Professional Documents
Culture Documents
net/publication/339304288
CITATIONS READS
0 65
4 authors, including:
Tri Ardyati
Brawijaya University
45 PUBLICATIONS 53 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Hasria Alang on 02 March 2020.
(5%), protein (3,5%) dan lemak (3-4 %) Frisian Holsten (FH). Hal ini juga berlaku
(Widodo, 2002; Yuniati dan Sahara, 2012; pada susu Kerbau Belang yaitu dapat
Wardana, 2012). Kadar lemak susu kerbau dijadikan sebagai sumber protein hewani
baik tipe perah maupun tipe daging berkisar guna pemenuhan asupan nutrisi dan gizi
6,6 – 9,0% sedangkan kadar lemak susu keluarga (Rompis et al., 2013 dan Alang,
sapi 3,6 – 4,9%. Kadar lemak yang tinggi 2019).
pada susu kerbau menyebabkan rendahnya Kerbau Belang mempunyai
peminat meminum susu kerbau karena kedudukan dan peranan penting dalam
menyebabkan terjadinya diare apabila kehidupan sosial masyarakat Toraja dan
dikonsumsi dalam jumlah yang banyak. etnis lain yang tinggal di sekitar Tana
Selain itu, persedian susu kerbau sangat Toraja, terutama sebagai persembahan pada
terbatas, tidak ada pemasaran serta upacara kematian (rambu solo) atau
umumnya dibuat menjadi produk yang kelahiran dan pernikahan (rambu tuka)
spesifik seperti Dali di Sumatera Utara, (Rizal et al., 2007; Anshar, 2013). Hewan
Dadih di Sumatera Barat (Ibrahim, 2008), ini juga digunakan dalam transaksi seperti
Dangke di Sulawesi Selatan, maupun susu jual beli tanah, kotorannya digunakan
goreng di NTT (Bamualim dan Zulbandri, sebagai pupuk tanaman, dan beberapa
2007), Salah satu hewan penghasil susu masyarakat ada yang mengonsumsi susu
adalah kerbau Belang yang ada di Kab kerbau untuk pemenuhan gizi keluarga
Toraja (selanjutnya disebut Kerbau Belang (disebut Pangngandu), sehingga hewan ini
Toraja). Hewan ini merupakan kerbau memiliki harga yang mahal terutama yang
pedaging atau kerbau lumpur/swamp jantan (Bamualim dan Zulbandri, 2007;
buffalo sehingga menghasilkan jumlah susu Matandung et al., 2007; Said dan Tappa,
yang lebih kecil jumlahnya yaitu 1 – 1,5 2008). Pemotongan kerbau Belang yang
L/hari (Hasinah dan Handirawan, 2007; cukup tinggi, mencapai 50-60 ekor per
Wirdahayati, 2007; Bamualim et al., 2008) tahun sedangkan kelahiran hanya 10-20
dan telah ditetapkan sebagai hewan ekor per tahun menyebabkan populasi ini
endemik di Kabupaten Toraja (Thalib et al., semakin berkurang sehingga akan
2014). Kerbau Belang sama halnya dengan mengancam kepunahan kerbau belang
Kerbau di Sumatera Barat maupun Sapi (Said dan Tappa, 2008). Subdinas
Bali, yang merupakan bukan tipe perah, Peternakan dan Perikanan Toraja (2010)
tetapi menurut Ibrahim (2008) dan Suriasih menyatakan populasi kerbau Belang di
(2015) bahwa hewan tersebut juga dapat Toraja Utara telah mengalami penurunan,
dijadikan sebagai sumber susu selain sapi yaitu tahun 2008 sebanyak 3.582 ekor,
309
Zootec Vol. 40 No. 1 : 308 – 315 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
2009 sebanyak 3.486 ekor dan 2010 menggunakan air hangat. Susu segar
menjadi 3.030 ekor. Hal ini dikhawatirkan ditampung dalam ember yang telah
akan menyebabkan berkurangnya salah disterilkan, setelah itu, dimasukkan dalam
satu sumber protein hewani. Selain itu, Oka botol ulir steril dan disimpan dalam cool
et al. (2017) menyatakan bahwa adanya box yang berisi ice gel agar susu menjadi
peningkatan perminataan akan susu awet.
mendorong diperlukannya Uji kandungan nutrisi susu Kerbau
pengkarakteristikan dari susu tersebut. Belang dilakukan di Laboratorium Perah
Salah satunya adanya karakteristik kimiawi Fakultas Peternakan, Unversitas Brawijaya
seperti kandungan nutrisi pada susu. Hal ini Malang. Kandungan nutrisi sampel susu
dimaksudkan agar kepercayaan konsumen Kerbau Belang Toraja dianalisis
terhadap susu dapat dipertahankan. Hal menggunakan Lactoscan Analyzer, dengan
inilah yang melatarbelakangi dilakukannya cara pipa analisis dan probe pH meter
penelitian ini, dikarenakan penelitian dimasukkan ke dalam sampel, sehingga
mengenai kandungan nutrisi pada susu hasil analisa akan muncul di layar monitor
Kerbau Belang Toraja belum pernah Lactoscan tersebut. Nutrisi yang dideteksi
dilaporkan, sehingga penelitian ini layak berupa kadar air, kadar abu, protein, lemak,
dilakukan sebagai salah satu upaya laktosa, dan SNF/BKTL.
ekplorasi hewan tersebut agar
keberadaannya tetap lestari. HASIL DAN PEMBAHASAN
310
Zootec Vol. 40 No. 1 : 308 – 315 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
Tabel 1. Karakteristik Nutrisi Susu Kerbau Belang Toraja (Hasil Penelitian) Dibandingkan
Susu Hewan Lain
susu 3,5%. Codex susu adalah suatu daftar (lumpur) kandungan protein, lemak, dan
satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai BKTL berturut-turut yaitu 5,14%, 7,23%
bahan pangan. Daftar ini telah disepakati dan 81,87% sedangkan kerbau sungai
para ahli gizi dan kesehatan sedunia, memiliki kandungan protein, lemak, dan
walaupun di setiap negara atau daerah BKTL berturut turut yaitu 4,68%, 4,13%
mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. dan 80,33%. Hasil penelitian pada Tabel 1
menunjukkan bahwa kandungan protein
Kandungan Nutrisi Susu Kerbau Belang dan air dari susu kerbau Belang Toraja
Penelitian menggunakan susu lebih rendah dibandingkan dengan
kerbau jenis Kerbau Rawa (lumpur) dan penelitian Damayanti et al. (2014) dan
Kerbau Sungai di Sumatera Utara telah Suariasih (2015) terhadap kerbau Rawa dan
dilakukan Damayanti et al. (2014) dan kerbau Sungai di Sumatera Utara, namun
Suariasih (2015). Pada penelitian tersebut, kandungan lemak susu kerbau Belang
Damayanti et al. (2014) memperoleh data Toraja pada studi ini lebih tinggi
bahwa pada kerbau rawa (lumpur) dibandingkan hasil penelitian Damayanti et
kandungan protein, lemak, dan BKTL al. (2014) dan Suriasih (2015). Standar
berturut-turut yaitu 5,14%, 7,23% dan Nasional Indonesia/SNI (2011)
10,61% sedangkan kerbau sungai memiliki mensyaratkan kadar lemak pada susu
kandungan protein, lemak, dan BKTL sebesar 3,0%. Kadar lemak yang tinggi
berturut-turut yaitu 4,68%, 4,13% dan menyebabkan energi pada susu kerbau
11,5%. Penelitian Suriasih (2015) lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi,
menyatakan bahwa pada kerbau rawa namun hal ini menyebabkan rendahnya
311
Zootec Vol. 40 No. 1 : 308 – 315 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
peminat terhadap susu kerbau karena lemak lebih tinggi dibandingkan hanya 2
kandungan lemak yang tinggi dapat kali sehari. Hal inilah yang menyebabkan
menyebabkan terjadinya diare (Bamualim tingginya kandungan lemak pada susu
dan Zulbandri, 2007). Kerbau Belang Toraja tersebut.
Pakan merupakan aspek yang
Penyebab Kadar Lemak Tinggi Susu penting dalam usaha ternak kerbau karena
Kerbau Belang Toraja
akan menentukan kelangsungan hidupnya.
Kadar lemak yang tinggi pada susu Pakan ini dapat berupa hijauan maupun
kerbau disebabkan kerbau membuang konsentrat dan sangat berpengaruh
kelebihan lemak dari tubuhnya ke dalam terhadap zat gizi susu sehingga akan
susunya. Selain itu, Tinggi atau rendahnya memengaruhi kualitas susu yang
kadar lemak dalam susu, sangat dihasilkan. Pakan yang mengandung
dipengaruhi oleh umur laktasi dan interval karbohidrat, ketika berada di dalam rumen
serta waktu pemerahan serta kualitas pakan akan di ubah menjadi Volatile Fatty Acid
yang diberikan. Prosedur dan interval (VFA). Volatile Fatty Acid ini kemudian
pemerahan susu juga sangat berpengaruh dipecah menjai asetat, butirat dan
terhadap kadar lemak susu tersebut. Saat propionat. Semakin meningkat kadar
pengambilan sampel susu pada penelitian propionat maka kadar glukosa akan
ini, umur kerbau tersebut telah memasuki semakin tinggi, menyebabkan kadar laktosa
fase kering. Fase kering adalah fase semakin tinggi, dan produksi susu semakin
menjelang akhir laktasi, dan fase laktasi tinggi pula (Imannto et al., 2018).
biasanya berlangsung hingga bulan ketiga Pemberian konsentrat menyebabkan
setelah proses kelahiran. Saat fase kering, komposisi lemak susu akan semakin
produksi susu akan menurun dan menurun. Hal ini disebabkan kandungan
kandungan lemak pada susu meningkat. protein yang cukup tinggi dalam konsentrat
Selain itu, waktu pemerahan yang memacu produksi asam propionat (Saleh,
dilakukan pada siang hari juga 2004; Sumantri et al., 2005; Ace dan
menyebabkan kadar lemak susu menjadi Wahyuningsih, 2010; Zurriyati et al., 2011;
tinggi. Interval yang lebih lama dapat Kurniawan et al., 2012; Sukmawati, 2014).
menurunkan kadar lemak pada pemerahan Mineral berupa sulfur yang terkandung
berikutnya, sebaliknya semakin pendek dalam pakan/ransum dapat meningkatkan
jarak pemerahan maka mengakibatkan kadar lemak susu. Hijauan tanaman akan
kadar lemak semakin tinggi. Pemerahan 3- meningkatkan sintesis asam lemak
4 kali sehari akan meningkatkan kadar sehingga meningkatkan kadar lemak susu.
312
Zootec Vol. 40 No. 1 : 308 – 315 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
penelitian ini dapat dilaksanakan dengan Ensminger, M.E. 1971. Dairy Cattle
baik. Science. Animal Agriculture Series.
1st Ed. The Inteste Printers and
Publishers Inc. Danville3. Illionis.
DARTAR PUSTAKA
Hasinah, H. dan E. Handirawan. 2007.
Keragaman genetik ternak kerbau di
Ace, I. S., dan Wahyuningsih. 2010. Indonesia. Lokakarya Nasional
Hubungan variasi pakan terhadap Usaha Ternak Kerbau Mendukung
mutu susu sapi segar di Desa Program Kecukupan Daging sapi.
Pasirbucir Kecamatan Caringin LIPI Cibinong. Hal: 89 - 95.
Kabupaten Bogor. Jurnal
Penyuluhan Pertanian 5(1): 67 – 77. Ibrahim, L. 2008. Produksi Susu,
Reproduksi dan Manajemen Kerbau
Alang, H. 2019. Studi Potensi Dan Gen Perah di Sumatera Barat. Jurnal
Penyandi Bakteriosin Bakteri Asam Peternakan. 5(1): 1-9.
Laktat Dari Susu Kerbau Belang
(Bubalus bubalis l.) Tana Toraja Imannto, N. Y., D. W. Harjanti dan R.
Sebagai Kandidat Probiotik. Hartanto. 2018. Kadar Glukosa
Disertasi. Universitas Brawijaya darah dan laktosa susu pada sap
Malang perah dengan pemberian suplemen
herbal dan mineral Proteinat. Jurnal
Anshar. M. 2013. Pemetaan Potensi Riset Agribisnis Peternakan 3(2):
Pengembangan Ternak Kerbau Di 16-21.
Selatan. Jurnal Teknosains 7(1): 33-
39. Kurniawan, H., Indrijani dan D. S. Tasripin.
2012. Model kurva produksi susu
Bamualim, A. dan M. Zulbandri. 2007. sapi perah dan korelasinya pada
Situasi dan keberadaan ternak pemerahan pagi dan siang periode
kerbau di Indonesia. Seminar dan laktasi satu. Media Peternakan
Lokakarya Nasional Usaha Ternak 29(1): 5-46.
Kerbau. LIPI Cibinong. Hal: 32 -
39. Maluhima, R.J., J. H. Manopo, A.
Lomboan, dan S. H. Turagan. 2019.
Bamualim, A., M. Zulbandri dan C. Talib. Rekondisi beberapa ukuran tubuh
2008. Peran dan ketersediaan ternak sapi perah Friess Holland di
teknologi pengembangan kerbau di Balai Pengembangan Bibit dan
Indonesia. Seminar dan Lokakarya Pakan Ternak. Zootec 39(1): 165-
Nasional Usaha Ternak Kerbau. 170.
LIPI Cibinong. Hal: 1-10.
314
Zootec Vol. 40 No. 1 : 308 – 315 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698
315