You are on page 1of 14

HUBUNGAN KONSEP TRI HITA KARANA, PARIWISATA,

DAN PANDEMI COVID-19 PADA PELAYANAN


KEBIDANAN MASA NIFAS

Ni Kadek Ayu Ade Lina Dewi Udayani


Poltekkes Kemenkes Denpasar
Email : linadewi958@gmail.com

Abstract

The puerperium is a critical period for both mother and baby, so obstetrical care
is needed during the puerperium. In the field of health, especially maternal and
child health, maternal and infant mortality rates are conditions for knowing the
health of mothers and children in an area. In reducing maternal and infant
mortality, Antenatal Care services are effective activities to overcome this. The
purpose of this article is to determine the relationship between the concept of tri
hita karana, tourism, and the corona virus in midwifery services, especially in the
postpartum period. The method used in making this article is the study of
literature by collecting data and information through journals related to Tri Hita
Karana, Tourism and Corona Virus. With the emergence of this corona virus
outbreak, puerperal women and their babies are at high risk if exposed to the
virus, so midwives need to educate how to prevent transmission of the virus, one
of which is by not doing activities outside the home and avoiding contact with sick
people. In addition, in the tourism sector there is a decrease in tourist visits so
workers in the tourism sector can be dismissed or dismissed from work, so that if
there is a family working in the tourism sector, it will affect health considering
that the puerperium requires nutrients such as staple foods, side dishes, and costs
for caring for the baby. In dealing with this, midwives can advise mothers to
apply Tri Hita Karana, because the three elements of Tri Hita Karana can cause
harmony and stimulate the hormone of happiness which can increase the immune
system in mothers and their babies
Keywords : Tri Hita Karana, Tourism, Covid-19

PENDAHULUAN
Masa nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya maka
sangat diperlukan asuhan kebidanan pada masa nifas. Masa nifas dimulai sejak 2
jam pertama setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu/42 hari setelah itu.
Berakhirnya proses persalinan bukan berarti ibu terbebas dari bahaya atau
komplikasi. Ada ibu yang dapat melalui masa nifas dengan aman, nyaman, dan
sejahtera. Namun, ada juga ibu yang tidak dapat melaluinya dengan baik.
Berbagai komplikasi dapat dialami oleh ibu pada masa nifas dan bila tidak
tertangani dengan baik akan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) (Maritalia, 2012). Pelayanan kebidanan
masa nifas yang berlandaskan konsep Tri Hita Karana di Bali sudah menjadi dasar
dalam memberikan asuhan kebidanan agar tercapainya keharmonisan dan
keselarasan antara manusia dengan manusia. Pariwisata budaya yang
dikembangkan di Bali diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2,
Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali, khususnya Pasal 1 angka 14
menegaskan bahwa Kepariwisataan Budaya Bali adalah kepariwisataan Bali yang
berlandaskan kepada Kebudayaan Bali yang dijiwai oleh ajaran Agama Hindu dan
falsafah Tri Hita Karana. Hal ini meneka-nkan pentingnya tri hita karana dalam
pengembangan pariwisata di Bali. Oleh karena itu, idealnya segala aktivitas
pengembangan pariwisata budaya di Bali, termasuk promosi pariwisata benar-
benar menunjukkan falsafah tri hita karana,
Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh.
Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keaneka ragaman
budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi. Setiap
hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya.
Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila
keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan mengekang dari pada segala
tindakan berekses buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai. Tri Hita
Karana terdiri dari: Perahyangan yaitu hubungan yang seimbang antara manusia
dengan Tuhan yang Maha Esa, Pawongan artinya hubungan yang harmonis antara
manusia dengan manusia lainnya, dan Palemahan artinya hubungan yang
harmonis antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Dengan demikian
betapa perlunya kita untuk mengamalkan Tri Hita Karana. Untuk menjaga
keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia
dan manusia dengan lingkungan. Seperti yang telah kita ketahui saat ini penyakit
yang sedang mewabah hampir di seluruh dunia saat ini yaitu Pandemi
Coronavirus 2019-20 adalah pandemi penyakit Coronavirus yang sedang
berlangsung 2019  (COVID-19), yang disebabkan oleh sindrom pernafasan akut
yang parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Disini sangat erat hubungannya dengan
kesehatan manusia yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan. Covid-19
dilaporkan pertama kali pada 31 Desember 2019, Coronavirus disease 2019
(COVID-19) adalah dengan nama virus Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARS-COV2). Dimulai dari daerah Wuhan, provinsi Hubei,
Tiongkok yang melaporkan pertama kali mengenai kasus Pneumonia yang tidak
diketahui penyebabnya. Data dari website WHO tanggal 7 Maret 2010 didapatkan
kasus konfirmasi sebanyak 90870 dengan total kematian 3112 orang. Berdasarkan
data per tanggal 14 Februari 2020, angka mortalitas di seluruh dunia sebesar
2,1%, secara khuss di kota Wuhan sebesar 4,9% dan provinsi Hubei sebesar 3,1%.
Di Indonesia per tanggal 14 Maret 2020 ada sebanyak 96 kasus yang
terkonfirmasi COVID-19 dengan jumlah kematian 6 orang dan menjadi negara ke
65 yang positif konfirmasi COVID-19.

Secara keseluruhan tingkat mortalitas dari COVID-19 masih lebih kecil


jika dibandingkan dengan kejadian luar biasa oleh Coronavirus tipe lain yaitu
Severe Acute Respiratory Syndrome-coronavirus (SARS-CoV) dan Middle East
Respiratory Syndrome-coronavirus (MERS-CoV) masing-masing sebesar 10% dan
40%. Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat.
Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38C), batuk dan kesulitan
bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien
timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan
progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa
pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.
Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi
kritis bahkan meninggal. Sampai saat ini juga masih belum jelas apakah infeksi
COVID-19 dapat melewati rute transplasenta menuju bayi. Meskipun ada
beberapa laporan dimana bayi pada pemeriksaan didapatkan pemeriksaan positif
dengan adanya virus beberapa saat setelah lahir, tetapi penelitian ini perlu validasi
lebih lanjut tentang transmisi ini apakah terjadi di dalam kandungan atau di
postnatal. Berdasarkan masalah tersebut maka dalam artikel ini akan dibahas
mengenai Hubungan Konsep Tri Hita Karana, Pariwisata dan Pandemi Covid – 19
Pada Pelayanan Kebidanan Masa Nifas.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan artikel ini yaitu
metode studi literatur dimana metode literatur merupakan cara yang dipakai untuk
menghimpun data-data informasi yang berhubungan dengan topik yang diangkat
dalam suatu jurnal-jurnal dan buku yang berkaitan dengan Asuhan kebidanan
masa nifas, Tri Hita Karana, dan Pandemi Covid-19.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelayanan Kebidanan Masa Nifas Berkaitan Dengan Pandemi COVID– 19
Seperti yang telah kita ketahui saat ini penyakit yang sedang mewabah
hampir di seluruh dunia yaitu Pandemi Coronavirus 2019-20 adalah pandemi
penyakit yang sedang berlangsung 2019  (COVID-19), yang disebabkan
oleh sindrom pernafasan akut yang parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2).Penularan
COVID-19 menyebar dengan cara mirip seperti flu, mengikuti pola penyebaran
droplet dan kontak. Gejala klinis pertama yang muncul, yaitu demam (suhu lebih
dari 38°C, batuk dan kesulitan pernapas, selain itu dapat disertai dengan sesak
memberat, lemas, nyeri otot, diare dan gejala gangguan napas lainnya. Saat ini
masih belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19. Dalam memberikan
pelayanan kebidanan postpartum pada ibu nifas dalam pandemi COVID-19 ini
bidan diharapkan mampu melakukan peran bidan yaitu peran mandiri dengan cara
bidan dapat melakukan deteksi dini dan mampu memberikan edukasi terkait
pencegahan tertularnya virus corona pada ibu nifas. Deteksi dini tanda bahaya
nifas dengan faktor resiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu
nifas yang mempunyai faktor resiko dan komplikasi kebidanan. Deteksi faktor
risiko pada ibu baik dan bayi oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat
merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan.
Peran kolaborasi dimana bidan melakukan kolaborasi dengan teman sejawat atau
tenaga medis lainnya dalam menangani kasus tersebut dan peran rujukan yaitu
mampu melakukan rujukan jika kasus tersebut berada di luar kewenangan bidan
Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghidari terpapar virus
penyebab. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan penularan dalam praktik
kehidupan sehari-hari.
Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh ibu hamil,
bersalin dan nifas :
a. Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik.
Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya
mengandung alkohol 70%, jika air dan sabun tidak tersedia.
b. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci.
c. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
d. Saat anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah
saat anda sakit atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai,
jangan banyak beraktivitas di luar.
e. Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan
tissue. Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan. Bila
tidak ada tissue lakukan batuk sesui etika batuk.
f. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan
benda yang sering disentuh.
g. Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan
penularan penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19.
Akan tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk
melindungi seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai
dengan usaha pencegahan lain. Pengunaan masker harus
dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha
pencegahan lainnya.
h. Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi
keefektivitasannya dan dapat membuat orang awam
mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang sama
pentingnya seperti hand hygiene dan perilaku hidup sehat.
i. Diperlukan konsultasi ke spesialis obstetri dan spesialis terkait
untuk melakukan skrining antenatal, perencanaan persalinan
dalam mencegah penularan COVID-19
j. Menghindari kontak dengan hewan seperti: kelelawar, tikus,
musang atau hewan lain pembawa COVID-19 serta pergi ke
pasar hewan
k. Bila terdapat gejala COVID-19 diharapkan untuk menghubungi
telepon layanan darurat yang tersedia untuk dilakukan
penjemputan di tempat sesuai SOP, atau langsung ke RS rujukan
untuk mengatasi penyakit ini
l. Hindari pergi ke negara terjangkit COVID-19, bila sangat
mendesak untuk pergi ke negara terjangkit diharapkan
konsultasi dahulu dengan spesialis obstetri atau praktisi
kesehatan terkait.
m. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai
COVID-19 di media sosial terpercaya.

Prinsip – Prinsip Manajemen Covid-19 Pada Asuhan Ibu Nifas


1. Karena informasi mengenai virus baru ini terbatas dan tidak ada
profilaksis atau pengobatan yang tersedia, pilihan untuk perawatan
bayi harus didiskusikan dengan keluarga pasien dan tim kesehatan
yang terkait.
2. Ibu dikonseling tentang adanya referensi dari Cina yang
menyarankan isolasi terpisah dari ibu yang terinfeksi dan bayinya
selama 14 hari. Pemisahan sementara bertujuan untuk mengurangi
kontak antara ibu dan bayi.
3. Bila seorang ibu menunjukkan bahwa ia ingin merawat bayi sendiri,
maka segala upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa ia
telah menerima informasi lengkap dan memahami potensi risiko
terhadap bayi.
4. Sampai saat ini data terbatas untuk memandu manajemen postnatal
bayi dari ibu yang dites positif COVID-19 pada trimester ketiga
kehamilan. Sampai saat ini tidak ada bukti transmisi vertikal
(antenatal).
5. Semua bayi yang lahir dari ibu dengan PDP atau dikonfirmasi
COVID-19 juga perlu diperiksa untuk COVID-19.
6. Bila ibu memutuskan untuk merawat bayi sendiri, baik ibu dan bayi
harus diisolasi dalam satu kamar dengan fasilitas en-suite selama
dirawat di rumah sakit. Tindakan pencegahan tambahan yang
disarankan adalah sebagai berikut:
a. Bayi harus ditempatkan di inkubator tertutup di dalam ruangan
b. Ketika bayi berada di luar inkubator dan ibu menyusui, mandi,
merawat, memeluk atau berada dalam jarak 1 meter dari bayi,
ibu disarankan untuk mengenakan APD yang sesuai dengan
pedoman PPI dan diajarkan mengenai etiket batuk.
c. Bayi harus dikeluarkan sementara dari ruangan jika ada
prosedur yang menghasilkan aerosol yang harus dilakukan di
dalam ruangan.
7. Pemulangan untuk ibu postpartum harus mengikuti rekomendasi
pemulangan pasien COVID-19.

Prinsip – Prinsip Manajemen Covid-19 Pada Asuhan Ibu Menyusui


1. Ibu sebaiknya dikonseling tentang sebuah penelitian terbatas pada
dalam enam kasus persalinan di Cina yang dilakukan pemeriksaan
pada ASI yang didapatkan negatif untuk COVID-19, namun
mengingat jumlah kasus yang sedikit, bukti ini harus ditafsirkan
dengan hati-hati.
2. Risiko utama untuk bayi menyusui adalah kontak dekat dengan ibu
yang cenderung terjadi penularan melaui droplet infeksius di udara.
Mengingat bukti saat ini, petugas kesehatan sebaiknya
menyarankan bahwa manfaat menyusui melebihi potensi risiko
penularan virus melalui ASI. Risiko dan manfaat menyusui,
termasuk risiko menggendong bayi dalam jarak dekat dengan ibu,
harus didiskusikan. Ibu sebaiknya juga dikonseling bahwa panduan
ini dapat berubah sesuai perkembangan ilmu pengetahuan,
4. Keputusan untuk menyusui atau kapan akan menyusui kembali
(bagi yang tidak menyusui) sebaiknya dilakukan komunikasi
tentang risiko kontak dan manfaat menyusui dengan dokter yang
merawatnya.
5. Untuk wanita yang ingin menyusui, tindakan pencegahan harus
diambil untuk membatasi penyebaran virus ke bayi:
a. Mencuci tangan sebelum menyentuh bayi, pompa
payudara atau botol
b. Mengenakan masker untuk menyusui
c. Lakukan pembersihan pompa ASI setelah setiap kali
penggunaan
d. Pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang dengan
kondisi yang sehat untuk memberi ASI pada bayi
6. Untuk ibu yang memerah ASI.
a. Ibu harus didorong untuk memerah ASI (manual atau
elektrik), sehingga bayi dapat menerima manfaat ASI dan
untuk menjaga persediaan ASI agar proses menyusui dapat
berlanjut setelah ibu dan bayi disatukan kembali. Jika
memerah ASI menggunakan pompa ASI, pompa harus
dibersihkan dan didesinfeksi dengan sesuai.
b. Kantong ASI harus yang diangkut dari kamar ibu ke lokasi
penyimpanan harus ditranportasi menggunakan kantong
spesimen plastik. Kondisi
penyimpanan harus sesuai dengan kebijakan dan kantong
ASI harus ditandai dengan jelas dan disimpan dalam kotak
wadah khusus sehingga terpisah dengan kantong ASI dari
pasien lainnya. ibu, harus didiskusikan. Ibu sebaiknya juga
dikonseling bahwa panduan ini dapat berubah sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan
Pelayanan Kebidanan Pada Masa Nifas Berkaitan Dengan Pariwisata
Pariwisata adalah suatu kegiatan manusia yang yang melakukan perjalanan
ke sutau tempat dan tinggal di daerah tujuan diluar lingkungan kesehariannya
World Tourism Organization (WTO). Pariwisata merupakan suatu keseluruhan
elemen-elemen terkait yang didalamnya terdiri dari wisatawan, daerah tujuan
wisata, perjalanan, industri dan lain sebagainya yang merupakan kegiatan
pariwisata. Pariwisata menjadi andalan utama sumber devisa karena Indonesia
merupakan salah satu Negara yang memiliki beraneka ragam jenis pariwisata,
misalnya wisata alam, sosial maupun wisata budaya.
Saat ini dunia tengah diguncang oleh kasus penyebaran wabah virus corona
(COVID-19) yang kian merebak dan meluas secara cepat dan menjadi polemik
global terbesar untuk saat ini. Bahkan wabah virus corona telah ditetapkan sebagai
pandemi global oleh World Health Organization (WHO) beberapa waktu yang
lalu. Virus Corona (COVID-19) yang tengah menjadi permasalahan kesehatan
global untuk saat ini menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap semua
sektor kehidupan diseluruh dunia. Mulai dari sektor ekonomi, pendidikan, sosial,
pariwisat dan kesehatan. Hal ini terjadi karena COVID-19 menimbulkan rasa
ketakutan akan bahaya dan resikonya yang berdasarkan berita dan fakta yang
tersebar saat ini yaitu dapat berujung pada kematian.
Adapun sektor pariwisata merupakan salah satu yang terdampak sangat
besar dari kasus wabah virus corona ini. Pariwisata yang pada awalnya kian
mengalami pertumbuhan yang begitu pesat saat ini seakan melemah dan
mengalami penurunan yang sangat drastis. Penurunan yang terjadi dalam sektor
pariwisata untuk saat ini tidak akan bisa ditanggulangi sampai kasus COVID-19
ini menemukan titik terang penyelesaiannya. Dengan menurunnya para wisatawan
yang berkunjung ke Indonesia khususnya di Bali tentu saja akan mempengaruhi
perekonomian di bidang pariwisata. Hal ini akan berdampak pada pekerja di
sektor pariwisata karena sebagian pekerja dapat dirumahkan bahkan bisa terkena
Pemutusan Hubungan Kerja akibat tidak mampunya tempat wisata tersebut untuk
menggaji pegawainya. Jika hal tersebut terjadi maka secara tidak langsung akan
berdampak juga dalam bidang kesehatan karena terbatasnya biaya untuk dapat
mengakses pelayanan kesehatan. Terutama jika dalam keluarga tersebut terdapat
ibu nifas, dalam keadaan seperti ini akan mempengaruhi kesehatan ibu dan
bayinya karena dalam memenuhi kesehatan dan nutrisinya perlu asupan makanan
yang banyak seperti makanan pokok dan lauk pauk yang tentu saja perlu biaya
untuk mendapatkannya.
Bidan sebagai pemberi pelayanan kesehatan hendaknya bisa memberikan
solusi dan mengedukasi ibu nifas dalam situasi seperti ini agar tetap menjaga
kesehatan dengan tetap beraktivitas di rumah dan memperhatikan nutrisi selama
merawat dan menyusui bayinya. Dengan adanya wabah virus ini bidan dapat
memberikan informasi kepada ibu nifas untuk tetap di rumah dan menghindari
kontak ibu dan bayi dengan orang-orang yang sakit.
Pelayanan Kebidanan Pada Masa Nifas Berkaitan Dengan Konsep Tri Hita
Karana
Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh.
Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keaneka ragaman
budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi. Setiap
hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya.
Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Menurut
kodratnya manusia adalah makluk sosial atau makluk bermasyarakat, selain itu
juga diberikan yang berupa akal dan pikiran untuk berkembang dan dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makluk sosial,
manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat
yang telah dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai
bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam
kehidupannya.
Masyarakat adat Bali sebagai masyarakat sosial, dalam peradabannya juga
memiliki konsep norma yang mengatur kehidupannya dalam peradaban sejak
jaman dikenalnya kebudayaan yang terkenal dengan konsep kosmologi Tri Hita
Karana dan merupakan falsafah hidup yang bertahan hingga kini walaupun
berada dalam konsep-konsep perubahan sosial yang selalu berdinamika sebagai
salah satu ciri atau karakter peradaban. Pada dasarnya hakikat ajaran tri hita
karana menurut I Ketut Wiana ( 2004 : 141) menekankan tiga hubungan manusia
dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan
sesama manusia, hubungan dengan alam sekeliling, dan hubungan dengan ke
Tuhanan yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki pedoman
hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya harus
seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai,
manusia akan hidup dengan mengekang dari pada segala tindakan berekses buruk.
Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai. Hubungan antara manusia dengan
alam lingkungan perlu terjalin secara harmonis, bilamana keharmonisan tersebut
di rusak oleh tangan-tangan jahil, bukan mustahil alam akan murka dan
memusuhinya.
Pengimplementasian konsep Tri Hita Karana yang dimaksud, sangat
ditekankan bahwa ketiga unsurnya harus diaplikasikan secara utuh dan terpadu.
Unsur parahyangan, pawongan, dan palemahan tidak ada yang menduduki porsi
yang istimewa. Dia senantiasa seimbang dalam pemikiran, seimbang dalam
ucapan dan seimbang pula dalam segala tindakan. Sebagai konsep keharmonisan
Hindu, Tri Hita Karana telah memberikan apresiasi yang luar biasa dari berbagai
masyarakat dunia. Konsep dasar Tri Hita Karana tersebut dan bila dikaji dari
konsep dasar dialektika hukum alam sebagaimana tergambarkan diatas maka
konsep berupa : Hubungan yang harmonis antara manusia dengan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa (Tuhan), Hubungan yang harmonis antara manusia dengan
sesamanya, dan Hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya.
Keharmonisan ketiga elemen Tri Hita Karana tersebut menimbulkan keserasian di
dalam pola tingkah laku manusia, sehingga rangsangan yang terjadi dan mengenai
tubuh akan dilanjutkan secara baik kepada organ di dalam tubuh khususnya
sistem hormonal dan saraf (neuroendokrin). Keharmonisan ini merangsang
keluarnya hormon kebahagiaan endorphin dan enkapalin, serta menghambat
hormon yang menyebabkan kecemasan seperti kortisol, adrenalin, serta nor
adrenalin. Banyaknya hormon kesenangan yang beredar di dalam tubuh akan
mengaktifkan sistem pertahanan menuju ketaraf optimal, sehingga daya tahan
tubuh pada ibu nifas dan bayinya terhadap berbagai macam penyakit dapat
ditingkatkan.
Dalam memberikan pelayanan seorang bidan hendaknyan tetap
menerapkan konsep Tri Hita Karana, menghadapi pasien dengan beragam
penyakit, keluhan dan berbagai kondisi yang dapat berubah sewaktu-waktu,
menyebabkan pasien mengalami perubahan dari segi psikologis yang ditunjukkan
dengan mudah marah ataupun meminta perhatian yang lebih selama proses
perawatan dilakukan di rumah sakit ataupun di tempat praktik swasta. Tentunya
hal ini menuntut kesabaran dan kemampuan seorang bidan untuk mengelola/
mengendalikan emosinya sehingga pelayanan kebidanan yang diberikan
berkualitas Sehingga diharapkan bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan
dapat membuat suatu keharmonisan dengan klien dengan menerapkan Tri Hita
Karana yang implemenkasinya dapat dilaksanakan sehingga klien merasa
diperhatikan dan dihargai oleh petugas kesehatan dan dapat meningkatkan kualitas
kesehatan di masyarakat melalui pelayanan yang optimal.

SIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan adanya keterkaitan


antara Tri Hita Karana, Pariwisata dan Pandemi COVID-19 pada Pelayanan
Kebidanan Masa Nifas yaitu dengan munculnya virus corona (COVID-19), ini
akan berdampak pada berbagai sektor termasuk pariwisata dan kesehatan. Deteksi
dini tanda bahaya nifas dengan faktor resiko adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menemukan ibu nifas yang mempunyai faktor resiko dan komplikasi
kebidanan. Deteksi faktor risiko pada ibu baik dan bayi oleh tenaga kesehatan
maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah
kematian dan kesakitan. Peran kolaborasi dimana bidan melakukan kolaborasi
dengan teman sejawat atau tenaga medis lainnya dalam menangani kasus tersebut
dan peran rujukan yaitu mampu melakukan rujukan jika kasus tersebut berada di
luar kewenangan bidan Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan
menghidari terpapar virus penyebab.
Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya.
Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan mengekang dari pada
segala tindakan berekses buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai.
Hubungan antara manusia dengan alam lingkungan perlu terjalin secara harmonis,
bilamana keharmonisan tersebut di rusak oleh tangan-tangan jahil, bukan mustahil
alam akan murka dan memusuhinya. Keharmonisan ketiga elemen Tri Hita Karana
tersebut menimbulkan keserasian di dalam pola tingkah laku manusia, sehingga
rangsangan yang terjadi dan mengenai tubuh akan dilanjutkan secara baik kepada
organ di dalam tubuh khususnya sistem hormonal dan saraf (neuroendokrin).
Keharmonisan ini merangsang keluarnya hormon kebahagiaan endorphin dan
enkapalin, serta menghambat hormon yang menyebabkan kecemasan seperti
kortisol, adrenalin, serta nor adrenalin. Banyaknya hormon kesenangan yang
beredar di dalam tubuh akan mengaktifkan sistem pertahanan menuju ketaraf
optimal, sehingga daya tahan tubuh pada ibu nifas terhadap berbagai macam
penyakit dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahmawati, Eni Nur. Ilmu Praktis Kebidanan .Surabaya : Victory Inti


Cipta.2011
2. Sulistyawati, Ari. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta : ANDI.2009
3. Sulistyawati,Ari dan Nugraheny E..Asuhan Kebidanan
pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba Medika.2013
4. Nugroho, dkk. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta :
Nuha Medika.2014
5. Artana, W. Tri Hita Karana Meningkatkan Kualitas Modal Manusia
Dari Perspektif Kesehatan. Jurnal Kependudukan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia. 2014; (2): 101
6. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : PT
Salemba Medika.2013
7. Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Rekomendasi
Penanganan Infeksi Virus Corona (COVID-19) Pada Maternal (Hamil,
Bersalin, Nifas). Jakarta; 2020
8. Anderson, E.T & McFarlene, J. Buku ajar keperawatan komunitas
teori dan praktik ed-3. (Yudha, E.K, Terjemahan). Jakarta: EGC. 2006
9. Bahiyatun. Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta:
EGC.2006
10. Monika, F.B. Buku Pintar ASI dan Menyusui. Mizan Publika,
Jakarta.2016
11. Presiden R.I, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103
Tahun 2014, Tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional.2014
12. Rini, S & Kumala, F. Panduan asuhan nifas & evidence based
practice. Deepublish, Jakarta.2016
13. Sri, Mudatsir. Faktor Budaya Dalam Perawatan Ibu Nifas Jurnal
Ilmu Keperawatan 5:1ISSN: 2338-6371. 2017
14. Dewi Murniati.Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
(MERS-CoV), Jakarta.2017
15. Kemenkes RI. Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel
Corona Virus (2019-nCOV). Jakarta; 2020
16. Nurza, L. Dampak COVID-19 Terhadap Sektor Pariwisata. Fakultas
Ekonomi;2020
17. Riskawahyuningsih. . Faktor sosial budaya dan ekonomi yang
mempengaruhi masa nifas.2014

You might also like