Professional Documents
Culture Documents
2680 7415 1 SM PDF
2680 7415 1 SM PDF
Mochamad Rizak
Kementerian Agama Kota Semarang
Email : m.rizak@rocketmail.com
ABSTRACT
I ntercultural communication becomes a norm in the midst of society that has been globalized.
There are no more regional boundaries and cultural barriers that travel between one person and
another. But in reality, cultural differences often cause ripples of problems and even lead to the
emergence of social conflict. This is due to the strengthening of ethnic identity that led to the
emergence of ethnocentrism and stereotype in which one group feels superior to other ethnic groups
This study discusses the relationship of communication and culture that is like two sides of the
coin. Culture shapes human thoughts and behavior and shapes our patterns of communication. While
with communication we can convey the result of creation, desire and taste to others. This study
wanted to examine matters relating to intercultural communication, especially on religious groups
that led to the emergence of prejudice, causing a sense of mutual suspicion and even hostility between
religious groups. In this case prejudice becomes an obstacle in communicating.
Intercultural communication aims to remove barriers as a result of cultural differences. As the
principle of communication that the more like the cultural background will be more effective
communication. Intercultural communication wants to make us human beings, ie people who look at
others from the point of their culture not from the point of our culture so that will grow mutual
respect.
Keywords: communication, culture, religious group
ABSTRAK
K omunikasi antar budaya menjadi norma di tengah-tengah masyarakat yang telah mengglobal.
Tidak ada lagi batas-batas regional dan hambatan budaya yang bergerak antara satu orang
dan yang lain. Namun dalam kenyataannya, perbedaan budaya sering menyebabkan riak
masalah dan bahkan mengarah pada munculnya konflik sosial. Hal ini disebabkan menguatnya
identitas etnis yang menyebabkan munculnya etnosentrisme dan stereotipe di mana satu kelompok
merasa lebih superior dari kelompok etnis lain.
Studi ini membahas hubungan komunikasi dan budaya yang seperti dua sisi mata uang. Budaya
membentuk pikiran dan perilaku manusia dan membentuk pola komunikasi kita. Sementara dengan
komunikasi kita dapat menyampaikan hasil ciptaan, keinginan dan rasa kepada orang lain. Penelitian
ini ingin meneliti hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi antar budaya, terutama pada kelompok
agama yang menyebabkan munculnya prasangka, menyebabkan rasa saling curiga dan bahkan
permusuhan antar kelompok agama. Dalam hal ini prasangka menjadi kendala dalam berkomunikasi.
Komunikasi antarbudaya bertujuan untuk menghilangkan hambatan sebagai akibat dari perbedaan
budaya. Sebagai prinsip komunikasi yang lebih menyukai latar belakang budaya akan komunikasi
yang lebih efektif. Komunikasi antarbudaya ingin menjadikan kita manusia, yaitu orang yang melihat
orang lain dari sudut budaya mereka bukan dari sudut budaya kita sehingga akan tumbuh saling
menghargai.
kontak pribadi (personal contact), dimana dan 3) mengenai perasaan dan pikiran kita,
pribadi komunikator menyentuh pribadi artinya mengakui perasaan dan pikiran
komunikan. Ketika komunikator yang kita ungkapkan dan kita
menyampaikan pesan, ketika itu pula pertanggungjawabkan.
terjadi umpan balik langsung (immediate Selanjutnya, empati (empathy) artinya
feedback). merasakan sebagai mana yang dirasakan
Dengan demikian,komunikator dapat oleh orang menjadi perasaan bersama.
mengetahui apa tanggapan komunikan Karakteristik komunikasi antarpribadi
terhadap pesan yang disampaikannya. selanjutnya adalah dukungan
Apabila pesan yang disampaikan itu dapat (supportiveness) Dengan adanya dukungan
menyenangkan komunikan (umpan balik akan tercapai komunikasi antar pribadi
positif), maka komunikator dapat yang efektif. Dukungan adakalanya
mempertahankan gaya komunikasinya, terucapkan dan adakalanya tidak
tetapi apabila tanggapan komunikan itu terucapkan.
negatif, maka komunikator harus Karakteristik yang keempat adalah
mengubah gaya komunikasinya. kepositifan (positiveness). Komunikasi
Dengan demikian dapat dikatakan antarpribadi akan berhasil jika seseorang
bahwa komunikasi antarpribadi adalah mempunyai sikap positif terhadap dirinya
salah satu bentuk komunikasi yang efektif dalam menyampaikan perasaan kepada
dalam merubah pendapat, sikap, orang lain. Komunikasi antarpribadi juga
kepercayaan, opini dan perilaku. akan terpelihara baik jika suatu perasaan
Komunikasi persuasif sebagai salah satu positif terhadap orang lain itu
tehnik komunikasi antarpribadi sering dikomunikasikan.
digunakan untuk melancarkan ajakan, Yang terakhir adalah kesamaan
bujukan yang dapat membangkitkan (equality). Suasana komunikasi
kesadaran individu. antarpribadi akan lebih efektif apabila ada
Keberhasilan suatu kegiatan kesamaan, seperti kesamaan pendidikan,
komunikasi didasarkan kepada berbagai budaya, status dan lain sebagainya.
faktor. Para pakar telah mengemukakan a. Komunikasi Kelompok
agar proses komunikasi itu bisa berhasil Yaitu interaksi tatap muka dari tiga
maka harus mengetahui karakteristik atau lebih individu guna memperoleh
komunikasi itu sendiri. Dalam komunikasi maksud dan tujuan tertentu yang
antarpribadi menurut Joseph A.Devito dikehendaki seperti berbagi informasi,
dalam Dasrun Hidayat (2012:43), ada lima pemeliharaan diri atau pemecahan masalah
karakteristik komunikasi antarpribadi yang sehingga semua anggota dapat
efektif, yaitu keterbukaan, empati, menumbuhkan karakteristik pribadi
dukungan, perasaan positif dan kesamaan. anggota lainnya dengan
Dalam menunjukkan kualitas akurat.(Daryanto,2014:88) Komunikasi
keterbukaan (openness) dari komunikasi kelompok dapat dipetakan menjadi 3
antarpribadi, dapat dilihat dari tiga aspek, kelompok komunikasi yaitu;
yaitu: 1) keinginan untuk terbuka bagi 1) Small groups (kelompok yang
setiap orang yang berinteraksi dengan berjumlah sedikit); yaitu komunikasi yang
orang lain, 2) keinginan untuk menanggapi melibatkan sejumlah orang dalam interaksi
secara jujur stimuli yang datang padanya, satu dengan yang lain dalam suatu
pertemuan yang bersifat berhadapan. Ciri- Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
ciri kelompok seperti ini adalah kelompok kata “pola” dapat diartikan dengan sistem ;
komunikan dalam situasi berlangsungnya cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap.
komunikasi mempunyai kesempatan untuk Pola juga diartikan dengan bentuk atau
memberikan tanggapan, dalam hal ini cetakan.
komunikator dapat berinteraksi atau Pola sebagai model merupakan
melakukan komunikasi antar pribadi. gambaran yang abstrak dan sistematis,
2) Medium groups (agak banyak); yaitu cara untuk menunjukkan sebuah
Komunikasi dalam kelompok sedang lebih objek yang mengandung kompleksitas
mudah sebab bisa diorganisir dengan baik proses di dalamnya dan hubungan antara
dan terarah, misalnya komunikasi antara unsur-unsur pendukungnya. Menurut Little
satu bidang dengan bidang yang lain dalam John dalam Wiryanto (2004:9), model
organisasi atau perusahaan. dapat diterapkan pada setiap representasi
3) Large groups (jumlah banyak); simbolik dari suatu benda.
merupakan komunikasi yang melibatkan Pola komunikasi diartikan sebagai
interaksi antara kelompok dengan individu, bentuk atau pola hubungan dua orang atau
individu dengan kelompok, kelompok lebih dalam proses pengiriman dan
dengan kelompok. Komunikasinya lebih penerimaan cara yang tepat, sehingga pesan
sulit dibandingkan dengan dua kelompok di yang dimaksud dapat dipahami. Menurut
atas karena tanggapan yang diberikan Soenarto dalam Firdaus dikatakan bahwa
komunikan lebih bersifat emosional. dimensi pola komunikasi terdiri dari dua
b. Komunikasi Massa macam, yaitu pola yang berorientasi pada
Menurut (Romli, 2016:1) komunikasi konsep dan pola yang berorientasi pada
massa yaitu pesan yang dikomunikasikan sosial yang mempunyai arah hubungan
melalui media massa pada sejumlah besar yang berlainan.
orang. Karakteristik media massa antara Tubbs dan Moss (2005:27) mengatakan
lain: bahwa pola komunikasi atau hubungan
1) Pesan-pesan yang disampaikan antara dua orang atau lebih itu dibagi
terbuka untuk umum. menjadi tiga :
2) Komunikasi bersifat heterogen, baik a) Bersifat komplementer. Hubungan
latar belakang pendidikan, asal daerah, komplementer didasarkan pada perbedaan
agama yang berbeda, kepentingan yang diantara orang yang terlibat. Satu bentuk
berbeda. perilaku akan diikuti oleh lawannya.
3) Media massa menimbulkan Contohnya perilaku dominan dari satu
keserempakan kontak dengan sejumlah partisipan mendatangkan perilaku tunduk
besar anggota masyarakat dalam jarak yang pada lainnya.
jauh dari komunikator. b) Bersifat simetri, tingkatan sejauh
4) Hubungan komunikator-komunikan mana orang berinteraksi atas dasar
bersifat interpersonal dan non pribadi. kesamaan. Dominasi bertemu dengan
dominasi, atau kepatuhan dengan
POLA KOMUNIKASI
kepatuhan.
Pola komunikasi adalah rangkaian dua c) Bersifat sejajar yaitu pola hubungan
kata, yaitu pola dan komunikasi. Keduanya yang merupakan kombinasi dari
memiliki keterkaitan makna sehingga komplementer dan simetris.
antara satu sama lain saling mendukung.
Disini kita mulai melihat bagaimana budaya dan penerima pesannya adalah
proses interaksi menciptakan struktur anggota suatu budaya lainnya.
sistem. Bagaimana orang merespon satu Komunikasi dan kebudayaan
sama lain menentukan jenis hubungan yang merupakan dua hal yang tidak dapat
mereka miliki. dipisahkan sebagaimana ET. Hall
Pola komunikasi merupakan gambaran menyebut budaya adalah komunikasi dan
yang sederhana dari proses komunikasi komunikasi adalah budaya. Kebudayaan
yang memperlihatkan kaitan antara satu membentuk pikiran dan tingkah laku
komponen komunikasi dengan komponen manusia dan melalui komunikasi kita
lainnya. Pola Komunikasi diartikan sebagai menyampaikan pola perubahan budaya.
bentuk atau pola hubungan dua orang atau Komunikasi yang efektif ditandai oleh
lebih dalam proses pengiriman, dan makna yang diterima komunikan sama
penerimaan cara yang tepat sehingga pesan dengan makna yang disampaikan
yang dimaksud dapat dipahami. komunikator. Semakin mirip latar belakang
Dengan demikian maka suatu pola sosial-budayanya maka semakin efektif
komunikasi merupakan gambaran atau komunikasi yang terjadi . Bahasa, gesture,
rencana yang meliputi langkah-langkah dan pakaian / aksesoris yang digunakan
pada suatu aktifitas, dengan komponen- oleh seseorang bisa menjadi refleksi dari
komponen yang merupakan bagian penting budaya yang dimiliki orang tersebut. Disisi
atas terjadinya hubungan komunikasi antar lain, adanya komunikasi yang baik antar
manusia atau kelompok dan organisasi. satu generasi dengan generasi lainnya akan
Pola komunikasi adalah bentuk atau pola mempermudah melestarikan budaya suatu
hubungan antara dua orang atau lebih kelompok.
dalam proses mengkaitkan dua komponen Dalam hal ini, budaya dalam
yaitu gambaran atau rencana yang menjadi komunikasi antarbudaya tidak hanya
langkah-langkah pada suatu aktifitas terbatas pada adat-istiadat, tari-tarian
dengan komponen-komponen yang ataupun hasil kesenian lainnya. Budaya
merupakan bagian penting atas terjadinya dalam komunikasi antarbudaya adalah yang
hubungan antar organisasi ataupun juga mewujud pada aspek material kebudayaan
manusia. atau kebudayaan dalam bentuk benda-
benda kongkret dan aspek non-materia
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
yaitu kebudayaan dalam bentuk kaidah-
Komunikasi antarbudaya (KAB) kaidah dan nilai-nilai kemasyarakatan
adalah komunikasi yang terjadi diantara untuk mengatur hubungan yang lebih luas
orang-orang yang memiliki kebudayaan termasuk agama, ideologi, kesenian dan
yang berbeda (bisa ras, etnis, atau semua unsur yang merupakan ekspresi jiwa
sosioekonomi, atau gabungan dari semua manusia. (Liliweri, 2014:12-14)
perbedaan ini). Sebagaimana Alo Liliweri Untuk memahami terjadinya
(2009:12-13) mengatakan KAB sebagai komunikasi antarbudaya ada tiga dimensi
interaksi dan komunikasi antarpribadi yang yang perlu diperhatikan, antar lain :
dilakukan oleh beberapa orang yang a) Tingkat masyarakat kelompok budaya
memilki latar belakang kebudayaan yang dari partisipan, seperti :
berbeda. Komunikasi antarbudaya terjadi - Kawasan di dunia, misalnya budaya
bila produsen pesan adalah anggota suatu timur, budaya barat;
berlangsung. Suasana itu berkaitan dengan perbedaan komunikasi baik dalam bahasa
waktu (jangka pendek/panjang, jam/hari maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal.
/minggu/bulan/tahun) yang tepat untuk Makin besar perbedaan antara budaya (dan,
bertemu/berkomunikasi, sedangkan tempat karenanya, makin besar perbedaan
(rumah, kantor, rumah ibadah) untuk komunikasi), makin sulit komunikasi
berkomunikasi, kualitas relasi (formalitas, dilakukan.Kesulitan ini dapat
informalitas) yang berpengaruh terhadap mengakibatkan, misalnya, lebih banyak
komunikasi antarbudaya. kesalahan komunikasi, lebih banyak
Gangguan kesalahan kalimat, lebih besar
Gangguan dalam komunikasi kemungkinan salah paham, makin banyak
antarbudaya adalah segala sesuatu yang salah persepsi, dan makin banyak potong
menjadi penghambat laju pesan yang kompas (bypassing).
ditukar antar komunikator dengan c) Mengurangi Ketidak-pastian
komunikan, atau mengurangi makna pesan Makin besar perbedaan antarbudaya,
antarbudaya . ada tiga macam gangguan ; makin besarlah ketidak-pastian dan
(1) fisik, berupa interfensi dengan transmisi ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari
fisik isyarat atau pesan lain, (2) psikologis- komunikasi kita berusaha mengurangi
interfensi kognitif atau mental, misalnya ketidak-pastian ini sehingga kita dapat
prasangka dan bias pada sumber-penerima- lebih baik menguraikan, memprediksi, dan
pikiran yang sempit; dan (3) semantik- menjelaskan perilaku orang lain. Karena
berupa pembicara dan pendengar memberi letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih
arti yang berlainan. besar ini, diperlukan lebih banyak waktu
dan upaya untuk mengurangi ketidak-
PRINSIP-PRINSIP KAB
pastian dan untuk berkomunikasi secara
Prinsip-Prinsip Komunikasi lebih bermakna.
Antarbudaya dapat dibagi menjadi 6 bagian d) Kesadaran Diri dan Perbedaan
yaitu: Antarbudaya
a) Relativitas Bahasa Makin besar perbedaan antarbudaya,
Gagasan umum bahwa bahasa makin besar kesadaran diri (mindfulness)
mempengaruhi pemikiran dan perilaku para partisipan selama komunikasi.Ini
paling banyak disuarakan oleh para mempunyai konsekuensi positif dan
antropologis linguistik. Pada akhir tahun negatif. Positifnya, kesadaran diri ini
1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, barangkali membuat kita lebih waspada.ini
dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mencegah kita mengatakan hal-hal yang
mempengaruhi proses kognitif kita. Dan mungkin terasa tidak peka atau tidak patut.
karena bahasa-bahasa di dunia sangat Negatifnya, ini membuat kita terlalu
berbeda-beda dalam hal karakteristik berhati-hati, tidak spontan, dan kurang
semantik dan strukturnya, tampaknya percaya diri.
masuk akal untuk mengatakan bahwa orang e) Interaksi Awal dan Perbedaan
yang menggunakan bahasa yang berbeda Antarbudaya
juga akan berbeda dalam cara mereka Perbedaan antarbudaya terutama
memandang dan berpikir tentang dunia penting dalam interaksi awal dan secara
b) Bahasa Sebagai Cermin Budaya berangsur berkurang tingkat
Bahasa mencerminkan budaya.Makin kepentingannya ketika hubungan menjadi
besar perbedaan budaya, makin besar
hanya dilihat melalui sudut pandang dimana penganut suatu kebudayaan atau
masing-masing kelompok tertentu. Islam suatu kelompok merasa lebih superior
tidak dilihat sebagai sebuah identitas tetapi dibanding kelompok diluar mereka. Dalam
merupakan sesuatu yang menghadirkan komunikasi antarbudaya etnosentrisme
begitu banyak makna implementasi, seperti meningkatkan kecenderungan untuk
Islam syiah, sunni, kejawen, sunda memilih dengan siapa kita berkomunikasi.
wiwitan, dan sebagainya. (Dedi Kurnia Menurut Zastrow dalam Alo Liliweri
Syah,2016:15) (2011:170), etnosentrisme akan
Kelompok agama terbentuk karena menyebabkan timbulnya prasangka sebagai
masing-masing anggotanya memiliki cita- upaya untuk mempertahankan ciri
cita yang didasarkan pada nilai atau norma kelompok secara berlebihan. Semakin kuat
yang sama terhadap sesuatu yang bersifat identitas dan etnosentrisme suatu kelompok
sakral. Hal ini akan menumbuhkan in terhadap kelompok lain maka semakin kuat
group feeling yang cenderung ekslusif pula prasangka sosial yang timbul.
terhadap out group feeling. (Alo Allport dalam Alo Liliweri (2009:199-
LIliweri,2011:255) Adanya ikatan antar 201) mengatakan bahwa prasangka adalah
anggota yang bersifat emosional, antipati berdasarkan generalisasi yang salah
kepercayaan yang kuat serta komitmen atau generalisasi yang tidak luwes. Antipati
terhadap kelompoknya serta bersama-sama tersebut dapat dinyatakan atau dirasakan.
melakukan norma dan nilai yang diyakini Antipati itu bisa ditujukan pada kelompok
tersebut pada akhirnya akan melahirkan atau individu kelompok tertentu. Pada
identitas kelompok. Dalam mulanya prasangka merupakan pernyataan
perkembangannya kemudian kelompok- didasarkan pengalaman dan keputusan
kelompok tersebut berkembang menjadi yang tidak teruji namun saat ini pernyataan
aliran / sekte agama. prasangka lebih diarahkan pada pandangan
Isajiw (1999) dalam Rajab Ali dkk emosional dan negatif terhadap seseorang
(2010:20), menjelaskan bahwa identitas atau sekelompok orang dibandingkan
kelompok agama meliputi dua aspek yaitu: dengan kelompok sendiri.
Aspek internal yang merujuk pada citra Gundykunst mengatakan bahwa
(images), ide (ideas), sikap (attitudes), dan prasangka bersumber dari timbulnya
perasaan (feeling) yang kemudian dibagi kesadaran terhadap sasaran prasangka
dalam empat dimensi yaitu affective (kelompok lain) yaitu kesadaran bahwa (1)
(afektif), Fiducial (kepercayaan), cognitive mereka adalah kelompok lain yang berbeda
(kognitif), moral (moral). Aspek eksternal latar belakang kebudayaan serta mental
ditunjukkan oleh perilaku yang dapat (kesadaran “kami” versus “mereka”); (2)
diamati (observable behaviours) yang kelompok lain tidak mampu beradaptasi;
meliputi: logat (dialek) bahasa; praktek (3) kelompok lain selalu terlibat dalam
tradisi ; keikutsertaan dalam jaringan kerja tindakan negatif (penganiayaan,
kelompok agama tersebut seperti keluarga kriminalitas); dan (4) kehadiran kelompok
dan persahabatan; dan terlibat dalam lain dapat mengancam stabilitas sosial dan
institusi. ekonomi. Selanjutnya, Johnson
Akibat yang ditimbulkan dari identitas mengemukakan bahwa prasangka
kelompok agama adalah munculnya disebabkan oleh stereotipe dan perasaan
etnosentrisme. Etnosentrisme adalah paham