You are on page 1of 17

34 Mas Guntur, Et. al. Enclaving Atas Tanah HGU ..

ENCLAVING ATAS TANAH HAK GUNA USAHA SEBAGAI SUMBER TANAH


UNTUK PEMBANGUNAN PERUMAHAN BAGI MBR
DIKAITKAN DENGAN PENATAAN RUANG

ENCLAVING ON CULTIVATION RIGHTS TITLE AS A LAND SOURCE


FOR LOW-INCOME PEOPLE HOUSING DEVELOPMENT
IN RELATION TO SPATIAL PLANNING

Mas Guntur Wiraprana dan Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana
Martin Roestamy Universitas Djuanda Bogor
Jl. Tol Ciawi No. 1, Kotak Pos 35, Bogor 16720.
Korespondensi : Mas Guntur W, Tel. 081382026433
e-mail : masgunturwiraprana@gmail.com

Jurnal Abstract : The purpose of this research is: 1) To know and analyze about enclaving
Living Law, on the cultivation rights title as a land source for low-income people housing
Vol. 11, No. development, 2) To know and analyze the role of the regional government in spatial
1,
planning organizing on cultivation rights title of the enclave of the land as a land
2019
hlm. 34-49 source for low-income people housing development.This research use normative legal
research method with qualitative approach. The results of this research is: 1)
enclaving on the prolongation or renewal of the cultivation rights title can be used as
a land source for the housing development for low-incomwe people, with a terms that
its still concerned with the suitability and design on the spatial planning in that area,
2) regional governments as the representatives of the state in the regions authorized
in planning, utilizing and controlling spatial in their regions, especially on the
regional spatial planning policies, granting licenses, and giving punishment to anyone
who violating the regional regulations. enclaving on the cultivation rights title as a
land source for low-income people housing development must suitable with the
spatial allocation that allows housing / flats to be built.

Keywords : Enclaving, Cultivation Rights Title, Spatial Planning.

Abstrak : Tujuan penelitian ini yaitu: 1) Untuk mengetahui dan menganalisis


enclaving atas tanah Hak Guna Usaha sebagai sumber tanah untuk pembangunan
perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, 2) Untuk mengetahui dan
menganalisis peran Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang
atas tanah enclave Hak Guna Usaha sebagai sumber tanah untuk pembangunan
perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif dengan
pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu: 1) Enclaving terhadap tanah
Hak Guna Usaha yang dimohonkan perpanjangannya maupun melalui permohonan
pembaruan hak dapat dimanfaatkan sebagai sumber tanah untuk kepentingan
pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dengan catatan
tetap memperhatikan kesesuaian dengan peruntukan dan perencanaan ruang di
daerah tersebut, 2) Pemerintah Kabupaten/Kota berperan dalam perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian ruang di wilayahnya, khususnya dalam penyusunan
kebijakan penataan ruang daerah, pemberian perizinan, serta pemberian sanksi
bagi pelanggar. Enclaving tanah HGU untuk kepentingan pembangunan perumahan
bagi masyarakat berpenghasilan rendah harus sesuai dengan peruntukan ruang
yang memungkinkan untuk dibangun perumahan/rumah susun.

Kata Kunci : Enclaving, Hak Guna Usaha, Penataan Ruang.


Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 35

PENDAHULUAN peran pemerintah daerah, khususnya


perumahan dan permukiman bagi
Makin tingginya tingkat perekonomian
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
dan pertumbuhan penduduk di suatu
Sebagai penyelenggara negara pemerintah
daerah berbanding lurus dengan
daerah perlu memberikan dukungan dalam
meningkatnya penggunaan lahan untuk
bentuk program-program penyediaan
kepentingan pembangunan, termasuk
perumahan bagi MBR, regulasi yang
untuk kepentingan pembangunan pusat
mendukung khususnya dalam bidang
industri, pusat perdagangan barang/jasa,
perizinan dan penataan ruang, serta
pembangunan infrastruktur, serta
penyediaan sarana dan prasarana.
pembangunan perumahan. Oleh karena itu,
Dalam rangka mendukung
dalam suatu perencanaan pembangunan di
pembangunan perumahan MBR di daerah,
suatu daerah diperlukan perencanaan
pemerintah melalui Kementerian Dalam
ruang yang baik agar pemanfaatan lahan
Negeri mengeluarkan Surat Edaran Nomor
dapat digunakan secara serasi, selaras dan
648/1062/SJ tanggal 27 Februari 2017
seimbang.
tentang Percepatan Pembangunan
Penyediaan perumahan dan
Perumahan Masyarakat Berpenghasilan
permukiman tidak dapat terlepas dari
Rendah di Daerah, Surat Edaran tersebut
peran pemerintah daerah, khususnya
menindaklanjuti PP Nomor 64 Tahun 2016
perumahan dan permukiman bagi
tentang Pembangunan Perumahan
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Masyarakat Berpenghasilan Rendah serta
Sebagai penyelenggara negara pemerintah
Paket Kebijakan Ekonomi XII tentang
daerah perlu memberikan dukungan dalam
penyederhanaan perizinan yang pada
bentuk program-program penyediaan
intinya memintah kepada seluruh
perumahan bagi MBR, regulasi yang
Gubernur, Bupati dan Walikota melakukan
mendukung khususnya dalam bidang
langkah-langkah yang terkait dengan
perizinan dan penataan ruang, serta
penyederhanaan perizinan, termasuk
penyediaan sarana dan prasarana.
didalamnya beberapa perizinan yang
Salah satu amanat dalam Rencana
dihilangkan, penggabungan perizinan dan
Pembangunan Jangka Panjang Nasional
percepatan waktu poses perizinan.
(RPJPN) adalah terpenuhinya kebutuhan
Selain permasalahan perizinan,
dasar masyarakat melalui penyediaan
masalah utama dalam pembangunan
akses air minum sebesar 100%,
perumahan bagi MBR adalah pembiayaan
terwujudnya kota tanpa pemukiman
perumahan serta ketersediaan lahan.
kumuh, serta pemenuhan sanitasi layak,
Pembangunan perumahan tidak selalu
pada tahun 2020. Selain itu, pengembangan
diikuti dengan kemampuan masyarakat
permukiman tidak sekedar sebagai
untuk memperolehnya, keterbatasan
pendukung sarana kebutuhan kehidupan,
kemampuan masyarakat itulah yang
tetapi merupakan proses bermukim
membuat peran pemerintah sangat
manusia dalam menciptakan ruang
diperlukan untuk mencari alternatif
kehidupan untuk memasyarakatkan
penyelesaian permasalahan tersebut.
dirinya, menampakkan jati diri,
Pembiayaan perumahan akan lebih rendah
memberikan kontribusi terhadap
apabila pemerintah sesuai kewenangannya
peningkatan kesejahteraan dan
dapat menyediakan lahannya, hal tersebut
pengentasan kemiskinan karena memiliki
dapat dilakukan dengan bekerjasama
multiplier effect terhadap pertumbuhan
dengan pihak swasta, pemanfaatan aset
ekonomi dan wilayah, peningkatan
tanah pemerintah atau pemerintah daerah,
Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta
serta dengan mengeluarkan (enclaving)
penciptaan lapangan kerja.
tanah Hak Guna Usaha (selanjutnya disebut
Penyediaan perumahan dan
HGU) yang penggunaan, pemanfaatan,
permukiman tidak dapat terlepas dari
36 Mas Guntur, Et. al. Enclaving Atas Tanah HGU ..

pemilikan dan penguasaan tanahnya sudah dikonsepsikan sebagai norma, kaidah, asas
tidak sesuai dengan tujuan pemberian atau dogma-dogma. Tahap penelitian
haknya. yuridis normatif, menggunakan studi
Berdasarkan data Badan Pusat kepustakaan, doktrin serta mencakup
Statistik, luas lahan perkebunan besar di Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Indonesia pada tahun 2015 sebesar Peraturan Menteri dan Peraturan Daerah.
7.621.900 Ha1, dari jumlah tersebut tidak Teknik pengumpulan data yang
semua lahan tertanami, banyak lahan-lahan digunakan dalam penelitian ini adalah
yang penggunaan, pemanfaatan, pemilikan melalui penelaahan data terhadap literatur
dan penguasaan tanahnya sudah tidak tertulis yang diperoleh dari peraturan
sesuai dengan tujuan pemberian haknya perundang-undangan, buku teks, jurnal,
misalnya dikuasai masyarakat sebagai hasil penelitian, dan lain-lain.
bangunan rumah tinggal, fasilitas sosial Pengumpulan data dilakukan secara
serta fasilitas umum, tanahnya tidak kualitatif, dengan menggunakan literatur
ditanami, ataupun tanahnya diterlantarkan tertulis, namun tidak menutup
oleh pemegang hak. Lahan-lahan tersebut kemungkinan untuk mempergunakan
dapat dijadikan sebagai sumber pengelolaan data secara kuantitatif sebagai
penyediaan tanah bagi pembangunan data penunjang.
perumahan MBR dengan terlebih dahulu Dalam penelitian ini, penulis
mengeluarkan (enclaving) tanah tersebut menganalisis data secara kualitatif yaitu
dari Hak Guna Usaha yang dimiliki dengan penguraian deskriptif analisis dan
pemegang hak. preskriptif, selain itu ada penggunaan data
Setelah melihat uraian latar belakang dan analisis kuantitatif yang digunakan
masalah tersebut diatas maka penulis hanya sebagai pendukung dari analisis
dalam penelitian ini mengambil judul kualitatif.
tentang: “ENCLAVING ATAS TANAH HAK Lokasi yang dijadikan tempat
GUNA USAHA SEBAGAI SUMBER TANAH penelitian adalah di Kabupaten Bogor.
UNTUK PEMBANGUNAN PERUMAHAN
BAGI MBR DIKAITKAN DENGAN PEMBAHASAN
PENATAAN RUANG”. Pasal 2 ayat (1) UUPA mengatakan
Dari uraian latar belakang masalah di bahwa atas dasar ketentuan Pasal 33 ayat
atas, maka identifikasi masalah dalam (3) UUD 1945 Maka bumi air dan ruang
penelitian ini adalah: angkasa, termasuk kekayaan alam yang
1. Bagaimana enclaving atas tanah Hak terkandung di Negara Indonesia pada
Guna Usaha sebagai sumber tanah tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara,
untuk pembangunan perumahan bagi sebagai organisasi kekuasaan seluruh
Masyarakat Berpenghasilan Rendah? rakyat.
2. Bagaimana peran Pemerintah Daerah Pengertian “penguasaan” dapat
dalam penyelenggaraan penataan diartikan dalam arti fisik, juga dalam arti
ruang atas tanah enclave Hak Guna yuridis. Juga beraspek privat dan beraspek
Usaha sebagai sumber tanah untuk publik. Penguasaan dalam arti yuridis ialah
pembangunan perumahan bagi penguasaan yang dilandasai hak, yang
Masyarakat Berpenghasilan Rendah? dilindungi oleh hukum dan pada umumnya
memberi kewenangan kepada pemegang
METODE PENELITIAN hak untuk menguasai secara fisik tanah
Penelitian ini menggunakan metode yang dihaki, misalnya pemilik tanah
pendekatan yuridis normatif, yaitu hukum mempergunakan atau pihak mengambil
1 Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut

Jenis Tanaman, https://www.bps.go.id, diakses 11


Desember 2017.
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 37

manfaat dari tanah yang dihaki, tidak a. Terwujudnya keharmonisan antara


diserahkan kepada lain..2 lingkungan alam dan lingkungan
Hak menguasai dari Negara buatan;
memberikan kewenangan kepada Negara b. Terwujudnya keterpaduan dalam
untuk : penggunaan sumber daya alam dan
a. Mengatur dan menyelenggarakan sumber daya buatan dengan
peruntukan, penggunaan, persediaan memperhatikan sumber daya manusia;
dan pemeliharaan bumi, air dan ruang dan
angkasa tersebut; c. Terwujudnya pelindungan fungsi ruang
b. Menentukan dan mengatur hubungan- dan pencegahan dampak negatif
hubungan hukum antara orang-orang terhadap lingkungan akibat
dengan bumi, air dan ruang angkasa, pemanfaatan ruang.
c. Menentukan dan mengatur hubungan- Pemerintah sebagai pembuat regulasi
hubungan hukum antara orang-orang mempunyai kewenangan dalam mengatur
dan perbuatan-perbuatan hukum yang tentang penataan ruang agar pembangunan
mengenai bumi, air dan ruang angkasa. dapat terwujud dengan tetap
Agar pembangunan di Indonesia dapat memperhatikan keharmonisan,
terlaksana dengan baik dan seimbang keterpaduan dan perlindungan tehadap
maka pemerintah sebagai pemegang dampak dari pemanfaatan ruang.
kekuasaan harus berjalan dalam koridor Dalam pembagian urusan pemerintah
hukum. Hukum sebagai kaidah sosial harus bidang perumahan dan kawasan
dijadikan ujung tombak pembangunan agar permukiman, penyediaan rumah bagi MBR
cita-cita masyarakat adil, makmur dan serta pengembangan sistem pembiayaan
sejahtera dapat terwujud. perumahan bagi MBR merupakan
kewenangan pemerintah pusat.
Makin berkurangnya lahan untuk
Kewenangan pemerintah pusat tersebut
pembangunan perumahan di wilayah
tentu saja perlu didukung oleh pemerintah
perkotaan berdampak pada tingginya
daerah khususnya di bidang penataan
harga tanah, hal itu tentu saja memberikan
ruang dan perizinan agar penyediaan
dampak terhadap menurunnya daya beli
perumahan bagi MBR dapat tercapai.
masyarakat terhadap perumahan di
HGU adalah hak untuk mengusahakan
Indonesia. Disinilah peran pemerintah
tanah yang dikuasai langsung oleh Negara,
diperlukan, khususnya dalam pemberian
dalam jangka waktu tertentu, guna
perizinan, solusi pembiayaan perumahan,
perusahaan pertanian, perikanan atau
serta penyeediaan lahan bagi
peternakan. Dari defenisi atau pengertian
pembangunan perumahan MBR dengan
yang diberikan tersebut di atas, dapat
tetap memperhatikan ketentuan peraturan
diketahui bahwa yang dinamakan dengan
perundang-undangan.
HGU yaitu hak yang diberikan oleh negara
Salah satu faktor yang penting dalam kepada perusahaan pertanian, perikanan
pembangunan perumahan adalah penataan atau perusahaan peternakan untuk
ruang, penyelenggaraan penataan ruang melakukan kegiatan usahanya di
bertujuan untuk mewujudkan ruang Indonesia.3
wilayah nasional yang aman, nyaman,
Subyek HGU adalah:
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan 1) Warga negara Indonesia.
Nasional dengan:

3 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Seri


2 Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak Hukum Harta Kekayaan: Hak- Hak Atas Tanah,
Atas Tanah, Kencana, Jakarta, 2010, Hlm. 73. Kencana, Jakarta, 2008, Hlm. 150.
38 Mas Guntur, Et. al. Enclaving Atas Tanah HGU ..

2) Badan hukum yang didirikan menurut kepada Negara dalam batas waktu yang
Hukum Indonesia dan berkedudukan ditetapkan.
di Indonesia. Kata enclave berasal dari berasal dari
Perolehan tanah HGU dapat berasal bahasa latin yaitu inclavatus yang artinya
dari: terkurung/terkunci, sedangkan dalam
a) Tanah Negara; bahasa Inggris enclave adalah “A tract of
land or a territory inclosed within another
b) Tanah Hak;
territory of which it is independent”. Dalam
c) Tanah Ulayat; KBBI Daring sendiri pengertian enklave
d) Kawasan Hutan Negara; dan adalah daerah (wilayah) budaya yang
e) Hak Pengelolaan Transmigrasi. terdapat di dalam wilayah budaya lain.
Tahapan Pemberian HGU adalah Dengan kata lain enclave adalah suatu
sebagai berikut: daerah bebas yang berada didalam daerah
lain.
a. pengukuran bidang tanah;
Pemerintah dapat memberikan
b. permohonan hak;
perpanjangan/pembaruan HGU di atas
c. pemeriksaan tanah; bidang tanah yang sama kepada pemegang
d. penetapan hak; dan HGU. Perpanjangan/pembaruan tersebut
e. pendaftaran hak. dapat dilakukan apabila memenuhi
Beberapa faktor-faktor yang persyaratan:
menyebabkan hapusnya HGU yang a. Pemegang hak masih memenuhi syarat
mengakibatkan tanahnya kembali menjadi sebagai pemegang HGU;
tanah Negara adalah: b. Tanahnya masih dipergunakan dan
a. Berakhirnya jangka waktu yang diusahakan dengan baik sesuai dengan
ditetapkan dalam keputusan keadaan, sifat dan tujuan pemberian
pemberian dan perpanjangan. hak yang bersangkutan;
b. Dibatalkan oleh pejabat yang c. Penggunaan tanahnya masih sesuai
berwenang sebelum jangka waktunya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
berakhir karena tidak dipenuhinya setempat.
kewajiban-kewajiban pemegang hak d. Tanahnya tidak termasuk dalam
atau dilanggarnya ketentuan- database tanah terindikasi terlantar;
ketentuan yang telah ditetapkan dalam dan/atau
keputusan pemberian hak, dan adanya e. Tanahnya tidak dalam perkara di
putusan pengadilan yang telah lembaga peradilan, dan tidak
mempunyai kekuatan hukum tetap. diletakkan sita atau blokir/status quo.
c. Dilepaskan secara sukarela oleh Dalam Pasal 31 Peraturan Menteri
pemegang haknya sebelum jangka Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan
waktu berakhir. Pertanahan Nasional Nomor 7 Tahun 2017
d. Hak Guna Usahanya dicabut. tentang Pengaturan dan Tata Cara
e. Tanahnya musnah. Penetapan HGU disebutkan terhadap
f. Pemegang hak guna usaha tidak penerbitan HGU, Pemerintah dapat
memenuhi syarat sebagai pemegang memberikan perpanjangan jangka waktu
HGU. HGU di atas bidang tanah yang sama
Apabila HGU tidak diperpanjang dan kepada pemegang HGU. Perpanjangan
diperbaharui serta hapus, bekas pemegang jangka waktu HGU dapat dilakukan apabila
HGU wajib membongkar bangunan- memenuhi persyaratan:
bangunan dan benda-benda yang ada a. Pemegang hak masih memenuhi syarat
diatasnya dan menyerahkan tanah dan sebagai pemegang HGU;
tanaman yang ada diatas bekas HGU
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 39

b. Tanahnya masih dipergunakan dan kemudahan ke tempat kerja guna


diusahakan dengan baik sesuai dengan mendapatkan sumber penghasilan.
keadaan, sifat dan tujuan pemberian c. Rumah sebagai penunjang rasa aman
hak yang bersangkutan; (security) dalam arti terjadinya
c. Penggunaan tanahnya masih sesuai keadaan keluarga di masa depan
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah setelah mendapatkan rumah. Jaminan
setempat. keamanan atas lingkungan perumahan
d. Tanahnya tidak termasuk dalam yang ditempati serta jaminan
database tanah terindikasi terlantar; keamanan berupa kepemilikan rumah
dan/atau dan lahan (the form of tenure).
e. Tanahnya tidak dalam perkara di Rumah yang telah memenuhi fungsi
lembaga peradilan, dan tidak identity, opportunity, dan security tersebut
diletakkan sita atau blokir/status quo. diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
Selanjutnya apabila tanah yang masyarakat untuk mencapai hidup yang
dimohon perpanjangan jangka waktu HGU sejahtera.
terdapat penggunaan, pemanfaatan, Salah satu pertimbangan pembentukan
pemilikan dan penguasaan tanah yang Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
tidak sesuai dengan tujuan pemberian tentang Perumahan dan Kawasan
haknya, tanah dimaksud harus dikeluarkan Permukiman adalah karena pertumbuhan
(enclave) dari bidang tanah yang dimohon. dan pembangunan wilayah yang kurang
Hal serupa berlaku untuk permohonan memperhatikan keseimbangan bagi
pembaruan hak. kepentingan masyarakat berpenghasilan
rendah mengakibatkan kesulitan
Semakin berkembangnya jumlah
masyarakat untuk memperoleh rumah
penduduk di suatu daerah semakin tinggi
yang layak dan terjangkau, karena itu
kebutuhan ketersediaan perumahan,
pemerintah perlu lebih berperan dalam
namun lahan yang ada sangat terbatas
menyediakan dan memberikan kemudahan
sehingga diperlukan solusi dalam
dan bantuan perumahan dan kawasan
mengatasinya.
permukiman bagi masyarakat melalui
Turner4 mendefinisikan tiga fungsi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan
utama yang terkandung dalam sebuah
permukiman yang berbasis kawasan serta
rumah tempat bermukim, yaitu :
keswadayaan masyarakat sehingga
a. Rumah sebagai penunjang identitas
merupakan satu kesatuan fungsional dalam
keluarga (identity) yang diwujudkan
wujud tata ruang fisik, kehidupan ekonomi,
pada kualitas hunian atau
dan sosial budaya yang mampu menjamin
perlindungan yang diberikan oleh
kelestarian lingkungan hidup sejalan
rumah. Kebutuhan akan tempat tinggal
dengan semangat demokrasi, otonomi
dimaksud agar penghuni dapat
daerah, dan keterbukaan dalam tatanan
memiliki tempat berteduh guna
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
melindungi dari iklim setempat.
bernegara.
b. Rumah sebagai penunjang kesempatan
Sebagaimana diamanatkan oleh
(opportunity) keluarga untuk
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
berkembang dalam kehidupan sosial
tentang Perumahan dan Kawasan
budaya dan ekonomi atau fungsi
Permukiman, Pemerintah dan/atau
pengemban keluarga. Kebutuhan
pemerintah daerah bertanggung jawab
berupa akses ini diterjemahkan dalam
dalam pembangunan rumah umum, rumah
pemenuhan kebutuhan sosial dan
khusus, dan rumah negara.
Dalam melaksanakan tanggung jawab
4 Martin Roestamy, Pengantar Hukum tersebut, Pemerintah dan/atau pemerintah
Perumahan Indonesia, LPPM Unida, Bogor, 2017, daerah menugasi dan/atau membentuk
Hlm. 10.
40 Mas Guntur, Et. al. Enclaving Atas Tanah HGU ..

lembaga atau badan yang menangani administrasi, kegiatan kawasan, dan nilai
pembangunan perumahan dan strategis kawasan.6
permukiman sesuai dengan ketentuan Penataan rung ruang suatu wilayah
peraturan perundang-undangan. mempunyai peranan yang penting dalam
Undang-Undang tersebut juga kerangka pembangunan wilayah tersebut,
mengatur tentang kewajiban pemerintah sehingga diperlukan peran pemerintah
untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi dalam kegiatan penataan ruangan dari
MBR. Untuk memenuhi kebutuhan rumah mulai perencanaan sampai dengan
bagi MBR tersebut Pemerintah dan/atau pengawasan dan pengendaliannya.
pemerintah daerah wajib memberikan Penyelenggaraan penataan ruang
kemudahan pembangunan dan perolehan dimaksudkan untuk melindungi
rumah melalui program perencanaan kepentingan masyarakat serta untuk
pembangunan perumahan secara bertahap mengoptimalkan fungsi ruang serta sumber
dan berkelanjutan. Kemudahan dan/atau daya yang terkandung didalamnya, dengan
bantuan pembangunan dan perolehan tetap memperhatikan keseimbangan
rumah bagi MBR dapat berupa: pertumbuhan dan perkembangan antar
a. Subsidi perolehan rumah; daerah serta antara kawasan perkotaan
b. Stimulan rumah swadaya; dan kawasan perdesaan.
c. Perpajakan sesuai dengan ketentuan Kegiatan penataan ruang terdiri dari 3
peraturan perundang-undangan di (tiga) kegiatan yang saling terkait, yaitu:
bidang perpajakan; perencanaan tata ruang, pemanfaatan
d. Perizinan; ruang, dan pengendalian pemanfaatan
e. Asuransi dan penjaminan; ruang, dengan produk rencana tata ruang
f. Penyediaan tanah; berupa Rencana Tata Ruang Wilayah
g. Sertifikasi tanah; dan/atau (RTRW) yang secara hierarki terdiri dari
h. Prasarana, sarana, dan utilitas umum. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Tata ruang berarti susunan ruang yang (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah
teratur. Kata teratur mencakup pengertian Provinsi (RTRWP), dan Rencana Tata
serasi dan sederhana sehingga mudah Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRW
dipahami dan dilaksanakan. Karena pada Kab/kota).7
tata ruang, yang ditata adalah tempat Tanah merupakan unsur ruang yang
berbagai kegiatan serta sarana dan strategis dan pemanfaatannya terkait
prasarananya dilaksanakan. Suatu tata dengan penataan ruang wilayah. Penataan
ruang yang baik dapat dilaksanakan dari ruang wilayah harus dilakukan secara
segala kegiatan menata yang baik disebut konsekuen dan sistematis dengan
penataan ruang. Dalam hal ini penataan berpedoman kepada kebijakan pertanahan
ruang terdiri dari tiga kegiatan utama yakni dengan berlandaskan pada UUPA.8
perencanaan tata ruang, perwujudan tata Dalam Pasal 14 ayat (2) UUPA
ruang dan pengendalian tata ruang.5 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah
Penataan ruang adalah proses mengatur persediaan, peruntukan dan
perencanaan tata ruang, pemanfaatan penggunaan bumi, air serta ruang angkasa
ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang yang dilaksanakan secara sekuensial 6 Juniarso Ridwan, Hukum Tata Ruang, Nuansa,
(berkesinambungan dari masa ke masa). Bandung, 2008, Hlm. 23.
Penataan ruang dikelompokan 7 Ahmad Jazuli, Penegakan Hukum Penataan

berdasarkan sistem, fungsi kawasan, Ruang dalam Rangka Mewujudkan Pembangunan


Berkelanjutan, Jurnal Rechtsfinding, Volume 6
Nomor 2, Agustus 2017, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kebijakan Kementerian Hukum dan
5 M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam HAM RI, Hlm. 271.
Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, 8 H. M. Arba, Hukum Tata Ruang dan Tata Guna

Alumni Bandung, 2006., Hlm. 80. Tanah, Sinar Grafika, Jakarta, 2017, Hlm. 85.
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 41

untuk daerahnya, sesuai dengan keadaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
daerah masing-masing. pengendalian pemanfaatan ruangnya
Hal tersebut mengindikasikan bahwa dilaksanakan secara terpadu.
Pemerintah Pusat mempunyai kewenangan Selain itu sebagai bagian dari Provinsi
dalam membuat rencana umum mengenai Jawa Barat dan Kawasan Strategis Nasional
persediaan, peruntukkan dan penggunaan Jabodetabekpunjur, penataan ruang di
tanah yang pengaturannya diserahkan wilayah Kabupaten Bogor harus mengacu
kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan dan berpedoman pada kebijakan Rencana
kebutuhan dan karakteristik daerah Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)
masing-masing dengan tetap mengacu Jawa Barat serta dan Penataan Ruang
pada rencana umum yang digariskan oleh Kawasan Jabodetabekpunjur.
Pemerintah Pusat. Di tingkat provinsi, RTRWP Jawa Barat
Dengan demikian penyediaan, mengamanatkan bahwa tujuan penataan
peruntukan dan penggunaan tanah harus ruang di Jawa Barat harus mampu
dikelola secara efektif dan efisien dengan mewujudkan tata ruang wilayah yang
mengedepankan pembentukan produk efisien, berkelanjutan, dan berdaya saing
hukum yang melindungi dan menuju Provinsi Jawa Barat Termaju di
mengakomodir hak-hak masyarakat atas Indonesia. Sedangkan dalam konteks
tanah dan meningkatkan penegakan kawasan Jabodetabekpunjur diamanatkan
hukum terhadap penguasaan, pemilikan, bahwa tujuan penataan ruang
penggunaan dan pemanfaatan tanah yang Jabodetabekpunjur adalah (1) mewujudkan
tidak sesuai dengan peruntukannya. keterpaduan penyelenggaraan penataan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah ruang antar daerah, (2) mewujudkan daya
Daerah wajib melakukan fasilitasi dukung lingkungan yang berkelanjutan
penyediaan Perumahan dan permukiman dalam pengelolaan kawasan; serta (3)
bagi masyarakat, terutama bagi MBR. mengembangkan perekonomian wilayah
Pertumbuhan dan pembangunan wilayah yang produktif, efektif dan efisien
yang kurang memperhatikan berdasarkan karakteristik wilayah.
keseimbangan bagi kepentingan MBR Rencana Tata Ruang Wilayah
mengakibatkan masyarakat sulit untuk Kabupaten Bogor pada Tahun 2016-2036
memperoleh rumah yang layak dan
dalam kebijakan penataan ruang di Daerah
terjangkau, oleh karena itu pemerintah meliputi:
perlu lebih berperan dalam menyediakan
dan memberikan kemudahan dan bantuan a. Perwujudan kawasan lindung dalam
bagi perumahan dan kawasan permukiman rangka optimalisasi fungsi
yang berbasis kawasan sehingga menjadi perlindungan regional;
satu kesatuan fungsional dalam wujud tata b. Pengembangan wisata alam, wisata
ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya dan wisata buatan sesuai
budaya yang mampu menjamin kelestarian dengan potensi alam dan budaya
lingkungan hidup sejalan dengan semangat setempat yang memiliki daya tarik
demokrasi, otonomi daerah, dan wisatawan mancanegara dengan tetap
keterbukaan dalam tatanan kehidupan memperhatikan kelestarian lingkungan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. hidup;
c. Penyediaan lingkungan permukiman
Kabupaten Bogor sebagai daerah perkotaan yang berkualitas, aman,
penyangga ibukota memiliki luas ± nyaman dan terkoneksi dengan pusat
298.620,26 hektar, dan merupakan kegiatan di wilayah Jabodetabek;
Kawasan Strategis Nasional bersama d. Pengembangan kawasan peruntukan
Jakarta, Kota Bogor, Depok, Tangerang, industri yang bertumpu pada potensi
Bekasi, Puncak, Cianjur sumber daya lokal yang mampu
(Jabodetabekpunjur) yang perencanaan
42 Mas Guntur, Et. al. Enclaving Atas Tanah HGU ..

menghasilkan produk bernilai jual 8) Mengendalikan dan penataan


internasional dengan tetap pertumbuhan kawasan permukiman di
memperhatikan kualitas lingkungan; daerah rawan bencana dan berfungsi
e. Perwujudan areal pertanian tanaman lindung.
pangan dan penataan pusat Kegiatan penataan ruang terdiri dari 3
permukiman pedesaan sebagai simpul (tiga) kegiatan yang saling terkait, yaitu:
distribusi hasil pertanian dalam rangka perencanaan tata ruang, pemanfaatan
mendukung upaya ketahanan pangan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
berkelanjutan; ruang, dengan produk rencana tata ruang
f. Penataan sistem pusat kegiatan dan berupa Rencana Tata Ruang Wilayah
pelayanan sarana prasarana wilayah (RTRW) yang secara hierarki terdiri dari
secara berjenjang dan sinergis; dan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
g. Perwujudan Kawasan Strategis (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten sesuai dengan kepentingan Provinsi (RTRWP), dan Rencana Tata
wilayah dan berdaya saing. Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRW
Dalam rangka menyediakan Kab/kota).9
lingkungan permukiman perkotaan yang Perkebunan besar merupakan
berkualitas, aman, nyaman dan terkoneksi perkebunan yang diselenggarakan atau
dengan pusat kegiatan di wilayah dikelola secara komersial oleh perusahaan
Jabodetabek, Peraturan Daerah tersebut yang berbadan hukum. Perusahaan besar
juga memberikan strategi meliputi: terdiri dari Perkebunan Besar Negara
1) Menyediakan fasilitas permukiman (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS)
yang lengkap dan berkualitas serta Nasional/Asing. Luas lahan perkebunan
berdaya saing terhadap daerah sekitar; besar umumnya berskala diatas 25 hektar
2) Mengembangkan permukiman dengan orientasi untuk kebutuhan pasar.
perkotaan secara intensif dengan Berdasarkan data yang diperoleh dari
mendorong penggunaan tanah yang Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
lebih efisien melalui pembangunan Perkebunan Kabupaten Bogor
perumahan secara vertikal pada (DISTANHORBUN), perkebunan besar
wilayah perkotaan yang cepat tumbuh; yang ada di Kabupaten Bogor sebagai
3) Mengembangkan permukiman berikut :
diprioritaskan kepada hunian yang 1. PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun
terintegrasi dengan sistem angkutan Cikasungka;
massal; 2. PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun
4) Memanfaatkan teknologi ramah Cianten;
lingkungan, energi terbarukan dan 3. PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun
efisiensi energi di kawasan Gunung Mas;
permukiman perkotaan; 4. PT. PP Nirmala Agung Kebun Nirmala;
5) Mengembangkan ruang terbuka hijau 5. PT. Kapol Antar Nusa Kebun Kapol
dengan luas paling sedikit 30% (tiga Antar Nusa;
puluh persen) dari luas kawasan 6. PT. Sumber Sari Bumi Pakuan Kebun
perkotaan; Teh Ciliwung;
6) Mengendalikan jumlah pergerakan 7. PT. Cibodas Kebun Cibodas;
transportasi melalui pengembangan 8. PT. Tajur Hambalang Kebun Tajur
sistem transportasi massal yang Hambalang;
terintegrasi dengan wilayah di sekitar 9. PT. Buana Estate Kebun Karang Asem
daerah; Ciderati;
7) Mengendalikan tata air melalui 10. PT. Rejo Sari Bumi Kebun AUP Tapos;
pengembangan sistem drainase dan
peningkatan fungsi resapan air; dan 9 Ibid.
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 43

11. PT. Rejo Sari Bumi Kebun AUP Contoh lain yang terjadi di Kabupaten
Ciomas; Bogor adalah redistribusi tanah PT.
12. PT. Rejo Sari Bumi Kebun AUP Cikoleang di Kecamatan Rumpin
Yanlapa Timur; berdasarkan Surat Keputusan Menteri
13. PT. Bumi Inti Sejahtera Kebun Dalam Negeri No. SK. 34/HGU/DA/84,
Cipatat; tentang pemberian HGU kepada PT.
14. PT. Gunung Sari Hijau Enam Tiga Cikoleang atas tanah perkebunan seluas ±
Kebun Teh Enam Tiga; 324,0250 Ha, selama 25 (dua puluh lima)
15. PT. Wahana Sekar Agro Kebun tahun dan berakhir 31 Desember tahun
Jasinga; 2019. Sedangkan sisanya seluas ± 108,5250
16. PT. Hevea Indonesia Kebun Pasir Ha dikecualikan / diperuntukan bagi
Tugu Nanggung; keperluan LAPAN, Pemerintah Daerah
17. PT. Karunia Alam Abadi Kebun Kabupaten Bogor dan Desa setempat,
Karunia Alam Abadi; sesuai dengan :
18. PT. ALC Agro Kebun Puncak Algro a. Risalah Panitia Pemeriksa Tanah “B”
Resort. Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat
Luas keseluruhan perkebunan besar di tanggal 21 Juni 1984 ;
Kabupaten Bogor sebesar 12,333,226 b. Surat Bupati KDH TK. II Bogor Nomor
hektar dengan lahan tanaman tua/tidak 593.4/364-Pem tanggal 26 Juni 1984;
dapat ditanam seluas 808,71 hektar. c. Surat Gubernur KDH TK.I Jawa Barat
Pada tahun 2016 Kementerian Agraria cq. Kepala Direktorat Agraria Propinsi
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Jawa Barat Nomor
Nasional (BPN) menyerahkan lahan seluas 438/DA/PHT/HGU/1984 tanggal 9 Juli
234,42 hektare yang terdiri dari 1.378 1984;
sertifikat redistribusi lahan kepada petani d. Surat Tim Pertimbangan HGU
yang ada di Kecamatan Ciawi dan Perkebunan Besar Nomor
Kecamatan Caringin. Penyerahan sertifikat 047/Team/HGU/Pert/84 tanggal 22
redistribusi lahan ini merupakan program September 1984 ditujukan kepada
Reforma Agraria, tanah yang diserahkan Mendagri dan Menteri Pertanian.
kepada petani merupakan lahan HGU dari
PT Redjo Sari Bumi yang telah berakhir Selanjutnya HGU atas nama PT.
izinnya pada 31 Desember 2000. Dari 751, Cikoleang seluas 324,0250 Ha berdasarkan
52 hektar yang dikelola, izin diberikan Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan
kembali untuk lahan seluas 400,7 hektare, Nasional telah berubah haknya menjadi
sisanya 255,7 telah dikeluarkan sebagai Hak Guna Bangunan atas nama PT. Wira
Program Reforma Agraria di Kabupaten Perkasa Agung 3,446,457 sebanyak 21
Bogor. Sertipikat Hak Guna Bangunan terletak di
Desa Tamansari, Kertajaya dan Desa
Namun pemanfaatan tanah hasil Mekarsari Kecamatan Rumpin Kabupaten
redistribusi tanah tersebut harus didukung Bogor.
dengan peruntukan ruang yang
memungkinkan masyarakat sekitar Dalam perkembangannya, dalam
mendapat nilai lebih dari tanah tersebut. rangka menindaklanjuti tanah seluas ±
Kebutuhan akan rumah yang layak huni 108,5250 Ha yang dikecualikan dari
merupakan salah satu nilai lebih yang perpanjangan HGU PT. Cikoleang bagi
seharusnya diprogramkan sejalan dengan keperluan LAPAN, Pemerintah Daerah
redistribusi tanah tersebut sehingga Kabupaten Bogor dan Desa setempat,
masyarakat berpenghasilan rendah dapat Bupati Bogor telah menerbitkan Keputusan
mendapatkan rumah layak huni yang Nomor 591/194/Kpts/Huk/2003 tanggal
murah. 12 Juni 2003 tentang Penetapan
Pembagian/Pengalokasian Atas Tanah HGU
44 Mas Guntur, Et. al. Enclaving Atas Tanah HGU ..

PT. Cikoleang seluas 90 Ha yang masyarakat, khususnya masyarakat


dikecualikan untuk keperluan berpenghasilan rendah.
Pemerintah Kabupaten Bogor, Lembaga Berdasarkan statistik kepemilikan
Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN), rumah masyarakat Indonesia oleh Badan
Pemerintah Desa Sukamulya Kecamatan Pusat Statistik per 26 Mei 2017, rata-rata
Rumpin dan Para Penggarap, dengan status kepemilikan rumah sendiri pada
rincian sebagai berikut : tahun 2016 mencapai 82,8% (delapan
1) Pemerintah Kabupaten Bogor seluas ± puluh dua koma delapan persen), dan
16 Ha, yang saat ini telah didaftarkan sisanya sebesar 17.2% (tujuh belas koma
haknya sesuai sertipikat Hak Pakai dua persen) merupakan non pemilik
Pemerintah Kabupaten Bogor Nomor 5 rumah. Hal ini disebabkan antara lain biaya
berdasarkan Keputusan Kepala Kantor yang diperlukan untuk pembangunan
Wilayah Badan Pertanahan Nasional perumahan MBR yang tinggi, dikarenakan
Propinsi Jawa Barat Nomor 108-530.2- untuk membangun rumah MBR tersebut
32-2005. diperlukan proses perizinan yang lama dan
panjang. Sehingga, pengembang masih
2) LAPAN seluas ± 50 Ha, yang saat ini
enggan untuk melaksanakan kewajiban
telah terbit Keputusan Kepala Kantor
guna membangun perumahan MBR.10
Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Menurut Badan Pusat Statistik, pada
Propinsi Jawa Barat Nomor
tahun 2015, Jumlah penduduk miskin di
14/HP/BPN/2005 tanggal 1 April
Kabupaten Bogor sejumlah 487.100 jiwa
2005.
(8,96 % dari jumlah penduduk), dengan
3) Pemerintah Desa Sukamulya garis kemiskinan Rp. 290.874,-, sedangkan
Kecamatan Rumpin dan Para gini ratio Kabupaten Bogor pada tahun
Penggarap seluas ± 24 Ha, terdiri dari: 2017 adalah 0,384. Dengan pendapatan
a) seluas ± 10 Ha (lokasinya satu yang seperti itu, menjadikan masyarakat
hamparan dengan alokasi miskin sangat sulit untuk memiliki rumah.
Pemerintah Kabupaten Bogor); dan Berdasarkan data Survei Sosial
b) seluas ± 14 Ha (lokasinya berada di Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2017,
sebelah selatan dan berbatasan persentase rumah tangga dirinci menurut
dengan landasan AURI, tanah status penguasaan bangunan tempat
masyarakat Cibitung, dan jalan tinggal di Kabupaten Bogor sebesar 75,91
desa). % milik sendiri, 12,48 % kontrak/sewa,
Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan lainnya 11,61 %. Hal tersebut
mempunyai 3 kebutuhan dasar yaitu mengindikasikan persentase kepemilikan
sandang, pangan dan papan. Untuk rumah milik sendiri di Kabupaten Bogor
memenuhi kebutuhan tersebut tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata
sebagaimana yang diamanatkan dalam nasional.
Undang-undang Dasar 1945 pemerintah Perbedaan yang cukup signifikan
terus berupaya untuk memenuhi terjadi karena sebagai daerah penyangga
kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu ibukota, Kabupaten Bogor menjadi salah
kebutuhan dasar masyarakat adalah satu daerah bagi para pekerja di Jakarta
tempat tinggal yang layak. Namun untuk bertempat tinggal. Akibatnya harga
kenyataan yang dihadapi sekarang adalah tanah di Kabupaten Bogor lebih tinggi
hak dasar rakyat tersebut masih belum dibandingkan di daerah-daerah lainnya,
sepenuhnya dapat dipenuhi, hal tersebut dan hal tersebut mempersulit masyarakat
akibat masih adanya kesenjangan dalam
pemenuhan kebutuhan perumahan yang 10 Hana Sungkar, Pembangunan Perumahan
disebabkan oleh kurangnya daya beli Masyarakat Berpenghasilan Rendah,
https://www.hukumproperti.com, diakses 24
September 2018.
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 45

berpenghasilan rendah untuk memiliki pemerintah/pemerintah daerah. Peran


rumah. swasta dan masyarakat pun diperlukan
Berdasarkan data Dinas Perumahan, sehingga ketersediaan lahan bagi
Kawasan Permukiman dan Pertanahan perumahan masyarakat berpenghasilan
Kabupaten Bogor, cakupan Ketersediaan rendah tidak terlalu dibebankan kepada
Rumah Layak dari rencana sebesar 99,31%, anggaran pemerintah/pemerintah daerah.
realisasinya mencapai 99,30%, atau Salah satu sumber tanah untuk
99,99%. Realisasi tersebut berasal dari pembangunan perumahan khususnya bagi
jumlah rumah layak huni tahun 2017 masyarakat berpenghasilan rendah dapat
sebanyak 1.413.411 unit dibagi jumlah dilakukan dengan melakukan enclaving
rumah sebanyak 1.423.317 unit. Realisasi terhadap tanah HGU.
dari target tersebut diatas belum mencapai Apabila dikaitkan dengan seluruh
100 % disebabkan untuk kegiatan perkebunan besar di Kabupaten Bogor
rehabilitasi rumah tidak layak Laporan dengan lahan tanaman tua/tidak dapat
Kinerja Instansi Pemerintah Dinas ditanam seluas 808,71 hektar, maka bila
Perumahan, Kawasan Permukiman dan tanah HGU tersebut akan habis dan tanah
Pertanahan Kabupaten Bogor Tahun 2017 yang dimohon perpanjangan jangka waktu
36 huni (RTLH) yang anggarannya HGU terdapat penggunaan, pemanfaatan,
bersumber dari APBD Kabupaten Bogor pemilikan dan penguasaan tanah yang
dari target 17.400 unit terealisasi sebanyak tidak sesuai dengan tujuan pemberian
17.250 unit, sehingga terdapat 150 unit haknya, tanah dimaksud harus dikeluarkan
yang tidak terealisasi. (enclave) dari bidang tanah yang dimohon.
Sedangkan persentase menurunnya Hal tersebut berlaku pula apabila tanah
kawasan kumuh dari rencana sebesar yang dimohon pembaruan HGU terdapat
11,89%, realisasinya mencapai 11,89%, penggunaan, pemanfaatan, pemilikan dan
atau 100%. Realisasi tersebut berasal dari penguasaan tanah yang tidak sesuai dengan
jumlah desa/kelurahan yang dilakukan tujuan pemberian haknya, tanah dimaksud
penanganan kumuh sebanyak 22 harus dikeluarkan (enclave) dari bidang
desa/kelurahan dibagi jumlah seluruh tanah yang dimohon.
desa/Kelurahan yang termasuk kawasan Pemerintah Daerah melakukan
kumuh sebanyak 185 desa kelurahan. pengkajian dan perencanaan akan
Persentase jumlah lahan masyarakat kebutuhan tanah untuk pembangunan
bersertifikat dari rencana sebesar 49,47%, perumahan bagi MBR yang kemudian
realisasinya mencapai 49,47 atau 100%. dilakukan permohonan enclaving terhadap
Realisasi tersebut berasal dari jumlah lahan tanah HGU yang diajukan permohonan
masyarakat yang bersertifikat sebanyak perpanjangan/pembaruan tanahnya.
394.546 bidang dibagi dengan jumlah Dalam tahapan pemberian hak, Panitia B
bidang lahan yang dimiliki oleh penduduk kemudian melakukan pemeriksaan tanah
Kabupaten Bogor sebanyak 797.486 untuk kemudian memberikan pendapat
bidang. dan pertimbangan atas permohonan HGU.
Pengembangan wilayah perkotaan Apabila tanah yang dimohon
selalu disertai dengan pembangunan perpanjangan/pembaruan HGU terdapat
perumahan yang tentu saja membutuhkan penggunaan, pemanfaatan, pemilikan dan
lahan yang besar, di sini peran pemerintah penguasaan tanah yang tidak sesuai dengan
daerah sangat besaruntuk mendukung tujuan pemberian haknya, tanah dimaksud
ketersediaan tanah tersebut. dikeluarkan (enclave) dari bidang tanah
Penyediaan lahan untuk pembangunan yang dimohon, dan kemudian diserahkan
perumahan khususnya bagi masyarakat kepada Pemerintah Daerah untuk
berpenghasilan rendah tidak selalu identik melaksanakan pembangunan perumahan
dengan pengadaan tanah oleh bagi MBR atau di catat terlebih dahulu
46 Mas Guntur, Et. al. Enclaving Atas Tanah HGU ..

sebagai aset Pemerintah Daerah sebagai untuk pembangunan kepentingan


pencadangan tanah (bank tanah). umum sehingga rencana pembangunan
Enclaving terhadap tanah HGU oleh pemerintah dan swasta tidak
perkebunan milik BUMN menjadi terhambat.
permasalahan tersendiri. Seperti yang Konsep bank tanah dapat digunakan
terjadi pada perpanjangan HGU PTPN VIII untuk tanah-tanah aset
Kebun Cikasungka di Kecamatan Cigudeg, pemerintah/pemerintah daerah yang
di lapangan eksisting tanah HGU tersebut belum manfaatkan, sebagai contoh
telah berdiri bangunan-bangunan antara pemanfaatan aset pemerintah daerah
lain bangunan sekolah, puskesmas, gedung adalah penggunaan aset pemerintah
Kecamatan, bangunan milik warga, dan Kabupaten Bogor melalui Keputusan
lain-lain. Menyikapi hal tersebut, untuk Bupati Bogor No. 030/542/kpts/Per-
perpanjangan HGU PTPN VIII Kebun UU/2012 tentang Penetapan Status
Cikasungka, Pemerintah Kabupaten Bogor Pengunaan Tanah seluas + 30.000 M2
telah mengajukan permohonan agar bidang milik/dikuasai Pemerintah Kabupaten
tanah yang tidak dapat dikuasai dan Bogor kepada Dinas Tata Bangunan dan
dimanfaatkan oleh PTPN VIII Kebun Permukiman Kabupaten Bogor (Sekarang
Cikasungka dapat dikeluarkan dari Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman
perpanjangan HGU. Menurut Ir. dan Pertanahan) untuk pembangunan
Chrisnayana Deden, hal tersebut tdak dapat Rumah Susun Sederhana Sewa beserta
terealisasi karena tanah HGU tersebut fasilitas penunjangnya di Desa
mejadi aset/kekayaan negara yang Limusnunggal Kecamatan Cileungsi.
dipisahkan. Apabila merujuk pada kategori bidang
Selain dengan enclaving tanah HGU, kegiatan yang termasuk kepentingan
sumber perolehan hak atas tanah bagi umum, seharusnya untuk pembangunan
pembangunan perumahan masyarakat perumahan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah lainya dapat berpenghasilan rendah tidak hanya melalui
berupa: pemanfaatan aset saja, namun dapat
1. Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan dilakukan pemindahtanganan aset. Namun
Untuk Kepentingan Umum, tahapan- tentu saja dengan pengkajian dan
tahapan dalam pengadaan tanah untuk perencanaan terlebih dahulu sehingga
kepentingan umum meliputi penyediaan perumahan bagi masyarakat
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, berpenghasilan rendah sebanding dengan
dan penyerahan hasil kepada instansi kebutuhan riil masyarakat di daerah
yang membutuhkan. Pengadaan tanah tersebut akan rumah.
untuk kepentingan umum harus Pemerintah dalam menjalankan
berdasarkan pada rencana tata ruang tugasnya dilengkapi dengan kewenangan-
wilayah dan prioritas pembangunan kewenangan baik yang bersifat atributif,
yang dicanangkan oleh mandataris maupun yang bersifat delegatif.
pemerintah/pemerintah daerah. Kewenangan yang diberikan tersebut
2. Pemanfaatan Landbanking Pemerintah, bertujuan agar memudahkan pemerintah
dalam pelaksanaannya Bank Tanah sebagai aparatur negara kesejahteraan
diamanatkan untuk melakukan (welfare state) dalam menjalankan
pembelian bidang-bidang tanah untuk tugasnya menyejahterakan rakyat.
dimanfaatkan pembangunan Kewenangan-kewenangan pemerintah
kepentingan umum atau menjual tersebut banyak berkaitan dengan public
kembali dengan harga tertentu bagi service yang tentunya erat kaitannya
keperluan pembangunan. Tujuan dengan kepentingan umum, akan tetapi
umum pembentukan Bank Tanah seringkali dalam menjalankan
adalah untuk menyediakan lahan kewenangannya pemerintah terkendala
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 47

dengan belum adanya peraturan hukum Oleh karena itu proses penyediaan
yang mengatur pelaksanaan tanahnya harus berdasarkan:
kewenangannya tersebut sehingga 1) Pengkajian dan perencanaan
membuat pemerintah tidak dapat berbuat kebutuhan akan tanah dan bangunan
secara optimal dalam melaksanakan public yang akan dialokasikan untuk
service tersebut.11 pembangunan perumahan MBR;
Dalam prakteknya, Pemerintah 2) Perencanaan anggaran pembangunan
Kabupaten/Kota sangat berperan penting perumahan MBR oleh pemerintah;
dalam penyelenggaraan penataan ruang. 3) Kesesuaian lokasi tanah dengan
Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai wakil peruntukan ruang yang ada.
pemerintah di daerah berperan dalam Pelaksanaan penataan ruang dan
perencanaan, pemanfaatan dan pembangunan bangunan tidak terlepas dari
pengendalian ruang di wilayahnya, perizinan, yang dimaksud adalah izin
khususnya dalam penyusunan kebijakan pemanfaatan ruang yang dikeluarkan oleh
penataan ruang daerah, pemberian pemerintah daerah. Izin pemanfaatan
perizinan, serta pemberian sanksi bagi ruang diberikan kepada calon pengguna
pelanggaran Peraturan Daerah. ruang yang akan melakukan kegiatan
Dalam setiap peraturan perundang- pemanfaatan ruang pada suatu
undangan yang berkaitan dengan kawasan/zona berdasarkan rencana tata
perumahan untuk masyarakat ruang, dimaksudkan untuk:
berpenghasilan rendah syarat mutlak a. Menjamin pemanfaatan ruang sesuai
pembangunan suatu perumahan/rumah dengan rencana tata ruang, peraturan
susun adalah kesesuaian dengan rencana zonasi, dan standar pelayanan minimal
tata ruang wilayah di daerah. Hal tersebut bidang penataan ruang;
menigindikasikan pentingnya penataan b. Mencegah dampak negatif
ruang baik melalui perumusan tujuan, pemanfaatan ruang; dan
kebijakan dan strategi, rencana struktur c. Melindungi kepentingan umum
dan pola ruang, serta arahan pemanfaatan
masyarakat luas.
dan pengendalian. Hal tersebut ditujukan
untuk dapat menjaga sinkronisasi dan Terkait hal tersebut, Perizinan yang
konsistensi pelaksanaan program terkait dengan penataan ruang di
pembangunan serta mengurangi Kabupaten Bogor antara lain :
penyimpangan pemanfaatan ruang 1) Izin lokasi.
sehingga menciptakan ruang yang 2) Izin Peruntukkan Penggunaan Tanah.
harmonis, mampu merespon tantangan dan 3) Izin mendirikan bangunan.
menjamin keberlanjutan pembangunan, Selain perizinan tersebut, untuk
demi terwujudnya masyarakat yang lebih pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
sejahtera. kepentingan umum dipersyaratkan adanya
Enclaving tanah HGU untuk penetapan lokasi.
kepentingan pembangunan perumahan Memperhatikan ketentuan dalam
bagi masyarakat berpenghasilan rendah tentang Penataan Ruang, pemberian izin
sendiri tidak akan dapat terlaksana apabila untuk pembangunan perumahan bagi
lahan yang di enclave tidak sesuai dengan masyarakat berpenghasilan rendah tetap
peruntukan ruang yang memungkinkan harus mengikuti ketetntuan yang telah
untuk dibangun perumahan/rumah susun. ditetapkan pada undang-undang tersebut.
Dalam hal pembangunan perumahan
tidak dapat dilaksanakan dalam bentuk
11 Marwan Effendy, Teori Hukum dari Perpektif
rumah tapak, pembangunan dapat
Kebijakan, Perbandingan dan Harmonisasi Hukum dikonversi dalam bentuk rumah susun
Pidana, Gaung Persada Press Group, Ciputat, 2014,
Hlm. 218. umum. Untuk mengantisipasi kebutuhan
48 Mas Guntur, Et. al. Enclaving Atas Tanah HGU ..

akan tanah, maka pemerintah dapat kegiatan untuk kesejahteraan rakyat


menetapkan status penggunaan tanah bagi sehingga dalam pengambilan kebijakan
pemanfaatan rumah susun bagi masyarakat enclaving HGU maka BPN harus tetap
berpenghasilan rendah, atau dengan mempertimbangkan kebutuhan daerah
melakukan pemindahtanganan aset setelah sesuai dengan masukan dari
dilakukan pembangunan rumah susun Pemerintah Daerah.
dalam konteks untuk kepentingan umum. 2. Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai
Untuk pembangunan perumahan bagi wakil pemerintah di daerah berperan
MBR pemerintah memberi kemudahan dalam perencanaan, pemanfaatan dan
pelayanan antara lain melalui penghapusan pengendalian ruang di wilayahnya,
beberapa izin. yaitu menghapus izin lokasi, khususnya dalam penyusunan
tidak mengharuskan rekomendasi peil kebijakan penataan ruang daerah,
banjir, dan menghapus (izin) cut and fill, pemberian perizinan, serta pemberian
dan analisis dampak lingkungan lalu lintas. sanksi bagi pelanggaran Peraturan
Daerah. Enclaving tanah HGU untuk
Namun kemudahan-kemudahan yang
kepentingan pembangunan perumahan
diberikan untuk pembangunan perumahan
bagi masyarakat berpenghasilan
bagi MBR tatap harus sesuai dengan
rendah harus sesuai dengan
perencanaan, permanfaatan dan
peruntukan ruang yang
pengendalaian pemanfaatan ruang. Oleh
memungkinkan untuk dibangun
karena itu pemerintah daerah dengan
perumahan/rumah susun. Disinilah
kewenangannya dalam perencanaan,
peran pemerintah dan pemerintah
pemanfaatan dan pendalian pemanfaatan
daerah dibutuhkan sesuai dengan
ruang harus mempersiapkan rencana detail
amanat dalam peraturan perundang-
tata ruang atau Pertimbangan Teknis
undangan yang terkait dengan
Penatagunaan Tanah/Advise Planning.
penataan ruang, perumahan, dan
KESIMPULAN pembangunan perumahan masyarakat
berpenghasilan rendah. Komitmen
Berdasarkan uraian tersebut, maka pemerintah/ pemerintah daerah
penulis menarik kesimpulan sebagai tersebut dijabarkan dengan
berikut: peningkatan fungsi dan peran masing-
1. Enclaving terhadap tanah HGU yang masing sesuai dengan kewenangannya.
dimohonkan perpanjangannya maupun Termasuk diantaranya dengan
melalui permohonan pembaruan hak memberikan kemudahan terhadap
dapat dimanfaatkan sebagai sumber perizinan pemanfaatan ruang namun
tanah untuk kepentingan tetap sesuai dengan tata ruang wilayah.
pembangunan perumahan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah,
SARAN
dengan catatan tetap memperhatikan
kesesuaian dengan peruntukan dan
Atas kesimpulan tersebut di atas, maka
perencanaan ruang di daerah tersebut.
penulis memberikan saran sebagai berikut:
Kewenangan Enclaving HGU
merupakan kewenangan dari Badan 1. Pemerintah Daerah perlu melakukan
Pertanahan Nasional, namun dalam kajian terhadap tanah HGU yang tidak
pelaksanaannya Pemerintah Daerah dimanfaatkan maupun tanah bekas
sebagai penyelenggara pemerintahan HGU yang ada diwilayahnya untuk
di daerah mempunyai kewenangan- dimanfaatkan sebagai alternatif solusi
kewenangan yang diperintahkan penyediaan tanah untuk perumahan
peraturan perundang-undangan yang bagi masyarakat berpenghasilan
dijabarkan dalam program-program rendah. Kajian tersebut kemudian
dapat di ajukan kepada pemerintah
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 11 Nomor 1, Januari 2019 49

pusat sebagai pemegang kewenangan Ruang Wilayah, pelayanan perizinan


dalam kebijakan di bidang pertanahan pemanfaatan ruang, dan melakukan
sebagai bahan pertimbangan sehingga pengendalian pemanfaatan ruang
hak-hak masyarakat berpenghasilan dengan memberikan saksi bagi
rendah untuk dapat hidup sejahtera pelanggar pemanfaatan ruang.
dan mempunyai tempat tinggal yang 3. Untuk pembanguan perumahan bagi
layak dengan harga terjangkau dapat Masyarakat Berpenghasilan Rendah
terwujud. yang terjangkau yang terjangkau,
2. Peran Pemerintah Kabupaten Bogor diperlukan peran pemerintah melalui
dalam penyelenggaraan penataan pembentukan BLUD Bank Tanah
ruang harus ditingkatkan terutama sebagai sumber tanah dari perolehan
dalam pelaksanaan perencanaan ruang enclaving HGU.
dengan menyusun Rencana Detail Tata

UCAPAN TERIMA KASIH

-----

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Jazuli, Penegakan Hukum Penataan Ruang dalam Rangka Mewujudkan


Pembangunan Berkelanjutan, Jurnal Rechtsfinding, Volume 6 Nomor 2, Agustus
2017, Badan Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Hukum dan
HAM RI.

H. M. Arba, Hukum Tata Ruang dan Tata Guna Tanah, Sinar Grafika, Jakarta, 2017.

Hana Sungkar, Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah,


https://www.hukumproperti.com, diakses 24 September 2018.

Juniarso Ridwan, Hukum Tata Ruang, Nuansa, Bandung, 2008.

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Harta Kekayaan: Hak- Hak Atas Tanah,
Kencana, Jakarta, 2008.

Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, https://www.bps.go.id.

Martin Roestamy, Pengantar Hukum Perumahan Indonesia, LPPM Unida, Bogor, 2017.

Marwan Effendy, Teori Hukum dari Perpektif Kebijakan, Perbandingan dan Harmonisasi
Hukum Pidana, Gaung Persada Press Group, Ciputat, 2014.

M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan


Indonesia, Alumni Bandung, 2006.

Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Kencana, Jakarta, 2010.
50 Mas Guntur, Et. al. Enclaving Atas Tanah HGU ..

You might also like