You are on page 1of 4

Name: Ratih Zata Yumni

Class:
TVRI Tuesday, on 21st, April 2020
Indonesian Srikandi
Maria Walanda Maramis

Maria Walanda Maramis is the youngest of three siblings, she is the


younger sister of A.A Maramis who was the finance minister at the beginning of
independence. She was born in Minahasa, on December 1, 1872. Maria only
attended elementary school. Because at that time Minahasa girls were not allowed
to get higher education. However, Maria never stopped learning from educated
people around her. Her passion to advance the fate of women continues to grow
must break tradition. According to Maria a mother is the core of the household
which is also the core of society because she has to be a girl to get a higher
education just like a man.
After marriage, Maria moved to Manado. In this city in 1917 Maria,
together with several other people, Established PIKAT organization (Percintaan
Ibu Kepada Anak Temurunnya). Initially this organization was a container for
overcoming everyday difficulties for Minahasa’s women. PIKAT then developed
rapidly and had many branches to Kalimantan and Java. PIKAT also makes a free
school for girls known as the Hishound Pikat school and a girls' vocational school
complete with its dormitory. Maria's struggle is not only in the field of education,
she is a figure who actively fights for women to take part in the world of politics in
Minahasa.
Maria's service and role continues to be remembered. For appreciation in 1969 the
government conferred the title of National Hero handed over. Maria Walanda
Maramis's struggle is important to emulate.

Question:

1- What good practices can be emulated from Maria Walanda Maramis?


What can be emulated is his willingness to educate women who graduate from
elementary school, in the household sector such as cooking, washing, sewing,
caring for babies, crafts, and others.
2- What character values can be drawn from his struggle
What can be emulated from him is his enthusiasm to never stop learning from
educated people around him and his concern for advancing the fate of women
1- Praktik baik apakah yang dapat diteladani dari tokoh Maria Walanda Maramis?
Yang dapat diteladani adalah kemauan beliau dalam mendidik wanita-wanita tamatan
sekolah dasar, di bidang rumah tangga seperti memasak, mencuci, menjahit, merawat
bayi, kerajinan, dan lainnya
2- Nilai karakter apakah yang dapat dipetik dari perjuangan beliau
Yang dapat diteladani darinya adalah semangatnya untuk tidak pernah berhenti belajar
dari orang orang terpelajar di sekitarnya dan kepeduliannya untuk memajukan nasib
kaum wanita

Maria Walanda Maramis adalah anak bungsu dari 3 bersaudara, ia adalah adik kandung dari A.A
Maramis yang merupakan menteri keuangan pada awal kemerdekaan. Ia lahir di Minahasa, Pada tanggal
1 Desember 1872. Maria hanya bersekolah sampai tingkat Sekolah Dasar. Karena pada masa itu anak
perempuan Minahasa tidak diizinkan mendapatkan pendidikan lebih tinggi lagi. Namun, Maria tidak
pernah berhenti belajar dari orang-orang terpelajar di sekitarnya. Semangatnya untuk memajukan nasib
kaum wanita terus tumbuh meskipun harus mendobrak tradisi. Menurut Maria seorang ibu adalah inti
dari sebuah rumah tangga yang juga menjadi inti masyarakat karena itu seorang anak perempuan harus
mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi sama seperti laki-laki.

Setelah menikah, Maria pindah ke Manado. Di kota inilah pada tahun 1917 Maria bersama beberapa
orang temannya mendirikan organisasi PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya). Awalnya
Organisasi ini adalah wadah erempuan minahasa utk mengatasi permasalahan sehari hari. PIKAT
kemudian berkembang pesat dan memiliki banyak cabang hingga ke Kalimantan dan Jawa. PIKAT juga
mendirikan sekolah gratis bagi anak perempuan yang dikenal dengan nama Hishound school Pikat dan
sekolah kejuruan putri lengkap dengan asramanya. Perjuangan Maria bahkan tidak hanya dalam bidang
pendidikan, ia adalah tokoh yang giat memperjuangkan agar wanita turut andil dalam dunia perpolitikan
di Minahasa.

Jasa dan peranan Maria hingga kini terus dikenang. Sebagai apresiasi pada tahun 1969 pemerintah
menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya. Perjuangan Maria Walanda Maramis penting
untuk diteladani.
Indonesia adalah Negara maritim terbesar di dunia dan ada satu fakta membanggakan tentang
sejarah maritim Indonesia. Laksamana wanita pertama di dunia berasal dari Aceh. Namanya
Keumalahayati ia adalah pemimpin armada laut kerajaan aceh di masa pemerintahan Sultan
Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV yang memerintah pada akhir abad ke-16. Sebelum
menjadi Laksamana, keumalahayati dipercaya memimpin armada Inong Balee yang legendaris.
Pasukan ini terdiri atas wanita-wanita janda yang suaminya gugur dalam pertempuran melawan
portugis. Sebagai titik pertahanan strategis didirikan benteng yang dikenal dengan nama Kuta
Inong Bale. Hingga kini, kita bisa melihat bukti fisiknya di Teluk Krueng raya dekat pelabuhan
Malahayati di Aceh.
Keumalahayati diangkat menjadi laksamana karena ketangguhan dan kesuksesannya dalam
memimpin armada Inong Balee. Sebagai seorang laksamana, Keumalahayati bertugas memipin
armada laut, mengawasi pelabuhan, dan mengawal diplomasi Aceh dengan bangsa eropa.
Seorang nahkoda kapal belanda mencatat di bawah pimpinan Keumalahayati kekuatan armada
laut kerajaan Aceh mencapai 100 kapal perang. Kapal-kapal itu bisa dinaiki 400-500
penumpang.
Pada saat Belanda datang ke Aceh pada ahun 1599 dibawah Cornelis de Houtman dan ingin
memonopoli perdagangan, Keumalahayati tampil memimpin pasukan dan bertempur dengan
berani. Keumalahayati an pasukannya berhasil mengalahkan pasukan belandan dan membunuh
cornelis de houtman
Sebagai apresiasi pemerintah Republik Indonesia mengabadikan namanya pada sebuah kapal
perang yaitu, KRI Malahayati dan pada tahun 2017 pemerintah resmi mengangkat
Keumalahayati sebagai pahlawan nasional.
Indonesia is the largest maritime country in the world and there is one proud fact about Indonesia's
maritime history. The first female admiral in the world came from Aceh. His name is Keumalahayati, he
was the leader of the Aceh royal fleet during the reign of Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah
IV who ruled at the end of the 16th century. Before becoming Admiral, Keumalahayati was believed to
have led the legendary Inong Balee fleet. This force consisted of widowed women whose husbands died
in battle against the Portuguese. As a strategic defense point, a fortress known as Kuta Inong Bale was
established. Until now, we can see the physical evidence in Teluk Krueng Raya near the port of
Malahayati in Aceh.
Keumalahayati was appointed admiral because of his toughness and success in leading the Inong Balee
fleet. As an admiral, Keumalahayati was tasked with leading the fleet, overseeing the port, and escorting
Aceh's diplomacy with the Europeans. A Dutch ship captain noted that under the leadership of
Keumalahayati the strength of the Aceh royal fleet reached 100 warships. The ships can be boarded 400-
500 passengers.
When the Dutch came to Aceh in 1599 under Cornelis de Houtman and wanted to monopolize trade,
Keumalahayati appeared to lead troops and fight bravely. The horror of his army defeated the army of the
warriors and killed the cornelis de houtman
In appreciation of the government of the Republic of Indonesia perpetuating its name on a warship
namely, KRI Malahayati and in 2017 the government officially appointed Keumalahayati as a national
hero.

You might also like