinila@gmail.com

ABSTRACT
Hospital TK. II 04.05.01 dr. Soedjono Magelang is a grade B hospital which already
has accreditation plenary. Health care facilities has side result was medical and non
medical waste. Medical waste generated belongs to the hazardous materials and
toxic waste. Hazardous and toxic medical solid waste has mandatory be well
managed must be managed properly in the waste began to phase reduction and
sorting, storage phase and the transport phase to reduce the risk of employment,
health, and environmental impact. The purpose of this research was to evaluate the
management of hospital B3 solid waste from reduction and sorting stage, the storage
stage, carriage stage under Regulation Ministry of Environment and Forestry No. 56
in 2015 on Procedures and Technical Requirements for the management of
hazardous and toxic of Health Care Facilities. This research is observational
research which has qualitative descriptive with cross sectional approach. This
research subject is taken using purposive sampling technique that consists of 9 key
informants and 3 triangulation informants. The results of this research showed that
the average B3 solid medical waste generated each day reach 82.37 kg.
Assessment of the evaluation based on the regulation of the Minister of environment
and Forestry Number 56 year 2015 get a percentage of 76,39%, which means do not
meet the standard of 100%. Problems were found in the stages of management,
such as there is no system of labelling on the containers and bags of waste, errors in
the storage and transport, as well as negligence officer in usage self tool protection
(APD) in the storage and carriage stage.

Keyword : Evaluation, management of hazardous and toxic waste, hospital

PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan Keberadaan rumah sakit memberikan
lembaga kesehatan yang kemudahan akses bagi masyarakat
menyediakan layanan kesahatan untuk memperoleh pelayanan
perorangan secara lengkap dan kesehatan dengan jaminan
penuh bagi masyarakat dengan keselamatan dan memberikan
memiliki fasilitas layanan rawat inap, kepastian hukum.1 Aktifitas pelayanan
rawat jalan, dan gawat darurat. kesehatan rumah sakit menjadikan

485
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

rumah sakit sebagai penghasil limbah dan non medis yang sesuai untuk
terbesar salah satunya yaitu limbah menjaga kebersihan dna kenyamanan
yang masuk dalam golongan limbah rumah sakit sehingga tercipta kondisi
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) rumah sakit yang sehat dan dapat
yang berpotensi besar menyebabkan memutuskan laur penularan penyakit
pencemaran lingkungan.2 menular.7
Limbah B3 adalah buangan Menurut lampiran 1 PP Nomor
dari suatu kegiatan yang mengandung 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan
B3 dikarenakan karakteristik yang limbah bahan berbahaya dan beracun
dimilikinya. Limbah tersebut baik limbah medis rumah sakit masuk
secara langsung ataupun tidak dalam kategori limbah B3 dengan
langsung mampu menimbulkan kode limbah A337-1, dimana yang
pencemaran lingkungan, merusak masuk dalam kategori limbah B3 di
lingkungan hidup, bahkan dapat rumah sakit dan fasilitas pelayanan
berdampak buruk pada kelangsungan kesehatan diantaranya adalah limbah
kehidupan manusia.3 medis dengan karakteristik infeksius,
Berdasarkan Profil Kesehatan produk, bahan kimia kadaluarsa,
Indonesia tahun 2016, jumlah rumah farmasi kadaluarsa, peralatan
sakit di Indonesia mencapai 2.601 laboratorium terkontaminasi B3,
rumah sakit umum dan khusus peralatan medis mengandung logam
dengan peningkatan sebanyak 4,5% berat, dan sejenisnya, kemasan
dari tahun 2015.4 Buku Saku produk farmasi dan Sludge IPAL.3
Kesehatan Jawa Tengah tahun 2016, Pengelolaan limbah medis padat
di Provinsi Jawa Tengah terdapat 280 rumah sakit diatur dalam Keputusan
rumah sakit umum dan khusus. Menteri Kesehatan Nomor 1204 tahun
Sebanyak 228 RSU dan 52 RSK.5 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Cakupan rumah sakit yang Lingkungan Rumah Sakit bahwa
melakukan pengelolaan limbah medis pengelolaan limbah medis padat perlu
sesuai standar berdasarkan data Profil meliputi minimasi limbah, pemilahan,
Kesehatan Indonesia tahun 2016 pewadahan, pemanfaatan kembali
sebesar 17,36% dan 6 provinsi yang dan daur ulang.8 Sedangkan dalam
belum melakukan pengelolaan sesuai Permen LHK Nomor 56 tahun 2015
standar yaitu Sulawesi Tengah mengenai Tata Cara dan Persyaratan
Bengkulu, Papua Barat, Nusa Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Tenggara Timur, , Sulawesi Barat, dan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas
Papua.4 Limbah rumah sakit sekitar Pelayanan Kesehatan, rumah sakit
10-20% adalah yang dinilai merupakan salah satu fasilitas
berbahaya dan mampu menimbulkan pelayanan kesehatan yang
berbagai dampak kesehatan, menyumbang produksi LB3 dengan
sehingga 70-90% diantaranya memiliki kewajiban melakukan
merupakan limbah yang menyerupai pengelolaan LB3 meliputi
limbah domestik.6 pengurangan dan pemilahan,
Secara nasional rumah sakit penyimpanan, pengangkutan,
menyumbang produksi limbah padat pengolahan, penguburan, dan/atau
sebanyak 376.089 ton/hari dan penimbunan LB3.9
produksi limbah cair rumah sakit Pada studi pendahuluan yang
sebanyak 48.985 ton/hari. Sehingga sudah dilakukan didapatkan bahwa
dibutuhkan pengelolaan limbah medis pengelolaan limbah B3 yang dilakukan

486
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

di Rumah Sakit Tk. II 04.05.01 dr. rumah sakit, Kesehatan dan


Soedjono masih belum sepenuhnya Keselamatan Kerja Rumah Sakit
benar dan sesuai menurut Permen (K3RS), dan Pencegahan dan
LHK No 56 tahun 2015, diantaranya Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah
kesalahan pada upaya pemilahan Sakit. Objek penelitian ini adalah
limbah infeksius dan limbah non pengelolaan limbah B3 yang meliputi
medis sehingga ditemukan limbah pemilahan, penyimpanan dan
yang tidak sesuai tempatnya, tidak pengangkutan limbah B3.
adanya simbol B3 pada tong sampah Sumber data yang digunakan
dan pada kantong plastik, pada yaitu data primer dan data sekunder.
pengangkutan diketahui bahwa troli Data primer pada penelitian ini
yang digunakan untuk mengangkut didapatkan berdasarkan hasil dari
limbah B3 memiliki warna yang sama observasi langsung dan wawancara
dengan troli yang digunakan untuk secara mendalam. Data sekunder
mengangku limbah domestik, pada penelitian ini adalah telaah
sehingga memungkinkan terjadi dokumen yang terkait dengan
kekeliruan penggunaan troli. TPS pengelolaan limbah medis padat B3 di
kebersihannya masih kurang dan tidak rumah sakit berupa data terkait
ada tempat untuk menyediakan alat pengelolaan limbah medis dari rumah
pelindunng diri (APD) cadangan. sakit, pedoman pengelolaan limbah
Penelitian ini memiliki tujuan medis rumah sakit secara umum, dan
untuk melakukan evaluasi SOP pengelolaan limbah rumah sakit.
pengelolaan limbah medis padat B3 Teknik pengumpulan untuk
pada aspek pengurangan dan data primer dan sekunder
penyimpanan, pemilahan, dan menggunakan metode observasi,
pengangkutan berdasarkan Permen wawancara, dan dokumentasi.
LHK No 56 tahun 2015 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Teknis HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengelolaan Limbah Bahan Karakteristik Limbah Medis Padat
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas B3
Pelayanan Kesehatan.0 1. Sumber Limbah Medis Padat B3
0 Sumber penghasil limbah
METODE PENELITIAN padat medis B3 ada 18 ruangan yaitu
Jenis ini adalah penelitian 9 ruang rawat inap, ICU, hemodialisa,
observasional dengan pendekatanan laboratorium, poliklinik, instalasi
deskriptif yang menggunakan metode bedah, IGD, CSSD, kemoterapi,
kualitatif, berdasarkan pendekatan patologi anatomi.
cross-sectional untuk waktu IPCN Rumah Sakit:
penelitiannya.10,11 Penentuan subjek “Hampir semua layanan perawatan
pada penelitian ini menggunakan ada terutama di ruang rawat inap,
purposive sampling yang terdiri dari untuk rawat jalannya ya, yang paling
informan utama dan informan banyak seperti HD, kemudian ruang
triangulasi. Informan utama sebanyak kemoterapi.”
8 orang yang terdiri dari kepala ruang K3RS Rumah Sakit :
pengasil limbah, sta sanitasi, dan “Semua unit bangsal dan sebagian
petugas khusus limbah B3. rawat jalan, kalo HD ikut rawat jalan,
sedangkan untuk informan kemudian OK, CSSD, kalau radiologi
triangulasinya yaitu staf sanitasi

487
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

sudah tidak soalnya sudah pakai Jenis limbah yang dihasilkan


digital.” setiap ruangan memiliki komposisi
Staf Sanitasi Rumah S yang berbeda-beda. Secara umum
“Semua ruangan perawatan, bagi limbah medis padat B3 yang
yang rawat jalan dan rawat inap. dihasilkan pada pelayanan kesehatan
Rawat jalan kalo ada tindakan padti meliputi masker disposable, sarung
ada limbahnya.” tangan disposable, jarum suntik, spuit,
Hal ini serupa dengan kassa/kapas terkontaminasi, plabot,
penelitian yang dilakukan oleh selang infus, alkohol swab, ampul,
Elnovrian, Thamrin, dan Dedi di RS kateter, botol obat, reagen kimia,
PB menyebutkan bahwa limbah medis siringe, sisa obat, celemek
dihasilkan dari, UGD, laboratorium, terkontaminasi, pembalut bekas, vial,
ruang rawat inap poliklinik, ICU, jaringan tubuh, darah, cairan tubuh,
operasi dan ruang bersalin.12 pembungkus alat, urin bag, selang,
jerigen HD, alat tester, dan sludge
2. Jenis Limbah Medis Padat B3 IPAL.
Tabel 1. Jenis Limbah Medis B3 Berdasarkan Sumbernya
Sumber Jenis Limbah Medis B3
Rawat Inap Masker disposable, sarung tangan disposable, jarum suntik, spuit, kassa/kapas terkontaminasi,
plabot, selang infus, alkohol swab, ampul, kateter, botol obat, darah, cairan tubuh, pembalut
bekas, vial, pembungkus alat, urin bag, selang
Rawat Jalan Masker disposable, sarung tangan disposable, kassa/kapas terkontaminasi, jarum suntik, spuit,
(poliklinik) pembalut bekas, alkohol swab, cairan tubuh
IGD Masker disposable, sarung tangan disposable, jarum suntik, spuit, kassa/kapas terkontaminasi,
plabot, selang infus, alkohol swab, ampul, darah, cairan tubuh, pembalut bekas,
Hemodialisa Masker disposable, sarung tangan disposable, jarum suntik, spuit, kassa/kapas terkontaminasi,
plabot, selang konsumable, pembalut bekas, cairan tubuh, darah, jerigen
Laboratorium Masker disposable, sarung tangan disposable, jarum suntik, spuit, jaringan tubuh, cairan tubuh,
darah, sampel cup, tabung kimia, tabung ematologi, kertas/tisu terkontaminasi, pipet, reagen
kimia
Ruang Masker disposable, sarung tangan disposable, jarum suntik, spuit, kassa/kapas terkontaminasi,
Bedah bisturi, ampul, darah, cairan tubuh, jaringan tubuh, potongan tubuh, plastik pembungkus
instrument
Kemoterapi Masker disposable, sarung tangan disposable, kassa/kapas terkontaminasi, infus set, sisa obat,
pembalut bekas, celemek kontaminasi.
Farmasi Obat rusak dan kadaluwarsa (tablet, kapsul)
IPAL Sludge IPAL

Berdasarkan tabel 1. kemoterapi. Limbah medis B3 dengan


mengenai jenis limbah medis B3 yang karakteristik patologis dihasilkan di
dihasilkan disetiap sumber dapat ruang bedah dan laboratorium.
diketahui bahwa terdapat variasi jenis Llimbah radioaktif tidak dihasilkan
limbah yang dihasilkan. Diketahui dikarenakan sudah memakai alat yang
bahwa limbah medis B3 dengan digital. Instalasi Pengelolaan Air
karakteristik infeksius dan benda taja Limbah (IPAL) juga menghasilkan
bersumber dari ruang rawat inap, limbah padat infeksius yang berbentuk
rawat jalan, IGD, hemodialisa, sludge. Limbah farmasi dihasilkan di
kemoterapi, bedah, dan laboratorium. instalasi farmasi, untuk limbah farmasi
Limbah medis B3 dengan karakteristik pengelolaannya dilakukan sendiri oleh
benda tajam ditemukan disemua pihak farmasi rumah sakit. Sehingga
ruangan kecuali instalasi farmasi. unit sanitasi tidak melakukan
Limbah medis B3 dengan karakteristik pengelolaan terhadap limbah farmasi.
sitotoksik dihasilkan di ruang

488
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Komposisi sampah yang dihasilkan atan terhadap limbah medis padat B3


setiap rumah sakit berbeda-beda, yang dhasilkan setiap harinya.
tergantung pada spesialisasi rumah Pencatatan jumlah limbah sudah
sakit, tipe rumah sakit, social ekonomi berdasarkan masing-masing ruangan
masyarakat, budaya, penggunaan alat sumber limbah medis padat B3.
sekali pakai , bahan kemasan serta Pencatatan dilakukan di TPS setelah
praktik pengelolaan limbah.13 pengangkutan dan penimbangan dari
K3RS Rumah Sakit setiap sumber limbah kedalam
“Kalau disini yang terkumpul sampah logbook yang sudah disediakan.
medis infeksiusnya, kalo yang lain Penimbangan dan pencatatan logbook
belum, sama yang sampah umum dilakukan oleh cleaning service
domestik itu jadi dua. Kalau farmasi khusus limbah medis
dikelola farmasi sendiri .”

3. Jumlah Limbah Medis Padat B3


U No Hari Tgl-Bln-Thn Jumlah (kg)
nit 1 Kamis 1 – 3 – 2018 102,12
sanitas 2 Sabtu 3 – 3 – 2018 90,22
3 Minggu 4 – 3 – 2018 33,89
i 4 Senin 5 – 3 – 2018 97,88
rumah 5 Selasa 6 – 3 – 2018 97,98
sakit 6 Rabu 7 – 3 – 2018 103,97
7 Kamis 8 – 3 – 2018 95,17
melak 8 Jumat 9 – 3 – 2018 79,66
ukan 9 Sabtu 10 – 3 – 2018 97,4
pencat 10 Minggu 11 – 3 – 2018 39,22
11 Senin 12 – 3 – 2018 63,49
Tabel 12 Selasa 13 – 3 – 2018 101,84 2.
13 Rabu 14 – 3 – 2018 88,89
14 Kamis 15 – 3 – 2018 122,41
15 Jumat 16 – 3 – 2018 92,9
16 Sabtu 17 – 3 – 2018 83,5
17 Minggu 18 – 3 – 2018 39
18 Senin 19 – 3 – 2018 67,5
19 Selasa 20 – 3 – 2018 84,5
20 Rabu 21 – 3 – 2018 96,3
21 Kamis 22 – 3 – 2018 89,5
22 Jumat 23 – 3 – 2018 115
23 Sabtu 24 – 3 – 2018 93,5
24 Minggu 25 – 3 – 2018 46,5
25 Senin 26 – 3 – 2018 53,5
26 Selasa 27 – 3 – 2018 99
27 Rabu 28 – 3 – 2018 89
28 Kamis 29 – 3 – 2018 91,5
29 Jumat 30 – 3 – 2018 89,5
30 Sabtu 31 – 3 – 2018 108,5
Total limbah bulan maret (kg) 2553,34
Rata-rata per hari bulan maret (kg) 82,37
Jumlah limbah medis padat B3

489
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan tabel 2. dapat Sakit Tk.II 04.05.01 dr. Soedjono


diketahui bahwa limbah yang Magelang masih belum bisa dikatakan
dihasilkan selama bulan Maret 2018 baik sesuai dengan kriteria tata cara
sebanyak 2553,34 kg dengan rata- dan persyaratan pengelolaan limbah
rata per harinya 82,37 kg. Data jumlah B3 pada Permen LHK Nomor 56
didapatkan dari logbook pengelolaan Tahun 2015 karena memiliki nilai
limbah B3 yang dilakukan pencatatan prosentase pada keseluruhan
setiap hari. Banyaknya limbah medis pengelolaan limbah yang dilakukan
padat yang dihasilkan oleh Rumah masih rendah yaitu memperoleh nilai
Sakit Tk.II 04.05.01 dr. Soedjono sebesar 76,39%. Sedangakan dapat
Magelang dipengaruhi oleh jumlah dikatakan memenuhi syarat sesuai
kunjungan pasien, kapasitas tempat Permen LHK Nomor 56 Tahun 2015
tidur (TT), lama perawatan inap apabila memperoleh nilai lebih besar
pasien. Hal ini sesuai dengan hasil dari 100%.
peneitian yang dilakukan oleh 1. Pengurangan dan Pemilahan
Askarian yang menyatakan bahwa Limbah Medis Padat B3
tingkat pemakaian tempat tidur (BOR) Rumah Sakit Tk.II 04.05.01 dr.
, jenis tindakan perawatan yang Soedjono Magelang sudah melakukan
diberikan, dan jumlah pengunjung upaya pengurangan pada sumber
yang hadir mempengaruhi besarnya limbah yaitu sebagian penghasil
volume limbah medis padat yang limbah sudah menggunakan
dihasilkan.14 Penimbangan juga termometer digital sehingga
dilakukan oleh pihak ketiga sebelum menggurangi limbah B3 jika terjadi
diangkut. Pengangkutan oleh pihak kerusakan yaitu merkuri, kemudian
ketiga dilakukan dua atau tiga kali tidak menggunakan pengharum
dalam satu minggu. Pihak ketiga yaitu aerosol. Upaya tersebut sudah sesuai
PT. Tenang Jaya Sejahtera mengelola dengan Permen LHK No 56 tahun
100% limbah medis padat B3 yang 2015 untuk mengurangi penggunaan
dihasilkan oleh rumah sakit. material yang akan menghasilkan
limbah B3. Pihak rumah sakit juga
Evaluasi Pengelolaan Limbah mengontrol pendistribusian bahan
Medis Padat B3 kimia dan obat yang tanggung
Pengelolaan limbah medis jawabnya dipegang oleh instalasi
padat B3 yang dilakukan di Rumah
farmasi. Upaya penggunaan dapat menetapkan rencana strategi
kembali (reuse) juga sudah dilakukan untuk pengelolaan limbah dan
dengan cara menggunakan kembali rencana anggarannya.12
jerigen bekas hemodialisa (HD) Upaya pemilahan juga sudah
sebagai tempat limbah benda tajam. dilakukan oleh pihak rumah sakit
Menurut Saghita (2017), dengan mulai dari sumber limbah, dimana
melakukan upaya minimasi dan dilakukan pengkategorian tempat
pengelolaan sesuai aturan maka sesuai dengan karakteristik limbah
dalam segi ekonomi bisa mengurangi yaitu limbah medis, limbah non medis,
biaya dalam pengelolaan limbah dan dan limbah benda tajam. Wadah dan

490
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kantong plastik limbah tidak memiliki “Kalo sampah standar ada tiga, ada
simbol karakteristik limbah tertentu. limbah medis, non medis, sama
Sistem pelabelan sudah berjalan yaitu limbah benda tajam kalo khusus
dengan memberikan keterangan atau kemoterapi ada limbah sitotoksik jadi
informasi diatas penutup wadah ada empat. untuk sementara limbah
mengenai jenis limbah yang harus sitotoksiknya memakai plastik ungu
dibuang diwadah tersebut. Sistem
yang kecil-kecil dan disendirikan dari
pelabelan, pemberian simbol, dan
plastik kuning yang infeksius. kalo
pembedaan karakteristik limbah
berguna untu mencegah penyebaran sampah non medis pakai plastik
penyakit akibat limbah medis tersebut hitam.”
terhadap pengelola limbah. Limbah Kepala Instalasi Rawat Inap :
medis padat seperti bekas jarum “Disana kita bagi tempatnya sampah
suntik, apabila dibuang bersamaan sudah sendiri-sendiri. Limbah medis
dengan limbah domestik maka akan sendiri , non medis sendiri mbak, jadi
membahayakan petugas kebersihan yang ngambil bisalangsung memilah
yang mengelolanya, dapat diambil karena petugas pengambil sampah
oleh pemulung sampah sehingga medis sendiri, sampah non medis
dapat meningkatkan penularan HIV sendiri. Benda tajam juga tempatnya
(99%) lewat penggunaan jarum suntik sendiri
bekas.7
Staf Sanitasi Rumah Sakit:

Tabel 3. Upaya pengurangan dan pemilahan limbah medis padat

Sumber Upaya pengurangan dan pemilahan limbah medis padat B3


Rawat inap 1. Membuang limbah sesuai dengan tempat yang disediakan berdasarkan kriteria limbah
medis infeksius dengan plastik kuning, limbah non medis dengan platik hitam, dan
limbah benda tajam dengan jerigen.
2. Tidak menggunakan pengharum ruangan aerosol
3. Membuang sisa cairan pada infus dan selang.
4. Pembersihan ruangan dengan cara dipel dengan desinfektan karbol/wipol
5. Tidak melakukan penyimpanan obat, sehingga semua obat yang dibutuhkan langsung
diambil di apotik setelah ada resep dokter.
Rawat jalan 1. Membuang limbah sesuai dengan tempat yang disediakan berdasarkan kriteria limbah
(poliklinik) medis infeksius dengan plastik kuning, limbah non medis dengan platik hitam, dan
limbah benda tajam dengan jerigen.
2. Tidak menggunakan pengharum ruangan aerosol
3. Pembersihan ruangan dengan cara dipel dengan desinfektan karbol/wipol
IGD 1. Membuang limbah sesuai dengan tempat yang disediakan berdasarkan kriteria limbah
medis infeksius dengan plastik kuning, limbah non medis dengan platik hitam, dan
limbah benda tajam dengan jerigen.
2. Tidak menggunakan pengharum ruangan aerosol
3. Pembersihan ruangan dengan cara dipel dengan desinfektan karbol/wipol
4. Menggunakan termometer digital
5. Tidak melakukan penyimpanan obat, sehingga semua obat yang dibutuhkan langsung
diambil di apotik setelah ada resep dokter.
6. Pembersihan tumpahan bahan kimia atau ceceran darah menggunakan spill kit

Hemodialisa 1. Terdapat troli untuk memuat semua kebutuhan obat 1 (pasien) yang dilengkapi dengan
platik kuning untul limbah infeksius, dan platik hitam untuk limbah non medis.
2. Pemanfaatan jerigen bekas dialiser
3. Limbah benda tajam dibuang di jerigen bekas
4. Dilakukan desinfektan setiap pergantian pasien dengan klorin
5. Membuang sisa cairan pada infus dan selang pada spoelhoek
Kemoterapi 1. Melakukan pemilahan limbah menjadi 3 kategori yaitu limbah medis infeksius dilapisi
plastik warna kuning, limbah sitotoksik dilapisis plastik warna ungu, dan limbah non

491
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

medis dengan plastik warna hitam.


2. Limbah benda tajam menggunakan jerigen bekas HD
Laboratorium 1. Pemilahan limbah medis infeksius dan non medis
2. Limbah benda tajam dibuang di jerigen bekas HD
3. Menggunakan termometer ruang digital
Bedah 1. Melakukan pemilahan limbah medis infeksius, non medis, dan benda tajam sesuai
dengan tempat yang disediakan
2. Sterilisasi ruangan dengan sinar UV
3. Menggunakan kembali alat kesehatan seperti set minor, set mayor untuk proses
operasi
4. Menggunakan monitor untuk mengetahui suhu dan kondisi tubuh
5. Ada spill kit pada setiap ruangan
6. Tidak memakai penharum ruangan aerosol
2. Penyimpanan Limbah Medis dimana proses pembersihan ruangan
Padat B3 tidak dilakukan setiap hari, yaitu
Upaya penyimpanan yang dilakukan setelah pengangkutan
dilakukan di sumber limbah berupa limbah ke pihak ketiga. Serta
penyimpanan dalam wadah yang kurangnya jumlah petugas dan
sudah disediakan sesuai dengan perhatian terhadap TPS oleh unit
karakteristiknya sebelum diangkut ke sanitasi. Troly dan area TPS harus
TPS oleh petugas. Penyimpanan dilakukan pembersihan serta
sementara apabila dilakukan terlalu desinfeksi agar mikroorganise
lama maka akan menyebabkan jumlah patogan yang ada dapat hilang
bertambah banyak sehingga tidak sehingga tidak menimbulkan masalah
teratur cara penyimpanannya / kesehatan kepada pekerja
berantakan dan dapat menjadi sumber (Misgiono,2014).17
penyakit.15 Staf Sanitasi Rumah Sakit:
Lokasi TPS LB3 yang sudah “Ada APAR, P3K, wastafel,
sesuai dengan persyaratan dalam handscrub, sabun cuci tangan,
peraturan yaitu termasuk dalam lokasi handtowel, saluran IPAL terus
yang bebas banjir dan bencana alam, timbangannya buat limbah B3 juga
memiliki jarak yang jauh dengan ditaruh sana.”
aktifitas pelayanan kesehatan, lalu Tata cara penyimpanan yang
lalang pengunjung dan pasien dengan dilakukan yaitu limbah infeksius
jarak 100 – 200 meter. dengan plastik warna kuning
Fasilitas yang ada di area TPS dimasukan ke welbin dan limbah
LB3 sudah sesuai dengan persyaratan benda tajam yang ada di jerigen
dalam peraturan yaitu lantai terbuat disusun dengan rapi serta ditutup.
dari semen sehingga mudah untuk Pada saat penyimpanan tidak
proses pembersihan, sumber air, ditemukan adanya penumpukan
bangunan permanen dengan atap dan volume limbah karena welbin yang
memiliki vetilasi dara yang cukup, disediakan cukup untuk menampung
dinding kokoh, kotak P3K, dan APAR. limbah yang dihasilkan. Penyimpanan
Penyediaan alat pemadam api ringan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit
(APAR) merupakan salah satu upaya di dalam TPS LB3 selama dua hari.
dari penanggulangan keadaan darurat Hal ini sudah sesuai dengan Permen
untuk mengantisipasi adanya LHK No 56 tahun 2015 yang
kebakaran yang akan menyebabkan menyebutkan bahwa penyimpanan
kerugian besar (Rizky,2009).16 limbah radioaktif, infeksius, daa
Kondisi kebersihan area dan sitotoksik pada suhu lebih dari 0℃
ruang penyimpanan kurang bersih maksimal peyimpannya adalah 2

492
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

(dua) sejak limbah dihasilkan untuk pagi hari pada saat rumah sakit masih
menghindari adanya pertumbuhan dalam kondisi sepi selain itu alat
bakteri, putreaksi, dan bau. angkut yang digunakan juga dapat
3. Pengangkutan Limbah Medis ditutup sehingga mengurangi
Padat B3 persebaran penyakit pada saat
Pengangkutan limbah medis pengangkutan. Sejalan dengan
padat B3 yang dihasilkan dari masing- penelitian yang dilakukan oleh
masing sumber, kemudian akan Agustina (2014) bahwa jalur
dibawa ke TPS LB3 dilakukan pengangkutan yang digunakan sudah
sebanyak 2 (dua) kali dalam satu hari dipertimbangkan sehingga jalur yang
yaitu pada pagi hari (06.30 WIB) dan dilalui untuk membawa limbah medis
siang hari (13.30 WIB). Pengangkutan sudah terstruktur dan berusaha
yang dilakukan secara tidak terjadwal menghindari jalur yang digunakan
atau tidak rutin minimal sehari sekali oleh pengunjung agar tidak
makan akan mengakibatkan mengganggu kenyamanan
penimbunan sampah pada penghasil pengunjung.7
limbah (Aulia, 2012).18 Penggunaan alat pelindung diri
Petugas Kebersihan LB3 : (APD) sudah dilakukan mulai dari
“Pagi hari pukul setengah tujuhan tahap pengurangan dan pemilahan,
dilakukan sebanyak dua kali sehari, penyimpanan dan pengangkutan,
satunya siang jam satu setengah dua namun belum dilakukan secara
tapi cuma yang banyak-banyak saja optimal dengan baik dan benar.
yang dibangsal tidak.” Persyaratan dalam EPA (Environment
Alat pengangkutan yang Protection Agency) menyatakan
digunakan berupa troli khusus untuk bahwa penanganan limbah
limbah medis padat B3 yang sudah seharusnya menggunakan peralatan
sesuai dengan peraturan yaitu mudah pelindung.19
dilakukan bongkar muat limbah,
mudah dibersihkan, tahan dengan KESEIMPULAN
goresan benda tajam, dan beroda 1. Karakteristik limbah medis padat
sehingga memudahkan mobilitas B3 :
pengangkutan serta dilengkapi a. Sumber penghasil limbah
dengan simbol limbah infeksius. Hal medis padat bahan berbahaya
ini serupa dengan penelitian yang dan beracun (B3) berasal dari
dilakukan oleh Astuti (2014) bahwa 8 pelayanan kesehatan yaitu
pengangkutan limbah menuju TPS pelayanan rawat inap,
diangkut menggunakan troli.7 pelayanan rawat jalan
Rumah Sakit Tk.II 04.05.01 dr. (poliklinik), pelayanan
Soedjono Magelang belum memiliki hemodialisa, pelayanan
jalur khusus untuk pengangkutan kemoterapi, pelayanan
limbah medis padat B3. Rute farmasi, pelayanan instalasi
pengumpulan dimulai dari area gawat darurat (IGD),
penghasil yang paling jauh dari TPS pelayanan laboratorium, dan
sampai dengan area penghasil yang pelayanan instalasi bedah.
paling dekat dengan TPS LB3 selain b. Jenis limbah medis padat
itu melewati jalur belakang untuk bahan berbahaya dan beracun
menghindari area yang banyak dilalui (B3) meliputi masker
oleh banyak orang dan memilih waktu disposable, sarung tangan

493
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

disposable, jarum suntik, spuit, setelah selesai pengangkutan


kassa/kapas terkontaminasi, ke pihak ketiga.
plabot, selang infus, alkohol c. Pada tahap pengangkutan
swab, ampul, kateter, botol sebagian besar sudah
obat, siringe, sisa obat, memenuhi syarat berdasarkan
celemek terkontaminasi, Permen LHK No 56 tahun
pembalut bekas, vial, jaringan 2015, namun ada yang belum
tubuh, pembungkus alat, urin memenuhi yaitu tidak memiliki
bag, selang, jerigen HD dan jalur khusus, kesalahan
alat tester. pengikatan, kelalaian
c. Jumlah limbah medis padat menggunakan APD lengkap.
bahan berbahaya dan beracun 3. Evaluasi pengelolaan limbah medis
(B3) yang dihasilkan pada padat B3 di Rumah Sakit Tk.II
bulan Maret 2018 sebanyak 04.05.01 dr. Soedjono Magelang
2553,34 kg dengan rata-rata memiliki prosentase 76,39 %
per harinya 82,37 kg sehingga dapat dinyatakan bahwa
2. Identifikasi pengelolaan limbah masih belum memenuhi ketentutan
medis padat B3: persyaratan berdasarkan Peraturan
a. Pada tahap pengurangan dan Menteri Lingkungan Hidup dan
pemilahan sebagian besar Kehutanan No 56 tahun 2015
sudah memenuhi syarat
berdasarkan Permen LHK No SARAN
56 tahun 2015 , namun ada a. Untuk meningkatkan upaya
yang belum memenuhi yaitu pengelolaan limbah B3 maka
tidak ada SPO untuk sebaiknya standar prosedur
pengurangan limbah, tidak ada operasional (SPO) mengenai
sistem pemberian simbol pada pengelolaan limbah B3 dibuat
kantong dan wadah limbah, terpisah untuk masing-masing
pada karakteristik pemilahan tahap, sehingga lebih mudah
belum sesuai dengan Permen dipahami dan dilakukan oleh setiap
LHK No 56 tahun 2015 petugas yang bersangkutan.
b. Pada tahap penyimpanan b. Pemilahan limbah sesuai
sebagian besar sudah karakteristiknya perlu untuk
memenuhi syarat berdasarkan ditingkatkan dengan menambahkan
Permen LHK No 56 tahun plastik warna ungu dan coklat
2015, namun ada yang belum sesuai dengan persyaratan yang
memenuhi yaitu ruangan yang ada.
dapat diakses oleh serangga, c. Pemberian simbol pada wadah dan
melakukan pemadatan pada kantong limbah untuk
satu katong limbah, tidak mempermudah melakukan
menggunakan kantong plastik pemilahan sehingga tidak terjadi
ganda pada kantong yg bocor, kesalahan dalam pemilahan.
kelalaian menggunakan APD d. Perlu dilakukan evaluasi dan
lengkap, pada proses pengawasan yang lebih untuk
pembersihan TPS LB3 dan pengelolaan limbah bahan
wadah penampung limbah berbahaya dan beracun (B3) yang
yang dibersihkan hanya ada di rumah sakit khususnya pada
tahap penyimpanan di TPS LB3

494
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

e. Kegiatan sosialisasi dan inspeksi


perlu dioptimalkan agar
mengurangi tingkat kesalahan dan
meningkatkan pengetahuan
petugas mengenai pengelolaan
limbah B3 yang baik dan benar.

495

You might also like