You are on page 1of 15

ANALISIS LAJU INFILTRASI DI DAERAH RAWAN BANJIR KOTA BALIKPAPAN

MENGGUNAKAN ALAT DOUBLE RING INFILTROMETER

Abdul Malik
Sunarno, Mariatul Kiptiah
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Balikpapan Abdulmalikr170@gmail.com

Info Artikel Abstract


Construction of construction buildings made of concrete causes reduced infiltration of rainwater into
Keywords: Double Ring Infiltrometer, the ground and will increase the volume of surface run off which causes the infiltration of rainwater
Infiltration Rate, Moisture into the ground to be disturbed, causing puddles around which will disturb the activities of local
Content, USCS Method Soil residents, and can even damage waterways. because the water discharge exceeds the channel capacity.
Classification and Land Cover. This research was conducted to determine the value of the infiltration rate, moisture content, soil
classification and land cover at the locations of Jalan Mt Haryono Dalam (bjbj) and Jalan Mt Haryono
(global). The measurement of the infiltation rate uses a double ring infiltrometer which is planted into
the soil and then filled with water to a predetermined limit. Observation of water level decline is
measured at intervals of 5, 10, 15, 20, 25, and 30 minutes. This measurement is done by sticking and
digging.
The results showed that the infiltration rate on JL MT Haryono Dalam (BJBJ) by plugging it was f = 0.2
+ (`10 – 0.2) 𝟐. 𝟕𝟏𝟖−𝟎.𝟒𝟔𝟒 by digging, namely f = 0.2 + (`11.3 – 0.2) 𝟐. 𝟕𝟏𝟖−𝟎.𝟒𝟔𝟔 on JL MT Haryono
(Global Sport Center) by plugging it, namely f = 0.2 + (`12.3 – 0.2) 𝟐. 𝟕𝟏𝟖−𝟎.𝟒𝟏𝟎 and by digging it, f = 0.2
+ (`13.8 – 0.2) 𝟐. 𝟕𝟏𝟖−𝟎.𝟑𝟗𝟑. The value of water content on JL MT Haryono Dalam (BJBJ) is 13.72% and
13.62% at the location of JL MT Haryono (globa Sport Center), the water content values are 16.44% and
16.86%. On JL MT Haryono Dalam (BJBJ) and JL MT Haryono (Global Sport Center) it can be
classified as SP which is poorly graded sand, gravel sand, containing little or no fine grains. Symbol (S)
is the prefix symbol for the category of soil type in the form of sand, and symbol (P) is the suffix symbol
used to determine whether the subgroups have good or bad grade in the USCS soil classification system.
The type of land cover is the type of gravel and grass which means it has a high risk of infiltration rate.

Abstrak
Kata kunci: Double Ring Infiltrometer, Laju Pembangunan bangunan kontruksi yang terbuat dari beton menyebabkan berkurangnya resapan air
Infiltrasi, Kadar Air, hujan kedalam tanah dan akan meningkatkan volume aliran permukaan (surface run off) yang
Klasifikasi Tanah Metode menyebabkan resapan air hujan kedalam tanah akan terganggu, menimbulkan genangan disekitar
USCS Dan Tutupan Lahan. yang akan mengganggu aktivitas warga sekitar, bahkan dapat merusak saluran air karena terlalu
besarnya debit air yg melebihi kapasitar saluran.
Penelitian ini dilakuan untuk mengetahui nilai laju infiltrasi, kadar air, klasifikasi tanah, dan
tutupan lahan di lokasi Jalan Mt Haryono Dalam (bjbj) Dan Jalan Mt Haryono (global) . Pengukuran
laju infiltasi ini menggunakan alat double ring infiltrometer yang ditanam kedalam tanah lalu di isi
air sampai batas yang telah ditentukan. Pengamatan penurunan muka air diukur tiap selang waktu
5, 10, 15, 20, 25, hingga 30 ment. Pengukuran ini dilakukan dengan cara ditancap dan digali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju infiltrasi pada JL MT Haryono Dalam (BJBJ) dengan cara
ditancap yaitu f = 0.2 + (`10 – 0.2) 𝟐. 𝟕𝟏𝟖−𝟎.𝟒𝟔𝟒 dengan cara di gali yaitu f = 0.2 + (`11.3 –
0.2)
𝟐. 𝟕𝟏𝟖−𝟎.𝟒𝟔𝟔 pada JL MT Haryono (Global Sport Center) dengan cara ditancap yaitu f = 0.2 + (`12.3
– 0.2) 𝟐. 𝟕𝟏𝟖−𝟎.𝟒𝟏𝟎 dan dengan cara di gali yaitu f = 0.2 + (`13.8 – 0.2) 𝟐. 𝟕𝟏𝟖−𝟎.𝟑𝟗𝟑 . Nilai kadar air
pada JL MT Haryono Dalam (BJBJ) sebesar 13.72% dan 13,62% pada lokasi JL MT Haryono
(Global Sport Center) nilai kadar air sebesar 16.44% dan 16.86%. Pada JL MT Haryono Dalam
(BJBJ) dan Jalan Mt Haryono (Global) dapat diklasifikasikan sebagai SP yang merupakan pasir
bergradasi buruk, pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus. Simbol
( S ) merupakan prefiks simbol awalan untuk kategori jenis tanah berupa pasir, dan simbol ( P )
merupakan sufiks simbol yang dipakai untuk menentukan sub kelompok apakah tanahnya
bergradasi baik atau buruk pada system klasifikasi tanah USCS. Jenis tutupan lahan yaitu jenis
kerikil dan rumput-rumputan yang berarti memiliki resiko laju infiltrasi yang tinggi.
1. Pendahuluan menyebabkan berkurangnya resapan air hujan kedalam
1.1 Latar Belakang tanah dan akan meningkatkan volume aliran permukaan
(surface run off) yang menyebabkan resapan air hujan
Pesatnya perkembangan pembangunan konstruksi di Kota kedalam tanah akan terganggu, menimbulkan genangan
Balikpapan akan meningkatkan pertumbuhan penduduk, disekitar yang akan mengganggu aktivitas warga sekitar,
pertumbuhan ekonomi dan perkembangan pariswisata. bahkan dapat merusak saluran air karna terlalu besarnya
Pembangunan bangunan kontruksi yang terbuat dari beton debit air yg melebihi kapasitar saluran. Dengan demikian
maka dapat dikatakan bahwa pembangunan konstruksi di Daerah Rawan Banjir Kota Balikpapan Menggunakan Alat
wilayah perkotaan yang pada dasarnya dibangun untuk Double Ring Infiltrometer” yang berlokasi di depan Global
memenuhi kebutuhan hidup penduduk sekitar dapat pula dan BJBJ Jl. MT Haryono, alasan peneliti mengambil lokasi
menimbulkan masalah terutama dibidang resapan air. tersebut adalah karna di lokasi tersebut sering kali terjadi
Sehingga perlu adanya penelitian tentang proses laju banjir dan mengganggu aktifitas pengendara yang lewat,
infiltrasi di lapangan. maka dari itu peneliti mengambil lokasi tersebut untuk
dilakukan penelitian analisis laju infiltrasi.
Infiltrasi merupakan peristiwa atau proses masuknya air
kedalam tanah, umumnya melalui permukaan tanah secara 1.2 Rumusan Masalah
vertikal. Dan biasanya, air dapat masuk kedalam tanah
melalui rekahan tanah yang berongga besar maupun kecil. Penelitian ini didasarkan pada masalah sebagai berikut:
Infiltrasi saling berhubungan erat antara intensitas hujan dan
kapasitas infiltrasi, serta pengaturan aliran permukaan. 1. Bagaimana mengetahui laju infiltrasi pada wilayah
Adapun cara mengukur Aliran permukaan dengan cara banjir kota Balikpapan?
memperbesar kemampuan tanah menyimpan air, serta
meningkatkan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi 2. Berapa nillai kadar air pada titik pengukuran laju
infiltrasi ?
merupakan laju maksimum air yang dapat masuk ke dalam
tanah. Infiltrasi saling berhubungan antara intensitas hujan, 3. Apa klasifikasi tanah pada JL MT Haryono Dalam
karakteristik dan kondisi permukaan tanah. Proses laju (BJBJ) dan JL MT Haryono (Global Sport Center) ?
infiltrasi dapat ditentukan tergantung bagaimana kondisi
tanah itu sendiri, apabila tanah memiliki Kondisi yang baik 1.3 Batasan Masalah
maka proses infiltrasi akan berjalan dengan baik. (Fauzi,
2019). Beberapa batasan-batasan dalam pembahasan tugas
akhir ini, yaitu:
Besarnya Laju infiltrasi dapat diukur di lapangan dengan
mengukur curah hujan, aliran permukaan, dan menduga 1. Penelitian dilakukan pada kondisi sifat fisik tanah, yaitu
berdasarkan Kadar Air, Klasifikasi Tanah, dan Tutupan
faktor-faktor lain dari siklus air, atau menghitung laju Lahan.
infiltrasi dengan analisis hidrograf. Karena mengingat cara
tersebut memerlukan biaya yang relatif mahal, maka 2. Penelitian menggunakan alat Double Ring Infiltrometer
penetapan infiltrasi sering berdiameter dalam 15 cm dan diameter luar 30 cm
dengan tinggi 20 cm.
dilakukan pada luasan yang sangat kecil dengan
menggunakan suatu alat yang dinamakan infiltrometer. Ada 3. Persamaan yang digunakan persamaan Horton.
dua bentuk ring infiltrometer, yaitu single ring infiltrometer
4. Objek penelitian dibatasi pada wilayah banjir JL. MT
dan double atau concentric-ring infiltrometer. Penggunaan
Haryono Global Sport Center dan BJBJ kota
double-ring infiltrometer ditujukan untuk mengurangi Balikpapan.
pengaruh rembesan lateral (Kurnia dkk, 2006).
1.4 Tujuan Masalah
JL MT. Haryono Global Sport Balikpapan terdapat drainase
tersier. Setiap kali hujan datang dengan intensitas yang Tujuan dari penelitian ini adalah:
cukup besar, air yang berada pada saluran meluap ke jalan, 1. Mengetahui nilai laju infiltrasi pada wilayah banjir JL.
sehingga terjadi genangan air, bahkan banjir. Maka dari itu
perlu dilakukan adanya analisis ulang sistem jaringan MT Haryono Global dan BJBJ kota Balikpapan.
drainase yang sudah ada dalam menampung debit limpasan, 2. Mengetahui nilai faktor – faktor yang mempengaruhi
arah aliran saluran dan faktor-faktor yang mengakibatkan laju infiltrasi?
terjadinya genangan di wilayah JL MT. Haryono Global
Sport (Muhammad Lutfi, 2019).
1.5 Manfaat Penelitian
Dari uraian yang telah dijelaskan diatas dengan ini penulis
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
mengambil judul penelitian “Analisis Laju Infiltrasi Di
1. Memberikan informasi mengenai laju infiltasi di menjadi aliran antara (interflow) dan mengalir secara
beberapa titik banjir kota Balikpapan
2. Menghasilkan refrensi tambahan terkhusus Mahasiswa vertikal akan mencapai lapisan jenuh air (aquifer)
mengenai laju infiltasi di beberapa titik banjir kota menjadi aliran air tanah (baseflow) (Muhammad David,
Balikpapan.
3. Manfaat bagi bidang keilmuan yang diharapkan dalam 2016).
penelitian ini yaitu dapat diperoleh metode pengukuran
proses infiltrasi dan seberapa besar pengaruh lahan
terhadap kapasitas infiltrasi.
4. Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang apa
saja faktor yang dapat mengganggu proses infiltrasi.

2. Studi Pustaka
2.1 Pengertian Hidrologi

Kata hidrologi berasal dari bahasa Yunani yaitu


hydrologia yang artinya ilmu air, Dan hidrologi adalah Gambar 2.1 Hubungan Antara Infiltrasi Dengan Aliran
cabang ilmu geografi yang membahas tentang Permukaan Dan Curah Hujan (Sumber : Google,
distribusi, kualitas dan pergerakan air di bumi. Menurut 2020)
Singh (1992), mengatakan bahwa hidrologi adalah ilmu
yang membahas karakteristik waktu dan ruang tentag Gambar 2.1 menunjukkan hubungan antara laju
kuantitas dan kualitas air di bumi termasuk proses
infiltrasi, aliran permukaan dan curan hujan. Laju
hidrologi, gerakan, diseminasi, penyimpanan sikulasi,
ekspolasi, pengembangan dan manajemen. Siklus infiltrasi permukaan pada akhirnya akan mencapai nilai
hidrologi adalah siklus air yang tidak pernah berhenti maksimum yang konstan, sementara itu nilai laju
dan terjadi secara terus-menerus. Dimulai dari infiltrasi juga konstan seiring perubahan waktu.
prespirasi (hujan) yang jatuh ke bumi dan menyebar ke
berbagai arah, Namun siklus hidrologi tidak akan terjadi Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, laju
jika tidak pengaruhi oleh pemanasan sinar matahari. infiltrasi dapat dihitung berdasarkan rumus :
Apabila air hujan di seluruh permukaan bumi terkena 𝑓∶ ∆𝐻
𝑥 60 (𝑐𝑚/𝑗𝑎𝑚) (1)
sinar matahari maka akan terjadi penguapan. Pada 𝑡

ketinggian tertentu ketika temperatur semakin turun uap Keterangan :


air akan mengalami kondensasi dan berubah menjadi ƒ : laju infiltrasi (cm/jam)
titik-titik air dan akan jatuh sebagai hujan. Air yang
∆H : Tinggi penurunan air dalam selang waktu tertentu
jatuh ke tanah akan mengalir terus ke laut, namun ada
juga yang meresap dulu ke dalam tanah (infiltration) (cm)
dan sampai ke lapisan batuan sebagai air tanah. t : waktu yang dibutuhkan oleh air pada ∆H untuk
Sebagian dari air tanah akan diserap oleh tumbuh-
masuk ke tanah (menit).
tumbuhan melalui dedaunan lalu airnya akan menguap
ke udara (transpiration). Sebagian air mengalir di atas Laju infiltrasi diklasifikasikan menjadi tujuh kelas dapat
permukaan tanah melalui parit, hingga menuju ke laut dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut.
( surface run off ), sebagian lagi infiltrasi ke dasar
Tabel 2.1 Klasifikasi Laju Infiltrasi
danau dan berkumpul di dalam tanah sebagai air tanah
kemudian akan ke luar sebagai mata air.
2.2 Infiltrasi

Infiltrasi adalah aliran air secara vertikal ke dalam tanah


melalui permukaan tanah. Air hujan yang jatuh ke tanah
Sebagian akan menjadi limpasan dan sebagian lagi akan
terinfiltrasi, air yang terinfiltrasi mengalir secara lateral
Kelompok kriteria Tingkat Infiltrasi
Jenis Tanah (mm/jam)
A Sangat Cepat >25,4
B Cepat 12,7-25,4
C Agak Cepat 6,3-12,7
D Sedang 2-6,3
E Agak Lambat 0,5-2
F Lambat 0,1-0,5
G Sangat Lambat < 0,1
2.2.1 Metode Horton subkelompok berdasarkan pemakaiannya (Qunik
Model Horton adalah salah satu model infiltrasi yang
Wiqoyah, 2006). Sistem klasifikasi yang kami gunakan
terkenal dalam hidrologi. Horton mengakui bahwa kapasitas
adalah Sistem Unified Soil Classification System
infiltrasi berkurang seiring dengan bertambahnya waktu
(USCS), dan dapat diklasifikasikan seperti gambar 2.3
hingga mendekati nilai konstan. Model Horton dapat
berikut :
dinyatakan secara matematis mengikuti persamaan berikut:
f = fc + (f0 - fc) e-kt......................................................(2.2)
Keterangan:
f = laju infiltrasi (cm/menit)
fc = laju infiltrasi konstan (cm/menit)
f0 = laju infiltrasi awal (cm/menit)
k = konstanta geofisik
e = 2,718
Model ini sangat simpel dan lebih cocok untuk data
percobaan. Kelemahan utama dari model ini terletak pada
penentuan parameternya f0, fc dan k dan ditentukan dengan
data fitting. Meskipun demikian dengan kemajuan sistem
komputer proses ini dapat dilakukan dengan program
speadsheet sederhana.

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Infiltrasi


Gambar 2.2 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem
Infiltrasi adalah proses masuknya air dari permukaan ke USCS (Sumber : Google, 2020)
dalam tanah, banyak faktor yang mempengaruhi laju 3. Kadar Air Tanah
infiltrasi termasuk kondisi permukaan tanah dan tanaman Kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air
yang dikandung didalam tanah dengan berat total
permukaannya, sifat-sifat tanah seperti klasifikasi tanah dan
sampel tanah. Kadar air didalam tanah dinyatakan
kadar air. dalam persen. Jumlah air yang dapat ditahan oleh tanah
1. Kondisi Permukaan Tanah dinyatakan atas dasar berat atau volume. Dasar
Fungsi tanaman diatas permukaan tanah sangat penentuannya adalah pengukuran kehilangan berat atau
isi selama pengeringan. Contoh tanah tanah dikeringkan
berpengaruh terhadap laju infiltrasi yaitu berfungsi pada suhu 105 oC selama 24 jam, dan total
menghambat aliran air di permukaan sehingga pengurangan berat selama pengeringan diukur.
kesempatan berinfiltrasi lebih besar, dan sistem kehilangan berat air dalam membagi berat air yang
menguap dengan berat kering tanah setelah dikeringkan
perakaran yang dapat lebih menggemburkan struktur
dalam oven.
tanahnya, makin baik tutupan tanaman yang ada, laju 3. Metodologi Penelitian
infiltrasi cenderung tinggi. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
2. Klasifikasi Tanah
Penelitian ini akan dilakukan di JL MT Haryono Dalam
Klasifikasi tanah merupakan suatu sistem pengaturan
(BJBJ) dan JL. MT Haryono (Global Sport Center)
beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunai
selama 6 bulan dimulai dari bulan Maret sampai Agustus
sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan
2020. Dimana objek penelitian difokuskan pada wilayah tanah. Setelah itu mengukur laju infiltrasi, pemeriksaan
banjir kota Balikpapan. kadar air dan klasifikasi tanah metode USCS.
4. Pengukuran Laju Infiltrasi
3.2 Diagram Alir Penelitian
Pada pengukuran laju infiltrasi di lapangan, dalam
Tahapan penelitian pada tugas akhir ini dapat dilihat mempertahankan tinggi muka air yang konstan, yang di
pada Gambar 3.1 berikut : ukur waktu dan jumlah infiltrasinya adalah hsnya pada
cincin bagian dalam, bagian luar hanya digunakan
untuk mengurangi pengaruh batas dari tanah sekitarnya
yang lebih kering.

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

Adapun alat dan bahan yang kami gunakan pada saat


melakukan penelitian adalah :

1. Pengukuran Laju Infiltrasi

Adapun alat dan bahan serta prosedur pengukuran


laju infiltasi yang akan kami gunakan/lakukan
diantaranya adalah :

A. Alat dan Bahan


a. Alat
Gambar 3.1 Diagram Alir - Double Ring Infiltrometer
- Ember
3.3 Metode Penelitian
- Gayung
Dalam penyusunan, metodologi yang digunakan untuk - mistar/penggaris
membahas masalah diatas adalah sebagai berikut ini. - pisau/cater.
- Linggis
1. Studi Literatur
- Parang
Menganalisa masalah dengan menggunakan berbagai
- karet gelang
macam teori persaam horton dan literatur.
- plastik transparan.
2. Observasi Lapangan
- Kertas label, ring sampel
Melakukan pengamatan dan pengambilan langsung laju
- GPS (Global Possitioning System).
infiltrasi dengan menggunakan alat double ring
- Palu/martil, balok kayu, stopwatch, kamera
infiltrometer.
digital, alat tulis.
3. Penetapan Lokasi Penelitian
b. Bahan
Penelitian dilakukan di 2 lokasi, dengan menggunakan
- Air
alat double ring infiltrometer dan mengambil sampel
- Sample tanah
B. Prosedur Pengukuran Laju Infiltrasi
Berikut ini adalah langkah-langkah pengukuran laju 1. Nilai K
infiltrasi di lapangan diantaranya : Konstanta K diperoleh dengan menggunakan
1) Menentukan 2 titik sampel pengukuran pada setiap persamaan umum linier,
lokasi penelitian. 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐 (3)
2) Membersihkan lahan yang akan dilakukan penelitian.
𝑦 = 𝑡𝑥 = log(𝑓 − 𝑓𝐶 ) (4)
3) Mengambil sampel tanah sebelum melakukan pengujian −1 −1 log(𝑓0 − 𝑓𝐶 ) (5)
𝑚= 𝑘 log 𝑐= 𝑘 log
laju infiltrasi. 𝑒 𝑒

4) Memasang alat ukur Double Ring Infiltrometer kedalam Gunakan persamaan

tanah dengan cara ditancap dan di gali. −1


𝑚 = 𝑘 log 𝑒 (6)

5) Pengukuran dengan cara di tancap tanah harus dibuatkan 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘 = −1


𝑘=
−1 (7)
𝑚 log 0,4343𝑥𝑚
𝑒
lubang sesuai tebalnya ring lalu di tancapkan ketanah
2. Nilai 𝑓𝑐 diperoleh dari nilai infiltrasi ketika
dan dipukul agar lebih kuat dan ketika dimasukkan air
mencapai keadaan konstan.
tidak merembet keluar.
3. Nilai 𝑓0 diperoleh dari nilai infiltrasi ketika dalam
6) Pengukuran dengan cara di gali tanah harus dibuatkan
keadaan awal / intial condition.
lubang sedalam 5 - 10 cm, lalu ring dimasukkan
2. Alat dan bahan Pengambilan Sampel Tanah
kedalam tanah dan juga dipukul agar ring tidak mudah
A. Alat dan Bahan
goyang.
1) Alat
7) Melakukan pengisian air kedalam Double Ring
- Sampel tanah
Infiltrometer dan di beri jeda waktu sampai batas yang - Kamera digital, alat tulis.
telah ditentukan sampai proses infiltrasi berjalan, - Mistar/penggaris, pisau/cater.
dengan melakukan hal ini maka retakan pada tanah - Linggis, parang, karet gelang, plastik
transparan.
dapat tertutup dengan baik. 2) Bahan
8) Melakukan pengukuran dan mencatat hasil infiltrasi - Kertas label, ring sampel, GPS (Global
dengan rentan waktu berkisar 5 menit, 10 menit, 15 Possitioning System).

menit hingga 30 menit. B. Prosedur Pengambilan Sampel Tanah


9) Hitung dengan metode Horton :
Adapun beberapa cara dalam pengambilan sampel tanah di
𝑓 = 𝑓𝑐 + (𝑓0 − 𝑓𝑐)𝑒−𝐾𝑡 (2) lapangan sebagai berikut :
Keterangan : 1) Membersihkan terlebih dahulu permukaan tanah agar
ƒ : laju infiltrasi nyata (cm/menit) mudah dalam pengambilan sampel
2) Meletakkan ring/wadah sampel secara tegak lurus
𝑓𝑐 : laju infiltrasi tetap (cm/menit)
(vertikal), dengan bagian tajam menghadap ke bawah
𝑓0 : laju infiltrasi awal (cm/menit) pada lapisan tersebut, kemudian letakkan balok kayu
𝑡 : waktu dari awal hujan (menit) diatasnya.
3) Lalu tekan ring tersebut menggunakan tangan hingga
𝑓𝑐 : selisih total volume infiltrasi dengan volume
masuk kedalam tanah sampai batas yang telah
infiltrasi konstan (cm) ditentukan.
𝑒 : 2,718 4) Lalu bersihkan sekeliling ring/wadah sampel dengan
cangkul atau sekop.
Berdasarkan rumus utama tersebut kemudian ditentukan
5) Lalu mengangkat ring/wadah sampel yang berisi tanah
parameter yang digunakan dalam penggunaan Metode dengan hati-hati agar sampel tanah tidak rusak.
Horton, yaitu :
6) Membuang sisa lapisan pertama sampai batas lapisan 1. Langkah Pengujian Klasifikasi Tanah Metode USCS
kedua.
7) Lalu ulangi kembali cara pengambilan sampel seperti a. Ambil sampel tanah masing-masing lokasi
diatas. sebanyak 1000gr
Berilah label/kode pada ring/wadah sampel agar dapat b. Hamparkan sampel ke dalam talam diamkan
memudahkan proses selanjutnya.
selama 2 hari hingga sampel kering
8) Memeriksa daya serap tanah untuk mengetahui nilai
koefesian permeabilitas tanah (K), yaitu dengan c. Kemudian siapkan saringan dengan nomor saringan
menggunakan alat ukur pengukur daya resap yang telah ditentukan
9) Memeriksa/menetukan kadar air tanah dari sampel
d. Lalu masukan tanah ke dalam saringan
tanah dilapangan. Pemeriksaan kadar air tanah ini
dilakukan di Laboratorium Politeknik Negeri e. Dan ayak menggunakan mesin Sieve Shaker
Balikpapan dengan waktu 10-15 menit
10) Memeriksa/menentukan tekstur tanah dilakukan di
f. Pindahkan sampel tanah per ayakan ke dalam talam
Laboratorium Politeknik Negeri Balikpapan
lalu timbang beratnya
2. Kondisi Permukaan Tanah dan Tanaman/Tutupan
3. Alat dan bahan Pengujian Kadar Air
Lahan
A. Alat dan Bahan Kegiatan pada kondisi tutupan lahan apakah berupa

- Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram. rumput, tanah kosong atau bebatuan dan akar pohon.
4. Metodologi Penelitian
- Oven. 4.1 Umum
Pada bab ini akan diuraikan beberapa perhitungan laju
- Cawan.
infiltrasi dari 2 lokasi di Daerah Rawan Banjir Kota
- Sampel tanah. Balikpapan Menggunakan Alat Double Ring Infiltrometer.

B. Prosedur Pengujian Kadar Air Tanah Untuk masing-masing lokasi dilakukan 2 kali pengujian laju
infiltrasi yaitu dengan cara di tancap dan di gali. Di lokasi
- Timbang berat cawan (W1)
tersebut terdapat jenis penutup lahan rumput dan tanah.
- Tempatkan benda uji ke dalam cawan lalu timbang Masing-masing titik pengujian dilakukan dengan jarak
beratnya (W2)
kurang lebih 1 meter. Disamping menghitung nilai kapasitas
- Berat Benda Uji (W3) infiltrasi dilakukan juga penentuan klasifikasi tanah,
pengaruh kadar air tanah terhadpa laju infiltrasi, perhitungan
- Letakkan cawan ke dalam oven dengan suhu 110º-115º C
hydrometer dan penutup lahan. Dari Perhitungan
- Kemudian ambil cawan dan benda uji yang telah
perhitungan tersebut berguna untuk mendukung hasil dari
dikeringkan, lalu dinginkan dan timbang (W4)
nilai kapasitas infiltrasi yang sudah dilakukan.
4. Alat dan bahan Klasifikasi Tanah dengan Metode USCS
- Talam 4.2 Pengukuran Laju Infiltrasi
- Catok
Data pengukuran laju infiltrasi yang dilakukan di JL. MT
- Ayakan saringan No. 4, 8, 30, 50, 100, 200
Haryono Dalam (BJBJ) dan JL. MT Haryono (Global Sport
- Pan Center) pada tanggal 11 Juni 2020 dan 16 Juni 2020.
- Timbangan Penelitian ini dilakukan di 2 titik pengukuran dengan cara
- Sieve shaker di tancap dan di gali, hal ini bertujuan untuk
membandingkan nilai penurunan dan pengukuran laju 0,42 0.2 0.2 0.04
infiltrasi seperti yang diperoleh di lapangan sebagai berikut.
Tabel 3.2 Pengukuran Laju Infiltrasi JL. MT Haryono 0,50 0.2 0.2 0
Dalam (BJBJ)
Pengukuran Laju Infiltrasi (ƒ)
Tabel 3.5 Perhitungan Parameter Infiltrasi JL. MT
Waktu JL. MT Haryono Dalam (BJBJ)
Haryono Dalam (BJBJ) (Gali)
(jam) Penurunan (cm) Infiltrasi (ƒ) (cm/jam) Waktu Laju 𝑓𝑐 𝑓 − 𝑓𝑐 𝐿𝑜𝑔 (𝑓 −
Tancap (I) Gali (II) Tancap (I) Gali (II)
(𝑡) Infiltrasi (𝑓) (cm/jam) (cm/jam) 𝑓𝑐)
0,08 0.8 0.9 10 11.3
0,17 (jam) (cm/jam)
0.5 0.3 2.9 1.8
0,25 0.4 0.2 1.6 0.8 0,08 11.3 0.2 11.1 1.04
0,33 0.1 0.1 0.3 0.3 0,17 1.8 0.2 1.6 0.19
0,42 0.1 0.1 0.2 0.2 0,25 0.8 0.2 0.6 0.22
0,50 0.1 0.1 0.2 0.2
0,33 0.3 0.2 0.1
Tabel 3.3 Pengukuran Laju Infiltrasi JL. MT Haryono 0,42 0.2 0.2 0.04
(Global Sport Center)
Pengukuran Laju Infiltrasi (ƒ) 0,50 0.2 0.2 0
JL. MT Haryono (Global Sport Center)
Waktu
Penurunan (cm) Infiltrasi (ƒ) (cm/jam) Tabel 3.6 Perhitungan Parameter Infiltrasi JL. MT
(jam)
Tancap Gali (IV) Tancap Gali (IV) Haryono (Global Sport Center) (Tancap)
(III) (III) Waktu Laju 𝑓𝑐 𝑓 − 𝑓𝑐 𝐿𝑜𝑔 (𝑓 −
0,08 1 1.1 12.5 13.8 (𝑡) Infiltrasi (cm/jam) (cm/jam) 𝑓𝑐)
0,17 0.4 0.4 2.4 2.4 (jam) (𝑓)
0,25 0.4 0.4 1.6 1.6
(cm/jam)
0,33 0.1 0.1 0.3 0.3
0,08 12.5 0.2 12.3 1.09
0,42 0.1 0.1 0.2 0.2
0,50 0.1 0.1 0.2 0.2 0,17 2.4 0.2 2.2 0.33
0,25 1.6 0.2 1.4 0.15
Dengan perhitungan parameter infiltrasi dengan metode
0,33 0.3 0.2 0.1
horton sebagai berikut :
Tabel 3.4 Perhitungan Parameter Infiltrasi JL. MT Haryono 0,42 0.2 0.2 0.04
Dalam (BJBJ) (Tancap) 0,50 0.2 0.2 0
Waktu Laju 𝑓𝑐 𝑓 − 𝑓𝑐 𝐿𝑜𝑔 (𝑓 −
(𝑡) Infiltrasi (cm/jam) (cm/jam) 𝑓𝑐)
Tabel 3.7 Perhitungan Parameter Infiltrasi JL. MT
(jam) (𝑓) Haryono (Global Sport Center) (Gali)
(cm/jam) Waktu Laju 𝑓𝑐 𝑓 − 𝑓𝑐 𝐿𝑜𝑔 (𝑓 −
0,08 10 0.2 9.8 0.99 (𝑡) Infiltrasi (cm/jam) (cm/jam) 𝑓𝑐)
0,17 2.9 0.2 2.7 0.44 (jam) (𝑓)
(cm/jam)
0,25 1.6 0.2 1.4 0.15
0,08 13.8 0.2 13.6 1.13
0,33 0.3 0.2 0.1
0,17 2.4 0.2 2.2 0.33
0,25 1.6 0.2 Gambar
1.4 Hubungan Waktu dan 𝐿𝑜𝑔 (𝑓 − 𝑓𝑐)
4.2 Grafik0.15
JL. MT Haryono (Global Sport Center) (Tancap)
0,33 0.3 0.2 0.1
0,42 0.2 0.2 0.04
0,50 0.2 0.2 0

Dari data hasil perhitungan dalam tabel diatas kemudian


digambarkan dalam grafik hubungan antara t dan
𝐿𝑜𝑔 (𝑓 − 𝑓𝑐) untuk mencari nilai gradien 𝑚 seperti
di bawah ini.

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Waktu dan 𝐿𝑜𝑔 (𝑓 − 𝑓𝑐)


JL. MT Haryono (Global Sport Center) (Gali)

Dari gambar diatas didapatkan persamaan linier sebagai


berikut :
Tabel 3.8 Rekap Persamaan Linier di Lokasi Penelitian
Persamaan linier
Nama Lokasi
Tancap Gali
JL. MT y = -4.9956x + y = -4.9385x +
Gambar 4.0 Grafik Hubungan Waktu dan 𝐿𝑜𝑔 (𝑓 −
Haryono
𝑓𝑐) 1.3577 1.309
JL. MT Haryono Dalam (BJBJ) (Tancap) Dalam (BJBJ)
JL. MT y = -5.6109x + y = -5.8627x +
Haryono
1.4582 1.5142
(Global Sport
Center)

Berikut merupakan rangkuman perhitungan data dan


grafiknya.
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Laju Infiltrasi Metode
Horton Pada Lokasi Penelitian
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Waktu dan 𝐿𝑜𝑔 (𝑓 −
𝑓𝑐)
JL. MT Haryono Dalam (BJBJ) (Gali)
Tabel 4.11 Pemeriksaan Kadar Air Di JL. MT Haryono
Dalam (BJBJ)

PEMERIKSAAN SAMPEL I (gram) SAMPEL II (gram)


berat cawan (w1) 13.3 13.3
berat cawan (w1)+ Benda Uji (w2) 88.4 91.1
berat benda Uji (W3= w2-w1) 75.1 77.8
berat cawan + benda uji kering (w4) 78.1 80.5
berat benda uji kering (w5= w4 - w1) 64.8 67.2
kadar air (%) ( w2 - w4) / (w2 - w1) 0.137 0.136
hasil dalam ( % ) 13.72 13.62
Gambar 4.4 Grafik Pengukuran Laju Infiltrasi JL. MT
Haryono Dalam (BJBJ)
Tabel 4.12 Pemeriksaan Kadar Air Di JL. MT Haryono
(Global Sport Center)

PEMERIKSAAN SAMPEL I (gram) SAMPEL II (gram)


berat cawan (w1) 13.1 12.8
berat cawan (w1)+ Benda Uji (w2) 63.6 65.0
berat benda Uji (W3= w2-w1) 50.5 52.2
berat cawan + benda uji kering (w4) 55.3 56.2
berat benda uji kering (w5= w4 - w1) 42.2 43.4
kadar air (%) ( w2 - w4) / (w2 - w1) 0.164 0.169
hasil dalam ( % ) 16.44 16.86

Gambar 4.5 Grafik Pengukuran Laju Infiltrasi JL. Dari hasil pengujian kadar air diatas dapat disimpulkan
MT Haryono (Global Sport Center) bahwa tanah yang berada di JL MT Haryono Dalam (BJBJ)
Berdasarkan dari pengukuran laju infiltrasi di kedua lokasi memiliki kadar air pada sampel I sebesar 13.72 % dan
tersebut adalah, penyebab utama dari terjadinya sampel II sebesar 13.62 %. Sedangkan tanah yang berada di
bajir/genangan pada lokasi tersebut adalah faktor tanah dan JL MT Haryono (Global Sport Center) memiliki kadar air
faktor kondisi tanah yang tidak baik/buruk sehingga ketika pada sampel I sebesar 16.44 % dan sampel II sebesar
terjadi hujan lebat maka pada lokasi tersebut akan 16.86 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tanah tersebut
mengalami banjir dan terutama untuk memiliki kandungan air yang cukup tinggi sehingga
mengakibatkan penurunan pada laju infiltrasi melambat.
lokasi JL. MT Haryono Dalam (BJBJ) ketika hujan lebat
4.4 Pengujian Klasifikasi Tanah Metode USCS
akan mengalami bajir, dan arus banjir tersebut membawah
tanah dari lereng yang hampir menutupi sebagian badan Pengklasifikasian menurut sistem Unified Soil
jalan dan hal tersebut sangat mengganggu pengguna jalan. Classification System (USCS) didasari atas hasil analisa
saringan sebagai berikut :
4.3 Pemeriksaan Kadar Air

1. Jika suatu tanah tertahan pada saringan nomor 200 lebih


Pada pemeriksaan kadar air diambil dari lapangan dengan
dari 50% dari berat total tanah diklasifikasikan sebagai
kedalaman ± 20 cm dari permukaan tanah. Pengujian kadar
tanah berbutir kasar, namun apabila tanah yang tertahan
air dilakukan di laboratorium uji tanah Politeknik Negeri
pada saringan nomor 200 lebih kecil dari 50% dari berat
Balikpapan menggunakan 2 sampel dengan data sebagai
total tanah diklasifikasikan sebagai tanah berbutir halus.
berikut.
Tabel 4 13 Analisis saringan JL MT Haryono Dalam (BJBJ)

Uk.Saringan
Berat Tertinggal Lolos Komulatif
No (mm) Berat Komulatir
Saringan Gram (%) Gram (%)
4 4.76 20 2.01 2.01 977 97.99
8 2.38 80 8.02 10.03 897 89.97
30 0.59 288 28.89 38.92 609 61.08
50 0.2947 202 20.26 59.18 407 40.82
100 0.149 300 30.09 89.27 107 10.73
200 0.0075 77 7.72 96.99 30 3.01
Pan 30 3.01 100 0 0
Total 997 100 296.39
Modulus Halus Butir 2.9639

Tabel 4.14 Analisa Saringan JL MT Haryono (Global Sport


Gambar 4.7 Grafik Analisis Distribusi Ukuran Butiran
Center) JL MT Haryono (Global Sport Center)

Uk.Saringan Berat Komulatir


No Saringan (mm)
Berat Tertinggal Lolos Komulatif 3. Tentukan persen butiran lolos saringan no.4 bila
Gram (%) Gram (%) persentase butiran yang lolos kurang dari 50 %,
4 4.76 28 2.99 2.99 907 97.01
8 2.38 135 14.44 17.43 772 82.57 klasifikiasikan tanah tersebut sebagai kerikil. Bila
30 0.59 330 35.29 52.73 442 47.27
50 0.2947 130 13.90 66.63 312 33.37
persentase butiran yang lolos lebh dari 50%,
100 0.149 285 30.48 97.11 27 2.89 klasifikasikan sebagai pasir.
200 0.0075 10 1.07 98.18 17 1.82
Pan 17 1.82 100 0 0 4. Tentukan jumlah butiran yang lolos saringan no.200,
Total 935 100 335.08
Modulus Halus Butir 3.3508
jika persentase butiran yang lolos kurang dari
50%,pertimbangkan bentuk grafik distribsi butiran
dengan menghitung Cu dan Cc, jika termasuk
2. Saring tanah tersebut dan gambarkan grafik distribusi
bergradasi baik, maka klasifikasikan sebagai GW (bila
butiran. krikil) atau SW (bila pasir), jika termasuk bergradasi
buruk, klasifikasikan sebagai GP (bila krikil) atau SP
(bila pasir).
Untuk menentukan SP maka ditentukan nilai Cu dan Cc
dengan rumus sebagai berikut :
𝐶u = 𝐷60 > 6 (8)
𝐷10

𝐶𝑐
(𝐷30)2 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 1 𝑑𝑎𝑛 3 (9)
= 𝐷10× 𝐷60

Dan berikut merupakan rekap nilai Cu dan Cc dilokasi


penelitian.
Tabel 4.15 Rekap Data Nilai Cu Dan Cc Pada Lokasi
Penelitian
Jl. MT
Jl. MT Haryono Haryono
Gambar 4.6 Grafik Analisis Distribusi Ukuran Butiran JL No Kriteria Klasifikasi
Dalam (BJBJ) (Global
MT Haryono Dalam (BJBJ) Sport
Center)
1 Cu 4.58 5.5
2 Cc 0.73 0.46

Pada lokasi JL MT Haryono Dalam (BJBJ) untuk nilai


Cu = 4.58 < 6, maka termasuk kedalam kategori pasir
bergradasi buruk SP dan untuk nilai Cc = 0.73 kategori
buruk tidak termasuk di antara 1 dan 3 kurang dari 5%
lolos saringan nomor 200. Dan untuk lokasi JL MT Parameter kadar air inilah yang menyebabkan laju
Haryono (Global Sport Center) nilai Cu = 5.5 < 6 dan infiltrasinya sangat rendah, sehingga diperlukan lebih
Cc = 0.46 tidak memenuhi kriteria SW dan termasuk banyak data pengukuran lagi dalam menentukan faktor
kedalam kategori pasir bergradasi buruk SP pengaruh laju infiltrasi.
5. Jika persentase buitran tanah ynag lolossaringan
no.200 di antara 5 sampai 12%, tanah akan 4.6 Perbandingan Nilai Laju Infiltrasi, Kadar Air,
mempunyai simbol dobel dan mempunyai sifat Klasifikasi Tanah Metode USCS dan Tutupan Lahan di
keplastisan (GW-GM, SW-SM) dan sebagainya. Lokasi Penelitian
6. Jika persentasi butiran tanah yang lolos saringan
Setelah dilakukan perhitungan laju infiltrasi , kadar air dan
no.200 lebih besar 12%, harus dilakukan uji batas-
juga mencari tahu jenis tanah yang berada di lokasi
batas Atterberg dengan menyingkirikan butiran
penelitian dapat dibandingkan ke dalam data sebagai
tanah yang tertiggal dalam saringan no.40,kemudian
berikut.
dengan menggunakan diagram plasitisitas,
ditentukan klasifikasinya (GM,GC,SM,SC, GM-GC
atau SM-SC).
4.5 Pengaruh Kadar Air Terhadap Laju Infiltrasi
Gambar 4.9 Perbandingan Antara Nilai Laju Infiltrasi,
Tabel 4 16 Pengaruh Kadar Air Terhadap Laju Infiltras
Infiltrasi (cm/jam) Kadar Air (% )
Kadar Air, Klasifikasi Tanah Dengan Metode USCS dan
JL. MT Haryono JL. MT Haryono JL. MT Haryono JL. MT Haryono
No
Dalam (BJBJ) (Global Sport Dalam (BJBJ) (Global Sport Tutupan Lahan
Center) Center)
1 Tancap Gali Sampel I Sampel II 4.7 Perbandingan Laju Infiltrasi Di Daerah Di Kota
2 2.49 2.36 13.72 13.62
3 2.79 2.99 16.44 16.86 Dengan Laju Infiltrasi Di Hutan

Gambar 5.0 Perbandingan Laju Infiltrasi Di Daerah Kota


Dengan Laju Infltrasi Di Daerah Hutan
pada lokasi per kotaan laju infiltrasi lebih lambat
dibandingkan laju infiltrasi di hutan . Karena hutan memiliki
Gambar 4. 1 Hubungan Infiltrasi Terhadap Kadar Air Tanah
lapisan seresah yang tebal, kandungan bahan organik tanah,
Pada Gambar 4.8 Dengan menggunakan regresi dan jumlah makro porositas yang cukup tinggi sehingga laju
exponential didapat nilai R² = 0.0275 berarti nilai kadar air infiltrasi air lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi
terhadap infiltrasi hanya 2.75 % saja. Sisanya 97.25 % perkotaan
dipengaruhi oleh parameter yang lain. Hal ini menunjukkan
bahwa kurva diatas tidak layak untuk dipergunakan karena
mempunyai R² yang sangat rendah. Hal ini disebabkan
karna lokasi memiliki kadar air rata-rata sangat tinggi.
4.8 Perbandingan Laju Infiltrasi Aktual Dengan Laju
f = 0.2 + (`11.3 – 0.2) 2.718−0.466
Infiltrasi Horton
dan nilai kadar air 13,62%
3. Laju infiltrasi pada JL MT Haryono (Global Sport
Center) dengan cara di tancap sebesar 2.79 cm/jam
dengan model horton :
f = 0.2 + (`12.3 – 0.2) 2.718−0.410
dan nilai kadar air 16.44%
4. Laju infiltrasi pada JL Mt Haryono (Global Sport Center)
Gambar 5.1 Perbandingan Laju Infiltrasi Aktual dengan cara di gali sebesar 2.99 cm/jam dengan model
Dengan Laju Infiltrasi Horton horton :
f = 0.2 + (`13.8 – 0.2) 2.718−0.393
dan nilai kadar air 16.86%
5. Pada JL MT Haryono Dalam (BJBJ) dan JL MT Haryono
Gambar 5.2 Perbandingan Laju Infiltrasi Actual Dengan
(Global Sport Center) dapat diklasifikasikan sebagai SP
Laju Infiltrasi Horton
yang merupakan pasir bergradasi buruk, pasir berkerikil,
Hasil dari parameter laju infiltras Horton memiliki nilai laju
sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus.
infiltrasi yang paling tinggi yaitu 9.4 cm/jam , sedangkan
Simbol ( S ) merupakan prefiks simbol awalan untuk
yang paling rendah yaitu 6.4 cm/jam. Waktu kumulatif yang
kategori jenis tanah berupa pasir, dan simbol ( P )
bertambah akan mmenyebabkan kapasitas infiltrasi
merupakan sufiks simbol yang dipakai untuk
berkurang. Hal itu sesuai dengan model infiltrasi yang
menentukan sub kelompok apakah tanahnya bergradasi
diperkenalkan oleh Horton bahwa kapasitas infiltrasi
baik atau buruk pada system klasifikasi tanah USCS.
berkurang seiring bertambahnya waktu. Hal itu dapat
6. Dan dengan tutupan lahan jenis rumput-rumputan yang
disebabkan oleh beberapa faktor mulai dari kondisi
beresiko laju infiltrasi cenderung lebih tinggi.
permukaan tanah, struktur tanah, tumbuh-tumbuhan,
5.2 Saran
kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah.
Dalam pengukuran laju infiltrasi di lapangan, ada beberapa
4.9 Tutupan Lahan
saran yang dapat saya tuliskan :
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil
1. Sebaiknya tidak dilakukan pada saat musim hujan
penelitian ini yang berjudul “Analisis Laju Infiltrasi Di
dikarenakan kondisi tanah sering dalam keadaan jenuh
Daerah Rawan Banjir Kota Balikpapan Menggunakan Alat
setelah turun hujan yang mengakibatkan tanah tidak
Double Ring Infiltrometer” dapat disimpulkan sebagai
dapat diukur laju infiltrasi
berikut:
2. Data yang digunakan juga perlu lebih banyak variasi
1. Laju infiltrasi pada JL MT Haryono Dalam (BJBJ) cara
agar memperoleh variasi data
di tancap sebesar 2.49 cm/jam dengan model horton :
3. Rentan waktu saat pengukuran laju infiltrasi lebih lama
f = 0.2 + (`10 – 0.2) 2.718−0.464
4. Lakukan pengukuran permeabilitas tanah dan kepadatan
dan nilai kadar air 13.72%
tanah sebagai salah satu indikator pengaruh laju
2. Laju infiltrasi pada JL MT Haryono Dalam (BJBJ)
infiltrasi
dengan cara di gali sebesar 2.36 cm/jam dengan model
horton :
5. Sebaiknya itu semua diperhatikan supaya hasil yang
didapat baik dan penelitian ini dapat digunakan
berkaitan dengan tata guna lahan perkotaan.

Daftar Pustaka
[1] Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air.
Bandung: Penerbit IPB (IPB Press)
[2] Fauzi, M. L. (2019). Perencanaan Sistem Drainase Jalan
Mt. Haryono Global Sport Balikpapan. Vol. 3 No. 2
September 2019, 1-10.
[3] Hiller, D. (2003, October 22). Environmentai Soil
Physics. hal. 494.
[4] Januardi, 2008. Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata
Guna Lahan. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra
Utara, Mei 2008, 6-43
[5] Muhammad David1, M. F. (2016). Analisis Laju
Infiltrasi Pada Tutupan Lahan. Jom FTEKNIK Volume
3 No.2 Oktober 2016, 1-12.
[6] Nursetiawan, A. i. (2017). Pengukuran Nilai Infiltrasi
Lapangan Dalam Upaya Penerapan Sistem Drainase
Berkelanjutan Di Kampus UNY. Jurusan Teknik Sipil
ITENAS Vol. 3 No. 1 Maret 2017, 14-25.
[7] Pakaya, N. (2013). Resume Geografi Tanah. Resume
Geografi Tanah.
[8] Ryan Renhardika1, D. H. (2015). Analisis Penentuan
Laju Infiltrasi Pada Tanah. Analisis Penentuan Laju
Infiltrasi Pada Tanah.
[9] Rachman, A. D. (2007). Pengukuran Infiltrasi.
Indonesia: Departeme Pertanian.
[10] Singh, P. V, 1992. Elementary Hydrology. Prentice-
Hall Englewood Cliffs, New Jersey.
[11] Terunajaya2, A. F. (2013). Pengaruh Infiltrasi Dan
Permeabilitas. 22 Desember 2013.

You might also like