You are on page 1of 12

Rohmat: 10.24832/jpnk.v4i2.

1222
DOI Sulistya, Heutagogi Sebagai Pendekatan Pelatihan Bagi Guru di Era Revolusi Industri 4.0

HEUTAGOGI SEBAGAI PENDEKATAN PELATIHAN BAGI GURU


DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

HEUTAGOGY AS A TRAINING APPROACH FOR TEACHERS


IN THE ERA OF INDUSTRIAL REVOLUTION 4.0

Rohmat Sulistya
PPPPTK Seni dan Budaya, Yogyakarta
E-mail: rohmats@gmail.com

Naskah diterima tanggal: 28-02-2019 disetujui tanggal: 09-10-2019

Abstract: The role of teachers in the era of the industrial revolution 4.0 is not only as a
giver of knowledge, but also as a life-long learners, learning leaders, instructors of learning
resources, network former, and communication opener. These roles are inseparable from
the demands of rapid change in all areas. Therefore, to adjust with the rapid changes,
teachers must learn all the time throughout life. To achieve these roles, it is important to
design about such updating teacher competencies’ training approaches that fit to the
challenges of the 21st century. This study aims (1) to reveal the challenges of the industrial
revolution 4.0 for teachers; and (2) offers the heutagogical approach to teacher training
along with the outline its implementation steps. The study was carried out by analysing
literatures comprehensively, referring to books, journals, and conference articles to answer
the objectives of the study. The results of the study revealed that: (1) teachers faced
major challenges to present interesting learning that fit with the conditions of millennial
students and the challenge of responding to learning issues related to behavior, methods,
and learning processes; (2) training programs with heutagogical approach need to be
considered because it is a self-determined learning and and its implementation steps is by
strengthening HOTS (Higher Order Thinking Skills) learning, strengthening digital literacy,
developing a complete and reliable learning management system platform, and implementing
teacher training with a heutagogy approach. To conlude, it is hoped that heutagogy can be
an alternative approach of teachers training to produce teachers who are prepared for
industrial revolution 4.0 learning challenges.

Keywords: teacher, industrial revolution 4.0, training approach, heutagogy

Abstrak: Peran guru di era revolusi industri 4.0 tidak hanya sebagai pemberi ilmu, tetapi
juga sebagai pembelajar sepanjang hayat, pemimpin pembelajaran, pengarah sumber belajar,
pembentuk jaringan, dan pembuka komunikasi. Peran-peran tersebut ini tidak terlepas
dari tuntutan perubahan yang sangat cepat di segala ranah. Oleh karena itu, guru harus
belajar sepanjang hayat untuk menyesuaikan dengan perubahan. Untuk mencapai peran
ini, pemutakhiran kompetensi guru melalui pendekatan pelatihan yang sesuai tantangan
abad 21 perlu diwujudkan. Kajian ini bertujuan untuk (1) mengungkapkan tantangan
revolusi 4.0 bagi guru; dan (2) menawarkan pendekatan heutagogi dalam pelatihan guru
beserta garis besar langkah implementasinya. Kajian dilakukan dengan studi literatur dan
menganalisnya secara komprehensif, merujuk pada buku, jurnal, dan artikel konferensi
untuk menjawab tujuan kajian. Hasil kajian mengungkapkan: (1) guru menghadapi
tantangan besar untuk menghadirkan pembelajaran yang menarik dan selaras dengan
kondisi peserta didik milenial dan tantangan untuk merespon isu-isu pembelajaran yang
berkaitan dengan perilaku, metode, dan proses pembelajaran; (2) program pelatihan dengan
pendekatan heutagogi perlu dipertimbangkan karena bersifat self-determined learning dengan

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019 127


Rohmat Sulistya, Heutagogi Sebagai Pendekatan Pelatihan Bagi Guru di Era Revolusi Industri 4.0

langkah implementasi melalui penguatan pembelajaran HOTS, penguatan literasi digital,


pengembangan platform learning management system yang lengkap dan handal, serta
penerapan pelatihan guru dengan pendekatan heutagogi. Oleh sebab itu, heutagogi dapat
menjadi alternatif pendekatan pelatihan guru untuk menghasilkan guru yang sadar akan
peran pentingnya pada pembelajaran era revolusi industri 4.0.

Kata kunci: guru, revolusi industri 4.0, pendekatan pelatihan, heutagogi

PENDAHULUAN mewujudkan program peningkatan kompetensi


Laporan The Global Competitiveness Report ini dari tahun ke tahun. Program ini sering
2018 (World Economic Forum), menunjukkan disebut sebagai diklat (pendidikan dan latihan).
Indonesia menempati peringkat ke-45 dari 140 Di tahun 1980-1990-an program ini dikenal
negara. Peringkat ini berada di bawah Malaysia dengan istilah penataran. Pengembangan
(25) dan Thailand (38), sedangkan Singapura profesionalitas dengan pembimbing yang
berada pada level negara maju yaitu peringkat berkualitas merupakan suatu hal yang harus
ke-2. Apabila peringkat ini dilihat lebih detil diprogramkan mengingat guru akan menghadapi
dalam bidang-bidang yang spesifik, maka kompleksitas perkembangan zaman yang sangat
Indonesia menempati peringkat ke-68 pada cepat (Andriani, 2010).
kemampuan inovasi, peringkat ke-50 pada Secara masif, pemerintah mulai menyeleng-
adopsi ICT, dan peringkat ke-62 pada skill/ garakan program diklat yang pada awal
keterampilan (Schwab, 2018). rancangan diwajibkan untuk diikuti oleh seluruh
Bidang yang sangat terkait dengan kualitas guru secara berkelanjutan, yang merupakan
sumber daya manusia adalah pendidikan. Salah rangkaian panjang dari program Penilaian Kinerja
satu pilar pendidikan adalah pendidik atau guru. Guru. Untuk menjangkau seluruh guru berdasar
Jika menilik pada kualitas guru, di Indonesia area dan tingkat penguasaan kompetensi,
kualitas guru masih perlu diti ngkatkan pemerintah melakukan terobosan penyeleng-
(Siswandari, 2013; Lestari & Purwanti, 2018). garaan diklat yaitu metode tatap muka, metode
Dal am kesempatan hari guru nasional, daring (dalam jaringan/online) penuh, dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan metode kombinasi (tatap muka dan daring)
menyampaikan perlunya peningkatan kualitas (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
guru untuk menyiapkan generasi muda yang 2016).
sesuai dengan dunia kerja dan sosial abad 21 Penyelenggaraan diklat dengan metode
(Jawapos Online, 28 Nov 2018). Hal ini menjadi daring secara masif oleh pemerintah merupakan
tantangan yang tidak mudah, karena berkaitan hal baru. Berbekal hasil Uji Kompetensi Guru
dengan kemampuan guru menguasai kompetensi (UKG) dengan perolehan nilai tertentu,
abad 21 dan kemampuan guru menyelami pemerintah mengasumsikan guru telah kompeten
kehidupan generasi milenial. dalam kompetensi substansial (pedagogi dan
Jumlah seluruh guru di Indonesia saat ini profesional) dan kompetensi literasi digital.
kurang lebih 3,133 juta (Kementerian Pendidikan Program ini telah terlaksana dengan segala
dan Kebudayaan, 2017). Guru-guru ini meliputi kelebihan dan kekurangan. Kritik yang
seluruh level pendidikan, mata pelajaran, dan membangun harus dijadikan perhatian semua
dari beberapa kementerian. Guru dengan jumlah pihak agar penyelenggaraan program serupa di
sebesar ini berhak atas program peningkatan masa mendatang lebih baik. Program diklat
kompetensi yang diselenggarakan pemerintah. berbasis daring sebenarnya sudah diinisiasi pada
Pemerintah sudah berupaya keras untuk tahun 2014 dengan diperkenalkannya program

128 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019


Rohmat Sulistya, Heutagogi Sebagai Pendekatan Pelatihan Bagi Guru di Era Revolusi Industri 4.0

diklat interaksi online (DIO) secara terbatas mentor berperan mendampingi guru sasaran
(Wahyuningtyas, 2016). untuk mengakses dan menuntaskan tugas-
Perkembangan teknologi digital saat ini tugas pembel ajaran . Pada program i ni
sudah sangat maju. Hal ini didorong oleh sebenarnya sudah terjadi pembelajaran semi
perkembangan teknologi yang menghubungkan mandiri yang meminimalkan peran mentor dan
orang dan perangkat. Dunia seakan menyatu memperluas kesempatan guru untuk belajar
dalam sebuah jaringan besar. Sumber belajar secara otonom.
tak terbatas tersedia dalam laptop atau Fakta ini mengasumsikan pembelajaran
genggaman gawai kita . Perkembangan dengan pendekatan self-directed learning yang
komunikasi yang cepat ini juga disebut revolusi merupakan ciri andragogi sudah diterapkan
komunikasi (Zamroni, 2009). Apabila keadaan dengan sentuhan learning management system
ini tidak direspons dengan baik dalam pem- (LMS). Guru secara mandiri belajar dari sumber
belajaran, maka akan mengalami keterasingan internet seutuhnya dengan bimbingan mentor
pada era digital. Oleh sebab itu, pengadopsian seminimal mungkin. Demikian juga pada program
sistem digital dalam pembelajaran adalah sebuah PKB online, tugas guru untuk mempelajari materi
keniscayaan. secara mandiri sangat ditekankan. Materi yang
Untuk masuk dalam dunia digital bagi dipelajari merupakan materi yang dibutuhkan
seorang guru bukanlah persoalan mudah. guru berdasarkan hasil uji awal, sehingga secara
Penelitian Anggaraeni (2018) bahwa tingkat konsep, pembelajaran yang membelajarkan
literasi teknologi dan media oleh guru hanya materi yang diperlukan dan belum dikuasai oleh
sebesar 20% dan 14%. Artinya hanya seperlima guru sudah tepat. Dua program tersebut dinilai
guru yang literat dalam bidang teknologi, efektif meningkatkan kompetensi (Awaluddin,
mencakup kemampuan mengakses, menyaring, 2018).
mengolah, dan memanfaatkan teknologi Berdasarkan fakta tersebut, pemerintah
informasi dengan baik. Kenyataan ini haruslah sudah merintis program pelatihan berbasis digital
menjadi perhatian bersama agar Indonesia tidak dengan pendekatan andragogi. Dalam beberapa
selalu berada pada era masa lalu yaitu revolusi tahun ke depan, metode ini masih bisa
industri 1.0–3.0. diterapkan dengan dikembangkan menjadi self-
Kemampuan akan penguasaan teknologi determined learning atau yang lebih dikenal
informasi pasti berdampak pada kinerja guru. sebagai heutagogi. Gagasan ini menjadi
Penguasaan kompetensi bidang TIK ini keniscayaan karena berbagai faktor yaitu (1)
berpengaruh positif pada kinerja guru (Destiana, perkembangan teknologi digital yang pesat; (2)
2014; Marzoan, 2014). Artinya penguasaan peran sentral guru sebagai penanam penge-
kompetensi substansial dan penguasaan tahuan akan bergeser menjadi pembimbing,
kompetensi TIK adalah sebuah korelasi. Dengan pengarah diskusi, dan pengukur kemajuan siswa
menguasai TIK, guru lebih banyak mendapatkan (Hampson dkk, dalam Zubaidah, 2017); (3)
sumber belajar yang akan meningkatkan insan pendidikan, khususnya guru, harus
wawasan materi substansial. Pada program Guru memiliki daya adaptasi yang hebat untuk
Pembelajar maupun Pengembangan Keprofesian melayani dan menyesuaikan dengan kebutuhan
Berkelanjutan (PKB) dalam kurun waktu 2015- peserta didik; dan (4) menjadi pembelajar
2018, sebagian besar guru telah dilatih sepanjang hayat.
mengikuti program dengan metode online (dalam Tujuan dari kajian ini adalah (1) meng-
jaringan/daring). Dalam program tersebut, ungkapkan tantangan revolusi 4.0 bagi guru;

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019 129


Rohmat Sulistya, Heutagogi Sebagai Pendekatan Pelatihan Bagi Guru di Era Revolusi Industri 4.0

dan (2) menawarkan penerapan pendekatan menggunakan teknologi cerdas, industri


heutagogi dalam pelatihan guru beserta garis komunikasi yang semakin maju, penggunaan
besar langkah implementasinya. cloud computing dan big data, serta kolaborasi
Kajian ini menggunakan metode studi dari semua teknologi tersebut (Tjandrawinata,
literatur/kajian pustaka. Studi literatur 2016). Istilah Revolusi Industri 4.0 ini pertama
merupakan penelitian dengan dengan merujuk kali muncul pada World Economic Forum tahun
kepada sejumlah buku-buku dan majalah yang 2106 di Davos (Wardani, 2018).
berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Guru akan mengalami dampak langsung dari
Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk meng- revolusi industri 4.0 ini. Dalam dunia pendidikan,
ungkapkan berbagai teori-teori yang relevan perangkat-perangkat cerdas diciptakan, media-
dengan permasalahan yang sedang dihadapi/ media pembelajaran modern dibuat, penyim-
diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan panan data secara awan (cloud storage), dan
hasil penelitian (Danial & Wasriah, 2009). Data sebagainya, semuanya untuk menyajikan
dan pernyataan dalam jurnal, buku, artikel pembelajaran modern yang sesuai perkem-
konferensi ilmiah dirujuk dan dianalisis untuk bangan zaman. Selanjutnya muncul istilah
menjawab tujuan kajian. ‘teacher 4.0’ untuk menggambarkan guru yang
menerapkan teknologi 4.0 dalam pembelajaran
KAJIAN LITERATUR DAN PEMBAHASAN Abdelrazeq, Janssen, Tummel, Richert, &
Revolusi Industri 4.0 Jeschke, (2016).
Revolusi Industri adalah terminologi yang
digunakan untuk mendiskripsikan perkembangan Generasi Milenial, Tantangan bagi Guru
industri saat ini. Kita sudah berada pada ‘versi’ Generasi milenial adalah tantangan bagi guru
4 dalam perkembangan teknologi. Istilah dalam tugas profesionalnya mengajar generasi
“Revolusi Industri” sendiri diperkenalkan oleh yang lahir ketika internet sudah hadir.
Friedrich Engels dan Louis-Auguste Blanqui di Revolusi industri 4.0 menimbulkan terjadinya
pertengahan abad ke-19. Revolusi industri perubahan di segala bidang akibat kemajuan
dimulai pada akhir abad ke-18, saat terjadinya teknologi informasi dan komunikasi yang pesat.
peralihan dalam penggunaan tenaga kerja di Seiring dengan pesatnya teknologi informasi dan
Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga komunikasi, setelah tahun 2000 muncul istilah
hewan dan manusia yang digantikan oleh milenial. Peserta didik sekarang ini disebut
penggunaan mesin yang berbasis manufaktur. sebagai generasi milenial atau generasi Z.
Periode awal dimulai dengan mekanisasi terhadap Generasi ini lahir pada tahun 1990-an, berumur
industri teksti l , pengembangan tekn ik antara 15-30 tahun (Mansyur, 2018). Selain
pembuatan besi, dan peningkatan penggunaan disebut sebagai generasi milenial, mereka juga
batubara. Periode tersebut, dengan terminologi sering dikategorikan sebagai kelompok/generasi
sekarang, dikenal sebagai revolusi industri 1.0. digital native. Mereka merupakan ‘penduduk
Revolusi i ndust ri 2 .0 ditan dai dengan digital’ asli. Mereka lahir dan besar pada era
digunakannya energi listrik untuk memproduksi digital, ketika internet telah lahir (Hidaya, Qalby,
barang secara massal. Pada revolusi industri Syech Alaydrus, Darmayanti, & Salsabilah,
3.0, pabrik-pabrik menggunakan sistem 2019). Mereka berkomunikasi menggunakan
automasi, elektronik, dan teknologi informasi aplikasi chat, menonton video di Youtube, dan
dalam produksinya pada 1969. Sedangkan mendengarkan musik di Spotify. Mereka juga
revolusi industri 4.0 adalah gambaran yang kita berbelanja secara online, mentransfer uang
alami saat ini: perangkat-perangkat produksi secara online, dan jarang menggunakan uang

130 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019


Rohmat Sulistya, Heutagogi Sebagai Pendekatan Pelatihan Bagi Guru di Era Revolusi Industri 4.0

cash. Semua aktivitas tersebut dapat dilakukan pengetahuan yang dikuasai kepada siswa; (2)
karena kemajuan teknologi digital, terutama Senang memasuki organisasi profesi keguruan
internet, yang sudah menjadi bagian tak sebagai dinamisator dan motivator untuk
terpisahkan dalam kehidupan. mencapai karir yang lebih baik; (3) Memiliki latar
Anak-anak berbeda dari gurunya yang belakang pendidikan keguruan yang memadai.
seorang digital migrant/immigrant. Digital Hal ini berkaitan dengan keprofesionalan
migrant tidak lahir pada era digital tetapi harus melaksanakan tugas-tugas kependidikan dan
mengadopsi dan menyesuaikan diri dengan mendukung karir sebagai guru yang juga
aspek-aspek teknologi (Prensky dalam Martin, berperan sebagai pekerja profesional, pekerja
2011). Kelompok digital migrant adalah kelompok kemanusiaan, dan petugas kemasyarakatan.
masyarakat yang berpindah dari era analog ke Usman (2006) mendefi ni sikan guru
era digital yang tidak serta merta menguasai profesional sebagai orang yang memiliki
kebiasaan-kebiasaan digital. Mereka memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
sebuah proses migrasi dan adaptasi. Waktu keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas
yang diperlukan untuk beradaptasi berbeda- dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
beda untuk individu yang satu dengan individu yang maksimal. Untuk mencapai kemampuan
yang lain. maksimal tesebut, guru harus senantiasa
Sebagian besar guru yang masuk generasi mengembangkan kemampuan dirinya secara
digital migrant harus bisa menciptakan suasana kontinyu, mengingat perkembangan ilmu dan
pembelajaran yang menarik bagi siswa yang pengetahuan juga berproses secara cepat
merupakan generasi digital native. Mereka tidak (Richardo, 2016).
bisa mundur dalam suasana era analog. Satu- Sebagai seorang profesional, selain wajib
satunya jalan yang bisa dilakukan adalah guru menguasai empat kompetensi utama, guru juga Ŷ
harus menyelami dan menguasai dunia digital harus responsif terhadap perkembangan zaman
peserta didiknya. Metode khusus diperlukan para yang cepat pada abad 21 yang juga men-
digital immigrant untuk mengajar siswa digital syaratkan beberapa kompetensi. Ada tiga
native (Lee, Choonkeong & Yau, 2016). Hal ini kompetensi utama Abad 21 (Wardani, 2018)
adalah sebuah keniscayaan yang harus dihadapi yaitu:
dan dilakukan, dan hal ini menciptakan sebuah 1. Keterampilan dalam pembelajaran dan
kesenjangan. Kesenjangan (gap) inilah yang inovasi yang meliputi berpikir kritis dan
harus dijembatani atau dipersempit sehingga penyelesaian masalah, kreativitas dan
generasi digital native akan nyaman berada inovasi, serta komunikasi dan kolaborasi.
bersama-sama dengan digital migrant yang 2. Keterampilan dalam informasi, media, dan
telah beradaptasi. Cara beradaptasi yang paling teknologi yang meliputi literasi informasi,
mungkin adalah dengan belajar. literasi media, dan literasi TIK.
Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 3. Keterampilan dalam kehidupan dan karir yang
2005, guru harus memiliki empat kompetensi meliputi kemampuan beradaptasi dan
utama yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi fleksibel, kemampuan inisiatif dan meng-
profesional, kompetensi kepribadian, dan arahkan diri, kemampuan sosial dan lintas
kompetensi social (Republik Indonesia, 2005). budaya, produktivitas dan akun-tabilitas,
Menurut Suyanto dan Jihad (2013), guru serta kemimpinan dan tanggung jawab.
profesional harus memiliki persyaratan yang Ketiga ranah kecakapan abad 21 tersebut,
meliputi: (1) Ahli di bidang teori dan praktik memaksa guru untuk mengenali dan mengu-
keguruan serta mampu membelajarkan asainya dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019 131


Rohmat Sulistya, Heutagogi Sebagai Pendekatan Pelatihan Bagi Guru di Era Revolusi Industri 4.0

pembelajaran yang diselenggarakan dapat Yanah, Nyeneng, & Suana, 2018) dan juga
berlangsung dalam suasana yang menarik bagi peralatan/media pembelajaran yang semakin
peserta didik milenial dan tujuan pembelajaran canggih misalnya virtual reality dan high
sehingga siswa siap menghadapi kondisi abad performace gadget berbasis internet (Sunarni
21. & Budiarto, 2014).
Proses pembelajaran juga mengalami sebuah
Konsekuensi Dalam Pembelajaran revolusi yang besar. Dari pembelajaran dalam
Konsekuensi dalam pembelajaran didefinisikan kelas besar menuju kepada pembelajaran yang
sebagai semua hal terkait pembelajaran yang personilized (pendekatan personal). Proses
mengalami perubahan akibat revolusi industri pembelajaran juga tidak lagi dilakukan di kelas
4.0. Perkembangan revolusi industri 4.0 nyata, tapi dilakukan di kelas virtual berbasis
menimbulkan dampak yang cukup signifikan pada big data dengan cloud computing. Oleh karena
ranah pembelajaran. Dampak tersebut terlihat pembelajaran dilakukan secara virtual, proses
dari perilaku pembelajaran, alat/media ini dilakukan dengan metode pembelajaran jarak
pembelajaran, dan pada proses pembe- jauh. Paradigma proses pembelajaran pada
lajarannya (Wardani, 2018). revolusi industri 4.0 adalah personilized, big
Dunia yang serba digital mengakibatkan capacity computerizing, dan distance learning.
perilaku kehidupan juga sangat tergantung pada Hal ini menjadi isu penting di Amerika walaupun
perangkat digital. Interaksi yang dilakukan orang masih dipertentangkan (Dishon, 2017).
sarat dengan interaksi virtual dibandingkan Paradigma pembelajaran yang baru ini
interaksi nyata. Hal ini juga yang mengakibatkan memiliki konsekuensi pada pelaku pendidikan
potensi seseorang untuk asyik dengan dunianya untuk merespon perubahan sehingga diperlukan
sendiri juga semakin besar. Berkaitan dengan tata kelola pembelajaran yang tanggap
fenomena perilaku orang yang mengalihkan terhadap era baru, baik itu dalam hal hardware,
waktunya beberapa saat untuk fokus pada software, maupun sumber daya manusia.
dunianya sendiri ini, muncullah istilah distraksi.
Sebenarnya istilah ini lazim digunakan dalam Transformasi Pembelajaran dari Pedagogi
dunia kedokteran dan pengobatan. Sedangkan menuju Heutagogi
dalam Collins English Dictionary, salah satu Pedagogi dalam terminologi umum berarti
makna distraksi adalah sesuatu yang berfungsi pembelajaran orang dewasa. Orang dewasa
sebagai pengalihan atau hiburan. Distraksi yang belajar sesuai inisiatifnya sendiri, menentukan
paling menimbulkan kenyamanan adalah tujuan, strategi, maupun sumber belajarnya
mengalihkan fokusnya kepada gawai. Setiap secara mandiri. Orang dewasa sudah memiliki
saat kita dibanjiri dengan informasi yang sangat pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan
banyak, bahkan overload. Di samping kita kemampuan mengatasi hidup (Sujarwo, 2007).
mendapatkan informasi-i nformasi yang Pada intinya, mereka belajar dengan sadar
bermanfaat, kita juga memperoleh banyak karena membutuhkan sesuai kepentingannya.
informasi yang tidak benar. Revolusi industri 4.0 turut memicu para-
Perkembangan teknologi digital juga digma pendidikan baru yakni pendidikan 4.0,
berdampak pada metode pengajaran. Dua hal yang memunculkan sebuah terminologi baru
yang dapat diamati adalah dimunculkannya yaitu heutagogi. Dalam istilah lain, heutagogi
konsep-konsep baru dalam penyampaian materi disebut sebagai self-determined learning
pembelajaran, misalnya blended learning dan (Blaschke, 2012), dimana pembelajaran dilihat
flipped classroom (Prayitno & Masduki, 2017; sebagai sebuah proses yang ditentukan sendiri

132 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019


Rohmat Sulistya, Heutagogi Sebagai Pendekatan Pelatihan Bagi Guru di Era Revolusi Industri 4.0

secara murni oleh pembelajar. Perbedaannya penting untuk dipelajari, dan sumber belajarnya.
dengan andragogi adalah dalam andragogi masih Pendekatan ini menantang cara berpikir
terdapat peran antara guru dan siswa atau tentang “belajar dan belajar”, mendorong guru
antara peserta dan fasilitator. Dalam heutagogi berpikir lebih pada proses ketimbang isi.
peran itu sudah lebur, karena dua pihak atau Memungkinkan pembelajar lebih memahami dunia
lebih dalam pembelajaran secara bersama-sama mereka daripada dunia gurunya. Memaksa guru
menjadi pembelajar. Pihak-pihak yang terlibat pindah ke dunia pembelajar, serta memungkinkan
saling menimba ilmu dan saling belajar dengan guru melampaui disiplin mereka dan teori-teori
yang lain. Peran guru/fasilitator tidak sebatas yang ada. Heutagogi menempatkan pembelajar
sebagai pemberi ilmu, tetapi perannya lebih dari benar-benar bertanggung jawab pada yang
itu yaitu pembelajar sepanjang hayat, pemimpin dipelajari dan kapan mereka belajar, serta
pembelajaran, pengarah sumber belajar, menyediakan kerangka kerja bagi pembelajaran
pengarah pembentuk jaringan, manajer yang menempatkan orang dewasa yang
keberagaman jaringan, dan pembuka komunikasi bertanggung jawab untuk lebih maju (Mariah,
(J. Gerstein dalam Karaferye, 2018). Intinya 2015).
keduanya sama-sama menjadi pembelajar. Perancanga n proses pembel ajaran
Sistem pendidikan saat ini masih bertujuan heutagogi mencakup 3 tahap: (1) siswa dan
untuk menyiapkan sumber daya yang sesuai guru bekerja sama untuk mengidentifikasi
dengan model ekonomi kemasyarakatan yang kebutuhan dan outcome pembelajaran,
ada. Guru merupakan pusat pembelajaran, kemudian menyetujuinya dalam sebuah kontrak
diikuti struktur program, dan siswa berusaha kesepakatan; (2) Saat aktivitas pembelajaran
menyesuaikan dengan tujuan yang telah berjalan, guru membuat task yang menantang
ditentukan sebelumnya. Di masa depan sifat untuk diselesaikan baik secara otonom maupun
pekerjaan akan cepat sekali berubah, ada dengan bantuan; (3) pembelajaran dinilai
pekerjaan yang berkembang, dan ada jenis berdasar outcome yang telah disepakati untuk
pekerjaan yang hilang. Hal ini dapat membuat melihat apakah outcome tersebut telah tercapai
sistem pendidikan dan kebijakan ketena- (Blaschke & Hase, 2015).
gakerjaan ketinggalan jaman. Keadaan ini Transforma si p embel aja ran menu ju
berakibat dibutuhkannya tenaga kerja yang pembelajaran yang mandiri adalah sebuah
cepat beradaptasi dan siap belajar terus- kealamiahan. Pada era ini, banyak hal yang
menerus untuk mengantisipasi perubahan yang mendukung terwujudnya suasana pembelajaran
terjadi dan lingkungan bekerja yang kompleks yang mandiri sebagai ciri heutagogi. Perubahan
(Karaferye, 2018). Dengan demikian, seorang yang cepat menuntut pemutakhiran kompetensi
pembelajar adalah pembelajar sepanjang hayat guru secara cepat juga. Media belajar, dari
yang selalu aktif belajar, mengaktualisasikan media sederhana sampai hipermedia tersedia
pengalaman belajarnya, dan ini diperlukan guru secara melimpah. Platform pembelajaran daring
yang lebih dari sekedar pemberi ilmu. juga sudah mulai digunakan sebagai alternatif
Pada konsep heutologi, peran guru di media belajar yang efektif. Pelatihan pening-
sekolah sebagai pengontrol dan pengarah katan kompetensi bagi guru sudah saatnya
diminimalisasi karena pembelajar/siswa memiliki mengakomodasi realitas ini. Padatnya tugas
otonomi penuh untuk mengontrol dirinya sendiri profesional guru dalam proses belajar mengajar
menjadi pembelajar yang aktif dan proaktif dan pemenuhan administrasi pembelajaran
terhadap proses pembelajaran. Kemandirian ini menjadi sebab diperlukannya kemandirian guru
mencakup strategi belajar, memilih mana yang dalam meningkatkan kompetensi dirinya melalui

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019 133


Rohmat Sulistya, Heutagogi Sebagai Pendekatan Pelatihan Bagi Guru di Era Revolusi Industri 4.0

pelatihan yang sistemik, terstruktur, dan secara materi penerapan pembelajaran berbasis Higher
heutagogi. Order Thinking Skills (HOTS). Di tahun-tahun
yang akan datang materi ini hendaknya lebih
Langkah Implementasi diperkaya dengan pengalaman praktik baik (best
Kurikulum 2013 edisi revisi sudah mengantisipasi pra ctice) d ari pi ha k-pi hak yang tel ah
dan mengakomodasi hal-hal di atas. Hal tersebut menerapkan HOTS dalam pembelajaran,
sudah disampaikan dalam pelatihan kurikulum sehingga materi ini tidak hanya sebagai teori
2013 pada tahun 2018. Ada tiga hal yang saja. Kemasan model pembelajaran berbasis
menjadi isu utama penekanan pada Kurikulum HOTS mungkin saja berbeda dari tahun ke
2013 edisi revisi: penguatan pendidikan karakter, tahun, tetapi muaranya sama yaitu melatih
kompetensi abad 21, dan literasi segala bidang untuk bernalar. Penerapan model pembelajaran
dalam pembelajaran (Kementerian Pendidikan berbasis aktivitas dan proyek akan lebih
dan Kebudayaan, 2017) menantang guru dan siswa dalam menghidupkan
Untuk mewujudkan pelatihan guru secara nal ar. Sehi ngg a peluang belajar untuk
modern yang menggugah kesadaran guru akan meningkatkan kapasitas diri secara mandiri dari
kewajiban belajar sepanjang hayat, diperlukan sumber-sumber yang tidak terbatas akan
langkah-langkah yang spesifik. Berikut ini adalah semakin besar.
gagasan langkah implementasi pendekatan
heutagogi dalam pelatihan guru pada tahun- (2) Penguatan Literasi Digital
tahun mendatang: Penguasaan literasi digital (TIK) berkorelasi
dengan kinerja guru. Sedangkan berdasarkan
(1) Penguatan Pembelajaran HOTS beberapa laporan tingkat literasi digital guru
Penerapan keterampilan berpikir tingkat tinggi masih rendah (Anggaraeni, 2018). Literasi digital
(Higher Order Thinking Skills) pada semua juga berkorelasi signifikan terhadap self-directed
aktivitas pembelajaran dan kegiatan akademik learning (Akbar & Anggaraeni, 2017). Untuk ini
lainnya harus terus diupayakan. Kompetensi diperlukan program peningkatan kemampuan
abad 21: komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, literasi digital yang tidak sebatas belajar MS
dan kreatif. Hal ini hanya akan tercapai apabila Word dan MS Excel. Hal-hal yang justru
metode pembelajaran mengunggulkan penalaran diperlukan di antaranya adalah: (1) mengakses
dibanding sekedar menghafal. Lingkungan kerja, portal pembelajaran (learning management
perkembangan informasi, perkembangan system); (2) mencari sumber belajar yang sahih
teknologi digital yang sangat cepat memerlukan dengan berba gai forma t file; dan (3)
respon dan ada ptasi ya ng c epat juga. memublikasikan gagasan dan berbagi (sharing).
Pemutakhiran kompetensi diri di masa depan Dengan meningkatkan literasi digital, akan
akan dilakukan setiap saat, sehingga program mempermudah guru dalam era pembelajaran self-
pelatihan dalam periode tahunan menjadi kurang determined learning (heutagogi).
relevan. Guru akan belajar setiap saat dengan
struktur program fleksibel. Hal ini ditentukan oleh (3) Mengembangkan LMS yang lengkap dan
keinginan dan kebutuhan untuk mengatasi handal
kesenjangan (gap) antara kompetensi yang Learning management system (LMS) akan
dikuasainya dan tuntutan ideal saat itu. mengarahkan pembelajar menjalani alur belajar
Dalam 2-3 tahun terakhir ini penyeleng- yang benar. Materi pembelajaran disajikan
garaan pelatihan bagi guru, Kementerian secara lengkap. Materi pembelajaran ini harus
Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan sinkron dengan kebutuhan guru itu sendiri

134 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019


Rohmat Sulistya, Heutagogi Sebagai Pendekatan Pelatihan Bagi Guru di Era Revolusi Industri 4.0

(tuntutan standar kompetensi guru) dan SIMPULAN DAN SARAN


kebutuhan siswa secara riil. Dalam LMS ini akan Simpulan
tercatat semua akti vi tas guru, progres Guru menghadapi tantangan yang besar di era
pembelajaran, nilai yang dicapai, sumber belajar revolusi industri 4.0 ini. Pada era ini terjadi
minimal, dan lain-lain. banyak perubahan yang begitu cepat di segala
Mentor yang akan menjadi teman belajar ranah, termasuk di ranah pendidikan. Guru harus
guru akan memiliki peran yang minimal. Bahkan merespon perubahan ya ng terja di dan
mentor memiliki peran yang hampir sama dengan beradaptasi dengan perubahan tersebut.
guru peserta pelatihan, yaitu mempelajari materi Tantangan besar yang dihadapi guru adalah
yang sesuai dengan kebutuhannya, sehingga menghadirkan pembelajaran yang menarik bagi
dengan pola ini akan terbentuk jaringan besar generasi milenial yang juga kelompok digital
guru-guru yang belajar. native. Tantangan ini harus dijawab guru dengan
Pemenuhan kebutuhan sistem pembelajaran belajar terus-menerus untuk menguasai
digital di masa depan tidak cukup hanya dengan kompetensi abad 21 agar keberadaannya selaras
menghadirkan sebuah portal pembelajaran tetapi (sinkron) dengan kondisi peserta didik dan
di perl ukan sebuah pla tform. Platform keadaan zaman. Tantangan berikutnya adalah
pembelajaran yang memenuhi kebutuhan belajar beradaptasi dengan perkembangan isu-isu
guru sudah semestinya diwujudkan. Dengan pembelajaran baik itu berkaitan dengan perilaku,
platform ini guru yang belajar, mentor, sumber metode, maupun proses pembelajarannya.
belajar modern (berbasis animasi, video, Kesemuanya itu dilakukan dalam rangka
infografis), dan rekaman seluruh aktivitas belajar mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang
tersaji dalam suatu ekosistem. Platform juga tidak hanya mentransfer pengetahuan saja,
akan memudahkan dal am mewujudkan tetapi sekaligus berperan sebagai pembelajar
pembelajaran yang mandiri dan otonom, sepanjang hayat, pemimpin pembelajaran,
sehingga waktu luang guru dapat diisi dengan pengarah sumber belajar, pembentuk jaringan,
belajar melalui gawai. dan pembuka komunikasi.
Untuk selalu memutakhirkan kompetensi
(4 ) Penera pan pel atih an g uru dengan guru dalam rangka menjawab tantangan era
pendekatan heutagogi secara masif. revolusi industri 4.0 diperlukan pendekatan
Setelah ketiga langkah di atas dilakukan, pelatihan yang sesuai dengan zaman. Program
pelatihan guru dengan pendekatan heutagogi pelatihan guru dengan pendekatan heutagogi
dapat diselenggarakan. Rekaman capaian guru merupakan gagasan yang perlu dipertim-
pada diklat sebelumnya (nilai, materi yang telah bangkan. Pendekatan pembelajaran yang
ditempuh, dan lain-lain) dapat dipertimbangkan digagas ini tidak lepas dari apa yang telah para
untuk digunakan sebagai titik awal rekaman guru jalani pada program-program pelatihan guru
selanjutnya, sehingga mereka tidak benar-benar sebelumnya. Heutagogi menjadi sebuah
memulai dari dasar. Hal ini juga menjadi komitmen pendekatan yang menarik karena pendekatan
pemerintah untuk peningkatan keprofesian ini lebih fleksibel, selaras dengan kemajuan
berkel anju tan, sebaga i progra m ya ng teknologi, dan guru sebagai pembelajar memiliki
berkesinambungan. otoritas yang sangat besar untuk menentukan
apa dan bagaimana ia akan belajar dengan
bimbingan fasilitator/mentor yang minimal (self-
determined learning).

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019 135


Rohmat Sulistya, Heutagogi Sebagai Pendekatan Pelatihan Bagi Guru di Era Revolusi Industri 4.0

Hal yang harus diperhatikan untuk me- Saran


wujudkan pelatihan guru dengan pendekatan Kajian yang lebih komprehensif diperlukan agar
heutagogi adalah penguatan pembelajaran gagasan pel ati han dengan pendeka tan
dengan penerapan HOTS. Hal ini bertujuan agar heutagogi dapat diselenggarakan sesuai kondisi
nalar siswa tumbuh, menguatnya literasi digital yang ada. Pelatihan harus menghasilkan dampak
agar wawasan guru semakin luas sekaligus yang baik bagi peningkatan kompetensi guru
menyelami dunia generasi milenial, pengem- dan peningkatan kualitas pembelajaran bagi
bangan LMS yang lengkap dan handal sebagai siswa. Pelatihan juga harus menciptakan
platform ‘ruang pelatihan maya’. Pada saat yang atmosfer kesadaran belajar sepanjang hayat
sama sistem pembelajaran dan penerapan untuk peningkatan kapasitas diri, bukan
pelatihan guru sebagai komitmen pemerintah pembelajaran yang terpaksa.
untuk peningkatan keprofesian berkelanjutan
dengan metode yang sesuai dengan perkem-
bangan zaman.

PUSTAKA ACUAN
Abdelrazeq, A., Janssen, D., Tummel, C., Richert, A., & Jeschke, S. (2016). Teacher 4.0:
Requirements of The Teacher of The Future in Context of The Fourth Industrial
Revolution. 8221-8226. 10.21125/iceri.2016.0880.
Andriani, D.E. (2010). Mengembangkan Profesionalitas Guru Abad 21 Melalui Program
Pembimbingan Yang Efektif. Jurnal Manajemen Pendidikan. 2 (VI) 78-92.
Akbar, M. F., & Anggaraeni, F.D. (2017). Teknologi dalam pendidikan: literasi digital dan self-
directed learning pada mahasiswa skripsi. Jurnal Indigenous, 2(1),28-38.
Anggaraeni, F.D., & Rola, F. (2018). Literasi informasi pada guru. Prosiding SEMNAS Penguatan
Individu di Era Revolusi Informasi. Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara. https://
www.researchgate.net/publication/324273910.
Yanah, P.A., Nyeneng, I.D.P., & Suana, W. (2018). Efektivitas model flipped classroom pada
pembelajaran fisika ditinjau dari self efficacy dan penguasaan konsep siswa. Jurnal
Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah, 2(2),65-74.
Awaluddin, Y. (2018). Efektivitas program guru pembelajar dalam peningkatan kompetensi guru
IPS SMP dengan moda daring murni dan daring kombinasi: studi evaluatif dan komparatif.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 3 (1), 1-16.
Blaschke, L.M. (2012). Heutagogy and lifelong learning: A review of heutagogical practice and
self-determined learning. The International Review of Research in Open and Distributed
Learning, 13(1), 56-71. https://doi.org/10.19173/irrodl.v13i1.1076.
Blaschke, L.M. & Hase, S. (2015). Heutagogy: a holistic framework for creating twenty-first-
century self-determined learners. Dalam Gross B., Kinshuk, Maina M., (eds.), The Future
of Ubiquitous Learning. Learning Designs for Emerging Pedagogies. London: Springer.
Danial, E. & Wasriah, W. (2009). Metode penulisan karya ilmiah. Bandung: Laboratorium
Pendidikan Kewarganegaraan.
Destiana, B. (2014). Faktor determinan pemanfaatan TIK dan pengaruhnya terhadap kinerja guru
SMK di Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Pendidikan Vokasi, 4(3),285-299. DOI: https://
doi.org/10.21831/jpv.v4i3.2555.

136 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019


Rohmat Sulistya, Heutagogi Sebagai Pendekatan Pelatihan Bagi Guru di Era Revolusi Industri 4.0

Dishon, G. (2017). New data, old tensions: big data, personalized learning, and the challenges
of progressive education. Theory and Research in Education, 15(3),272-285.
Martin, E.M. (2011). Digital natives and digital immigrants: teaching with technology.
Disertation. Massachusetts: College of Professional Studies Northeastern University
Boston.
Hidaya, A.,N., Qalby, N., Syech Alaydrus, S., Darmayanti, A. & Salsabilah, A., P. (2019).
Pengaruh media sosial terhadap penyebaran hoax oleh digital native. https://
www.researchgate.net/publication/330135181_Pengaruh_Media_Sosial_Terhadap_
Penyebaran_Hoax_Oleh_Digital_Native.
Jawapos Online. (28 November 2018). Kualitas guru di bawah standar. Diakses 2 Februari 2019.
Karaferye, F. (2018). Heutagogy in the era of industry 4.0 teachers as student coaches and
learning leaders. 2nd International Symposium on Innovative Approaches in Scientific
Studies. SETSCI Indexing System, 3(2018), 503-504.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Pedoman umum guru pembelajar. Jakarta:
Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Ikhtisar data pendidikan tahun 2016/2017.
Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pedidikan.
Lestari, Y.A. & Purwanti, M. (2018). Hubungan kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan
kepribadian pada guru sekolah nonformal X. Jurnal Kependidikan, 2(1),197-208.
Mansyur, U. (2018). Belajar memahami bahasa generasi milenial. https://doi.org/10.31227/osf.io/
sxhp8.
Mariah, S. (2015). Membangun revolusi berpikir mahasiswa PLS melalui pendekatan heutagogi.
Jurnal Handayani, 4(1), 20-32. jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/handayani/article/
download/2834/7389.
Marzoan. (2014). Peran teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dalam perspektif kurikulum 2013. JINOTEP: Jurnal Inovasi dan Teknologi
Pembelajaran, 1(1), 81–90.
Prayitno, E., & Masduki, L.R. (2017). Pengembangan media blended learning dengan model
flipped classroom pada mata kuliah pendidikan matematika II. JIPMat: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika, 1(2) 121-127. DOI: http://dx.doi.org/10.26877/jipmat.v1i2.1238.
Republik Indonesia. (2005). Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
Richardo, R. (2016). Program guru pembelajar: upaya peningkatan profesionalisme guru abad 21.
Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika, (777-785). FKIP UNS.
Schwab, K. 2018. The Global Competitiveness Report 2018. Geneva: World Economic Forum.
Siswandari & Susilaningsih. (2013). Dampak Sertifikasi Guru Terhadap Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Peserta Didik. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 19(4), 487-498.
Sujarwo. (2007). Strategi Pembelajaran Partisipatif bagi Belajar Orang Dewasa (Pendekatan
Andragogi). Majalah Ilmiah Pembelajaran, (2), 1-10. https://journal.uny.ac.id/index.php/
mip/ article/view/5990/.
Sunarni, T. & Budiarto, D. (2014). Persepsi efektivitas pengajaran bermedia virtual reality (VR).

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019 137


Rohmat Sulistya, Heutagogi Sebagai Pendekatan Pelatihan Bagi Guru di Era Revolusi Industri 4.0

Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan (SEMANTIK 2014).


Sutjipto. (2018). Pandangan Guru dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Khusus. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 3 (1) 79-93.
Suyanto & Jihad, A. (2013). Menjadi Guru Profesional (Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan
Kualitas Guru di Era Global). Jakarta: Esensi.
Tjandrawinata, R. (2016). Industri 4.0: revolusi industri abad ini dan pengaruhnya pada bidang
kesehatan dan bioteknologi. Working Paper of Dexa Medica Group. 10.5281/
zenodo.49404.
Usman, M.U. (2006). Menjadi guru profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lee, K.,W., Choonkeong, T., & Yau, J. (2015). Preparing digital immigrant teachers to teach
digital native learners in ESL classrooms. https://www.researchgate.net/ publication/
303923113.
Wahyuningtyas, H.E. (2016). Penerapan diklat interaksi online untuk meningkatkan kompetensi
guru dalam penguasaan tematik terpadu di PPPPTK. Skripsi. Teknologi Pendidikan, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang.
Wardani, R. (2018). Century educator: menyongsong transformasi. Seminar Nasional Dinamika
Informatika Senadi UPY.
Zamroni, M. (2009). Perkembangan teknologi komunikasi dan dampaknya terhadap kehidupan.
JURNAL DAKWAH, Media Komunikasi dan Dakwah, X(2),195-211.
Zubaidah, S. (2016). Keterampilan abad ke-21: Keterampilan yang diajarkan melalui
pembelajaran. Seminar Nasional Pendidikan, 10 Desember 2016, di STKIP Persada
Khatulistiwa Sintang–Kalimantan Barat. https://www.researchgate.net/publication/
31801362.

138 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 4, Nomor 2, Desember 2019

You might also like