You are on page 1of 11

JFL

Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 N0.2 , Desember 2020

ANALISIS DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN


RAWAT JALAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS
RAWAT INAP GEDONG AIR BANDAR LAMPUNG

ANALYSIS OF DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) IN PATIENTS WITH


PATIENTS DIABETES MELLITUS TYPE 2 IN PATIENT UPT PUSKESMAS RAWAT
INAP GEDONG AIR BANDAR LAMPUNG

Akhmad Rokiban1 Dwiauliaramdini 1, , Sitijuwariyah2


Fakultas MIPA, Jurusan Farmasi Universitas Tulang Bawang Lampung
Email : rokiban81@utb.ac.id
HP. 0821-7654-7781

Abtract

Diabetes mellitus (DM) is a serious chronic disease that occurs because the pancreas
does not produce enough insulin or when insulin is not use effectively in the body. This
study aims to analyze the incidence of Drug Related Problems (DRPs) and find out the
category of DRPs in outpatients with a diagnosis of type 2 diabetes mellitus at UPT
Puskesmas Gedong Air Inpatient for the Bandar Lampung. This research is a non-
experimental research with a descriptive design taken retrospectively. The sampling
technique used in this study is total sampling based on the patient's medical record
data. Data were analyzed using the classification of DRPs according to Cipolle 2004,
then using Medscape Tools as a tool to check potential drug interactions. The results
of this study were 61 patients including 29 patients (46%) with DRPs and 33 patients
(54%) without DRPs. The number of male patients is 25 patients and the number of
female patients is 36 patients with age range 25-45 and 46-65. A total 52 patien Type 2
Diabetes Mellitus have cormobid and 9 patients without comorbid. DRP categories
that occur include drugs without indication as much (8%), indications without drugs as
much as (15%), and potential drug interactions (48%). The conclusion in this study is
that Drug Related Problems (DRPs) have occurred in outpatients diagnosed with type
2 diabetes mellitus in UPT Puskesmas Gedong Air Inpatient with the highest DRPs
category is the potential for drug interactions (48%).

Key words: Diabetes Mellitus Type 2, Drug Related Problems

Abstrak

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas
tidak cukup menghasilkan insulin atau ketika insulin tidak digunakan secara efektif di
dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kejadian Drug Related
Problems (DRPs) dan mengetahui kategori kejadian DRPs pada pasien rawat jalan
dengan diagnosa diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Rawat Inap Gedong Air
Bandang Lampung Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental dengan
rancangan deskriptif yang diambil secara retrospektif. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan pada studi ini adalah menggunakan total sampling dengan
berdasarkan data data rekam medik pasien. Data dianalisis menggunakan klasifikasi
DRPs menurut Cipolle 2004, selanjutnya menggunakan Tools Medscape sebagai tools
untuk mengecek potensi interaksi obat. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 61 pasien
diantaranya teridentifikasi terdapat DRPs sebanyak 29 pasien (46%) dan tidak
132
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 N0.2 , Desember 2020

mengalami DRPs sebanyak 33 pasien (54%). Jumlah pasien laki-laki 25 pasien dan
jumlah pasien perempuan 36 pasien dengan rentang usia 25-45 dan 46-65. Pengakit
penyerta Diabetes Melitus Tipe 2 sebanyak 52 pasien dan tidak penyerta sebanyak 9
pasien. Kategori DRPs yang terjadi antara lain obat tanpa indikasi sebanyak (8%),
indikasi tanpa obat sebanyak (15%), dan potensi interaksi obat sebanyak (48%).
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu telah terjadi Drug Related Problems (DRPs)
pada pasien rawat jalan dengan terdiagnosa diabetes melitus tipe 2 di UPT
Puskesmas Rawat Inap Gedong Air dengan kategori DRPs paling tinggi adalah
potensi interaksi obat sebanyak (48%).

Kata kunci: Diabetes Melitus Tipe 2, Drug Related Problems (DRPs)

PENDAHULUAN merupakan jenis DM yang paling


banyak diderita dibanding tipe yang lain
Diabetes melitus (DM) merupakan (4). DM tipe 2 saling berkaitan dengan
salah satu penyakit tidak menular resistensi insulin disertai defisiensi
(PTM) yang ditandai dengan tingginya insulin relatif, sampai yang defek
kadar glukosa dalam darah sekresi insulin disertai resistensi insulin
(hiperglikemia). Jumlah kasus dan (5). Beberapa komplikasi seperti
prevalensi diabetes terus meningkat mikrovaskular, makrovaskular dan
selama beberapa dekade terakhir.Word neuropati dapat muncul akibat penyakit
Health Organization (WHO) DM (3). Pasien DM dengan komplikasi,
memperkirakan secara global pada biasanya akan mendapatkan terapi
tahun 2014, penderita diabetes melitus polifarmasi. Polifarmasi adalah
sebesar 422 juta orang dewasa dengan meresepkan obat melebihi obat yang
usia diatas 18 tahun. Diperkirakan diperlukan secara klinis atau
setengah dari kasus diabetes melitus di penggunaan obat lebih dari lima jenis
dunia berada di Asia Tenggara dan obat (6). Polifarmasi salah satu faktor
Pasifik Barat (1) penyebab terjadinya Drug Related
Problems (DRPs) (7). Drug related
problems (DRPs) adalah kejadian yang
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tidak diinginkan oleh pasien yang
(RISKESDAS) tahun 2018 prevalensi mendapatkan terapi obat dan yang
penyakit DM, pada usia ≥ 15 tahun di mengganggu pencapaian tujuan terapi
Indonesia mengalami peningkatan dari yang diinginkan (8) .Kategori DRPs
1,5% di tahun 2013 menjadi 2,0% yaitu: obat tanpa indikasi, indikasi
ditahun 2018. Provinsi DKI Jakarta tanpa obat, obat yang tidak efektif,
menduduki urutan pertama dengan dosis terlalu rendah, efek samping obat
jumlah penderita terbanyak dan urutan dosis terlalu tinggi dan ketidak patuhan
kedua berada di Provinsi Bengkulu. (8).
Provinsi Lampung menduduki urutan ke
27 dari 34 Provinsi di indonesia (2).
Menurut Profil Dinas Kesehatan Studi identikasi DRPs pada pasien DM
Provinsi Lampung tahun 2015 oleh Ayele et al melaporkan bahwa
mencatat data 10 terbesar seluruh terdapat 364 kasus DRPs dengan
penyakit, diabetes melitus menduduki kategori, terapi obat menjadi tidak
peringkat ke 8 di Lampung (3). optimal 49%, indikasi tidak diobati
21,1%, reaksi obat merugikan 19% dan
pengobatan tanpa indikasi 10,7% (9).
Penyakit DM diklasifikasikan menjadi Studi identifikasi DRPs pada pasien
DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional DM tipe 2 oleh Nurwijayanti
dan DM tipe lain-lain. DM tipe 2 menyatakan bahwa kategori interaksi
133
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 N0.2 , Desember 2020

obat sebanyak 39 pasien (81,25%)


dengan 117 kasus (10). Studi
identifikasi (DRPs) penggunaan obat METODE PENELITIAN
antidiabetes pada pasien DM tipe 2 Penelitian ini dilakukan di UPT
oleh Claudia Pinkan Lira et al Puskesmas rawat inap Gedong Air
didapatkan hasil kategori yang sering pada bulan November 2019. Jenis
yaitu interaksi obat sebanyak 60%, penelitian adalah non eksperimental
obat terkontraindikasi 4,44% dan dengan pendekatan deskriptif yang
kategori terapi obat tidak efektif yakni diambil secara retrospektif.
sebanyak 35,55% (11). Studi Menggunakan rancangan penelitian
identifikasi DRPs pada pasien DM tipe Total Sampling yang bertujuan untuk
2 disertai dislipidemia oleh Hasniza mengetahui ada tidak kejadian Drug
Zaman Huri et al terdapat bahwa DRPs Related Problems (DRPs) pada pasien
kategori interaksi obat (18,9%), kondisi rawat jalan diabetes melitus tipe 2 di
yang tidak diobati (10,8%) dan UPT Puskesmas rawat inap Gedong
ketidakpatuhan (10,8%) (12). Air Bandar Lampung periode Agustus
2018-Agustus 2019. Kemudian
dianalisis dengan menggunakan
Dampak DRPs yang terjadi yaitu tidak referensi standar Pharmaceutical Care
mencapai hasil terapi yang diinginkan, Practice cipolle 2004, American
menyebabkan bertambahnya masalah Diabetes Assosiation (ADA) 2018,
masalah baru pada pasien, seperti Basic Pharmacology and Drug Notes,
pemilihan obat tidak tepat menimbulkan Medscape.
interaksi obat, efek samping semakin
banyak, dosis terlalu tinggi HASIL DAN PEMBAHASAN
menyebabkan over dosis, pemberian
dosis terlalu rendah menyebabkan Penelitian ini menggunakan data dari
tidak tercapainya hasil terapi yang rekam medik pasien rawat jalan
diingikan (8). penderita diabetes melitus tipe 2
dengan atau tanpa komplikasi yang
berobat pada periode Agustus 2018-
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Agustus 2019 di UPT Puskesmas
di lakukan berdasarkan konsep Rawat Inap Gedong Air. Jumlah
pharmaceutical care pelayanan yang populasi ini sebanyak 66 pasien dari
berorientasi kepada pasien sesuai data rekam medik, dengan 61 kasus
dengan pedoman masyarakat. yang masuk kriteria inklusi dan dan 5
Kegiatan farmasi klinik merupakan sampel yang masuk kriteria eksklusi
implementasi dari Pharmaceutical care. karena pasien meninggal.
Salah satu kegiatan farmasi klinik
adalah mengidentifikasi DRPs. Jenis Kelamin
Kegiatan ini penting dilakukan untuk
meningkatkan efektivitas terapi dan Berdasarkan hasil penelitian
kualitas hidup pasien (13). karakteristik jenis kelamin pasien yang
paling banyak mengalami kasus DM
tipe 2 yaitu pasien perempuan
Berdasarkan latar belakang tersebut sebanyak 36 (59%) dibanding dengan
perlu dilakukan penelitian mengenai pasien laki-laki sebanyak 25 (41%).
Analisis Drug Related Problems Jumlah wanita yang menderita DM tipe
(DRPs) pada pasien rawat jalan 2 lebih banyak dibanding laki-laki juga
diabetes melitus tipe 2 di UPT dapat disebabkan karena tingkat
Puskesmas Rawat Inap Gedong Air sensitifitas terhadap kerja insulin pada
Bandar Lampung. otot dan hati. Estrogen adalah hormon
yang dimiliki oleh wanita, peningkatan
134
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 N0.2 , Desember 2020

dan penurunan kadar estrogen dapat menjadi resisten terhadap insulin (14).
mempengaruhi kadar glukosa darah. Rincian berdasarkan jenis kelamin
Pada saat kadar hormon strogen dapat dilihat pada tabel 1.
mengalami peningkatan maka tubuh
Tabel 1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah Persentase
Pasien
1 Laki-laki 25 41%
2 Perempuan 36 59%
Total 61 100%
akan mengalami penyusutan sel-sel
Kelompok usia 25 tahun tidak ada beta pankreas. Sel β pankreas yang
pasien yang terdiagnosis DM tipe 2, tersisa pada umumnya masih aktif,
usia 26-35 tahun tidak ada pasien yang tetapi sekresi insulinnya semakin
terdiagnosis DM tipe 2, usia 36-45 berkurang. Kurangnya aktvitas fisik dan
tahun sebanyak 5 pasien (8%), usia 46- kekebalan tubuh menurun juga dapat
55 tahun sebanyak 17 pasien (28%) menyebabkan seseorang rentan
dan usia 56-65 tahun sebanyak 39 terhadap berat badan berlebih bahkan
pasien (64%). Orang yang mempunyai obesitas (15). Rincian berdasarkan usia
usia lebih dari 45 tahun dengan dapat dilihat pada tabel 2.
pengaturan diet glukosa yang rendah

Tabel 2. Karakteristik Berdasarkan Usia Menurut Depkes 2009


No Umur Kategori Usia Jumlah Persentase
1 25 Remaja akhir 0 0
2 26 – 35 Dewasa awal 0 0%
3 36 – 45 Dewasa akhir 5 8%
4 46-55 Lansia awal 17 28%
5 56-65 Lansia akhir 39 64%
Total 61 100%

Diabetes melitus sering disertai dengan penyakit komplikasi, hipertensi menjadi


berbagai penyakit komplikasi. komplikasi terbesar. Komplikasi
Komplikasi terjadi jika diabetes melitus diabetes melitus disebabkan oleh
tidak terkontrol dengan baik serta peningkatan dan penurunan kadar gula
kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat. darah yang drastis sehingga
Rincian karakteristik Pasien Diabetes menyebabkan kerusakan organ tubuh
melitus tipe 2 berdasarkan penyakit. lainya. Menurut Wahyu Putri L, 2013,
Pada penelitian ini diperoleh pasien DM menyatakan bahwa pasien DM tipe 2
tipe 2 dengan penyakit komplikasi paling banyak mengalami komplikasi
sebanyak 34 kasus dengan presentase sebesar 72% dan diantaranya penyakit
56% dan DM tipe 2 tanpa penyakit komplikasi terbanyak yaitu hipertensi
komplikasi sebanyak 27 kasus dengan (16). Rincian berdasarkan Komplikasi
persentase 44%. Hal ini menunjukkan Atau Tanpa Komplikasi dapat dilihat
bahwa pasien DM tipe 2 di Puskesmas pada tabel 3.
Gedong air banyak yang mengalami

135
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 N0.2 , Desember 2020

Tabel 3. Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Penyakit


Komplikasi Atau Tanpa Komplikasi
No Kejadian DRPs Jumlah Persentase
1 Komplikasi 34 56%
2 Tidak Komplikasi 27 44%
Total 61 100%

Hasil penelitian ini mendapatkan terapi


obat antidiabetes diresepkan dalam diinginkan tidak tercapai maka perlu
pengobatan tunggal ataupun ada kombinasi obat dari mekanisme
kombinasi. penggunaan obat yang berbeda untuk meningkatkan efek
antidiabetik pada pasien DM tipe 2 hipoglikemia (5). Kombinasi Metformin
yang digunakan yaitu obat tunggal dan + glibenklamid penggunaanya bekerja
kombinasi. Pada penelitian ini, dari 61 saling sinergis yaitu metformin
kasus DM tipe 2 terdapat 31 kasus (biguanida) menurunkan produksi
menggunakan obat tunggal antidiabetik glukosa hati dan meningkatkan glukosa
golongan biguanida (metformin), dan dijaringan perifer serta dapat
30 kasus menggunakan obat kombinasi menurunkan berat badan. Sedangkan
(Metformin + glibenklamid). glibenklamid (sulfonilurea) dapat
Pengobatan lini pertama DM tipe 2 meningkatkan sekresi insulin (16).
adalah obat tunggal atau monoterapi Rincian berdasarkan peresepan obat
manajemen gaya hidup, jika dengan antidiabetes dapat dilihat pada tabel 4.
obat tunggal kadar gula darah yang
Tabel 4. Karakteristik Peresepan Obat Antidiabetes
Karakteristik Peresepan Nama Obat Antidiabetes Jmh %
Satu macam obat antidiabetes Metformin 31 51 %
Dua macam obat antidiabetes Metformin + Glibenklamid 30 49%
Total 61 100%
tidak ada kejadian (0%), dosis terlalu
Kejadian Drug Related Problems rendah (dosage to low) tidak ada
(DRPs) kejadian (0%), efek samping obat
(adverse drug reaction) sebanyak 1
Obat tanpa indikasi (unnecessary drug kasus (2%), dosis terlalu tinggi (dosage
therapy) sebanyak 5 kasus (7%), too high) tidak ada kejadian dan
indikasi tanpa obat (Need for additional interaksi obat potensial sebanyak 29
drug therapy) sebanyak 9 kasus (15%), kasus (48%).
obat yang tidak efektif (ineffective drug)

48%

15%
7%
0% 0% 2% 0%
obat indikasi obat dosis efek dosis interaksi
tanpa tanpa tidak terlalu samping terlalu obat
indikasi obat efektif rendah obat tinggi potensial

Gambar 1. Persentase DRPs


136
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 N0.2 , Desember 2020

1. Obat Tanpa Indikasi mg 3x1. Paracetamol adalah golongan


analgetik antipiretik indikasinya yaitu
DRP obat tanpa indikasi adalah terapi meredakan nyeri ringan sampai sedang
yang tidak diperlukan namun tetap dan demam. Pada, batuk dan DM, tidak
diberikan tanpa indikasi medis yang ada gejala demam atau nyeri sehingga
jelas. Hasil penelitian menunjukan pemberian paracetamol termasuk obat
bahwa DRP terapi obat tanpa indikasi tanpa indikasi. Sementara terdapat 1
menghasilkan kasus sebanyak 4 kasus kasus mendapatkan terapi Gliseril
(7%) dengan kategori penyebab DRP Guaiqolat 3x1. Gliserill Guaiqolat
tidak ada kondisi medis yang sesuai adalah golongan ekspektoran, pada
untuk terapi obat pada saat ini. DM tidak ada gejala batuk sehingga
Penyebab DRP kategori tidak ada pemberian Gliserill Guaiqolat termasuk
kondisi medis yang sesuai untuk terapi obat tanpa indikasi. Rincian kejadian
obat pada saat itu terdapat 3 kasus. obat tanpa indikasi dapat dilihat pada
Pada kasus tersebut pasien Tabel 5.
mendapatkan terapi Paracetamol 500

Tabel 5. Analisis DRP Obat Tanpa Indikasi


Penyebab DRPs Nama Obat Keterangan Nomor
Kasus
Tidak ada kondisi Paracetamol 500 Tidak ada keterangan 3
medis yang sesuai mg 3x1 keluhan nyeri atau demam
untuk terapi obat pada rekam medik Pasien
pada saat ini Gliserill Guaiqolat Tidak ada keterangan 1
3x1 keluhan batuk pada rekam
medik Pasien
Total 4

2. Indikasi Tanpa Obat tidak diberikan obat dengan indikasi


tersebut. Seharusnya diberikan obat
Hasil penelitian kejadian DRP terapi golongan antihistamin seperti cetirizine
indikasi tanpa obat sebanyak 9 kasus supaya tercapainya terapi yang
(15%), dengan rincian kategori kondisi diinginkan (17). Terapi penyebab DRP
medis membutuhkan sebuah inisiasi membutuhkan tambahan terapi untuk
terapi obat untuk saat itu sebanyak 3 mencapai efek sinergis dan aditif terjadi
kasus dan kategori membutuhkan sebanyak 6 kasus. Pada 3 kasus
tambahan terapi untuk mencapai efek pasien dengan GDS 220-230 mg/dl
sinergis dan aditif sebanyak 6 kasus. pasien hanya mendapatkan
Terapi indikasi tanpa obat kategori monoterapi. Berdasarkan algoritma
kondisi medis membutuhkan sebuah ADA jika HbA1c lebih dari 9% harus
inisiasi terapi obat terdapat 3 kasus. menggunakan dua terapi dan
Pada 2 kasus pasien sama-sama menejemen gaya hidup agar kadar
didiagnosa dokter batuk tetapi terapi glukosa dalam darah itu dapat terkonrol
yang diberikan tidak terdapat obat dengan baik, seperti obat golongan
dengan indikasi tersebut. Seharusnya sulfonilurea dan glinida. Terdapat 3
diberikan obat batuk golongan kasus pasien dengan GDS 240-261
ekspektoran supaya pasien mg/dl pasien hanya mendapatkan
mendapatkan terapi yang diinginkan monoterapi. Berdasarkan algoritma
tercapai. Pada 1 kasus pasien ADA jika HbA1c lebih dari 10% harus
mengalami keluhan gatal-gatal tetapi menggunakan terapi tiga yaitu
132
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 N0.2 , Desember 2020

menejemen gaya hidup, metformin dan lainya seperti sulfonilurea dan glinida
dua agen tambahan obat golongan (18). Rincian kejadian indikasi tanpa
obat dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Analisis DRP Indikasi Tanpa Obat
Penyebab Indikasi Nama Obat Rekomendasi Jumlah
DRP kasus

kondisi Batuk Amlodipine 10 mg 1x1 Dibutuhkan penambahan


medis Metformin 500 mg 2x1 obat batuk seperti 2
membutuhk Paracetamol 500 mg 3x1 golongan ekpektoran
an sebuah (17)
inisiasi Gatal- Domperidone 3x1 Dibutuhkan penambahan
terapi obat gatal Paracetamol 500 mg 3x1 obat gatal-gatal 1
untuk saat Amlodipine 5 mg 1x1 golongan antihistamin
itu Metformin 500 mg 2x1 seperti cetirizine (17)
Vit B Compleks 2x1
membutuhk DM tipe 2 Metformin 500 mg 2x1 Dibutuhkan penambahan 3
an Amlodipine 5 mg 1x1 antidiabetes golongan
tambahan Vit B Compleks 2x1 lainya, seperti
terapi untuk sulfonilurea karena terapi
mencapai untuk DM dengan GDS
efek 220-230 mg/dl
sinergis membutuhkan
dan aditif manajemen gaya hidup
dan terapi ganda (18).

membutuhk DM tipe 2 Metformin 500 mg 2x1 Dibutuhkan penambahan 3


an Natrium Diclofenak 2x1 antidiabetes golongan
tambahan Gliseril Guaiqolat 3x1 lainya, seperti
terapi untuk Vit B 1 2x1 sulfonilurea karena terapi
mencapai untuk DM dengan GDS
efek 240-261 mg/dl
sinergis membutuhkan
dan aditif manajemen gaya hidup
dan terapi tiga macam
(18).
Total 15%

3. Efek Samping Obat dexsametason 3x1. Pemberian obat


dexsametason pada penderita DM
Hasil penelitian kejadian DRP efek dapat meningkatkan produksi glukosa,
samping obat sebanyak 1 kasus (2%), penurunan indeks sensitivitas insulin
dengan rincian kategori Obat
serta penurunan bobot badan. Namun
merupakan kontraindikasi dengan
tidak terdapat tanda tanda polidipsia
faktor risiko. Efek samping obat dengan dan poliuria (19). Menurut ADA 2018,
kategori obat merupakan kontraindikasi seseorang yang mengalami diabetes
dengan faktor risiko terdapat 1 kasus. akibat penggunaan dosis besar steroid
Pada 1 kasus pasien DM dengan akan kembali normal kadar gula
penyakit penyerta batuk dan radang, darahnya ketika penggunaan
mendapatkan terapi obat metformin
dihentikan, tetapi akan kembali muncul
500 mg 2x1, ambroxol 3x1, dan
diabetes beberapa tahun berikutnya
133
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 N0.2 , Desember 2020

(18). Rincian kejadian efek samping obat dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Analisis DRP Efek Samping Obat
Penyebab DRPs Nama obat Keterangan Jumlah
kasus
Obat merupakan Dexsamethason Meningkatkan produksi
kontraindikasi glukosa 1
dengan faktor risiko
Total 1

4. Potensi Interaksi Obat efek metformin oleh farmakodinamika


antagonisnya, interaksi ini masuk
Potensi interaksi obat ini di cek
kedalam kejadian interaksi
menggunakan Tools Medscape Potensi
moderate/signifikan (21).
interaksi obat adalah potensi aksi suatu
obat diubah atau dipengaruhi oleh obat
Amlodipine-Simvastatin, berdasarkan
lain yang diberikan bersamaan.
hasil analisis, terdapat 1 pasien yang
Interaksi obat dapat menyebabkan
mengalami interaksi amlodipine-
advers drug reactions apabila potensi
simvastatin. Amlodipin dapat
terjadi interaksi tersebut tidak diketahui
meningkatkan level simvastatin.
sebelumnya sehingga tidak dapat
Kombinasi kedua obat ini harus
dilakukan upaya-upaya optimalisasi
diberikan dengan hati-hati karena dapat
(20). Keparahan interaksi obat dapat
meningkatkan resiko potensi dari
diklasifikasikan ke dalam tiga level
myopaty/rehabdomyolisis (21).
yaitu: serious, closely/signifikan dan
Myopaty adalah semua kelainan
minor. Mayor/serious mempunyai efek
dimana terdapat gangguan primer pada
yang dapat berpotensi mengancam
fungsi dan struktur otak (22). Perlu
nyawa atau menyebabkan kerusakan
dilakukan pembatasan dosis
secara permanen. Moderate/signifikan
simvastatin tidak boleh lebih dari 20
dapat menyebabkan terjadi penurunan
mg/hari. Interaksi ini masuk kedalam
status klinis pasien. Sedangkan tingkat
kejadian interaksi Mayor/serious (21).
keparahan minor efek yang ditimbulkan
tidak mengganggu atau tidak terlihat
Hasil beberapa studi terdahulu
secara signifikan sehingga tidak
melaporkan bahwa identifikasi potensi
diperlukan terapi tambahan (21).
interaksi obat pada pasien DM
merupakan kategori DRPs tertinggi dan
Hasil penelitiaan ini ditemukan 29
persentasenya bervariasi. Studi
kasus potensi interaksi obat.Kombinasi
Khoirotun Nazilah et al, 2017 dalam
Metformin-Dexsamethason,
studinya melaporkan bahwa pasien
berdasarkan hasil analisis, terdapat 1
terdapat 66,67% pasien mengalami
pasien yang mengalami interaksi
potensi interaksi obat (23). Verona
metformin-dexsamethason.
Shaqila Efimaralda, 2016, dalam
Dexsamethason dapat mengganggu
studinya melaporkan bahwa pasien
efektivitas metformin oleh antagonisme
terdapat57,78% pasien mengalami
farmakodinamika, interaksi ini masuk
potensi interaksi obat (24). Dhenny
kedalam kejadian interaksi minor (21).
Arman Siregar, 2018, dalam studinya
melaporkan bahwa pasien terdapat
Amlodipine – Metformin, berdasarkan
70,90% pasien mengalami kategori
hasil analisis, terdapat 27 pasien yang
potensi interaksi obat (25). Interaksi
mengalami interaksi amlodipine-
obat potensial dapat dilihat pada Tabel
metformin. Kombinasi amlodipine
8.
dengan metformin dapat menurunkan

134
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 N0.2 , Desember 2020

Tabel 8. Potensi Interaksi Obat


Interaksi Mekanisme Level Efek interaksi Jmlh
obat signifika
n
Metformin + Dexsamethason dapat Minor Dexsamethason 1
Dexsamethas mengganggu efektivitas mengurangi efek
on metformin oleh antagonisme metformin
farmakodinamika
Amlodipine + Amlodipine dapat moderate Amlodipine 27
Metformin menurunkan efek metformin /signifika mengurangi efek
n metformin
Amlodipine + Amlodipine meningkatkan Mayor/se Amlodipine 1
Simvastatin kadar simvastatin rious meningkatkan
efek simvastatin
Total 29
DRPs sebanyak 56,10% DM
Jumlah Kejadian DRPs mengalami DRPs (26).

Berdasarkan hasil analisis sebanyak 28 Dampak DRPs pada diabetes melitus


pasien 46% teridentifikasi mengalami yaitu terjadi ketidak sesuaian dalam
kejadian DRPs dan sebanyak 33 pencapaian tujuan terapi menyebabkan
pasien 54% yang tidak mengalami pemberian yang tidak tepat bisa
kejadian DRPs. Menurut Nazilah et al, mengakibatkan gulkosa dalam darah
2017, dalam studinya melaporkan tidak setabil, terjadi juga interaksi obat
bahwa pasien terdapat 15% pasien DM satu dengan yang lain mengakibatkan
mengalami DRPs (23). Hasil serupa obat tidak bekerja secara efektif lagi
juga dilaporkan Pamungkas, 2017 (8). Rincian kejadian DRPs pada hasil
menyatakan bahwa terdapat kejadian identifikasi penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 2.

DRPs
46%
tidak DRPs
54%

Gambar 2. Jumlah Kejadian DRPs

Kesimpulan medik pasien DM tipe 2 terdapat di


UPT Puskesmas Rawat Inap
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gedong Air periode Agustus 2018 -
maka dapat disimpulkan bahwa ada Agustus 2019.
kejadian DRPs pada 61 pasien dengan 2. Jumlah kejadian dan rincian
diagnosis DM tipe 2 di UPT Puskesmas kategori DRPs Diabetes Melitus
Rawat Inap Gedong Air periode tipe 2 di UPT Puskesmas Rawat
Agustus 2018 - Agustus 2019. Inap Gedong Air periode Agustus
1. Terdapat 28 pasien (46%) 2018 - Agustus 2019:Obat tanpa
teridentifikasi mengalami DRPs indikasi (unnecessary drug
dan 33 kasus (54%) tidak terdapat therapy) sebanyak 4 kasus (7%),
DRPs dari total 61 sampel rekam indikasi tanpa obat (Need for
135
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 N0.2 , Desember 2020

additional drug therapy) sebanyak 7. G. M. Al-Taani Et Al.2017.


9 kasus (15%), obat yang tidak Prediction Of Drug-Related
efektif (ineffective drug) tidak ada Problems In Diabetic Outpatients
kejadian (0%), dosis terlalu rendah In A Number Of Hospitals, Using A
(dosage to low) tidak ada kejadian Modeling Approach. Dove Press
(0%), efek samping obat (adverse Journal Drug, HealthcPatient Saf.
drug reaction) sebanyak 1 kasus Irbid Jordan. 965-70.
(2%), dosis terlalu tinggi (dosage 8. M. Robert J Cipolle, Linda M.
too high) tidak ada kejadian dan Stand. 2004 “Pharmaceutical Care
potensi interaksi obat sebanyak 29 Practice 2nd Edition,”Mcgraw-Hill.
kasus (48%). New York. 007-1362.
9. Y. Ayele, K. Melaku, M. DechasaEt
Al. 2018. Assessment Of Drug
DAFTAR PUSTAKA Related Problems Among Type 2
1. Kementrian Kesehatan Republik Diabetes Mellitus Patients With
Indonesia. 2018. Hari Diabetes Hypertension In Hiwot Fana
Sedunia Tahun 2018. Jakarta Specialized University Hospital,
Selatan: Pusat Data Dan Informasi Harar, Eastern Ethiopia. BMC
Kementrian Kesehatan RI. 2442- ResNotes.Harar Ethiopia. 11:728.
7659. 10. Nur Wijayanti. 2016. Identifikasi
2. Kementrian Kesehatan Badan Drug Related Problems (Drps)
Penelitian Dan Pengembangan Potensial Pada Pasien Diabetes
Kesehatan. 2018. Hasil Utama MelitusTipe 2 Di Instalasi Rawat
Riskesdas 2018. Jakarta: Inap RS X Tahun 2015. Universitas
Kementrian Kesehatan Republik Muhamadiyah. Surakarta.
Indonesia. P. 57. 11. D. S. W. Claudia Pingkan Lira,
3. Dinas Kesehatan Pemerintah Widya Astuty Lolo. 2017. Potensi
Provinsi Lampung.2015. Profil Drug Related Problems(Drps)
Provinsi Lampung. Teluk Betung Penggunaan Obat Antidiabetes
Bandar Lampung: Dinas Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
Kesehatan Pemerintah Provinsi 2 Di Instalasi Rawat Inap Rumah
Lampung. P. 45. Sakit Kalooran Gmim Amurang.
4. Kementrian Kesehatan Republik FMIPA UNSRAT. Manado. Vol. 6
Indonesia. Klasifikasi Diabetes No 4 November: 2303-2493.
Melitus 2009: Diambil 12. Lee Chai Ling Hasniza Zaman
DariWww.Depkes.Go.Id. Diakses 8 Huri. 2013. Drug Related Problems
Juli 2019 Pukul 11.45 WIB. Type 2 Diabetes Mellitus Patien
5. A. D. Rudijanto. 2015. Konsensus With Dyslipidemia. University Of
Pengelolaan Dan Pencegahan Malaya. BMC Public Health.
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Malaysia. 13:1192.
Indonesia 2015. Edisi V. Jakarta: 13. Departement Kesehatan Republik
Pengurus Besar Perkumpulan Indonesia. 2006. Pedoman
Endokrinologi Indonesia (PB Pelayanan Kefarmasian Di
PERKENI). 978-979 Puskesmas. Jakarta.
6. Menteri Kehatan Republik 14. Enggar Fitria Nur Susanti. 2019
Indonesia. 2015. Peraturan Menteri “gambaran faktor resiko terjadinya
Kesehatan Republik Indonesia DM pada penderita DM tipe 2’’.
Nomor 67 Tahun 2015 Tentang Universitas Muhamadiyah
Penyelenggaraan Pelayanan Surakarta. Surakarta.
Kesehatan Lanjut Usia Di Pusat 15. Arnold Hongdiyanto, 2014 “Paulina
Kesehatan Masyarakat. Peraturan dan H. Evaluasi Kerasionalan
Menteri Kesehatan Republik Pengobatan Diabetes Melitus Tipe
Indonesia. Jakarta. 2 pada Pasien Rawat Inap Di
133
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 N0.2 , Desember 2020

RSUP Prof .Dr.R.D Kandau 21. Tools Medscape, 2020“Medscape”.


Manado’’. Manado, Jurnal Ilmiah 22. Kurniawan S, D. R. 2017“Buku Ajar
Farmasi. Miopati”Fakultas Kedokteran
16. Wahyu Putri Lestari. 2013 Universitas BrawijayaUB Press.
“gambaran efektifitas penggunaan 23. K. Nazilah, E. Rachmawati, And P.
obat antidiabetik tunggal dan B. Subagijo. 2017. Identifikasi Drug
kombinasi dalam mengendalikan Related Problems (Drps) Pada
gula darah pada pasien DM tipe 2 Terapi Diabetes Melitus Tipe 2 Di
di Rumah sakit Umum Pusat Instalasi Rawat Inap RSD
Fatmawati Tnun 2012’’. jakarta, Dr.Soebandi Jember Periode
fakultas Kedokteran Dan Ilmu Tahun 2015. UNEJ. Jember. Vol 5
Kesehatan Jakarta. (3) September 2017.
17. MMN. 2017. Basic Pharmacology 24. Verona Shaqila Efmaralda,
And Drug Notes. MMN 2016“Pengaruh Drug Related
Publishing.Makasar. Problems Terhadap Outcomes
18. Freinkel Norbert. 2018. American Klinik Pasien Diabetes Melitus Di
Diabetes AssosiationStandards Of Instalasi Rawat Inap RS X Di
Medical Care In Diabetes 2018, Tanggerng Selatan Periode Juli
The Journal Of Clinical And 2014- Juni 2015,”.
Applied Research And Education. 25. Dhenny Arman Siregar. 2018
Amerika. Vol. 41, No 1. 014-5992 “Identifikasi Drug Related
19. Rahmania Hanim. 2017 Problems (DRPs) Pada Pasien
“karakteristik tipe diabetes pada Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan
kandidat tikus model yang Penyakit Penyerta Hipertensi
diinduksi deksametason’’. Bogor, Dilantai 5 Teratai Rumah Sakit
Bogor Agricultural. Umum Pusat (RSUP) Fatmawati
20. Andriana Sari, D. W. B. R, “2012 Periode Bulan Januari - Juni 2016”.
Identifikasi Potensi Interaksi Obat 26. Mayang Biyan Pamungas, 2017
Pada Pasien Rawat Inap Penyakit “Analisis Darug Related Problems
Dalam Di RSUD Prof. Dr. Margono Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
Soekarjo Purwokerto Dengan 2 Dengan Hipertensi Di Rumah
Metode Observasional Retrospektif Sakit Umum Daerah Dr.Soehadi
Periode November 2009-Januari Prijonegoro Sragen Periode
2010”. 2016,”.

134

You might also like