You are on page 1of 12

KOMUNIKASI PARTISIPATIF DALAM PROSES PEMBAGUNAN

BENDUNGAN MATENGGENG KABUPATEN CILACAP


JAWA TENGAH

Waluyo Handoko
FISIP- Universitas Jenderal Soedirman, Jl. Prof. Dr. H. Bunyamin No 993 Purwokerto Jawa Tengah 53122. Tlp
(0281) 635292-4.HP. 081391350428. E-mail: whandoko 18@yahoo.com.

Adhi Iman Sulaiman


FISIP- Universitas Jenderal Soedirman, Jl. Prof. Dr. H. Bunyamin No 993 Purwokerto Jawa Tengah 53122. Tlp
(0281) 635292-4. E-mail: adhi_iman@yahoo.com.

Andi Ali Said Akbar


FISIP- Universitas Jenderal Soedirman, Jl. Prof. Dr. H. Bunyamin No 993 Purwokerto Jawa Tengah 53122. Tlp
(0281) 635292-4. E-mail: alisaid pol@yahoo.co.id.
Naskah diterima tanggal 14 Oktober 2014, direvisi tanggal 22 November 2014, disetujui tanggal 26 November
2014

PARTICIPATORY COMMUNICATION
IN DEVELOPMENT PROCESS OF MATENGGENG DAMS CILACAP
DISTRICT CENTRAL JAVA

Abstract

The construction process of Matenggeng Dams is still have problem such as no dialogue or
renegotiation to create a mutual agreement between the government and Dayeuhluhur society.
This research aims to identify, analyze and design the model of participatory development
communication in the construction process of Matenggeng Dams at Dayeuhluhur subdistrict
Cilacap District, Central Java Province. This research used qualitative method with case study.
Data Collection through interviews, observation, analysis of documentation and focus group
discussions (FGD). The results showed: (1) People have known for a long time about the
discourse of Matenggeng Dams construction through interpersonal communication from the
parents. (2) There is still no agreement about compensation between the community and the
government. (3) The community agree and have learned the benefits of dams and willing to
dialogue again to achieve an agreement of compensation for the land and productive trees. The
implication, the public will continue to feel anxious for certainty the future of people's lives, if
there is no certainty continuation the development of the Matenggeng dams.
Keywords: participatory development , community , dialogue.

Abstrak

Proses pembangunan bendungan Matenggeng masih memiliki permasalahan yaitu belum ada
dialog atau negosiasi ulang untuk menghasilkan kesepakatan bersama antara pemerintah dengan
masyarakat Dayeuhluhur. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi, menganalisis, dan
merancang model komunikasi pembangunan partisipatif dalam proses pembangunan Bendungan
Matenggeng, Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus. Pengumpulan data dengan wawancara,
observasi, dan analisis dokumentasi serta focus group discussion (FGD). Hasil penelitian
141
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 17 No.2, Desember 2014: 141-152

menunjukkan: (1) Masyarakat sudah mengetahui sejak lama tentang wacana pembangunan
Bendungan Matenggeng melalui komunikasi interpersonal dari orang tua secara turun termurun.
(2) Masih belum ada kesepakatan ganti untung antara masyarakat dengan pihak pemerintah. (3)
Pihak masyarakat sangat setuju dan mengetahui manfaat dibangunnya bendungan serta bersedia
berdialog kembali untuk menyepakati ganti untung lahan tanah dan pohon produktif.
Implikasinya, masyarakat akan terus merasa resah akan kepastian masa depan kehidupan
masyarakat, jika belum ada kepastian kelanjutan pembangunan Bendungan Matenggeng.
Kata kunci: pembangunan partisipatif, masyarakat, dialog.

PENDAHULUAN dari Amerika Serikat telah dua kali


melaksanakan survei terhadap rencana
Berdasarkan Masterplan Percepatan dan pembangunan Bendungan Matenggeng yakni
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia pada 1969 dan 1989, namun belum ada
(MP3EI) 2011-2025, salah satunya akan kelanjutan. Akhirnya direalisasikan kembali
dilaksanakan pembangunan Bendungan dengan masuk pada Masterplan P3EI 2011-
Matenggeng pada tahun 2013-2018. Menurut 2025 (2011) sedang dirancang perjanjian
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) kerjasama antara Kabupaten Cilacap, Provinsi
Citanduy, Soekotjo Tri Sulistyo bahwa latar Jawa Tengah, Kabupaten Ciamis dan
belakang rencana pembangunan Bendungan Kuningan, Provinsi Jawa Barat terkait
Matenggeng, dalam rangka mengembangkan komitmen pembebasan lahan dan pembangian
potensi sumber daya air di daerah aliran (sharing) pendanaan anggaran. Proses
sungai (DAS) Citanduy dan sungai Cijolang pembangunan bendungan, menurut Kepala
yang akan mencapai 2.222,70 hektar. Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)
Distribusi luas daerah rencana terendam Citanduy, Soekotjo Tri Sulistyo, dilakukan
Bendungan Matenggeng untuk Kabupaten dengan tahapan pembangunanya yaitu: tahun
Cilacap, Provinsi Jawa Tengah seluas 2013 ditargetkan dapat menyelesaikan
1.135,07 hektar atau sebesar 57,60 persen pembangunan akses jalan masuk, tahun 2014
yakni di Kecamatan Dayeuhluhur. Sedang pembebasan lahan bendungan dan tahun 2015
untuk wilayah Jawa Barat meliputi pembangunan konstruksi (Soekotjo, 2013b).
Kecamatan Cilebak, Kabupaten Kuningan Adapun hasil penelitian dan kajian
seluas 41, 26 hektar atau 2,09 persen, menjelasakan tujuan dan manfaat
Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis pembangunan Bendungan Matenggeng, yang
seluas 776,32 hektar atau 33,40 persen dan dibahas dalam Rapat Tim Teknis Penilai
Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis seluas analisis mengenai dampak lingkungan
17,93 hektar atau sebesar 0,91 persen. (AMDAL) Pusat Rencana Pembangunan
Sementara jumlah kepala keluarga (KK) di Bendungan Matenggeng di Wilayah
daerah rencana terendam Bendungan Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah
Matenggeng mencapai 2152 KK terdiri dari dan Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat
1.305 KK di Kecamatan Dayeuhluhur, pada Selasa, 19 Februari 2013. Rapat tersebut
Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, dipimpin oleh Asisten Deputi Kajian Dampak
781 KK di Kecamatan Tambaksari, Lingkungan, Kementerian Lingkungan
Kabupaten Ciamis, 33 KK di Kecamatan Hidup, dengan peserta dari jajaran
Rancah, Kabupaten Ciamis dan 33 KK di pemerintahan sebagai stakeholders dari
Kecamatan Cilebak, Kabupaten Kuningan Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Ciamis
Provinsi Jawa Barat (Soekotjo, 2013a). dan Kabupaten Kuningan, yang menghasilkan
Bendungan Matenggeng sebagai solusi manfaat sebagai berikut: (1) Untuk
persoalan air dan banjir di wilayah Jawa penyediaan air irigasi pertanian di daerah hilir
Tengah di Kabupaten Cilacap Barat serta dan menjamin tersedianya air irigasi untuk
sebagian wilayah Jawa Barat, yang sudah lahan seluas 27.927 hektar di empat
digagas sejak 1969 lalu, bahkan konsultan kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Cilacap,

142
Komunikasi Partisipatif dalam Proses Pembagunan Bendungan Matenggeng Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Waluyo Handoko, Adhi Iman Sulaiman dan Andi Ali Said Akbar

Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, dan Pihak masyarakat di lokasi


Kota Banjar; (2) Menyediakan pasokan air pembangunan Bendungan Matenggeng yang
baku, terutama pada musim kemarau untuk mengalami dampak risiko fisik dan non fisik
pengembangan air baku di empat kecamatan tersebut, harus diakomodir aspirasinya
di Jawa Barat dan Jawa Tengah; (3) (keinginan dan harapannya) dengan
Mengurangi besarnya banjir ke bagian hilir pendekatan yang humanis dan dialogis.
sebesar 65%. Adapun manfaat utamanya bagi Supaya dapat menghindari atau
masyarakat atau penerima manfaat mengantisipasi sejak dini tentang konflik
(benefeciaries) di lingkungan sekitar antara masyarakat dengan masyarakat atau
Bendungan, terutama Kabupaten Cilacap, konflik horisontal dan konflik vertikal antara
Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, dan masyarakat dengan pihak pemerintah. Hal
Kota Banjar dalam bentuk ketersediaan air tersebut sebagaimana menurut Adi (2003)
baku, pengairan (irigasi) dan reduksi debit tidak jarang adanya kelompok-kelompok
banjir (Kurniawan, 2013). dalam komunitas yang melakukan penolakan
Proses pembangunan Bendungan terhadap “pembaharuan” (inovasi) yang tidak
Matenggeng akan memiliki konsekuensi menginginkan perubahan (pembangunan).
dengan adanya pemindahan atau relokasi Pembangunan adalah usaha-usaha yang
dengan segala penghidupan masyarakat di secara sistematis terarah pada pengadaan
desa, baik secara fisik yaitu tempat tinggal perubahan yang senantiasa membawa konflik,
dan semua fasilitas umum serta infrastuktur, maka semestinya setiap usaha pembangunan
maupun non fisik yaitu secara psikologis dan mencakup pula antisipasi atau pengelolaan
sosiologis. konflik (Moeliono et al. 2003).
Proses pembangunan Bendungan Diperlukan suatu usaha bersama dari
Matenggeng dapat ditelaah secara teoretis, semua pihak, baik pemerintah, wakil rakyat,
sebagaimana menurut Alam (2012), masyarakat sendiri, termasuk perguruan
pembangunan yang dilaksanakan harus dapat tinggi secara komprehensif untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat dan mengantisipasi konsekuensi atau risiko dan
ketahanan budaya harus, menjadi agenda permasalahan yang akan terjadi dalam proses
pembangunan yang penting dan strategis pembangunan Bendungan Matenggeng secara
dengan diikuti penetapan atau kebijakan yang partisipatif. Sehingga perlu dan pentingnya
efektif. dilakukan penelitian komunikasi
Melakukan proses pembangunan pembangunan partisipatif sebagai bentuk
kembali beserta penghidupan masyarakat kontribusi nyata dari perguruan tinggi bagi
khususnya di desa, perlu memerhatikan proses pembangunan Bendungan
perinsip-perinsip sebagaimana menurut Matenggeng. Adapun lokasi penelitian untuk
Adisasmita (2006), yaitu: (1) Transparansi tahap pertama di wilayah yang paling besar
(keterbukaan); (2) Partisipatif; (3) Dapat terendam daerahnya, seluas 1.135,07 hektar
dinikmati masyarakat; (4) Dapat atau sebesar 57,60 persen dari luas
dipertanggungjawabkan (akuntabilitas); (5) Bendungan Matenggeng, yaitu desa-desa di
Berkelanjutan (sustainable). Penegasannya Kecamatan Dayeuhluhur yang meliputi Desa
pada pelibatan masyarakat yang seharusnya Dayeuhluhur, Matenggeng, Ciwalen, Bolang,
diajak untuk ikut menentukan visi (wawasan) Kutaagung, Datar, Cijeruk dan Bingkeng
pembangunan masa depan yang lebih baik Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah
menuju kemakmuran yang lebih tinggi. Hal (Soekatjo, 2013).
tersebut dilakukan dengan pendekatan Pada tahap pertama pelaksanaan
multisektoral (holistik) dan partispatif penelitian difokuskan pada dua desa saja
berlandaskan pada semangat kemandirian, yaitu Desa Dayeuhluhur dan Desa
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan Matenggeng. Pertimbangan memilih Desa
dengan pemanfaatan sumberdaya yang serasi Dayeuhluhur adalah sebagai ibukota
dan selaras serta sinergis. Kecamatan Dayeuhluhur dan Desa
Matenggeng sebagai lokasi pusat

143
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 17 No.2, Desember 2014: 141-152

pembangunan bendungan, sehingga kekuatan suara (aspirasi atau opini) yang


dinamakan Bendungan Matenggeng. dipertaruhkan terhadap hambatan struktural
Berdasarkan hal tersebut dapat dibuat untuk mencapai tujuan. Maka upaya
rumusan masalah yaitu bagaimana komunikasi dapat mencakup penjelasan
komunikasi pembangunan partisipatif tentang berbagai modus masyarakat setempat
masyarakat dalam proses pembangunan yang menggunakan komunikasi untuk
Bendungan Matenggeng di Kecamatan membuat makna mengenai pengalaman,
Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, Provinsi tempat tinggal, sejarah, identitas, sumber
Jawa Tengah? Tujuan penelitian untuk daya, dan keterlibatannya di dunia global
mengidentifikasi, menganalisis, dan (Porras dan Steeves, 2009).
merancang model komunikasi pembangunan Dasgupta (2009), mengutip pendapat
partisipatif dalam proses pembangunan Mefalopulos, bahwa komunikasi untuk
Bendungan Matenggeng. Hasil penelitian pembangunan yang menghasilkan partisipasi,
memberikan manfaat akademis untuk dialog, dan penyebaran pengetahuan itu
pengembangan ilmu pengetahuan dan penting. Komunikasi juga dapat membantu
penelitian lanjutan. Manfaat praktis dapat pembangunan dengan mendukung dan
memberikan rekomendasi bagi stakeholders mengadopsi model yang benar-benar
dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan membutuhkan dialog dari kolaborasi antara
publik. semua pemangku kepentingan dan benar-
benar membutuhkan berbagai pengetahuan
sebagai bentuk terbaik dari pendidikan
LANDASAN KONSEP bersama.
Penting dan strategisnya peran
Beberapa tinjauan literatur tentang komunikasi yang tidak bisa dipisahkan dalam
komunikasi pembangunan partisipatif, yang pembangunan, sebagaimana menurut Lubis
relevan dengan penelitian ini. Menurut (2010) bahwa komunikasi berperan untuk
Mardikanto (2010), komunikasi memfasilitasi penemuan (invention) dan
pembangunan dapat diartikan sebagai proses menyebarkan inovasi ke sistem sosial yang
interaksi seluruh pemangku kepentingan lebih luas. Komunikasi sangat bermanfaat
untuk tumbuhnya kesadaran, kemauan, dan untuk pembangunan. Penerapan komunikasi
kemampuan menggerakkan serta untuk pembangunan dan perubahan sosial
mengembangkan partisipasi mereka dalam disebut komunikasi pembangunan
proses perubahan terencana demi perbaikan (Development Communication).
mutu hidup segenap warga masyarakat secara Mikkelsen (2011) mengutip pendapat
berkesinambungan, melalui optimalisasi Jamieson, bahwa pembangunan partisipatif
sumber daya yang dapat dimanfaatkan, mengidentifikasikan adanya dua perspektif
dengan menggunakan teknologi atau yaitu: (1) Pelibatan masyarakat setempat
menerapkan inovasi yang sudah terpilih. dalam pemilihan, perancangan, perencanaan,
Komunikasi dipandang sebagai motor dan pelaksanaan program yang akan
penggerak untuk pelestarian budaya, suatu menentukan mereka, sehingga persepsi, sikap,
perubahan, proyeksi, dan perpaduan semua pemikiran, dan nilai-nilai serta ilmu
perspektif lintas-budaya yang dibutuhkan pengetahuan ikut dipertimbangkan secara
untuk membentuk proses pembangunan dan penuh; (2) Membuat umpan balik (feedback)
struktur masyarakat serta budaya di masa yang pada hakikatnya merupakan bagian tak
depan (Nair dan White, 2004). terlepaskan dari kegiatan pembangunan.
Menurut McPhail (2009), komunikasi Hasim dan Remiswal (2009) mengutip
merupakan hal yang sangat mendasar atau pendapat J. Pretty et al. bahwa pendekatan
fundamental untuk membantu masyarakat pembangunan partisipasi khususnya untuk
mengubah komunitasnya, di mana mereka penguatan kelembagaan masyarakat,
tinggal, khususnya strategi komunikasi yang memiliki proses sebagai berikut: (1) Passive
mampu menginfromasikan dan memperkuat participation. (2) Participation in information

144
Komunikasi Partisipatif dalam Proses Pembagunan Bendungan Matenggeng Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Waluyo Handoko, Adhi Iman Sulaiman dan Andi Ali Said Akbar

giving. (3) Participation by consultation. (4) participation. (7) Self mobilization. Adapun
Participation for material incentives. (5) tahapan partisipasi untuk pengembangan
Functional participation. (6) Interactive komunitas dapat dilihat pada gambar 1.

Sumber: J. Pretty et al (dalam Hasim dan Remiswal 2009).

Gambar 1
Tipologi Partisipasi dalam Pengembangan Komunitas

METODE PENELITIAN Muhammad Darojat, Sunandar Najarudin


Latif, Rahmat Budiyono, dan Dahlan. (2)
Menggunakan metode penelitian Desa Matenggeng informannya yaitu Arsim,
kualitatif studi kasus yang memelajari secara Lili, Artu, Tabir, Caso, Darum, Kasa Raharja,
mendalam fenomena dari realitas dan Karlem, Upang, Karsa, Basuki, Darsih,
interaksi dalam lingkungan suatu unit sosial Suhedi, Rukim, Saefudin, Tursino, dan Rusan
seperti individu, kelembagaan, dan Supriadi
masyarakat (Subyantoro dan Suwarto 2007). Lokasi penelitian tahap pertama ini
Pengumpulan data dengan wawancara, difokuskan pada dua desa dengan
observasi, dan analisis dokumentasi serta pertimbangan, yaitu Desa Dayeuhluhur
focus group discussion (FGD). Menggunakan adalah sebagai ibukota Kecamatan
penentuan informan dengan purposif Dayeuhluhur dan Desa Matenggeng sebagai
sampling (Adisasmita, 2006). Adapun lokasi pusat pembangunan bendungan,
informan yang dipilih adalah para pemangku sehingga dinamakan Bendungan Matenggeng.
kepentingan (stakeholders) di tingkat desa. Penelitian ini menggunakan analisis data
(1) Desa Dayeuhluhur informannya yaitu model interaktif dari Miles dan Huberman
Agus Carwoto, Wartom Suwanto, Hartini, (2007) yang terdiri dari tiga hal utama: (1)
Nenti, Neska, Warkum, Sawabi Ikhsan, Dede Reduksi data, merupakan proses pemilihan,
Hudaepah, Atwar Badarusalam, Sari Hayati, pemusatan, penyederhanaan, dan klasifikasi
Ahmad Tasripin, Wawan Karwan, Sarsa data yang muncul dari catatan-catatan di
Supriyanto, Komarudin, Amir Syarifudin, lapangan, yang berlangsung secara terus-
Taryat, Ruswanto, Iing Supriyatna, Karseno, menerus selama penelitian; (2) Penyajian data
145
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 17 No.2, Desember 2014: 141-152

adalah kumpulan informasi yang tersusun dan Masyarakat menyayangkan cara kerja
memberi kemungkinan adanya penarikan tim pusat yang terkesan tertutup dan
kesimpulan dan pengambilan tindakan; (3) sembunyi-sembunyi. Bahkan terkesan BBWS
Penarikan kesimpulan atau verifikasi, mulai sifatnya hanya informasi bukan sosialisasi
dari mencari, mencatat keteraturan, pola-pola, karena tidak ada dialog sama sekali.
penjelasan, konfigurasi yang utuh, tinjauan Akibatnya ada beberapa isu penting yang
ulang pada catatan lapangan, dan tukar pemahamannya simpangsiur sebagai contoh
pikiran di antara teman sejawat untuk tawaran harga dari BBWS dengan harga yang
mengembangkan kesepakatan intersubjektif. sangat murah dari harapan rakyat. Mereka
tidak tahu darimana muncul hitungan aset
versi pemerintah seperti itu dan mereka juga
HASIL PENELITIAN DAN tidak memahami logika kami mengajukan
PEMBAHASAN nilai aset yang berbeda. Menurut pemerintah
desa terdapat tim penilai yang terdiri dari: (a)
Tahapan proses penelitian ini adalah Pemda Cilacap; (b) Dinas Pekerjaan Umum,
sebagai berikut: (1) Studi pendahuluan (c) Amdal; (d) Pengelolaan Sumber Daya Air
dengan kajian literatur terhadap hasil riset, (PSDA); (e) Perencanaan Pembangunan
jurnal, buku teks, dan media massa. Nasional (Pertanahan); (f) BBWS Citandeuy;
Kemudian melakukan diskusi ilmiah dengan (g) Dinas Peternakan.
teman sejawat dan praktisi serta menyusun Pada tahun 2013 mulai fokus sosialisasi
proposal penelitian antara bulan Agustus ke warga khususnya di Desa Matenggeng dan
2013 sampai Maret 2014. (2) Melakukan Kecamatan Dayeuhluhur pada umumnya
pembukaan akses, pendekatan, observasi ke terutama rencana pembukaan akses jalan
lapangan dan melaksanakan penelitian di menuju lokasi proyek. Jalan akses menuju
lokasi antara bulan Juni dan Juli 2014. (3) proyek panjanganya 20 Km yang melewati
Melakukan FGD dengan praktisi dan ahli, lokasi tanah negara (dalam pengelolaaan
pengolahan dan analisis data, serta menyusun PTPN IX) dan masyarakat. Dalam rencana
laporan penelitian pada Juli sampai Oktober proyek ini seharusnya pembebasan tanah
2014. untuk akses dilakukan tahun 2013 dan
pengerjaan pembuatan akses tahun 2014.
Proses Sosialisasi Pembangunan Tahap selanjutnya adalah penetapan lokasi.
Bendungan Matenggeng Menurut rencana seharusnya tahun ini sudah
dilakukan penentuan pembebasan tanah akses
Sejak tahun 1976 gagasan proyek ini
jalan sejauh 20 Km. Tahun 2014 adalah tahap
sudah diketahui warga. Asal usul ide
pembebasan lahan di lokasi proyek beserta
pendirian waduk ini sudah ada sejak zaman
kesepakatan ganti untung yang dijanjikan
kolonial Belanda sehingga secara kultur dan
pemerintah.
turun temurun berita proyek ini sudah
Namun kenyataanya, target tahun 2013
dipahami oleh warga. Begitu pula ketika
tidak tercapai. Pembebasan lahan tersendat
rencana proyek ini mulai digulirkan sejak
terutama tanah warga yang tak kunjung
tahun 2012 oleh pemerintah pusat, maka
menemui kesepakatan. Pemerintah baru
harapan dan penasaran warga akan realisasi
berhasil bersepakat pembebasan lahan
proyek ini semakin tinggi. Wargapun pada
Perhutani. Hal ini sangat lumrah karena
dasarnya sudah menyepakati proyek ini
sebagai BUMN yang dimiliki pemerintah
mengingat manfaat yang diberikan juga besar.
maka negosiasi pembebasannya tidak sulit
Masalah krusial dalam tahapan
karena lahan sudah otomatis milik negara.
selanjutnya adalah proses pembebasan lahan
Berbeda dengan tanah warga sebagai hak
yang lebih menyangkut keadilan dan
milik pribadi. Munculnya harga dua juta per
kewajaran nilai aset warga terdampak.
meter di Desa Matenggeng adalah salah satu
Khusus di Desa Matengeng terdapat 637 KK
masalah berat tersebut. Warga menyebut tim
atau 2000 jiwa yang harus pindah tetapi
pusat memilih bergerak diam-diam untuk
dalam desa yang sama.

146
Komunikasi Partisipatif dalam Proses Pembagunan Bendungan Matenggeng Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Waluyo Handoko, Adhi Iman Sulaiman dan Andi Ali Said Akbar

mengetahui nilai real aset warga terdampak. Desa Matengeng berkeras mengambil sikap
Pemerintah menghindar membicarakannya bahwa siapapun yang menjadi pelaksana
dalam forum terbuka dan partisipatif. Warga proyek tidak akan diberi izin oleh warga jika
menginginkan sosialisasi, harus bersifat tidak ada kejelasan dan kesepakatan syarat-
terbuka untuk seluruh warga terdampak syaratnya. Supaya memenuhi rasa keadilan
bukan hanya pemerintah desa dan tokoh dan menguntungkan warga yang terdampak,
masyarakat. Hal ini penting karena mengakomodir lapangan kerja bagi warga
menghindari konflik antarwarga dan setempat di lokasi proyek, kemudian proses
menghindari munculnya kelompok calo yang perumusan kesepakatan itu harus melibatkan
mengklaim aspirasi warga dan memprovokasi pemerintah desa.
pemerintah.
Pemerintah desa menyesalkan ketika Proses Pembebasan Lahan
tim ini terbentuk hingga saat ini tidak ada Proses pembebasan terhadap lahan
surat keputusan yang menyatakan keterlibatan warga akan mengacu pada Peraturan Menteri
resmi pemerintah desa dalam tim penilai aset Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2009,
warga dampak proyek ini. Mengapa tentang Rekayasa Sosial Bendungan dengan
dipandang penting adanya wakil desa yang beberapa rincian prinsip. Memrakarsai dan
terlibat resmi dalam tim pembebasan lahan? memfasilitasi pembentukan forum rembuk
Karena warga memiliki pengalaman buruk masyarakat yang terdiri dari tokoh
ketika ada enam orang yang bertindak sebagai masyarakat baik formal maupun informal.
calo tanah ketika proyek ini digerakkan. Kelompok-kelompok masyarakat dan
Sekarang warga berhati-hati terhadap masyarakat yang terkena dampak langsung
kemungkinan kejadian serupa. Keenam orang untuk membahas: (1) Sosialisasi tata letak
tersebut sudah diberi sanksi yakni dipecat dari bendungan dan wilayah genangan bendungan,
kantornya. Persoalan ini yang merisaukan pembebasan lahan dan pemindahan
bagi pemeritnah desa terutama dalam
penduduk. Setelah melakukan musyawarah
mengawal aspirasi desa dalam pembuatan membahas tata letak dan wilayah genangan
keputusan di tingkat tim penilai tadi. Selain bendungan tercapai kesepakatan dan
itu warga juga telah membuat pernyataan pembangunan fisik. (2) Musyawarah dalam
permohonan mengenai berbagai kebijakan hal membahas ganti untung akan dilakukan
lanjutan yang harus diakomodir bagi warga secara intensif. Hal ini dikarenakan untuk
yang terdampak proyek ini. Ada delapan
mendapatkan kesepakatan di dalam penetapan
tuntutan yang tertuang dalam surat atas nama nilai ganti untung tidak dapat dilakukan
pemerintah desa yang ditujukan kepada dengan hanya sekali pertemuan rembuk.
pemerintah kabupaten, provinsi, dan Masyarakat akan memahami dan memiliki
pemerintah pusat. komitmen menyukseskan program ini jika
Terhitung sejak tahun 2012 sampai dilakukan dialog yang rutin dan mendalam.
2014 sudah 12 kali tim pusat datang ke lokasi Menurut Kepala Bidang Pengelolaan
mengurus proyek ini. Adapun beberapa Sumber Daya Air Dinas Bina Marga SDA
agendanya: (a) Penetapan lokasi. (b) dan ESDM, Saeful Hidayat, bahwa proses
Sertifikasi lokasi. (c) Bentuk ganti rugi pembebasan lahan ini justru jauh dari rencana
(untung). Pemerintah kecamatan dan desa proyek. Sebagaimana dikutip berita,
selalu berada pada posisi dilematis karena pemerintah menyatakan proyek ini dipastikan
selalu mudah dituduh perpanjangan tangan tidak dapat berjalan sesuai jadwal karena
pemerintah pusat bukan bagian dari antara masyarakat dan pemerintah belum
perjuangan warga. Isu-isu miring bahwa dana menemukan kesepakatan nilai ganti untung
sudah diberikan kepada kades dan camat tanah. Harga yang ditawarkan warga tiga kali
karena telah ada kesepakatan. Ini yang lipat dari nilai taksiran tim penilai
membuat aparatur terbebani membicarakan pemerintah. Berhubung tidak ditemukannya
proyek ini jika tidak didukung kejelasan sikap kata sepakat maka dalam batas waktu yang
dari pemerintah daerah dan pusat. Warga
telah ditentukan dana yang telah disiapkan

147
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 17 No.2, Desember 2014: 141-152

pemerintah pusat dikembalikan ke kas negara. itu telah dituangkan dalam pernyataan sikap
Mengingat dana tersebut dianggarkan pada resmi warga kepada pemerintah. Salah satu
APBN 2013. yang diminta warga adalah adanya akomodasi
dan perlindungan bagi warga agar mudah
Deskripsi Pemberdayaan Ekonomi membuka usaha di sekitar waduk nantinya.
Masyarakat Jika waduk menjadi lokasi wisata alam dan
kuliner maka warga terdampak yang
Terdapat beberapa usulan warga
diutamakan membuka usaha seperti itu di
terdampak dalam mengembalikan dan
sekitar waduk.
meningkatkan kesejahteraan mereka terutama
ketika proyek ini telah berjalan. Poin tuntutan

Tabel 1
Matrik Identifikasi dan Analisis Hasil Penelitian
No Identifikasi Masalah Potensi Analisis Solusi
1. Hanya sebagian masyarakat (1) Masyarakat sebetulnya sudah Memerlukan kegiatan sosialisasi secara
saja yang mengetahui adanya mengetahui cerita/informasi akan komprehensif dan intensif serta konkrit
rencana pembangunan adanya pembangunan Bendungan tentang proses pembangunan Bendungan
Bendungan Matenggeng matenggeng secara turun temurun Matenggeng yang difasilitasi oleh
terutama yang terkena dari orang tuanya. pemerintah desa, kecamatan dan
dampak relokasi lahan (2) Proses sosialisasi bisa saja kabupaten.
pertanian, rumah, dan tanah. dilakukan oleh desa, kadus, RW dan
RT baik melalui pertemuan rutin
ataupun informal.
2. Masih belum adanya (1) Masyarakat sebetulnya sudah (1) Mengagendakan pelaksanaan kegiatan
kesepakatan harga siap/bersedia dan menunggu dialog terbuka antara masyarakat dengan
penggantian lahan pertanian, kepastian untuk negosiasi atau dialog pihak terkait yang difasilitasi oleh
rumah dan tanah terutama tentang kesepakatan harga dengan pemerintah desa, kecamatan dan
dengan desa tetangga. prinsip ganti untung bukan ganti rugi. kabupaten.
Berlarut-larutnya proses (2) Masyarakat Desa Dayeuhluhur (2) Khususnya pihak terkait harus
pembangunan Bendungan sebetulnya siap dengan harga proaktif melakukan agenda dialog.
Matenggeng. penggantian yang lebih (3) Membentuk tim negosiator di tingkat
rasional/rendah atau tidak berlebihan. desa untuk memediasi dengan desa lain
Tinggal mengakomodir usulan dan atau pemerintah dan menjadi sumber
kesepakatan dengan desa lainnya. informasi bagi warga masyarakat.
3. Potensi konflik terselubung (1) Masyarakat sudah membuka diri (1) Mengagendakan pelaksanaan kegiatan
dan konflik terbuka atas untuk siap dan menunggu untuk dialog terbuka antara masyarakat dengan
kecurigaan dana penggantian berdialog membahas permasalahan pihak terkait yang difasilitasi oleh
yang tidak ransparan atau penggantian lahan. pemerintah desa, kecamatan dan
masuk ke rekening kepala (2) Mayarakat menahan diri dan kabupaten.
desa dan kepala kecamatan. belum sepenuhnya percaya terhadap (2) Membentuk tim negosiator resmi di
rumor/isu dana masuk ke rekening tingkat desa untuk memediasi dengan
kepala desa atau kepala kecamatan. desa lain atau pemerintah dan menjadi
sumber informasi bagi warga masyarakat.
4. Masyarakat sudah apriori, (1) Masyarakat sebetulnya sudah (1) Perlu adanya pendekatan khusus yang
menaruh kecurigaan dan siap/bersedia dan menunggu persuatif kepada para pemangku
cenderung emosional (kesal) kepastian untuk negosiasi/dialog kepentingan
atas berlarutnya proses tentang kesepakatan harga dengan (2) Membentuk Forum dialogis
negosiasi dan ketidakpastian prinsip ganti untung bukan ganti rugi Sarasehan yang bersifat informal untuk
harga ganti untung. (2) Masyarakat Desa Dayeuhluhur menyepakati ganti untung dilakukan
sebetulnya siap dengan harga secara bertahap, Supaya ada kesepakatan
penggantian yang lebih bersama tentang harga ganti untung
rasional/rendah atau tidak berlebihan. kompak dan bisa menjadi win win
Tinggal mengakomodir dengan desa solution atau semua untung tidak ada
lainnya. yang dirugikan antara pemerintah dan
pihak masyarakat.
5. Belum terjalin komunikasi, (1) Ada delapan desa yang terkena (1) Mengagendakan pelaksanaan kegiatan
koordinasi dan kekompakan dampak pembangunan bisa dialog terbuka antara masyarakat dengan

148
Komunikasi Partisipatif dalam Proses Pembagunan Bendungan Matenggeng Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Waluyo Handoko, Adhi Iman Sulaiman dan Andi Ali Said Akbar

No Identifikasi Masalah Potensi Analisis Solusi


antardesa di Dayeuhluhur. diakomodir usulan untuk diambil) pihak terkait yang difasilitasi oleh
kemufakatan bersama. pemerintah desa, kecamatan dan
(2 Masyarakat sudah sangat terbuka, kabupaten.
siap, menunggu dan menyetujui (2) Membentuk tim mediasi resmi di
adanya pembangunan Bendungan tingkat desa untuk memediasi dengan
Matenggeng. desa lain atau pemerintah.
6. Belum ada kepastian realisasi Masyarakat sebetulnya sudah (1) Mengagendakan pelaksanaan kegiatan
proses pembangunan siap/bersedia dan menunggu dialog terbuka antara masyarakat dengan
Bendungan Matenggeng. kepastian untuk negosiasi/dialog pihak terkait yang difasilitasi oleh
tentang kesepakatan harga dengan pemerintah desa, kecamatan dan
prinsip ganti untung . kabupaten.
(2) Pihak terkait harus proaktif
melakukan agenda dialog.
(3) Membentuk tim mediasi independen
untuk memediasi antar desa dan dengan
pemerintah serta menjadi sumber
informasi bagi warga masyarakat.
Sumber : Analisis Hasil Penelitian

Gambar 2
Model Komunikasi Partisipatif

149
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 17 No.2, Desember 2014: 141-152

Warga juga mengritik cara pemerintah Lingkungan, Kementerian Lingkungan


menilai aset mereka terutama tanaman Hidup, dengan peserta dari jajaran
perkebunan seperti pohon karet, manggis, pemerintahan sebagai stakeholders dari
petai, kelapa. Warga meminta bukan hanya Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Ciamis
tanahnya yang dinilai tetapi juga tanaman dan Kabupaten Kuningan, yang menghasilkan
yang tumbuh di atasnya. Mengingat tanaman manfaat sebagai berikut: (i) Untuk
tersebut adalah investasi jangka panjang penyediaan air irigasi pertanian di daerah hilir
dengan nilai ekonomi yang tinggi. Sebagai dan menjamin tersedianya air irigasi untuk
contoh: tanaman karet butuh dipelihara empat lahan seluas 27.927 ha di empat
sampai lima tahun baru dapat dipetik hasilnya kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Cilacap,
dengan nilai jutaan setiap kali panen. Begitu Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, dan
pula manggis dan petai, hasil panennya mahal Kota Banjar; (ii) Menyediakan pasokan air
dan usia tanamanya lama. Jika semua ini baku, terutama pada musim kemarau untuk
tidak dihitung warga pasti sangat dirugikan. pengembangan air baku di empat kecamatan
Contoh usulan warga mengusulkan manggis di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa
Rp700.000/pohon. Warga juga meminta Tengah; (iii) Mengurangi besarnya banjir ke
pelatihan dan bantuan modal usaha perikanan bagian hilir sebesar 65%. Adapun manfaat
air tawar yang ada di waduk. utamanya bagi masyarakat atau penerima
Hal tersebut dapat diilustrasikan pada manfaat (benefeciaries) di lingkunagan
model komunikasi partisipatif masyarakat sekitar Bendungan, terutama Kabupaten
dalam pembangunan Bendungan Matenggeng Cilacap, Kabupaten Ciamis, Kabupaten
seperti pada gambar 2. Kuningan, dan Kota Banjar dalam bentuk
ketersediaan air baku, pengairan (irigasi), dan
reduksi debit banjir.
PENUTUP Masyarakat sudah sejak lama
mengetahui adanya rencana pembangunan
Simpulan Bendungan Matenggeng yang informasinya
Bendungan Matenggeng sebagai solusi didapatkan dari orang tua sejak tahun 1960-
persoalan air dan banjir di wilayah Jawa an. Kemudian proses realisasi pembangunan
Tengah, Kabupaten Cilacap Barat serta Bendungan Matenggeng mulai tahun 2013
sebagian wilayah Jabar, yang sudah digagas dan sudah mengetahui fungsi dan
sejak 1969 lalu, bahkan konsultan dari kemanfaatan Bendungan Matenggeng yaitu
Amerika Serikat telah dua kali melaksanakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air
survei terhadap rencana pembangunan (PLTA), irigasi pertanian dan objek
Bendungan Matenggeng yakni pada 1969 dan pariwisata serta perkembangan usaha
1989, namun belum ada kelanjutan. Akhirnya perikanan.
direalisasikan kembali dengan masuk pada Sebagian mayarakat terutama aparat
Masterplan P3EI 2011-2025 dan tahun 2013 desa sudah mendapat sosialisasi tentang
sedang dirancang perjanjian kerjasama antara proses pembangunan Bendungan
Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, Matenggeng. Masyarakat setuju dengan
Kabupaten Ciamis, dan Kabupaten Kuningan, adanya pembangunan Bendungan
Provinsi Jawa Barat terkait komitmen Matenggeng yang akan mendatangkan dan
pembebasan lahan dan pembagian (sharing) meningkatkan kesejahteraan bagi warga
pendanaan anggaran Bendungan Matenggeng, masyarakat. Kemudian masyarakat sudah
dibahas dalam Rapat Tim Teknis Penilai menunggu realisasi proses pembangunan
analisis mengenai dampak lingkungan Bendungan Matenggeng dan mengharapkan
(AMDAL) Pusat Rencana Pembangunan secepatnya di bangun dan siap menunggu
Bendungan Matenggeng di Wilayah untuk berdialog atau negosiasi ulang tentang
Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah realisasi proses penggantian lahan untuk
dan Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat pembangunan Bendungan Matenggeng.
pada, Selasa 19 Februari 2013. Rapat tersebut
dipimpin oleh Asisten Deputi Kajian Dampak
150
Komunikasi Partisipatif dalam Proses Pembagunan Bendungan Matenggeng Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Waluyo Handoko, Adhi Iman Sulaiman dan Andi Ali Said Akbar

Berdasarkan hasil telaah komunikasi Praktis. Jakarta: Fakultas Ekonomi


pembangunan partisipatif, bahwa masyarakat Universitas Indonesia.
merasa cemas dan khawatir akan Adisasmita, R. (2006). Membangun Desa
ketidakpastian realisasi proses pembangunan Partisipatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bendungan Matenggeng. Sehingga Dasgupta, S. (2009). Sonagachi Project: A
masyarakat tidak berani untuk membangun Case-Study Set India. McPhail TL,
atau merenovasi tempat tingggal atau editor. Development Communication:
mengolah lagi lahan usaha pertanian dan Reframing The Role of Media. Malden
perkebunananya, karena khawatir tergusur (US), Oxford (GB): Blackwell
proses pembangunan bendungan. Publishing Ltd.
Hasim dan Remiswal. (2009). Community
Saran Development Berbasis Ekosistem:
Sebuah Alternatif Pengembangan
Perlu segera ditindaklanjuti kepastian
Masyarakat. Jakarta: Diadit Media.
pembangunan bendungan Matenggeng supaya
Mardikanto, T. (2010). Komunikasi
tidak menciptakan kebingungan dan
Pembangunan : Acuan Bagi Akademisi,
kekhawatiran khususnya bagi masyarakat
Praktisi, dan Peminat Komunikasi
yang terkena dampak langsung atas lahan,
Pembangunan. Surakarta (ID): UPT
tanah, rumah, dan sumber penghasilan dengan
Penerbitan dan Pencetakan UNS Pr.
melakukan komunikasi pembangunan
Lubis, D. (2010). Komunikasi dan
partisipatif antara pihak pemerintah dan
Pembangunan. Di dalam : Hubeis AVS,
masyarakat untuk membahas proses
editor. Dasar-Dasar Komunikasi.
pembangunan dan ganti untung yang
Bogor (ID): Sains KPM IPB Pr.
disepakati bersama.
McPhail, T.L. (2009). United Nations and
Pemerintah perlu lebih pro aktif
Specialized Agencies. McPhail TL,
melakukan komunikasi pembangunan
editor. Development Communication:
partisipatif yang lebih humanis dan kooperatif
Reframing The Role of Media. Malden
dengan membuat agenda pertemuan atau
(US), Oxford (GB): Blackwell
dialog dengan warga masyarakat secara
Publishing Ltd.
terbuka dan harmonis.
Miles MB, Huberman AM. (2007). Analisis
Model komunikasi pembangunan
Data Kualitatif. Rohidi TR,
partisipatif dengan membentuk Forum Dialog
penerjemah. Jakarta (ID): UI Press.
Sarasehan yang bersifat informal yang
Terjemahan: Qualitative Data Analysis.
berbasis pendekatan sosial budaya dari
Mikkelsen, B. (2011). Metode Penelitian
masyarakat Dayeuhluhur, komunikasi yang
Partisipatoris dan Upaya
dialogis dan terbuka. Hal ini diperlukan
Pemberdayaan : Panduan Bagi Praktisi
supaya proses negosiasi dan dialog antara
Lapangan. Jakarta: Yayasan Obor
masyarakat dan pemerintah tidak dalam
Indonesia.
situasi berhadapan atau dominan nuansa
Moeliono, Ilya. (2003). Memadukan
perselisihan atau konflik kepentingan. Tetapi
Kepentingan Memenangkan Kehidupan,
dialog diselenggarakan dengan penuh
buku acuan Metodologi Pengelolaan
kekeluargaan dan musyawarah.
Sengketa Sumberdaya Alam. Bandung:
Driyamedia.
Nair, K.S dan White, S.A. (2004).
DAFTAR PUSTAKA
Participatory Development as Cultural
Renewal. White SA, Nair KS, Ascroft J,
Buku: editor. Participatory Communication:
Adi, I.R. (2003). Pembardayaan, Working for Change and Development.
Pengembangan Masyarakat New Delhi (IN), Thousand Oaks (US),
danIntervensi Komunikasi: Pengantar London (GB): Sage Publication.
pada Pemikiran dan Pendekatan

151
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 17 No.2, Desember 2014: 141-152

Porras, L.E dan Steeves, H.L. (2009). Internet:


Feminism in a Post-Development Age : Soekotjo, Tri Susilo. (2013a). Gubernur
McPhail, Thomas L, editor. Jateng Temui Warga Matenggeng,
Development Communication: Terkait Pembangunan Waduk. Tersedia
Reframing The Role of The Media. dalam <http://www.cilacapkab.go.id>,
Malden (US), Oxford (GB): Blackwell diakses 4 Maret 2013.
Publishing Ltd. -------------------------. (2013b). Bendung
Subyantoro A dan Suwanto FX. (2007). Matenggeng Mulai Dibangun Tahun
Metode Penelitian dan Teknik ini.Tersedia dalam
Penelitian Sosial. Yogyakarta: Penerbit <http://www.suaramerdeka.com>,
Andi. diakses 26 Februari 2013.
Kurniawan, Herly. (2013). Rencana
Jurnal: Pembangunan Bendungan Matenggeng
Alam, A, Syamsu. (2012). Analisis Kebijakan Di Cilacap dan Ciamis untuk
Sosial di Perkotaan sebagai Sebuah Mendukung Sektor Pertanian. Tersedia
Kajian Implementatif. Jurnal Ilmiah dalam <http://ditjenbun.deptan.go.id>,
Ilmu Pemerintahan. Vol 1. No 3, Juni diakses 25 Februari 2013.
2012, hal. 78-92.

152

You might also like