You are on page 1of 9

Lontar: Journal of Community Health

March 2021 Vol. 3 (No. 1): p 1 - 9 1

Relationship between Knowledge, Family Support, Frequency of


Information, and Attitude Towards Triple Elimination Testing During
COVID-19
Sangguana Marthen Jacobus Koamesah1, Idawati Trisno2*, Su Djie To Rante3
1, 2, 3
Medical Faculty, University of Nusa Cendana

ABSTRACT

East Nusa Tenggara Province is the second-highest province with the percentage of pregnant women
having HBsAg reactive (5,26%) and has the lowest screening coverage (4,55%). Increasing the
mother’s screening coverage is necessary, followed by increasing access to therapy and early infant
detection. A positive attitude should exist to increase the mother’s behavior for assessing triple
elimination testing, thus can reduce the transmission risk of Hepatitis B, Syphilis, and HIV-AIDS to
the infants. This research analyzed the relationship between knowledge, family support, and
information frequency with the mother’s triple elimination testing attitude. This research was an
analytical study using the cross-sectional method, conducted at four primary health centres in
Kupang city in 2020. The sample selection used a stratified random sampling method, with 110
pregnant women from the four PHC chosen. Data analysis used Chi-square. Results showed only
36,7% of respondents had good triple elimination knowledge, and 33,9% have insufficient knowledge.
Most respondents (64%) have a neutral perception, and 27% have a positive perception of family
(husband’s) support. 79% of respondents receive scarce information about triple elimination.
Respondent’s attitude primarily neutral (61%). However, 23% still have a negative attitude towards
triple elimination testing. There is a significant relationship between perception of family support and
attitude towards triple elimination testing (p < 0.001). The mother having a positive perception of
their husband’s support, also have a positive attitude toward triple elimination testing. Knowledge
level and information frequency showed no significant relationship (p = 0.941 and p = 0.093) with
mother’s attitude.
Keywords: attitude, knowledge, triple elimination, pregnant women, HIV-AIDS.

PENDAHULUAN
Tujuan SDG 3 adalah memastikan minasi penularan dari ibu ke anak bagi ketiga
kehidupan yang sehat dan mendukung infeksi tersebut, yang kemudian dikenal
kesejahteraan bagi semua untuk segala usia, dengan triple eliminasi. (3)
dengan melakukan intervensi kesehatan Triple Eliminasi adalah upaya untuk
prioritas, termasuk kesehatan reproduksi, mengakhiri epidemi HIV-AIDS, sifilis dan
kesehatan ibu dan anak, dan penanggulangan virus hepatitis sebagai ancaman kesehatan
penyakit menular. (1) Hal ini sejalan dengan masyarakat global pada tahun 2030.
strategi global untuk kesehatan perempuan, Program PBB untuk HIV-AIDS (UNAIDS)
anak dan remaja (2016-2030), yang menyebutkan bahwa, pada tahun 2015
menetapkan tujuan bagi standar kesehatan penderita HIV secara global mencapai
dan kesejahteraan tertinggi yang mungkin sekitar 36,7 juta orang dan sekitar 2,1 juta di
dicapai. (2) Pada tahun 2016, World Health antaranya merupakan kasus baru. Pada tahun
Assembly memperkenalkan tiga strategi 2016 diperkirakan infeksi baru HIV pada
global sektor kesehatan yang saling terkait anak-anak berjumlah 160.000, dan secara
tentang infeksi HIV, hepatitis, dan infeksi global diperkirakan ada 3,1 juta anak-anak
menular seksual, serta menetapkan target eli- dengan HIV positif. Penularan HIV dari ibu
*Corresponding author: ke anak mencapai 9% dari seluruh infeksi
idawati_trisno@staf.undana.ac.id baru di seluruh dunia, dan kondisi ini
berkontribusi signifikan untuk terjadinya
e-ISSN 2685-2438 Koamesah et al.
https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2021 Vol. 3 (No. 1): p 1 - 9 2

pandemi HIV. (4) Ibu hamil yang terinfeksi pengurangan jumlah kasus infeksi baru pada
HIV, sifilis dan hepatitis berpotensi bayi baru lahir < 50 kasus HIV dan sifilis per
menularkan pada bayinya. Data Kemenkes 100.000 kelahiran hidup, serta < 0,1%
menyebutkan prevalensi infeksi HIV-AIDS, prevalensi HBsAg pada anak. (11), (12) Provinsi
sifilis dan hepatitis B pada ibu hamil NTT adalah provinsi kedua tertinggi untuk
berturut-turut adalah sebesar 0,3%; 1,7% dan persentase ibu hamil HBsAg reaktif (5,26%),
2,5%. Risiko penularan HIV dari ibu ke anak dan cakupan skrining ibu hamil terendah
sebesar 25- 45%, yang terbagi menjadi 5- (4,55%). (13) Hanya 13 dari 22 kabupaten
10% dalam kehamilan, 10-20% saat /kota di NTT (59%) yang sudah melakukan
persalinan, dan 10-15% saat menyusui. skrining triple eliminasi ibu hamil pada saat
Risiko penularan sifilis dan hepatitis B dari ANC pada tahun 2018. (8) Dengan demikian,
ibu ke anak bahkan lebih besar lagi, yaitu 69- upaya lebih intensif diperlukan untuk
80% untuk sifilis, dan lebih dari 90% untuk meningkatkan cakupan skrining ibu hamil
hepatitis B. (5) dalam ANC, yang dilanjutkan dengan
Menurut WHO, penularan HIV dari peningkatan akses terapi dan deteksi dini
Ibu ke anak tanpa upaya pencegahan sebesar pada bayi, agar target triple eliminasi bisa
20%-45%, tetapi dengan pencegahan yang tercapai. (14)
berkualitas dapat diturunkan hingga 2% -5%. Perilaku ANC ibu hamil dapat
(6)
Program pencegahan penularan dari ibu ke ditingkatkan melalui beberapa strategi yang
bayi (PPIA) untuk infeksi HIV, sifilis, dan oleh WHO dikelompokkan menjadi tiga,
Hepatitis B diluncurkan oleh Kemenkes yaitu dengan menggunakan kekuatan
dengan target “3 Zeros”, yaitu zero new (enforcement), peraturan (regulasi), dan
infection (menurunnya jumlah kasus baru), edukasi. (15) Data SDKI 2017 menunjukkan
zero death (menurunnya angka kematian), bahwa, pengetahuan tentang HIV/AIDS yang
dan zero stigma and discrimination rendah terdapat pada masyarakat pada kuintil
(menurunnya tingkat diskriminasi). (7) bawah dan di daerah pedesaan. (16)
Situasi epidemiologi HIV/AIDS di Peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang
Indonesia menunjukkan peningkatan jumlah triple eliminasi diharapkan dapat membentuk
kasus HIV/AIDS dari 280.928 jiwa (2015) sikap positif ibu terhadap skrining triple
menjadi 319.048 (2016). Berdasarkan jumlah eliminasi pada saat ANC. Selain
kumulatif AIDS yang dikategorikan menurut pengetahuan, pembentukan sikap dalam diri
pekerjaan dalam kurun waktu 1987 sampai seseorang dipengaruhi oleh pengalaman
Desember 2017, ibu rumah tangga adalah pribadi, dukungan orang lain yang dianggap
penderita terbanyak kedua. Dari 21.103 ibu penting (suami atau anggota keluarga lain),
hamil yang menjalani tes HIV, ditemukan kebudayaaan, sumber informasi (media
yang terinfeksi sebanyak 534 (2,5%). massa), dan lembaga pendidikan/ lembaga
Kementerian Kesehatan membuat pemodelan agama. (17)
matematika tentang epidemi HIV, dan Penelitian ini bertujuan untuk
hasilnya menunjukkan trend peningkatan menganalisis hubungan antara pengetahuan,
prevalensi HIV pada populasi usia 15-49 peran dukungan keluarga dan sumber
tahun dan pada kelompok ibu hamil di informasi bagi ibu hamil dengan
Indonesia. (8), (9) Meresponi situasi tersebut, pembentukan sikap terhadap skrining triple
dibuatlah kebijakan nasional agar semua ibu eliminasi.
hamil harus dilakukan skrining triple
eliminasi untuk HIV, sifilis, dan Hepatitis B METODE
setidaknya satu kali selama periode
Penelitian ini merupakan penelitian
kehamilannya. (10)
analitik dengan rancangan potong lintang.
Target triple eliminasi tahun 2022
Penelitian ini dilaksanakan di empat
mengacu pada pedoman WHO, yaitu:
puskesmas di Kota Kupang, NTT, dengan

e-ISSN 2685-2438 Koamesah et al.


https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2021 Vol. 3 (No. 1): p 1 - 9 3

waktu penelitian mulai dari September - responden, persepsi dukungan keluarga,


Oktober 2020. sumber informasi, dan sikap responden.
Populasi target dalam penelitian ini Penelitian ini menggunakan data
adalah semua ibu hamil yang berdomisili di primer dan data sekunder. Data primer
Kota Kupang sebanyak 25.800 orang, diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh
sedangkan populasi terjangkau adalah semua responden menggunakan google form. Data
ibu hamil di wilayah Puskesmas Bakunase, primer yang dikumpulkan adalah identitas
Sikumana, Alak, dan Oepoi di Kota Kupang, responden (usia, pekerjaan, pendidikan),
sebanyak 11.700 orang. Pengambilan sampel tingkat pengetahuan ibu, persepsi dukungan
menggunakan teknik cluster random keluarga, sumber informasi, dan sikap ibu.
sampling. Sampel penelitian dipilih secara Data sekunder yang digunakan adalah daftar
acak pada kelompok individu, yaitu pada 4 nama dan nomor telpon ibu hamil yang ada
Puskesmas yang ada di Kota Kupang. Besar di Puskesmas, serta riwayat ANC.
sampel minimal dihitung dengan rumus Data yang dikumpulkan akan diolah,
Slovin diperoleh 99 orang, dan untuk dan dianalisis untuk pengujian hipotesis,
mengantisipasi sample yang drop out maka dengan menggunakan nilai signifikansi
besar sampel dalam penelitian ini ditentukan p<0,05. Analisis data yang digunakan
sejumlah 110 ibu bayi/balita, dengan adalah: analisis univariabel untuk
komposisi di masing-masing puskesmas mendeskripsikan variabel bebas dan variabel
sebagai berikut: Puskesmas Bakunase 25 terikat yang ditampilkan dalam bentuk
orang, Puskesmas Sikumana 35 orang, grafik, tabel atau narasi, dan analisis
Puskesmas Oepoi 24 orang, dan Puskesmas bivariabel yang digunakan untuk menguji
Alak 26 orang. kekuatan hubungan antara variabel bebas dan
Variabel bebas dalam penelitian ini variabel terikat. Uji yang digunakan dalam
adalah tingkat pengetahuan, dukungan penelitian ini adalah uji Spearman.
keluarga, dan sumber informasi. Variabel
tergantung adalah sikap ibu terhadap HASIL
skrining triple eliminasi. Teknik
Total 110 responden yang melakukan
pengumpulan data adalah wawancara dengan
pengisian kuesioner melalui google formulir,
menggunakan kuesioner on-line dengan
namun hanya 109 responden yang datanya
google form. Peneliti bekerjasama dengan
bisa dilakukan analisis, sisanya dikeluarkan
bidan koordinator puskesmas untuk
karena data tidak terisi lengkap.
menghubungi ibu hamil dan menanyakan
Karakteristik demografi ibu yang diteliti
kesediaan mengikuti penelitian. Instrumen
meliputi usia ibu dan tingkat pendidikan,
yang digunakan adalah kuesioner yang
yang disajikan pada tabel 1.
terdiri dari: data karakteristik demografi
responden, kuesioner tingkat pengetahuan

Tabel 1. Rentang Usia dan Jenjang Pendidikan Ibu di Empat Puskesmas di Kota Kupang

Rentang Usia n (%)


JeJena n n (%) Jenjang Pendidikan n (%)
< 20 thn 6 (5,5) Tidak lulus SD 1 (1%)
21-34 thn 84 (77,1) Lulus SD 12 (10,2)
>34 thn 19 (17,4) Lulus SMP 21 (19,4)
Lulus SMA 57 (53,7)
Sarjana 18 (15,7)
Total 109 (100) 109
109(10
(100)

Sebagian besar responden berada di Usia ini merupakan usia ideal untuk
dalam rentang usia 21- 34 tahun (77,1%). kehamilan, karena secara statistik risiko

e-ISSN 2685-2438 Koamesah et al.


https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2021 Vol. 3 (No. 1): p 1 - 9 5

kehamilan dan persalinan pada kelompok ini (53,7%). Hanya 10,2% yang lulus SD dan
sangat minimal, atau dikenal dengan istilah terdapat satu orang responden yang tidak
kehamilan risiko rendah. Ada beberapa lulus SD. Kondisi ini menunjukkan bahwa
kriteria kehamilan risiko tinggi, salah satunya akses pendidikan bagi perempuan di Kota
adalah usia yang terlalu muda (<20 tahun) Kupang sudah cukup baik. Analisis
dan terlalu tua (>34 tahun) pada saat hamil. univariabel variabel penelitian yang meliputi
Penelitian ini menemukan masih cukup tingkat pengetahuan, persepsi dukungan
banyak responden yang termasuk dalam keluarga, frekuensi paparan informasi, dan
kategori kehamilan risiko tinggi (22,9%). sikap ibu disajikan pada Tabel 2.
Mayoritas responden ibu hamil
memiliki tingkat pendidikan lulus SMA
Tabel 2. Tingkat Pengetahuan, Persepsi Dukungan, Frekuensi Informasi, dan Sikap Ibu tentang
Skrining Triple Eliminasi di Empat Puskesmas di Kota Kupang

Variabel Kategori n (%)


Tingkat Pengetahuan Kurang 37 (33,9)
Cukup 32 (29,4)
Baik 40 (36,7)
Total 109 (100)

Persepsi Dukungan Rendah 10 (9,2)


Netral 70 (64,2)
Tinggi 29 (26,6)
Total 109 (100)

Frekuensi Informasi Sangat Jarang 87 (79,8)


Cukup Sering 18 (16,5)
Sangat Sering 4 (3,7)
Total 109 (100

Sikap Negatif 25 (22,9)


Netral 67 (61,5)
Positif 17 (15,6)
Total 109 (100)

Tingkat pengetahuan ibu tentang triple paparan informasi tentang triple eliminasi
eliminasi hampir sama antara yang yang diterima responden dari berbagai
berpengetahuan baik, cukup dan kurang. sumber. Sebagian besar ibu sangat jarang
Artinya, masih ada ruang untuk upaya terpapar informasi triple eliminasi, dan hal ini
peningkatan pengetahuan ibu terkait triple mengindikasikan kemungkinan upaya
eliminasi. Sebagian besar ibu memiliki promosi kesehatan terkait triple eliminasi
persepsi netral terhadap dukungan keluarga belum efektif menyasar kelompok ibu.
yang diterima dari suaminya (64,2%), Sikap ibu terhadap skrining triple
sedangkan 35,8% ibu memiliki persepsi eliminasi adalah opini, perasaan dan
rendah dan tinggi. Ini berarti, sikap dan kecenderungan bertindak ibu tentang skrining
tindakan yang dilakukan suami bisa triple eliminasi, yang dikategorikan sebagai
mempengaruhi persepsi dan sikap ibu terkait sikap positif, netral, dan negatif. Meski
pelayanan triple eliminasi. sebagian besar ibu bersikap netral (61,5%),
Sumber informasi yang dimaksudkan tetapi masih cukup banyak yang bersikap
dalam penelitian ini adalah banyaknya negatif (22,9%) terhadap skrining triple
e-ISSN 2685-2438 Koamesah et al.
https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2021 Vol. 3 (No. 1): p 1 - 9 6

eliminasi, dan hal ini memberikan peluang Tabel 3 memaparkan hasil tabulasi
untuk merancang intervensi yang ditujukan silang tingkat pengetahuan, persepsi
untuk perubahan sikap. ditujukan untuk dukungan keluarga, dan frekuensi informasi
perubahan sikap. terhadap sikap ibu tentang triple eliminasi.

Tabel 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Persepsi Dukungan keluarga, dan Frekuensi Informasi
terhadap Sikap Skrining Triple Eliminasi Pada Ibu di Empat Puskesmas di Kota Kupang

Sikap terhadap Skrining χ2 p


Triple Eliminasi
Variabel Bebas N (%)
Tingkat Pengetahuan Negatif Netral Positif 0,783. 0,941
Kurang 9 23 5
Cukup 8 18 6
Baik 8 26 6

Total 25 67 17

Persepsi Dukungan Keluarga


Rendah 6 4 0 33,011 < 0.001
Netral 16 50 4
Tinggi 3 13 13

Total 25 67 17

Frekuensi Informasi
Sangat jarang 21 51 15 7,949 0,093
Cukup sering 4 14 0
Sangat sering 0 2 2

Total 25 67 17

Ibu dengan tingkat pengetahuan triple eliminasi, sebaliknya ibu yang


kurang, cukup dan baik ternyata bisa mempunyai persepsi dukungan keluarga
memiliki sikap positif maupun negatif tinggi, hanya tiga orang (10%) yang bersikap
dengan perbedaan yang tidak terlalu nyata. negatif terhadap skrining triple eliminasi.
Uji Chi-square juga membuktikan bahwa Sebagian besar ibu sangat jarang
tidak ada hubungan antara tingkat menerima paparan informasi tentang triple
pengetahuan dengan sikap ibu terhadap eliminasi dari berbagai sumber, dan dari
skrining triple eliminasi, dengan nilai p > kelompok ini yang mempunyai sikap negatif
0,05 (p = 0,941). (21) lebih banyak dibandingkan yang
Dukungan keluarga yang dipersepsikan bersikap positif (15). Kelompok ibu yang
oleh ibu sebagai rendah, netral atau tinggi, sangat sering menerima paparan informasi,
berhubungan dengan sikap ibu terhadap tidak ada yang bersikap negatif terhadap
skrining triple eliminasi, dengan nilai skrining triple eliminasi. Analisis selanjutnya
signifikansi p < 0,05. Ibu yang dengan chi-square menunjukkan, frekuensi
mempersepsikan dukungan keluarga yang paparan informasi belum menunjukkan
diterimanya rendah, tidak ada yang hubungan yang bermakna dengan sikap
mempunyai sikap positif terhadap skrining terhadap skrining triple eliminasi (p=0.093).

e-ISSN 2685-2438 Koamesah et al.


https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2021 Vol. 3 (No. 1): p 1 - 9 7

PEMBAHASAN Tidak selalu orang yang berpendidikan


rendah mempunyai pengetahuan yang
Responden dalam penelitian ini adalah rendah. Pengetahuan dapat juga diperoleh
ibu hamil yang terdata sebagai sasaran di dari pendidikan non formal, pelatihan,
puskesmas pada saat penelitian dilakukan. pengembangan diri secara mandiri, maupun
Pemilihan kriteria responden dikarenakan dari pengalaman. Pengetahuan tentang suatu
kelompok ibu hamil adalah sasaran skrining hal mempunyai aspek positif dan negatif,
triple eliminasi. Meneliti sikap ibu hamil yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
dalam memanfaatkan pelayanan skrining sosial budaya, dan juga pengalaman
triple eliminasi dapat memberikan gambaran seseorang. Aspek inilah yang menentukan
tentang opini masyarakat tentang triple sikap seseorang, apakah ia akan bersikap
eliminasi sehingga dapat bermanfaat untuk positif atau negatif terhadap suatu obyek/ isu
merancang upaya perbaikan program tertentu.(15) Hasil penelitian ini menunjukkan
tersebut. tidak adanya hubungan signifikan antara
Tingkat pengetahuan responden yang tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah skrining triple eliminasi. Banyak faktor lain
pengetahuan atau pemahaman responden seperti lingkungan, sosial budaya dan
secara khusus tentang triple eliminasi, atau pengalaman yang mungkin lebih bisa
pencegahan penularan penyakit HIV-AIDS, mempengaruhi sikap seseorang.
Hepatitis B dan sifilis dari ibu ke anak. Implikasinya adalah untuk meningkatkan
Tingkat pengetahuan dibedakan dengan pengetahuan perlu strategi intervensi yang
tingkat pendidikan responden, karena tingkat mempertimbangkan faktor lingkungan, sosial
pendidikan formal responden tidak harus budaya dan pengalaman individu.
berbanding lurus dengan tingkat pemahaman Dukungan keluarga yang dimaksud
mereka terkait masalah triple eliminasi. dalam penelitian ini adalah: persepsi yang
Dengan kata lain, ibu dengan tingkat dimiliki responden terhadap dukungan
pendidikan yang lebih rendah mungkin emosional, dukungan penghargaan,
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dukungan materi, dan dukungan informasi
tentang triple eliminasi, demikian pula yang diterimanya terutama dari suami/
sebaliknya. Tingkat pengetahuan yang baik pasangannya, terkait dengan pelaksanaan
akan meningkatkan kepedulian ibu dan triple eliminasi. Ada sekitar 35% responden
membentuk sikap yang positif untuk yang mempunyai persepsi negatif atau positif
mengakses program triple eliminasi, terhadap sikap dan tindakan yang dilakukan
sehingga diharapkan cakupan pelayanan suami, yang diperkirakan dapat
triple eliminasi bisa ditingkatkan. mempengaruhi sikap dan perilaku ibu untuk
Pengetahuan seseorang dipengaruhi mengakses pelayanan triple eliminasi.
oleh berbagai faktor, di antaranya adalah: Salah satu hal yang mempengaruhi
pendidikan formal, pengalaman, umur, seseorang untuk mengambil sikap terhadap
pekerjaan, faktor lingkungan dan sosial suatu isu tertentu adalah konformitas atau
budaya. Semakin tinggi jenjang pendidikan kesesuaian dengan orang-orang yang penting
seseorang diharapkan semakin banyak dan bagi dia, atau yang dikenal dengan ‘the
luas pengetahuan dan keterampilannya, significant others’.(16), (18) Masyarakat
tetapi hal ini tidak selalu berbanding lurus. Indonesia adalah masyarakat kolektif yang
(15)
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini, menghargai hubungan dengan sesama
bahwa jenjang pendidikan tidak berbanding sebagai hal yang penting, sehingga peran
lurus dengan tingkat pengetahuan ibu dukungan keluarga terutama suami akan
terhadap triple eliminasi. Meskipun sekitar mempengaruhi sikap ibu terhadap
70% ibu berpendidikan SMA ke atas, hanya pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hal ini
36,7% yang punya pengetahuan baik. juga disebutkan oleh Notoatmodjo bahwa

e-ISSN 2685-2438 Koamesah et al.


https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2021 Vol. 3 (No. 1): p 1 - 9 8

dorongan dari keluarga untuk mencari akan membantu memotivasi ibu mengakses
pertolongan kesehatan akan berpengaruh pelayanan triple eliminasi.
besar terhadap keinginan atau motivasi untuk Informasi adalah data yang telah
mengakses pelayanan kesehatan. (15) diproses sehingga mempunyai arti bagi
Penelitian ini mengkonfirmasi penerima informasi. Sumber informasi dapat
hubungan antara dukungan keluarga dengan berupa: media cetak (booklet, leaflet, poster,
sikap individu. Hasil uji statistik dan lain-lain), media elektronik (TV, radio,
menunjukkan hubungan yang signifikan video, dan lain-lain), media sosial (facebook,
antara persepsi ibu terhadap dukungan twitter, whatsapp, Instagram, dan
keluarga yang diterimanya dengan sikap ibu sebagainya), atau non media (keluarga,
terhadap skrining triple eliminasi. Artinya, teman-teman, tokoh masyarakat, tokoh
ibu yang berpersepsi mendapatkan dukungan agama, dan lain-lain). Penelitian ini
dari suaminya mempunyai sikap positif menemukan bahwa, hampir 80% responden
terhadap pelayanan triple eliminasi. sangat jarang mendapatkan informasi terkait
Sebaliknya ibu yang merasa tidak mendapat triple eliminasi. Hal ini bisa menjadi
dukungan suami (persepsi negatif) juga indikator masih belum optimalnya upaya
cenderung bersikap negatif terhadap triple promosi kesehatan terkait triple eliminasi
eliminasi. dalam menyasar kelompok ibu hamil dan
Suparyanto menyebutkan berbagai keluarganya.
bentuk dukungan keluarga dalam bidang Frekuensi paparan informasi, meski
kesehatan, sebagai berikut: a) dukungan secara statistik tidak menunjukkan hubungan
emosional: ungkapan kepedulian dan yang bermakna dengan sikap terhadap
perhatian terhadap anggota keluarga yang skrining triple eliminasi (p > 0,05), tetapi
sakit, b) dukungan penghargaan: dari tabulasi silang terlihat pola hubungan
memberikan umpan balik, membimbing dan antar keduanya. Responden yang sangat
memfasilitasi pemecahan masalah, c) sering terpapar informasi tidak ada yang
dukungan materi: bantuan langsung dalam memiliki sikap negatif, sedangkan responden
bentuk uang, peralatan, waktu, dan yang paling banyak bersikap negatif adalah
sebagainya, serta d) dukungan informasi yang sangat jarang terpapar informasi.
dalam bentuk dorongan semangat/ motivasi, Dengan meningkatkan besar sampel ada
pemberian nasihat, pengawas pengobatan potensi terlihat kebermaknaan statistik
atau pola makan. (19) hubungan kedua variabel tersebut.
Karakteristik masyarakat Indonesia Penelitian ini juga mengeksplorasi
yang sebagian besar paternalistik, berbagai jenis sumber informasi dan
menempatkan suami sebagai pengambil persentase frekuensi paparan yang sering
keputusan utama dalam keluarga, termasuk diakses oleh ibu. Responden paling sering
untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan menerima informasi tentang triple eliminasi
kesehatan anggota keluarga. Dukungan dari tenaga kesehatan (dokter/bidan) yang
suami dalam bentuk dukungan moril dan bertugas di puskesmas (85%), dan dari
materiil dapat mendorong seorang istri untuk poster/leaflet yang ada di puskesmas (63%).
memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga, Sosial media yang digunakan oleh sebagian
misalnya kebutuhan untuk berobat, untuk besar masyarakat saat ini, ternyata masih
mendapatkan pelayanan pra kehamilan belum banyak memberikan informasi tentang
(antenatal care), termasuk triple eliminasi, triple eliminasi (19%). Penelitian
pelayanan imunisasi bagi balita, dan Muyassaroh dan Kurniawati tentang
kebutuhan kesehatan lainnya. Upaya edukasi hubungan pemanfaatan media elektronik
sebaiknya juga menyasar kaum suami agar dengan sikap seks pranikah pada remaja,
mereka mempunyai pengetahuan yang benar menemukan bahwa, terdapat korelasi antara
terkait triple eliminasi, dan dengan demikian pemanfaatan media elektronik dengan sikap

e-ISSN 2685-2438 Koamesah et al.


https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2021 Vol. 3 (No. 1): p 1 - 9 9

seks pranikah. (20) Hal ini sejalan dengan mengakses pelayanan triple eliminasi saat
penelitian oleh Suyatno bahwa mudahnya ANC; 2) upaya edukasi tentang triple
remaja mengakses pornografi dan pornoaksi eliminasi juga ditujukan kepada para suami
melalui media elektronik berakibat pada sehingga suami bisa memberikan motivasi
meningkatnya perilaku seksual berisiko pada yang benar kepada ibu untuk mengakses
remaja terutama seks pranikah. (21) pelayanan triple eliminasi dengan tepat
Mengingat sebagian besar responden waktu; 3) perlu dirancang strategi pemberian
sangat jarang terpapar informasi terkait triple informasi berbasis web, dengan
eliminasi, dan mencermati pengaruh media memanfaatkan berbagai media sosial yang
elektronik bagi pembentukan sikap individu, sering diakses masyarakat.
maka dengan memberikan pesan-pesan
terkait manfaat triple eliminasi bagi ibu KONFLIK KEPENTINGAN
hamil melalui berbagai media akan
Artikel ini adalah murni hasil
berdampak pada terbentuknya sikap positif
penelitian ilmiah. Penulis tidak memiliki
terhadap skrining triple eliminasi, dan
konflik kepentingan, kolaboratif, atau
selanjutnya mendorong ibu untuk mengakses
kepentingan lainnya dengan pihak manapun.
pelayanan skrining triple eliminasi di
fasilitas kesehatan. Dengan demikian, upaya UCAPAN TERIMA KASIH
meningkatkan frekuensi paparan informasi
dengan mengunggah poster dalam bentuk Ucapan terima kasih ditujukan kepada
elektronik dan menyebarkan melalui semua pihak yang telah berkontribusi
platform sosial media bisa menjadi salah satu terhadap kelancaran penelitian dan penulisan
alternatif strategi edukasi masyarakat di artikel ini, dan juga secara khusus kepada
masa pandemi COVID-19. Universitas Nusa Cendana yang telah
memberikan dana penelitian.
KESIMPULAN
REFERENSI
Persepsi dukungan keluarga
berhubungan dengan sikap ibu terhadap 1. Sustainable Development Goal 3
skrining triple eliminasi pada masa pandemi [webpage] New York, NY: United
COVID-19. Tingkat pengetahuan dan Nations; 2017.
frekuensi paparan informasi tidak (https://sustainabledevelopment.un.org/s
berhubungan dengan sikap ibu terhadap dg3).
skrining triple eliminasi pada masa pandemi 2. Global strategy for women’s, children’s
COVID-19. Meskipun demikian hasil and adolescents’ health (2016–2030).
tabulasi silang menunjukkan kecenderungan Every Woman Every Child; 2015.
bahwa ibu yang jarang terpapar informasi (http://who.int/life-
memiliki sikap negatif terhadap triple course/partners/globalstrategy/global
eliminasi. strategy report 2016-2030 lowres.pdf).
Ada beberapa hal yang bisa disarankan 3. WHO Western Pacific Region. Regional
bagi pemegang kebijakan di bidang Framework for the Triple Elimination of
kesehatan, yaitu: 1) pemberian informasi dan Mother-to-Child Transmission of HIV,
edukasi kepada masyarakat perlu dirancang Hepatitis B and Syphilis in Asia and the
lebih intensif terkait dampak yang bisa Pacific, 2018–2030. 2018
dialami pada ibu dan bayi jika tidak (http://www.wpro.who.int/hiv/topics/em
dilakukan triple eliminasi, dan dengan tct/en).
mempertimbangkan faktor lingkungan, sosial 4. UNAIDS. Global Aids Update.
budaya dan pengalaman individu, sehingga http://www.unaids.org/sites/default/files/
akan meningkatkan kepedulian ibu dan media_asset/global-AIDS-update-
membentuk sikap positif ibu dalam

e-ISSN 2685-2438 Koamesah et al.


https://doi.org/10.35508/ljch
Lontar: Journal of Community Health
March 2021 Vol. 3 (No. 1): p 1 - 9 10

2016_en.pdf, Diakses tanggal 22 13. Kemenkes RI. Infodatin Situasi Penyakit


Februari 2020. Hepatitis B di Indonesia tahun 2017.
5. Kemenkes RI. Data dan Informasi Jakarta. 2018
Profil Kesehatan Indonesia 2018. 14. Global Guidance on Criteria and
Jakarta. 2018 Processes for Validation: Elimination of
6. WHO. (2010). Preventing Mother-to- Mother to Child Transmission of HIV
Child Transmission of HIV to Reach the and Syphilis second edition 2017. WHO.
UNGASS and Millennium Development Switzerland. 2017
Goals. 15. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan
http://www.who.int/hiv/pub/mtct/strateg Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
ic_vision.pdf. Diakses tanggal 22 Cipta. 2012
Desember 2017 16. Azwar, S. Sikap Manusia, Teori dan
7. UNAIDS, UNICEF and WHO. Global Pengukurannya (2nd ed.). Jakarta:
AIDS Monitoring. 2017: Indicators for Pustaka Pelajar. 2011
Monitoring The 2016 United Nations 17. BKKBN, BPS, Kemenkes RI, USAID.
Political Declaration on HIVand AIDS. Survei Demografi dan Kesehatan
Geneva. UNAIDS. 2016 Indonesia 2017. Jakarta. 2018
8. Ditjen P2P Kemenkes RI. Laporan 18. Gottlieb, B.H., Social Support Strategies
Perkembangan HIV AIDS dan PIMS, (Guidelines for Mental Health Practice),
Triwulan IV . 2017 Sage Publications Inc., Ca. 1983
9. Kemenkes RI. Permenkes 52 / 2017 19. Suparyanto, Konsep dukungan keluarga.
Eliminasi Penularan HIV, Sifilis Dan https://dr-
Hepatitis B Dari Ibu Ke Anak. Jakarta. suparyanto.blogspot.com/2012/03/konse
2017 p-dukungan-keluarga.html. Maret 2012.
10. Kemenkes Dirjen Binkesmas. Pedoman 20. Muyassaroh, D. & Kurniawati, H.F.
Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta. Hubungan Pemanfaatan Media
2010 Elektronik dengan Sikap Seks Pranikah
11. WHO. The Triple Elimination of pada Remaja di SMK Muhammadiyah 1
Mother-to-Child Transmission of HIV, Tempel. Universitas Aisyiyah
Hepatitis B and Syphilis in Asia and the Yogyakarta. 2016
Pacific, 2018–2030. 2018 21. Suyatno. Belajar Sendiri Mengenal
12. Global Hepatitis Report 2017. Geneva. Internet Jaringan Informasi Dunia.
World Health Organization. 2017. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2011
(http://apps.who.
int/iris/handle/10665/255016).

e-ISSN 2685-2438 Koamesah et al.


https://doi.org/10.35508/ljch

You might also like