Professional Documents
Culture Documents
WILAYAH PERKOTAAN:
› wilayah pemukiman kumuh;
› wilayah pemukiman yang tumbuh pesat secara alami;
› wilayah pemukiman yang mulai tumbuh;
› wilayah yang direncanakan menjadi pemukiman baru;
› wilayah yang relatif kosong di bagian pinggiran kota yang
diperkirakan akan berkembang sebagai daerah pemukiman.
WILAYAH PEDESAAN:
› Wilayah yang potensial dapat memperoleh pengairan tetapi
belum tersedia jaringan irigasi;
› Wilayah yang jaringan irigasinya tersedia tetapi pemanfaatannya
belum merata;
› Wilayah yang berpengairan cukup baik namun masih perrlu
ditunjang oleh pengadaan jaringan jalan yang memadai.
MODEL KONSOLIDASI TANAH
PEREMAJAAN KOTA
• Penataan dari Horizontal menjadi Horizontal dan Vertikal (Mix Use)
Sarana prasarana
Zona rumah
tunggal
Zona Ruko
Zona
Rumah
susun
Sebelum
Sesudah
Nilai-
nilai Idiil
Norma
konstitusi
Norma Peraturan
perundang-undangan di
pusat dan daerah
KONSOLIDASI TANAH VERTIKAL
POLITIK PENATAAN
PERTANAHAN RUANG
PERUMKIM PEMKOT
Apabila yang dimaksudkan adalah nomenklatur
kampung sebagaimana Pasal 1 angka 91 Perda
No.1 tahun 2014 maka, Zona perumahan kampung
adalah kelompok rumah yang ditetapkan oleh
pemerintah sebagai kawasan yang
dilestarikan/dipertahankan yang merupakan
bagian dari kota, dihuni oleh masyarakat dengan
budaya tertentu, tidak terstruktur dan tidak
terencana dengan baik, dengan tipe bangunan
deret dan ketinggian bangunan setinggi-tingginya
3 (tiga) lantai.
Meskipun dalam Zona perumahan kampung, hanya
maksimal tiga lantai masih dapat dikategorikan sebagai hasil
penerapan konsolidasi tanah vertikal yang terbatas
ketinggiannya untuk membedakan dengan perumahan
vertikal. Dalam Pasal 1 angka 93, Zona perumahan vertikal
secara khusus didefinisikan adalah zona yang diperuntukan
sebagai hunian susun yang dilengkapi dengan fasilitas
bersama dan ruang terbuka hijau serta dijabarkan ke dalam
sub zona rumah susun dan rumah susun umum dengan KDB
di atas 30% (tiga puluh persen).
Zona perumahan kampung dalam RDT adalah
termasuk Zona fungsi budidaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b Perda
No.1 tahun 2014, ditujukan untuk kecamatan yang
ada di 5 (lima) Kota Administrasi dan 1 (satu)
Kabupaten Administrasi di seluruh wilayah Provinsi
DKI Jakarta. Hal itu juga berarti membuka
kemungkinan dilakukannya pengembangan
melalui konsolidasi vertikal meskipun terbatas
hanya tiga lantai saja.
Namun ada juga batasan yang harus diperhatikan
sebagaimana diatur di dalam Pasal 622 ayat (2).
Huruf.d. bahwa pengalihan hak membangun
(Transfer of Development Rights) berupa luas lantai
tidak diperkenankan pada zona perumahan
kampung, zona perumahan KDB sedang-tinggi,
dan zona perumahan KDB rendah.
Pertama, penerapan model konsolidasi tanah (konsolidasi
tanah vertikal) di perkotaan seperti di Jakarta dapat menjadi
solusi terbaik dibandingkan model pembenahan kawasan
permukiman kumuh di masa lalu. Hal itu sebagai
pengembangan dan penggabungan konsep konsolidasi
tanah dan pembangunan rumah susun yang mengandung
keserasian lingkungan perumahan dan sosial serta adanya
peningkatan kualitas hidup para penghuni perumahan dan
permukiman. Hal penting lainnya adalah dalam konsep
konsolidasi tanah tidak berakibat tergusur-terusirnya
penghuni/pemilik tanah;
Kedua, konsep pembangunan perumahan dapat
diselaraskan dengan pengembangan pembangunan di
kawasan perkotaan melalui penerapan model konsolidasi
tanah vertikal seperti pengalaman di berbagai negara
seperti Thailand-Bangkok, Taiwan-Kaohsiung City, India-New
Delhi;
Ketiga, dari hasil kajian ini dapat diketahui adanya
kesesuaian kebijakan pembangunan perumahan
dan permukiman pemerintah pusat dengan
kebijakan penataan ruang pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Kesesuaian itu juga sebagai adanya
landasan hukum bagi pengembangan konsep
pembangunan kampung kota yang sudah ada
dalam kebijakan Rencana Detil Tata Ruang dan
Zonasi di wilayah Provinsi DKI Jakarta.