Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Organisme Intertidal PDF
Jurnal Organisme Intertidal PDF
ABSTRACT
Characteristics of coastal tidal areas of Batu Hijau vary from sandy substrate type, sandy to
rocky reef with a wide expanse of intertidal ranges from 100 meters to 350 meters. To find out
zoning intertidal community,the observation conducted at five locations intertidal beach, each
consisting of three zones: the high tide, middle tide and low tide. Living structure in tidal areas
of coastal Batu Hijau, Sumbawa consists of the main communities and associated biota. The
main intertidal community composed of coral, seagrass, algae, and other fauna, while the
intertidal biota associated with tidal habitat consists of a group of molluscs, echinoderm,
crustacean, worms and fish. Distribution of intertidal communities formed three zones
consisting of (1) seagrass (21.3%) in the upper zone (high tide), (2) algae (35.5%) in the central
zone (mid tide), and (3) coral (28.5%) and algae (42.5%) in the lower zone (low tide). The main
groups of biota in the form of tidal zoning system consisting of two groups of molluscs (51.12%)
in the upper zone, while the echinoderms that predominate in the central zone (36.96%) and
lower (66.89%). No significant differences between the structure and composition of marine
intertidal communities in September 2011 (rainy season) and April 2012 (dry season).
ABSTRAK
Karakteristik daerah pasang surut pesisir Batu Hijau bervariasi mulai dari tipe substrat
berpasir, karang berpasir hingga berbatu dengan lebar hamparan intertidal berkisar dari 100
meter hingga 350 meter. Untuk mengetahui zonasi komunitas intertidal dilakukan pengamatan
biota intertidal pada lima lokasi pantai intertidal yang masing-masing terdiri dari tiga zona yaitu
pasang tinggi, pasang tengah dan pasang rendah. Struktur kehidupan di daerah pasang surut,
pesisir Batu Hijau, Sumbawa terdiri dari komunitas utama dan biota yang berasosiasi.
Komunitas utama intertidal terdiri dari karang, lamun, alga dan fauna lainnya, sedangkan biota
intertidal yang berasosiasi dengan habitat pasang surut terdiri dari kelompok moluska,
ekhinodermata, krustase, cacing dan ikan. Sebaran komunitas intertidal membentuk tiga zona
yang terdiri dari (1) lamun (21,3%) di zona atas (pasang tinggi), (2) alga (35,5%) di zona tengah
(pasang sedang), dan (3) karang (28,5 %) dan alga (42,5%) di zona bawah (pasang rendah).
Kelompok biota utama di daerah pasang surut membentuk sistem dua zonasi yang terdiri dari
kelompok moluska (51,12%) pada zona atas, sedangkan kelompok ekhinodermata yang
mendominasi di zona tengah (36,96%) dan bawah (66,89%). Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara struktur komunitas dan komposisi biota intertidal pada September 2011
(musim hujan) dan April 2012 (musim kemarau).
Kata kunci: intertidal (pasang surut), persen tutupan, kepadatan, komunitas, biota
410 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Yulianda et al.
Gambar 1. Lokasi pengamatan di lima stasiun (lingkaran tertutup warna hijau) daerah
pasang surut di pesisir Batu Hijau.
Pantai intertidal Sejorong cukup lebar dicirikan dengan alga dan herbivora. Ke-
(±300 meter) dengan substrat pasir padat padatan dan keragaman fauna umumnya
dan pasir berkarang. Sub stasiun pertama lebih tinggi ditemukan pantai intertidal
di zona atas (dekat pantai) memiliki berbatu (Diaz-Tapia et al., 2013).
substrat berpasir, sedangkan di zona Kondisi biota dan komunitas
tengah ber-substrat pasir campur karang, intertidal secara umum tidak banyak per-
dan di zona bawah (ke arah laut) substrat ubahan selama pengamatan September
berkarang. Pantai Madasanger cukup lebar 2011 dan April 2012 meskipun ada ke-
hingga mencapai 350 meter dengan tipe cenderungan perubahan komposisi yang
substrat pasir, batu karang dan campuran. dominan dan populasi biota hamper di
Tipologi pantai Madasanger tidak merata, semua lokasi. Perubahan dan dinamika
rataan substrat pada daerah pasang tinggi lingkungan intertidal terjadi secara
agak tinggi, kemudian agak menurun pada bertahap mulai dari topografi rataan, tipe
stasiun tengah dan naik kembali pada substrat dan kedalaman. Perbedaan
stasiun bawah. Pada sebagian zona atas lingkungan yang agak terlihat di daerah
dan zona tengah memiliki kedalaman intertidal adalah pengaruh gelombang
yang reltif lebih tinggi (sekitar ± 70 cm yang menghantam pantai yang sedikit
pada saat surut) sehingga selalu terendam. mempengaruhi komposisi biota intertidal.
Pantai Puna bersubstrat berbatu, lebar Sebaran lamun (sea grass) umumnya
dataran lebih sempit (±100-200 meter), terdapat di daerah pasang tinggi terutama
dan curam. Stasiun intertidal Puna di Maluk, Madasanger, Mangkun dan
mempunyai karakteristik yang berbeda Sejorong. Komunitas rumput laut dan
dengan stasiun lainnya. Karena komunitas karang lebih banyak di daerah pasang
intertidal didominasi oleh biota yang ber- yang lebih rendah. Karang di beberapa
asosiasi dengan pantai berbatu yang tempat seperti di Mangkun dan
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 411
Zonasi dan Kepadatan Komunitas...
Gambar 2. Persen tutupan komunitas intertidal di pesisir Batu Hijau bulan September
2011.
412 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Yulianda et al.
Komunitas biota umumnya lebih banyak perubahan komposisi jenis tetapi biota
ditemukan di zona tengah (mid tide) dan penyusun utama masih ditemukan seperti
bawah (low tide) daerah intertidal yang bulu babi (sea urchin), brittle star dan
agak terendam oleh air laut, kecuali pada polikhaeta. Namun beberapa biota
pantai intertidal berbatu fauna lebih kadang-kadang secara temporal menonjol
berlimpah (Gambar 4 dan 5). Umumnya ditemukan pada saat pengamatan seperti
komunitas biota tidak terlalu berbeda kelinci laut (sea slug), kerang/gastropoda
signifikan karena tidak ada perubahan (mollusc) and hermit crab.
lingkungan yang ekstrim meskipun ada
Gambar 3. Persen tutupan komunitas intertidal di pesisir Batu Hijau bulan April 2012.
Gambar 4. Kepadatan biota intertidal di pesisir Batu Hijau bulan September 2011.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 413
Zonasi dan Kepadatan Komunitas...
Gambar 5. Kepadatan biota intertidal di pesisir Batu Hijau bulan April 2012.
414 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Yulianda et al.
Komunitas ini adalah karang dan biota arah laut kepadatannya berkurang. Mo-
asosiasinya, dan rumput laut. Karang, luska lebih menyukai daerah yang agak
komunitas karang dan rumput laut datar dan terbuka yang merupakan
mensyaratkan lingkungan yang lebih karakteristik zona atas. Selain itu populasi
jernih, substrat yang kasar, keras dan moluska memiliki pola hidup yang me-
relatif stabil (Allen and Steene, 1994; ngelompok yang ditunjukkan dengan
Raffaelli and Hawkins, 1996). Karktersitik ditemukan moluska dengan jumlah yang
ini lebih banyak terdapat di zona tengah tinggi pada habitat yang sesuai. Hal ini
dan bawah. Karang memang merupakan juga menyebabkan simpangan baku ke-
komunitas yang hidup di perairan yang padatan moluska paling tinggi di-
dangkal, terdapat sinar matahari dan selalu bandingkan dengan kelompok biota
membutuhkan air yang bergerak (masa air lainnya. Moluska memiliki asosiasi yang
selalu berganti) (Dubinsky and Stambler, lebih kuat dengan sistem ekologi zona atas
2011). Diantara komunitas intertidal, yang dibentuk oleh lamun dan pantai
karang merupakan komunitas yang paling berbatu dibandingkan dengan sistem
mudah dan terbesar yang mengalami komunitas karang atau rumput laut
perubahan akibat dinamika perairan lainnya.
pesisir (Duarte et al., 2008). Di sekitar Komunitas ekhinodermata yang
tubir karang (zona bawah) karang hidup didominasi oleh bintang laut mengular
lebih baik dibandingkan di zona lebih (brittle star) dan bulu babi (sea urchin)
atas, sehingga komunitas karang lebih memiliki sebaran yang terbalik dengan
menguasai zona bawah. Rumput laut yang moluska, yaitu lebih banyak ditemukan di
mempunyai toleransi yang lebih luas zona bawah. Kelompok biota ekhi-
dibandingkan karang dapat hidup di nodermata lebih menyukai daerah yang
seluruh zona. Namun demikian rumput terlindung dan tertututup oleh kerangka
laut tumbuh lebih baik di zona tengah dan karang. Sementara komunitas karang
zona bawah. Faktor nutrien dan ke- tumbuh lebih baik di zona ke arah laut
cerahan perairan yang merupakan faktor (zona tengah dan bawah). Selain itu bulu
yang signifikan di zona tengah dan bawah, babi yang memiliki kebiasaan makan
merupakan faktor utama yang menentukan ‘grazer’ memiliki ketergantungan yang
pertumbuhan rumput laut. Rumput laut tinggi dengan keberadaan alga. Alga
dapat berasosiasi dengan lamun dan (rumput laut) hidup lebih berlimpah di
karang dengan tingkat keterkaitan yang zona bawah. Meskipun bulu babi juga
berbeda. Daerah intertidal merupakan memakan lamun, namun bulu babi lebih
daerah yang relatif homogen sebaran banyak di habitat karang dan rumput laut.
nutriennya dari zona atas hingga zona Hal ini memperlihatkan asosiasi ekhi-
bawah, sehingga sebaran komunitas nodermata lebih kuat dengan rumput laut
rumput laut lebih banyak dipengaruhi dan karang dibandingkan dengan lamun.
tingkat perendaman air dan kecerahan
perairan lebih baik di zona bawah. IV. KESIMPULAN
Dengan demikian komunitas rumput laut
cenderung meningkat ke arah laut. Komunitas dan biota intertidal di
Kepadatan biota intertidal tidak pesisir Batu Hijau secara umum tidak
sama di tiga zona intertidal, kecuali ke- berbeda pada bulan September 2011 dan
lompok biota krustase, cacing dan ikan April 2012. Zona intertidal pesisir Batu
yang relatif sama menyebar di tiga zona Hijau terdiri dari (1) zona atas yang terdiri
intertidal . Populasi moluska lebih banyak dari komunitas lamun dan biota asosiasi
ditemukan di zona atas, dan semakin ke moluska, (2) zona bawah yang terdiri dari
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 415
Zonasi dan Kepadatan Komunitas...
komunitas karang dan rumput laut yang Duarte, C.M., W.C. Dennison, R.J.W.
dilengkapi dengan biota asosiasi ekhi- Orth, and T.J.B. Carruthers. 2008.
nodermata. The charisma of coastal
Moluska lebih banyak berasosiasi ecosystems: addressing the
dengan sistem ekologi lamun dan pantai imbalance. Estuaries and Coasts:
berbatu, sedangkan ekhinodermata lebih J. CERF., 31:233–238, DOI
banyak berasosiasi dengan sistem ekologi 10.1007/s12237-008-9038-7.
karang dan rumput laut. Hemminga, M.A. and C.M. Duarte. 2000.
Sea grass ecology. Cambridge
DAFTAR PUSTAKA University Press, UK. 308p.
Lesser, M. 2011. Advances in marine
Allen, G. R. and R. Steene. 1994. Indo- biology. Academic Press. USA.
Pacific coral reef. Field guide. 215p.
tropical reef research. Singapore. Matsuura, K, O.K. Sumadhiharga, and K.
378p. Tsukamoto. 2000. Field guide to
Díaz-Tapia, P., I. Bárbara , and I. Díez Lombok island: identification
Multi. 2013. Scale spatial guide to marine organism in
variability in intertidal benthic seagrass beds of Lombok island,
assemblages: differences between Indonesia. Ocean Research
sand-free and sand-covered rocky Institute, University of Tokyo,
habitats. J. of Estuarine, Coastal Tokyo, vii+449p.
and Shelf Science, 133:97-103. Raffaelli, D. and S. Hawkins. 1996.
Dubinsky, Z. and N. Stambler. 2011. Intertidal ecology. Chapman and
Coral reefs: an ecosystem in Hall, London, UK. 356p.
transition. Springer dordrecht Yulianda, F. 2008. Biota intertidal di Batu
heidelberg, New York. 562p. Hijau, Sumbawa, Nusa Tenggara
Barat, Indonesia: PT Newmont
Nusa Tenggara, 110p.
416 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52