Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Economic growth is directly proportional to the electrical power system availability
requirements. The consequence of the addition of electric power, necessary to increase
the capacity (uprating) and the addition of new installations to meet the demands / needs of
the electric power. But adding additional capacity or new installation is not easy, given the
various constraints and no small investment. In the Java-Bali power system, there are
some particular subsystem Cibatu distribution equipment installation (transformer / IBT and
conductor) with the condition that no longer meet the criteria for N-1 or in other words, the
assignment has been above 60%. This means that if one of the IBT or impaired conductor /
conductor trip the IBT or the other will experience more load / Overload (above the nominal
rating). To avoid that implemented an operating strategy, namely Overload Sheding
Strategy (OLS). This strategy aims to secure the equipment from the loading more and
avoid the risk of widespread blackouts in a way that partially extinguish automatically load
with a load arranged. Overload Shedding Scheme (OLS) using overload relay (Over Load
Relay) which, in principle, to detect the presence of more current flowing in the transformer
/ IBT and the Transmission. Over Load Shedding (OLS) at setting 1.1 x Nominal currents
lower than the setting Overcurrent relays (OCR) to 1.2 x Current Nominal setting but with
different time characteristics, which overcurrent relays (OCR) works with the characteristics
Inverse standard (SI) and Over Load Shedding relays work with definite characteristics.
With the target at GI Rengasdengklok one transformer 60 MVA so that before the ols is
installed the load is off 63.18 MW and after the installed OLS load is off 18.84 MW
.
Keywords : Transformator, Transmision, N-1, OLS, OCR
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan kebutuhan ketersediaan sistem tenaga
listrik. Konsekuensi dari Penambahan daya listrik, perlu dilakukan penambahan kapasitas
(uprating) maupun penambahan instalasi baru untuk memenuhi permintaan/kebutuhan
daya listrik tersebut. Namun penambahan kapasitas maupun penambahan instalasi baru
tidaklah mudah, mengingat berbagai kendala dan investasi yang tidak sedikit. Di sistem
tenaga listrik Jawa Bali, khususnya subsistem Cibatu 3-4 terdapat beberapa peralatan
instalasi penyaluran (trafo/IBT maupun penghantar) dengan kondisi yang sudah tidak
memenuhi kriteria N-1 atau dengan kata lain pembebanannya sudah diatas 60%. Artinya
bila salah satu IBT atau penghantar tersebut mengalami gangguan/trip maka IBT atau
penghantar yang satunya akan mengalami pembebanan lebih/Overload (diatas rating
nominalnya). Untuk mengindari hal tersebut diterapkan suatu strategi operasi, yaitu
Strategi Overload Sheding (OLS). Strategi ini bertujuan untuk mengamankan peralatan
dari pembebanan lebih serta menghindari resiko pemadaman yang luas dengan cara
memadamkan sebagian beban secara otomatis dengan beban yang diatur sedemikian
rupa. Skema Overload Shedding (OLS) menggunakan relai beban lebih (Over Load Relai)
yang pada prinsipnya mendeteksi adanya arus lebih yang mengalir pada
Transformator/IBT maupun Transmisi tersebut. Over Load Shedding (OLS) di setting 1,1 x
Arus Nominal yang lebih rendah dari setting relai Arus Lebih (OCR) dengan setting 1,2 x
Arus Nominal tetapi dengan karakteristik waktu yang berbeda, dimana relai arus lebih
(OCR) bekerja dengan karakteristik Standar Inverse (SI) dan relai Over Load Shedding
bekerja dengan karakteristik Definite. Dengan target di GI Rengasdengklok trafo satu 60
MVA sehingga sebelum ols terpasang beban padam 63,18 MW dan sesudah terpasang
OLS beban padam 18,84 MW.
0.14
t= 0,25 T(610/528)0.02 - 1 = 12.1 detik
0.14
t= 0,25 T(620/528)0.02 - 1 = 10.8 detik
0.14
t= 0,25 T(630/528)0.02 - 1 = 9.8 detik
Dari tabel 4.3 menunjukan fluktuasi
beban perjam di hari senin. Pada pukul 19:00
WIB beban pada Trafo 1, Trafo 2, Trafo 3 &
Trafo 4 menunjukan angka Nol yang berarti
sedang mengalami gangguan padam total
atau hilang tegangan. Berikut tampilan dalam
bentuk grafik :
Dari tabel 4.4 menunjukan fluktuasi
beban perjam di hari senin. Pada pukul 18:00
WIB beban pada Trafo 1 menunjukan angka
Nol yang berarti sedang mengalami
Gambar 4.3 Grafik beban sebelum gangguan padam, sedangkan Trafo 2, Trafo
ols terpasang 3 & Trafo 4 masih menunjukan nilai beban.
Berikut tampilan dalam bentuk grafik :
63.180.000w
= = 2148,2 Ampere V. SIMPULAN DAN SARAN
1.73 x 20.000v x 0,85
Simpulan
10
t = 10 menit = = 0,16 Kemampuan I nominal
60
penghantar GI Kosambi baru
• Rengsdengklok yaitu 440 A, sehingga
kWh = I x V x cos φ x 3 x t
untuk setting relay OLS 1,1 x I
= 2148,2 ampere x 20 kv x 0,85 x nominal penghantar (440 A) = 484 A
= 1,7320 x 0,16 Jam dan OCR 1,2 x I nominal penghantar
= 10120,2 kWh (440 A) = 528 A. agar penyaluran
tenaga listrik pada penghantar lebih
Jika 1 kWh = Rp.1034 optimal.
= 10120,2 kWh x Rp. 1034 • Penerapan starategi Overload
= Rp. 10.464.286,8 shedding (OLS) diperlukan untuk
mengamankan peralatan listrik baik
• Sesudah OLS Terpasang trafo maupun penghantar (yang
dioperasikan paralel) dari
Diketahui : pembebanan lebih, sebelum OLS
Beban Trafo 1 = 18,84 MW terpasang beban padam 63,18 MW
=18,84MWx 1.000.000MW dan setelah terpasang OLS 18,84
= 18.840.000 Watt MW.
DAFTAR PUSTAKA
Sedarmayanti,Syarifudin
Hidayat. 2011. Metodologi Penelitian.
Bandung : CV. Mandar Maju.