You are on page 1of 5

JLK 1 (1) (2017)

JURNAL LABORATORIUM
KHATULISTIWA
e-ISSN : 2597-9531
p-ISSN : 2597-9523

PENGARUH JUMLAH PENCUCIAN BERAS DENGAN KADAR KLORIN

Indah Purwaningsih dan Supriyanto


Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Pontianak

E-mail : slamet.analis@gmail.com
Submitted : 18 Oktober 2017; Revised : 8 November 2017; Accepted : 29 November 2017
Published : 30 November 2017

Abstract
Chlorine is a green halogen-shaped halogen gas at normal temperature and serves as bleach, stain re-
mover and disinfectant. Chlorine is now widely used for bleaching rice so that less quality rice looks
like quality rice. Chlorine is very toxic and causes mucous membrane irritation, highly reactive and
very powerful oxidizer. The purpose of this research was to determine the difference of chlorine level
in chlorinated rice washed once, twice and 3 times. The sample in this study amounted to 11 samples
calculated by replication formula. Each sample was treated 3 times, ie 1 washed once, 2 wached twice
and washed 3 times. The samples then examined by iodometric titration method. Based on the results
of the study using Anova test, 11 samples obtained the average value of chlorine after washed once
amount of 0.0176%, after washed twice amount of 0.0111%, and after washed 3 times amount of
0.0052% with the value significance p = 0.03 (p <0.05) at 95% confidence level which means there
was a significant difference between chlorine levels in chlorinated rice washed once, twice and 3
times.

Keywords: Rice, Chlorine, Washing

Klorin merupakan unsur halogen berbentuk gas berwarna kuning kehijauan pada suhu normal dan
berfungsi sebagai pemutih, penghilang noda maupun desinfektan. Klorin sekarang banyak digunakan
untuk bahan pemutih beras agar beras yang kurang berkualitas tampak seperti beras berkualitas. Klor-
in sangat toksik dan menyebabkan iritasi membran mukosa, sangat reaktif dan merupakan oksidator
yang sangat kuat. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui perbedaan kadar klorin pada be-
ras berklorin yang dicuci sebanyak 1 kali, 2 kali dan 3 kali. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 11
sampel yang dihitung dengan rumus replikasi. Setiap sampel diberi perlakuan sebanyak 3 kali, yaitu 1
kali pencucian, 2 kali pencucian dan 3 kali pencucian. Sampel penelitian kemudian diperiksa dengan
metode titrasi iodometri. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji Anova secara komputerisasi
terhadap 11 sampel diperoleh nilai rata-rata kadar klorin setelah 1 kali pencucian sebesar 0,0176 %,
setelah 2 kali pencucian sebesar 0,0111 %, dan setelah 3 kali pencucian sebesar 0,0052 % dengan
nilai signifikansi p = 0,03 (p<0,05) pada tingkat kepercayaan 95% yang artinya ada perbedaan yang
bermakna antara kadar klorin pada beras berklorin yang dicuci sebanyak 1 kali, 2 kali dan 3 kali.

Kata kunci: Beras, Klorin, Pencucian

89
Indah Purwaningsih & Supriyanto, Pengaruh Jumlah Pencucian Beras Dengan Kadar Klorin

PENDAHULUAN sebagai bahan makanan mengandung nilai gizi


yang cukup tinggi, yaitu kandungan karbohi-
Kesehatan yang baik merupakan dam- drat sebesar 360 kalori, protein sebesar 6,8 gr
baan setiap umat manusia. Oleh karena itu, dan kandungan mineral seperti Ca dan Fe mas-
usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan ing-masing 6,0 dan 0,8 mg. Vitamin yang utama
terus-menerus diupayakan orang dengan berb- pada beras adalah tiamin, riboflavin, niasin, dan
agai cara. Kemajuan teknologi sistem informa- piridoksin. Kandungan beras dalam mengisi ke-
si dalam era globalisasi juga banyak membantu butuhan gizi tersebut makin besar pada lapisan
masyarakat dalam menyadari perlunya meng- penduduk yang berpenghasilan rendah. Umum-
konsumsi pangan yang menyehatkan. Pangan nya beras yang dimakan diolah menjadi nasi.
yang menyehatkan tidak boleh mengandung ba- Pengolahan beras menjadi nasi melewati tahap
han-bahan atau cemaran yang dapat membahay- pencucian dan pengukusan (Astawan M, 2004;
akan termasuk Bahan Tambahan Pangan (BTP) Barus P, 2005; Anonimous, 2000).
yang terlarang dan mikroba penyebab penyakit Dalam memilih beras, tentunya kita meng-
atau toksinnya, tetapi sebaliknya mengandung inginkan beras yang putih, mengkilap, jernih dan
senyawa-senyawa yang mendukung kesehatan licin. Padahal beras yang alami warnanya putih
(Anonimous, 2001). kelabu, tidak mengkilap, kesat dan tidak berbau
Keamanan makanan merupakan masalah (Novita, 2009). Di zaman sekarang ini beras di
yang harus mendapatkan perhatian khusus dalam Indonesia itu tidak murni lagi dan banyak men-
penyelenggaraan kesehatan secara keseluruhan. gandung zat kimia tambahan yang berbahaya.
Keamanan pangan merupakan faktor terpent- Masalah manipulasi mutu beras sebenarnya su-
ing yang harus diperhatikan untuk mendapatkan dah sering dilakukan pedagang atau penggilin-
makanan yang bebas dari kerusakan, pemalsu- gan seperti penyemprotan zat aromatik dan pe-
an dan kontaminasi, baik yang disebabkan oleh makaian bahan pemutih pada beras yang tidak
mikroba atau senyawa kimia. Salah satu masa- jelas dan tidak sesuai spesifikasi bahan tambahan
lah keamanan makanan di Indonesia adalah yang diperbolehkan untuk pangan, dan konsen-
masih rendahnya pengetahuan, keterampilan, trasi pemakaian di atas ambang batas berbahaya
dan tanggung jawab produsen dan distributor bagi kesehatan manusia (Wongkar, 2014).
pangan tentang mutu dan keamanan makanan. Salah satu zat kimia yang biasa digunakan
Hal ini menyebabkan produsen dan distributor sebagai pemutih beras adalah klorin. Klorin ada-
sering menambahkan bahan kimia ke dalam pro- lah bahan kimia yang biasanya digunakan se-
duk makanan. Penggunaan bahan kimia pada bagai pemutih, penghilang noda dan pembunuh
makanan membuat keamanan pangan tersebut kuman/desinfektan. Kini, klorin bukan hanya di-
menjadi tidak terjamin (WHO, 2006). gunakan untuk bahan pemutih pada pakaian dan
Indonesia menjadikan beras sebagai salah kertas saja, tetapi telah digunakan sebagai bahan
satu makanan pokok, karena beras salah satu ba- pemutih/pengkilat beras, agar beras yang standar
han makanan yang mudah diolah, mudah disa- medium terlihat seperti beras berkualitas super
jikan, enak dan mengandung protein sebagai (Anonim, 2007).
sumber energi sehingga berpengaruh besar ter- Menurut Norlatifah (2012) ciri-ciri beras
hadap aktivitas tubuh atau kesehatan (Wongkar, yang mengandung klorin adalah warna putih
2014). Sebagai makanan pokok, beras memberi- sekali, beras lebih mengkilap, licin dan tercium
kan beberapa keuntungan. Selain rasanya ne- bau kimia, jika di cuci, warna air hasil cucian be-
tral, beras setelah dimasak memberikan volume ras kelihatan bening, jika beras direndam selama
yang cukup besar dengan kandungan kalori yang 3 hari tetap bening dan tidak berbau, dan ketika
cukup tinggi, serta dapat memberikan berbagai sudah di masak dan ditaruh di dalam penghangat
zat gizi lain yang penting bagi tubuh, seperti pro- nasi dalam semalam nasi sudah menimbulkan
tein dan mineral (Asnawati, 2008). bau tidak sedap.
Beras adalah gabah yang bagian kulitnya Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
sudah dibuang dengan cara digiling dan diso- No. 722/Menkes/Per/IX/88, bahwa klorin tidak
soh menggunakan alat pengupas dan penggiling tercatat sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP)
(huller) serta alat penyosoh (polisher). Beras dalam kelompok pemutih dan pematang tepung.

90
JLK 1 (1) (2017) hlm. 89 - 93

Zat klorin akan bereaksi dengan air memben- HASIL DAN PEMBAHASAN
tuk asam hipoklorus yang diketahui dapat mer-
usak sel-sel dalam tubuh. Klorin berwujud gas Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar klor-
berwarna kuning kehijauan dengan bau cukup in pada beras berklorin yang dicuci sebanyak 1
menyengat. Dampak dari beras yang mengand- kali, 2 kali dan 3 kali sebanyak 11 sampel, diper-
ung klorin itu tidak terjadi sekarang atau dalam oleh data sebagai berikut:
waktu dekat. Namun, bahaya untuk kesehatan
baru akan muncul setelah 15 hingga 20 tahun Tabel 1.Hasil Pemeriksaan Kadar Klorin (%) pada Sampel
mendatang, khususnya apabila kita menkonsum-
Dicuci Sebanyak Dicuci Sebanyak Dicuci Sebanyak
si beras tersebut terus-menerus. Zat klorin yang 1 Kali 2 Kali 3 Kali
ada di dalam beras akan menggerus usus pada No.
Kode Kadar Kode Kadar Kode Kadar
lambung (korosif). Akibatnya, lambung rawan Sampel Klorin Sampel Klorin Sampel Sampel
terhadap penyakit maag. Dalam jangka panjang, 1 BA1 0,0139 BB1 0,0139 BC1 0,0108

mengkonsumsi beras yang mengandung klorin 2 BA2 0,0356 BB2 0,0139 BC2 0,0062

akan mengakibatkan penyakit kanker hati dan 3 BA3 0,0587 BB3 0,0294 BC3 0,0139

ginjal. Klorin merupakan senyawa yang tidak 4 BA4 0,0124 BB4 0,0093 BC4 0,0046

stabil bila terlarut di dalam air (Sinuhaji DN, 5 BA5 0,0108 BB5 0,0062 BC5 0,0031
6 BA6 0,0062 BB6 0,0046 BC6 0,0015
2009; Alaerts G dan Santika SS, 1984).
7 BA7 0,0170 BB7 0,0077 BC7 0,0046
8 BA8 0,0108 BB8 0,0062 BC8 0,0031
METODE PENELITIAN
9 BA9 0,0124 BB9 0,0185 BC9 0,0031
10 BA10 0,0077 BB10 0,0077 BC10 0,0046
Jenis penelitian yang digunakan adalah pe-
11 BA11 0,0077 BB11 0,0046 BC11 0,0015
nelitian eksperimental yaitu metode penelitian
Rerata 0,0176 0,0111 0,0052
yang digunakan untuk mencari pengaruh per-
Sumber: Data Primer
lakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi
yang terkendalikan (Sugiyono, 2012). Sampel
Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah be-
sampel dengan cara membeli beras sebanyak 1
ras berklorin yang dicuci sebanyak 1 kali, 2 kali
karung dengan berat 10 kg di Pasar Mawar Pon-
dan 3 kali. Metode yang digunakan pada peneta-
tianak. Dalam penelitian ini teknik pengambilan
pan kadar klorin adalah metode titrasi Iodometri
sampel yang digunakan ialah purposive sam-
(Day & Underwood, 2002).
pling dengan kriteria warna beras lebih putih,
Cara kerja uji kualitatif klorin pada beras
mengkilat dan licin.
yaitu 5 ml sampel ditambah 5 tetes K2Cr2O7 0,05
Sebelum pemeriksaan, sampel disiapkan
N, kemudian ditambah 5 tetes H2SO4 2 N dan 5
terlebih dahulu. Beras satu karung yang sudah
tetes AgNO3 0,05 N, homogenkan. Hasil positif
disiapkan, dihomogenkan terlebih dahulu kemu-
jika terbentuk warna kuning keruh. Cara kerja uji
dian dibagi menjadi 11 bagian dan masing –
kuantitatif klorin pada beras yaitu a). Dimasuk-
masing bagian mempunyai berat 900 gram. Dari
kan 10 ml sampel kedalam erlenmeyer, b). Ditam-
masing – masing bagian tersebut dihomogenkan
bahkan 10 ml H2SO4 2 N kedalam erlenmeyer
kembali dan diambil 10 gram untuk diperiksa.
yang berisi sampel, c). Ditambahkan 10 ml KI
Dari 11 sampel yang diambil, dilakukan
10% kedalam erlenmeyer tersebut, kemudian tu-
penetapan kadar klorin. Tiap sampel kemudian
tup Erlenmeyer dengan plastik hitam, kocok lalu
diberi masing-masing kode sehingga memudah-
simpan ditempat yang gelap selama 6 menit, d).
kan pemeriksaan. Sampel yang telah disiapkan
Dititrasi dengan Na2S2O3 0,05 N sampai berubah
dilakukan pemeriksaan uji kualitatif untuk
warna menjadi kuning muda, e). Ditambahkan 1
mengetahui ada tidaknya kandungan klorin pada
ml indikator amilum 1%, f). Dititrasi lagi dengan
beras tersebut. Jika sampel berwarna kuning
Na2S2O3 0,05 N sampai warna biru tepat hilang,
keruh yang berarti sampel positif mengandung
g). Lakukan juga penetapan blanko.
klorin, maka penelitian kemudian dilanjutkan
dengan uji kuantitatif untuk mengetahui kadar
klorin dari sampel yang diperiksa.

91
Indah Purwaningsih & Supriyanto, Pengaruh Jumlah Pencucian Beras Dengan Kadar Klorin

Pada pemeriksaan uji kuantitatif, sampel Menurut Adiwisastra (1989) klorin dalam
diberi perlakuan sebanyak 3 kali yaitu 1 kali tubuh manusia dapat menganggu kesehatan,
pencucian, 2 kali pencucian dan 3 kali pencu- dapat menyebabkan penyakit maag dalam jang-
cian. Perbandingan beras dengan aquadest 1:2 ka pendek dan dalam jangka panjang secara aku-
yaitu 10 gr beras : 0,02 liter aquadest. Beras mulatif akan menyebabkan penyakit kanker hati
kemudian dicuci selama 1 menit kemudian hasil dan ginjal. Oleh karena itu, masyarakat harus
cucian pertama, kedua, dan ketiga diambil untuk lebih teliti dalam memilih beras putih yang aman
pemeriksaan. di konsumsi mengingat beras putih merupakan
Setelah pemeriksaan dilakukan, data hasil makanan pokok di Indonesia yang setiap hari di
penelitian dilakukan perhitungan dan diperoleh konsumsi sehingga efek klorin dapat menganggu
nilai rata-rata kadar klorin setelah 1 kali pencu- kesehatan.
cian adalah 0,0176 %, setelah 2 kali pencucian Klorin sangat toksik dan menyebabkan iri-
adalah 0,0111 % dan setelah 3 kali pencucian tasi membran mukosa, disamping sangat reak-
adalah 0,0052 %. tif dan merupakan oksidator yang sangat kuat.
Data hasil penelitian yang diperoleh kemu- Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
dian dilakukan uji statistik dengan uji Anava 722/Menkes/Per/IX/88, bahwa klorin tidak ter-
menggunakan program SPSS didapatkan p = catat sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP)
0,03 (p < 0,05) yang artinya terdapat perbedaan dalam kelompok pemutih dan pematang tepung.
yang signifikan terhadap kadar klorin pada beras Adapun ciri-ciri beras yang mengandung klorin
berklorin yang dicuci sebanyak 1 kali, 2 kali dan adalah, warnanya lebih putih, mengkilap, licin
3 kali. Berdasarkan Uji Multiple Comparisons dan tercium bau kimia. Sedangkan beras ala-
Bonferroni diketahui kelompok yang berbeda mi atau yang tidak berklorin, warnanya putih
secara signifikan adalah kadar klorin pada beras kelabu, tidak mengkilap, kesat dan tidak berbau
berklorin yang dicuci sebanyak 1 kali dengan be- (Nurlatifah, 2012).
ras berklorin yang dicuci sebanyak 3 kali. Kandungan klorin pada beras mengalami pe-
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui nurunan setelah dilakukan pencucian. Hal ini ter-
bahwa beras yang diperoleh dipasar Mawar Pon- bukti semakin banyaknya pencucian yang dilaku-
tianak positif mengandung klorin. Hal ini bert- kan semakin banyak juga klorin yang terlarut
entangan dengan Permenkes No.772/Menkes/ dengan air pencucian beras. Hal ini sesuai dengan
Per/XI/88 yang menyebutkan bahwa klorin tidak hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, dimana
diperbolehkan penggunaannya dalam makanan. terjadi penurunan kadar klorin pada beras berk-
Klorin merupakan unsur halogen yang lorin setelah pencucian 1 kali, 2 kali dan 3 kali.
pada suhu normal berbentuk gas yang berwarna Klorin memiliki sifat larut dalam air. Seh-
kuning kehijauan. Seperti halnya pemutih H2O2 ingga apabila klorin terdapat pada beras, maka
(Hidrogen Peroksida), pemutih jenis dasar klor- cara yang terbaik untuk mengurangi kadar klor-
in (Sodium Hipoklorit dan Kalsium Hipoklorit) in pada beras tersebut adalah dengan melakukan
juga mempunyai sifat multi fungsi yaitu selain pencucian yang berulang-ulang pada beras. Has-
sebagai pemutih, kedua senyawa tersebut juga il penelitian juga membuktikan bahwa semakin
bisa sebagai penghilang noda maupun desinfe- banyak dicuci, kandungan klorin juga semakin
ktan. Bahan pemutih berbahan dasar klorin sep- berkurang. Proses mencuci beras yang hanya 1
erti kalsium hipoklorit (CaOCl2) berupa serbuk atau 2 kali saja, masih meninggalkan klorin yang
berwarna putih yang bersifat mudah larut dalam banyak pada beras. Sedangkan mencuci beras
air. Pencampuran senyawa klorin dalam beras sampai 3 kali telah mengurangi banyak klorin
dimaksudkan agar beras yang dihasilkan dari dari sebelum beras dicuci dan kondisi ini juga
penggilingan mempunyai warna yang putih dan masih sangat berisiko untuk menimbulkan ba-
mengkilap, sehingga beras yang berstandar me- haya kesehatan, mengingat klorin memang tidak
dium terlihat seperti beras berkualitas super. Hal diperbolehkan pada beras. Tetapi kebiasaan
ini menyebabkan konsumen akan lebih tertarik mencuci beras sampai berulang kali juga tidak
untuk membeli beras berklorin ini. Selain itu baik dari segi kandungan gizinya. Karena sudah
juga memberikan keuntungan bagi pedagang ka- pasti banyak juga zat gizi yang hilang bersama
rena dijual dengan harga yang lebih tinggi (Buh- air cucian.
rani, 2008).

92
JLK 1 (1) (2017) hlm. 89 - 93

Jika dilihat dari toksisitasnya klorin sangat Gizi-IPB. Vol 1, No. 10, Agst, hal : 142-
berbahaya jika ada dalam makanan. Bahayanya 147
untuk kesehatan baru akan muncul 15 hingga 20 Anonimous. (2001). Pangan dan Gizi. Bogor:
tahun mendatang, khususnya apabila kita men- Sagung Seto Bekerjasama dengan Juru-
gonsumsi beras tersebut secara terus menerus. san Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas
Klorin yang terdapat pada beras, apabila dikon- Teknologi Pertanian Institut Pertanian
sumsi dan masuk ke dalam tubuh secara terus Bogor
menerus dapat menyebabkan kerusakan vitamin Astawan, M. (2004). Sehat Bersama Aneka Ser-
B, C dan E dalam tubuh. Hal ini menyebabkan at Pangan Alami. Solo: Tiga Serang-
vitamin B, C, dan E yang masuk ke dalam tubuh kai
menjadi tidak bermanfaat karena telah dirusak. Barus, P. (2005). Studi Penentuan Kandungan
Zat klorin yang ada didalam beras akan meng- Karbohidrat, Protein dan Mineral da-
gerus usus pada lambung (korosif). Akibatnya, lam Air Rebusan Beras Sebagai Minu-
lambung rawan terhadap penyakit maag. Apa- man Pengganti Susu.
bila terjadi kerusakan pada dinding lambung Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. Band-
dan usus, maka proses pencernaan makanan ung: Refika Aditama
juga akan terjadi gangguan. Dengan tergerusn- Buhrani, R. (2008). Polisi Grebeg Penggilin-
ya dinding usus akibat klorin, maka akan men- gan Beras Berklorin. http://www.an-
gakibatkan dinding usus akan semakin menipis taranews.com/berita/97464/polisi-ger-
dan bisa berlubang. Hal ini tentunya akan meng- ebeg-penggilinganberas-berklorin.
gangu penyerapan nutrisi-nutrisi makanan yang Day, R.A dan Underwood, A.L. (2002). Analisa
masuk ke dalam tubuh. Dalam jangka panjang, Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakar-
mengkonsumsi beras yang mengandung klorin ta: Erlangga
akan mengakibatkan penyakit kanker hati dan Ganjar, IG dan Rohman, A. (2009). Kimia Far-
ginjal (Novita, 2009). masi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pe-
lajar
PENUTUP Anonim. (1988). Permenkes RI No. 722/Menkes/
Per/IX/1988. Tentang Bahan Tambahan
Dari hasil penelitian dan pengolahan data Makanan.
menggunakan uji analisis Anova dapat disimpul- Sinuhaji, DN. (2009). Perbedaan Kandun-
kan bahwa ternyata nilai rata-rata kadar klorin gan Klorin (Cl2) pada Beras Berklorin
pada beras berklorin yang dicuci sebanyak 1 kali Sebelum dan Sesudah Dimasak. Medan:
sebesar 0,0176 %, yang dicuci sebanyak 2 kali Universitas Sumatera Utara
sebesar 0,0111 % dan yang dicuci sebanyak 3 Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombina-
kali sebesar 0,0052 % sehingga dapat di interpre- si (Mixed Methods). Bandung : Alfabe-
tasikan bahwa ada perbedaan kadar klorin pada ta.
beras berklorin yang dicuci sebanyak 1 kali, 2 Novita Sinuhaji, Dian. (2009). Perbedaan Kand-
kali dan 3 kali. ungan Klorin (Cl2) Pada Beras Sebelum
Dan Sesudah Dimasak Tahun 2009.
DAFTAR PUSTAKA Skripsi. FKM USU.
WHO. (2006). Bahaya Bahan Kimia Pada Kes-
Adiwisastra, A. (1989). Keracunan Sumber, Ba- ehatan Manusia Dan Lingkungan (Ter-
haya Serta Penanggulangannya. Pener- jemahan). Jakarta: EGC.
bit Angkasa. Bandung. Wongkar, I. Y., Abidjulu, J., & Wehantouw, F.
Alaerts, G dan Santika, SS. (1984). Metoda Pe- (2014). Analisis Klorin pada Beras yang
nelitian Air. Surabaya: Usaha Nasion- Beredar di Pasar Kota Manado. Jurnal
al Ilmiah Farmasi, 3(3): 2302-2493.
Almatseir, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Anonimous. (2000). Nasi Cepat Tanak (Nasi
Instan). Jurnal Teknologi Pangan dan

93

You might also like