You are on page 1of 60

KULIAH-05

PENGERTIAN DAN PENGELOLAAN RAWA

DOSEN PENGAJAR : IR. ZAINUL BAHRI, M.T.

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Pengertian/Definisi RAWA
Rawa adalah areal/dataran yang setiap saat atau hampir
selamanya selalu jenuh air (saturated) atau tergenang
(waterlogged) dengan kedalaman air yang tidak terlalu dalam.

Dalam pustaka, lahan rawa sering disebut dengan berbagai


istilah, antara lain: swamp, marsh, bog, fen, submerged
land, wetland, flooded, waterlogged , dll yang masing-
masing mempunyai arti sedikit berbeda.

Air di rawa biasanya tidak mengalir (stagnant). Tanah dasar


rawa berupa tanah yang berlumpur. Dalam kondisi alami,
swamp ditumbuhi oleh berbagai vegetasi dari jenis semak-
semak sampai pohon-pohonan, dan di daerah tropika biasanya
berupa hutan rawa atau hutan gambut.
What Are Wetlands?
“Areas inundated or
saturated by surface or
groundwater of a
frequency or duration
sufficient to support
distinct vegetation
communities adapted
for wet conditions.”
Kinds of Wetlands
(vary based on geographic location, language, etc.)
Source: Mitsch and Gosselink, 1993.
Bog – peat-accumulating with no
inflows or outflows; supports mosses
Bottomland – lowlands along
streams and rivers
Fen – ground-water fed; peat
accumulating
Marsh – frequently inundated;
emergent herbaceous vegetation
Mire – peat-accumulating
(Europe)
Moor – peat-accumulating
(Europe)
Muskeg – Large expanses of
peatlands or bogs (Canada/Alaska)
Peatland – any wetland that
accumulates decaying plant matter
Playa – marshlike ponds similar to
potholes (southwest U.S.)
Pothole – shallow, marshlike pond;
found in Dakotas and Canada
Reedswamp – marsh dominated
by common reed (Europe)
Slough – swamp or shallow lake
system
Swamp – wetland dominated by
trees or shrubs
Vernal Pool – shallow,
intermittently flooded wet meadow
Wet Meadow – grassland with
waterlogged soil near the surface –
without water for most of year
Wet Prairie – similar to marsh but
water levels intermediate between
marsh and wet meadow
Wetland Types

Inland Wetland Ecosystems


Freshwater Marshes
Peatlands
Freshwater Swamps (Forested)
Riparian Wetlands
Open Water

Coastal Wetland Ecosystems


Tidal Salt Marshes
Tidal Freshwater Marshes
Mangrove Wetlands
Jenis-jenis Rawa
Akibat pengaruh Pasang Surut:
a. Rawa Pasang Surut ( tidal swamps). Mendapat pengaruh
langsung atau tidak langsung oleh pasang surut air laut atau
sungai di sekitarnya
b. Rawa Lebak (nontidal swamps, paya, lumo, lebung) tidak
dipengaruhi pasut, mendapat genangan > 3 bulan antara 25-50
cm

Lama Genangan:

a. Rawa yang selalu tergenang air (stagnan)


b. Rawa yang genangan airnya tergantung musim
hujan (bonorowo, lebak)
Grass-dominated fen (Halifax N.S., D.S. Davis

Fens may be
dominated by woody or
herbaceous vegetation.
Skunk
cabbage
a typical BC
swamp Forested floodplain swamp
indicator
species
Headwater Swamp
January 2002
Swamp Forest
January 2002
Wet Pine Flat Hard Wood Flat
January 2002
Tidal Marsh (Boundary Bay)

Freshwater Marsh (Pitt Lake)

Tidal marsh (Boundary Bay)

Cattail marsh (Pitt Lake)


Tidal Salt Marsh

January 2002
Rawa Indonesia
Rawa merupakan kekayaan alam Indonesia
Suatu ekosistem yang kompleks dan unik
Sumber air multi fungsi: mencegah intrusi air asin dan
banjir, proteksi alam dari erosi, retensi sedimen, dll
Pertemuan ekosistim dataran tinggi / pegunungan dengan
ekosistem pesisir/pantai
Data Rawa Indonesia
Dari luas daratan Indonesia (198 juta ha) 20% adalah rawa (33,4 juta ha
terdiri dari rawa pasut 20 juta ha dan lebak 13,4 juta ha)
Rawa pasut: lahan gambut 10,9 juta ha, lahan sulfat masam 6,7 juta ha, dan
jenis tanah lainnya
1996 – 1994 telah dibuka 5 juta ha rawa, mentransmigrasi 2 juta orang, ke
324 UPT
Projek PLG Sejuta Ha: Sumber: Suhardjono
5 triyun, proyek dihentikan. 2006 sebagian dilanjutkan.
Luas Rawa Indonesia sekitar 33,4 juta hektar
Sumatera 10,9 juta Ha
Kalimantan 10,5 juta Ha
Sulawesi 1,5 juta Ha
Irian Jaya 10,5 juta Ha
Rawa yang telah direklamasi untuk berbagai keperluan
persawahan, kebun, tambak, pemukiman, oleh
pemerintah, swasta maupun swadaya, sekitar 5,4 juta
Ha baik rawa pasang surut maupun rawa lebak
Sumber: Suhardjono
Sebaran rawa Indonesia
Sumber: Suhardjono
Rawa di Indonesia
Rawa Pasang Surut

Ciri Khas Rawa Pasang Surut:


Merupakan tanah yang belum matang (unriped soil)
Di tempat tertentu mengandung pirit atau tanah sulfat
masam dan tanah gambut
Permasalah utama: adanya air yang tersekap pada periode
yang lama (waterlogged) yang bersifat racun dan menghambat
terjadinya proses pematangan/ameliorasi tanah.
Rawa Lebak
Berdasar kondisi hidrotopografi ada 3 (tiga) kelompok
rawa lebak:

1. Lebak Pematang (genangan air relatif dangkal


dengan periode waktu pendek)
2. Lebak Tengahan (genangan air relatif agak dalam
dengan periode waktu agak lama)
3. Lebak Dalam (genangan air relatif dalam dengan
periode waktu lama dan terus menerus)
Tipologi lahan rawa
Berdasar Berdasar Tinggi Berdasar Jenis
Kesulitan dalam Rendahnya Tanah
Pengelolaan Luapan Air
Pertanian (Hidrotopografi) • Tanah Gambut
Lahan Potensial (peat soil)
• Pasang surut • Tanah Marin
Lahan Sulfat (A, B, C, dan D)
Masam Sulfat Asam
Lahan Gambut • Lebak ( dangkal, (acid
tengahan, sulphate soil)
Lahan Salin
dalam) • Tanah
Lahan Lebak
Aluvial Non
Sulfat Asam
Sumber: Suhardjono
Tipologi lahan rawa
1 Lahan potensial Jenis tanah sulfat masam dgn kadar pirit < 2% dan
berada pada > 50 cm di bawah permukaan tanah.
Kendala produksi kecil, mutu tanah tidak bermasalah.
2 Lahan suflat Lapisan pirit berada kurang dari 50 cm dari muka
masam tanah. Kendala produksi sedang sampai berat
3 Lahan Gambut Terbentuk dari bahan organik. Berdasar ketebalan
gambut dibedakan lahan gambut dangkal, sedang,
dalam, dan amat dalam. Kendala produksi sedang
sampai sangat berat
4 Lahan salin, Lahan rawa yang terkena pengaruh penyusupan air laut.
lahan yang Kendala produksi sedang sampai berat
bersifat payau

5 Lahan lebak , Mengalami genangan minmal 25-50 cm selama minimal


rawa non pasang 3 bulan dalam setahun. Kendala produksi sedang
surut sampai berat terutama dalam pengendalian air saat
musim hujan
Sumber: Suhardjono
Klasifikasi rawa
Sumber: Suhardjono
Sumber: Suhardjono
Dalam keadaan alamiah, tanah-tanah pada LAHAN RAWA PASANG
SURUT merupakan tanah yang jenuh air atau tergenang dangkal,
sepanjang tahun atau dalam waktu yang lama, beberapa bulan,
dalam setahun.
Dalam klasifikasi Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 1999), tanah
rawa termasuk tanah basah, atau "wetsoils", yang dicirikan oleh
kondisi aquik, yakni saat ini mengalami penjenuhan air dan reduksi
secara terus-menerus atau periodik.

PROSES PEMBENTUKAN TANAH yang dominan adalah pembentukan


horison tanah tereduksi berwarna kelabu-kebiruan, disebut proses
gleisasi, dan pembentukan lapisan gambut di permukaan.
o Bentuk wilayah, atau topografi lahan rawa pasang surut adalah
sangat rata (flat) sejauh mata memandang, dengan ketinggian
tempat relatif kecil, yaitu sekitar 0-0,5 m dpl di pinggir laut
sampai sekitar 5 m dpl di wilayah lebih ke pedalaman.
o Ada dua Jenis : Gambut (peat soils), dan tanah non-gambut,
atau tanah mineral basah (wet mineral soils).
PIRIT DI TANAH RAWA
DALAM LUMPUR DAN ENDAPAN MARIN TEREDUKSI,
SERTA LAPISAN TANAH BAWAH tereduksi pada tanah
sulfat masam potensial dan sulfat masam aktual pada
lahan rawa pasang surut air salin/payau (Zona I) dan air
tawar (Zona II), terdapat pirit.

Pirit adalah mineral berkristal oktahedral, termasuk


sistem kubus, dari senyawa besi-sulfida (FeS2) yang
terbentuk di dalam endapan marin kaya bahan organik,
dalam lingkungan air laut/payau yang mengandung
senyawa sulfat (SO4) larut.
PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT
Tanah gambut
Di dalam Taksonomi Tanah, tanah gambut atau Histosol
didifinisikan sebagai tanah yang mengandung bahan organik
lebih dari 20 persen (bila tanah tidak mengandung liat), bila
tanah mengandung liat 60 persen atau lebih maka kandungan
bahan organik tanah lebih dari 30 persen dan memiliki
ketebalan lebih dari 40 cm.
PENGERTIAN & MACAM TANAH GAMBUT

TANAH ORGANIK
Tnh Gambut (Peat) BO > 65 %
Tnh Bergambut (Peaty Soil) BO 35-65 %

Tnh Humus BO 12 – 35 %
SUSUNAN KIMIA :
EUTROF = SUBUR
MESOTROF = AGAK SUBUR
OLIGOTROF = TIDAK SUBUR
LAHAN RAWA GAMBUT
Sebaran
• Penyebaran gambut di Indonesia meliputi areal seluas 18.480
ribu hektar, tersebar pada pulau-pulau besar Kalimantan,
Sumatera, Papua serta beberapa pulau Kecil (Tabel 1).
• Dengan penyebaran seluas sekitar 18 juta ha maka luas lahan
gambut Indonesia menempati urutan ke-4 dari luas gambut
dunia setelah Kanada; Uni Sovyet dan Amerika Serikat.
SIFAT TANAH GAMBUT
sifat-sifat fisik tanah gambut yang penting adalah: tingkat dekomposisi tanah
gambut; kerapatan lindak (bulk density) 0,1 -1,2 gr/cc daya dukung
gambut (bearing capasity), irreversible dan subsiden.

ketebalan gambut, lapisan bawah, dan kadar lengas gambut merupakan


sifat-sifat fisik yang perlu mendapat perhatian dalam pemanfaatan gambut.

Berdasarkan atas tingkat pelapukan (dekomposisi) tanah gambut


dibedakan menjadi:
(1) gambut kasar (Fibrist ) yaitu gambut yang memiliki lebih dari 2/3
bahan organk kasar;
(2) gambut sedang (Hemist) memiliki 1/3-2/3 bahan organik kasar; dan
(3) gambut halus (Saprist) jika bahan organik kasar kurang dari 1/3.
KEMATANGAN
SAPRIK = LANJUT
HEMIK = SEDANG
FIBRIS = MENTAH

FAKTOR PEMBENTUK (POLAK)


OMBROGEN PENGARUH HUJAN TERGENANG
OLIGOTROF
TOPOGEN PENGRH TOPOGRAFI (EUTROf)
PEGUNUNGAN DATARAN TINGGI
SIFAT KIMIA
Atas dasar kesuburannya gambut dibedakan atas
gambut subur (eutropik),
gambut sedang (mesotropik) dan
gambut miskin (oligotropik).
kemasaman tanah gambut berkisar antara 3-5 dan semakin tebal
bahan organik maka kemasaman gambut meningkat.
gambut yang sangat masam akan menyebabkan kekahatan hara N, P, K,
Ca, Mg, Bo dan Mo.
Unsur hara Cu, Bo dan Zn merupakan unsur mikro yang seringkali
sangat kurang
KB gambut harus ditingkatkan mencapai 25-30% agar basa-basa tertukar
dapat dimanfaatkan tanaman
C/N gambut umumnya sangat tinggi melibihi 30 ini berarti hara nitrogen
kurang tersedia untuk tanaman sekalipun hasil analisis N total
menunjukkan angka yang
tinggi. Unsur P dalam tanah gambut terdapat dalam bentuk P organik
dan kurang tersedia bagi tanaman.
SIFAT BIOLOGI
• perombakan bahan organik saatpembentukan gambut
dilakukan oleh mikroorganisme anaerob dalam perombakan
ini dihasilkan gas methane dan sulfida.
• Setelah gambut didrainase untuk tujuan pertanian maka
kondisi gambut bagian permukaan tanah menjadi aerob,
sehingga memungkinkan fungi dan bakteri berkembang untuk
merombak senyawa sellulosa, hemisellulosa, dan protein.
GAMBUT OMBROGEN
BANYAK DI INDONESIA DISEPANJANG PANTAI
MALAYA, KALIMANTAN, PANTAI SELATAN IRIAN
JAYA(PAPUA)
SANGAT MASAM (3-4,5)
OLIGOTROF – MESOTROF SUMBER AIR HUJAN
SENAGIAN BESAR TERIKAT DALAM LIGNO

PROTEIN YG STABIL DEFISIEN N


Tanah Gambut - tanah organik
Kendala tanah Gambut :
1. penurunan permukaan stl drainase
2. keamampuan menopang rendah
3. Suhu permukaan bervariasi besar kapasitas panas tinggi
4. variasi suhu permukaan besar
5. pelonggokan pirit
6. lingkungan akar anaerob
7. kejenuhan basa rendah
8. kahat hara mikro (Cu & Zn)
PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT
• PEMANFAATAN GAMBUT
1. tempat berburu
2. pengusahaan hutan
3. usaha pertanian
1. pembukaan hutan
2. merendahkan air tanah
4. media bibit
1. Sifat fisik baik (mengikat ait tinggi, ringan, porus,
dpt dipadatkan, & mudah ditembus akar)
2. kimia (pengapuran & pemupukan proporsional).
5. sumber energi dicetak batang, penggunaan dg tungku.
6. Penghasil gas (CO2, CO, NO, NO2)
7. bahan dasar karbonaktif
Upaya pengelolaan :
1. mempercepat kematangan
2. meningkatkan kejenuhan basa
+ dolomit
+ tanah mineral
3. mencari jenis dan var. serta pola tanam yg cocok
4. pemupukan K, Mg, P dan N scr intensif
Rawan kebakaran
• Kerugian pembukaan dg pembakaran :
- rekasi alkalis
- tanah bawah tersembul
- permukaan gambut menjadi rendah,
drainase sulit
- lapisan bo subur hilang
- pada kemarau, bahaya daerah sekitarnya
- pada kemarau, kepekatan air tanah
akan tinggi
Awas Kandungan Pirit
PEMANFAATAN UTK PERTANIAN
• Kegiatan awal dari pemanfaatan gambut adalah
pembangunan saluran drainase untuk pematusan air
agar tanah memiliki kondisi rhizosphere yang sesuai bagi
tanaman.
• Pengelolaan air harus disesuaikan dengan
kebutuhan perakaran tanaman.
• Kedalaman permukaan air tanah pada parit kebun
diusahakan agar tidak terlalu jauh dari akar tanaman, jika
permukaan air terlalu dalam maka oksidasi berlebih akan
mempercepat perombakan gambut, sehingga gambut cepat
mengalami subsiden.
PENGELOLAAN KESUBURAN
• kesuburan lahan gambut sangat tergantung pada
ketebalan gambut, gambut tipis memiliki kesuburan
yang lebih baik dari gambut tebal.
• perlu diperhitungkan kedalaman pirit, jika kedalaman
pirit kurang dari 50 cm, maka sebaiknya lahan
dibiarkan pada kondisi anaerob untuk tanaman padi,
pembuatan parit drainase akan menyebabkan pirit
teroksidasi dan tanah menjadi sangat masam dan
mengganggu pertumbuhan tanaman.
UNTUK PADI
Ketebalan gambut dengan hasil padi menunjukkan bahwa
pada gambut tipis padi memberikan hasil yang cukup tinggi
namun jika ditanam pada gambut tebal dengan ketebalan
>60 cm hasil akan menurun.
PERSAWAHAN GAMBUT
LAHAN RAWA PASANG SURUT
Terima kasih atas perhatiannya

You might also like