Professional Documents
Culture Documents
Studi Sekunder Terhadap Pengelolaan Lingkungan Pada Hotel Berbintang Di Sebuah Destinasi
Studi Sekunder Terhadap Pengelolaan Lingkungan Pada Hotel Berbintang Di Sebuah Destinasi
net/publication/303842195
CITATIONS READS
0 730
1 author:
Jaya Pramono
Universitas Dhyana Pura Bali
13 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Jaya Pramono on 08 June 2016.
ABSTRACT
1. LATAR BELAKANG
Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah Hotel, Kamar dan Jumlah Wisatawan Manca
Negara pada Provinsi Bali Tahun 2005 - 2011.
Moreno et al, (2004), mencatat ada dua alasan utama di balik perhatian
pada isu lingkungan ini. Pertama adalah masyarakat dan pemerintah, telah
menyadari bahwa hotel sebagai lembaga komersial yang memiliki sumber daya
keuangan, kecakapan teknik, visi sebaiknya mengembangkan solusi ekologi
untuk masalah lingkungan. Kedua, kemampuan untuk mengembangkan solusi
ekologi ini berkaitan erat dengan kepentingan hotel dalam sisi promosi, karena
penanganan masalah lingkungan dengan baik dan bijaksana, akan menjadi
keunggulan kompetitif bagi hotel dari sisi promosi.
3. KAJIAN PUSTAKA
3.1. Pengertian Hotel
Salah satu ciri dari wisatawan adalah kepergiannya harus lebih dari 24 jam
hingga batas-batas waktu tertentu sesuai persyaratan suatu negara yang umumnya
kurang dari satu tahun. Sedangkan ciri lainnya adalah kepergiannya itu bukan
untuk mencari atau mendapatkan pekerjaan di negara yang dikunjunginya.
Excurtionist dikategorikan sebagai pengunjung sementara yang tinggal di negara
yang dikunjungi kurang dari 24 jam (termasuk pelancong dalam perjalanan kapal
pesiar). Dalam kaitannya dengan hotel, wisatawan yang dimaksud adalah orang
yang melakukan perjalanan wisata dan yang menginap di hotel, baik itu
wisatawan domestik maupun wisatawan internasional.
5. METODE PENELITIAN
6. PEMBAHASAN
Kegiatan operasional hotel tidak terlepas dari pengelolaan air, biaya untuk
air bisa mencapai 15% dari tagihan total utilitas di sebagian besar hotel dan
hampir 95% dari air tawar dilepaskan sebagai limbah tanpa adanya treatmen atau
perawatan yang tepat. Oleh karena itu, pengelolaan air menjadi semakin penting
bagi para pelaku bisnis perhotelan karena dapat mengurangi tidak
hanya biaya total konsumsi air yang sebenarnya, tetapi juga biaya pengolahan
limbah air (Dodds dan ITP, 2005).
Alexander at al. 2002, melaporkan bahwa pengelolaan air pada hotel dapat
di terjadi pada air yang digunakan perkamar oleh wisatawan, penggunaan head
shower, untuk urinal dan toilet, dan penggunaan untuk mesin cuci dan laundry.
Shower head dengan pancuran air rendah dan keran yang beraerator adalah
beberapa alternatif conservasi air, yang sudah lumrah dalam fasilitas hotel.
Periode BEP (break event point) untuk penggunaan ini berkisar 3-4 tahun. Salah
satu contoh, Asosiasi Green Hotel yang berbasis di Houston, mengobservasi
penggunaan air di San Antonio-based La Quinta Inn, untuk periode satu bulan,
Hasilnya, menunjukan rata-rata 100 galon air digunakan oleh setiap tamu per
periode billing, dan lebih dari satu juta galon dalam sembilan bulan pertama di
tahun 1996. La Quinta inn kemudian memasag shower head dengan pancuran air
rendah dan keran yang beraerator didalam setiap kamar tamu, hasilnya terjadi
pengiritan US$ 1.50 per kamar per bulan. Dengan mengganti semua toilet dengan
toilet ultra flow dengan biaya US$ 3,250 menunjukan BEP terjadi dalam 2.1 tahun
dan penghematan air sebanyak 180,000 galon per tahun.
Target lain untuk hotel adalah penggunaan air dalam mesin cuci dan
sistem pendinginan udara. The Saunders Hotel Group, contohnya, harus
mengurangi penggunaan air karena harga air yang tinggi dan adanya pembatasan
penggunaannya. Hotel chain terdiri dari the Boston Park Plaza Hotel, the Copley
Square Hotel, and the Lenox Hotel. Program S.H.I.N.E. dari grup hotel setiap
tahunnya dapat mengurangi empat juta galon air minum, 225,000 kilowatt listrik
dan masih banyak lagi. Mereka memasang sistem laundry baru dan efisien,
beralih dari pendingin air ke pendingin udara dengan mesin es, dan meniadakan
peralaan AC dengan pendinginan air. Projek ini mengurangi penggunaan air
sebanyak 1.5 juta gallon air per tahun.
Menurut Alexander at. al. (2002) hotel diseluruh dunia mengakui peluang
untuk melaksanakan proyek hemat energi dalam pemanasan dan sistem pendingin
ruang. Misalnya, pada Hyatt Regency Hotel di Selandia Baru, pengelola hotel
mengerti bahwa tamu sering meninggalkan peralatan sistem pemanas dan
pendingin masih bekerja pada saat mereka keluar dari kamar mereka. Hotel ini
mengembangkan sebuah proyek yang menghubungkan penggunaan energi dengan
aktivitas hunian kamar, sehingga ketika tamu meninggalkan ruangan, semua
peralatan energi di buat tidak berfungsi, (pengecualian kulkas, jam alarm, dan
peralatan penting lainnya). Biaya proyek ini sebesar US$ 16.000, sementara
periode BEPnya hanya 14 bulan, dan Hotel ini dapat melakukan penghematan
sebesar US$ 14.000 per tahun.
Studi Faraji rad at al. (2010) tentang hubungan antara pariwisata dan
lingkungan menyimpulkan wisatawan memegang peranan dalam melestarikan
aset dunia untuk generasi yang akan, hal ini dikarenakan wisatawanlah akselerator
industri pariwisata yang banyak menggunakan dan berdampak bagi sumber daya
alam. Dampak negatif akan muncul ketika jumlah wisatawan melampaui daya
dukung lingkungan, dan dampak positif akan muncul ketika setiap wisatawan
memahami konsep utama dari pelestarian lingkungan dan pariwisata yang
berkelanjutan dengan hati, bukan hanya dengan kata.
Studi tentang persepsi wisatawan oleh Baysan (2001), yang terkait dengan
dampak lingkungan pariwisata, khususnya kesediaan wisatawan untuk membayar
dan sikap mereka terhadap lembaga yang bertanggung jawab untuk melindungi
lingkungan, di daerah pariwisata Kemer, Antalya, di Turki, terhadap wisatawan
asal kebangsaan Jerman, Rusia dan Turki wisatawan, menegaskan bahwa
perbedaan dalam 'kesadaran lingkungan' sangat terkait dengan perbedaan
kebangsaan, dibandingkan dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan, juga ternyata
ada perbedaan kebangsaan dalam 'kesediaan untuk membayar' untuk proses
pelestarian lingkungan.
7. KESIMPULAN
Tidak dapat di abaikan manfaat yang bisa didapatkan ketika sebuah hotel
melakukan pengelolaan lingkungan dalam operasionalnnya. Sesuai dengan
Alexander at al. 2002, hotel dapat melakukan penghematan untuk nilai yang besar
ketika dilakukan pengelolaan air, energi dan limbah padat, baik itu pada area
kamar, ruang publik dan restoran serta kitchen, termasuk juga pada area laundry.
Sayangnya keuntungan yang terlihat ini memerlukan investasi awal yang cukup
besar, walaupun begitu investasi ini BEPnya hanya memerlukan beberapa tahun
operasional. Sampai saat ini kontradiksi antara manfaat yang di dapat dan biaya
yang di keluarkan masih merupakan perdebatan dalam pengelolaan lingkungan
pada hotel berbintang pada semua destinasi pariwisata yang ada di dunia.
Terlepas dari perdebatan yang ada, terkait dengan nilai ekonomi proses
pengelolaan ini baik yang positif maupun yang negatif, ternyata pengelolaan
lingkungan ini sangat erat kaitannya dengan wisatawan, pengaruh affiliasi chain
hotel, pengaruh ukuran besar kecilnya hotel, pengaruh stakeholder hotel, dan
dimensi pengalaman pengelolaan lingkungan yang dilakukan hotel sebelumnya,
sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan lingkungan ini adalah bagian yang
sistemik dalam pengelolaan hotel dan tidak dapat dipisahkan dari proses
operasional pengeloaan hotel. Oleh karena itu sejalan dengan yang dikemukaan
oleh Dalem (2012)., walaupun sistem pengelolaan lingkungan sangat penting
perannya dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, tetapi berbagai
praktek pengelolaan lingkungan pada hotel termasuk hotel berbintang belum
dilakukan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Andersen, O., 1997, „Industrial Ecology and some Implications for Rural
SMEs‟, Business Strategy and the Environment, Vol.6, No.3, pp.146–52.
Arago´n-Correa, J.A., 1998, „Strategic Proactivity and Firm Approach to the
Natural Environment‟, Academy of Management Journal, Vol.41, No.5.
Barney, J.B., 1991, „Firm Resources and Sustained Competitive
Advantage‟, Journal of Management, Vol.17, No.1, pp.99–120.
Ernst & Young, 2008. Hospitality going green. Global Hospitality Insights.
A publication for the hospitality industry. http://www.irei.com/uploads/
marketresearch/128/marketResearchFile/hospitality_insights_DF0052.pdf
IHA, IHEI & UNEP. (1995). Environmental Action Pack for Hotels-
Practical Steps to Benefit your Business and the Environment. The International
Hotel Association, The International Hotels Environment Initiative and The
United Nations Environment Programme.