You are on page 1of 11

Perbaikan Kinerja Operasional Industri Penyamakan Kulit (Muhammad Dzikron, dkk)

PERBAIKAN KINERJA OPERASIONAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT


DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN DAN LEAN MANUFACTURING
(Kasus Industri Kulit Sukaregang)

Muhamad Dzikron1, Rakhmat Ceha2, Chaznin R Muhammad3

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung1,2,3)


Jl. Taman Sari No.1, Bandung, Jawa Barat, 40116
E-Mail : mdzikron@gmail.com1

ABSTRACT

The industrial sector drive the economy. One of the sub-sectors that have economic potential is a
leather and leather garment industry. But the leather industry conditions generally inefficient. In
recent years the leather industry there are obstacles to lack of supply of raw materials, and industrial
utilization rate is low. Supply of raw materials depend on import of raw leather, medium leather
industry utilization during 2010-2015 an average of 50.13%. The low utilization rate reflects the
performance of inefficient operation. Responding to the above problems, the approach to lean
manufacturing and supply chain management can be applied to improve the performance of the
industry. Lean manufacturing in an effort to minimize the efficiency of industrial activities that are not
value-added. For the next lean manufacturing approach integrated into industrial relations by the
method of Supply Chain so hopefully improve industrial performance and add value. The study begins
with business process mapping methods Integrated Definition for Function Modeling (IDEFØ) to
identify business processes factually. From the analysis of the process bisniskemudian mapping value
chains and identification of critical processes in the leather industry. Furthermore, in design
improvements with Lean manufacturing, refers to the concept of value-stream mapping to identify
non-value added activities in industrial systems.

Keywords: Leather, Lean Manufacturing, Supply Chain; Performance, Value Chain.

1. PENDAHULUAN US$45,43 juta, Amerika Serikat US$33,40


Sektor Industri berperan penting dalam juta, Vietnam US$26,83 juta, dan Tiongkok
pembangunan ekonomi. Salah satu subsektor sebesar US$21,60 juta.
industri memiliki berpotensi di pasar dunia Provinsi Jawa Barat memiliki sentra
adalah industri kulit. Kinerja ekspor Industri produksi kulit yang terkenal yaitu industri
kulit ditunjukkan tabel 1 yang menunjukan kulit Sukaregang di kabupaten Garut. Industri
perkembangan ekspor kulit dan barang dari kulit Sukaregang adalah klaster industri yang
kulit sebagai ber fluktuasi. Ekspor produk memiliki keterkaitan hulu - hilir secara
kulit berdasar harga ekspor di kapal (FOB) lengkap. Sentra ini mengolah kulit mentah
pada tahun 2010 sebesar 207.015 juta USD. menjadi kulit tersamak (industri hulu) yang
Tahun 2011 nilai ekspor naik 12,19 ribu ton, memiliki nilai tambah tinggi, dan selanjutnya
menjadi US$230,14 juta. kulit tersamak ini menjadi input bagi industri
Namun tahun 2012 nilai ekspor turun garmen kulit dan kerajinan kulit. Beberapa
menjadi US$214,7 juta atau berkurang 10,66 produk industri adalah jaket kulit, tas, sepatu
ribu ton. Pada tahun 2013, nilai ekspor naik kulit, dompet dan sebagainya. Berbagai
3,65% menjadi US$222,6 juta. Pada tahun produk kulit dikenal sebagai komoditas
2014 nilai ekspor kembali turun menjadi perdagangan di tingkat lokal, nasional sampai
209.328 atau berkurang sebesar -5,98% dari ekspor.
tahun sebelumnya. Catatan beberapa negara
tujuan ekspor antara lain Hongkong sebesar

584
Teknoin Vol. 22 No 8 Desember 2016 : 584-594

Tabel 1. Perkembangan Ekspor Kulit dan Barang dari Kulit Tahun 2007-2014
(Sumber: BPS dan Kemenperin 2014)
Tahun Berat Bersih Nilai FOB Perubahan
(Ton) (US ribu $) (%)
2007 12.101 226.895 27,84
2008 11.411 226.773 -0,05
2009 10.743 174.836 -22,90
2010 13.223 207.015 18,41
2011 12.187 230.148 11,17
2012 10.663 214.790 -6,67
2013 10.719 222.631 3,65
2014 11.254 209.328 -5,98

Industri kulit nasional berkembang Sentra Industri Sukaregang sebagai


terutama pada masa tahun 1970-an, ditandai sentra kulit utama di Jawa Barat. Data
munculnya beberapa sentra industri seperti industri menurut Unit Pelaksana Teknis
sentra penjualan Tanggulangin Sidoardjo, Daerah Balai Pengembangan Perindustrian
sentra penyamakan kulit Magetan Jawa Jawa Barat, terdapat 267 unit usaha
Timur, sentra penjualan Yogyakarta, sentra penyamakan kulit (UPTD BPP, 2015).
produksi dan penjualan di Sukaregang Garut Dalam mengoptimalkan pengembangan
serta sentra penjualan Cibaduyut-Bandung. industri UPTD membentuk Sub Unit
Selama ini proses pengolahan kulit Pengembangan Penyamakan Kulit. Sedang
didasarkan pada ketrampilan pekerja yang menurut Asosiasi Penyamakan Kulit
didapat secara turun temurun (USAID, Indonesia (APKI) Garut jumlah pengusaha
2007). Potensi sentra Industri kulit menjadi menengah yang memiliki mesin pengolahan
tantangan dalam pertumbuhan ekonomi. ada 52 unit. Pengusaha menengah yang
Namun sektor industri memiliki bertindak sebagai perusahaan induk, sedang
permasalahan rendahnya kinerja. Beberapa pengusaha kecil yang tidak memiliki mesin
permasalahan industri adalah ketersediaan menitipkan proses (makloon) kepada
bahan baku, akses permodalan dan perusahaan besar.
pemasaran, daya saing, mutu produk, desain Perkembangan industri kulit Sukaregang
belum berorientasi ekspor serta rendahnya dalam beberapa tahun terakhir (2010 - 2015)
kemampuan manajemen dan teknologi mengalami kekurangan pasokan bahan baku
(Departemen Perindustrian, 2008, kulit sapi sehingga diimpor dari Australia
Kemenperin 2015). dan Selandia Baru. Dalam hal ini
kekurangan bahan baku kulit kambing /
1.1. Permasalahan domba didatangkan dari provinsi lain seperti
Industri kulit Sukaregang memiliki Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara
permasalahan internal berupa pemborosan Timur (NTT), Jawa Timur dan Sumatera.
sumber daya, utilisasi, dan permasalahan Kurangnya pasokan kulit mentah
eksternal dalam hubungan antarindustri. menggangu proses produksi, dan kualitas
Selain itu juga terdapat kendala pasokan serta daya saing produk yang rendah.
bahan baku kulit mentah yang diimpor dari Kondisi kurangnya pasokan menambah
luar negeri. Secara konseptual terdapat teori beban biaya produksi, berdampak distribusi
untuk meningkatkan kinerja operasional produk terlambat. Industri Sukaregang
industri dengan metode lean manufacturing belum menunjukkan kinerja yang baik, daya
untuk menghilangkan aktivitas - aktivitas saing di pasar nasional dan pasar ekspor
yang tidak memberikan nilai tambah (non- masih lemah (Dinas Indag & Kop Garut,
value added activities) dalam proses bisnis 2015).
perusahaan.

585
Perbaikan Kinerja Operasional Industri Penyamakan Kulit (Muhammad Dzikron, dkk)

Adapun kinerja industri kulit dalam menghasilkan produk kulit rata - rata 60 juta
aspek utilisasi terkategori rendah, feet2 / tahun sementara permintaan pasar
sebagaimana utilisasi tahun 2010 – 2015. mencapai 300 juta feet2 / tahun. Salah satu
Tingkat utilisasi industri kulit tahun 2010 penyebab ketidakmampuan memenuhi
sebesar 45,72%; 2011 (44,06%); 2012 permintaan adalah kekurangan pasokan
(51,34%); 2013 (51,76%); 2014 (52,24%) bahan baku kulit. Kekurangan bahan baku
dan tahun 2015 (53,64%). Secara rata-rata dipenuhi melalui impor kulit mentah
tingkat utilisasi adalah 50,13% hal ini termasuk impor bahan kimia untuk proses
mencerminkan kapasitas tidak efisien atau penyamakan. Dampak kurangnya pasokan
fasilitas industri kulit 49,87% menganggur bahan baku mempengaruhi kinerja proses
(Vanessa &Obrina, 2016). Rendahnya bisnis secara internal dan hubungan
Utilisasi adalah bentuk pemborosan sumber antarindustri. Oleh karena itu, penelitian ini
daya. Selain rendahnya utilisasi terdapat dilakukan dalam pendekatan Lean
masalah inefisiensi inventory bahan kimia manufacturing yang diterapkan untuk
impor yang menumpuk. mengidentifikasi non-value-added activities
Persoalan ini merupakan gambaran dan value-added activities menuju perbaikan
industri kulit (SMEs) dimana permintaan kinerja industri kulit secara internal dan
pasar domestik terhadap kulit untuk eksternal.
konsumen menengah atas dimasuki pelaku
industri kulit dari luar negeri. Situasi ini 2. TINJAUAN PUSTAKA
menyebabkan industri kulit dalam negeri Penelitian tentang integrasi industri
menghadapi tantangan berat. Oleh karena dalam konsep supply chain dan lean
itu, perlu perbaikan kinerja internal manufacturing untuk memperbaiki kinerja
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan industri telah dibahas oleh beberapa peneliti.
pasar. Industri kerajinan kulit memiliki Diawali dari perkembangan konsep Lean
keterkaitan ke belakang (backward linkages) Manufacturing adalah sistem produksi di
dan ke depan (forward linkages), sehingga industri otomotif Toyota Production System.
dapat menumbuh kembangkan industri hulu Pendekatan Toyota Production System
(penyamakan), industri pendukung, dan kemudian dikenal sebagai“Lean” (Womack,
industri terkait lainnya. Kinerja industri kulit 1990; Holweg, 2007). Lean berarti ramping,
Sukaregang perlu ditingkatkan untuk suatu industri disebut Lean jika semua
menghasilkan produk yang berkualitas aktivitas yang dilakukan tidak bersifat boros
secara lebih baik (better), lebih murah ‘non-wasted’, memberikan nilai tambah
(cheaper) dan dalam waktu yang lebih ‘value-added’ bagi customer. Lean sebagai
singkat (faster). Sehingga produk yang pendekatan sistematik untuk
dihasilkan memiliki nilai tambah lebih besar mengidentifikasi dan menghilangkan
dan memberikan manfaat bagi industri kulit pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai
itu sendiri, industri pendukung dan industri tambah (value added) produk kepada
terkait lainnya. konsumen (customer value).
Keterkaiatan Lean manufacturing dan
1.2. Tujuan Penelitian supply chain management (SCM) pada
Tujuan penelitian adalah meningkatkan industri manufaktur dan jasa dikemukakan
kinerja industri penyamakan pada sentra oleh Cudney & Elrod (2011) dengan
industri kulit Sukaregang - Garut. implementasi Lean manufacturing pada jalur
Peningkatan kinerja industri didasarkan pemasok (supplier). Peningkatan daya saing
bahwa industri kulit adalah industri potensial. industri dengan pendekatan Lean
Kapasitas industri menurut Asosiasi manufacturing sebagai best practices dalam
Penyamakan Kulit Indonesia (APKI, 2014) simplifikasi dan eliminasi waste atas proses-
sampai saat ini baru memenuhi permintaan aktivitas yang kompleks juga dilakukan oleh
pasar sekitar 20%. Industri kulit nasional So dan Sun (2010).

586
Teknoin Vol. 22 No 8 Desember 2016 : 584-594

Sedang penelitian lean production dalam bukan tugas (task), pekerjaan (job), orang
supply chain management juga dilakukan dan bukan struktur. Sedangkan proses bisnis
oleh Agus & Hajnoor (2012) yang meneliti adalah rangkaian aktivitas untuk mengubah
perusahaan manufaktur di Malaysia. Hasil inputs menjadi sejumlah outputs (barang dan
penelitian memperlihatkan hubungan yang jasa) dengan yang menggunakan orang dan
kuat antara lean production dengan kualitas alat.
produk, dan kinerja bisnis perusahaan. Dalam IDEF merupakan kepanjangan dari
hal ini, tinjauan penelitian mengarah kepada Metode Integrated Definition. IDEFØ
model perbaikan supply chain (SC) pada (dibaca : IDEF Zero) merupakan suatu
industri kulit untuk meningkatkan kinerja pemodelan statis yang merepresentasikan
industri. Produk - produk kulit yang sebuah sistem sebagai suatu jaringan dari
digunakan bukan berasal dari satu industri beberapa aktivitas yang memiliki keterkaitan.
yang terpisah, tetapi berasal dari suatu rantai IDEFØ adalah subset standar dari sebuah
industri yang terintegrasi. Hal ini paradigma umum, biasa disebut Structured
sebagaimana tahapan dalam SC, mulai dari Analysis and Design Technique (SADT),
pemilihan dan pembelian bahan baku dan IDEFØ adalah paradigma pemodelan intend
komponen pendukung, proses produksi, untuk pemodelan sistem, terdiri dari aktivitas
marketing, distribusi dan penjualan, dan yang diskrit yang mentransformasikan input
diakhiri dengan permintaan konsumen baik menjadi output. Model ini dapat diterapkan
domestik maupun ekspor. Value SC adalah untuk pemodelan bisnis, pemrosesan data,
tersedianya pendekatan terintegrasi untuk dan sistem manufakturing, (Indrajit dan
menganalisis hambatan sepanjang SC yang Djokopranoto, 2002).
kemudian menghasilkan solusi menyeluruh. Pemetaan proses bisnis dilanjutkan
Rangkaian pihak - pihak yang dengan diagnosis proses kritis dalam sistem
menangani aliran produk disebut Supply industri. Diagnosis dilakukan dengan
Chain (SC). Sebuah supply chain memiliki pemetaan Value stream mapping (VSM).
komponen-komponen yang disebut channel. VSM adalah salah satu teknik Lean untuk
Channel tersebut seperti supplier, menganalisis aliran material dan informasi
manufaktur, distribution center, wholesaler, yang dibutuhkan sampai dihasilkan produk
dan retailer. Semua channel bekerja untuk atau jasa kepada konsumen. Value Stream
memenuhi kebutuhan konsumen akhir. SC Mapping juga disebut Material and
melibatkan sejumlah industri manufaktur Information Flow Mapping. Peta ini memuat
dalam satu rantai hulu ke hilir. Produk atau informasi proses, aliran material dan
jasa adalah hasil rangkaian proses panjang informasi dari satu famili produk tertentu dan
yang melewati beberapa tahapan baik intra membantu mengidentifikasi pemborosan
maupun inter perusahaan. Proses intra dalam sistem. (Liker, et al, 2004). Sedang
perusahaan adalah proses operasi secara Womack, et al. (1996) menyatakan langkah
internal dalam proses produksi. Sedangkan dalam memetakan aktivitas adalah dengan
proses inter perusahaan adalah rangkaian dua mengidentifikasi famili produk. Famili
atau lebih perusahaan termasuk pemasok dan produk merupakan sekumpulam produk yang
konsumen, seperti pasokan bahan baku dan memiliki tahapan dan menggunakan mesin
distribusi atau transportasi. yang sama dalam pemrosesan. Famili produk
Proses didefinisikan sebagai kegiatan ditentukan dengan menggunakan PQR
berkelanjutan dan teratur dilakukan dengan Analysis. Langkah selanjutnya adalah
cara tertentu dan bertujuan mencapai suatu menemukan masalah yang terjadi dan
hasil. Lebih jauh proses diartikan sebagai menyususn peta aliran nilai untuk situasi
aktivitas-aktivitas dengan satu jenis input eksisting atau VSM Current Statesebagai
atau lebih yang dilakukan untuk menciptakan refleksi kondisi nyata di industri.
output yang bernilai bagi pelanggan. Kata
kunci ini adalah penataan ulang proses bisnis,

587
Perbaikan Kinerja Operasional Industri Penyamakan Kulit (Muhammad Dzikron, dkk)

3. METODE PENELITIAN DAN Selanjutnya dilakukan analisis untuk


PEMBAHASAN membangun model proses bisnis sebagai
3.1. Metode Penelitian perbaikan bagi kinerja industri kulit.
Penelitian ini dilakukan secara studi Rancangan model perbaikan berdasarkan
kasus pada beberapa unit industri solusi atas proses - proses kritis. Menyusun
penyamakan kulit di Sukaregang. Obyek alternatif perbaikan model.
penelitian adalah industri penyamakan kulit
berskala menengah, yaitu industri 3.3. Pembahasan
pengolahan kulit dari bahan kulit sapi dan Sentra Industri Penyamakan Kulit
industri pengolahan dari bahan kulit domba. Sukaregang Garut merupakan sentra Industri
Proses diawali dari pemetaan proses bisnis di Penyamakan Kulit terbesar di Indonesia.
industri kulit secara umum. Selanjutnya Kegiatan industri Sukaregang terutama sejak
dilakukan pendataan proses dengan 1989 dan secara turun temurun usaha
mempelajari, memahami, menganalisis serta tersebut berkembang sampai sekarang.
memecahkan masalah berdasarkan fenomena Produk utama industri Sukaregang adalah
yang ada. Agar penelitian berjalan dengan kulit untuk pembuatan produk sepatu, Jaket,
baik dan terarah diperlukan kerangka tas, ikat pinggang, macam - macam dompet,
penelitian yang didalamnya berisi suatu serta produk jadi dari kulit lainnya. Dalam
gambaran dari langkah - langkah yang harus kegiatan produksinya, industri di Sukaregang
dilakukan dalam penelitian, dari tahap awal menggunakan bahan baku kulit Domba dan
sampai dengan tahap akhir. Kulit sapi mentah garaman yang sebagian
besar didatangkan dari luar Garut. Bahan
3.2. Pemetaan Proses Bisnis baku diperoleh melalui agen pengumpul
Penggambaran proses bisnis atas situasi kulit dari wilayah Bogor, Sukabumi, Jakarta,
nyata di perusahaan yang sedang diperlukan Bandung, serta daerah - daerah lain di luar
sebagai acuan untuk mengembangkan Jawa Barat.
evaluasi dalam sistem operasi yang ada.
Dengan pemetaan maka proses bisnis dapat 3.4. Pemetaan Proses Bisnis dengan
didokumentasikan., dan dapat diketahui IDEF0
kelemahan - kelemahan yang dapat Penggambaran proses bisnis industri
menghambat aktivitas bisnis perusahaan penyamakan kulit sebagai acuan untuk
sehingga dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan solusi perbaikan kinerja
melakukan perbaikan proses bisnis agar industri. Pemetaan proses bisnis di
dapat meningkatkan produktivitas dokumentasikan agar diketahui kelemahan -
perusahaan yang pada akhirnya akan kelemahan yang menghambat aliran bisnis,
mengoptimalkan keuntungan. upaya untuk meminimasi atau
Pengumpulan data melalui survei dan menghilangkan hambatan sebagai dasar
wawancara untuk menemukan proses - untuk melakukan perbaikan proses bisnis
proses kritis. Data berupa informasi proses sehingga dapat meningkatkan produktivitas
bisnis melalui interview atau survey kepada dan pada akhirnya memberi nilai tambah
stakeholder (pengelola industri, konsumen, berupa keuntungan. Proses bisnis Industri
aparat pemerintah). Mengidentifikasi proses- Penyamakan Kulit dengan menggunakan
proses yang kritis (kurang efisien, kurang tools IDEF 0 level 0 dapat dilihat pada
mempunyai nilai tambah, dirasakan kurang gambar 1. Selanjutnya proses diuraikan lagi
nyaman). Menganalisis hasil identifikasi pada level berikutnya untuk informasi lebih
proses-proses yang dianggap kritis. Indikator detail. Pemetaan meliputi aspek input,
capaian pada tahap ini yaitu terbentuknya mechanime, control, serta output dari
model proses bisnis perusahaan industri kulit aktivitas bisnis ini maka dapat diuraikan
pada kondisi saat ini dan teridentifikasinya sebagai berikut :
proses - proses kritis.

588
Teknoin Vol. 22 No 8 Desember 2016 : 584-594

Gambar 1. Proses Bisnis Industri Penyamakan Kulit.

Gambar 2. Pemetaan Proses Bisnis Industri Penyamakan.

589
Perbaikan Kinerja Operasional Industri Penyamakan Kulit (Muhammad Dzikron, dkk)

Gambar 3. Pemetaan Proses Bisnis Sub Aktivitas Penerimaan Pesanan (A1).

Gambar 4. Pemetaan Proses Bisnis Sub Aktivitas Proses Produksi Penyamakan Kulit (A3).

590
Teknoin Vol. 22 No 8 Desember 2016 : 584-594

Gambar 5 Pohon Proses Bisnis Industri Penyamakan Kulit.

Hasil pemetaan pada proses berikutnya Value Stream Map (VSM) untuk kondisi
sebagai turunan dalam proses bisnis yang awal diperlihatkan pada gambar 6. Hasil
lebih rinci, sesuai lingkup operasi. Peta pemetaan ditemukan permasalahan kritis
proses ditunjukan gambar 2, 3, dan 4 diatas. pada industri penyamakan kulit. Dengan
pemetaan proses sebuah organisasi memiliki
3.5. Diagnosis Proses - proses Kritis dan dokumentasi mengenai pekerjaan yang
Identifikasi Permasahan pada dilakukan, sehingga memungkinkan untuk
Industri Penyamakan Kulit dengan menganalisa pekerjaan yang telah dilakukan
Value Stream Map – Current State bagi peningkatan kepuasan pelanggan
Hasil pemetaan dengan IDEF0, melalui identifikasi terhadap pengurangan
kemudian dilanjutkan dengan Value Stream waktu proses, mengurangi produk defect,
Mapping untuk memperlihatkan waktu mereduksi biaya, mereduksi tahapan proses
proses keseluruhan sekaligus yang tidak menghasilkan nilai tambah,
mengidentifikasi proses - proses mana yang meningkatkan produktivitas, dan
memberikan nilai tambah dan proses - proses memudahkan pengukuran performansi. Hasil
mana yang tidak memberikan nilai tambah. pemetaan ditunjukkan pada gambar 6.

591
Perbaikan Kinerja Operasional Industri Penyamakan Kulit (Muhammad Dzikron, dkk)

Tabel 2. Identifikasi Proses-proses Kritis Industri Penyamakan Kulit


No Kode Proses Kritis Permasalahan
Kekurangan suplai bahan baku kulit, lamanya
Pengadaan Bahan waktu pemesanan dan kedatangan yang bergantung
1 A2
Baku kepada prosedur impor (lebih dari 20 hari sampai
dua bulan)
Kekurangan pasokan kulit mentah berdampak
kepada seleksi Kualitas kulit tersamak tidak baik
sehingga semua bahan diproses meski ada yang
kurang atau grade-3.
Proses Penyamakan dan Utilitas fasilitas produksi tinggi 49%
2 A3
Kulit menganggur.
Hasil pemetaan VSM menunjukkan terdapat
wasting proses sebagai waktu tidak produktif
sebesar 465 menit dalam satu siklus. Hal ini
membutuhkan solusi perbaikan
Kualitas kulit yang tersedia baik grade-1 garde-2
dan grade-3 sebagai hasil proses dalam satuan lot,
sehingga produk grade-3 dapat menururnkan
3 A4 Pengiriman Produk kualitas
Selain itu aspek utilisasi dan inefisiensi
mengakibatkan keterlambatan dalam pengiriman
produk kepada pihak pembeli

Gambar 6. Proses Bisnis Dalam Rantai Hubungan Nilai Antar Pihak Terkait.

592
Teknoin Vol. 22 No 8 Desember 2016 : 584-594

Adapun hasil analisis ditunjukkan DAFTAR PUSTAKA


diperlihatkan pada tabel 2 diatas. Untuk
menyelesaikan permasalahan yang Agus, A., dan Hajinoor, MS, “Lean
ditemukan, maka dilakukan analisis faktor- production supply chian management as
faktor penyebab munculnya permasalahan driver towards enhancing product
tersebut. quality and business performance-Case
study of manufacturing companies in
4. KESIMPULAN Malaysia”, International Journal of
Dalam beberapa tahun terakhir industri Quality & Reliability Management, Vol.
kulit mengalami kekurangan pasokan bahan 29, No.1, 2012.
baku kulit. Kondisi ini berdampak kepada Badan Pusat Statistik, Data Strategis
utilisasi pabrik penyamakan rendah. Statistik Indonesia, BPS, Jakarta, 2015.
Kekurangan pasokan bahan baku juga Cudney, E., dan Elrod, C, “A comparative
menyebabkan penyamak berusaha analysis of integrating lean concepts
memperoleh bahan baku meskipun dengan into supply chain management in
kualitas yang tercampur. Hal ini manufacturing and service industries”,
menyebabkan kualitas sebagian kulit International Journal of Lean Six
tersamak yang dihasilkan juga tidak baik. Sigma, Vol.2, No.1., 2011.
Sedangkan berdasar analisis atas proses Departemen Perindustrian., Road Map
kritis, industri kulit Sukaregang masih belum Industri Alas Kaki – 2007,
efisien, dimana proses produksi belum www.depperin.go.id/ind/publikasi/petaja
menerapkan konsep lean manufacturing lan/alas_kaki.pdf , tanggal 26 Februari
dalam aspek pemeriksaan bahan baku, dan 2008.
proses loading unloading dalam tanning Dinas Perindagkop UKM Kabupaten Garut,
drum. 2014, Data Potensi Industri di
Pada aspek integrasi Supply Chain Kabupaten Garut Tahun 2013.
kinerja dalam hubungan antar pengusaha Dora, M., et al, “Adoptability of Lean
dalam asosiasi penyamak kulit kurang Manufacturing among Small and
terjalin kerjasama. Dengan demikian hasil Medium Food Processing Enterprises”,
analisis rantai nilai dan aliran supply chain Proceedings of the 2012 Industrial and
baik secara internal pabrik dan hubungan Systems Engineering Research
integrasi antar industri belum berjalan secara Conference., 2012.
efisien. Oleh karena itu dibutuhkan solusi Indrajit, R. E. dan Djokopranoto, R, Konsep
lebih lanjut secara terintegrasi baik secara & Aplikasi Business Process
internak manufaktur juga dsalam hubungan Reengineering, Jakarta, PT. Grasindo,
antar pengusaha dalam sentra industri kulit 2002.
Sukaregang.

593
Perbaikan Kinerja Operasional Industri Penyamakan Kulit (Muhammad Dzikron, dkk)

Kemenperin, Peraturan Pemerintah Nomor


14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional Tahun
2015 – 2035, Jakarta, 2015.
Liker, J. K., , The Toyota Way, Penerbit
Erlanga, Jakarta, 2004.
So, S., dan Sun, H, “Supplier integration
strategy for lean manufacturing
adoption in electronic-enabled supply
chains”, Supply Chain Management :
An International Journal., 2010.
Tyasti, Avia E dan Hutabarat, VHO, Industri
Padat Karya Pada Industri Barang Jadi
Kulit, Percepatan Penerapan Paket
Kebijakan Ekonomi Jilid VII, MBA
ITB., 2016.
Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD)
Departemen Perindustrian Jawa Barat,
Data Potensi Sentra Industri Kulit
Sukaregang, Garut, 2014.
USAID, Profil Spesifikasi Kulit Tersamak
Indonesia 2007 Indonesian Leather
Specifications Profile, 2007.
Womack, J. P., Jones, D.T., & Roos, D, The
Machine That Changed The World,
Harper Collins, New York, 1990.

594

You might also like