Professional Documents
Culture Documents
Unidajump 2019
Unidajump 2019
Jurnal Abstract: Low Income Communities here in after abbreviated to LIC (MBR) is a
Living Law, society which has a limitation of buying power so need to get government support
to acquire the home. According to the World Bank, that society with spending US
Dollar 2-20 per-kapita per-day, it can be put into the category of Low Income
Communities. In other words, at least the community expenditure of
approximately Rp.798.720,- (Seven Hundred and Ninety-Eight Thousand Seven
Hundred Twenty Rupiah) per-kapita per-mounth (exchange rate 1 US
Dollar=Rp.13.312,- per-February 2017). Therefore, there needs to be the response
to the problem of the provison of land and housing for the MBR. An alternative
solution is to implement a mechanism to Land Consolidation in urban areas,
especially for the MBR. In the implementation of land consolidation in Indonesia, it
is not easy and even still there are some people who still lay, particularly for some
of the MBR. The need for wider dissemination of the urban consolidation in
particular to establish a housing for MBR, such as some of them in the cities of
Bogor and Depok.
Therefore, to know and analyze the research, the methods used are
methods of Juridical Normative approach that is conceptualized as legal norms,
rules, principles, or dogmas by using studies library (study of the literature) but all
are necessary, can be done interview, to complement the study of librarianship.
As found on the city of Bogor and Depok, regarding the implementation of
the Land Consolidation in urban for housing development of MBR it still unable to
realize the intenstions, goals and objectives towards the implementation of the
land consolidation, especially in an attempt to defend and protect even the
enhance the welfare of peoples lives especially the MBR.
Land consolidation model for providers of land for development policy the
MBR in Bogor and Depok could be done with appropriate legal solutions through
the early stages of the implementation of the model in the form of Land Banking
can make PERUM PERUMNAS as Land Bank to gather and manage the availability
of land running mates in order to compensate for the fulfillment of a need for
housing for the MBR in Cities of Bogor and Depok.
ratus sembilan puluh delapan ribu tujuh ratus dua puluh rupiah) per-kapita
per-bulan (Kurs 1 US Dollar = Rp.13.312, per-Februari 2017). Oleh karena
itu, perlu ada penanggulangan atas masalah dari penyediaan tanah dan
perumahan bagi MBR. Salah satu alternatif solusinya adalah dengan
melaksanakan mekanisme Konsolidasi Tanah (Land Consolidation) di
perkotaan, khususnya bagi MBR. Dalam penerapan konsolidasi tanah di
Indonesia, merupakan hal yang tidak mudah dan bahkan masih ada
sebagian masyarakat yang masih awam, terutama bagi sebagian MBR.
Perlunya sosialisasi lebih luas tentang konsolidasi tanah di Indonesia
dimana masih belum sepenuhnya menyebar luas kepada MBR di daerah
perkotaan khususnya untuk membangun suatu perumahan bagi MBR,
seperti beberapa diantaranya pada Kota Bogor dan Kota Depok.
Oleh karena itu, untuk mengetahui dan menganalisis penelitian ini,
metode-metode yang digunakan adalah metode pendekatan Yuridis
Normatif yaitu hukum dikonsepsikan sebagai norma, kaidah, asas, atau
dogma-dogma dengan menggunakan studi kepustakaan (penelaahan
terhadap literatur) namun sepanjang diperlukan, dapat dilakukan
interview, untuk melengkapi studi kepustakaan.
Sebagaimana yang terjadi pada Kota Bogor dan Kota Depok
mengenai pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan untuk pembangunan
perumahan MBR itu masih belum dapat mewujudkan maksud, tujuan dan
sasaran terhadap pelaksanaan konsolidasi tanah tersebut, terutama dalam
upaya membela dan melindungi bahkan meningkatkan kesejahteraan
kehidupan masyarakat khususnya MBR.
Model konsolidasi tanah bagi penyediaan tanah untuk kebijakan
pembangunan perumahan MBR di Kota Bogor dan Kota Depok dapat
dilakukan dengan solusi hukum yang tepat yaitu melalui tahap awal berupa
penerapan model Land Banking (Bank Tanah) yang dapat menjadikan
PERUM PERUMNAS sebagai Bank Tanah untuk menghimpun dan mengelola
ketersediaan tanah sebanyak-banyaknya guna mengimbangi pemenuhan
kebutuhan akan perumahan bagi MBR di Kota Bogor dan Kota Depok.
bagi sebagian MBR, meskipun konsolidasi penelitian yang digolongkan sebagai data
tanah tersebut bukanlah suatu hal baru sekunder.6
termasuk di negara-negara lain. Perlunya Adapun bahan-bahan hukum yang
sosialisasi lebih luas tentang hal digunakan dalam penelitian ini yaitu
konsolidasi tanah di negara Indonesia sebagai berikut:
dimana masih belum sepenuhnya Bahan Hukum Primer: Bahan
menyebar luas kepada MBR di wilayah pustaka yang berisikan pengetahuan
perkotaan khususnya untuk membangun ilmiah yang baru ataupun mutakhir
suatu perumahan bagi MBR, seperti di ataupun pengertian baru tentang fakta
daerah Jawa Barat, beberapa diantaranya yang diketahui maupun mengenai suatu
pada Kota Bogor dengan Kota Depok.
gagasan atau ide yang mencakup
Berdasarkan fenomena tersebut, peraturan perundang-undangan dan
maka bias diperoleh identifikasi masalah peraturan pemerintah lainnya, seperti
yaitu bagaimana efek otonomi daerah Undang-Undang Dasar 1945, Peraturan
dalam pengembangan penyediaan rumah Kepala Badan Pertanahan Nasional
untuk masyarakat berpenghasilan rendah Nomor 4 Tahun 1991 tentang Konsolidasi
dengan cara penyediaan rumah melalui Tanah, Peraturan Pemerintah Nomor-14-
pemanfaatan tanah Kota Bogor dengan Tahun-2016 tentang Penyelenggaraan
Kota Depok? dan Bagaimana model Perumahan dan Kawasan Permukiman,
konsolidasi tanah bagi penyediaan tanah Undang-undang Nomor-1-Tahun-2011
terhadap kebijakan suatu pembangunan tentang Perumahan dan Kawasan
perumahan masyarakat berpenghasilan Permukiman, Undang undang Nomor-2-
rendah di Kota Bogor dengan Kota Tahun-2012 tentang Pengadaan Tanah
Depok? Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum, Undang-undang Nomor-5-Tahun-
METODE PENELITIAN 1960 tentang Pokok Agraria, Undang-
undang Nomor-23-Tahun-2014 tentang
Dalam uraian metode penelitian ini Pemerintah Daerah.
dimuat dengan jelas metode penelitian Bahan Hukum Sekunder: Bahan
yanggdigunakan peneliti. Penggunaan pustaka yang berisikan informasi tentang
metode berimplikasi kepada teknik bahan primer, terdiri atas penjelasan
pengumpulan dan analisis data serta Undang-undang, Literatur-literatur yang
kesimpulan penelitian, yaitu memuat berhubungan dengan penelitian seperti,
PendekatannYuridis Normatif, yaitu bahan-bahan seminar, artikel, dan bahan
hukum yang dikonsepsikan pada norma, referensi lainnya yaitu mengenai
kaidah, asas, dan dogma-dogma. Konsolidasi Tanah Perkotaan Untuk
Pendekatan yuridis normatif dikenal pula Pembangunan Perumahan Bagi
dengan istilah pendekatan atau penelitian Masyarakat Berpenghasilan Rendah
doktrinal atau penelitian hukum normatif. (MBR).
Tahap penelitian Yuridis Normatif,
Bahan Hukum Tersier: Bahan yang
menggunakan studi kepustakaan
memberikan petunjuk berupa kamus-
(penelaahan terhadap literatur) namun
kamus dan sumber lain dari media
sepanjang diperlukan, dapat dilakukan
internet sebagai tambahan referensi dan
interview, untuk melengkapi studi
sebagai penjelas dari bahan hukum
kepustakaan. Termasuk ke dalam kajian
primer dan bahan sekunder.
atau pendekatannyuridis normatif
diantaranya adalah sejarah hukum dan
pembandingan hukum, juga filsafat 6 Martin Roestamy (et al), Metode Penelitian,
hukum. Pada penelitian ini Laporan, dan Penulisan Karya Ilmiah Hukum
bahannpustaka merupakan data dasar Pada Fakultas Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Djuanda, Bogor, 2015, Hlm. 49.
Jurnal Ilmiah Living Law ISSN 2087-4936 Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 5
Kota Bogor dan Depok, yang belum Rumah merupakan bangunan atau
melaksanakan konsolidasi tanah gedung yang fungsinya sebagai suatu
merupakan perwujudan suatu tempat tinggal ataupun suatu hunian yang
ketidakmampuan masing-masing Kantor layak untuk huni, sebagai sarana
BPN tersebut untuk melakukan pembinaan keluarga, cerminan pada
koordinasi konkrit dengan Pemerintah harkat dan juga martabat penghuninya,
Daerah yang bersangkutan, terutama serta asset bagi pemiliknya. Rumah yaitu
untuk membangun sarana fisik salah satu dari kebutuhan dasar setiap
lingkungan perumahan terhadap MBR. orang, di samping kebutuhan pangan
Selain itu, dalam pemberlakuan Undang- (makanan) dan sandang (pakaian).
undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Rumah dapat dimiliki oleh orang per-
Pemerintah Daerah yang pada hakikatnya orang baik warga negara Indonesia
bahwa masyarakat daerah diberikan maupun orang asing yang juga
kewenangan untuk mengurus rumah berkedudukan di Indonesia, badan hukum
tangganya itu sendiri menurut dengan didirikan menurut hukum Indonesia dan
potensi dan keadaan di daerahnya, berkedudukan di negara Indonesia atau
ternyata di dalam pelaksanaannya belum badan hukum asing yang memiliki
maksimal dapat diaplikasikan. Kemudian, perwakilan di Indonesia, badan hukum
hal ini menunjukkan bahwa peraturan privat atau badan hukum publik.15
dasar pelaksanaan suatu konsolidasi Beberapa cara yang dapat
tanah dalam Peraturan Kepala BPN ditempuh oleh orang ataupun badan
Nomor 4 Tahun 1991 tentang Konsolidasi hukum untuk mempunyai rumah yaitu: 16
Tanah tersebut ternyata pada 1. Membangun suatu rumah di atas tanah
pelaksanaannya di lapangan belum juga haknya sendiri;
sepenuhnya bisa menjadi suatu sumber 2. Membeli rumah milik orang lain;
atau dasar pelaksanaan yang secara 3. Mendapatkan hibah rumah dari orang
yuridis formal dapat didukung dan lain;
diterima oleh masyarakat daerah. 4. Melakukan tukar-menukar rumah;
Keadaan ini justru terlihat bahwa dengan 5. Memenangkan lelang rumah; dan
pelaksanaan suatu konsolidasi tanah 6. Mendapatkan warisan rumah.
perkotaan tersebut sekaligus
memunculkan suatu keadaan yang rumit Namun, lain halnya pada
dan akhirnya akan membebankan pada Masyarakat Berpenghasilan Rendah
MBR yang menjadi sasaran peserta dari (MBR) dalam mendapatkan rumah untuk
konsolidasi tanah itu sendiri. tempat tinggal. Untuk mendapatkan
Sehingga faktor yang sangat utama rumah bagi MBR perlu ada dukungan dari
penyebab tidak optimalnya kepada pemerintah. Sebagaimana pada
pencapaian maksud, tujuanndan sasaran pengertian MBR yang diatur oleh
konsolidasi tanah perkotaan tersebut di beberapa peraturan Undang-undang
Kota Bogor dan Depok adalah lemahnya menerangkan bahwa Masyarakat
proses perencanaan yang harus dilakukan Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya
dalam memulai pelaksanaan suatu disingkat MBR merupakan masyarakat
konsolidasi tanah tersebut. yang memiliki keterbatasan daya beli,
sehingga perlu adanya dukungan dari
B. Model Konsolidasi Tanah Bagi pemerintah untuk memperoleh rumah.
Penyediaan Tanah Sebagai Kebijakan Memperoleh rumah dengan
Pembangunan Terhadap Perumahan dukungan pemerintah yang dimaksud
Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di
Kota Bogor dan Depok 15 Urip Santoso, Hukum Perumahan, Kencana
Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, Hlm. 213.
16 Urip Santoso, Hukum Perumahan, Ibid., Hlm.213.
Jurnal Ilmiah Living Law ISSN 2087-4936 Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 9
membentuk suatu peraturan atau yang tinggi, yaitu 14 juta secara nasional
peraturan pemerintah yang didalamnya pada tahun 2015. Hal tersebut tidak dapat
mengatur tentang bagaimana fungsi dipungkiri, bahwa Kota Bogor dan Kota
pemanfaatan lahan, ataupun aturan setiap Depok adalah penyumbang angka backlog
orang dalam membeli tanah dan dilihat tertinggi, mengingat kedua kota tersebut
pemanfaatannya sehingga tidak ada tanah adalah kota yang dihuni oleh sebagian
yang sudah dibeli namun tidak besar dari masyarakat pekerja di Jakarta,
dimanfaatkan fungsinya. dan bertempat tinggal di wilayah
Pemerintah memberikan harapan tersebut. Dan juga bahwa Jawa Barat dan
besar pada masyarakat yaitu untuk Jakarta adalah dua provinsi yang memiliki
penyediaan perumahan melalui populasi penduduk terbanyak dan
Perusahaan Umum Perumahan Nasional terpadat secara nasional.
(PERUM PERUMNAS) yang mana Sehubungan dengan ketersediaan
berperan sebagai penyedia rumah bagi tanah pada perumahan yang terbatas,
masyarakat berpenghasilan rendah. ditambah dengan populasi terhadap
Karena, PERUM PERUMNAS adalah penduduk yang sangat padat, menyebab-
Perusahaan milik pemerintah yang bukan kan PERUM PERUMNAS tidak dapat
untuk mencari suatu keuntungan untuk bergerak secara leluasa. Namun lain
pemasukan kepada negara seperti halnya, jika PERUM PERUMNAS diberikan
perusahaan-perusahaan Badan Usaha sebuah solusi hukum agar dapat
Milik Negara (BUMN) lainnya, melainkan menghim-pun ketersediaan tanah untuk
perusahaan nirlaba (non-profit) yang perumahan bagi masyarakat
berfungsi untuk mewujud kesejahteraan berpenghasilan rendah.
rakyat dengan memberikan pelayanan Oleh karena itu, solusi hukumnya
penyediaan rumah sebagaimana yang tepat untuk dapat melaksanakan
diamanatkan di dalam Undang-undang konsolidasi tanah khususnya di Kota
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan Bogor dan Kota Depok yaitu melalui tahap
dan Permukiman dan Undang-undang awal berupa penerapan model Land
Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Banking (Bank Tanah) dengan
Susun. dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Persepsi masyarakat, khususnya (PP) yang menjadikan PERUM
yang berpenghasilan rendah, di saat PERUMNAS sebagai suatu Bank Tanah
membutuhkan rumah, maka yang dicari untuk menghimpun dan mengelola
adalah informasi mengenai perumahan ketersediaan tanah sebanyak-banyaknya
yang disediakan oleh PERUM PERUMNAS, guna mengimbangi pemenuhan
permasalahan yang timbul saat ini adalah kebutuhan suatu perumahan bagi
ketersediaan perumahan yang dikelola masyarakat berpenghasilan rendah di
oleh PERUMNAS sangat terbatas, Kota Bogor dan Kota Depok.
sementara kebutuhan akan rumah sangat Dengan demikian, Peraturan
tinggi, mengikuti tingkat pertumbuhan Daerah akan serta merta mendukung PP
populasi dan daya urban yang semakin tersebut, sehingga peran PERUM
tahun kian meningkat. PERUMNAS selaku penyedia perumahan
Fakta yang terjadi pada kota Bogor sekaligus sebagai bank tanah akan lebih
dan Kota Depok, PERUM PERUMNAS memberikan adanya dampak manfaat
tidak menemukan tanah yang begitu terhadap kesejahteraan umum bagi
cukup untuk mengimbangi pemenuhan masyarat luas.
kebutuhan atas rumah bagi masyarakat Peran bank tanah yang dikelola
berpenghasilan rendah yang sebagian langsung oleh PERUM PERUMNAS, dapat
besar adalah masyarakat urban, sehingga menghimpun tanah-tanah diantaranya:
terjadilah peningkatan angka backlog a. Tanah kosong yang dikuasai langsung
Jurnal Ilmiah Living Law ISSN 2087-4936 Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 11
oleh Negara atau tanah yang belum ada belum dapat mewujudkan maksud,
hak di atasnya; tujuan dan sasaran terhadap
b. Tanah kosong milik Pemerintah pelaksanaan suatu konsolidasi tanah
Daerah; perkotaan terhadap pembangunan
c. Tanah terlantar atau yang perumahan Masyarakat Berpeng-
diterlantarkan milik perorangan hasilan Rendah tersebut, terutama
maupun swasta; dalam upaya membela dan melindungi
d. Tanah Latifundia; yaitu tanah luas yang bahkan meningkatkan kesejahteraan
berlebihan milik perorangan atau kehidupan masyarakat khususnya
badan hukum; dan MBR. Hal ini terjadi karena adanya
e. Tanah Absentia; yaitu tanah yang beberapa faktor yang terjadi. Dalam
dimiliki orang yang bukan penduduk konteks pelaksanaan suatu
setempat dan tidak menguasainya konsolidasi tanah perkotaan di Kota
secara fisik. Bogor dan Kota Depok tersebut,
Adapun manfaat dari bank tanah terutama ditinjau dalam era otonomi
yaitu: daerah, Kantor Badan Pertanahan
1) Tanah untuk pembangunan yang selalu Nasional (BPN) Kota Bogor dan Kota
tersedia sehingga rencana terhadap Depok, yang belum melaksanakan
pembangunan tidak terhambat; konsolidasi tanah merupakan
2) Ketersediaan tanahnya sepanjang perwujudan suatu ketidakmampuan
waktu akan menarik investor; masing-masing Kantor BPN tersebut
3) Lebih efisien dari segi waktu dan biaya; untuk melakukan koordinasi konkrit
4) Menjaga stabilitas harga tanah; dengan Pemerintah Daerah yang
5) Mempengaruhi harga rumah yang bersangkutan, terutama untuk
menjadi lebih murah. membangun sarana fisik lingkungan
Sebagaimana menurut Sudiman perumahan bagi MBR. Sehingga faktor
Sihotang, jika model PERUM PERUMNAS yang begitu utama penyebab tidak
seperti tersebut di atas dikembangkan optimalnya kepada pencapaian tujuan,
dengan kewenangan yang diperluas maksud dan sasaran suatu
khususnya untuk pengadaan tanah konsolidasi-tanah-perkotaan tersebut
terhadap pembangunan perumahan dan di Kota Bogor dan Kota Depok adalah
kawasan permukiman, khususnya bagi lemahnya proses perencanaan
MBR, maka berguna untuk memotivasi yangmana perlu dilakukan dalam
percepatan penyediaan rumah bagi memulai pelaksanaan konsolidasi
MBR. 18 tanah tersebut.
2. Model konsolidasi tanah bagi
penyediaan tanah sebagai kebijakan
KESIMPULAN
pembangunan terhadap perumahan
1. Efek Otonomi Daerah Terhadap masyarakat berpenghasilan rendah di
Pengembangan Penyediaan Rumah Kota Bogor dan Kota Depok bisa
Untuk Masyarakat Berpenghasilan dilakukan dengan solusi hukum yang
Rendah dengan Cara Penyediaan tepat yaitu melalui tahap awal berupa
Rumah Melalui Pemanfaatan Tanah di penerapan model Land Banking (Bank
Kota Bogor dan Kota Depok masih Tanah) dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah (PP) yang
18 SudimanSihotang, Optimalisasi Hukum menjadikan PERUM PERUMNAS
Perumahan Untuk Percepatan Penyediaan
sebagai suatu Bank Tanah untuk
Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR), Makalah Ujian Kualifikasi Program meng-himpun dan mengelola
Doktor Ilmu Hukum Pascasarjana, Universitas ketersediaan tanah sebanyak-
Sebelas Maret, Surakarta, 2017, Hlm. 37. banyaknya guna mengimbangi
12 R. Yuniar Anisa Ilyanawati et.al. Konsolidasi Tanah Perkotaan Bagi Perumahan MBR
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas
Djuanda Bogor, Bapak Dr. H. Martin Roestamy, SH., MH., dan Ibu Hj. Endeh Suhartini, SH.,
MH., Kepala Perpustakaan Univesitas Djuanda Bogor, dan semua pihak yang telah membantu
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian Sutedi, Hukum Rumah Susun & Apartemen, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
H. Idham, Konsolidasi Tanah Perkotaan Dalam Perspektif Otonomi Daerah Guna
Meneguhkan Kedaulatan Rakyat dan Negara Berkesejahteraan- Edisi Kedua,
Alumni, Bandung, 2014.
HAW. Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.
Jurnal Ilmiah Living Law ISSN 2087-4936 Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 13
Martin Roestamy (et al), Metode Penelitian, Laporan, dan Penulisan Karya Ilmiah Hukum
Pada Fakultas Hukum, Fakultas Hukum Universitas Djuanda, Bogor, 2015.
Martin Roestamy dan Rita Rahmawati, Model Pengembangan Paradigma Masyarakat Bagi
Kepemilikan Rumah yang Terpisah dari Tanah Untuk Mempercepat Penyediaan
Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, Laporan Akhir Penelitian Hibah
Strategis Nasional, Universitas Djuanda Bogor, Bogor, 2016.
Martin Roestamy, Pengembangan Sistem Hukum Perumahan Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah, Rapat Tim Transisi JOKOWI-JK, Jakarta, 2014.
Sudiman Sihotang, Optimalisasi Hukum Perumahan Untuk Percepatan Penyediaan Rumah
Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), Makalah Ujian Kualifikasi Program
Doktor Ilmu Hukum Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2017.
Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2007.
Urip Santoso, Hukum Perumahan, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2014.
http://kursdollar.net, Diakses 23-02-2017, 23:58.
https://catatankecillina.blogspot.co.id, Diakses 19-02-2017, 23:15.