You are on page 1of 8

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA TRITERPENOID DARI

FRAKSI ETIL ASETAT DAUN TUMBUHAN MIANA (Plectranthus


scutellariodes (L.) R. Br.) SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI
Dr. Suryati1., Bustanul Arifin, M.Si1., Nadya Chebrita2
a
Laboratorium Kimia Bahan Alam, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas
e-mail : nadyachebrita27@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163

Abstract: Isolation of triterpenoid compound from ethyl acetate fraction of miana plant leaves
(Plectranthus scutellariodes (L.) R. Br.) was carried out using normal phase gravity column
chromatography by gradient polarity with hexane:ethyl acetate (10:0-0:10) and ethyl acetate:methanol
(10:0-0:10) solvents. Isolation of 52 gram ethyl acetate fraction was obtained 16 fraction (F A-FP). Fraction
5 (FE) showed a positive of triterpenoid compound with Liebermann Burchard (LB) reagent, further
isolation with the same procedure and obtained Sub-fraction in the form of solid. Purification of Sub-
fraction was carried out by trituration method and obtained pure triterpenoid compound in the form of
white solid with melting point 129-130oC. Characterization of structure isolated compound using UV
(Ultraviolet) spectrum and FT-IR spectrum (Fourier Transform Infrared) spectrum has known, structure
skeleton triterpenoid isolated compound that was not conjugated double bond and has O-H, C=O
functional group and presence of dimethyl geminal substituent. Antibacterial activity test result of
isolated compound by diffusion method showed moderate activity against, Staphylococcus aureus and
Escherichia coli bacteria with inhibition zone of 16,36% and 8,88% compared with amoxicillin at the same
concentration.

Kata Kuci : Plectranthus scutellariodes (L) R. Br, triterpenoid, UV, FT-IR, antibakteri

1. Pendahuluan (cm-1) yakni: 1139 dan 1230 (C-O);


Tumbuhan miana (Plectranthus 2926, 2858, 1463, dan 1438 (CH3
scutellarioides (L.) R. Br) merupakan salah dan CH2), 1647 (C=C); 3317 (O-H),
satu jenis spesies dari genus Plectranthus, 1737 dan 1695 (C=O) serta bersifat
yang tumbuh di wilayah Australia, Burma, bioaktif terhadap bakteri
Asia Tenggara, Malenesia, Cina Selatan, dan Staphylococus aureus dan bakteri
Amerika Selatan. Beberapa bagian dari Escherichia coli dengan luas rata-rata
tumbuhan ini seperti akar, batang dan daya hambat masing-masing yaitu
daun telah banyak digunakan untuk obat 1,48 mm dan 9,86 mm8-9.
tradisional oleh masyarakat antara lain: Pada penelitian sebelumnya,
obat mata, luka, wasir, radang paru-paru, Anita Vhiolita (2018) telah menguji
cacingan, asma, demam, diare, dan obat kandungan total fenolik, aktivitas
sakit perut. Tumbuhan ini juga dilaporkan antioksidan, aktivitas antimikroba,
memiliki berbagai bioaktivitas seperti dan sitotoksik dari fraksi etil asetat
antimikroba, antioksidan, antitumor, daun miana masing-masing dengan
anthelmintik, leishamania, antidiabetes, metode DPPH, difusi cakram dan
antikanker, antiinflamasi, hepatoprotektif BSLT. Hasil penelitian menunjukkan
dan antibakteri1-7. fraksi etil asetat menunjukkan
Nurrahmaniah (2014), aktivitas antioksidan yang sangat
melaporkan hasil isolasi dari ekstrak kuat dengan nilai IC50 sebesar 21,75
kloroform daun tembelekan (Lantana mg/L dan aktif sebagai antibakteri
camara Linn) dari famili dan genus dengan presentase daya hambat
berbeda, ordo yang sama diperoleh sebesar 65,26% untuk bakteri
senyawa murni berupa kristal putih, Escherichia coli, dan Staphylococcus
diuji dengan penampak noda aureus sebesar 70,00%10.
Liebermann Burchard memberikan Hasil dari uji kandungan
warna merah ungu menunjukkan metabolit sekunder menunjukkan
positif mengandung senyawa bahwa fraksi tersebut mengandung
golongan triterpenoid dengan senyawa metabolit sekunder seperti
analisis spektrum infra merah flavonoid, fenolik, steroid dan
menunjukkan bilangan gelombang triterpenoid10. Pada penelitian ini,
peneliti melakukan isolasi senyawa dan raksa (II) klorida sebagai pembuatan
triterpenoid dari fraksi etil asetat pereaksi Mayer. Fasa diam yang digunakan
daun tumbuhan miana (Plectranthus untuk kromatografi kolom yaitu silika gel
scutellarioides (L.) R. Br.) serta uji (0,063 - 0,200 mm). Pada analisis
aktivitas antibakteri dari senyawa kromatografi lapis tipis digunakan plat KLT
golongan triterpenoid terhadap (silika gel 60 F254). Sedangkan bahan untuk
bakteri Escherichia coli dan uji aktivitas antibakteri adalah amoksilin,
Staphylococcus aureus. Kedua larutan Mc. Farland, pelarut BaCl2.2H2O,
bakteri digunakan karena sering pelarut NaCl media NA (Nutrient Agar),
diujikan pada penentuan aktivitas media MHA (Mueller-Hinton Agar), bakteri
antibakteri dan tergolong bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
patogen dimana bakteri Escherichia 2.4 Tahapan Penelitian
coli mewakili bakteri gram negatif Tahapan penelitian ini adalah sebagai
dan bakteri Staphylococcus aureus berikut :
mewakili bakteri gram positif. 2.4.1 Uji Kandungan Metabolit Sekunder
Fraksi Etil Asetat Daun Tumbuhan Miana
2. Metodologi Penelitian (Plectranthus scutellariodes (L) R. Br)
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Fraksi etil asetat sebanyak 0,1 gram
Penelitian dimulai pada bulan November dilarutkan dengan pelarut metanol,
2018–April 2019. Pengerjaan metabolit , kemudian ditambahkan kloroform dan
isolasi senyawa metabolit sekunder dan akuades (1:1). Lapisan kloroform dan air
pemurnian dilakukan di Laboratorium dipisahkan, dimana lapisan kloroform
Kimia Organik Bahan Alam Jurusan Kimia berada dibawah untuk menguji kandungan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan triterpenoid dan steroid. Sedangkan lapisan
Alam, dan pengujian aktivitas antibakteri air pada bagian atas digunakan untuk
dilakukan di Laboratorium Pertanian menguji kandungan senyawa flavonoid,
Universitas Andalas. Pengukuran fenolik, dan saponin.
spektroskopi UV dilakukan di Laboratorium a. Uji Flavonoid
Dasar Universitas Andalas dan spektroskopi Uji flavonoid dilakukan dengan cara
FT-IR di Laboratorium Sentral Pengukuran menambahkan asam klorida pekat dan
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan sedikit bubuk Mg ke dalam tabung reaksi
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri yang berisi lapisan air. Jika terbentuk
Padang. warna jingga maka positif mengandung
2.2 Peralatan Penelitian flavonoid11.
Peralatan yang digunakan pada penelitian b. Uji Fenolik
adalah seperangkat alat distilasi, oven, botol Uji fenolik dilakukan dengan manambahkan
reagen gelap, kolom kromatografi (panjang 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida ke dalam
kolom 40 cm dan diameter kolom 6 cm), tabung reaksi yang berisi lapisan air,
botol vial 10 mL dan 100 mL, spektroskopi apabila terbentuk warna hijau kehitaman
UV (Thermo Scientific), spektroskopi FT-IR menandakan positif mengandung fenolik.
(Parkin Elmer “Front Tail”), Melting Point c. Uji Saponin
Apparatus (Stuart® SMP 10), neraca analitik, Uji saponin dilakukan dengan mengocok
tabung reaksi, desikator, chamber, pipet lapisan air yang berada dalam tabung
tetes, spatula, pipa kapiler, lampu UV (λ reaksi, jika terbentuk busa yang tidak
254 nm dan 365 nm) sebagai penampak hilang saat penambahan dua tetes asam
noda, dan peralatan gelas lainnya yang klorida pekat maka mengandung saponin12.
umum digunakan di Laboratorium. Uji d. Uji Triterpenoid dan Steroid
aktivitas antibakteri digunakan cawan petri, Lapisan kloroform diteteskan pada 2 lubang
erlenmeyer, pinset, autoclave, pipet mikro plat tetes untuk menguji kandungan triter
0,2 mm, bola hisap, labu ukur 2 mL, botol dan steroid, dimana lubang pertama
vial 10 mL, gelas ukur dan jangka sorong. ditambah setetes anhidrida asetat dan asam
sulfat pekat, sedangkan lubang plat tetes
2.3 Bahan Kimia kedua sebagai pembandingnya (Lapisan
Bahan yang digunakan dalam penelitian kloroform). Jika terbentuk cincin merah
adalah pelarut organik yang sudah keunguan pada plat pertama maka positif
didestilasi (n-heksana, etil asetat, dan mengandung triterpenoid dan terbentuk
metanol), akuades, asam klorida pekat, warna hijau disekitar cincin merah
kloroform, kloroform-amoniak 0,05 M, asam keunguan maka positif mengandung
sulfat 2 N, bubuk Mg dan pereaksi besi (III) steroid13.
klorida. Anhidrida asetat dan asam sulfat e. Uji Alkaloid
pekat untuk membuat pereaksi Liebermann- Fraksi etil asetat daun tumbuhan miana
Burchard (LB). Sedangkan kalium iodida (Plectranthus scutellariodes (L.) R. Br.)
sebanyak 0,1 gram ditambah 10 mL pola pemisahan noda yang sama dari
kloroform dan 10 mL kloroform-amoniak hasil KLT digabung menjadi satu
0,05 M kemudian diaduk. Campuran fraksi sehingga diperoleh 16 Fraksi
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan (FA-Fp). Masing–masing fraksi di uji
ditambahkan 1 mL asam sulfat 2 N, lalu kromatografi lapis tipis (KLT) dan uji
diaduk dan didiamkan sehingga terbentuk triterpenoid kembali. Hasil uji
dua lapisan yaitu lapisan kloroform dan kromatografi lapis tipis (KLT) dan uji
asam. Lapisan asam dipisahkan dan triterpenoid menggunakan pereaksi
ditambahkan beberapa tetes pereaksi Liebermann Burchard, fraksi FE yang
Mayer, apabila terbentuk endapan putih menunjukkan pola pemisahan noda
maka positif mengandung alkaloid11. yang lebih sederhana, dan positif
2.4.2 Isolasi dan Pemurnian Fraksi Etil mengandung triterpenoid. Sehingga,
Asetat Daun Tumbuhan Miana fraksi FE dipilih untuk dilakukan re-
(Plectranthus scutellariodes (L.) R. Br.) kromatografi.
Fraksi etil asetat daun tumbuhan miana Fraksi FE (0,258 g) dilakukan re-
(Plectranthus scutellariodes (L.) R. Br) di kromatografi menggunakan
peroleh dari peneliti sebelumnya (Anita kromatografi kolom grafitasi dan
Vhiolita, 2018). diperoleh 190 vial. Setiap vial
a. Preparasi kolom dilakukan uji KLT, kemudian eluat
Kolom kromatografi dibersihkan dan yang memiliki pola pemisahan noda
dikeringkan, kemudian diletakkan pada yang sama digabungkan kembali dan
posisi tegak menggunakan klem dan diperoleh 5 Sub-fraksi (SFE.1-SFE.5).
standar. Bagian dasar kolom, dimasukkan Masing-masing Sub-fraksi dilakukan
kapas yang sudah dibasahi dengan pelarut uji kromatografi lapis tipis (KLT) dan
heksana dan dipadatkan. Kemudian uji senyawa triterpenoid dengan
dimasukkan pelarut heksana hingga pereaksi Liebermann Burchard. Hasil
sepertiga bagian kolom. Sebanyak 400 gram uji kromatografi lapis tipis (KLT) dan
silika gel 60 GF254 (0,063-0,200 mm for uji triterpenoid, Sub-fraksi SFE.3
column chromatography) (Merck) yang telah menunjukkan pola pemisahan noda
diaktivasi pada suhu 110oC selama ± satu yang lebih sederhana, memiliki
jam dibuat hingga menjadi bubur silika massa yang cukup dibandingkan
dengan heksana dalam wadah beaker gelas fraksi lain dan adanya noda bewarna
10,11
. ungu menandakan Sub-fraksi SFE.3
Bubur silika dibuat gel yang telah positif mengandung triterpenoid.
dibuat dimasukkan ke dalam kolom, Sub-fraksi FE.3 (40 mg) dipisahkan
kran harus dibuka dan kolom terus kembali menggunakan kolom
dialiri pelarut sambil dinding kolom kromatografi silika gel dan diperoleh
dipukul dengan selang karet secara 120 vial, kemudian di uji KLT
perlahan agar tidak terbentuk kembali dan diamati pola pemisahan
rongga udara ketika silika memadat. nodanya. Diperoleh 2 Sub-fraksi
Setelah itu kran kolom ditutup (FE.3.1-FE.3.2). Kedua sub-fraksi yang
kembali dan didiamkan ± 24 jam diperoleh di uji triterpenoid
sebelum digunakan untuk menggunakan penampak noda
pemisahan12. Liebermann Burchard. Sub-fraksi
Fraksi etil asetat sebanyak 52 gram FE.3.1 memberikan bercak noda ungu
ditambahkan 52 gram silika gel (1:1) dan tunggal, menandakan positif
digerus dalam lumpang hingga homogen, triterpenoid dan diperoleh senyawa
kemudian disimpan dalam desikator. murni sebanyak 30 mg.
Sampel yang telah dipreadsorpsi 2.4.3 Uji Kemurnian Senyawa Hasil
dimasukkan kedalam kolom yang sudah Isolasi
berisi bubur silika menggunakan corong Uji kemurnian senyawa hasil isolasi dapat
dan dialiri dengan pelarut heksana (100 %), dilakukan dengan cara sebagai berikut :
kemudian dilakukan isolasi dengan a. Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
meningkatkan kepolaran pelarut dimulai Senyawa hasil isolasi dielusi dengan eluen
dari heksana:etil asetat (10:0 – 0:10) dan etil (8,5:1,5;7,5:2,5;6:4). Hasil elusi dilihat pola
asetat:metanol (10:0 – 0:10) dengan volume noda menggunakan penampak noda cahaya
400 mL. lampu UV pada panjang gelombang 254 nm
Eluat yag diperoleh ditampung dan 365 nm serta menggunakan penampak
dengan botol vial 10 mL dan noda Liebermann Burchard.
diperoleh 683 vial. Setiap eluat yang b. Pengukuran Titik Leleh
diperoleh dilakukan uji kromatografi Senyawa hasil isolasi diambil secukupnya
lapis tipis (KLT). Eluat yang memiliki menggunakan pipa kapiler kemudian
dimasukkan ke dalam alat melting point masing-masing 0,2 mL, kemudian
(Stuart SMP 10). Senyawa hasil isolasi dimasukkan kedalam tabung reaksi yang
dikatakan murni jika menunjukkan rentang berisi 5 mL larutan NaCl fisiologi 0,9%,
titik leleh 1-2°C11. hingga di peroleh kekeruhan yang sama
2.4.4 Karakterisasi Struktur Senyawa dengan standar kekeruhan larutan Mc.
Hasil Isolasi Farland.
Karakterisasi struktur senyawa hasil isolasi h. Pengujian aktivitas antibakteri
dilakukan menggunakan spektroskopi UV Pengujian aktifitas antibakteri
(Thermo Scientific), untuk mengetahui Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
adanya ikatan rangkap berkonjugasi pada dilakukan dengan metode difusi
kerangka dasar struktur senyawa hasil menggunakan cara sumuran dengan
isolasi dan spektroskopi FT-IR (Parkin tahapan sebagai berikut10:
Elmer “Front Tail”) untuk mengetahui gugus 1. Siapkan 2 buah cawan petri yaitu untuk
fungsi senyawa hasil isolasi. bakteri Staphylococcus aureus dan
2.5.6 Uji Aktivitas Antibakteri Escherichia coli.
Pada peneltian ini dilakukan uji 2. Sebanyak 0,2 mL larutan suspensi untuk
aktifitas antibakteri menggunakan bakteri Staphylococcus aureus dan
metoda difusi dengan cara sumuran bakteri Escherichia coli dan MHA yang
melalui pengukuran zona hambat telah dibuat sebelumnya masing-masing
dengan tahapan sebagai berikut : dituangkan kedalam cawan petri, lalu
a. Sterilisasi Alat dibiarkan memadat.
Semua alat yang akan digunakan 3. Setelah memadat, dibuat sumur (lubang)
dalam penelitian ini sebelumnya sebesar ± 8 mm menggunakan pipet tip 1
disterilkan dalam autoclave pada mL.
suhu 121º selama 2 jam. 4. Dimasukan sampel berupa larutan
b. Pembuatan Larutan Uji (Senyawa senyawa hasil isolasi (variasi
hasil isolasi) konsentrasi), larutan kontrol positif
Sebanyak 7,5 mg senyawa hasil isolasi (amoksilin) dan kontrol negatif (etil
dilarutkan dengan pelarut etil asetat dalam asetat) kedalam sumur menggunakan
labu 5 mL sampai tanda batas, diperoleh kapas (yang telah steril) dengan bantuan
konsentrasi larutan induk 1500 mg/L. pinset, masing-masing diambil sebanyak
Larutan induk dibuat variasi konsentrasi 0,2-0,3 mL.
750;375;185,7;dan 93,75mg/L. dengan 5. Dilakukan inkubasi selama 24 jam pada
konsentrasi amoksilin 93,75 mg/L suhu 37ºC, setelah 24 jam di amati zona
c. Pembuatan Media Nutrient Agar (NA) hambat yang terbentuk dan diukur
Miring menggunakan jangka sorong.
Media NA (Nutrient Agar) sebanyak 0,28 g
kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 3. Hasil dan Diskusi
250 mL, ditambah 100 mL akuades, 3.1 Isolasi dan Pemurnian Fraksi Etil
kemudian dipanaskan dan dituangkan ke Asetat Daun Tumbuhan Miana
dalam tabung reaksi, dimiringkan dan Plectranthus scutellariodes (L.) R. Br.)
dibiarkan padat. Hasil pengujian kandungan metabolit sekunder
d. Pembuatan Media Mueller-Hinton dari fraksi etil asetat ditampilkan pada Tabel 3.1
Agar (MHA) Tabel 3.1 Hasil uji metabolit sekunder
Media MHA (Mueller-Hinton Agar) ditimbang No. Metabolit Pereaksi Pengamatan Hasil
sekunder
sebanyak 9,75 gram dan dilarutkan didalam 1. Alkaloid Mayer Tidak -
250 mL akuades, lalu dipanaskan. terbentuk
endapan putih
Kemudian dimasukkan ke dalam autoclave 2. Flavonoid HCl + Mg Terbentuk +
larutan jingga
selama 15 menit pada suhu 121ºC. 3. Fenolik FeCl3 Terbentuk +
e. Inokulasi Bakteri (Peremajaan) larutan hijau
kehitaman
Diambil bakteri dengan jarum ose bakteri 4. Triterpenoid Liebermann Terbentuk cincin +
dan stertoid Burchard ungu kemerahan
dan digoreskan dimedia agar miring, lalu dan terbentuk
diinkubasi selama 24 jam. warna hijau
disekitar cincin
f. Pembuatan Standar Kekeruhan 5. Saponin HCl Tidak terbentuk -
busa
Larutan (Larutan Mc. Farland)
Larutan H2SO4 sebanyak 99,5 mL
dicampurkan dengan larutan BaCl2.2H2O Berdasarkan Tabel 3.1 diatas, dapat
sebanyak 0,5 mL dalam erlenmeyer. dilihat bahwa setelah penambahan pereaksi
g. Pembuatan larutan suspensi bakteri Mayer tidak terbentuk endapan putih,
Pembuat larutan suspensi bakteri menunjukkan tidaknya adanya (-)
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli mengandung alkaloid, penambahan HCl
diambil menggunakan pipet mikro 0,2 mm dan bubuk Mg terbentuk warna jingga
menunjukkan adanya (+) mengandung Burchard menunjukkan adanya noda
flavonoid, penambahan FeCl3 terbentuk bewarna ungu menandakan Sub-
warna hijau kehitaman menunjukkan fraksi SFE.3 positif mengandung
adanya fenolik, penambahan Liebermann triterpenoid. Sehingga, Sub-fraksi
Burchard terbentuk cincin ungu kemerahan SFE.3 (40 mg) dipilih untuk dilakukan
menunjukkan adanya (+) mengandung re-kromatografi.
triterpenoid dan terbentuknya warna hijau Hasil re-kromatografi Sub-fraksi
disekitar cincin bewarna ungu kemerahan FE.3 diperoleh 2 Sub-fraksi (SFE.3.1-
menunjukkan adanya (+) mengandung SFE.3.2). Sub-fraksi FE.3.1 (30 mg)
steroid, serta penambahan beberapa tetes dipilih sebagai senyawa murni. Hal
asam klorida pekat pada lapisan air tidak ini dikarenakan pada Sub-fraksi
menghasilkan busa yang stabil (-) FE.3.1 telah terbentuk padatan putih,
mengandung saponin. Hal ini menunjukkan memiliki massa yang cukup dan
adanya kandungan triterpenoid dan steroid hasil uji dengan penampak noda
pada fraksi etil asetat, sesuai dengan Liebermann Burchard (LB) pada plat
literatur yang ada bahwa kandungan KLT yang dipanaskan terbentuk
metabolit sekunder dalam tumbuhan ini warna ungu dengan pola noda
adanya flavonoid, fenolik, triterpenoid dan tunggal. Hal ini membuktikan bahwa
steroid. senyawa triterpenoid yang
diinginkan telah didapatkan dengan
terbentuknya pola noda tunggal
3.2 Isolasi dan Pemurnian Fraksi Etil berwarna ungu.
Asetat Daun Tumbuhan Miana 3.3 Uji Kemurnian Senyawa Hasil Isolasi
Plectranthus scutellariodes (L.) R. Br.) a. Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Hasil isolasi fraksi etil asetat yang telah senyawa hasil isolasi (padatan putih) diuji
dilakukan menggunakan kromatografi kolom kemurniannya dengan KLT menggunakan
gravitasi diperoleh sebanyak 16 fraksi (F A-FP). eluen (8,5:1,5;7,5:2,5;6:4) dan penampak
Hasilnya fraksi FE memberikan pola noda Liebermann Burchard (LB) yang dapat
pemisahan noda yang lebih sederhana, dilihat pada Tabel 3.4
memiliki massa yang cukup dibandingkan
fraksi lain dan diuji dengan pereaksi Tabel 3.4Hasil uji kemurnian senyawa hasil
Liebermann Burchard menunjukkan noda isolasi
bewarna ungu menandakan fraksi FE positif
mengandung triterpenoid. Sehingga, fraksi N Eluen Rf Penampak Noda Liebermann
FE dipilih untuk dilakukan re-kromatografi. o Burchard
1. H : E (8,5 : 1,5) 0,43 1 noda ungu
Hasil isolasi fraksi FE diperoleh 5
2. H : E (7,5 : 2,5) 0,71 1 noda ungu
Sub-fraksi (SFE.1-SFE.5). Masing-
3. H : E (6 : 4) 0,91 1 noda ungu
masing Sub-fraksi diuji
menggunakan penampak noda Berdasarkan Tabel 3.4 hasil pengujian
Liebermann Burchard. Adapun nilai senyawa hasil isolasi menggunakan eluen
Rf dan massa masing-masing Sub- dengan tingkat kepolaran yang berbeda
fraksi SF.E.1-SF.E.5 yang diperoleh menggunakan penampak noda Liebermann
dapat dilihat pada Tabel 3.3 : Burchard (LB), diperoleh noda tunggal
Tabel 3.3. Sub-fraksi SF.E.1-SF.E.5 bewarna ungu untuk masing-masing eluen.
Fraksi Nomor Pola Eluen Nilai Massa Sehingga dapat disimpulkan senyawa isolasi
vial noda Rf (g) yang diperoleh telah murni.
1 1-25 3 H:E 0,17, 0,0146 b. Pengukuran Titik Leleh
noda (7 : 3) 0,37, Senyawa hasil isolasi meleleh pada rentang
0,68 129-130oC. Hal ini menunjukkan bahwa
2 26-72 1 H:E 0,6 0,012
noda (7 : 3)
senyawa hasil isolasi telah murni,
3 73-85 1 H:E 0,93 0,04 dikarenakan memiliki rentang titik leleh
noda (7 : 3) 1oC25.
4 86-125 1 H:E 0,43 0,016 3.3 Karakterisasi Struktur Senyawa Hasil
noda (7 : 3)
5 126- 1 H:E 0,54 0,07
Isolasi
190 noda (7 : 3) Penetapan struktur senyawa hasil isolasi
Dari Gambar dan Tabel 3.3 dilakukan melalui elusidasi data
dapat disimpulkan kelima Sub-fraksi spektroskopi UV (Thermo Scientific),
yang diperoleh, SFE.3 menunjukkan spektroskopi FT-IR (Parkin Elmer “Front
pola pemisahan noda yang Tail”). Senyawa hasil isolasi menunjukkan
sederhana, memiliki massa yang kelompok triterpenoid setelah diberi
cukup dibandingkan fraksi lain dan pereaksi Liebermann Burchard (LB).
diuji dengan pereaksi Liebermann a. Spektroskopi UV
spektrum UV (Thermo Scientific) senyawa 135

hasil isolasi dapat dilihat pada Gambar 4.3 130

125

% T ra n s m ita n
120

115

110
3431,93 cm-1
-1
1358,81 cm
105

100 1689,10 cm
-1
-1
2925,29 cm 1456,16 cm
-1

95
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000
Larutan Uji Konsentrasi Diameter Zona Bilangan Gelombang ( cm-1)

(mg/L Bening (mm)


Staphyloc Escher Ga
occus ichia mbar 3.4 Spektrum FT-IR Senyawa Hasil Isolasi
aureus coli
3.4 Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dari senyawa hasil
93,75 2,7 1,5
Senyawa hasil 187,5 3,8
isolasi fraksi etil asetat daun tumbuhan
3,4
isolasi 375 7 4,1 miana dilakukan dengan metode difusi
750 8,7
1500 9,4
5,5 menggunakan cara sumuran. Hasil uji
8,2 aktivitas antibakteri dicantumkan dalam
Amoksilin 93,75 16,5 16,9
(kontrol positif)
Tabel 3.6. Uji aktivitas antibakteri
Etil asetat dilakukan terhadap bakteri Escherichia coli
(kontrol - - (bakteri gram negatif) dan Staphylococcus
negatif)
-
aureus (bakteri gram positif). Pada uji
0.30
212 aktivitas antibakteri ini yang digunakan
0.25
sebagai kontrol positif adalah amoksilin
A b s o rb a n

karena memiliki spektrum yang luas dan


0.20

0.15

0.10 sensitif terhadap bakteri gram positif dan


0.05 gram negatif. Variasi konsentrasi secara
0.00

200 250 300 350 400


berturut-turut adalah 93,75;187,5;375;750;
Panjang Gelombang (nm)
dan 1500 mg/L.
Gambar 3.4 Spektrum UV senyawa hasil Isolasi Tabel 3.6 Hasil uji aktivitas antibakteri
Berdasarkan Gambar 3.4, dari senyawa hasil isolasi terhadap bakteri
hasil analisis spektrum Ultraviolet Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
(UV) senyawa hasil isolasi Dari Tabel 3.6 diketahui zona hambat
menunjukkan serapan λmax = 212 optimum senyawa hasil isolasi terhadap
nm. Pada serapan maksimum ini, kedua bakteri adalah pada konsentrasi
senyawa isolat tidak membentuk 1500 mg/L. Pada konsentrasi ini diameter
ikatan rangkap yang mengalami zona hambat senyawa murni hasil isolasi
konjugasi33-34. terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
b. Spektroskopi Fourier Transform bakteri Escherichia coli diperoleh sebesar
Infrared (FT-IR) 9,4 mm dan 8,2 mm, dan zona hambat yang
Berdasarkan spektrum FT-IR (Parkin Elmer diperoleh semakin berkurang dengan
“Front Tail”) pada gambar 3.4, berkurangnya konsentrasi yang diberikan.
menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi
merupakan senyawa triterpenoid yang dapat mempengaruhi zona hambat bakteri
ditandai dengan munculnya pita serapan yang diperoleh, yang disebabkan adanya
khas dari geminal dimetil pada bilangan penurunan aktivitas antibakteri karena
gelombang 1456,16 cm-1 untuk gugus CH2 dipengaruhi oleh kekentalan larutan uji
dan 1358,51 cm-1 untuk gugus CH3, yang (senyawa hasil isolasi) sehingga belum
diperkuat dengan adanya pita serapan mampu berdifusi dengan baik8. Selain itu,
gugus C-H alifatik 2925,29 cm-1. Data perbedaan diameter zona hambat juga
spektrum inframerah juga menunjukkan disebabkan karena adanya perbedaan
adanya gugus O-H pada bilangan komposisi kimia dinding sel antara bakteri
gelombang 3431,93 cm-1 untuk vibrasi ulur gram positif dan negatif. Bakteri gram
gugus O-H. Sedangkan pita serapan pada positif lebih sensitif terhadap senyawa
bilangan gelombang 1689,10 cm-1 antibakteri, karena struktur dinding sel
menunjukkan adanya serapan gugus C=O13- bakteri gram positif lebih sederhana
15
dibandingkan struktur dinding sel bakteri
gram negatif sehingga memudahkan
senyawa antibakteri untuk masuk kedalam
sel bakteri gram positif9. Sehingga dapat
disimpulkan, senyawa hasil isolasi yang
diperoleh memiliki zona hambat dengan
kategori sedang. Berdasarkan literatur,
kriteria kekuatan daya hambat antibakteri dengan amoksilin pada konsentrasi yang
lemah jika diameter zona hambat ≤5, sama.
sedang jika diameter zona hambat 5-10 mm,
kuat jika diameter zona hambat 10-20 mm, 5. Terima Kasih
dan sangat kuat jika diameter zona hambat Ucapan terima kasih penulis sampaikan
lebih dari 20 mm9. kepada pihak-pihak yang telah membantu
Adapun presentase zona hambat demi kelancaran penelitian ini.
senyawa hasil isolasi terhadap bakteri
Escherichia coli dan bakteri Staphylococcus Referensi
aureus dibandingkan dengan amoksilin 1. Wakhidah Anisatu Z. dan Marina
dapat dilihat pada tabel 3.7 Silalahi. Etnofarmakologi Tumbuhan
Tabel 3.7 Presentase daya hambat senyawa Miana (Coleus scutellariodes (L.) Benth)
hasil isolasi terhadap pertumbuhan bakteri Pada Masyarakat Halmahera Barat,
Escherichia coli, Staphylococcus aureus Maluku Utara. Jurnal Pro-Life, 2018, 5(2),
dengan amoksilin (93,75 mg/L) 567-578.
Senyawa Uji Bakteri Uji Presentase zona hambat 2. Rahmawati Fri. Isolasi dan Karakterisasi
senyawa hasil isolasi uji
terhadap pertumbuhan Senyawa Antibakteri Ekstrak Daun
bakteri (%) Miana (Coleus scutellariodes (L) Benth.).
Senyawa Escherichia coli 8,88%
hasil isolasi Staphylococcus 16,36%
Tesis Program studi Megister Sains.
(93,75 mg/L) aureus Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
2008.
Dari Tabel 3.7 di atas, menunjukkan 3. Rout Om Prakash, Rabinarayan Acharya,
bahwa senyawa hasil isolasi memberikan Sagar Kumar Mishra, and Rashmibala
zona hambat yang berbeda terhadap bakteri Sahoo. Pathorchur (Coleus aromaticus): A
Escherichia coli dan bakteri Staphylococcus Review of The Medicinal Evidence for Its
aureus dengan presentase zona hambat Phytochemistry And Pharmacology
masing-masing sebesar 8,88% untuk Properties. International Journal of
bakteri Escherichia coli dan 16,36% untuk Applied Biology And Pharmaceutic
bakteri Staphylococcus aureus masing- technology, 2012, 3 (4), 348-355.
masing dibandingkan dengan amoksilin 4. Mustarichie Resmi, Moelyono
pada konsentrasi yang sama. Moektiwardojo, and Winda Apriani Dewi.
Isolation, Identification, and
4. Kesimpulan Characteristic of Essential Oil of Iler
Senyawa hasil isolasi dari fraksi etil asetat (Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br
daun tumbuhan miana (Plectranthus leaves. Journal of Pharmaceutical
scutellarioides (L.) R. Br.) merupakan Sciences and Research, 2017, 9 (11),
senyawa golongan triterpenoid berupa 2218-2223.
padatan berwarna putih dengan titik leleh 5. Tari Rudianto. 2006. Jimmy Posangi,
dan P. M. Wowor. Uji Efek Daun Iler
129oC-130oC. Berdasarkan data spektrum
(Coleus atropurpureus [L.] Benth.)
UV diketahui bahwa senyawa triterpenoid
terhadap Penyembuhan Luka Insisi
hasil isolasi mempunyai ikatan C=C yang
pada Kulit Kelinci (Oryctolagus
tidak berkunjugasi. Data spektrum FT-IR
cuniculus). Jurnal E-Biomedik (Ebm),
menunjukkan bahwa senyawa triterpenoid
2013, 1 (1), 581-586.
hasil isolasi mempunyai gugus O-H alkohol
6. Afifah Dwi Nur, Aditya Fridayanti,
(3431,93 cm-1), gugus C=O karbonil
Muhammad Amir Masruhim. Uji
(1689,10 cm-1), gugus C-H alifatik (2925,29
Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil Asetat
cm-1), serta gugus geminal dimetil (1456,16
Daun Miana (Coleus atropurpureus
cm-1 dan 1358,51 cm-1). Hasil uji aktivitas
Benth). Prosiding Seminar Kefarmasian,
antibakteri senyawa triterpenoid hasil
2015, 140-146.
isolasi terhadap bakteri Staphylococcus
7. Novanti Henivia, dan Yasmiwar
aureus dan bakteri Escherichia coli
Susilawati. Aktivitas Farmakologi Daun
menunjukkan aktivitas sedang dengan nilai
Iler (Plectranthus scutellarioides (L.)
zona hambat sebesar 2,7 mm; 3,8 mm; 7
R.Br.), Jurnal Farmaka, 2015, 15 (1),
mm; 8,7 mm; dan 9,4 mm untuk bakteri
146-152.
Staphylococcus aureus dan 1,5 mm; 3,4
8. Nurrahmaniah, Sumiati Side, Iwan
mm; 4,1 mm; 5,5 mm; dan 8,2 mm untuk
Dini. Identifikasi dan Uji Bioaktivitas
bakteri Escherichia coli masing-masing
Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak
untuk konsentrasi 93,75 mg/L; 187,5
Kloroform Daun Tembelekan (Lantana
mg/L; 375 mg/L; 750 mg/L; dan 1500
camara Linn). Jurnal Chemica, 2014, 15
mg/L dengan daya hambat sebesar 16,36%
(1), 41 – 52.
dan 8,88% masing-masing dibandingkan
9. Vhiolita Anita. Penentuan Kandungan
Fenolik Total, Uji Aktivitas Antioksidan,
Aktivitas Antimikroba, dan Sitotoksik
dari Fraksi Etil Asetat Daun Miana
(Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br.).
Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, UNAND, Padang,
2018.
10. Gusthinnadura Oshadie De Silvia,
Achala Theekshana Abeysundara and
Malamige Minoli Weroshana Aponso.
Qualitative and Quantitative
Techniques for Screening of
Phytochemicals from Plants. American
Journal of Essential Oils and Natural
Products, 2017, 5 (2): 29-32.
11. Suryati; Nurdin, H.; Amalia, N. Isolasi
dan Karakterisasi Senyawa Triterpenoid
dari Ekstrak Kayu Surian (Toona
sinensis). Jurnal Kimia Unand, 2015, 4
(1), 49-52.
12. Rutuja S Shah, Rutuja R Shah.,
Rajashri B Pawar., Pranit P Gayakar.
UV- Visible Spectroscopy – A Review.
International Journal of intitutional
Pharmacy and Life Sciences, 2015, 5
(5), 490-505.
13. Andi Nur Fitriani Abu bakar, Suminar
Setiati Achmadi, dan Irma Herawati
Suparto. Triterpenoid of Avocado
(Persea americana) Seed and Its
Cytotoxic Activity Toward Breast MCF-7
and Liver HepG2 Cancer Cells. Asian
Pacific Journal of Tropical Biomedicine,
2017, 7 (5), 397-400.
14. Mistry. B.D. 2009. A Handbook of
Spectroscopic Data Chemistry (UV, IR,
PMR 13C-NMR and Mass Spectroscopy).
Edition 2009 Oxford Book Company:
Jaipur, India, 2009.

You might also like