Professional Documents
Culture Documents
Abstract
This article discusses the emergence of Nur Alam as local bossism in Southeast Sulawesi. He started his career
as an entrepreneur in the New Order era. Reform era and decentralization brought Nur Alam in political world by
becoming the declarator of Amanat National Party (PAN) in Southeast Sulawesi, then lead the party and elected
as a governor. After Nur Alam lead PAN in Southeast Sulawesi, this party has significant vote in the legislative
elections in 2004, 2009 and 2014; was able to win the governor election in 2007 and 2012; and won 10 of 12 local
election which took place in 2010 to 2013. During his leadership in Southeast Sulawesi, the economic growth was
increased, the poverty rate was decreased, even the quality of physical infrastructure. His position as the leader
of PAN as well as the governor in Southeast Sulawesi makes Nur Alam has big influence. He becomes stronger
economically and more powerful politically because of his success in conquering his political opposition as well as
his ability to collaborate with other local political elites. He also began to utilize the weakness of decentralization
regulation by preparing his family as heir to the throne of his power.
Abstrak
Artikel ini membahas tentang kemunculan Nur Alam sebagai bossisme lokal di Sulawesi Tenggara. Ia
mengawali karir sebagai pengusaha di zaman Orde Baru. Reformasi dan desentralisasi membawa Nur Alam
masuk dunia politik dengan menjadi deklarator Partai Amanat Nasional, lalu kemudian memimpin PAN Sultra dan
terpilih sebagai Gubernur. Pasca dipimpin Nur Alam, PAN Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan suara dan
kursi pada Pemilu Legislatif 2004, 2009 dan 2014; mampu memenangkan pemilihan Gubernur 2007 dan 2012;
serta memenangkan 10 dari 12 Pemilukada Kabupaten/Kota yang berlangsung tahun 2010 sampai 2013. Saat
dipimpin Nur Alam, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara meningkat, angka kemiskinan menurun dan kualitas
infrastruktur fisik semakin baik. Posisi Nur Alam sebagai ketua PAN sekaligus sebagai Gubernur menjadikannya
sangat berpengaruh di Sulawesi Tenggara. Nur Alam semakin kuat secara ekonomi dan semakin berkuasa secara
politik, berkat keberhasilannya menaklukkan lawan politiknya serta kemampuan menjalin kerja sama dengan para
elit politik lokal lainnya. Ia juga mulai memanfaatkan kelonggaran pengaturan desentralisasi dengan mempersiapkan
keluarganya sebagai pewaris tahta kekuasaannya.
Fenomena “Bosisme Lokal” di Era Desentralisasi ... | Eka Suaib dan La Husen Zuada | 51
Pendahuluan Desentralisasi digunakan oleh sebagian elit
Reformasi politik pasca jatuhnya rezim Soeharto politik lokal untuk membangun oligarki politik
tidak otomatis mendorong lahirnya demokratisasi. dan ekonomi, sehingga memunculkan orang-
Pergeseran kekuasaan dari sentralisme ke orang kuat di tingkat lokal.
desentralisasi justru memunculkan ‘banyak Para bos lokal melakukan berbagai strategi
Soeharto’ kecil di Indonesia, khususnya dalam untuk bisa bertahan hidup—memperluas
arena politik lokal.1 Situasi politik era reformasi dan mempertahankan kekuasaan—dengan
ini menyerupai situasi perbanditan seperti istilah membentuk aliansi segitiga akomodasi, bersama
yang disebut oleh Mancur Oslon 2, dimana aparat birokrasi negara dan politisi di tingkat
penguasaan politik dan ekonomi beralih dari lokal. 6 Selain menggunakan partai politik,
bandit besar (strationaly bandits) menuju bandit “orang kuat lokal” di beberapa daerah juga
kecil (roving bandits). Fenomena seperti itu oleh melakukan mobilisasi dengan mengeksploitasi
John T. Sidel dinamai local bossism (bos lokal) politik etnis dan agama7, sebagaimana tampak
atau dalam istilah Migdal dan Vedi Hadiz disebut pada Pemilukada Kabupaten Sumba Timur8 dan
sebagai local strongmen (orang kuat lokal) dan kemenangan Ahmad Dahlan9 dalam pemilihan
predator.3 Walikota Batam.
Kemunculan ‘bos lokal’, ‘orang kuat Sosok orang kuat lokal ditemukan pula pada
lokal’ dan ‘predatoris’ di Indonesia menjadi keluarga Syahrul Yasin Limpo10 di Sulawesi
fenomena yang mewabah di era reformasi. 4 Selatan, Murman Efendi11 di Seluma Bengkulu,
Sosok bos lokal berkembang seiring dengan Zulkifli Nurdin12 di Jambi dan TB Chasan13 di
penyerahan kewenangan pemerintahan kepada
daerah (desentralisasi), dimana fenomena ini 2010, hlm. 5.
jarang ditemukan di era sentralisasi karena
6
Joel S. Migdal, State in Society, (Cambridge : Cambridge
pemerintahan dikelola secara terpusat. 5 University Press, 2004), hlm. 88-93.
1
Pada zaman Orde Baru, Soeharto dipandang sebagai sosok 7
Antonius Made Tony Supriatma, “Menguatnya Kartel Politik
yang memiliki hegemoni, otoriter dan mampu melakukan Para Bos“, Jurnal Prisma, Vol. 28, No. 2, Oktober 2009.
kontrol sosial dalam menjalankan kekuasaan. Soeharto
berhasil mempertahankan kekuasaan selama 32 tahun dengan 8
Dua kandidat Bupati yaitu Umbu Mehang Kunda dan Lukas
memadukan tiga kekuatan besar yaitu ABRI/militer, Birokrasi Kaborang menggunakan simbol-simbol kultural dan keagamaan
dan Golkar (ABG). Baca Richard Robison, Soeharto dan dalam memobilisasi dukungan rakyat untuk menjadi Bupati
Bangkitnya Kapitalisme Indonesia, (Jakarta: Komunitas Sumba Timur tahun 2005. Lihat Jacqueline Vel, “Pilkada in
Bambu, 2012). East Sumba: An Old Rivalry in A New Democratic Setting”,
Indonesia, No. 80, Oktober 2005, hlm. 94.
2
Lihat Leo Agustino dan Mohammad Agus Yusoff, “Pilkada dan
Pemekaran Daerah dalam Demokrasi Lokal di Indonesia: Local 9
Ahmad Dahlan, putra asli melayu, berhasil menjadi pemenang
Strongmen dan Roving Bandits”, Malaysian Journal of History, dalam pemilihan Walikota Batam. Keberhasilan Ahmad
Politics, & Strategic Studies, Vol. 37 (Jebat: 2010), 86 – 104. Dahlan ditentukan oleh kemampuannya menggunakan Laskar
Hulubalang Putih, sebuah milisi etnis melayu dengan anggota
3
Sidel Migdal dan Vedi Hadiz adalah ilmuwan yang melahirkan sekitar 10.000 orang dalam memengaruhi rakyat Batam.
istilah yang berbeda ketika mengamati kemunculan orang Lihat Nankyung Choi, “Indonesia’s Direct Local Elections:
kuat di tingkat lokal. Uraian perbandingan ketiganya, lihat Background and Institutional Framework”, Rajaratnam School
Melvin P. Hutabarat, “Fenomena “Orang Kuat” Di Indonesia of International Studies Singapore Working Paper, 2007.
Era Desentralisasi: Studi Kasus Tentang Dinamika Kekuasaan
Zulkifli Nurdin di Jambi”, Tesis, (Jakarta: Universitas Indonesia, 10
Michael Buehler dan Paige Tan, “Party-Candidate
2012), hlm. 28-30. Relationships in Indonesian Local Politics : a Case Study of the
2005 Regional Elections in Gowa, South Sulawesi Province”,
4
Dalam artikel ini penyebutan/penggunaan istilah Local Indonesia, No. 84, Oktober, 2007.
Bossisme (Bos Lokal), Local Strongman (Orang Kuat Lokal)
dan Predator akan sering dipertukarkan satu sama lain. 11
Lihat Reko Adriadi, “Pemekaran Daerah dan “Bossisme
Penukaran ini bukan berarti menyamakan ketiganya, namun Lokal”: Studi Kasus Praktik Kekuasaan Bupati Murman Effendi
atas pertimbangan praktis (keringkasan) dalam penulisan. dalam Perkembangan Kabupaten Selama Periode 2005-2011,”
Tesis, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2013).
5
Peran atau pengaruh elit lokal di era sentralisasi tetap ada,
namun demikian keberadaan elit lokal tidak melakukan 12
Melvin P. Hutabarat, op.cit, hlm. 7-11.
monopoli, ia harus bekerja sama dengan elit pusat untuk
menguasai sumber daya (power resource). Lihat Leo Agustino 13
Lili Romli, “Jawara dan Penguasaan Politik Lokal di
dan Mohammad Agus Yusoff, “Politik Lokal di Indonesia: Dari Provinsi Banten (2001-2006)”, Disertasi Doktor, (Jakarta:
Otokratik ke Reformasi Politik”, Jurnal Ilmu Politik, edisi 21, Universitas Indonesia, 2007).
Fenomena “Bosisme Lokal” di Era Desentralisasi ... | Eka Suaib dan La Husen Zuada | 53
wilayah kekuasaan mereka masing-masing, daerah; (2) Membentuk mesin politik sebagai
seperti posisi wali kota yang menjalankan broker suara; (3) Mengatur penempatan pejabat
daerahnya layaknya daerah kekuasaan pribadi daerah; (4) Mengatur proyek pemerintah dan
mereka sendiri, atau kalangan kongres dan dana aspirasi; (5) Mengatur peraturan daerah;
gubernur yang membangun mesin politik dan (6) Mengatur keringanan pajak; (7) Mengatur
kerajaan bisnis yang merentang di seluruh distrik pinjaman dari Bank Pembangunan Daerah; (8)
atau provinsi.16 Para “bosisme lokal” muncul Memberikan konsesi dan kontrak pertambangan,
melalui mekanisme pemilu yang kompetitif kehutanan dan perkebunan; (9) Intimidasi dan
dan berkala serta diikuti partisipasi politik kekerasan politik; (10) Menerapkan kebijakan
yang tinggi. Mereka menggunakan berbagai tangan besi untuk mengatasi konflik tanah dan
strategi dari pembelian suara, manipulasi hingga melemahkan serikat buruh. Para bos lokal selain
intimidasi dengan penggunaan kekerasan. 17 melakukan pengumpulan uang terhadap sumber
Bosisme beroperasi dalam bayangan rezim daya negara juga melakukan aktivitas ekonomi
otonomi daerah yang dicirikan oleh persekutuan ilegal seperti judi, penyelundupan, penebangan
birokrat, bos-bos partai, pengusaha, militer, dan liar dan lain-lain.20
preman.18 Para “bosisme lokal” menggunakan Fenomena “bosisme lokal” yang
aparatus negara untuk menggerakkan masyarakat mempertahankan relasi sisa feodalisme di zaman
agar mengikuti kehendaknya. kapitalisme dan demokrasi muncul akibat dari
Bosisme lokal ada di setiap level, ada kebutuhan ekonomi yang konkrit dan langsung
bos yang menguasai distrik (kabupaten/kota), dibutuhkan, ketimpangan sosial yang sangat
ada bos yang menguasai provinsi dan ada bos tinggi dan kelangkaan akses terhadap barang
yang menguasai pusat. Jejaring patron-klien kebutuhan pokok. Penyebab yang lain adalah
para “bosisme lokal’ tidak statis dan permanen, kegagalan kekerabatan masyarakat bekerja
melainkan dinamis dan sangat cair. Mereka dan meningkatnya individualisme masyarakat,
bisa berpindah-pindah patron di tingkat pusat, kegagalan aparat desa, aparat kota, aparat
berpindah-pindah klien di tingkat lokal dan provinsi dan aparat pemerintah lainnya untuk
berpindah-pindah afiliasi partai politik nasional. menjamin kebutuhan subsistem (bertahan hidup)
Para “bosisme lokal” melakukan pertukaran rakyat. Jadi ini bukan persoalan budaya politik
(transaksional) suara pemilih dengan bantuan tetapi lebih tepatnya sangat struktural.21
ekonomi, bibit, irigasi, pelunasan hutang dan alat John Sidel memberikan catatan kritis
tukar lainnya. Mereka sangat mengerti dengan mengenai teori “orang kuat lokal” Joel Migdal.
memberikan bantuan kesehatan, memberikan Pertama, sifat dasar negara dan sifat dasar
bantuan pekerjaan, memberikan bantuan hukum, masyarakat yang menyebabkan “orang kuat
maka kemudian ketika hari H pemilihan umum, lokal” tumbuh dan berkembang. Kedua,
mereka mengubah bantuan-bantuan yang mereka kebangkitan ”orang kuat lokal” dari dalam
berikan menjadi suara dan dukungan politik.19 negara dan dari dalam masyarakat. Ketiga,
Berbagai strategi dilakukan “bosisme lokal” struktur negara yang menciptakan kondisi bagi
untuk mempertahankan dominasi ekonomi bangkit, bertahan dan berhasilnya “orang kuat
dan politiknya. Strategi tersebut diantaranya: lokal”. Keempat, budaya politik dan tuntutan
(1) Menempatkan kerabat dan kroni sebagai penduduk lokal yang partikular menyebabkan
walikota, wakil walikota dan anggota legislatif munculnya “orang kuat lokal”. Kelima,
persediaan (supply) dari “orang kuat lokal” tidak
Nur Iman Subono, “Raja Lokal, Bos Lokal dan Chao Pho”, 1
16
24
Henk Schulte Nordholt, Gerry Van Klinken dan Ireen Karang-
27
Yamin Indas, “Selamat Berulang Tahun Gubernur Nur Alam”,
Hogeenboom, Politik Lokal di Indonesia, (Jakarta: YOI, 2007), 8 Juli 2015. http://yaminindas.com/?p=1272 , diakses pada
hlm. 24-25. tanggal 17 April 2015.
Fenomena “Bosisme Lokal” di Era Desentralisasi ... | Eka Suaib dan La Husen Zuada | 55
Hasan, yang juga salah satu tokoh pendiri Sultra. 414.530 (23,34%), Bugis 341.742 (19,24%),
Ibunda Tina Nur Alam adalah saudara kandung Tolaki 289.220 (16,28%), Muna 267.722 (15,07
mantan Bupati Kendari (kini Konawe), Drs H. %), Jawa 124.686 (7,02 %), Bali 41.886 (2,35%),
Andrey Jufri periode 1977-1988.28 Pernikahan Wajo 37.540 (2,11%), Makassar 33.938 (1,91%),
dengan anak mantan pejabat dan keluarga Toraja 31.000 (1,74 %), Sunda 20.112 (1,13 %).31
pejabat menghadirkan trah kepemimpinan dalam Wilayah kepulauan dan daratan merupakan
keluarga Nur Alam yaitu Tina Nur Alam, bukan batas alamiah yang menggambarkan sebuah
pada sosok Nur Alam29, yang belakangan terpilih fenomena geografi. Dalam perkembangannya,
menjadi gubernur Sulawesi Tenggara. istilah daratan dan kepulauan tidak hanya menjadi
Sulawesi Tenggara adalah sebuah provinsi batas geografi, namun berubah menjadi kekuatan
yang terbagi atas daratan dan kepulauan. Wilayah politik ketika adanya dikotomi orang daratan
daratan Sulawesi Tenggara dikategorikan dan kepulauan dalam pembentukan Kabupaten
lebih maju dibanding wilayah kepulauan. 30 Sulawesi Timur (Sulawesi Tenggara), serta
Wilayah daratan banyak dihuni oleh orang persaingan kedua kelompok memperebutkan Ibu
Tolaki (penduduk asli Kendari) yang memiliki Kota Provinsi Sulawesi Tenggara.32 Persaingan
kebiasaan bertani. Sementara wilayah kepulauan daratan dan kepulauan mengemuka kembali saat
dihuni oleh suku Muna, Buton dan suku kecil Pemilukada langsung yang mengadopsi sistem
lainya yang memiliki kebiasaan bertani, nelayan Pemilu one man, one person, one value, one vote
(pelaut) serta berdagang. (OPOVOV).
Selain orang daratan dan kepulauan, Sistem OPOVOV menjadikan suara
Sulawesi Tenggara juga dihuni oleh orang-orang rakyat semakin berharga, sehingga kehadiran
pendatang dari berbagai daerah, seperti Bugis, kelompok masyarakat semakin penting. Identitas
Makassar, Jawa, Bali dan lainnya. Berdasarkan kesukuan dan kelompok dimanfaatkan sebagai
kenyataan itu, maka masyarakat Sulawesi modal membentuk solidaritas memenangkan
Tenggara termasuk dalam tipe masyarakat pertarungan politik di Sulawei Tenggara.33 Hal
multi etnis. Hasil sensus penduduk BPS tahun ini tampak menjelang Pemilukada tahun 2008,
2000 memperlihatkan, kelompok etnis Buton dimana orang daratan mulai menampakkan diri
merupakan yang paling banyak yaitu sebesar (bangkit) dengan mengorganisir kelompoknya
untuk menjadi orang nomor satu di Sulawesi
28
Yamin Indas, “Memacu Diri Hingga Mencapai Puncak”, 27 Tenggara, setelah sebelumnya mereka hanya
Juni 2013. http://yaminindas.com/?p=520 diakses pada tanggal menjadi wakil dan satu orang menjadi gubernur.34
17 April 2015.
29
Nur Alam berasal dari kalangan rakyat biasa, ia bukan berasal
31
Lihat Riwanto Tirtosudarmo, Desentralisasi dan Good
dari keluarga Raja di kalangan orang Tolaki sebagaimana Governance di Sulawesi Tenggara: Peran Akademisi dan
ada pada Inea Sinumo, Sabandara, Sapati pewaris tahta Raja Intelektual dalam Proses Pemekaran Wilayah, (Jakarta: LIPI,
Konawe. Nur Alam juga tidak berasal dari marga besar dan 2006), hlm. 56-57. Lihat pula Sumedy Andono Mulyo et.al,
keluarga turunan pejabat di Kendari seperti ada pada Abunawas, Data dan Informasi Dalam Rangka Penyusunan Rancangan
Silondae, Konggoasa dan lainnya. Pengaruh trah/turunan RPJMN 2010-2014 Berdimensi Ruang dan Wilayah Sulawesi,
penguasa dalam budaya politik tradisional Indonesia khususnya (Jakarta: Bappenas, 2009), hlm. 25-26.
Jawa sangat diyakini. Turunan seorang Raja atau penguasa
Baca Said D, Pembentukan Provinsi Sulawesi Tenggara 1950-
32
dikemudian hari kelak akan menjadi penguasa pula (pewaris).
1978: Studi Konflik dan Integrasi, Tesis Program Studi Ilmu
Hal ini diyakini pula oleh sebagian masyarakat Indonesia
Sejarah Pascasarjana Universitas Indonesia, (Jakarta: UI, 1997)
lainnya, tidak terkecuali di Sulawesi Tenggara. Uraian tentang
kekuasaan dan keturunan baca Benedict. O.R. Anderson, 33
Lihat Riwanto Tirtosudarmo, Mencari Indonesia 2: Batas-
Kuasa-Kata. Jelajah Budaya-Budaya Politik di Indonesia, Batas Rekayasa Sosial, (Jakarta: LIPI Press, 2010), hlm.
(Yogyakarta, Mata Bangsa, 1990), hlm. 82-86. 55. Lihat juga Eka Suaib, Etnisitas Kebijakan Publik (Studi
Pemanfaatan Etnis Dalam Arena Politik Lokal di Kota
30
Lihat The World Bank, Pemda Sultra, Lembaga Penelitian
Kendari), Disertasi, (Surabaya: Universitas Airlangga, 2005).
Universitas Haluoleo (LEMLIT UNHALU), CIDA dan AusAID,
Lihat juga La Husen Zuada, Desentralisasi dan Gerakan Sosial:
Kinerja Pelayanan Publik dan Tantangan Pembangunan di
Studi Polarisasi Gerakan Advokasi Kebijakan Pedagang Kaki
Bumi Haluoleo, (Jakarta: The World Bank, 2011), hlm. 18.
Lima di Kendari Tahun 2008, Tesis, (Jakarta: Universitas
Lihat juga Ira Irawati, dkk, “Pengukuran Tingkat Daya Saing
Indonesia, 2013), hlm. 157-161.
Daerah Berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Variabel
Infrastruktur dan Sumber Daya Alam, Serta Variabel Sumber 34
Orang daratan secara kuantitas merupakan etnis terbesar
Daya Manusia di Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara,” Jurnal
Teknik Industri, (Semarang: Undip, 2008).
Fenomena “Bosisme Lokal” di Era Desentralisasi ... | Eka Suaib dan La Husen Zuada | 57
suara dan kursi di legislatif yang sangat PT Billy Indonesia, sebuah perusahan tambang
signifikan. Tiga periode Pemilu digelar—2004, yang beroperasi di Kabupaten Konawe Selatan
2009, 2014—perolehan suara dan kursi PAN dan Kabupaten Bombana. Melalui Widdi, Nur
terus mengalami peningkatan. Penambahan Alam mendapatkan masukan-masukan teknis,
kursi terlihat di level DPRD Provinsi, dan DPRD terkait bagaimana memulai dan memenangkan
Kab/Kota se Sulawesi Tenggara (Lihat Tabel 1). pertarungan.
Pencapaian PAN dalam tiga Pemilu ini terbilang Setelah berkonsultasi dengan JSI, Nur
fantastis karena pada Pemilu 1999, PAN hanya Alam mulai mencetak berbagai alat peraga
mendudukkan 1 anggota DPRD Provinsi. Raihan kampanye. Nur Alam juga mulai membangun
suara signifikan mengantarkan Nur Alam menjadi modal sosial38 kepada pemilih dengan melakukan
Wakil Ketua DPRD Provinsi dan beberapa saat kunjungan dan pertemuan dengan beberapa
kemudian ia terpilih sebagai Ketua KONI Sultra. kelompok masyarakat seperti ibu-ibu pengajian
Kesibukan Nur Alam di DPRD dan mengelola dan kelompok paguyuban Taman Pemuda dan
bisnis mulai terbagi dengan keinginannya untuk Mahasiswa Tolaki (Tamalaki)39 yang tersebar di
maju menjadi Calon Gubernur Sultra Periode Sulawesi Tenggara. Kedekatan Nur Alam dengan
2008-2013. Cita-cita ini telah dipersiapkan kelompok etnis Tamalaki dikisahkan oleh salah
Nur Alam sejak tahun 2003, ketika itu diawali satu narasumber dalam penelitian yang dilakukan
polemik terpilihnya Ali Mazi (suku Buton) oleh Aryuni.
sebagai Gubernur Sultra yang menurutnya tidak
memiliki kontribusi politik di Sulawesi Tenggara, “Saya sering melihat N.A datang ke Markas Ta-
malaki. Waktu itu beliau masih belum menjadi
meskipun berasal dari Sultra. Saat itu, Nur
gubernur, masih dalam proses pencalonan. Dari
Alam tidak setuju dengan munculnya Ali Mazi, cerita-cerita anak kos, N.A sering memberi ban-
sehingga ia mengorganisir sejumlah unjuk rasa tuan dana pada kelompok Tamalaki”.40
menolak Ali Mazi. Namun demikian, usaha Nur
Alam mengalami kegagalan setelah mayoritas Pada Pemilihan Gubernur 2008, paguyuban
DPRD yang dikuasai oleh Golkar memilih Ali Tamalaki menjadi salah satu pendukung setia
Mazi. Atas peristiwa kekalahan ini, Nur Alam Nur Alam. Dalam perjalanannya, Tamalaki
mengikrarkan diri untuk melawan Ali Mazi pada tidak hanya menjadi tim sukses Nur Alam,
pemilihan gubernur 5 tahun kemudian (2008). namun juga menjadi pengawal berbagai
Demi mencapai cita-citanya, Nur Alam kebijakan pemerintahannya. Bagi mereka yang
mulai mencetak baliho yang bertuliskan “Nur mengganggu Nur Alam, maka akan berhadapan
Alam – Gubernur Sulawesi Tenggara Periode dengan kelompok Tamalaki, karena Nur Alam
2008-2013”. Selain itu, Nur Alam juga meminta dipandang sebagai representasi orang Tolaki.
dukungan dari keluarga hingga para politisi Pengorganisasian kelompok etnis ini tampak
nasional. Salah satu tokoh yang dimintai relevan dengan penyelenggaraan Pemilukada
pendapat oleh Nur Alam adalah Andrey Jufri secara langsung, dimana suara rakyat menjadi
(Mantan Bupati Konawe/Ketua DPW PAN semakin penting, terlebih lagi Etnis Tolaki
I) yang juga paman istrinya. Nur Alam juga merupakan etnis terbesar ketiga di Sulawesi
melakukan diskusi dengan rekan-rekannya di Tenggara setelah Buton dan Bugis.
PAN Sultra, termasuk dengan Arbab Paproeka, 38
Menurut Bourideu dan Wacquant, modal sosial adalah jumlah
Sukarman A.K, H. Rahman Saleh, Umar sumber daya, aktual atau maya, yang berkumpul pada seorang
Samiun, Nur Amin dan lain-lain. Selanjutnya individu atau kelompok karena memiliki jaringan tahan lama
berupa hubungan timbal balik perkenalan dan pengakuan yang
Nur Alam menemui Hatta Rajasa, saat itu ia sedikit banyak terinstituonalisasikan. Lihat John Field, Modal
diperkenalkan dengan salah satu konsultan Sosial, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2010), hlm. 23.
politik Jaringan Survey Indonesia (JSI), Widdi Tamalaki sesuai dengan namanya adalah paguyuban yang
39
Aswindi37 yang belakangan menjadi Direktur mewakili etnis Tolaki. Lihat, La Husen Zuada, op.cit, hlm. 83.
40
Lihat Aryuni Salpiana Jabar, Perilaku Politik Etnis Tolaki
37
Syarlin Syamsudin, “Nur Alam Selayang Pandang”, 23 Dalam Pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara Tahun 2007
September 2012 http://brigadenuralam.blogspot.co.id/, diakses (Kasus: Kubu Nusa Dalam Pemilihan Gubernur Sulawesi
pada tanggal 17 April 2015. Tenggara Tahun 2007), Tesis, (Bogor: IPB, 2009), hlm. 74.
43
Ibid, hlm. 39-43. Hegemoni PAN Di Sulawesi Tenggara)”, Makalah disampaikan
Fenomena “Bosisme Lokal” di Era Desentralisasi ... | Eka Suaib dan La Husen Zuada | 59
simbol membantu masyarakat miskin dalam BAHTERAMAS, Nur Alam berhasil menekan
bidang kesehatan, pendidikan, dan bantuan uang angka pengangguran dan kemiskinan serta
tunai. Nur Alam seakan-akan tampil seperti menaikkan angka partisipasi sekolah (posisi ke-2
‘sinterklas’ yang membagi-bagikan hadiah untuk tertinggi di Sulawesi). Secara perlahan Nur Alam
anak-anak. muncul sebagai sosok politisi yang memiliki
Pola patron-klien yang dilandasi prinsip pengaruh kuat di Sultra. Hal ini bisa terlihat
utilitarianisme telah tercipta dalam hubungan dalam penyelenggaraan Pemilu 2009 dan 2014.
Gubernur dan masyarakat Sultra. Masyarakat
umum yang telah terbiasa dengan bantuan- Tabel. 1. Perolehan Kursi PAN Pada Pemilu
bantuan dari sang Gubernur secara tidak langsung 2004,2009, 2014
telah menjadi client yang siap memberi dukungan No Tingkatan Perolehan Kursi Periode Pemilu
kepadanya karena telah memberi “manfaat” bagi 2004 2009 2014
mereka. Personalitas Nur Alam sebagai pengusaha 1 DPR 1 1 1
terkenal yang memiliki solidaritas sosial tinggi, 1 DPRD Provinsi 6 7 9
menjadi daya tarik tersendiri. Dengan tingginya 2 DPRD Kabupaten/Kota 45 48 75
Meskipun sangat hegemoni, sosok Nur mengalami penurununan dari 19,53 persen tahun
Alam dapat dikatakan sebagai pemimpin yang 2008 menjadi 12,83 persen tahun 2013.49
berhasil membangun Sultra. Hegemoni politik Di era Nur Alam, infrastruktur fisik semakin
Nur Alam tidak serta menimbulkan efek negatif membaik, seperti peningkatan kualitas ruas
bagi kelangsungan negara. Dalam arti, negara jalan dan jembatan—Poros Konda, Poros
tidaklah menjadi lemah perannya, justru semakin Kolaka-Kendari, Poros Buton Utara-Bau
membaik. Hal ini ditunjukkan dengan capaian Bau, jalan dalam Kota Kendari. Kualitas
perekonomi Sultra selama 4 tahun dipimpin Nur transportasi laut antar pulau juga terus mengalami
Alam (2008-2012) terus mengalami kenaikan. penambahan seperti: penambahan jumlah kapal
Ini diperlihatkan dengan rata-rata pertumbuhan penyeberangan Torobulu-Tampo, pembangunan
mencapai 8,42 persen dan kenaikan rata-rata pelabuhan Bungkutoko (Kota Kendari),
mencapai 0,79 persen setiap tahunnya. Sementara Pelabuhan Molengo (Buton Utara-Konawe
angka kemiskinan Sulawesi Tenggara terus Selatan), pembangunan Pelabuhan Tondasi
49
BAPPEDA Sultra, Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014, hlm. 83.
Fenomena “Bosisme Lokal” di Era Desentralisasi ... | Eka Suaib dan La Husen Zuada | 61
(Muna-Makassar), penyeberangan Wawonii- Para penentang beralasan, tambang lebih
Kendari dan lainnya. Perhubungan udara semasa banyak mendatangkan masalah bagi masyarakat
Nur Alam juga tampak semakin membaik seperti dan tidak cocok dengan karakteristik Sulawesi
peningkatan kualitas infrastruktur Bandara Tenggara sebagai daerah pertanian dan perikanan.
Halu Oleo, berfungsinya bandara Mataohara Namun demikian, penentangan yang dilakukan
(Wakatobi), Betoambari (Bau-Bau), Sugi Manuru oleh FTRW, mahasiswa dan politisi mendapat
(Muna), Sangia Nibandera (Kolaka). hambatan, setelah Susilo Bambang Yudhoyono
sebagai Presiden RI, Kamaruddin sebagai
3. Dominasi Kekuasaan Nur Alam dan Para anggota DPD RI dan Laode Djeni Hasmar
Penentangnya sebagai Ketua Kerukunan Sulawesi Tenggara
Sebagai gubernur, Nur Alam memiliki misi (KKST) mendukung usulan Gubernur Sultra
mengejar keteringgalan Sulawesi Tenggara dari tersebut.53
daerah lain. Misi itu diupayakan oleh Nur Alam Pada satu sisi, kelompok penentang semakin
dengan mengundang investor untuk berinvestasi melemah. Pelemahan terjadi pada gerakan
di Sulawesi Tenggara. Salah satu pengusaha yang mahasiswa di Universitas Halu Oleo (UHO)
tertarik dengan ajakan Nur Alam adalah James akibat adanya aksi teror psikologis (SMS ancaman
Riady, pemilik Lippo Grup, yang menanam pembunuhan) maupun fisik (pemukulan aktivis)
investasi di bidang pasar modern (Lippo oleh kelompok preman saat berdemonstrasi
Hypermart). Pembangunan Lippo Hypermart menolak KEK. Di sisi lain, Waode Nur Hayati
sempat menjadi pro kontra di kalangan aktivis yang berbeda pandangan dengan Nur Alam,
Sultra, karena di lokasi/lahan pembangunan, semakin tidak mendapat dukungan seiring
telah berdiri gedung Pramuka dan KNPI. Namun dengan isu yang menjerat dirinya dalam kasus
pada akhirnya upaya para aktivis kalah kuat, permainan anggaran di DPR. Keterlibatan Waode
pembangunan Lippo Hypermart tetap dilanjutkan ini tidak memiliki kaitan dengan sikap kontra
dengan menghancurkan gedung Pramuka dan dengan Nur Alam, namun demikian peristiwa
KNPI. ini secara tidak langsung memberi pesan kepada
Kekayaan alam dimiliki Sultra diminati oleh lawan-lawan politik Nur Alam agar tidak berbeda
investor dari dalam dan luar negeri. Salah satunya pandangan dengannya.
usaha pertambangan yang menggeliat sejak Sejak Sulawesi Tenggara dicanangkan
tahun 2008. Potensi ini menjadi alasan Nur Alam sebagai KEK tambang, telah memicu
mengusulkan Sultra sebagai Kawasan Ekonomi pertumbuhan masif izin usaha pertambangan
Khusus (KEK) tambang pada pemerintah pusat, (IUP) di Sulawesi Tenggara. Hingga tahun
sebagaimana tertuang dalam UU No. 39 Tahun 2012, jumlah izin usaha pertambangan (IUP)
2009 tentang KEK. Usulan KEK Tambang ini di Sulawesi Tenggara mencapai 341 (tiga ratus
mendapatkan tantangan dari elemen masyarakat empat puluh satu).54 Dahulu sebagian lokasi izin
yang tergabung dalam Forum Tata Ruang Wilayah usaha pertambangan ini tidak dibolehkan karena
(FTRW) Sultra50 (gabungan LSM dan Pemerhati masuk dalam wilayah hutan lindung, namun
Sultra), Walhi Sultra, KPI Sultra, mahasiswa ini berhasil diterobos atas sokongan perlakuan
Universitas Halu Oleo51, serta politisi PAN asal khusus yang tertuang dalam UU KEK.
Sulawesi Tenggara Waode Nur Hayati52.
read/2011/01/26/82898/Pemprov-Sultra-Diminta-Jujur-soal-
50
Antara Sulsel, “FTRW Tolak Sultra Jadi Kawasan KEK-Pertambangan- diakses pada tanggal 19 September 2015.
Pertambangan Nasional”, 25 Januari 2011, http://www.
antarasulsel.com/berita/24029/ftrw-tolak-sultra-jadi-kawasan-
53
JPPN.com, “KEK di Sultra Direspon Positif”, 24 Januari 2011
pertambangan-nasional diakses pada tanggal 18 April 2015. http://www.jpnn.com/read/2011/01/24/82703/KEK-di-Sultra-
Direspon-Positif diakses pada tanggal 19 September 2015.
51
Berita Lingkungan, “Mahasiswa Kendari Tolak Kawasan
Ekonomi Khusus”, 24 Maret 2011. http://www.beritalingkungan.
54
Asman Sahaludin, “341 IUP Pertambangan di Sulawesi
com/2011/03/mahasiswa-kendari-tolak-kawasan-ekonomi. Tenggara; Rahmat atau Petaka”, 4 Agustus 2012, http://
html, diakses pada tanggal 21 September 2015. www.kompasiana.com/asman_sahaluddin/341-iup-
pertambangan-di-sulawesi-tenggara-rahmat-atau-
52
JPPN.com, “Pemprov Sultra Diminta Jujur soal KEK petaka_5512dddca33311dd67ba7df3 , diakses pada tanggal
Pertambangan”, 26 Januari 2011 http://www.jpnn.com/ 19 November 2013.
Sang Gubernur” edisi 8-14 September 2014. AJI, pukul 09.00 WITA tanggal 20 Oktober 2010.
Fenomena “Bosisme Lokal” di Era Desentralisasi ... | Eka Suaib dan La Husen Zuada | 63
Upaya pengusutan dugaan rekening gendut dihadapi oleh para aktivis mahasiswa dan LSM
Gubernur Sultra telah berlangsung sejak adanya Sulawesi Tenggara.66 Tindakan kriminalisasi
rilis PPATK tahun 2011, namun demikian, sampai pernah dialami oleh Titin Saranani,67 salah satu
hari ini tidak mendapat kejelasan dari Kejaksaan aktivis perempuan Sulawesi Tenggara yang
Agung, KPK atau Polri, sebagai lembaga sangat kritis terhadap berbagai kebijakan Nur
penegak hukum yang berwenang melakukan Alam. Kasus yang dialami Titin Saranani tidak
penyelidikan. Fenomena ini menunjukkan Nur memiliki kaitan dengan kebijakan Nur Alam,
Alam sangat kebal terhadap pengusutan dugaan namun demikian banyak pihak menyebut bahwa
kasus hukum yang menjeratnya. Dikalangan penjemputan paksa oleh Polda Sultra memiliki
politisi Sultra, Nur Alam juga tampak sangat keterkaitan dengan sikap kritisnya kepada Nur
disayangi sebagaimana pengakuan Laode Ida, Alam. Hal ini diyakini pula oleh salah satu aktivis
Mantan Wakil Ketua DPD RI. Laode diminta oleh perempuan yang mengikuti kasus Titin Sarani.68
para koleganya untuk tidak berkomentar soal Nur Ancaman juga dialami oleh para
Alam, karena berasal dari satu daerah, pernah penyelenggara Pemilu yang tidak menguntungkan
sama-sama di PAN dan mendukung Nur Alam Nur Alam. Peristiwa ini pernah dialami oleh salah
saat Pilgub 2012.63 Meskipun, pada akhirnya satu penyelenggara Pemilukada Tahun 2013,
Laode enggan mengikuti permintaan para ketika itu rumahnya diserang oleh kelompok
koleganya dan meminta dugaan rekening gendut bermotor setelah memutuskan suatu perkara yang
Nur Alam diusut tuntas oleh pihak berwenang. dinilai merugikan Nur Alam.69 Selain mampu
Di era pemerintahnnya, Nur Alam ingin mengorganisir kekerasan dan mengendalikan
mewujudkan pembangunan jembatan Bahteramas penegak hukum, Nur Alam juga berupaya
yang menghubungkan wilayah Bungkutoko mempengaruhi rekrutmen penyelenggara Pemilu
dan Kota Lama. Upaya Nur Alam kembali dengan menitipkan orang-orangnya kepada
mendapatkan tantangan dari sejumlah aktivis pejabat Pusat.70 Meskipun pada akhirnya, titipan
mahasiswa, aktivis lingkungan hingga sejarawan itu ada yang berhasil dan tidak, namun demikian
Universitas Halu Oleo Basrin Melamba. 64 persentase keberhasilan lebih banyak dibanding
Menurut para penentang, keberadaan Jembatan kegagalannya. Dalam arti, setiap anggota
Bahteramas akan menimbulkan kerusakan penyelenggara Pemilu di Sulawesi Tenggara
lingkungan, penggusuran warga dan hilangnya pernah dititip dan memiliki kedekatan dengan
situs-situs sejarah yang dimiliki oleh Kota Nur Alam.
Kendari.65
Penentang kebijakan Nur Alam di Sulawesi 66
Pemuda Bergerak, “Penyerangan Aktivis Mahasiswa bentuk
Tenggara terus mengalami pelemahan. Pelemahan kepanikan Gubernur Sultra”, 21 Desember 2013, https://
diakibatkan oleh ancaman dari kelompok preman pemudabergerak.wordpress.com/2013/12/21/penyerangan-
aktivis-mahasiswa-bentuk-kepanikan-gubernur-sultra/, diakses
dan tindakan kriminalisasi yang dilakukan oleh pada tanggal 19 September 2015.
oknum aparat hukum. Tindakan kekerasan yang
67
Kompas. com, “Sebut Anggota Panwaslu “Gigolo” di
dilakukan oleh preman menjadi rutinitas yang
Facebook, Wanita Ini Ditangkap”, 22 Oktober 2014, http://
regional.kompas.com/read/2014/10/22/22360761/Sebut.
63
JPPN.com, “La Ode Ngaku Dilarang Komentari Rekening Anggota.Panwaslu.Gigolo.di.Facebook.Wanita.Ini.Ditangkap,
Gendut Nur Alam”, 27 Desember 2014, http://www.jpnn. diakses 19 November 2014.
com/read/2014/12/27/277913/La-Ode-Ngaku-Dilarang-
Komentari-Rekening-Gendut-Nur-Alam, diakses pada tanggal Wawancara dengan Miss D, aktivis perempuan Sultra 19
68
64
CENDANA NEWS, “Kota Lama Kendari, Warisan yang 69
Korban mendunga kuat, penyerang rumahnya adalah orang-
Terampas Ambisi Pembangunan Jembatan”, 11 Februari 2015, orang suruhan yang tidak puas dengan keputusan yang tidak
http://www.cendananews.com/2015/02/kota-lama-kendari- menguntungkan salah satu pasangan Pemilukada Gubernur
warisan-yang-terampas.html , diakses pada tanggal 18 Mei Sultra. Wawancara dengan Miss Y, mantan penyelenggara
2015. Pemilu Sultra 17 November 2015.
65
ANTARA SULTRA.com, “FMSB Minta Hentikan Proyek 70
Saat penetapan komisioner penyelenggara Pemilu orang-
Jembatan `Bahteramas`”, 10 Desember 2011, http://antarasultra. orang dekat atau titipan Nur Alam berhasil mengisi satu posisi di
com/print/262827/fmsb-minta-hentikan-proyek-jembatan- struktur penyelenggara Pemilu. Wawancara dengan G, tanggal
bahteramas, diakses pada tanggal 18 Mei 2015. 20 November 2015.
Fenomena “Bosisme Lokal” di Era Desentralisasi ... | Eka Suaib dan La Husen Zuada | 65
terpilih sebagai anggota DPR RI mewakili PAN, pemilih dengan bantuan ekonomi, bibit, irigasi,
setelah berhasil mengalahkan Laode Ida pada pelunasan hutang dan alat tukar lainnya.
Pemilu 2014 lalu. Saat ini, Tina Nur Alam mulai Keberadan bos lokal di Sulawesi Tenggara
mempersiapkan diri menggantikan suaminya mendorong pertumbuhan ekonomi dan
sebagai Gubernur Sultra. pembangunan. Hal tersebut mengkonfirmasi
teori John Sidel yaitu bahwa keberadaan “bos
Penutup lokal” yang sering diremehkan sebagai musuh
Di era desentralisasi, Nur Alam muncul sebagai pembangunan, namun pada kenyataannya lebih
seorang bos lokal di Sulawesi Tenggara. Bos tampak sebagai agen terdepan perkembangan
lokal muncul di Sulawesi Tenggara sama kapitalis. Bos lokal di Sulawesi Tenggara
dengan berkembangnya “bos lokal” di Indonesia menggunakan intimidasi kekerasan (premanisme
pada umumnya yaitu muncul pasca Orde dan kriminalisasi) dan kerja sama dalam
Baru berakhir. Hal tersebut mengkonfirmasi memperoleh dukungan politik. Hal ini sejalan
pendapat John Sidel yaitu “bos lokal” dihambat dengan pendapat John Sidel, bahwa “bossisme
kemunculannya di Indonesia selama Orde Baru lokal” di Indonesia dibangun melalui persaingan
dan dihambat juga ketika sistem pemilihan tidak dan kerja sama dengan elit politik, birokrat
langsung. Bos lokal di Sulawesi Tenggara muncul dan penegak hukum untuk mendapatkan dan
setelah membangun fondasi kekuatan lokalnya melanggengkan kekuasaan.
sejak zaman Orde Baru dengan memperkuat Bos lokal di Sulawesi Tenggara mempunyai
basis ekonomi dan di era reformasi terpilih kekuasaan monopolistis dengan menempatkan
menjadi ketua Partai Politik, anggota DPRD dan orang-orangnya dan keluarganya sebagai penerus
Gubernur. kekuasaannya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Bos lokal di Sulawesi Tenggara melakukan John Sidel bahwa para “bos lokal” mewariskan
akumulasi kekayaan dengan mengerjakan proyek- daerah kekuasaannya kepada generasi penerus
proyek negara. Hal tersebut mengkonfirmasi dengan model dinasti. Bos lokal yang muncul
pendapat John Sidel yang melihat bahwa para di Sulawesi Tenggara atas keberhasilannya
bos lokal memperoleh kekuasaan dan kekayaan mengalahkan dan kerja sama dengan rival “bos
bukanlah dari kepemilikan tanah pribadi tetapi lokal” yang lain. Hal tersebut sejalan dengan
dari sumber-sumber negara dan perdagangan. pendapat John Sidel dan Takeshi Kawanaka
Bos lokal di Sulawesi Tenggara melakukan bahwa kekuasaan “bos lokal” selalu dibangun
kontrol terhadap pejabat publik, yaitu dengan dari dinamika kompetisi dan kompromi diantara
menempatkan pejabat Bupati dari orang-orang “bos-bos lokal” lainya beserta keluarga politik
kepercayaanya, menitipkan orang-orangnya dan mesin politik mereka. Namun demikian,
sebagai penyelenggara Pemilu. Hal tersebut bos lokal yang muncul di Sultra tidak berpindah
mengkonfirmasi pendapat John Sidel, dimana afiliasi partai yaitu hanya menguasai PAN. Hal
para bos lokal melakukan kontrol terhadap tersebut membantah teori John Sidel.
pejabat terpilih untuk mendapatkan akses dan Nur Alam sebagai bos lokal menjadi
monopoli atas pengaturan sumber dan hak-hak patron tertinggi bagi orang Tolaki, dimana
istimewa negara. kliennya adalah masyarakat sesama etnis
Bos lokal di Sulawesi Tenggara berhasil Tolaki. Setelah menjadi gubernur, Nur Alam
menjadi Gubernur melalui dukungan kelompok dipandang sebagai patron tertinggi masyarakat
sesama etnis (Pemilukada 2008), pertukaran suara Sulawesi Tenggara. Sebagai patron orang
dengan kebijakan pendidikan gratis, kesehatan Tolaki dan patron masyarakat Sultra, Nur Alam
gratis, pembangunan pedesaan, pembangunan dipandang bisa mendatangkan kesejahteraan
sarana transportasi dan infrastruktur fisik lainnya dan mengatur rekruitmen pejabat publik yang
(Pemilukada 2013). Hal tersebut mengkonfirmasi bisa menguntungkan kelompoknya (klien).
teori John Sidel, “bos lokal” memobilisasi Dengan demikian, relasi patronase di Sulawesi
masyarakat dengan mengeksploitasi politik etnis, Tenggara tidak hanya tumbuh dan berkembang
melakukan pertukaran (transaksional) suara karena perubahan struktur pemerintahan dan
Fenomena “Bosisme Lokal” di Era Desentralisasi ... | Eka Suaib dan La Husen Zuada | 67
di Kota Pontianak dan Kota Singkawang ftrw-tolak-sultra-jadi-kawasan-pertambangan-
Kalimantan Barat 1998-2008. Disertasi. nasional.
Jakarta: UI. ANTARA SULTRA.com. “FMSB Minta Hentikan
Romli, Lili. 2007. Jawara dan Penguasaan Politik Proyek Jembatan `Bahteramas`”. 10 Desember
Lokal di Provinsi Banten (2001-2006). 2011. http://antarasultra.com/print/262827/
Disertasi. Jakarta: Universitas Indonesia. fmsb-minta-hentikan-proyek-jembatan-
Said D. 1997. Pembentukan Provinsi Sulawesi bahteramas.
Tenggara 1950-1978: Studi Konflik dan Asman Sahaludin. “341 IUP Pertambangan di
Integrasi. Tesis. Program Studi Ilmu Sejarah Sulawesi Tenggara; Rahmat atau Petaka”. 4
Pascasarjana Universitas Indonesia. Jakarta: UI. Agustus 2012. http://www.kompasiana.com/
Suaib, Eka. 2005. Etnisitas Kebijakan Publik (Studi asman_sahaluddin/341-iup-pertambangan-di-
Pemanfaatan Etnis Dalam Arena Politik sulawesi-tenggara-rahmat-atau-petaka_5512d
Lokal di Kota Kendari). Disertasi: Universitas ddca33311dd67ba7df3.
Airlangga. Berita Lingkungan. “Mahasiswa Kendari Tolak
Suaib, Eka. 2015. Institusionalisasi Partai Politik Kawasan Ekonomi Khusus”. 24 Maret 2011.
(Studi Kasus Hegemoni PAN Di Sulawesi http://www.beritalingkungan.com/2011/03/
Tenggara). Makalah Seminar Nasional mahasiswa-kendari-tolak-kawasan-ekonomi.
Menyongsong Pilkada Serentak di Universitas html.
Hasanuddin. Butonsultra.com. “Profil H. Nur Alam SE M.Si
Zuada, La Husen. 2013. Desentralisasi dan Gerakan Gubernur Ke 9 Sultra 2008-2018”. 2013. http://
Sosial: Studi Polarisasi Gerakan Advokasi infoduniaraya.blogspot.co.id/2014/08/profil-h-
Kebijakan Pedagang Kaki Lima di Kendari nur-alam-se-msi-gubernur-ke-9.html.
Tahun 2008. Tesis. Jakarta: Universitas CENDANA NEWS. “Kota Lama Kendari, Warisan
Indonesia. yang Terampas Ambisi Pembangunan
The World Bank, Pemda Sultra, Lembaga Penelitian Jembatan”. 11 Februari 2015. http://www.
Universitas Haluoleo (LEMLIT UNHALU), cendananews.com/2015/02/kota-lama-kendari-
CIDA dan AusAID. 2011. Kinerja Pelayanan warisan-yang-terampas.html.
Publik dan Tantangan Pembangunan di Bumi Detiknews. “Ini Kekayaan Gubernur Sulawesi
Haluoleo. Jakarta: The World Bank. Tenggara yang Disebut Berekening Gendut”.
Zuada, La Husen. 2015. Menciptakan Pemilihan 17 Desember 2014. http://news.detik.com/
Umum Kepala Daerah Berintegritas, Dalam berita/2780376/ini-kekayaan-gubernur-
Rangka Mewujudkan Demokrasi Subtansial. sulawesi-tenggara-yang-disebut-berekening-
Makalah: disampaikan dalam Sosialisasi Indeks gendut.
Kerawanan Pemilu yang diselenggarakan oleh Gatranews. “Spartan: Tangkap Ribuan Preman
Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Pembubar Aksi Demo” 20 Februrari 2014.
Sulawesi Tenggara. Hotel Clarion Kendari. http://www.gatra.com/nusantara-1/sulawesi-
Sabtu 12 Agustus. 1/47573-spartan-tangkap-ribuan-preman-
Wawancara dengan G, salah satu jurnalis yang pembubar-aksi-demo.html.
bernaung di AJI, pukul 09.00 WITA tanggal JPPN.com. “Pemprov Sultra Diminta Jujur soal
20 Oktober 2015. KEK Pertambangan”. 26 Januari 2011. http://
Wawancara dengan D, aktivis perempuan Sultra, www.jpnn.com/read/2011/01/26/82898/
pukul 10.47 WITA tanggal 19 November 2015. Pemprov-Sultra-Diminta-Jujur-soal-KEK-
Pertambangan-.
Wawancara dengan Y, Mantan penyelenggara Pemilu
Sultra, Pukul 13.19 WITA tanggal 17 November JPPN.com. “KEK di Sultra Direspon Positif”.
2015. 24 Januari 2011. http://www.jpnn.com/
read/2011/01/24/82703/KEK-di-Sultra-
Wawancara dengan G, Akademisi UHO, Pukul 12.30
Direspon-Positif.
WITA tanggal 20 November 2015.
JPPN.com. “La Ode Ngaku Dilarang Komentari
Rekening Gendut Nur Alam”. 27 Desember 2014.
Surat Kabar dan Website http://www.jpnn.com/read/2014/12/27/277913/
Majalah TEMPO, Edisi 8-14 September 2014. La-Ode-Ngaku-Dilarang-Komentari-Rekening-
Antara Sulsel. “FTRW Tolak Sultra Jadi Kawasan Gendut-Nur-Alam.
Pertambangan Nasional”. 25 Januari 2011. Kompas. Com. “Sebut Anggota Panwaslu “Gigolo”
http://www.antarasulsel.com/berita/24029/ di Facebook, Wanita Ini Ditangkap”. 22
Fenomena “Bosisme Lokal” di Era Desentralisasi ... | Eka Suaib dan La Husen Zuada | 69