Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The puerperium is a critical period for both mother and baby, so obstetrical care
is needed during the puerperium. In the field of health, especially maternal and
child health, maternal and infant mortality rates are conditions for knowing the
health of mothers and children in an area. In reducing maternal and infant
mortality, Antenatal Care services are effective activities to overcome this. The
purpose of this article is to determine the relationship between the concept of tri
hita karana, tourism, and the corona virus in midwifery services, especially in the
postpartum period. The method used in making this article is the study of
literature by collecting data and information through journals related to Tri Hita
Karana, Tourism and Corona Virus. With the emergence of this corona virus
outbreak, puerperal women and their babies are at high risk if exposed to the
virus, so midwives need to educate how to prevent transmission of the virus, one
of which is by not doing activities outside the home and avoiding contact with sick
people. In addition, in the tourism sector there is a decrease in tourist visits so
workers in the tourism sector can be dismissed or dismissed from work, so that if
there is a family working in the tourism sector, it will affect health considering
that the puerperium requires nutrients such as staple foods, side dishes, and costs
for caring for the baby. In dealing with this, midwives can advise mothers to
apply Tri Hita Karana, because the three elements of Tri Hita Karana can cause
harmony and stimulate the hormone of happiness which can increase the immune
system in mothers and their babies
Keywords : Tri Hita Karana, Tourism, Covid-19
PENDAHULUAN
Masa nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya maka
sangat diperlukan asuhan kebidanan pada masa nifas. Masa nifas dimulai sejak 2
jam pertama setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu/42 hari setelah itu.
Berakhirnya proses persalinan bukan berarti ibu terbebas dari bahaya atau
komplikasi. Ada ibu yang dapat melalui masa nifas dengan aman, nyaman, dan
sejahtera. Namun, ada juga ibu yang tidak dapat melaluinya dengan baik.
Berbagai komplikasi dapat dialami oleh ibu pada masa nifas dan bila tidak
tertangani dengan baik akan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) (Maritalia, 2012). Pelayanan kebidanan
masa nifas yang berlandaskan konsep Tri Hita Karana di Bali sudah menjadi dasar
dalam memberikan asuhan kebidanan agar tercapainya keharmonisan dan
keselarasan antara manusia dengan manusia. Pariwisata budaya yang
dikembangkan di Bali diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2,
Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali, khususnya Pasal 1 angka 14
menegaskan bahwa Kepariwisataan Budaya Bali adalah kepariwisataan Bali yang
berlandaskan kepada Kebudayaan Bali yang dijiwai oleh ajaran Agama Hindu dan
falsafah Tri Hita Karana. Hal ini meneka-nkan pentingnya tri hita karana dalam
pengembangan pariwisata di Bali. Oleh karena itu, idealnya segala aktivitas
pengembangan pariwisata budaya di Bali, termasuk promosi pariwisata benar-
benar menunjukkan falsafah tri hita karana,
Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh.
Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keaneka ragaman
budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi. Setiap
hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya.
Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila
keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan mengekang dari pada segala
tindakan berekses buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai. Tri Hita
Karana terdiri dari: Perahyangan yaitu hubungan yang seimbang antara manusia
dengan Tuhan yang Maha Esa, Pawongan artinya hubungan yang harmonis antara
manusia dengan manusia lainnya, dan Palemahan artinya hubungan yang
harmonis antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Dengan demikian
betapa perlunya kita untuk mengamalkan Tri Hita Karana. Untuk menjaga
keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia
dan manusia dengan lingkungan. Seperti yang telah kita ketahui saat ini penyakit
yang sedang mewabah hampir di seluruh dunia saat ini yaitu Pandemi
Coronavirus 2019-20 adalah pandemi penyakit Coronavirus yang sedang
berlangsung 2019 (COVID-19), yang disebabkan oleh sindrom pernafasan akut
yang parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Disini sangat erat hubungannya dengan
kesehatan manusia yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan. Covid-19
dilaporkan pertama kali pada 31 Desember 2019, Coronavirus disease 2019
(COVID-19) adalah dengan nama virus Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARS-COV2). Dimulai dari daerah Wuhan, provinsi Hubei,
Tiongkok yang melaporkan pertama kali mengenai kasus Pneumonia yang tidak
diketahui penyebabnya. Data dari website WHO tanggal 7 Maret 2010 didapatkan
kasus konfirmasi sebanyak 90870 dengan total kematian 3112 orang. Berdasarkan
data per tanggal 14 Februari 2020, angka mortalitas di seluruh dunia sebesar
2,1%, secara khuss di kota Wuhan sebesar 4,9% dan provinsi Hubei sebesar 3,1%.
Di Indonesia per tanggal 14 Maret 2020 ada sebanyak 96 kasus yang
terkonfirmasi COVID-19 dengan jumlah kematian 6 orang dan menjadi negara ke
65 yang positif konfirmasi COVID-19.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan artikel ini yaitu
metode studi literatur dimana metode literatur merupakan cara yang dipakai untuk
menghimpun data-data informasi yang berhubungan dengan topik yang diangkat
dalam suatu jurnal-jurnal dan buku yang berkaitan dengan Asuhan kebidanan
masa nifas, Tri Hita Karana, dan Pandemi Covid-19.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA