You are on page 1of 13

Jurnal Ilmiah Living Law ISSN 2087-4936 Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 1

KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN TERHADAP PEMBANGUNAN PERUMAHAN


BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH (MBR) DI KOTA BOGOR DAN
KOTA DEPOK
CONSOLIDATION OF URBAN LAND FOR THE CONSTRUCTION OF HOUSING FOR LOW
INCOME COMMUNITIES (LIC) IN THE CITIES OF BOGOR AND DEPOK

R. Yuniar Anisa Ilyanawati Sekolah Pascasarjana Universitas Djuanda Bogor


Sudiman Sihotang Program Doktor (S-3) UNS Surakarta
e-mail: yuniar.anisa0306@gmail.com,
originalbram@yahoo.com

Jurnal Abstract: Low Income Communities here in after abbreviated to LIC (MBR) is a
Living Law, society which has a limitation of buying power so need to get government support
to acquire the home. According to the World Bank, that society with spending US
Dollar 2-20 per-kapita per-day, it can be put into the category of Low Income
Communities. In other words, at least the community expenditure of
approximately Rp.798.720,- (Seven Hundred and Ninety-Eight Thousand Seven
Hundred Twenty Rupiah) per-kapita per-mounth (exchange rate 1 US
Dollar=Rp.13.312,- per-February 2017). Therefore, there needs to be the response
to the problem of the provison of land and housing for the MBR. An alternative
solution is to implement a mechanism to Land Consolidation in urban areas,
especially for the MBR. In the implementation of land consolidation in Indonesia, it
is not easy and even still there are some people who still lay, particularly for some
of the MBR. The need for wider dissemination of the urban consolidation in
particular to establish a housing for MBR, such as some of them in the cities of
Bogor and Depok.
Therefore, to know and analyze the research, the methods used are
methods of Juridical Normative approach that is conceptualized as legal norms,
rules, principles, or dogmas by using studies library (study of the literature) but all
are necessary, can be done interview, to complement the study of librarianship.
As found on the city of Bogor and Depok, regarding the implementation of
the Land Consolidation in urban for housing development of MBR it still unable to
realize the intenstions, goals and objectives towards the implementation of the
land consolidation, especially in an attempt to defend and protect even the
enhance the welfare of peoples lives especially the MBR.
Land consolidation model for providers of land for development policy the
MBR in Bogor and Depok could be done with appropriate legal solutions through
the early stages of the implementation of the model in the form of Land Banking
can make PERUM PERUMNAS as Land Bank to gather and manage the availability
of land running mates in order to compensate for the fulfillment of a need for
housing for the MBR in Cities of Bogor and Depok.

Keywords: Land Consolidation, Housing, Low Income Communities (MBR)

Abstrak: Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang kemudian selanjutnya


disingkat menjadi MBR adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan
daya beli sehingga perlu mendapat dukungan dari pemerintah untuk
memperoleh rumah. Menurut World Bank, bahwa masyarakat dengan
pengeluaran US Dollar 2-20 per-kapita per-hari, sudah dapat dimasukkan
ke dalam kategori Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Dengan kata lain,
minimal pengeluaran masyarakat tersebut kurang lebih Rp.798.720,- (tujuh
2 R. Yuniar Anisa Ilyanawati et.al. Konsolidasi Tanah Perkotaan Bagi Perumahan MBR

ratus sembilan puluh delapan ribu tujuh ratus dua puluh rupiah) per-kapita
per-bulan (Kurs 1 US Dollar = Rp.13.312, per-Februari 2017). Oleh karena
itu, perlu ada penanggulangan atas masalah dari penyediaan tanah dan
perumahan bagi MBR. Salah satu alternatif solusinya adalah dengan
melaksanakan mekanisme Konsolidasi Tanah (Land Consolidation) di
perkotaan, khususnya bagi MBR. Dalam penerapan konsolidasi tanah di
Indonesia, merupakan hal yang tidak mudah dan bahkan masih ada
sebagian masyarakat yang masih awam, terutama bagi sebagian MBR.
Perlunya sosialisasi lebih luas tentang konsolidasi tanah di Indonesia
dimana masih belum sepenuhnya menyebar luas kepada MBR di daerah
perkotaan khususnya untuk membangun suatu perumahan bagi MBR,
seperti beberapa diantaranya pada Kota Bogor dan Kota Depok.
Oleh karena itu, untuk mengetahui dan menganalisis penelitian ini,
metode-metode yang digunakan adalah metode pendekatan Yuridis
Normatif yaitu hukum dikonsepsikan sebagai norma, kaidah, asas, atau
dogma-dogma dengan menggunakan studi kepustakaan (penelaahan
terhadap literatur) namun sepanjang diperlukan, dapat dilakukan
interview, untuk melengkapi studi kepustakaan.
Sebagaimana yang terjadi pada Kota Bogor dan Kota Depok
mengenai pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan untuk pembangunan
perumahan MBR itu masih belum dapat mewujudkan maksud, tujuan dan
sasaran terhadap pelaksanaan konsolidasi tanah tersebut, terutama dalam
upaya membela dan melindungi bahkan meningkatkan kesejahteraan
kehidupan masyarakat khususnya MBR.
Model konsolidasi tanah bagi penyediaan tanah untuk kebijakan
pembangunan perumahan MBR di Kota Bogor dan Kota Depok dapat
dilakukan dengan solusi hukum yang tepat yaitu melalui tahap awal berupa
penerapan model Land Banking (Bank Tanah) yang dapat menjadikan
PERUM PERUMNAS sebagai Bank Tanah untuk menghimpun dan mengelola
ketersediaan tanah sebanyak-banyaknya guna mengimbangi pemenuhan
kebutuhan akan perumahan bagi MBR di Kota Bogor dan Kota Depok.

Kata kunci: Konsolidasi Tanah, Perumahan, Masyarakat Berpenghasilan


Rendah
Menurut World Bank, bahwa
PENDAHULUAN
masyarakat yang berpengeluaran US
Dollar 2-20 per-kapita per-hari, telah
Masyarakat Berpenghasilan Rendah dimasukkan dalam bentuk kategori
(MBR) yang dimaksud di atas, menurut Masyarakat Berpenghasilan Rendah.1
Pasal 1 ayat (24) Undang-undang Nomor Dengan kata lain, minimal pengeluaran
1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan masyarakat tersebut kurang lebih
Kawasan Permukiman menyatakan Rp.798.720,- (tujuh ratus sembilan puluh
bahwa: Masyarakat Berpenghasilan delapan ribu tujuh ratus dua puluh
Rendah yang selanjutnya disingkat rupiah) per-kapita per-bulan (Kurs 1 US
menjadi MBR adalah masyarakat yang
mempunyai keterbatasan daya beli
sehingga perlu mendapat dukungan 1 Masalah Perumahan Bagi Masyarakat

pemerintah untuk memperoleh rumah. Berpenghasilan Rendah,


https://catatankecillina.blogspot.co.id, Diakses
19-02-2017, 23:15.
Jurnal Ilmiah Living Law ISSN 2087-4936 Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 3

Dollar = Rp.13.312,- per-Februari 2017)2 kualitas di lingkungan wilayah perkotaan,


atau maksimal Rp.3.194.880,- (tiga juta sehingga penataan perkotaan menjadi
seratus sembilan puluh empat ribu lebih rapi dan tertata untuk mencapai
delapan ratus delapan puluh rupiah) per- suatu kemakmuran dan juga
keluarga (1 keluarga terdiri dari 4 orang) kesejahteraan masyarakat.
sudah termasuk golongan menengah. Konsolidasi tanah pada perkotaan
Rendahnya pendapatan MBR ini tidak yaitu salah satu dari model pembangunan
memungkinkan mereka memperoleh yangmana berhubungan dengan
fasilitas perumahan yang layak. Hal penyediaan tanah sebagai prasarana pada
tersebut terjadi dikarenakan sistem jalan dan fasilitas umum dengan
hukum tanah Indonesia tidak mengikutsertakan partisipasi aktifnya
berpedoman asas pemisahan horizontal. masyarakat dan pihak swasta, serta
Tanah dan bangunan harus dimiliki dalam sebagai wujud pelaksanaan fungsi sosial
satu kesatuan kepemilikan.3 Menurut atas tanah.
Martin Roestamy menyebutkan bahwa Pengertian konsolidasi tanah telah
harapan MBR adalah untuk mempunyai disebutkan pada Pasal 1 ayat (21)
rumah yang layak baik secara:4 Teknis, Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun
Sosial, dan 2016 tentang Penyelenggaraan
ekonomi. Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Ditinjau dari fasilitasnya, tanah Dalam pelaksanaan suatu konsolidasi
dan perumahan dalam kota memang tanah sudah dilakukan pada berbagai
memiliki nilai strategis yang lebih tinggi negara, seperti salah satunya pelaksanaan
nilainya dibandingkan dengan tanah dan kegiatan konsolidasi tanah di negara
perumahan di pedesaan dan itu sebabnya Malaysia.
tinggi harga tanah pada perkotaan yang Negara di Malaysia yaitu negara
juga mempengaruhi harga perumahan. tetangga dengan memiliki budaya yang
Karena dari itu, perlu ada persis dengan negara Indonesia, karena
penanggulangan atas masalah dari dari keduanya termasuk pada rumpun
penyediaan tanah dan perumahan untuk Melayu. Namun demikian, memiliki
MBR. Salah satu alternatif solusinya sistem hukum berlainan antara satu dan
adalah dengan melaksanakan mekanisme lainnya. Negara Malaysia telah dijajah
Konsolidasi Tanah (Land Consolidation) di oleh Negara Inggris sehingga pada sistem
perkotaan, khususnya bagi MBR. Usaha hukum yang berlaku di Negara Malaysia
pemerintah dalam mengambil suatu termasuk pada sistem hukum “Anglo
kebijaksanaan konsolidasi tanah Saxon”. Karena dari itu, melihat
merupakan usaha yang dapat ditempuh di penerapan hukumnya, khususnya hukum
bidang pertanahan dalam kegiatan pertanahan di Malaysia, lebih khusus
pengadaan tanah dan agar meningkatkan tentang konsolidasi tanah, ternyata di
Malaysia juga melakukan penerapan
2 Kurs Dollar Hari Ini, http://kursdollar.net, suatu konsolidasi tanah yang dinamakan
Diakses 23-02-2017, 23:58. Land Readjustment.5
3 Martin Roestamy, Pengembangan Sistem Hukum
Namun, lain halnya dalam
Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah, Rapat Tim Transisi JOKOWI-JK, Jakarta, penerapan suatu konsolidasi tanah di
2014, Hlm.4. Negara Indonesia, dalam pelaksanaannya
4 Martin Roestamy dan Rita Rahmawati, Model merupakan sesuatu yang bukan mudah
Pengembangan Paradigma Masyarakat Bagi dan terlebih juga masih ada sebagian
Kepemilikan Rumah yang Terpisah dari Tanah
masyarakat yang masih awam, terutama
Untuk Mempercepat Penyediaan Rumah Bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah, Laporan
Akhir Penelitian Hibah Strategis Nasional, 5 Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta,
Universitas Djuanda Bogor, Bogor, 2016, Hlm.5. 2007, Hlm. 269.
4 R. Yuniar Anisa Ilyanawati et.al. Konsolidasi Tanah Perkotaan Bagi Perumahan MBR

bagi sebagian MBR, meskipun konsolidasi penelitian yang digolongkan sebagai data
tanah tersebut bukanlah suatu hal baru sekunder.6
termasuk di negara-negara lain. Perlunya Adapun bahan-bahan hukum yang
sosialisasi lebih luas tentang hal digunakan dalam penelitian ini yaitu
konsolidasi tanah di negara Indonesia sebagai berikut:
dimana masih belum sepenuhnya Bahan Hukum Primer: Bahan
menyebar luas kepada MBR di wilayah pustaka yang berisikan pengetahuan
perkotaan khususnya untuk membangun ilmiah yang baru ataupun mutakhir
suatu perumahan bagi MBR, seperti di ataupun pengertian baru tentang fakta
daerah Jawa Barat, beberapa diantaranya yang diketahui maupun mengenai suatu
pada Kota Bogor dengan Kota Depok.
gagasan atau ide yang mencakup
Berdasarkan fenomena tersebut, peraturan perundang-undangan dan
maka bias diperoleh identifikasi masalah peraturan pemerintah lainnya, seperti
yaitu bagaimana efek otonomi daerah Undang-Undang Dasar 1945, Peraturan
dalam pengembangan penyediaan rumah Kepala Badan Pertanahan Nasional
untuk masyarakat berpenghasilan rendah Nomor 4 Tahun 1991 tentang Konsolidasi
dengan cara penyediaan rumah melalui Tanah, Peraturan Pemerintah Nomor-14-
pemanfaatan tanah Kota Bogor dengan Tahun-2016 tentang Penyelenggaraan
Kota Depok? dan Bagaimana model Perumahan dan Kawasan Permukiman,
konsolidasi tanah bagi penyediaan tanah Undang-undang Nomor-1-Tahun-2011
terhadap kebijakan suatu pembangunan tentang Perumahan dan Kawasan
perumahan masyarakat berpenghasilan Permukiman, Undang undang Nomor-2-
rendah di Kota Bogor dengan Kota Tahun-2012 tentang Pengadaan Tanah
Depok? Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum, Undang-undang Nomor-5-Tahun-
METODE PENELITIAN 1960 tentang Pokok Agraria, Undang-
undang Nomor-23-Tahun-2014 tentang
Dalam uraian metode penelitian ini Pemerintah Daerah.
dimuat dengan jelas metode penelitian Bahan Hukum Sekunder: Bahan
yanggdigunakan peneliti. Penggunaan pustaka yang berisikan informasi tentang
metode berimplikasi kepada teknik bahan primer, terdiri atas penjelasan
pengumpulan dan analisis data serta Undang-undang, Literatur-literatur yang
kesimpulan penelitian, yaitu memuat berhubungan dengan penelitian seperti,
PendekatannYuridis Normatif, yaitu bahan-bahan seminar, artikel, dan bahan
hukum yang dikonsepsikan pada norma, referensi lainnya yaitu mengenai
kaidah, asas, dan dogma-dogma. Konsolidasi Tanah Perkotaan Untuk
Pendekatan yuridis normatif dikenal pula Pembangunan Perumahan Bagi
dengan istilah pendekatan atau penelitian Masyarakat Berpenghasilan Rendah
doktrinal atau penelitian hukum normatif. (MBR).
Tahap penelitian Yuridis Normatif,
Bahan Hukum Tersier: Bahan yang
menggunakan studi kepustakaan
memberikan petunjuk berupa kamus-
(penelaahan terhadap literatur) namun
kamus dan sumber lain dari media
sepanjang diperlukan, dapat dilakukan
internet sebagai tambahan referensi dan
interview, untuk melengkapi studi
sebagai penjelas dari bahan hukum
kepustakaan. Termasuk ke dalam kajian
primer dan bahan sekunder.
atau pendekatannyuridis normatif
diantaranya adalah sejarah hukum dan
pembandingan hukum, juga filsafat 6 Martin Roestamy (et al), Metode Penelitian,
hukum. Pada penelitian ini Laporan, dan Penulisan Karya Ilmiah Hukum
bahannpustaka merupakan data dasar Pada Fakultas Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Djuanda, Bogor, 2015, Hlm. 49.
Jurnal Ilmiah Living Law ISSN 2087-4936 Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 5

Kebijakan dalam bidang


pertanahan yanggselama ini telah
PEMBAHASAN
dihasilkan pemerintah terutama di bidang
A. Efek Otonomi Daerah Pada pengaturan hukum konsolidasi tanah di
Pengembangan Penyediaan Rumah Untuk perkotaan masih amat sedikit dan
Masyarakat Berpenghasilan Rendah terbatas. Pengaturan mengenai hal
dengan Cara Penyediaan Rumah Melalui
konsolidasi tanah Indonesia tersebut baru
Pemanfaatan Tanah Di Kota Bogor dan
Kota Depok
dibuat dalam bentuk Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Nomor-4-Tahun-1991 tentang
Tujuan suatu pembangunan nasional Konsolidasi Tanah. Secara empirikal
yaitu mewujudkan suatu kesejahteraan dengan berdasarkan kepada Peraturan
lahir dan juga batin seluruh rakyat Kepala BPN tersebut belum memenuhi
Indonesia dengan adil serta merata, harapan masyarakat untuk mencapai
sebagai salah satu dari usaha untuk maksud, tujuan serta sasaran dari
menjunjung cita-cita dari perjuangan dilaksanakannya konsolidasi tanah
bangsa Indonesia untuk terwujudnya tersebut untuk meningkatkan suatu
masyarakat adil dan makmur sesuai kesejahteraan masyarakat peserta
dengan Pancasila dan Undang-undang konsolidasi tanah.8
Dasar tahun 1945. Salah satu unsur pokok
Dalam Pasal 2 ayat (1) dan (2)
dari kesejahteraan rakyat yaitu
Peraturan Kepala BPN Nomor 4 Tahun
terpenuhinya kebutuhan suatu
1991 tentang Konsolidasi Tanah,
perumahan yang termasuk suatu
menerangkan tujuan dannsasaran dari
kebutuhan dasar pada setiap masyarakat
pelaksanaan suatu konsolidasi tanah
di negara Indonesia dan keluarganya
seperti yang dimaksud di atas, yaitu agar
berdasarkan harkat dan juga martabat
mencapai suatu pemanfaatan tanah
sebagai manusia. Disamping itu, suatu
dengan cara optimal, berkualitas,
pembangunan pada perumahan
seimbang dan lestari melalui peningkatan
merupakan salah satu unsurnya penting
efisiensinya penggunaan tanah di wilayah
pada strategi pengembangan suatu
perkotaan, yang kemudian sasarannya
wilayah, dengan menyangkut berbagai
yaitu terwujudnya tatanan pemilikan dan
aspek-aspek yang luas pada bidang
penggunaan pada tanah secara tertib dan
kependudukan dan berhubungan erat teratur di wilayah perkotaan.
pada pembangunan ekonomi serta
kehidupan-sosial dalam pemantapan Di pihak lain pemerintah juga
Ketahanan Nasional.7 dinilai lamban dan tidak proaktif untuk
menindaklanjuti aspirasi yang telah
Sebagaimana yang tercantum pada
berkembang dari masyarakat di daerah
Pasal 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun
pada konteks pelaksanaan otonomi
1960 tentang Pokok Agraria, bahwa
daerah, terutama untuk melakukan
seluruh hak atas suatu tanah memiliki
penyempurnaan bahkan perombakan dari
fungsi sosial. Karena hal itu sudah jadi
berbagai perangkat hukum positif yang
tanggung jawab pemerintah untuk
telah ada di bidang keagrariaan terutama
melaksanakan pembangunan nasional
ditujukan kepada perombakan Undang-
melalui pemanfaatan pada tanah yang
difungsikan untuk kepentingan umum
yang mengandung fungsi sosial.
8 H. Idham, Konsolidasi Tanah Perkotaan Dalam
Perspektif Otonomi Daerah Guna Meneguhkan
7 Adrian Sutedi, Hukum Rumah Susun & Kedaulatan Rakyat dan Negara
Apartemen, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, Berkesejahteraan- Edisi Kedua, Alumni, Bandung,
Hlm.158. 2014, Hlm.123.
6 R. Yuniar Anisa Ilyanawati et.al. Konsolidasi Tanah Perkotaan Bagi Perumahan MBR

undang Nomor-5-Tahun-1960 tentang operasional sebagai suatu sistem


Pokok Agraria.9 birokrasi pada pemerintahan. Kemudian
Pengertian otonomi daerah yaitu tujuan otonomi yaitu mencapai suatu
kewenangan daerah otonom dalam efisiensi dan juga efektivitas terhadap
mengurus dan juga mengatur pelayanan kepada masyarakat.12
kepentingan masyarakat setempat yang Pemerintah pusat belum berhasil
sesuai prakarsa sendiri sesuai aspirasi mengaktualisasikanndalam ciptaan
masyarakat, sesuai dengan peraturan hukum perintah Undang-undang Pokok
Perundang-undangan.10 Agraria, sehingga terjadi kekosongan
pengaturan konsolidasi tanah perkotaan
Menurut Undang-undang Nomor-
di Indonesia. Kekosongan hukum tersebut
23-tahun-2014 tentang Pemerintah
membawa suatu resiko bahwa
Daerah, menjelaskan tentang otonomi
Pemerintah Pusat tidak menerima respon
daerah yang tercantum pada Pasal 1 ayat
semua aspirasi dari masyarakat dalam
(6) yaitu: “Otonomi Daerah adalah hak,
menyiapkan kebutuhan pusat-pusat
wewenang dan kewajiban daerah otonom
kehidupan masyarakat, sosial dan budaya
untuk mengatur dan mengurus sendiri
yang intinya untuk mencapai
urusan pemerintahan dan kepentingan
kesejahteraan bagi segenap rakyat.
masyarakat setempat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Khususnya terhadap Pemerintah daerah
yangmana juga telah diamanatkan untuk
Maksud dari daerah otonom yaitu membuat pengaturan tentang persediaan,
kesatuan suatu masyarakat hukum dalam peruntukan yang berhubungan dengan
memiliki batas suatu daerah tertentu konsolidasi tanah di perkotaan juga tidak
yang berwenang mengurus dan mengatur dilaksanakan. Keadaan ini menunjukkan
kepentingan masyarakat setempat sesuai sikap yang kurang akomodati untuk
pada prakarsa sendiri sesuai aspirasi memenuhi tuntutan daerah di dalam
masyarakat dalam ikatan Negara upaya menyejahterakan masyarakat
Kesatuan Republik Indonesia. 11
daerah di dalam konteks konsolidasi
Sebagaimana tercantum pada tanah perkotaan.13
Pasal 1 ayat (12) Undang-undang Nomor- Semangat reformasi mempe-
23-Tahun-2014 tentang Pemerintah ngaruhi warna dari setiap kebijakan
Daerah, bahwa daerah otonom yaitu: publik yang dilaksanakan oleh
“Daerah otonom yang selanjutnya disebut pemerintah dalam rangka menegakkan
daerah adalah kesatuan masyarakat kebijakan pertanahan terutama pada
hukum yang mempunyai batas-batas bidang konsolidasi tanah di perkotaan
wilayah yang berwenang mengatur dan akan dilihat sedemikian rupa secara
mengurus urusan pemerintahan dan empirikal di lapangan untuk mewujudkan
kepentingan masyarakat setempat aspirasi masyarakat yang sekaligus
menurut prakarsa sendiri berdasarkan dihubungkan dengan pelaksanaan
aspirasi masyarakat dalam sistem Negara otonomi daerah, dengan harapan dalam
Kesatuan Republik Indonesia.” era reformasi ini akan dihasilkan
Kemudian otonomi yaitu penyerahan beberapa ciptaan hukum yang aspiratif
urusan pemerintah pusat pada seseuai dengan keinginan masyarakat
pemerintah daerah yang memiliki sifat daerah pada konteks pelaksanaan
otonomi daerah.14
9 Ibid.
10 HAW. Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah 12 Ibid.
Otonom, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, 13 H. Idham, Konsolidasi Tanah Perkotaan Dalam
Hlm.76. Perspektif Otonomi Daerah Guna Meneguhkan…,
11 HAW. Widjaja, Otonomi Daerah dan…, Ibid. Op.Cit., Hlm.49-50.
Hlm.76. 14 H. Idham, Konsolidasi Tanah Perkotaan Dalam
Jurnal Ilmiah Living Law ISSN 2087-4936 Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 7

Pada pelaksanaan suatu Bogor dan Depok yang sudah


konsolidasi tanah perkotaan seharusnya terbangun banyak bangunan yang hak
pemerintah memberikan perhatian yang atas kepemilikannya tersebut sukar
khusus dalam menciptakan suatu untuk dimusyawarahkan apabila
kawasan perumahan dan juga kawasan dilaksanakannya konsolidasi tanah di
permukiman sebagai upaya mendukung perkotaan berikut dari pengaruh
terciptanya tingkat kesejahteraan, dan paradigma masyarakatnya sendiri
bukan sebaliknya dengan kebijakan mengenai konsolidasi tanah;
politik yang dijalankan oleh pemerintah c. Mereka lebih menerima apabila
dalam melaksanakan konsolidasi tanah konsolidasi tanah dilakukan jika
yang justru akan berdampak terjadinya wilayah tanah perkotaan di Kota Bogor
penurunan suatu tingkat kesejahteraan dan Depok terdapat lahan yang masih
hidup peserta untuk konsolidasi tanah jarang adanya bangunan. Sedangkan
perkotaan itu sendiri. Secara teoritis pihak pemerintah daerah setempat
konseptual seharusnya pemerintah pada dalam penyediaan tanah mayoritas
hal ini lebih produktif untuk mengandalkan secara swadaya dan
menghasilkan sesuatu produk hukum juga penggunaan tanah berasal dari
terutama mengenai hal konsolidasi tanah tanah yang milik masyarakatnya;
di perkotaan. Namun pada kenyataannya d. Hal ini sangat berdampak pada segmen
pemerintah tidak proaktif dan tidak dari MBR yang sama sekali tidak bisa
aspiratif untuk menanggapi segala memperoleh dan memiliki rumah
aspirasi yang muncul berasal dari dengan layak, dimana MBR tersebut
masyarakat itu, hal itu terbukti dalam lebih menderita dibandingkan segmen
orde reformasi ini produk hukum di dari MBR yang memang memiliki
bidang konsolidasi tanah belum bisa rumah tanpa tanah ataupun segmen
dihasilkan terutama dalam konteks dari MBR yang memiliki keduanya.
pelaksanaan otonomi daerah. e. Misi dan strategi pemerintah daerah
Melihat dari sisi lain, sebagaimana dan aparat yang berwenang di Kota
terjadi pada Kota Bogor dan Depok Bogor dan Depok yang belum
mengenai pelaksanaan suatu konsolidasi dinyatakan secara eksplisit dalam
tanah di perkotaan dalam pembangunan pelaksanaan suatu konsolidasi tanah
terhadap perumahan Masyarakat perkotaan khususnya dalam program
Berpenghasilan Rendah (MBR) itu masih pengembangan penyediaan perumahan
belum terealisasi dan terlaksana dengan yang diarahkan pada MBR. Perbedaan
baik. Belum dapat mewujudkan kenyataannya adalah dari segi
maksudnya, tujuan dan sasaran terhadap mensejahterakan masyarakatnya. Kota
pelaksanaan suatu konsolidasi tanah Bogor memiliki MBR namun dalam
tersebut, terutama dalam upaya membela mensejahterakan MBR nya tidak
dan melindungi bahkan meningkatkan melalui metode konsolidasi tanah.
kesejahteraan kehidupan masyarakat Sedangkan Kota Depok memiliki
khususnya MBR. Hal tersebut terjadi program metode konsolidasi tanah
dikarenakan beberapa faktor, yaitu: namun tidak untuk mensejahterakan
a. Kurangnya niat yang maksimal dan MBR, melainkan ditujukan untuk
lambannya respon baik dari berbagai segmen masyarakat.
pemerintah daerah dan aparat yang
berwenang, maupun dari paradigma Dalam konteks pelaksanaan suatu
MBR nya itu sendiri; konsolidasi tanah perkotaan di Kota
b. Kepadatan wilayah di daerah Kota Bogor dan Depok di atas, terutama
ditinjau dari segi era otonomi daerah,
Perspektif Otonomi Daerah Guna Meneguhkan…, Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Ibid. Hlm.60.
8 R. Yuniar Anisa Ilyanawati et.al. Konsolidasi Tanah Perkotaan Bagi Perumahan MBR

Kota Bogor dan Depok, yang belum Rumah merupakan bangunan atau
melaksanakan konsolidasi tanah gedung yang fungsinya sebagai suatu
merupakan perwujudan suatu tempat tinggal ataupun suatu hunian yang
ketidakmampuan masing-masing Kantor layak untuk huni, sebagai sarana
BPN tersebut untuk melakukan pembinaan keluarga, cerminan pada
koordinasi konkrit dengan Pemerintah harkat dan juga martabat penghuninya,
Daerah yang bersangkutan, terutama serta asset bagi pemiliknya. Rumah yaitu
untuk membangun sarana fisik salah satu dari kebutuhan dasar setiap
lingkungan perumahan terhadap MBR. orang, di samping kebutuhan pangan
Selain itu, dalam pemberlakuan Undang- (makanan) dan sandang (pakaian).
undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Rumah dapat dimiliki oleh orang per-
Pemerintah Daerah yang pada hakikatnya orang baik warga negara Indonesia
bahwa masyarakat daerah diberikan maupun orang asing yang juga
kewenangan untuk mengurus rumah berkedudukan di Indonesia, badan hukum
tangganya itu sendiri menurut dengan didirikan menurut hukum Indonesia dan
potensi dan keadaan di daerahnya, berkedudukan di negara Indonesia atau
ternyata di dalam pelaksanaannya belum badan hukum asing yang memiliki
maksimal dapat diaplikasikan. Kemudian, perwakilan di Indonesia, badan hukum
hal ini menunjukkan bahwa peraturan privat atau badan hukum publik.15
dasar pelaksanaan suatu konsolidasi Beberapa cara yang dapat
tanah dalam Peraturan Kepala BPN ditempuh oleh orang ataupun badan
Nomor 4 Tahun 1991 tentang Konsolidasi hukum untuk mempunyai rumah yaitu: 16
Tanah tersebut ternyata pada 1. Membangun suatu rumah di atas tanah
pelaksanaannya di lapangan belum juga haknya sendiri;
sepenuhnya bisa menjadi suatu sumber 2. Membeli rumah milik orang lain;
atau dasar pelaksanaan yang secara 3. Mendapatkan hibah rumah dari orang
yuridis formal dapat didukung dan lain;
diterima oleh masyarakat daerah. 4. Melakukan tukar-menukar rumah;
Keadaan ini justru terlihat bahwa dengan 5. Memenangkan lelang rumah; dan
pelaksanaan suatu konsolidasi tanah 6. Mendapatkan warisan rumah.
perkotaan tersebut sekaligus
memunculkan suatu keadaan yang rumit Namun, lain halnya pada
dan akhirnya akan membebankan pada Masyarakat Berpenghasilan Rendah
MBR yang menjadi sasaran peserta dari (MBR) dalam mendapatkan rumah untuk
konsolidasi tanah itu sendiri. tempat tinggal. Untuk mendapatkan
Sehingga faktor yang sangat utama rumah bagi MBR perlu ada dukungan dari
penyebab tidak optimalnya kepada pemerintah. Sebagaimana pada
pencapaian maksud, tujuanndan sasaran pengertian MBR yang diatur oleh
konsolidasi tanah perkotaan tersebut di beberapa peraturan Undang-undang
Kota Bogor dan Depok adalah lemahnya menerangkan bahwa Masyarakat
proses perencanaan yang harus dilakukan Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya
dalam memulai pelaksanaan suatu disingkat MBR merupakan masyarakat
konsolidasi tanah tersebut. yang memiliki keterbatasan daya beli,
sehingga perlu adanya dukungan dari
B. Model Konsolidasi Tanah Bagi pemerintah untuk memperoleh rumah.
Penyediaan Tanah Sebagai Kebijakan Memperoleh rumah dengan
Pembangunan Terhadap Perumahan dukungan pemerintah yang dimaksud
Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di
Kota Bogor dan Depok 15 Urip Santoso, Hukum Perumahan, Kencana
Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, Hlm. 213.
16 Urip Santoso, Hukum Perumahan, Ibid., Hlm.213.
Jurnal Ilmiah Living Law ISSN 2087-4936 Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 9

adalah bantuan pemerintah kepada MBR Depok, khususnya berkenaan dengan


atas kepemilikan rumah baik berbentuk MBR belum berjalan secara maksimal, hal
penyediaan tanah, penggunaan tanah dan tersebut dapat ditinjau dari jumlah lahan
pemanfaatan tanah, serta dalam bentuk yang masih terbatas dikarenakaan
suatu dana yang diturunkan kepada MBR. penggunaan fungsi tanah yang telah
Penerapan yang dilakukkan oleh digunakan diluar keperluan MBR, serta
pemerintah daerah dan aparat yang dapat ditinjau dari perencanaan
berwenang, seperti Pemerintah Daerah pemerintah yang belum mewacanakan
dan Kantor Badan Pertanahan Nasional program konsolidasi tanah sebagai
(BPN) Kota Bogor dan Depok dalam prioritas yang dapat dimaksimalkan
mensejahterakan masyarakat daerahnya untuk kepentingan-umum yang dapat
sebagai dukungan untuk masyarakatnya dirasakan oleh MBR khususnya. Ditinjau
dalam mendapatkan rumah yaitu melalui dari segi otonomi daerah, idealnya
penyediaan tanah dengan penggunaan pemerintah daerah sudah diberikan
tanah dengan berasal dari masyarakat di kewenangan untuk dapat mengelola dan
daerahnya secara swadaya, sebagai mengembangkan seluruh potensi yang
pemanfaatan tanah untuk tercapainya terdapat diwilayah administrasinya
kemajuan pembangunan daerah. masing-masing termasuk pengelolaan
Sebenarnya metode yang dikatakan tepat yang berkaitan dengan kepentingan hajat
dalam pelaksanaan tersebut adalah hidup bagi orang banyak seperti
menggunakan metode konsolidasi tanah kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
perkotaan. Dengan diberikannya hak otonom dari
Dalam penelitan Martin Roestamy pemerintah pusat kepada pemerintah
dan Rita Rahmawati, menerangkan bahwa daerah, maka tindakan serta perencanaan
pengadaan tanah dapat dilakukan dengan pemerintah daerah akan lebih leluasa
dukungan dari Pemerintah Daerah, Dana dalam menata berjalannya kehidupan
CSR BUMN/BUMD atau Anggaran masyarakat di wilayah administrasinya
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), untuk dapat mewujudkan kesejahteraan
dapat pula dengan sistem sewa.17 masyarakat, yaitu PERUM PERUMNAS
Penerapan dukungan dari sebagai pengembang nasional untuk
Pemerintah Daerah dan Kantor BPN Kota penyediaan tanah. Selain itu, pada
Bogor dan Kota Depok menggambarkan kenyataannya ketersediaan tanah masih
bahwa pelaksanaan suatu konsolidasi banyak, dan luas untuk dapat dibangun
tanah terhambat karena kurangmya rumah khususnya bagi MBR di Kota Bogor
optimalisasi proses dari perencanaan dan Kota Depok, seperti tanah tak
yang perlu dilakukan untuk bertuan, tanah terlantar, tanah
mensejahterakan masyarakatnya. Selain pemerintah, dan lain-lain. Melihat
itu karena paradigma MBR yang masih fenomena fungsi tanah yang bisa dilihat
kurang memahami pentingnya metode belum maksimal, seperti banyaknya tanah
konsolidasi tanah perkotaan agar dapat yang tersedia namun fungsinya tidak
memperoleh rumah yang layak di huni. terlalu penting seperti banyaknya tanah
Sehingga angka kesenjangan rumah yang yang sudah dibeli lalu dibiarkan oleh
(backlog) di Kota Bogor dan Depok saat pemiliknya tanpa dimanfaatkan
ini dan prediksi kedepan semakin fungsinya, padahal tanah tersebut dapat
bertambah apabila tidak ada niat untuk dimanfaatkan untuk kesejahteraan
merealisasikannya. sebagian orang yang pada dasarnya
Dalam konteks pelaksanaan memerlukan tempat tinggal namun
penyediaan-tanah di Kota Bogor dan terkendala dengan penghasilan, seperti
MBR. Sebagai solusi bagi permasalahan
17 Martin Roestamy dan Rita Rahmawati, Model tersebut, sebaiknya pemerintah dapat
Pengembangan Paradigma….., Op.Cit, Hlm.10.
10 R. Yuniar Anisa Ilyanawati et.al. Konsolidasi Tanah Perkotaan Bagi Perumahan MBR

membentuk suatu peraturan atau yang tinggi, yaitu 14 juta secara nasional
peraturan pemerintah yang didalamnya pada tahun 2015. Hal tersebut tidak dapat
mengatur tentang bagaimana fungsi dipungkiri, bahwa Kota Bogor dan Kota
pemanfaatan lahan, ataupun aturan setiap Depok adalah penyumbang angka backlog
orang dalam membeli tanah dan dilihat tertinggi, mengingat kedua kota tersebut
pemanfaatannya sehingga tidak ada tanah adalah kota yang dihuni oleh sebagian
yang sudah dibeli namun tidak besar dari masyarakat pekerja di Jakarta,
dimanfaatkan fungsinya. dan bertempat tinggal di wilayah
Pemerintah memberikan harapan tersebut. Dan juga bahwa Jawa Barat dan
besar pada masyarakat yaitu untuk Jakarta adalah dua provinsi yang memiliki
penyediaan perumahan melalui populasi penduduk terbanyak dan
Perusahaan Umum Perumahan Nasional terpadat secara nasional.
(PERUM PERUMNAS) yang mana Sehubungan dengan ketersediaan
berperan sebagai penyedia rumah bagi tanah pada perumahan yang terbatas,
masyarakat berpenghasilan rendah. ditambah dengan populasi terhadap
Karena, PERUM PERUMNAS adalah penduduk yang sangat padat, menyebab-
Perusahaan milik pemerintah yang bukan kan PERUM PERUMNAS tidak dapat
untuk mencari suatu keuntungan untuk bergerak secara leluasa. Namun lain
pemasukan kepada negara seperti halnya, jika PERUM PERUMNAS diberikan
perusahaan-perusahaan Badan Usaha sebuah solusi hukum agar dapat
Milik Negara (BUMN) lainnya, melainkan menghim-pun ketersediaan tanah untuk
perusahaan nirlaba (non-profit) yang perumahan bagi masyarakat
berfungsi untuk mewujud kesejahteraan berpenghasilan rendah.
rakyat dengan memberikan pelayanan Oleh karena itu, solusi hukumnya
penyediaan rumah sebagaimana yang tepat untuk dapat melaksanakan
diamanatkan di dalam Undang-undang konsolidasi tanah khususnya di Kota
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan Bogor dan Kota Depok yaitu melalui tahap
dan Permukiman dan Undang-undang awal berupa penerapan model Land
Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Banking (Bank Tanah) dengan
Susun. dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Persepsi masyarakat, khususnya (PP) yang menjadikan PERUM
yang berpenghasilan rendah, di saat PERUMNAS sebagai suatu Bank Tanah
membutuhkan rumah, maka yang dicari untuk menghimpun dan mengelola
adalah informasi mengenai perumahan ketersediaan tanah sebanyak-banyaknya
yang disediakan oleh PERUM PERUMNAS, guna mengimbangi pemenuhan
permasalahan yang timbul saat ini adalah kebutuhan suatu perumahan bagi
ketersediaan perumahan yang dikelola masyarakat berpenghasilan rendah di
oleh PERUMNAS sangat terbatas, Kota Bogor dan Kota Depok.
sementara kebutuhan akan rumah sangat Dengan demikian, Peraturan
tinggi, mengikuti tingkat pertumbuhan Daerah akan serta merta mendukung PP
populasi dan daya urban yang semakin tersebut, sehingga peran PERUM
tahun kian meningkat. PERUMNAS selaku penyedia perumahan
Fakta yang terjadi pada kota Bogor sekaligus sebagai bank tanah akan lebih
dan Kota Depok, PERUM PERUMNAS memberikan adanya dampak manfaat
tidak menemukan tanah yang begitu terhadap kesejahteraan umum bagi
cukup untuk mengimbangi pemenuhan masyarat luas.
kebutuhan atas rumah bagi masyarakat Peran bank tanah yang dikelola
berpenghasilan rendah yang sebagian langsung oleh PERUM PERUMNAS, dapat
besar adalah masyarakat urban, sehingga menghimpun tanah-tanah diantaranya:
terjadilah peningkatan angka backlog a. Tanah kosong yang dikuasai langsung
Jurnal Ilmiah Living Law ISSN 2087-4936 Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 11

oleh Negara atau tanah yang belum ada belum dapat mewujudkan maksud,
hak di atasnya; tujuan dan sasaran terhadap
b. Tanah kosong milik Pemerintah pelaksanaan suatu konsolidasi tanah
Daerah; perkotaan terhadap pembangunan
c. Tanah terlantar atau yang perumahan Masyarakat Berpeng-
diterlantarkan milik perorangan hasilan Rendah tersebut, terutama
maupun swasta; dalam upaya membela dan melindungi
d. Tanah Latifundia; yaitu tanah luas yang bahkan meningkatkan kesejahteraan
berlebihan milik perorangan atau kehidupan masyarakat khususnya
badan hukum; dan MBR. Hal ini terjadi karena adanya
e. Tanah Absentia; yaitu tanah yang beberapa faktor yang terjadi. Dalam
dimiliki orang yang bukan penduduk konteks pelaksanaan suatu
setempat dan tidak menguasainya konsolidasi tanah perkotaan di Kota
secara fisik. Bogor dan Kota Depok tersebut,
Adapun manfaat dari bank tanah terutama ditinjau dalam era otonomi
yaitu: daerah, Kantor Badan Pertanahan
1) Tanah untuk pembangunan yang selalu Nasional (BPN) Kota Bogor dan Kota
tersedia sehingga rencana terhadap Depok, yang belum melaksanakan
pembangunan tidak terhambat; konsolidasi tanah merupakan
2) Ketersediaan tanahnya sepanjang perwujudan suatu ketidakmampuan
waktu akan menarik investor; masing-masing Kantor BPN tersebut
3) Lebih efisien dari segi waktu dan biaya; untuk melakukan koordinasi konkrit
4) Menjaga stabilitas harga tanah; dengan Pemerintah Daerah yang
5) Mempengaruhi harga rumah yang bersangkutan, terutama untuk
menjadi lebih murah. membangun sarana fisik lingkungan
Sebagaimana menurut Sudiman perumahan bagi MBR. Sehingga faktor
Sihotang, jika model PERUM PERUMNAS yang begitu utama penyebab tidak
seperti tersebut di atas dikembangkan optimalnya kepada pencapaian tujuan,
dengan kewenangan yang diperluas maksud dan sasaran suatu
khususnya untuk pengadaan tanah konsolidasi-tanah-perkotaan tersebut
terhadap pembangunan perumahan dan di Kota Bogor dan Kota Depok adalah
kawasan permukiman, khususnya bagi lemahnya proses perencanaan
MBR, maka berguna untuk memotivasi yangmana perlu dilakukan dalam
percepatan penyediaan rumah bagi memulai pelaksanaan konsolidasi
MBR. 18 tanah tersebut.
2. Model konsolidasi tanah bagi
penyediaan tanah sebagai kebijakan
KESIMPULAN
pembangunan terhadap perumahan
1. Efek Otonomi Daerah Terhadap masyarakat berpenghasilan rendah di
Pengembangan Penyediaan Rumah Kota Bogor dan Kota Depok bisa
Untuk Masyarakat Berpenghasilan dilakukan dengan solusi hukum yang
Rendah dengan Cara Penyediaan tepat yaitu melalui tahap awal berupa
Rumah Melalui Pemanfaatan Tanah di penerapan model Land Banking (Bank
Kota Bogor dan Kota Depok masih Tanah) dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah (PP) yang
18 SudimanSihotang, Optimalisasi Hukum menjadikan PERUM PERUMNAS
Perumahan Untuk Percepatan Penyediaan
sebagai suatu Bank Tanah untuk
Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR), Makalah Ujian Kualifikasi Program meng-himpun dan mengelola
Doktor Ilmu Hukum Pascasarjana, Universitas ketersediaan tanah sebanyak-
Sebelas Maret, Surakarta, 2017, Hlm. 37. banyaknya guna mengimbangi
12 R. Yuniar Anisa Ilyanawati et.al. Konsolidasi Tanah Perkotaan Bagi Perumahan MBR

pemenuhan kebutuhan suatu Depok dalam penyediaan-tanah


perumahan bagi masyarakat sebagai kebijakan pada pembangunan
berpenghasilan rendah di Kota Bogor perumahan MBR, diarahkan dan
dan Kota Depok, dengan menghimpun berikan perhatian yang lebih
tanah kosong yang dikuasai langsung mendalam mengenai pemahaman
yaitu oleh Negara atau tanah yang mengenai konsolidasi-tanah kepada
belum ada hak di atasnya; Tanah masyarakat khususnya bagi MBR
kosong milik Pemerintah Daerah; sehingga agar berpengaruh pada
Tanah terlantar atau yang diterlan- paradigma MBR yang lebih positif
tarkan milik perorangan maupun tentang pentingnya manfaat
swasta; Tanah Latifundia; dan Tanah konsolidasi tanah bagi MBR untuk
Absentia. keuntungan mereka dalam
memperoleh rumah, dengan
SARAN dioptimalkannya niat dan rencana
dalam memulai pelaksanaan suatu
1. Sebaiknya, sehubungan mengenai konsolidasi tanah tersebut tanpa
pelaksanaan suatu konsolidasi tanah harus berhenti di tengah jalan. Hal ini
perkotaan terhadap pembangunan juga dilakukan agar mengetahui
perumahan Masyarakat-Berpengha- banyaknya jumlah MBR sebenarnya di
silan-Rendah (MBR), segera di daerah melalui pendataan dan untuk
laksanakan dan diterapkan dengan pengaruh lingkungan yang akan lebih
mengutamakan tujuan mensejahtera- bisa terjaga keasrian dan
kan MBR yang lebih di prioritaskan, keamanannya sebagai pencegahan
agar MBR dapat segera memperoleh apabila sewaktu-waktu terjadi suatu
suatu rumah yang layak. Hal tersebut bencana alam, seperti banjir, longsor,
juga dilakukan agar mengurangi dan bencana lain yang diakibatkan
backlog dan sebagai program bentuk tanah yang tidak tertib dan
pemberantasan kemiskinan teratur. Sebagai tahap awal untuk
khususnya di Kota Bogor dan Kota dapat melaksanakan konsolidasi tanah
Depok. tersebut yaitu dengan melaksanakan
2. Sebaiknya, sebagai dukungan Land Banking terlebih dahulu.
pemerintah Kota Bogor dan Kota

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas
Djuanda Bogor, Bapak Dr. H. Martin Roestamy, SH., MH., dan Ibu Hj. Endeh Suhartini, SH.,
MH., Kepala Perpustakaan Univesitas Djuanda Bogor, dan semua pihak yang telah membantu
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, Hukum Rumah Susun & Apartemen, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
H. Idham, Konsolidasi Tanah Perkotaan Dalam Perspektif Otonomi Daerah Guna
Meneguhkan Kedaulatan Rakyat dan Negara Berkesejahteraan- Edisi Kedua,
Alumni, Bandung, 2014.
HAW. Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.
Jurnal Ilmiah Living Law ISSN 2087-4936 Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 13

Martin Roestamy (et al), Metode Penelitian, Laporan, dan Penulisan Karya Ilmiah Hukum
Pada Fakultas Hukum, Fakultas Hukum Universitas Djuanda, Bogor, 2015.
Martin Roestamy dan Rita Rahmawati, Model Pengembangan Paradigma Masyarakat Bagi
Kepemilikan Rumah yang Terpisah dari Tanah Untuk Mempercepat Penyediaan
Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, Laporan Akhir Penelitian Hibah
Strategis Nasional, Universitas Djuanda Bogor, Bogor, 2016.
Martin Roestamy, Pengembangan Sistem Hukum Perumahan Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah, Rapat Tim Transisi JOKOWI-JK, Jakarta, 2014.
Sudiman Sihotang, Optimalisasi Hukum Perumahan Untuk Percepatan Penyediaan Rumah
Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), Makalah Ujian Kualifikasi Program
Doktor Ilmu Hukum Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2017.
Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2007.
Urip Santoso, Hukum Perumahan, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2014.
http://kursdollar.net, Diakses 23-02-2017, 23:58.
https://catatankecillina.blogspot.co.id, Diakses 19-02-2017, 23:15.

You might also like