You are on page 1of 10

JFL

Jurnal Farmasi Lampung


MEDICATION THERAPY REVIEW PADA PASIEN GERIATRI DIABETES MELITUS TIPE
2 DI POLI PENYAKIT DALAM RS PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG
JULI 2019

Medication Therapy Review on Geriatri Patients of Diabetes Melitus Type 2 in Poly


Disease in Pertamina Bintang Amin Hospital Bandar Lampung July 2019

Nurmasuri, Akhmad Rokiban, Santi Septiyana


Fakultas MIPA, Jurusan Farmasi Universitas Tulang Bawang Lampung
Email :santisepti49 @gmail.com
083169298101

Abtract

Progress in drug therapy have succeeded in increasing the life expectancy of the Indonesian
population, this condition has resulted in an increase in the geriatric population which has
increased the number of disease events as well. One of the diseases that can cause
increased disease incidence is Type 2 diabetes. In health services there is a first step in
comprehensive treatment management, namely collaboration between health workers called
Medication Therapy Review (MTR). This study aims to develop a plan to resolve drug-
related problems using the MTR method in geriatric patients with a diagnosis of type 2
diabetes mellitus in pharmaceutical practices to minimize the incidence of DRPs, increase
knowledge and compliance. This research was a descriptive study with purposive sampling
method. Data were colletted with questionnaires (MMAS-8 dan DKQ-24) and medical
records on July 2019 and research instruments in the form of Medscape applications to
determine Drug Related Problems (DRPs). The results showed that pharmacists in
pharmacy practice had intervened as much as 100%, the level of patient compliance was
low at 44%, the level of patient knowledge was 65%, and the incidence of DRPs with
adverse reactions was 6%, drug selection problems ( Drug choice problem) as much as 1%,
and interactions (Interaction) as much as 56% with minor categories. Based on these data, it
can be concluded that the intervention by the pharmacist has not been able to overcome the
problems related to DRPs, the level of knowledge and the level of patient compliance, the
need for follow-up in the form of collaboration between doctors, nurses, pharmacists, and
other health workers related to further methods in elements of Medication Therapy
Management.

Keywords: Type 2 DM, Adherence, MTR, Knowledge

Abstrak

Kemajuan dalam terapi obat berhasil meningkatkan usia harapan hidup penduduk
Indonesia, kondisi ini mengakibatkan populasi geriatri semakin meningkat jumlahnya
sehingga menyebabkan angka kejadian penyakit meningkat pula. Salah satu penyakit yang
dapat menyebabkan angka kejadian penyakit meningkat adalah DM Tipe 2. Salah satu
langkah awal dalam pelayanan kesehatan berupa manajemen pengobatan komprehensif
yaitu dengan kolaborasi antar tenaga kesehatan yang disebut Medication Therapy Review
(MTR). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan rencana dalam menyelesaikan
masalah terkait obat menggunakan metode MTR pada pasien geriatri dengan diagnosa
penyakit diabetes melitus tipe 2 dalam praktik kefarmasian agar meminimalkan kejadian
DRPs, meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data dengan kuisioner (MMAS-

1
JFL
Jurnal Farmasi Lampung
8 dan DKQ-24) dan rekam medik pada Juli 2019 serta menggunakan instrumen penelitian
berupa aplikasi Medscape untuk mengetahui Drug Related Problems (DRPs). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam praktek kefarmasian Apoteker telah melakukan
intervensi sebanyak 100%, tingkat kepatuhan pasien rendah yaitu 44%, tingkat
pengetahuan pasien sedang yaitu 65%, dan angka kejadian DRPs dengan reaksi merugikan
(adverse reaction) sebanyak 6%, masalah pemilihan obat (Drug choice problem) sebanyak
1%, dan interaksi-interaksi (Interaction) sebanyak 56% dengan kategori minor. Berdasarkan
data-data tersebut maka didapatkan kesimpulan bahwa intervensi yang dilakukan apoteker
belum dapat mengatasi masalah-masalah terkait DRPs, tingkat pengetahuan maupun
tingkat kepatuhan pasien, maka diperlukannya tindak lanjut berupa kolaborasi antara dokter,
perawat, apoteker, maupun tenaga kesehatan lainnya terkait metode selanjutnya dalam
elemen Medication Therapy Management.

Kata kunci : DM Tipe 2, Kepatuhan, MTR, Pengetahuan

PENDAHULUAN penanganan yang kurang tepat dan dapat


menyebabkan komplikasi penyakit
Geriatri didefinisikan sebagai seseorang lainnya, yaitu penyakit Diabetes Melitus.
yang telah memasuki usia 60 tahun ke
atas dengan multi penyakit dan/atau Diabetes Melitus adalah penyakit kronis,
gangguan akibat penurunan fungsi organ, yang terjadi ketika pankreas tidak
psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan memproduksi insulin yang cukup, atau
yang membutuhkan pelayanan kesehatan ketika tubuh tidak dapat secara efektif
secara terpadu dengan pendekatan menggunakan insulin yang dihasilkan.Hal
multidisiplin yang bekerja secara ini menyebabkan peningkatan konsentrasi
interdisiplin [1]. Kemajuan dalam terapi glukosa dalam darah [5].
obat berhasil meningkatkan usia harapan
hidup penduduk Indonesia, kondisi ini Period Prevalence Diabetes Melitus di
mengakibatkan populasi geriatri semakin Indonesia menurut data Riskesdas tahun
meningkat jumlahnya [2]. 2018 pasien dengan diagnosis Diabetes
Melitus sebanyak 0,8% diwilayah
Pada geriatri, tingkat fungsi fisiologi dari Lampung dengan jumlah total
bagian tubuh akan semakin menurun. keseluruhan penderita sebanyak 2,1%
Dengan penurunan fungsi fisiologi seluruh Indonesia [6].
tersebut, proses absorbsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresi obat juga akan Pelayanan kefarmasian adalah suatu
berubah [3]. Setiap tahun angka pelayanan langsung dan bertanggung
pertumbuhan penduduk termasuk data jawab kepada pasien yang berkaitan
penduduk geriatri semakin meningkat dan dengan sediaan farmasi dengan maksud
menyebabkan angka persentase kejadian mencapai hasil yang pasti untuk
penyakit semakin meningkat [4]. meningkatkan mutu kehidupan pasien [7].
Tuntutan pasien dan masyarakat akan
Berdasarkan data proyeksi penduduk, peningkatan mutu pelayanan kefarmasian,
diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 mengharuskan adanya perluasan dari
juta jiwa penduduk lansia di Indonesia paradigma lama yang berorientasi kepada
(9,03%). Persentase penduduk lansia di produk (drug oriented) menjadi paradigma
provinsi Lampung termasuk dalam 10 baru yang berorientasi pada pasien
besar provinsi dengan penduduk lansia (patient oriented) [7]. Salah satu model
tertinggi yaitu 8,34% [4]. Salah satu pelayanan kefarmasian yang berorientasi
penyakit yang dapat menyebabkan angka pada pasien yang dapat diterapkan pada
kejadian penyakit meningkat dikarenakan pasien geriatri penderita diabetes melitus

2
JFL
Jurnal Farmasi Lampung
tipe 2 adalah Manajemen Terapi Medis data primer didapatkan dari kuisioner
(MTM) [8]. kepatuhan (MMAS-8) dan pengetahuan
(DKQ-24) serta data sekunder dengan
Manajemen Terapi Medis (MTM) adalah mengumpulkan data rekam medik pasien
suatu metode untuk meningkatkan geriatri rawat jalan usia 60-74 tahun di
kolaborasi pengobatan antara apoteker, Poli Penyakit Dalam RS Pertamina
dokter dan petugas kesehatan lainnya. Bintang Amin Bandar Lampung. Penelitian
Salah satu unsur awal dalam rangka ini telah mendapatkan persetujuan kode
menerapkan MTM yaitu Tinjauan Terapi etik dari Komite Etik Penelitian di
Medis (Medication Therapy Review / Universitas Malahayati Lampung dengan
MTR) [9]. Didalam kegiatan MTR terdapat Nomor: 481/EC/KEP-UNMAL/VII/2019.
kegiatan wawancara langsung terhadap
pasien yang idealnya pasien melaporkan HASIL DAN PEMBAHASAN
semua obat yang saat ini digunakan
kepada apoteker, termasuk semua obat Total populasi di Poli Penyakit Dalam RS
resep dan obat non resep, obat herbal, Pertamina Bintang Amin pada periode
dan suplemen lainnya. Kemudian Januari-Desember 2018 terdapat 2200
apoteker akan membuat database pasien. Perhitungan jumlah sampel
berdasarkan informasi pasien, tinjauan dilakukan dengan menggunakan rumus
medis terkait indikasi, efektivitas, slovin dan sampel yang diperoleh
keamanan dan ketaatan minum obat sebanyak 100 pasien. Kemudian
pasien [9]. dilakukan analisis secara deskriptif, dan
didapatkan hasil sebagai berikut :
Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka peneliti melakukan penelitian terkait 1. Karakteristik Subyek Penelitian
“Medication Therapy Review Pada Pasien
Geriatri Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli
Penyakit Dalam RS Pertamina Bintang
Amin Bandar Lampung Juli 2019”.

METODE PENELITIAN 43%


Perempuan
Laki-Laki
57%
Penelitian ini dilakukan di Poli Penyakit
Dalam RS Pertamina Bintang Amin pada
periode bulan Juli 2019. Populasi sampel
yang digunakan pada tahun 2018
didapatkan 2200 pasien geriatri dengan
DM Tipe 2. Penelitian ini merupakan
Gambar 1. Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis
penelitian deskriptif dengan pengambilan Kelamin
data secara purposive sampling. Sampel Berdasarkan Gambar 1 menunjukan
didapatkan dengan perhitungan slovin bahwa dari 100 pasien geriatri rawat jalan
sebanyak 100 responden yang masuk DM tipe 2 terdapat 57% pasien wanita dan
kedalam kriteria inklusi yaitu pasien 43% pasien pria. Wanita lebih banyak
geriatric yang terdiagnosa DM tipe 2 mengalami diabetes melitus tipe 2
dengan atau tanpa penyakit penyerta dibandingkan dengan pria dengan
yang mendapatkan terapi pengobatan, masing-masing persentase sebesar 57%
bersedia ikut serta dalam penelitian pada untuk wanita dan 43% untuk pria. Hal ini
bulan Juli 2019 dan kriteria eksklusi yaitu disebabkan karena tingkat sensitifitas
data rekam medis tidak lengkap, terapi terhadap kerja insulin pada otot dan hati.
pada resep tidak jelas dan tidak Estrogen merupakan hormon yang ada
teridentifikasi serta pasien melakukan pada wanita, hormon ini dapat
pengobatan < 1 tahun terakhir. Sumber mempengaruhi kadar gula darah. Pada

3
JFL
Jurnal Farmasi Lampung
saat hormon estrogen mengalami yang saling berikatan. Keadaan ini
peningkatan maka tubuh akan menjadi merusak dinding bagian dalam dari
resisten terhadap insulin [11]. Pada wanita pembuluh darah, dan menarik lemak yang
yang telah memasuki usia lansia hormon jenuh atau kolesterol menempel pada
estrogen sudah tidak diproduksi, tetapi hal dinding pembuluh darah. Sel darah putih
yang sering menyebabkan wanita lansia (leukosit), dan sel pembekuan darah
terkena DM adalah karena dipengaruhi (trombosit) serta bahan-bahan lain ikut
oleh peningkatan linggar pinggang pada menyatu menjadi satu bekuan plak, yang
wanita sejalan dengan bertambahnya membuat dinding pembuluh darah keras,
umur dibandingkan pria, selain itu jumlah kaku dan akhirnya timbul penyumbatan
lemak tubuh wanita lebih banyak daripada yang mengakibatkan perubahan tekanan
pria [12]. darah yang dinamakan hipertensi [13].

2. Karakteristik Pasien Berdasarkan Pada penyakit DM dengan penyerta batuk


Diagnosa sebanyak 9 kasus dalam penelitian dapat
disebabkan karena penggunaan obat
100% 200% pada terapi DM tipe 2 dengan komplikasi
70%
penyakit hipertensi yaitu captopril (batuk
60%
merupakan efek samping obat) dan
60% penurunan imunitas tubuh pasien.
50% Penurunan imunitas tubuh pasien, dan
ditemukan juga aktivitas bakterisidal
40% leukosit yang berkurang pada pasien DM,
40%
terutama pada pasien yang memiliki
30% kontrol gula yang buruk dapat
menyebabkan terjadinya batuk atau
20% penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
lainnya [14].
10%

Sedangkan pada pasien DM tipe 2


0%
Tanpa Penyakit Dengan Penyakit dengan penyakit penyerta gastritis
Penyerta Penyerta sebanyak 18 kasus pada penelitian
disebabkan karena efek samping dari
Gambar 2. Karakteristik Pasien Berdasarkan pemakaian obat antidiabetik. Obat
Diagnosa antidiabetik memiliki efek samping iritasi
lambung dan menyebabkan mual dan
Berdasarkan Gambar 2 menunjukan muntah terutama pada penggunaan
bahwa dalam penelitian ini terdapat 40% golongan obat sulfonylurea dan biguanid
pasien dengan DM Tipe 2 tanpa penyakit [15].
penyerta dan 60% pasien DM Tipe 2
dengan penyakit penyerta. Penyakit 3. Karakteristik Pasien Berdasarkan
penyerta yang dialami subjek penelitian Tingkat Kepatuhan
antara lain penyakit hipertensi, batuk, dan
gastritis. Pada penyakit DM dengan 50%
45%
komplikasi penyakit hipertensi terjadi 40% 44%
47%
sebanyak 33 kasus, dikarenakan 35%
resistensi insulin yang menyebabkan 30%
25% Tingkat
proses oksidasi dimana gula darah Kepatuhan
20%
bereaksi dengan protein dari dinding 15%
pembuluh darah yang menimbulkan 10%
Advanced Glycosylated Endproducts 5% 9%
0%
(AGEs) yang merupakan zat yang Tinggi Sedang Rendah
dibentuk dari kelebihan gula dan protein Gambar 3. Tingkat Kepatuhan Pasien

4
JFL
Jurnal Farmasi Lampung
Berdasarkan Gambar 3 menunjukan tingginya angka persentase pada
bahwa tingkat kepatuhan masih rendah, pengetahuan sedang yaitu sebesar 65%,
hal ini dibuktikan dengan tingginya angka pengetahuan rendah sebesar 32%, dan
persentase pada kepatuhan rendah yaitu pengetahuan tinggi sebesar 3%. Tingkat
sebesar 47%, kepatuhan sedang sebesar pengetahuan akan mempengaruhi
44%, dan kepatuhan tinggi sebesar 9%. perilaku pasien DM tipe 2 dalam
Hal ini disebabkan karena kondisi pasien mengelola pola hidup sehat dan diet sehat
itu sendiri, pada penelitian ini, pasien sehingga dapat mencegah terjadinya
merupakan pasien geriatri usia 60-74 komplikasi penyakit.
tahun yang dimana pada usia tersebut
telah mengalami penurunan fungsi 5. Karakteristik Pasien Berdasarkan
fisiologis, misalkan sulit bicara, sulit Jenis Pembayaran Kesehatan
mendengar, rabun, maupun daya tangkap
dalam menyerap informasi sudah
berkurang. Pada usia geriatri memerlukan
seorang Pendamping Minum Obat (PMO) 100%
yang dapat berperan dalam mengingatkan
dan memantau pemakaian obat pasien
tersebut, sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan pasien. Jenis
Pembayaran
Kesehatan
4. Karakteristik Pasien Berdasarkan
Tingkat Pengetahuan

70%
0%
65% BPJS Umum
60%
Gambar 5. Jenis Pembayaran Kesehatan
50%
Berdasarkan Gambar 5 menunjukkan
40% bahwa jenis pembayaran kesehatan
Tingkat pasien geriatri dalam pengobatan di RS
30% 32% Pengetahuan Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung
sebanyak 100% menggunakan jaminan
20% kesehatan BPJS. Hal ini dapat
disebabkan karena BPJS memberikan
10% mekanisme yang dapat meningkatkan
keterjangkauan masyarakat khususnya
0% 3%
Tinggi Sedang Rendah pasien terhadap fasilitas kesehatan.
Gambar 4. Tingkat Pengetahuan Pasien Jangkauan fasilitas kesehatan diperluas
hingga mampu melayani kalangan
Berdasarkan Gambar 4 menunjukan masyarakat menengah ke bawah dan
bahwa tingkat pengetahuan pasien masih tidak hanya masyarakat menengah ke
sedang, hal ini dibuktikan dengan atas.

6. Karakteristik Peresepan Obat

5
JFL
Jurnal Farmasi Lampung
Tabel 1. Jumlah Obat Antidiabetik yang Diresepkan

No Nama Obat Indikasi Golongan Jumlah


.
1 Metformin Antidiabetik Biguanid 55
2 Glimepiride Antidiabetik Sulfonilurea 46
3 Lantus Antidiabetik Long acting 19
4 Pioglitazone Antidiabetik Thiazolid (TZD) 15
5 Gliquidone Antidiabetik Sulfonilurea 14
6 Acarbose Antidiabetik Inhibitor α 10
glucosidase
7 Novomix Antidiabetik Intermediate 7
acting
8 Novorapid Antidiabetik Short acting 7
9 Gliclazide Antidiabetik Sulfonilurea 6
10 Levemir Antidiabetik Long acting 3
11 Apidra Antidiabetik Rapid acting 1
Total 183

Metformin banyak digunakan karena metformin merupakan terapi awal maupun lanjutan
yang dianjurkan sesuai dengan pedoman pengobatan pada penatalaksanaan penyakit DM.
Selain itu pula metformin banyak digunakan dikarenakan efek kerja obat menekan produksi
glukosa yang disalurkan ke hati dan dapat mengatasi resistensi insulin karena membuat
tubuh lebih responsive terhadap insulin [16].
Tabel 2. Jumlah Obat Antidiabetik yang Diresepkan

No. Indikasi/Golongan Jumlah


1 Antihipertensi 62
2 Vitamin 44
3 Agregasi Platelet 16
4 Tukak Lambung 16
5 Diuretik 13
6 Analgetik+antipiretik 12
7 Mukolitik 6
8 Depresan 6
9 Antitusif 5
10 Antiemetik 5
11 Analgetik NSAID 5
12 Analgetik Psiko 3
13 Vertigo 3
14 Antihistamin 2
15 Antifibrinolitik 2
16 Bronkodilator 1
17 Kortikosteroid 1
Total 202

Pemberian obat-obatan non antidiabetik ini ditujukan untuk mengobati penyakit atau
kumpulan gejala, penyakit utama maupun penyakit penyerta. Ketepatan diagnosis harus
ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala pasien kemudian menetapkan tujuan terapinya
[17].

6
JFL
Jurnal Farmasi Lampung
7. Analisis DRPs
65%, dan kepatuhan pasien rendah
yaitu 47%.
55% 3. Dari data-data yang didapat dari poin
1 (satu) dan 2 (dua), terlihat bahwa
intervensi yang dilakukan apoteker
belum dapat mengatasi masalah-
masalah terkait DRPs, tingkat
Persentase DRPs pengetahuan maupun tingkat
0% 0% 0%
6%
2%
kepatuhan pasien diabetes melitus
tipe 2 di RSPBA Bandar Lampung.
O on
D s in rob n

pr lem

ra m
us pro m

s
D e c tio

er
le

In oble

i
ct
th
b
oi ea

te
p
ch e r

Saran
ru g

e
s
c
ru v er

o
g
Ad
g

1. Bagi rumah sakit, perlu dilakukan


D

Gambar 6. Persentase DRPs metode medication therapy


management untuk meningkatkan
Berdasarkan Gambar 6 menunjukan pengetahuan, kepatuhan, dan
bahwa adverse reaction sebanyak 6 kasus menurunkan angka kejadian DRPs,
(6%), drug choice problem sebanyak 1 seperti :
kasus (1%), dosing problem dan drug use a. Peningkatan peran farmasi dalam
problem tidak ada kejadian (0%), kegiatan farmasi klinis seperti PIO
interaction sebanyak 56 kasus (56%) (Pelayanan Informasi Obat)
tetapi pada kasus interaksi tersebut hanya termasuk KIE dan konseling
bersifat minor sehingga hanya perlu sehingga merubah paradigma
pemantauan terkait kondisi pasien saja farmasi dari drug oriented menjadi
selama penggunaan obat, serta kasus patient oriented.
lainnya (others) tidak ada kejadian (0%). b. Meningkatkan kolaborasi antara
dokter, apoteker, dan tenaga
SIMPULAN DAN SARAN kesehatan lainnya terkait kondisi
kesehatan pasien guna
Kesimpulan meningkatkan kualitas pelayanan
kefarmasian dan pengobatan pada
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pasien, sehingga didapatkan hasil
maka dapat disimpulkan bahwa : terapi yang maksimal dengan
1. Pada pelayanan kefarmasian di terapi tepat, efektif, dan aman.
RSPBA Apoteker telah melakukan 2. Bagi peneliti lainnya, diharapkan
intervensi terkait pelayanan informasi mampu menindaklanjuti elemen
obat pada pengobatan pasien selanjutnya pada metode Medications
sebanyak 100%. Therapy Management.
2. Kejadian DRPs pada pasien geriatri di
Poli Penyakit Dalam RSPBA dengan KEKURANGAN PENELITIAN
reaksi merugikan (adverse reaction)
sebanyak 6%, masalah pemilihan obat Adapun kekurangan dari penelitian ini
(Drug choice problem) sebanyak 1%, yaitu penelitian hanya sebatas deskriptif
dan interaksi-interaksi (Interaction) dan hanya melakukan tahap awal dari
sebanyak 56% tetapi pada kasus suatu metode Medications Therapy
interaksi tersebut hanya merupakan Management, belum adanya rencana
interaksi yang bersifat minor sehingga terkait tindak lanjut dari permasalahan-
hanya perlu pemantauan terkait dosis permasalahan pengobatan terkait
pemakaian dan kondisi pasien, kepatuhan, pengetahuan, dan DRPs.
pengetahuan pasien sedang yaitu

7
JFL
Jurnal Farmasi Lampung
UCAPAN TERIMAKASIH [7] Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2016. Peraturan Menteri
Terimakasih kepada Fakultas MIPA Kesehatan Republik Indonesia
Program Studi Farmasi Universitas Tulang Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Bawang Lampung, RS Pertamina Bintang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Amin Bandar Lampung, KEPK Universitas Rumah Sakit. Jakarta : Departemen
Malahayati, yang telah membantu Kesehatan Republik Indonesia.
menyelesaikan penelitian.
[8] Dr. Widyati, M. Clin. Pharm, Apt.
DAFTAR PUSTAKA 2014. Praktik Farmasi Klinik. Edisi 2.
Jakarta : Brillian Internasional. Hlm.
[1] Kementerian Kesehatan Republik 59-90, 153-163.
Indonesia. 2015. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia [9] The American Pharmacist
Nomor 67 Tahun 2015 tentang Association and the National
Penyelenggaraan Pelayanan Association of Chain Drug Stores
Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Foundation. 2008. Medication
Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Therapy Management in Pharmacy
Departemen Kesehatan Republik Practice : Core Element of an MTM
Indonesia. Service Model. Amerika Serikat :
American Pharmacists Association.
[2] Nugroho, S.A & Purwanti, Okti, S.
2010. Hubungan Antara Tingkat [10] Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi
Stress Dengan Kadar Gula Darah Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Pada Pasien Diabetes Melitus di Rineka Cipta.
Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo
1 Kabupaten. Surakarta : Naskah [11] Brunner & Suddarth. (2014).
Publikasi UMS. Keperawatan Medikal Bedah Edisi
12. Jakarta : ECG.
[3] Dellasega, C & Yonushonis, E.M.
2007. Diabetes Melitus Pada Lansia, [12] Tandra, H. 2009. Kiss Diabetes
Dalam Stanley, M.S & Beare, P.G Goodbye. Surabaya : Jaring Pena.
(eds), Buku Ajar Keperwatan
Gerontik, Edisi kedua, diterjemahkan [13] Fami Aulia. 2014. Management Of
oleh Juniarti & Kurnianingsih, S. {ulmonary Tuberculosis And
199-200. 202-203, Penerbit Buku Diabetes Melitus In A 48 Years Old
Kedokteran EGC, Jakarta. Woman With Family Medicine
Approach. Lampung : Universitas
[4] Kementerian Kesehatan RI. 2017. Lampung.
Analisis Lansia di Indonesia. Jakarta
: Pusat Data dan Informasi. [14] Margareta Krisantini, 2011. Evaluasi
Penggunaan antihipertensi Pada
[5] WHO WPR/ IASO/ IOTF dalam The Pasien Diabetes Meltus Tipe 2
Asia Pacific Perspective: Redefening Dengan Hipertensi Di Instalasi
Obesity and its Treatment dalam Rawat Inap Rumah Sakit Harapan
Sudoyo, 2009. Magelang. Yogyakarta : Universitas
Sanata Dharma.
[6] Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2018. Riset Kesehatan [15] Enggar Fitria N. 2019. Gambaran
Dasar (Riskesdas). Jakarta : Badan Faktor Risiko Terjadinya Diabetes
Penelitian dan Pengembangan Melitus Pada Penderita Diabetes
Kesehatan. Melitus Tipe 2. Surakarta :

8
JFL
Jurnal Farmasi Lampung
Universitas Muhammadiyah Di RSUP Fatmawati Tahun 2012.
Surakarta. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.

[16] Wahyu Putri L. 2013. Gambaran [17] Simatupang A. Pedoman WHO


Efektifitas Penggunaan Obat tentang Penulisan Resep yang Baik
Antidiabetik Tunggal dan Kombinasi sebagai Bagian Penggunaan Obat
Dalam Mengendalikan Gula Darah yang Rasional. Maj Kedokt FK UKI.
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Fakultas K. 2012:1216-4752.

9
JFL
Jurnal Farmasi Lampung

10

You might also like