You are on page 1of 11

Jurnal Teknik PWK Volume 1 Nomor 1 2012

Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
__________________________________________________________________________________________________________________

PENGARUH PERKEMBANGAN AKTIVITAS EKONOMI


TERHADAP STRUKTUR RUANG KOTA DI SWP III KABUPATEN GRESIK

Vibi Dhika Nilayanti¹ dan PM Brotosunaryo2


1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Email: vibi.dn@gmail.com

Abstract: Density of land occurred in Surabaya cause the phenomenon of "urban sprawl" that give impact on
Gresik Regency. SWP III is one of the areas in Gresik which accommodates overflow events from Surabaya. This
is resulting in the emergence of new economic activity in SWP III, mainly for industrial and residential activities.
However, the development of economic activity in SWP III is also affected by the saturation of land began to
happen in Gresik downtown. The development of economic activity that occurred in SWP III will affect patterns of
land use and road network. Changes in patterns of land use and road network can have a negative impact on the
regularity of urban space structure and can also threaten the sustainability of the environment and local food
availability due to the conversion of agricultural land into land up on a large scale. Therefore, research was
conducted to determine the influence of economic activity on the urban space structure in SWP III Gresik. The
research method used is quantitative research method is the analysis method used qualitative analysis with
descriptive argumentative technic, descriptive qualitative and quantitative technic, and descriptive comparative
technic to answer research question in this study. The results of this study is known that growing economic
activity in SWP III from 2004 – 2011 is the industrial and residential activities. The development of both economic
activity resulted in the conversion of agricultural land into land up so that contributed to the decline agricultural
activities in the region. Land conversion that occurred involved changing patterns of land use and road network in
SWP III becomes more dense, especially in Menganti and Driyorejo Subdistrict which borders directly with
Surabaya. Changes in land use pattern and road network in SWP III from 2004 – 2011 shows the development of
the city in this region. But the development of the city that did not get to change the model of urban space
structure in SWP III. So it can be concluded that the development of economic activity in SWP III from 2004 –
2011 has no effect on the urban space structure. The development of economic activity affects only the elements
forming of urban space structure, that is the pattern of land use and road network. Based on these results, Gresik
government should be able to continue to maintain the consistency of spatial planning to create patterns and
structures expected space and to avoid irregularities in the land use in the future that could threaten the
sustainability of the environment.

Keyword: urban sprawl, economic activity, city development, urban space structure

Abstrak: Kepadatan lahan yang terjadi pada Kota Surabaya mengakibatkan fenomena “urban sprawl” yang
berdampak pada Kabupaten Gresik. SWP III adalah salah satu wilayah di Kabupaten Gresik yang menampung
perluasan aktivitas dari Kota Surabaya. Hal tersebut yang mengakibatkan munculnya aktivitas ekonomi baru di
SWP III, terutama untuk aktivitas industri dan permukiman. Namun perkembangan aktivitas ekonomi di SWP III
juga dipengaruhi oleh kejenuhan lahan yang mulai terjadi di pusat kota Gresik. Perkembangan aktivitas ekonomi
yang terjadi di SWP III tentunya akan mempengaruhi pola penggunaan lahan dan jaringan jalan yang menjadi
prasarana utama dalam aktivitas ekonomi. Perubahan yang terjadi pada pola penggunaan lahan dan jaringan
jalan dapat berdampak negatif pada keteraturan struktur ruang kota dan juga dapat mengancam kelestarian
lingkungan serta ketersediaan pangan daerah karena terjadi konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun
dalam skala besar. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perkembangan aktivitas
ekonomi terhadap struktur ruang kota di SWP III Kabupaten Gresik. Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif dengan metode analisis yang digunakan adalah metode analisis kualitatif dengan teknik
analisis deskriptif argumentatif, deskriptif kualitatif dan kuantitatif, dan deskriptif komparatif untuk menjawab
rumusan masalah dalam penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah diketahui bahwa aktivitas ekonomi yang
berkembang di SWP III dari tahun 2004 – 2011 adalah aktivitas industri dan permukiman. Perkembangan kedua
aktivitas ekonomi tersebut mengakibatkan terjadi konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun sehingga
berdampak pada penurunan aktivitas pertanian di wilayah ini. Alih fungsi lahan yang terjadi ikut mengubah pola

Teknik PWK; Vol. 1; No. 1; 2012; hal. 76-86 | 76


Pengaruh Perkembangan Aktivitas Ekonomi … Vibi Dhika Nilayanti dan PM Brotosunaryo

penggunaan lahan dan jaringan jalan di SWP III menjadi lebih padat, terutama pada Kecamatan Driyorejo dan
Menganti yang berbatasan langsung dengan Kota Surabaya. Perubahan pola penggunaan lahan dan jaringan
jalan di SWP III dari tahun 2004 – 2011 menunjukkan terjadinya perkembangan kota di wilayah ini. Namun
perkembangan kota itu ternyata tidak sampai mengubah model struktur ruang kota di SWP III. Jadi dapat
disimpulkan bahwa perkembangan aktivitas ekonomi di SWP III dari tahun 2004 – 2011 tidak berpengaruh
terhadap struktur ruang kotanya. Perkembangan aktivitas ekonomi hanya mempengaruhi elemen pembentuk
struktur ruang kota saja, yaitu pola penggunaan lahan dan jaringan jalan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
sebaiknya Pemerintah Kabupaten Gresik dapat terus menjaga konsistensi rencana tata ruang yang telah dibuat
sebelumnya agar tercipta keteraturan pola dan struktur ruang yang diharapkan, mengingat potensi
perkembangan wilayah di SWP III yang cukup besar sehingga rawan untuk terjadi penyimpangan penggunaan
lahan pada masa yang akan datang yang dapat mengancam kelestarian lingkungan.

Kata kunci: perluasan kota, aktivitas ekonomi, perkembangan kota, struktur ruang kota

PENDAHULUAN wilayah penyangganya, salah satunya


Untuk mempertahankan hidupnya, adalah Kabupaten Gresik.
manusia akan berusaha untuk memenuhi Sebagai wilayah penyangga,
kebutuhannya. Kebutuhan hidup utama Kabupaten Gresik menyediakan lahan
manusia adalah makanan, pakaian, dan alternatif untuk menampung perluasan
tempat tinggal. Namun, kebutuhan kawasan industri dan permukiman di
manusia saat ini sudah tidak terbatas pinggiran Kota Surabaya. Salah satu
pada kebutuhan utama saja, tetapi sudah wilayah di Kabupaten Gresik yang
berkembang menjadi kebutuhan akan menampung perluasan Kota Surabaya
pendidikan, pekerjaan, rekreasi, adalah SWP (Satuan Wilayah
transportasi, dan pelayanan kesehatan Pembangunan) III yang terletak pada
(Adisasmita, 2005). Seiring dengan bagian Selatan Kabupaten Gresik. SWP III
perkembangan zaman dan teknologi, juga berfungsi sebagai wilayah alternatif
permintaan kebutuhan hidup manusia untuk pengembangan aktivitas industri
semakin meningkat, baik dari segi dan permukiman di Kabupaten Gresik
kuantitas maupun kualitas. Peningkatan akibat kejenuhan lahan yang mulai terjadi
kebutuhan hidup tersebut tentu akan di pusat kota Gresik.
meningkatkan aktivitas ekonomi yang Aktivitas ekonomi yang berkembang
dilakukan oleh masyarakat di suatu di SWP III tentunya berdampak pada
wilayah. Di daerah perkotaan, peningkatan perubahan lahan di wilayah ini. Lahan
aktivitas ekonomi akan berlangsung lebih terbuka yang mendominasi penggunaan
cepat dibandingkan di daerah pedesaan lahan di SWP III mulai terkonversi menjadi
karena jumlah penduduk di perkotaan lahan terbangun yang difungsikan untuk
lebih banyak dan gaya hidup menampung aktivitas ekonomi tersebut.
masyarakatnya juga lebih konsumtif. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi
Perkembangan aktivitas ekonomi akan mempengaruhi pola penggunaan
pada suatu kota akan mengakibatkan kota lahan dan pola jaringan jalan yang
tersebut menjadi semakin ramai dan merupakan elemen penyusun struktur
terlalu padat (Khadiyanto, 2005). ruang kota. Jadi dapat dikatakan
Akibatnya, seringkali terjadi fenomena perkembangan aktivitas ekonomi di SWP
urban sprawl yang mengakibatkan III akan mempengaruhi struktur ruang kota
pertumbuhan fisik kota meluas hingga ke di wilayah ini akibat terjadi perubahan
wilayah di sekitar pinggiran kota yang pada elemen penyusun struktur ruang
biasanya merupakan wilayah penyangga kotanya.
kota tersebut. Fenomena urban sprawl Penelitian ini bertujuan untuk
yang terjadi di Indonesia salah satunya mengetahui pengaruh perkembangan
dapat dilihat pada Kota Surabaya (Hadi, aktivitas ekonomi terhadap struktur ruang
2009). Kepadatan dan keterbatasan lahan kota di SWP III Kabupaten Gresik. Hasil
di pusat Kota Surabaya mendorong dari penelitian ini diharapkan dapat
perkembangan aktivitas ekonomi ke arah dirumuskan suatu rekomendasi agar
pinggiran kota dan meluas hingga wilayah- perkembangan aktivitas ekonomi di SWP

Teknik PWK; Vol. 1; No. 1; 2012; hal. 76-86 | 77


Pengaruh Perkembangan Aktivitas Ekonomi … Vibi Dhika Nilayanti dan PM Brotosunaryo

III dapat diarahkan dengan baik tanpa memenuhi kepentingan manusia atau
mengabaikan kelestarian lingkungan dan kelompok orang atau masyarakat dalam
keteraturan tata ruang kota untuk ruang. Dengan demikian, dapat diartikan
keberlanjutan di masa yang akan datang. bahwa sistem aktivitas adalah suatu cara
METODE PENELITIAN manusia atau kelompok manusia untuk
Adapun pendekatan penelitian yang memenuhi kepentingannya yang saling
digunakan dalam penelitian ini adalah terkait dalam suatu ruang tertentu
pendekatan positivistik, yaitu pendekatan sehingga membentuk suatu keutuhan.
yang memandang suatu fenomena itu Stuart Chapin (1965) dalam Yunus (2004)
konkrit, teramati, terukur, dan hubungan mengemukakan bahwa pendekatan
gejalanya bersifat sebab akibat (Sugiyono, sistem aktivitas dalam struktur ruang kota
2007). Karena berlandaskan pada merupakan suatu upaya yang digunakan
pendekatan positivistik, maka metode untuk memahami pola-pola keruangan
penelitian yang digunakan adalah kota yang tercipta akibat pola-pola
penelitian yang bersifat deduktif atau biasa perilaku dari individu-individu, lembaga-
disebut penelitian kuantitatif. Penelitian ini lembaga, dan perusahaan-perusahaan.
didasarkan pada landasan teori untuk Jadi segala aktivitas yang dilakukan oleh
merumuskan variabel penelitian sehingga manusia untuk memenuhi kebutuhan
diketahui kebutuhan data yang digunakan. hidupnya akan membentuk suatu pola
Data primer diperoleh dari hasil keruangan kota karena adanya keterkaitan
wawancara dengan narasumber dari antaraktivitas.
institusi pemerintahan yang terkait dan
Ekonomi Wilayah
dari hasil observasi lapangan di wilayah
Menurut Tarigan (2005), ilmu
studi. Wawancara dilakukan pada
ekonomi wilayah adalah salah satu
narasumber ahli yang telah ditentukan
cabang baru dalam ilmu ekonomi yang
dengan teknik purposive sampling
dalam pembahasannya memasukkan
sehingga diharapkan dapat diperoleh
unsur lokasi dalam pembahasannya. Ilmu
informasi yang mendalam tentang
ekonomi wilayah membahas mengenai
pengaruh perkembangan aktivitas
aktivitas ekonomi secara keseluruhan
ekonomi terhadap struktur ruang kota di
dalam suatu wilayah dan upaya mengatur
SWP III. Sedangkan data sekunder
kebijakan untuk mempercepat
diperoleh dari hasil telaah dokumen dan
pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.
artikel yang terkait dengan penelitian,
Pembahasan dalam ilmu ekonomi wilayah
seperti dokumen rencana tata ruang, buku
tidak mungkin terlepas dari materi
statistik, peta, dan artikel dari internet.
makroekonomi dan ekonomi
Data dan informasi tersebut kemudian
pembangunan yang menjadi induk dari
dianalisis degan teknik analisis deskriptif
ilmu ekonomi ini.
argumentatif (analisis hasil wawancara),
Modifikasi variabel-variabel
deskriptif kuantitatif dan kualitatif (analisis
makroekonomi banyak dilakukan oleh
hasil telaah dokumen), dan deskriptif
para pakar dan peneliti ekonomi regional
komparatif (analisis perbandingan untuk
(Alim, 2006). Diantaranya adalah
mengetahui perkembangan aktivitas
Richardson (dalam Tarigan, 2005) yang
ekonomi dan struktur ruang kota).
membicarakan ilmu ekonomi regional
dengan membahas teori pertumbuhan
KAJIAN LITERATUR
ekonomi wilayah. Pakar ekonomi regional
Sistem Aktivitas lain adalah Bendavid (dalam Tarigan,
Menurut Kamus Tata Ruang, sistem 2005) yang menerapkan teori nilai tambah
diartikan sebagai suatu perangkat atau dan analisis input-output dalam ekonomi
unsur yg secara teratur saling berkaitan wilayah yang dilanjutkan dengan analisis
sehingga membentuk suatu shift-share dan teori basis ekspor.
totalitas/keutuhan. Sedangkan aktivitas
Perkembangan Kota
atau kegiatan adalah pola, cara atau gerak

Teknik PWK; Vol. 1; No. 1; 2012; hal. 76-86 | 78


Pengaruh Perkembangan Aktivitas Ekonomi … Vibi Dhika Nilayanti dan PM Brotosunaryo

Perkembangan kota merupakan ruang kota yang dikemukakan oleh para


ekspresi perkembangan aktivitas ahli terkait dengan pendekatan ekologikal,
masyarakat kota tersebut (Zahnd, 2003). antara lain teori konsentris, teori sektor,
Seiring perubahan zaman, kota teori poros, dan teori multiple nuclei.
mengalami perubahan dari masa ke masa Sedangkan pendekatan morfologi kota
karena kota selalu mengalami menurut Herbert (1973) dalam Yunus
perkembangan. Perkembangan kota (2004) lebih difokuskan pada bentuk-
tersebut sejalan dengan peningkatan bentuk fisik dari lingkungan perkotaan
jumlah penduduk dan tuntutan kebutuhan yang dapat diamati melalui sistem-sistem
hidup dalam aspek politik, ekonomi, sosial, jaringan jalan, blok-blok bangunan, dan
budaya, dan teknologi sehingga juga bangunan-bangunan individual.
mengakibatkan meningkatnya kegiatan Pendekatan ini dapat mencerminkan
penduduk (Yunus, 2004). Peningkatan karakteristik struktur ruang kota suatu
kegiatan penduduk berakibat pada wilayah yang membedakannya dengan
peningkatan kebutuhan ruang yang besar wilayah lainnya. Ekspresi keruangan yang
untuk menampung kegiatan tersebut. dapat menunjukkan struktur ruang kota
Menurut Zahnd (2003), secara dengan pendekatan morfologi kota
teoritis ada tiga cara dalam perkembangan (Yunus, 2004), yaitu bentuk kompak dan
dasar suatu kota. Teknis cara bentuk tidak kompak.
perkembangan dasar di dalam kota, yaitu
perkembangan horizontal, perkembangan TINJAUAN UMUM
vertikal, dan perkembangan interstisial. SWP III merupakan satuan wilayah
Selain perkembangan kota, dikenal juga pembangunan di Kabupaten Gresik yang
istilah perembetan kota. Perembetan meliputi tujuh kecamatan, yaitu
kenampakan fisik kota merupakan salah Kecamatan Cerme, Kecamatan Benjeng,
satu bentuk dari perkembangan sebuah Kecamatan Balongpanggang, Kecamatan
kota (Yunus, 2004). Kawasan-kawasan Menganti, Kecamatan Kedamean,
yang merupakan hinterland sebuah kota Kecamatan Wringinanom, dan Kecamatan
perlahan-lahan berubah memiliki sifat Driyorejo. Pusat SWP III berada pada IKK
kekotaan. Terdapat tiga buah bentuk (Ibukota Kecamatan) Driyorejo. Luas
perembetan kenampakan fisik kota, yaitu wilayah SWP III adalah 445,19 km2 dan
perembetan konsentris, perembetan berbatasan langsung dengan empat
memanjang, dan perembetan meloncat. kabupaten/kota, yaitu Kota Surabaya di
bagian Timur, Kabupaten Sidoarjo di
Struktur Ruang Kota
bagian Selatan, serta Kabupaten
Menurut UURI Nomor 26 Tahun
Mojokerto dan Lamongan di bagian Barat.
2007, struktur ruang adalah susunan
Berdasarkan RTRW Kabupaten Gresik
pusat-pusat permukiman dan sistem
Tahun 2004 – 2014, SWP III direncanakan
jaringan prasarana dan sarana yang
sebagai wilayah pengembangan kawasan
berfungsi sebagai pendukung kegiatan
permukiman, industri, dan campuran di
sosial ekonomi masyarakat yang secara
Kabupaten Gresik. Begitu juga pada
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
RTRW Kabupaten Gresik Tahun 2010 –
Beberapa pendekatan untuk mengkaji
2030. Wilayah ini masih difokuskan untuk
struktur ruang kota antara lain pendekatan
pengembangan kawasan permukiman
ekologikal dan pendekatan morfologikal.
skala besar yang terkonsentrasi pada
Pendekatan ekologikal memandang
Kecamatan Driyorejo, Kecamatan
kota sebagai suatu objek studi yang
Kedamean, Kecamatan Menganti, dan
didalamnya terdapat masyarakat manusia,
Kecamatan Cerme, kawasan industri yang
telah mengalami proses interelasi
terkonsentrasi pada Kecamatan Driyorejo,
antarmanusia dan antara manusia dengan
Kecamatan Wringinanom, Kecamatan
lingkungannya sehingga tercipta pola
Kedamean, dan Kecamatan Menganti,
keteraturan penggunaan lahan (Yunus,
dan kawasan campuran di sepanjang jalan
2004). Ada beberapa model teori struktur
arteri dan kolektor pada Kecamatan

Teknik PWK; Vol. 1; No. 1; 2012; hal. 76-86 | 79


Pengaruh Perkembangan Aktivitas Ekonomi … Vibi Dhika Nilayanti dan PM Brotosunaryo

Driyorejo, Kecamatan Kedamean, Cerme.


Kecamatan Menganti, dan Kecamatan

Sumber: RTRW Kab. Gresik Tahun 2004 – 2014


Gambar 1
Peta Administrasi SWP III Kab. Gresik

ANALISIS lahan terbangun. Hal tersebut


menunjukkan bahwa perkembangan
Analisis Perkembangan Aktivitas
aktivitas pertanian di wilayah ini
Ekonomi di SWP III Kabupaten Gresik
mengalami penurunan dan berbanding
Aktivitas ekonomi yang dianalisis
terbalik dengan perkembangan aktivitas
perkembangannya dalam penelitian ini
industri dan permukiman.
difokuskan pada aktivitas ekonomi
dominan yang terdapat di seluruh
kecamatan di SWP III dan dianggap telah 1000.00 718.43
memberikan pengaruh terhadap 500.00 315.78
perkembangan fisik di wilayah tersebut.
Ada tiga jenis aktivitas ekonomi dominan 0.00

di wilayah penelitian, yaitu aktivitas Pertanian Industri Permukiman


-500.00
pertanian, industri, dan permukiman.
-1000.00
Aktivitas pertanian adalah aktivitas -855.79
ekonomi yang masih sangat mendominasi
di SWP III dari tahun 2004 – 2011. Namun Sumber: Hasil Analisis, 2011
dalam kurun waktu tersebut, luasan lahan Gambar 2
pertanian di wilayah ini mengalami Pertumbuhan Luasan Lahan Aktivitas
penurunan sebesar 855,79 Ha atau 2,45% Ekonomi Dominan di SWP III
dari luas lahan pertanian pada tahun Tahun 2004 – 2011 (dalam Hektar)
2004. Penurunan luasan lahan pertanian
di SWP III sebagian besar disebabkan Perkembangan aktivitas industri dan
adanya alih fungsi lahan terbuka menjadi permukiman di SWP III dari tahun 2004 –
2011 mengalami peningkatan yang cukup

Teknik PWK; Vol. 1; No. 1; 2012; hal. 76-86 | 80


Pengaruh Perkembangan Aktivitas Ekonomi … Vibi Dhika Nilayanti dan PM Brotosunaryo

signifikan, terlihat dari pertumbuhan saja, tetapi juga terjadi pada penggunaan
luasan lahannya sebesar 315,78 Ha atau lahan terbuka lainnya, yaitu lahan rumput,
191,87% untuk lahan industri dan sebesar danau, dan tambak. Selain itu, alih fungsi
718,43 Ha atau 16,85% untuk lahan lahan terbuka juga tidak hanya diubah
permukiman. Perkembangan dua aktivitas menjadi lahan industri dan permukiman
ekonomi tersebut banyak dipengaruhi oleh saja, tetapi juga menjadi penggunaan
perkembangan pusat kota Gresik dan lahan lainnya, seperti untuk sarana dan
pinggiran Kota Surabaya yang mulai prasarana. Lahan sawah tadah hujan
mengalami kepadatan lahan. Ketersediaan mengalami penurunan luas yang paling
lahan terbuka yang masih sangat luas di besar yaitu seluas 583,07 Ha. Jenis
SWP III menjadikan wilayah ini memiliki sawah ini merupakan sawah yang kurang
potensi yang besar untuk menjadi produktif bagi aktivitas pertanian karena
kawasan pengembangan aktivitas mengandalkan musim hujan dalam proses
ekonomi baru di Kabupaten Gresik dan produksinya. Hal tersebut yang
menampung perluasan aktivitas dari Kota menjadikan lahan sawah tadah hujan di
Surabaya. Perkembangan aktivitas SWP III diarahkan untuk guna lahan lain
industri dan permukiman di SWP III yang lebih produktif bagi perekonomian
sebagian besar terjadi pada Kecamatan wilayah, seperti guna lahan industri,
Wringinanom, Kecamatan Driyorejo, permukiman, dan perdagangan dan jasa.
Kecamatan Kedamean, Kecamatan Perubahan penggunaan lahan yang
Menganti, dan Kecamatan Cerme. terjadi di SWP III dari tahun 2004 – 2011
ternyata mempengaruhi pola penggunaan
lahan karena terjadi perubahan terhadap
sebaran guna lahannya, meskipun tidak
terlihat signifikan. Pada tahun 2004, pola
penggunaan lahan di SWP III didominasi
oleh penggunaan lahan pertanian yang
tersebar merata di sebagian besar SWP III
dan sebagian kecil lahan perikanan pada
bagian Utara SWP III, penggunaan lahan
permukiman sebagian besar tersebar
dalam kelompok-kelompok luasan kecil
dan pada bagian Selatan terlihat
membentuk pola linear, dan persebaran
penggunaan lahan industri banyak terlihat
pada bagian Selatan wilayah studi
membentuk pola linear.
Kemudian pada tahun 2011, pola
lahan permukiman yang sebelumnya
tersebar dalam kelompok-kelompok
Sumber: Modifikasi RTRW Kab. Gresik Tahun luasan kecil pada beberapa lokasi terlihat
2010 – 2030, Google Earth, Pengamatan
mengalami perkembangan menjadi
Lapangan Tahun 2011
kelompok luasan yang lebih besar dan
Gambar 3 pola linear pada bagian Selatan mulai
Peta Perkembangan Aktivitas Industri dan terlihat lebih jelas. Sedangkan lahan
Permukiman di SWP III industri terlihat lebih jelas membentuk pola
Tahun 2004 – 2011
linear pada bagian Selatan wilayah studi di
tahun 2011 dan lahan industri juga mulai
Analisis Arah Perkembangan Kota di muncul pada bagian Utara dengan pola
SWP III Kabupaten Gresik
linear. Sebenarnya perubahan hanya
Alih fungsi lahan terbuka menjadi terjadi pada kepadatan lahan industri dan
lahan terbangun sebenarnya tidak hanya
permukiman di SWP III yang mengalami
terjadi pada penggunaan lahan pertanian peningkatan dari tahun 2004 – 2011. Jadi

Teknik PWK; Vol. 1; No. 1; 2012; hal. 76-86 | 81


Pengaruh Perkembangan Aktivitas Ekonomi … Vibi Dhika Nilayanti dan PM Brotosunaryo

perkembangan penggunaan lahan industri berperan sebagai pusat kegiatan bagi


dan permukiman di SWP III masih wilayah ini dibandingkan pengaruh dari
mengikuti pola yang sudah terbentuk pada pusat kota Gresik. Hal itu dapat dilihat dari
tahun 2004. kecenderungan perubahan pola
Perkembangan aktivitas penggunaan lahan dan jaringan jalan yang
permukiman juga mempengaruhi terjadi pada kecamatan yang berbatasan
perkembangan jaringan jalan lokal di SWP dengan Kota Surabaya, yaitu Kecamatan
III. Pada kawasan permukiman baru Driyorejo dan Kecamatan Menganti.
berkembang pula jaringan jalan baru yang Ketersediaan fasilitas yang lebih
mendukung mobilitas penduduk yang memadai, baik dari segi kualitas maupun
tinggal di dalamnya. Tahun 2004 pola kuantitas, menjadikan perkembangan kota
jaringan jalan di SWP III terlihat di SWP III tertarik ke wilayah yang dekat
membentuk pola jalan tidak teratur akibat dengan Kota Surabaya. Selain itu,
penggunaan lahan terbangun yang Kabupaten Sidoarjo juga ikut
terletak meyebar. Namun pada tahun mempengaruhi perkembangan kota di
2011, jaringan jalan baru yang tumbuh SWP III. Namun pengaruh
pada kawasan permukiman baru perkembangannya tidak terlalu besar
mengakibatkan terbentuknya pola jalan karena adanya limitasi geografi berupa
grid. Kawasan permukiman perkotaan sungai, yaitu Sungai Kalimas, yang
yang saat ini berkembang di SWP III telah mengakibatkan kurangnya akses dari dan
mengadopsi pola jalan grid untuk menuju kabupaten tersebut.
memudahkan dalam pembagian lahan dan
mengefisienkan lahan.
Perkembangan pola penggunaan Subpusat
lahan dan pola jaringan jalan Kegiatan

menunjukkan adanya perkembangan kota


di SWP III. Dalam kurun waktu tersebut,
pola penggunaan lahan terbangun beserta
pola jaringan jalannya berkembang pada Pusat
lahan terbuka yang ada. Lahan terbangun Kegiatan

baru tersebut tumbuh di antara lahan


tebangun yang sudah ada sebelumnya
sehingga lahan terbangun di SWP III
menjadi lebih padat dari tahun 2004.
Perkembangan kota seperti itu Perkembangan guna
lahan
digolongkan dalam perkembangan Perkembangan jar. jalan

interstisial. Perkembangan interstisial Pengaruh


perkembangan wilayah
adalah perkembangan kota ke arah dalam sekitar

Kecenderungan
(Zahnd, 2003). Selain itu, perkembangan perkembangan kota

kota di wilayah ini juga dikategorikan


dalam bentuk perembetan kota meloncat. Sumber: Hasil Analisis, 2012
Jenis perembetan kota tersebut Gambar 4
menggambarkan perkembangan lahan Arah Perkembangan Kota di SWP III
terbangun terjadi secara berpencar karena Tahun 2004 – 2011
tumbuh di tengah-tengah lahan pertanian
(Yunus, 2004). Karena penggunaan lahan Analisis Perkembangan Struktur Ruang
di SWP III masih didominasi lahan Kota di SWP III Kabupaten Gresik
pertanian, maka lahan-lahan terbangun Perkembangan struktur ruang kota
yang tumbuh menjadi dikelilingi lahan di SWP III dianalisis dengan cara
pertanian. membandingkan model struktur ruang
Perkembangan kota di SWP III dari kota pada tahun 2004 dengan model
tahun 2004 – 2011 lebih banyak struktur ruang kota pada tahun 2011.
dipengaruhi oleh Kota Surabaya yang

Teknik PWK; Vol. 1; No. 1; 2012; hal. 76-86 | 82


Pengaruh Perkembangan Aktivitas Ekonomi … Vibi Dhika Nilayanti dan PM Brotosunaryo

Berdasarkan pendekatan ekologikal, Gresik yang berbatasan langsung dengan


model struktur ruang kota di SWP III dari Kota Surabaya, sebagian besar
tahun 2004 – 2011 tidak mengalami penduduknya masih cenderung tertarik ke
perubahan, yaitu tetap mendekati model Kota Surabaya untuk melakukan aktivitas
teori multiple nuclei. Model tersebut perdagangan dan jasa. Sedangkan pusat
dianggap paling mendekati karena ada kota Gresik sendiri tetap menjadi daerah
dua daerah pusat kegiatan yang pusat kegiatan di wilayah penelitian tetapi
mempengaruhi wilayah penelitian, yaitu dengan skala pelayanan yang lebih kecil
Kota Surabaya sebagai daerah pusat sehingga daya tarik ekonominya tidak
kegiatan utama dan pusat kota Gresik sekuat Kota Surabaya. Kemudian zona
sebagai daerah subpusat kegiatan. Kota permukiman dan industri yang ada di SWP
Surabaya sebagai Ibukota Provinsi Jawa III merupakan zona permukiman dan
Timur tentu memiliki kegiatan perniagaan industri pinggiran karena letaknya yang
dengan skala pelayanan yang besar. jauh dari daerah pusat-pusat kegiatan
Maka tidak mengherankan jika Kabupaten yang ada.

2004 2011

Daerah Pusat Kegiatan

Daerah Subpusat Kegiatan


Model Teori Multiple
Nuclei Sumber: Hasil Analisis, 2012 Zona Permukiman Pinggiran
Sumber: Yunus, 2004
Zona Industri Pinggiran
Gambar 5
Struktur Ruang Kota SWP III Berdasarkan Pendekatan Ekologikal Tahun 2004 dan 2011

Berdasarkan pendekatan morfologi tahun 2004 – 2011. Kawasan permukiman


kota, struktur ruang kota SWP III tahun tersebut membentuk pola menyebar yang
2004 – 2011 juga tidak mengalami terhubung dengan jaringan jalan lokal
perubahan. Struktur ruang kota di SWP III yang juga berpola tidak teratur
tetap dikategorikan dalam bentuk kota menyesuaikan pola permukimannya.
tidak kompak, yaitu berbentuk kota Struktur ruang kota seperti ini
terpecah. Kota terpecah merupakan menunjukkan bahwa SWP III merupakan
ekspresi keruangan dari perkembangan wilayah di Kabupaten Gresik yang baru
suatu kota yang tidak menyatu dengan berkembang sehingga terlihat masih
kota induknya sehingga membentuk banyak lahan terbuka yang tersedia.
exclaves, biasanya merupakan daerah Ketersediaan lahan terbuka yang
permukiman, pada daerah pertanian di masih luas menjadikan para developer
sekitarnya (Yunus, 2004). Karakteristik masih dapat dengan bebas memilih lokasi
kota terpecah tersebut mirip dengan dalam zona peruntukkan lahan
karakteristik pola penggunaan lahan permukiman untuk mereka kembangkan
permukiman yang ada di SWP III pada sebagai perumahan baru di SWP III.

Teknik PWK; Vol. 1; No. 1; 2012; hal. 76-86 | 83


Pengaruh Perkembangan Aktivitas Ekonomi … Vibi Dhika Nilayanti dan PM Brotosunaryo

Akibatnya kawasan permukiman baru sebelumnya. Dengan pola seperti itu


tersebut berkembang secara menyebar menjadikan kawasan permukiman di SWP
sehingga kurang terintegrasi dengan III hingga tahun 2011 masih dikelilingi oleh
kawasan permukiman yang sudah ada lahan-lahan pertanian.

2004 2011

Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Bentuk Kota Terpecah
Sumber: Yunus, 2004 Sumber: Hasil Analisis, 2012 Permukiman

Industri
Gambar 6
Struktur Ruang Kota SWP III Berdasarkan Pendekatan Morfologi Kota Tahun 2004 dan 2011

Analisis Pengaruh Perkembangan kejenuhan. Selain itu, perkembangan


Aktivitas Ekonomi terhadap Struktur lahan terbangun di SWP III hingga tahun
Ruang Kota di SWP III Kabupaten 2011 juga masih mengikuti pola ruang
Gresik pada tahun 2004. Jadi, perkembangan
Tidak terjadinya perubahan pada aktivitas ekonomi di SWP III tidak
model struktur ruang kota di SWP III dari mengubah model struktur ruang kotanya.
tahun 2004 – 2011 disebabkan model
multiple nuclei merupakan model struktur
ruang kota yang paling sesuai dengan
kondisi perkotaan pada saat ini. Dalam Perkembangan aktivitas
permukiman dari tahun
Subpusat
perkembangannya, suatu kota akan 2004 – 2011 mengakibatkan
perkembangan lahan
Kegiatan

tumbuh dengan beberapa pusat kegiatan permukiman dan jaringan


jalan lokal di SWP III.

yang saling terintegrasi. Hal tersebut


terjadi akibat adanya proses pemerataan
pembangunan sehingga dalam suatu kota
tidak hanya bergantung pada satu pusat Pusat Kegiatan

kegiatan saja tetapi juga harus didukung


dengan sub-sub pusat kegiatan agar
dapat melayani penduduk secara lebih
merata.
Sedangkan untuk model struktur Perkembangan lahan
permukiman
ruang kota menurut pendekatan morfologi
Perkembangan lahan
kota, juga tidak terjadi perubahan model. industri

Hal tersebut dikarenakan lahan terbuka di Perkembangan jalan lokal Perkembangan


aktivitas industri dari
SWP III masih tersedia sangat luas tahun 2004 – 2011
mengakibatkan
sehingga perkembangan fisik yang terjadi perkembangan lahan
industri di SWP III.

dalam kurun waktu 7 tahun tersebut tidak


membuat lahan di wilayah ini mengalami

Teknik PWK; Vol. 1; No. 1; 2012; hal. 76-86 | 84


Pengaruh Perkembangan Aktivitas Ekonomi … Vibi Dhika Nilayanti dan PM Brotosunaryo

dominan dibandingkan aktivitas ekonomi


Sumber: Hasil Analisis, 2012 lainnya. Namun tentunya perkembangan
Gambar 7 aktivitas ekonomi lain, seperti aktivitas
Pengaruh Perkembangan Aktivitas Ekonomi perdagangan dan jasa, juga ikut
terhadap Struktur Ruang Kota di SWP III mempengaruhi perkembangan struktur
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ruang kota di SWP III. Kecenderungan
Perkembangan aktivitas ekonomi di perkembangan aktivitas ekonomi yang
SWP III dari tahun 2004 – 2011 terjadi meningkat dari tahun ke tahun pastinya
pada aktivitas industri dan permukiman. akan mengkonversi lahan-lahan terbuka di
Sebagai wilayah pinggiran dengan lahan SWP III dalam jumlah besar. Pemerintah
terbuka yang masih luas, SWP III setempat sebaiknya mulai menetapkan
dijadikan sebagai wilayah pengembangan lahan-lahan pertanian abadi di wilayah ini
aktivitas ekonomi baru bagi Kabupaten untuk menjaga kelestarian lingkungan dan
Gresik dan Kota Surabaya. Akibatnya alih ketersedian pangan di Kabupaten Gresik.
fungsi lahan terbuka menjadi lahan Pemerintah juga diharapkan dapat terus
terbangun untuk menampung konsisten dalam menjaga perkembangan
perkembangan aktivitas ekonomi di lahan industri dan permukiman di SWP III
wilayah ini tidak dapat terelakkan. Alih tetap berada dalam peruntukkan lahan
fungsi lahan tersebut ikut mempengaruhi sesuai dengan rencana tata ruang yang
pola penggunaan lahan di wilayah ini berlaku agar tercipta suatu keteraturan
menjadi lebih padat dari pola sebelumnya pola ruang beserta struktur ruangnya.
dan munculnya pola jaringan jalan baru
pada kawasan-kawasan permukiman DAFTAR PUSTAKA
baru. Kecenderungan arah perkembangan Adisasmita, Rahardjo. 2005.
kota di SWP III adalah pada daerah yang Pembangunan Ekonomi
berbatasan dengan Kota Surabaya, yaitu Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
pada Kecamatan Driyorejo dan Alim, Moch. Rum. 2006. Analisis
Kecamatan Menganti, akibat besarnya Keterkaitan dan Kesenjangan
tarikan aktivitas ekonomi dari Kota Ekonomi Intra dan Interregional
Surabaya. Namun perkembangan kota Jawa-Sumatera. Disertasi, IPB.
tersebut ternyata tidak mempengaruhi Bogor.
model struktur ruang kota di SWP III. Budiharjo, Eko. 1997. Tata Ruang
Model struktur ruang kota di wilayah ini Perkotaan. Bandung: Alumni.
masih menunjukkan model teori multiple Hadi, Devira Putriani. 2009. Studi
nuclei menurut pendekatan ekologikal dan Perkembangan Urban Sprawl di
berbentuk kota terpecah menurut Surabaya Metropolitan Area.
pendekatan morfologi kota. Jadi Undergraduate Theses, Urban and
perkembangan aktivitas ekonomi di SWP Regional Planning ITS. Surabaya.
III dari tahun 2004 – 2011 tidak Khadiyanto, Parfi. 2005. Tata Ruang
berpengaruh terhadap struktur ruang Berbasis pada Kesesuaian Lahan.
kotanya. Perkembangan aktivitas ekonomi Semarang: Badan Penerbit
hanya mempengaruhi pola penggunaan Universitas Diponegoro.
lahan dan pola jaringan jalan yang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
merupakan elemen penyusun struktur Gresik Tahun 2004 – 2014 dan
ruang kota. Tahun 2010 – 2030.
Hasil dari penelitian ini baru sebatas Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori
mengamati perkembangan aktivitas dan Aplikasi. Padang: Baduose
industri dan permukiman saja yang Media.
dianggap dapat mewakili perkembangan Sugiyono, 2007. Metode Penelitian
aktivitas ekonomi di SWP III secara Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
keseluruhan. Hal tersebut dikarenakan Bandung: Alfabeta.
perkembangan dua aktivitas ekonomi itu Tarigan, Robinson. 2005. Teori Ekonomi
Regional. Jakarta: Bumi Aksara.

Teknik PWK; Vol. 1; No. 1; 2012; hal. 76-86 | 85


Pengaruh Perkembangan Aktivitas Ekonomi … Vibi Dhika Nilayanti dan PM Brotosunaryo

Yunus, Hadi Sabari. 2004. Struktur Tata


Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Zahnd, Markus. 2003. Perancangan Kota
Secara Terpadu. Yogyakarta:
Kanisius.

Teknik PWK; Vol. 1; No. 1; 2012; hal. 76-86 | 86

You might also like