You are on page 1of 13

FAMILY’S EXPERIENCES IN TREATING DIABETES MELLITUS

PATIENTS WITH GANGRENE


1st Beti Kristinawati1, 2nd Datik Wahyuningsih2, 3nd Riska Nurul Khasanah3, 4nd Ana Dwi Irianti4
bk115@ums.ac.id1

1
Medical Surgical Nursing, School of Nursing, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Solo, Indonesia.
2.3
Professional Nursing Student, School of Nursing, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Solo, Indonesia.
4
Senior Nurse, Center Public Hospital, Klaten, Indonesia.

Abstract. Introduction: Gangrene in diabetes millitus patients requires a long healing time, so family care and
supports are needed. The purpose of this study is to explore family experiences in treating diabetes millitus patients
with gangrene. Methods: The phenomenological qualitative design was chosen to obtain in-depth information by
interviewing thirteen family members determined by purposive sampling. The seven stages of Colaizzi’s method
were applied to analyze the information obtained from the interviews. Results: Data analysis produced four themes,
namely: 1) families have limited knowledge about diabetes millitus and wound-caring procedures; 2) instrumental
supports given by the family; 3) emotional support from the family has given positive impacts on the patient’s
psychological condition and the wound-healing process; 4) the limited time of the family members has become the
inhibiting factor in treating gangrene-developed diabetes patients. Conclusion: Family members must have sufficient
knowledge of treating diabetes millitus patients and wound-treatment procedures. Family supports, instrumental and
emotional, give positives impacts on improving the patient’s health status. Suggestion: Medical practitioners are
supposed to deliver knowledge of treating diabetes millitus patients and wound-treatment procedures after their
discharging from the hospital to the family members

Keywords: Diabetes Mellitus; family support; gangrane wounds


Introduction

Diabetes Mellitus (DM) meupakan masalah kesehatan yang disebabkan oleh ketidakmampuan

produksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2018 menunjukkan bahwa dari tahun 2007, 2013 dan 2018 tampak adanya peningkatan prevalensi

penyakit tidak menular salah satunya adalah diabetes melitus. Di Indonesia data penderita DM

menurut Riskesdas (2013) sebanyak 6,9%. Prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2012 menempati

peringkat ke 7 dengan penderita mencapai 7,6 juta jiwa. Data penderita DM yang sudah mengalami

komplikasi ulkus pada tahun 2013 di Rumah Sakit Moewardi Surakarta sebanyak 2998 pasien.

Gangren merupakan salah satu komplikasi penyakit kaki diabetik yang disebabkan karena

berkurangnya aliran darah ke sel kulit yang menyebabkan luka penderita mengalami penyembuhan

luka berjalan sangat lambat (Khasanah, 2012). Penderita DM yang mengalami luka gangrene maka

dengan mudahnya kaki terkena infeksi yang akan terjadi pada otot, kulit dan tulang.

Penatalaksanaan DM yaitu dengan mengkontrol memulihkan kekacauan metabolic sehingga proses

metabolic kembali normal sehingga tidak muncul komplikasi yang baru (Arisman, 2011).

Keterlibatan keluarga dalam perawatan pasien dapat untuk menjalankan asistensi dalam

perawatan, asistensi keluarga dalam perawatan merupakan suatu kemungkinan yang baik untuk

diusahakan agar perawatan luka berjalan dengan lancer (Priyanro, 2017). Fungsi keluarga salah

satunya adalah menjalankan fungsi perawatan kesehatan keluarga, masalah kesehatan keluarga akan

saling mempengaruhi dan terlibat satu sama lain (Friedman, Bowden & Jones, 2010). Penyakit luka

yang parah seperti luka DM akan menjadi tidak terkontrol, jika keluarga tidak mengupayakan untuk

mengontrolfula darah (Bryer-Ash, 2012).

Method

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi.. Pendekatan fenomenologi diterapkan untuk mendapatkan gambaran yang

komprehensif tentang pengalaman merawat pasien DM dengan gangrene dari perspektif keluarga,

sehingga dapat tergambar sebuah fenomena. Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ditentukan
dengan purposive sampling. Kriteria seleksi yang dibuat untuk penentuan partisipan meliputi: 1)

over eighteen years old; 2) treating one or more family member(s) with gangrene-developed

diabetes; 3) having experiences of caring for gangrene-developed diabetes patients for at least six

months; 4) living together in one house with gangrene-developed diabetes patients. Saturasi data

tercapai setelah peneliti melakukan wawancara mendalam pada tiga belas partisipan.

The research design used in this study is qualitative with a phenomenological approach. The

phenomenological approach is applied to get a comprehensive picture of the experience of treating

DM patients with gangrene from a family perspective, so that a phenomenon can be drawn. The

participants involved in the study were determined with purposive sampling. The selection criteria

made for determining participants included: 1) over eighteen years old; 2) treating one or more

family members (s) with gangrene-developed diabetes; 3) having experiences of caring for

gangrene-developed diabetes patients for at least six months; 4) living together in one house with

gangrene-developed diabetes patients. Data saturation was achieved after researchers conducted in-

depth interviews with thirteen participants.

Data yang valid diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam menggunakan open-ended

questions. Interviews were conducted face to face for 45-60 minutes. Wawancara dilakukan dengan

format yang fleksibel dan dimulai dengan pertanyaan yang sifatnya umum sesuai dengan level

kemampuan partisipan. Pedoman wawancara digunakan selama wawancara (Tabel 1). Informasi

yang kaya dan jelas perlu dieksplorasi lebih mendalam dengan menggunakan probing, seperti

“dapatkah anda jelaskan lebih rinci?”, dan “dapatkah anda ceritakan lebih lanjut?”.

Valid data are obtained by conducting in-depth interviews using open-ended questions.

Interviews were conducted face to face for 45-60 minutes. Interviews are conducted in a flexible

format and begin with questions that are general in nature according to the ability level of the

participants. Interview guidelines were used during the interview (Table 1). Rich and clear

information needs to be explored in more depth using the probing, such as "can you explain in more

detail?", And "can you tell me more?".


Table 1. Interview Questions
Apakah makna atau arti merawat anggota keluarga anda yang sakit DM dengan gangren?
Bagaimana anda memandang kondisi anggota keluarga anda?
Bagaimana anda memandang arti perawatan keluarga pada anggota keluarga?
Adakah kekurangan pada diri anda dalam merawat keluarga yang memiliki gangrene?
Apakah harapan anda terhadap perawatan yang telah berikan pada anggota keluarga yang
mengalami gangren?
What is the meaning or the meaning of caring for your sick family member with gangrene?
How do you see the condition of your family members?
How do you see the meaning of family care for family members?
Are you lacking in caring for a family with gangrene?
What are your hopes for the care that has been given to family members who are experiencing
gangrene?

Informasi hasil wawancara setiap partisipan kemudian dibuat transkrip verbatim dan

selanjutnya dianalisis menggunakan tujuh tahap metode Colaizzi, meliputi: 1) setiap transkrip hasil

wawancara dibaca berulang kali untuk mendapatkan pemahaman dari keseluruhan informasi yang

disampaikan partisipan; 2) mengidentifikasi pernyataan yang signifikan dari tiap transkrip yang

dibuat; 3). memaknai pernyataan signifikan yang telah diformulasikan; 4) mengelompokkan

kalimat-kalimat yang memiliki makna sama ke dalam kategori; 5) empat belas kategori disusun; 6)

kategori yang sama kemudian diorganized dalam klaster yang besar dan empat tema terbentuk; 7)

Peneliti menemui kembali partisipan untuk mengklarifikasi kesesuaian hasil tema yang telah

terbentuk. Bracketing, intuiting, analyzing, and describing was used to obtain information from

truly natural participants. Ungkapan nonverbal yang dilihat peneliti selama melakukan wawancara

dicatat dalam catatan lapangan dan dijdikan sebagai tambahan informasi ketika memaknai

pengalaman keluarga ketika memberikan perawatan pada pasien DM dengan gangren

Information from the interviews of each participant is then made verbatim transcripts and then

analyzed using the seven stages of the Colaizzi method, including: 1) each transcript of the

interview results is read repeatedly to get an understanding of all the information submitted by

participants; 2) identify significant statements from each transcript made; 3). interpret significant

statements that have been formulated; 4) grouping sentences that have the same meaning into

categories; 5) fourteen categories arranged; 6) the same categories are then organized in large

clusters and four themes are formed; 7) The researcher meets the participants again to clarify the
suitability of the results of the themes that have been formed. Bracketing, intuiting, analyzing, and

describing were used to obtain information from truly natural participants. The nonverbal

expressions that researchers saw during conducting interviews were recorded in the field notes and

provided as additional information when interpreting family experiences when providing care to

patients with gangrene DM.

Results

Tiga belas partisipan (6 perempuan dan 7 laki-laki) dengan rentang usia 20 dan 65 tahun

menjadi partisipan dalam penelitian ini. Berdasarkan riwayat pendidikan, sebagian besar partisipan

berpendidikan sekolah menengah pertama dan bekerja sebagai karyawan swasta. Partisipan telah

merawat anggota keluarganya dengan rentang waktu 1 bulan sampai dengan 6 bulan (Table 2).

Thirteen participants (6 women and 7 men) with an age range of 20 and 65 years participated in

this study. Based on the educational history, most of the participants had a junior high school

education and worked as private employees. Participants took care of their family members for a

period of 1 month to 6 months (Table 2).

Tabel 2. Demographics’ variables of participants


Variable Frekuensi
Number Precent (%)
Sex male 6 46 %
female 7 54 %
Age 20-40 tahun 8 62 %
41-65 tahun 5 38 %

Education illiterate 1 8%
junior high school 7 54 %
senior high school 4 31 %
college 1 7%

Duration of take care 1 – 3 month 8 62 %


(month) 3 – 5 bulan 4 31 %
6 1 7%

Work government employee 4 31 %


private employees 8 62 %
unemployee 1 7%
Hasil wawancara yang dibuat transkrip dianalisa dan ditemukan 112 kode yang dikelompokkan

dalam 6 kategori dan membentuk 4 tema. Dari sudut pandang keluarga tergambar fenomena tentang

pengalaman merawat pasien diabetes millitus dengan gangrene yang terbentuk dari tema-tema yang

ditemukan (Tabel 3)

Interview results made by transcript were analyzed and found 112 codes were grouped in 6

categories and formed 4 themes. From the family's point of view a phenomenon about the

experience of caring for diabetes millitus patients with gangrene is formed from the themes found

(Table 3)

Table 3. Categories and themes


Categories Themes
Lack of knowledge families have limited knowledge about diabetes
millitus and wound-caring procedures

Instrumental support instrumental supports given by the family

Emotional support emotional support from the family has given


Improvement of positive impacts on the patient’s psychological
psychological conditions condition and the wound-healing process
Improvement of wound-
healing process

Limited time of the the limited time of the family members has
family become the inhibiting factor in treating
gangrene-developed diabetes patients

Families have limited knowledge about diabetes millitus and wound-caring procedures.

Kurangnya pengetahuan dimaknai oleh peneliti sebagai kurangnya pemahaman keluarga tentang

tanda dan gejala yang dirasakan oleh pasien sehingga keluarga kurang dalam memberikan

perawatan pada pasien DM dan merawat luka dengan memperhatikan prosedur perawatan luka.

Hasil wawancara didapatkan bahwa 2 partisipan mengatakan bahwa belum mengetahui kondisi

penyakit diabetes yang diderita oleh keluarganya. Pengetahuan yang kurang ditunjukkan dengan

respon yang kurang mengerti mengenai gejala yang timbul akibat diabetes. Salah satu faktor

penghambat keluarga dalam memberikan perawatan yang maksimal pada anggota keluarga yang
menderita penyakit diabetes disebabkan karena kurangnya pengetahuan akibat kurangnya paparan

informasi. Anggota keluarga mempercayakan perawatan khusus luka kepada perawat dan

paramedis. Kutipan ungkapan yang disampaikan oleh partisipan adalah sebagai berikut:

Lack of knowledge is interpreted by researchers as a lack of family understanding of the signs

and symptoms felt by patients so that families lack in providing care to patients with DM and

treating wounds with regard to wound care procedures. The results of the interview found that 2

participants said that they did not yet know the condition of diabetes suffered by their families.

Lack of knowledge is shown by the response that does not understand the symptoms arising from

diabetes. One of the inhibiting factors of families in providing maximum care for family members

suffering from diabetes is due to lack of knowledge due to lack of information exposure. Family

members entrust special care of wounds to nurses and paramedics. Quotations given by participants

are as follows:

“……..pertama kali tidak tahu tanda yang timbul akibat sakit DM, saat itu badannya terasa sakit

dan tidak bisa tidur, selalu merasa haus dan merasakan keinginan minum terus”(sambil memegang

tenggorokan) (P2)

“……..karena ketika di rumah sakit luka dirawat oleh perawat keluarga tidak diberikan informasi

bagaimana cara merawat luka, maka di rumah luka dirawat sesuai pemehaman keluarga saja

…….” (P1)

"…… .. first do not know the signs that arise due to DM pain, at that time the body feels sick and
can not sleep, always feel thirsty and feel the desire to keep drinking" (while holding the throat)
(P2)

"...... because when the hospital was treated by a family nurse, information was not given how to
treat the wound, so at home the wound was treated according to family understanding..." (P1)

Muhibuddin (2016) mengungkapkan bahwa anggota keluarga sangatlah berperan penting

dalam pemberian intervensi pada pasien DM. Kurangnya pengetahuan pasien dan anggota keluarga

tentang penyakit DM menyebabkan pasien memiliki kecenderungan tidak mematuhi pengobatan,

diet dan terapi insulin (Kong, Yein dan Jenn, 2012). Ketidaktahuan tentang tanda dan gejala

penyakit DM dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dari partisipan, rata-rata partisipan lulusan
sekolah menengah. Sebagian besar partisipan menyatakan bahwa mereka meminta bantuan tenaga

kesehatan ketika pertama kali keluarganya mengalami sakit. Setelah partisipan merasa telah

memiliki kemampuan untuk merawat pasien, selanjutnya partisipan berusaha merawat secara

mandiri pasien DM di rumah.

Muhibuddin (2016) revealed that family members play an important role in providing

interventions to DM patients. Lack of knowledge of patients and family members about DM disease

causes patients have a tendency to disobey medication, diet and insulin therapy (Kong, Yin and

Jenn, 2012). Ignorance about the signs and symptoms of DM is influenced by the level of education

of the participants, the average participant of high school graduates. Most participants stated that

they asked for help from health workers when their families first experienced illness. After

participants feel they have the ability to treat patients, then participants try to treat independently

DM patients at home.

Instrumental supports given by the family


Dukungan instrumental dimaknai sebagai dukungan yang diberikan berupa dukungan fisik
kepada pasien seperti menyediakan pelayanan, bantuan finansial dan material yang nyata.
Dukungan tersebut baik berupa memberikan benda, perlakuan atau jasa oleh anggota keluarga
secara langsung. Hasil wawancara dari 3 partisipan mengungkapkan bahwa mereka melakukan
perawatan dirumah untuk membantu pasien karena adanya perubahan didalam diri pasien, sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas dan perawatan diri menurun. Peran keluarga sangatlah
penting untuk membantu pasien dengan melakukan perawatan diri agar kebutuhan dasar pasien
terpenuhi. Berikut kutipan wawancara dari partisipan :

Instrumental support is interpreted as support given in the form of physical support to


patients, such as providing services, financial assistance and tangible material. This support is in the
form of providing goods, treatment or services by family members directly. Interview results from 3
participants revealed that they did care at home to help patients because of changes in the patient, so
the ability to perform activities and self-care decreased. The role of the family is very important to
help patients with self-care so that the basic needs of patients are met. The role of the family is very
important to help patients with self-care so that the basic needs of patients are met. The following
interview excerpts from participants:
“…..emmm kalau mandi hanya di lap menggunakan kain basah dan untuk buang air besar maupun
buang air kecil, pasien menggunakan pempers” (P1)

“Saya saya hanya mengatur makana yang dikonsumsi pasien, mengganti pempers dan mengganti
balutan luka saja….”(P3)

“…..kalau sudah merasakan kesakitan badannya, Ibu saya minta dipijit ….”(5)

"... Eemm, when bathing only in a cloth using a wet cloth and to defecate or urinate, the patient
uses pempers" (P1)

"I just manage the food consumed by the patient, change the dressing and just replace the
dressing..." (P3)

"... If you already feel the pain of his body, my mother asked to be massaged...." (5)

Menurut Videbeck (2008), keluarga meruapakan sumber dukungan utama yang dapat

dalam proses penyembuhan pasien. Dukungan keluarga juga befungsi mengurangi stress pada

pasien, kontrol glikemik yang lebih baik dan mempengaruhi manajemen diabetes. Dukungan

instrumental yang diberikan keluarga dalam bidang diet, olahraga, kepatuhan minum obat,

mematuhi jadwal kontrol dokter, pemantauan glukosa darah dan kebiasaan perawatan diri

(Mayberry dan Osborn, 2012). Pasien DM yang diberikan dukungan emosional dan instrumental

cenderung memiliki kemampuan perawatan mandiri yang baik, mematuhi regiment terapeutik dan

mampu menurunkan stress psikologi yang dialami pasien DM (Ahmed dan Yeasmeen, (2016).

Penelitian tersebut didukung oleh rivew literatur yang dilakukan oleh Pamungkas et al (2017) yang

menyatakan bahwa dukungan keluarga memberikan dampak positif pada meningkatnya kepatuhan

diet sehat, self-efficacy yang tinggi, kondisi psikologis dan kontrol glikemik yang lebih baik.

According to Videbeck (2008), families are the main source of support that can be done in

the process of patient recovery. Family support also reduces stress on patients, controls diabetes

better and improves management. Instrumental support provided by families in the areas of diet,

exercise, medication meetings, doctor control, schedule meetings, blood safety monitoring and self-

care (Mayberry and Osborn, 2012). DM patients who are given emotional and instrumental support

who need good self-care support, support therapeutic regimens and are able to reduce stress that

require DM patients (Ahmed and Yeasmeen, 2016). ) which states about family support gives
positive thinking to the discussion of a healthy diet, high self-efficacy, psychological conditions and

better glycemic control.

Emotional support from the family has given positive impacts on the patient’s psychological

condition and the wound-healing process

Dukungan emosional dapat diartikan bahwa memberikan seseorang perasaan yang nyaman, merasa

dicintai saat mengalami stress dan depresi dalam bentuk empati, memberikan rasa percaya diri serta

memberikan semangat dan kasih sayang kepada sesama anggota keluarga. Partisipan

mengungkapkan bahwa sakit yang diderita pasien sebagai salah satu penguji kesabaran keluarga

dan pasien. Pasien dan keluarga selalu berdoa dan memasrahkan semuan keadaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Berikut ungkapan dari partisipan :

Emotional support can be interpreted as giving a person a comfortable feeling, feeling loved when

experiencing stress and depression in the form of empathy, giving self-confidence and giving

enthusiasm and affection to fellow family members. Participants revealed that the patient's illness

was one of the testers of patient and patient patience. Patients and families always pray and submit

all circumstances to God Almighty. Following are the expressions of the participants:

“……ya kami memberi semangat terus, agar Bapak juga semangat dalam beraktifitas
mbak.. Kalo bapak juga semanagat mudah-mudahan cepat sembuh…..” (P2)

"... Yes, we continue to give encouragement, so that you are also enthusiastic in your
activities, Sir. If you are also hopefully, hopefully getting well soon..." (P2)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kalsum (2009) keluarga merupakan tempat

dimana individu tumbuh dan berkembang, support emosional yang baik dalam keluarga dapat

menimbulkan perasaan aman dan nyaman. Hal tersebut juga akan berpengaruh pula pada emosi

masing-masing dari anggota keluarga sehingga akan memberikan dampak yang positif pada

perilaku anggota keluarga dalam merawat pasien. Partisipan dalam penelitian ini selalu memberikan

dorongan semangat seperti yang dijelaskan oleh Friedman (2010) bahwa peran keluarga terdiri dari

peran formal dan informal. Dalam peran informal terdapat peran merawat keluarga serta

memberikan motivasi/ dorogan bagi anggota keluarganya yang sakit.


Based on the results of research conducted by calcium (2009) the family is a place where
individuals grow and develop, good emotional support in the family can cause feelings of security
and comfort. It will also affect the emotions of each family member so that it will have a positive
impact on the behavior of family members in caring for patients. Participants in this study always
provide encouragement as explained by Friedman (2010) that the role of the family consists of
formal and informal roles. In an informal role there is the role of caring for the family and providing
motivation for family members who are sick.

The limited time of the family members has become the inhibiting factor in treating gangrene-

developed diabetes patients.

Keterbatasan waktu dimaknai dengan padatnya aktivitas sehingga waktu luang yang dimiliki sangat

terbatas. Hal tersebut memberikan dampak terbatasnya waktu yang diluangkan untuk memberikan

perawatan secara langsung kepada anggota keluarga yang sakit. Sebagian besar partisipan

menyatakan bahwa mereka memiliki kelemahan dalam mengatur waktu untuk merawat anggota

keluarganya yang sakit disebabkan adanya kesulitan membagi waktu untuk bekerja dan waktu

untuk merawat pasien. Kondisi tersebut dapat menyebabkan perhatian mereka dalam merawat juga

terpecah. Berikut salah satu kutipan dari pernyataan partisipan:

Time limitations are interpreted by the density of activities so that the free time they have is very

limited. This has the effect of the limited time taken to provide care directly to sick family

members. Most participants stated that they had a weakness in managing time to care for sick

family members due to the difficulty in allocating time to work and time to care for patients. These

conditions can cause their attention in caring also divided. Following is one excerpt from the

participant's statement:

“……kekurangan saya banyak dalam merawat orang tua setiap harinya. Kesabaran diuji dan
harus ekstra sabar dalam merawat …. Saya juga bekerja sebagai karyawan swasta. Jadi waktu
sangat terbatas untuk merawat pasien……” (P13)

"...... I lack a lot in caring for parents every day. Patience is tested and must be extra patient in
caring ... I also work as a private employee. So time is very limited to treat patients …… "(P13)
Berdasarkan kutipan diatas, keluarga secara umum memiliki fungsi ekonomi yaitu memenuhi

kebutuhan sandang, pangan dan papan bagi anggota keluarga. Disisi lain keluarga juga memiliki

peran sebagai the health care function atau fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan keluarga

(Friedman, 2010). Fungsi tersebut menyebabkan anggota keluarga harus bekerja untuk memenuhi

kebutuhan ekonomis, namun disisi lain harus meluangkan waktunya untuk menjalankan fungsi

keperawatan dan pemeliharaan kesehatan anggota keluarganya.

Pada penelitian ini karakteristik pekerjaan partisipan seluruhnya adalah karyawan swasta.

Status pekerjaan yang dimiliki oleh partisipan dalam penelitian ini memiliki kosekuensi terhadap

pasien Diabetes Mellitus. Pertama, status bekerja memungkinkan partisipan memiliki penghasilan

yang dapat membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, namun di sisi lain adanya

pekerjaan menyebabkan partisipan harus berbagi waktu antara perawatan pasien dengan kewajiban

bekerja yang partisipan miliki (Firmansyah, 2017). Status pekerjaan yang dimiliki partisipan

sebagian besar adalah karyawan swasta, kondisi ini menimbulkan adanya risiko pemberian waktu

atau perhatian partisipan kepada pasien menjadi terbatas.

Conclusion

Hasil temuan penelitian dapat menjawab tujuan penelitian bahwa makna perawatan yang telah

diberikan oleh keluarga pasien DM dengan luka gangrene diakomodasi oleh tema instrumental

supports and emotional support from the family has given positive impacts on the patient’s

psychological condition and the wound-healing process. Persepsi keluarga dalam merawat pasien

DM dengan gangrene diakomodasi oleh tema emotional support from the family has given positive

impacts on the patient’s psychological condition and the wound-healing process. Tujuan penelitian

untuk memahami persepi keluarga tetang kelemahannya dalam merawat pasien DM dengan

gangren diakomodasi oleh tema the limited time of the family members has become the inhibiting

factor in treating gangrene-developed diabetes patients. Dari temuan penelitian yang didapat,

disarankan pada petugas kesehatan yang memberikan pelayanan pada pasien DM dengan luka
gangren dapat memberikan informasi tentang management perawatan DM dan prosedure perawatan

luka gangren.

The research findings can answer the research objectives that the meaning of care that has

been given by the family of DM patients with gangrene wound is accommodated by the

instrumental theme supports and emotional support from the family has given positive impacts on

the patient's psychological condition and the wound-healing process. Family perceptions in treating

DM patients with gangrene are accommodated by the theme of emotional support from the family

which has given positive impacts on the patient's psychological condition and the wound-healing

process. The aim of this study is to understand the perception of family weaknesses in treating DM

patients with gangrene accommodated by the theme of the limited time of family members has

become the inhibiting factor in treating gangrene-developed diabetes patients. From the research

findings obtained, it is recommended that health workers who provide services to DM patients with

gangrenous injuries can provide information about DM care management and gangrene wound care

procedures.

Mayberry LS, Osborn CY. Family support, medication adherence, and glycemic control among

adults with type 2 diabetes. Diabetes. Care. 35, 1239-1245 (2012).

You might also like